1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sistem pemerintahan negara pada era persaingan global dan teknologi ini akhir-akhir ini menjadi sangat kompleks serta rumit. Setiap institusi negara dituntut untuk dapat meningkatkan competitive advantage dalam mencapai tujuan organisasi serta memenuhi tuntuntan masyarakat yang senantiasa berubah dengan cepat dengan kualitas kebutuhan yang semakin meningkat. Negara-negara yang belum dapat mengantisipasi perkembangan dan tuntutan masyarakat terancam mengalami kegagalan dalam sistem pemerintahannya. Kegagalan dalam penerapan tersebut membawa dampak negatif yang besar efeknya bagi pemerintahan negara ke depan, akan tetapi tidak jarang juga terdapat perubahan positif sehingga membawa perubahan yang mendasar dalam sistem pemerintahannya.
Bangsa Indonesia sebagai negara berkembang melakukan perubahan-perubahan dalam berbagai bidang yang mana perubahan-perubahan tersebut menitikberatkan pada perbaikan di bidang pemerintahan atau yang lebih dikenal dengan era reformasi. Salah satu contoh perubahannya adalah revitalisasi sistem pemilihan umum, optimalisasi lembaga-lembaga tinggi negara dan reformasi birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan setiap lembaga negara.
Reformasi birokrasi adalah upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama yang menyangkut aspek-aspek organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur pemerintahan dengan peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi sebagai salah satu sasaran utamanya [1]. Salah satu tujuan dari dicanangkannya reformasi birokrasi yaitu untuk menciptakan SDM aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi pegawai yang berbasis kompetensi, transparan, dan mampu mendorong mobilitas aparatur negara antar daerah, antar
2
pusat, maupun antara pusat dengan daerah, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan [2].
Untuk mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi tersebut, beberapa instansi pemerintahan telah memanfaatkan dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan berupaya merancang sebuah sistem informasi administrasi kepegawaian dan manajemen kinerja secara terukur, sistematis, dan periodik dengan memanfaatkan keunggulan-keunggulan TIK. Salah satu instansi tersebut adalah Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). BPK RI telah memiliki rancang bangun pengelolaan SDM antara lain mencakup analisis jabatan, manajemen karir, standar kompetensi, evaluasi jabatan, remunerasi, rekruitmen pegawai, assessment center, dan profiling kompetensi [3]. BPK RI sebagai instansi yang dikenal juga dengan lembaga pemeriksa eksternal pemerintahan yang berwenang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sesuai dengan amandemen ketiga UUD 1945 Bab VIII A dengan pasal 23E, 23F, dan 23G menggunakan tambahan pendekatan melalui TIK untuk menggambarkan data administratif dan kinerja dari pegawainya. Hal tersebut sejalan dengan tujuan dan percepatan reformasi birokrasi dalam bidang sarana prasarana, yaitu pengembangan sistem informasi [2], yang sekaligus bertujuan untuk memotivasi para pegawai untuk memberikan kinerja terbaiknya kepada BPK RI. Sistem informasi yang digunakan tersebut diberi nama Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM). SISDM sebelumnya merupakan sebuah sistem berbasis desktop yang digunakan dan dimanfaatkan oleh pegawai pada bagian SDM dan telah diimplementasikan sejak tahun 2008. Seiring dengan perkembangan kebutuhan dan pengelolaan pegawai yang semakin kompleks dan rencana strategis BPK, maka pada tahun 2012 SISDM memanfaatkan dukungan TIK berbasis web sebagai core system yang mengintegrasikan dengan sistem informasi yang sudah ada maupun yang akan dibangun kemudian. SISDM diharapkan akan menjadi repository (tempat dimana data disimpan dan dipelihara) atas seluruh sistem informasi kepegawaian di BPK
3
RI dan SISDM akan menjembatani rencana strategi BPK dengan fungsi-fungsi dalam manajemen SDM.
Berdasarkan kebijakan implementasi Renstra BPK RI 2011-2015 memuat salah satu inisiatif strategis penerapan manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi melalui SISDM. Data penggunaan SISDM dari berbagai perwakilan dan kantor pusat BPK terkait pemanfaatan SISDM antara lain [4], [5]:
1. Sampai dengan 30 Oktober 2014 jumlah pegawai BPK RI sebanyak 7.170 pegawai dengan status data kepegawaian sebagai berikut:
a. Belum melakukan perubahan data sedikitpun (BL) sebanyak 1.188 pegawai atau 16,57%.
b. Sedang dalam proses perubahan data (SP) sebanyak 1.163 pegawai atau 16,23%.
c. Dalam proses validasi data (PV) sebanyak 0 pegawai atau 0 %. d. Ditolak perubahan datanya (TL) sebanyak 44 pegawai atau 0,62%. e. Disetujui perubahan datanya (ST) sebanyak 1.639 pegawai atau 22,86%. f. Telah mencetak surat pernyataan kebenaran data (SL) sebanyak 3.062
pegawai atau 42,72%.
