PERSAMAAN DIFERENSIAL
PARSIAL
Partial Differential Equations
– PDE
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
2
q
Acuan
q
Chapra, S.C., Canale R.P., 1990, Numerical Methods for Engineers,
2nd Ed., McGraw-Hill Book Co., New York.
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
3
q
Suatu fungsi u yang bergantung pada x dan y: u(x,y)
q
Diferensial u terhadap x di sembarang titik (x,y)
q
Diferensial u terhadap y di sembarang titik (x,y)
(
)
(
)
x
y
x
u
y
x
x
u
x
u
x
Δ
−
Δ
+
=
∂
∂
→ Δ
,
,
lim
0
(
)
(
)
y
y
x
u
y
y
x
u
y
u
y
Δ
−
Δ
+
=
∂
∂
→ Δ
,
,
lim
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
4
Contoh arti fisik:
u elevasi tanah pada peta situasi.
u ditunjukkan oleh garis-garis (kontour) elevasi tanah.
X
Y
buat potongan memanjang di sepanjang garis ini à apa yang akan Sdr lihat?
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
5
q Tingkat (order) PDE adalah tingkat tertinggi suku
derivatif
q PDE merupakan fungsi linear apabila
q fungsi tsb linear pada u dan derivatif u, dan
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
6
0
2 2 2
2 2
=
− ∂ ∂
+
∂ ∂
∂
+
∂ ∂
D y
u C y x
u B x
u A
q PDE yang dibahas pada mk Matek di sini
hanya PDE linear bertingkat dua
q PDE linear bertingkat dua dan fungsi dua
variabel bebas (x,y) dapat dikelompokkan menjadi:
q eliptik
q parabolik
q hiperbolik
B2 − 4AC kategori
< 0 eliptik
= 0 parabolik
> 0 hiperbolik
A, B, C : fungsi x dan y
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
7
B2 − 4AC Kategori Nama Persamaan
< 0 Eliptik Persamaan Laplace (permanen, 2D spasial)
= 0 Parabolik Persamaan konduksi panas (tak-permanen, 1D spasial)
> 0 Hiperbolik Persamaan gelombang (tak-permanen, 1D spasial)
0
2 2
2 2
=
∂
∂
+
∂
∂
y
T
x
T
t
T
x
T
k
∂
∂
=
∂
∂
2 2
2 2
2 2
2
1
t
y
c
x
y
∂
∂
=
PDE Eliptik (Persamaan Laplace)
Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
8
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Laplace
9
∆z
X Y
q Sebuah plat logam persegi tipis
q kedua permukaan dilapisi dengan isolator panas
q sisi-sisi plat diberi panas dengan temperatur tertentu
q transfer panas hanya
dimungkinkan pada arah x
dan y
q Ditinjau pada saat transfer
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Laplace
10
∆x
∆y
q(x)+q(x+∆x)
q(y)+q(y+∆y)
q(y)
X
Y q Pada steady-state condition, aliran kedalam
sebuah elemen (lihat gambar di samping)
selama periode ∆t haruslah sama dengan aliran
yang keluar dari elemen tsb:
( )
( )
(
x x)
y z t q(
y y)
x z t qt z x y q t z y x q
Δ Δ Δ Δ
+ +
Δ Δ Δ Δ
+
=
Δ Δ Δ
+
Δ Δ Δ
q(x) dan q(y) berturut-turut adalah fluks panas arah x dan arah y, dalam satuan kal/cm2/s.
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Laplace
11
∆x
∆y
q(x)+q(x+∆x)
q(y)+q(y+∆y)
q(y)
X
Y q Jika semua suku pada persamaan tsb dibagi
dengan ∆z ∆t, maka:
( )
x y q( )
y x q(
x x)
y q(
y y)
xq Δ + Δ = +Δ Δ + +Δ Δ
q Pengelompokan suku dan perkalian dengan ∆x/ ∆x atau ∆y/∆y menghasilkan:
( )
(
)
( )
(
)
0= Δ Δ Δ
Δ + −
+ Δ Δ Δ
Δ + −
x y y
y y
q y q y x x
x x
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Laplace
12
∆x
∆y
q(x)+q(x+∆x)
q(y)+q(y+∆y)
q(y)
X
Y q Pembagian dengan ∆x ∆y menghasilkan:
q Mengambil nilai limit persamaan tsb dan
memperhatikan definisi diferensial parsial, maka diperoleh:
0
= ∂ ∂ − ∂ ∂ −
y q x
q
( )
(
)
( )
(
)
0=
Δ
Δ
+
−
+
Δ
Δ
+
−
y
y y
q y q x
x x
q x q
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Laplace
13
∆x
∆y
q(x)+q(x+∆x)
q(y)+q(y+∆y)
q(y)
X Y
q Penyelesaian PDE tsb membutuhkan syarat batas
fluks panas q; padahal syarat batas yang diketahui adalah temperatur T.
q Oleh karena itu, PDE di atas diubah menjadi PDE
dalam T dengan menerapkan Hukum Fourier untuk konduksi panas.