Kegiatan tersebut sudah dilakukan cut off.
2. Jumlah pegawai yang menggunakan SISDM dalam menyusun SKP sebesar 19,37%. Dari jumlah tersebut yang sudah mengisi hasil pelaksanaan SKP dan sudah dinilai sebesar 10,09%, sisanya belum dilakukan penilaian atau belum sesuai penyusunan SKP-nya.
3. Beberapa perwakilan BPK masih menggunakan form manual untuk mengajukan layanan mandiri pegawai (cuti, ijin, konseling), belum seluruhnya menggunakan SISDM.
Tabel 1.1 menggambarkan tingkat update data pegawai mengakses SISDM maupun memanfaatkan layanan mandiri pegawai per Oktober 2014.
4
Tabel 1.1 Jumlah Pengguna SISDM Pada Beberapa Kantor Perwakilan BPK No Provinsi/Perwakilan Jumlah Pengguna
Aktif
Persentase dari Total Pengguna Seharusnya 1. Bengkulu 86 99% 2. Sumatera Utara 163 96% 3. Bangka Belitung 70 92% 4. Sulawesi Utara 94 91% 5. Jambi 80 89% 6. Jawa Barat 162 87% 7. Aceh 103 86% 8. Lampung 88 85% 9. Sulawesi Barat 49 83% 10. Bali 91 82% 11. Riau 73 73% 12. DKI Jakarta 150 72% Sumber: Biro TI BPK RI (Oktober 2014)
Data pada Tabel 1.1 tersebut menunjukkan bahwa penggunaan SISDM sebagai sistem administrasi pegawai yang walaupun sifatnya mandatory belum dipergunakan sepenuhnya oleh pegawai, karena hanya terdapat 12 perwakilan yang penggunanya lebih dari 70% pegawai pada perwakilan tersebut dan 4 perwakilan yang penggunanya lebih dari 90% pegawai dari total 34 kantor perwakilan yang menggunakan SISDM.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor determinan yang menyebabkan SISDM digunakan oleh sebagian besar (>90%) pegawai pada BPK perwakilan Sumatera Utara, Bengkulu, Bangka Belitung dan Sulawesi Utara. Hasil identifikasi faktor determinan tersebut diharapkan dapat diimplementasikan di perwakilan lain yang jumlah penggunanya dibawah 70% karena karakteristik pegawai dan tugas antar perwakilan tidak jauh berbeda. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan mengambil sampel pada perwakilan BPK yang memiliki tingkat keaktifan penggunaan SISDM di atas 90%. Pemilihan perwakilan tersebut dilatarbelakangi alasan pertama, perwakilan ini berinisiasi menggunakan SISDM sejak dilakukan sosialisasi tahun 2012. Kedua, data yang tersaji pada Tabel 1.1 menunjukkan perwakilan dengna penggunaan SISDM tinggi telah mewakilli masing-masing tipe perwakilan BPK.
5
Meskipun teknologi memberikan keuntungan pada organisasi, terkadang kegagalan implementasi terjadi karena rendahnya tingkat penerimaan pengguna. Karena kesuksesan dan kegagalan implementasi sistem sangat bergantung pada penerimaan pengguna sistem, banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi penerimaan pengguna [6].
Permasalahan lain yang biasanya terjadi dalam penggunaan sebuah sistem informasi adalah tidak kompatibelnya teknologi dengan proses bisnis dan cakupan informasi yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi [7]. Penerimaan terhadap teknologi mencakup tiga dimensi, karakteristik individu, karakteristik teknologi dan karakteristik dalam konteks organisasi [8]. Oleh karena itu, dalam melakukan evaluasi terhadap penerimaan pengguna, tiga komponen itu penting untuk dilakukan evaluasi secara bersama-sama untuk memahami sejauh mana kesesuaian diantara ketiga komponen tersebut. Selain penggunaan sistem yang belum merata, motivasi penelitian kesuksesan SISDM dilakukan karena SISDM tergolong sebagai suatu sistem yang terus berkembang, SISDM akan terus menyesuaikan dengan perubahan lingkungan kerja di BPK agar dapat memenuhi harapan pemilik kepentingan [4].
Evaluasi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan untuk menentukan keberhasilan implementasi suatu sistem informasi. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi mengenai sejauh mana keberhasilan pencapaian tujuan sistem tersebut dan juga umpan balik untuk meningkatkan kualitas sistem di masa mendatang. Evaluasi terhadap SISDM pada BPK RI sebelumnya telah dilakukan oleh Ardianto [9] yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna akhir SISDM di lingkungan BPK RI dengan menggunakan modifikasian model DeLone dan McLean (2003), model Seddon (1997) serta model Doll dan Torkzadeh (1988).
Penelitian yang dilakukan oleh Ardianto [9] belum menilai penerimaan terhadap sistem informasi SISDM dan manfaat bersih penggunaan sistem serta hubungan antara human-organisasi-teknologi dalam implementasinya di
ling-6
kungan BPK RI. Selain itu, Venkatesh et al. [10] menyatakan bahwa berdasarkan perhitungan, model TAM hanya mampu menghitung hingga 53% dari varian (adjusted R2) dibandingkan model Unified Theory of Acceptance and Usage of
Technology (UTAUT) yang mampu menghitung hingga 70% dari varian (adjusted
R2).
Penelitian ini menggunakan model terintegrasi [11] yakni penggabungan tiga teori sistem informasi yaitu model UTAUT, model kesuksesan sistem informasi (SI) DeLone dan McLean, serta model kesesuaian human-organisasi-teknologi (Human Organization Technology-HOT Fit). Penggabungan faktor independen dari model kesuksesan DeLone dan McLean dan model UTAUT serta penambahan model kesesuaian human-organisasi-teknologi menghasilkan model terintegrasi yang dapat memberikan representasi lebih baik atas faktor determinan niat penggunaan SISDM. Model integrasi ini dapat mengetahui dampak dari penggunaan sistem. Pembagian faktor penentu menjadi tiga klasifikasi besar yakni human, organisasi, dan teknologi. Pengguna atau human perlu dievaluasi karena berhubungan langsung dengan sistem. Organisasi perlu dievaluasi karena pengenalan teknologi informasi baru dapat mengubah layanan, operasi, dan struktur organisasi. Teknologi perlu dievaluasi karena menjadi bagian dari sistem dalam sebuah organisasi [11].
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan SISDM dalam pengelolaan administrasi dan manajemen kinerja pada Badan Pemeriksa Keuangan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh perwakilan. Hanya beberapa perwakilan yang memiliki tingkat penggunaan yang baik, padahal melalui SISDM diharapkan dapat mendukung suksesnya reformasi birokrasi di BPK RI. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi para pegawai dalam menggunakan SISDM.
7
1.3 Keaslian Penelitian
Penelitian untuk menganalisis faktor-faktor determinan yang mempengaruhi penerimaan pengguna terhadap SISDM ini tentulah bukan penelitian pertama yang bertemakan evaluasi kesuksesan dan faktor-faktor yang berkaitan dengan pendukung implementasi sebuah sistem informasi dan memanfaatkan model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean [12], model UTAUT [10] dan modifikasiannya. Penelitian-penelitian sebelumnya tentang kesuksesan sistem informasi kepegawaian, antara lain:
1. Rahmanita melakukan penelitian untuk mendapatkan bukti empiris mengenai kesuksesan penggunaan sistem Enterprise Resource Planning di PT. Pertamina (Persero). Pengujian dengan menggunakan model DeLone dan McLean yang telah dimodifikasi dengan menambahkan variabel kesesuaian tugas-teknologi [13].
2. Andiono melakukan penelitian untuk mengevaluasi Implementasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (Simpeg) di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Banyumas dengan menggunakan model DeLone dan McLane. Model tersebut memfokuskan pengukuran kesukesan sistem informasi dari segi kualitas sistem, kualitas informasi dan efektivitas dari proses sistem informasi [14].
3. Estuningrum [15] mengevaluasi Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) yang diterapkan di Kabupaten Trenggalek dengan mengetahui tingkat penerimaan pengguna dengan integrasi model UTAUT dan Task Technology
Fit (TTF) [11]. Penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian tugas dan
teknologi, kinerja yang diharapkan, tingkat kemudahan yang diharapkan, dan pengaruh sosial tidak berpengaruh pada penerimaan pengguna, sehingga menyebabkan tingkat penerimaan pengguna dan minat menggunakan SAPK menjadi rendah. Hanya faktor kondisi fasilitas yang ada, yang mendukung penerimaan pengguna.
4. Ardianto [9] melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna akhir terhadap SISDM di lingkungan BPK
8
RI dengan menggunakan modifikasian model DeLone dan McLean (2003), model Seddon (1997) serta model Doll dan Torkzadeh (1988). Model EUCS digunakan untuk menilai kepuasan pengguna akhir SISDM berupa content,
accuracy, format, ease of use dan timeliness sebagai second order Confirmatory Factor Analysis (CFA).
Penelitian yang dilakukan oleh Indriani [16] untuk mengetahui tingkat penerimaan e-KTP di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan e-KTP adalah performance
expectancy, facilitating conditions, dan perceive credibility. Hasil penelitian
menunjukkan efek moderasi gender cukup rendah, namun terbukti mampu mempengaruhi hubungan facilitating conditions terhadap intention to use dengan nilai interaksi negatif.