0
= ∂ ∂ − ∂ ∂ −
y q x
q
(Fourier’s law of heat conduction)
i T k
i T C k qi
∂ ∂ ʹ′ − =
∂ ∂ ρ − =
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Laplace
14
∆x
∆y
q(x)+q(x+∆x)
q(y)+q(y+∆y)
q(y)
X Y
i T k i
T C k qi
∂ ∂ ʹ′ −
=
∂ ∂ ρ −
=
q(x)
qi : fluks panas arah i (kal/cm2/s) k : koefisien difusi thermal (cm2/s)
ρ : rapat massa medium (g/cm3)
C : kapasitas panas medium (kal/g/°C)
T : temperatur (°C)
k´ : konduktivitas thermal (kal/s/cm/°C)
q Persamaan di atas menunjukkan bahwa fluks
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Laplace
15
∆x
∆y
q(x)+q(x+∆x)
q(y)+q(y+∆y)
q(y)
X Y
0
2 2
2 2
=
∂ ∂
+
∂ ∂
y T x
T
q(x)
q Dengan memakai Fick’s Law, maka persamaan
konservasi energi dapat dituliskan sbb.
(
x y)
f y
T x
T
,
2 2
2 2
=
∂ ∂
+
∂ ∂
q Jika ada source atau sink:
(Persamaan Laplace)
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Persamaan Laplace
16
∆x
∆y
q(x)+q(x+∆x)
q(y)+q(y+∆y)
q(y)
X Y
i H K qi
∂ ∂ −
=
q(x)
qi : debit aliran arah i (m3/m/s) K : konduktivitas hidraulik (m2/s) H : tinggi energi hidraulik (m)
i : panjang lintasan, panjang aliran (m) q Persamaan tsb sama dengan persamaan aliran
melalui medium porus (Hukum Darcy).
0
2 2
2 2
= ∂ ∂ + ∂ ∂
y H x
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace
17
q
Penyelesaian persamaan Laplace, dan berbagai PDE di bidang enjiniring,
hampir tidak pernah dilakukan secara analitis, kecuali untuk kasus-kasus
yang sederhana.
q
Penyelesaian hampir selalu dilakukan dengan cara numeris.
q
Teknik penyelesaian PDE secara numeris
q Metode beda hingga (finite difference approximation, FDA)
q Metode elemen hingga (finite element method, FEM)
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Finite Difference Approach – FDA
18
∆x
∆y
X
Y q Langkah pertama dalam FDA
q Domain fisik plat persegi dibagi menjadi sejumlah pias atau grid titik-titik diskrit.
q PDE Laplace diubah menjadi persamaan beda hingga di setiap titik hitung (i,j).
q Di titik hitung interior (simbol bulat hitam):
0 1 2 3 4 0
1 2 3 4
2
1 , ,
1 , 2
2
2
, 1 ,
, 1 2
2
2 2
y T T
T y
T
x T T
T x
T
j i j i j
i
j i j i j
i
Δ
+
− ≈
∂ ∂
Δ
+
− ≈
∂ ∂
−
+
−
+ § diferensi tengah
(central difference)
§ error = O[(∆x)2] &
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Finite Difference Approach – FDA
19
∆x
∆y
X
Y q Persamaan Laplace dalam bentuk beda hingga:
0 1 2 3 4 0
1 2 3
4 1, 2 ,2 1, , 1 2 ,2 , 1 = 0
Δ + −
+ Δ
+
− − + −
+
y T T
T x
T T
Ti j i j i j i j i j i j
q Jika ukuran grid seragam, ∆x = ∆y, maka:
0 4 ,
1 , 1 , ,
1 ,
1 + − + + + − − =
+ j i j i j i j i j
i T T T T
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Finite Difference Approach – FDA
20
0 75 4
0 4
1 , 2 2 , 1 1 , 1
1 , 1 0
, 1 2 , 1 1 , 0 1 , 2
− − = +
+ −
= −
+ +
+
T T
T
T T
T T
T
q Di titik-titik yang berada di batas domain (simbol bulat putih), berlaku syarat batas (boundary
conditions) à temperatur diketahui/ditetapkan.
q BC semacam itu dikenal dengan nama Dirichlet boundary condition.
q Di titik (1,1):
50°C
75°C
0°C 100°C
q Di 8 titik interior yang lain pun dapat dituliskan persamaan beda hingga diskrit semacam di atas. X
Y
0 1 2 3 4 0
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Finite Difference Approach – FDA
21
q Dari 9 titik interior diperoleh sistem persamaan
aljabar linear yang terdiri dari 9 persamaan dengan 9 unknowns.