Penelitian dengan menggunakan model evaluasi terintegrasi yang dilakukan Mohamadali dan Garibaldi [11] mengajukan sebuah kerangka baru untuk melakukan evaluasi penerimaan pengguna atas teknologi perangkat lunak pada sektor pelayanan kesehatan dengan menggabungkan model kesuksesan DeLone dan McLean, model UTAUT dan model TTF, penelitian tersebut hanya mengusulkan kerangka baru saja, belum sampai mengimplementasikan kerangka tersebut untuk pengujian penelitian empiris kuantitatif.
Yuliasari [17] dengan menggabungkan model kesuksesan SI DeLone dan McLean, model UTAUT, serta model kesesuaian HOT Fit dengan menambahkan variabel struktur organisasi (organiztion structure) dan lingkungan organisasi (organization environment). Penelitian Yuliasari [17] dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam menggunakan sistem aplikasi pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah (SiAP LKPD) dan implikasinya terhadap kinerja auditor (Studi kasus pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengguna belum merasakan manfaat yang diharapkan dari penggunaan SiAP LKPD.
9
Penelitian ini akan mengevaluasi kesesuaian, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengguna dalam memanfaatkan SISDM dengan menggunakan model terintegrasi yang mengacu pada model yang dikembangkan oleh Mohamadali dan Garibaldi [11] dan penelitian Yuliasari [17] dengan kerangka integrasi tiga model yang menggabungkan model kesuksesan SI DeLone dan McLean, faktor independen pada model UTAUT, serta kesesuaian human-organisasi-teknologi HOT-Fit dengan modifikasi. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu faktor human, faktor teknologi dan organisasi dengan modifikasi variabel pada faktor human dan organisasi sesuai dengan konteks SISDM dan kondisional Perwakilan BPK yang menjadi obyek penelitian.
Faktor human terdiri dari variabel independen model UTAUT, yaitu variabel harapan kinerja (performance expectancy), harapan usaha (effort
expectancy), dan modifikasi dengan mengganti variabel pengaruh sosial (social influence) dengan variabel pengaruh teman sebaya (peer influence) yang mengacu
pada penelitian Al Awadhi dan Moris [18] yang meneliti faktor-faktor yang menentukan pengadopsian layanan e-government di sebuah negara berkembang (Kuwait), serta penggunaan variabel moderasi umur, gender dan experience.
Faktor teknologi terdiri dari variabel independen model kesuksesan SI DeLone dan McLean, yaitu variabel kualitas informasi (information quality), kualitas layanan (service quality) dan kualitas sistem (system quality).
Faktor organisasi terdiri dari kondisi fasilitas (facilitating condition) dan modifikasi dengan menambah variabel budaya organisasi (organizational
culture), mengacu pada penelitian Supriyadi [19] yang menunjukkan bahwa
budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap niat penggunaan dan pengembangan sistem e-gov di BPOM RI serta menambah variabel dukungan manajemen (management support) mengacu pada Penelitian Kartana [20], dan Choe [21] yang mengungkapkan bahwa dukungan manajemen berpengaruh pada keberhasilan sistem informasi. Penelitian ini menggunakan second order
10
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis penggunaan SISDM terhadap proses pengelolaan administrasi dan penilaian kinerja sumberdaya manusia yang mendukung reformasi birokrasi di BPK RI.
2. Menganalisis faktor-faktor determinan penggunaan SISDM pada BPK RI.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan masukan dan saran bagi pengambil kebijakan di BPK RI utamanya untuk bagian SDM dalam menentukan langkah-langkah strategis dalam melakukan perbaikan dan pengembangan SISDM sebagai sistem terintegrasi pada BPK RI di masa-masa yang akan datang. Hasil dari penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan rekomendasi bagi Pimpinan dan Biro TI BPK terhadap implementasi SISDM di 34 perwakilan. Analisis faktor determinan penggunaan SISDM dapat memberikan gambaran secara utuh tingkat kesiapan dan permasalahan pokok implementasi SISDM, serta menjadi acuan bagi pemegang kebijakan pada kantor perwakilan tersebut untuk mengambil langkah antisipatif jika diperlukan. Pemahaman mengenai implikasi dari penggunaan SISDM terhadap reformasi birokrasi dapat memberikan gambaran sukses tidaknya sistem ini dalam peningkatan pengelolaan administrasi pegawai secara transparan dan akuntabel serta tersedianya data-data kepegawaian yang akurat.
2. Memberikan sumbangan referensi penelitian khususnya yang berhubungan dengan analisis kesesuaian, kesuksesan dan penerimaan pengguna terhadap Sistem Informasi Sumber Daya Manusia.