50°C
75°C
0°C 100°C
X Y
0 1 2 3 4 0
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace
22
150 4
100 4
175 4
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace
23
150 100 175 50
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace
24
q
Sistem persamaan aljabar yang dihasilkan dari penerapan persamaan
beda hingga di semua titik interior
q diselesaikan dengan salah satu Metode yang telah dibahas pada kuliah sebelum
UTS
q untuk 9 persamaan, penyelesaian masih dapat dilakukan dengan mudah memakai
cara tabulasi spreadsheet
q untuk jumlah persamaan yang banyak, seperti biasa ditemui dalam permasalahan
civil engineering, perlu bantuan program komputer
n MatLab (program aplikasi berbayar)
n SciLab (mirip MatLab, program aplikasi open source, platform Windows, MacOS, Linux)
n Numerical Recipes
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace
25
q
Metode iteratif: Gauss-Seidel iteration method
q Dipakai SOR (Successive Over Relaxation) method untuk mempercepat konvergensi
q Kriteria konvergensi
4
hitungan dilakukan dengan bantuan tabulasi spreadsheet
( )
( ) 1%
max
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace
26
iterasi, n T1,1 T2,1 T3,1 T1,2 T2,2 T3,2 T1,3 T2,3 T3,3 ∆Tmax
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ---
1 28.1250 10.5469 22.7051 38.6719 18.4570 34.1858 80.1270 74.4690 96.9955 100.0%
2 32.5195 22.3572 28.6011 55.8311 60.8377 71.5700 74.4241 87.3620 67.3517 69.7%
3 41.1859 37.8056 45.4653 71.2290 70.0686 51.5471 87.8846 78.3084 71.2700 40.9%
4 48.4201 42.5799 31.3150 66.3094 54.4950 51.8814 75.9144 73.9756 67.8114 45.2%
5 44.7485 27.6695 32.9241 59.9274 52.7977 50.3842 77.8814 74.9462 69.3432 53.9%
6 38.5996 32.7858 33.4767 60.5401 55.5973 52.9643 77.4916 75.9389 69.9171 15.9%
7 43.8224 33.4432 34.4145 63.6144 56.9367 52.7435 79.2117 76.8051 69.8722 11.9%
8 42.6104 33.5140 33.8893 62.4499 56.0988 52.3259 78.2398 75.6765 69.3148 2.8%
9 42.8062 33.0409 33.8179 62.3681 55.7299 52.1605 78.2718 75.9054 69.6173 1.4%
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace
27
Y
0 1 2 3 4 0
1 2 3 4
50°C
75°C
0°C 100°C
42.50 32.99 33.77 62.24 55.87 52.39 78.29 75.96 69.57
0 20 40 60 80 100
0 1 2 3 4
T°C T°C
i T°C
j = 1 j = 2 j = 3
X
0 20 40 60 80 100
0 1 2 3 4
T°C T°C
j T°C
i = 3 i = 1
PDE Parabolik
Penyelesaian PDE Parabolik
FDA Skema Eksplisit
FDA Skema Implisit
FDA Skema Crank-Nicolson
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
PDE Parabolik
29
panas dingin
Batang logam pipih-panjang dibungkus isolator panas, kecuali di kedua ujung batang yang diberi panas dengan temperatur berbeda, panas dan dingin.
X
q Heat balance di dalam batang A
( )
x A t q(
x x)
A t xA C T q Δ − +Δ Δ = Δ ρ Δinput output storage
( )
(
)
t T C x
x x
q x q
Δ Δ ρ
=
Δ
Δ
+
−
q limit persamaan tsb untuk ∆x, ∆t à 0
t T C x
q
∂ ∂ ρ
=
∂ ∂ −
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
PDE Parabolik
30
panas dingin
Batang logam pipih-panjang dibungkus isolator panas, kecuali di kedua ujung batang yang diberi panas dengan temperatur berbeda, panas dan dingin.
X
q Hukum Fourier untuk konduksi panas A
2 2
x T k t T
∂ ∂
=
∂ ∂
x T C k q
∂ ∂ ρ −
=
q Persamaan heat balance menjadi
Persamaan konduksi panas
q Persamaan di atas merupakan persamaan
difusi
q transpor polutan
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit dan Skema Implisit
31
2 2
x
T
k
t
T
∂
∂
=
∂
∂
q
Temperatur batang merupakan fungsi waktu dan ruang
q terhadap waktu, T berupa suku derivatif pertama
q terhadap ruang, T berupa suku derivatif kedua
q
Langkah hitungan pada FDA
q T pada waktu t+∆t dihitung berdasarkan T pada waktu t
q T pada waktu t sudah diketahui dari nilai/syarat awal (initial
condition) atau dari hasil hitungan langkah sebelumnya
q saat menghitung T di suatu titik pada suku derivatif ruang, T
yang mana yang dipakai?
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit dan Skema Implisit
32
k konstan di sepanjang batang dan di sepanjang waktu
Skema Eksplisit
Skema Implisit
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit dan Skema Implisit
33
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit
34
t
X n
n+1
8 2
(
n n)
i n
i n
i n
i x T T Ti
t k T
T 1 2 ⎟ 1−2 + +1
⎠ ⎞ ⎜
⎝ ⎛
Δ Δ
+
= −
+ Skema Eksplisit
10 6
0 4 x (cm)
q
Konduksi panas di sebuah batang aluminium
pipih panjang
q panjang batang, L = 10 cm, ∆x = 2 cm
q time step, ∆t = 0.1 s
q koefisien difusi thermal, k = 0.835 cm2/s
q syarat batas: T(x=0,t)= 100°C dan
T(x=20,t) = 50°C
q nilai awal: T(x,t=0) = 0°C
2 2
x T k t T
∂ ∂
=
∂ ∂
100°C
T
=
5
0
°C
4
1 3 5
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit
35
iterasi waktu (s) temperatur (°C) di titik hitung
n t T0 T1 T2 T3 T4 T5
0 0 100 0 0 0 0 50
1 0.1 100 2.0875 0 0 1.0438 50
2 0.2 100 4.0878 0.0436 0.0218 2.0439 50
3 0.3 100 6.0056 0.1275 0.0645 3.0028 50
4 0.4 100 7.8450 0.2489 0.1271 3.9225 50
5 0.5 100 9.6102 0.4050 0.2089 4.8052 50
(
2)
1,2,3,41 1
2 1
= +
− ⎟
⎠ ⎞ ⎜
⎝ ⎛
Δ Δ
+ =
−
+ +
i T
T T
x t k T
Tin in in in in
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit
36
0 20 40 60 80 100 120
0 2 4 6 8 10
Temperatur (°C)
Jarak (cm)
t = 3 s
t = 12 s
t = 9 s
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit
37
q
Konvergensi dan stabilitas hitungan
q Konvergensi berarti bahwa jika ∆x dan ∆t mendekati nol, maka penyelesaian FDA mendekati penyelesaian eksak.
q Stabilitas berarti bahwa kesalahan hitungan di setiap tahap hitungan tidak mengalami amplifikasi, tetapi mengecil seiring dengan berjalannya hitungan.
q
Skema eksplisit konvergen dan stabil jika:
2 1 2 ≤
Δ Δ
x t k
k x t
2
2 1 Δ ≤ Δ
≤ ½ dapat terjadi oskilasi kesalahan
hitungan
≤ ¼ tidak terjadi oskilasi kesalahan
hitungan
= 1/6 meminimumkan truncation error
2
x t k
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit
38
q
Konvergensi dan stabilitas hitungan
q untuk mendapatkan akurasi hasil hitungan, dibutuhkan ∆x kecil, namun
q konsekuensi ∆x kecil adalah ∆t pun harus kecil untuk menjamin konvergensi dan kestabilan hitungan
q jika ∆x dikalikan faktor ½, maka ∆t perlu dikalikan faktor ¼ untuk mempertahankan konvergensi dan kestabilan hitungan
q skema eksplisit menjadi mahal, dalam arti beban hitungan bertambah besar
2 1 2 ≤
Δ Δ
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit
39
t
X n
n+1
8 2
Skema Eksplisit
10 6
0 4
x (cm)
q
Konduksi panas di sebuah batang aluminium
pipih panjang
q panjang batang, L = 10 cm, ∆x = 2 cm
q time step, ∆t = 0.1 s
q koefisien difusi thermal, k = 0.835 cm2/s
q syarat batas: T(x=0,t)= 100°C dan
T(x=20,t) = 50°C
q nilai awal: T(x,t=0) = 0°C
2 2
x T k t T
∂ ∂
=
∂ ∂
100°C
T
=
5
0
°C
Hitung dengan skema eksplisit:
2 1
2 >
Δ Δ
x t k
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Implisit
40
Skema Implisit
10 6
0 4 x (cm)
q
Konduksi panas di sebuah batang aluminium
pipih panjang
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Implisit
41
020875 .
0 04175
. 1 020875
. 0 :
4 node
020875 .
0 04175
. 1 020875
. 0 :
3 node
020875 .
0 04175
. 1 020875
. 0 :
2 node
020875 .
0 020875
. 0 04175
. 1 :
1 node
T 020875
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Implisit
42
04375 .
1 0 0 0875 .
2
04175 .
1 020875
. 0 0
0
020875 .
0 04175
. 1 020875
. 0 0
0 020875
. 0 04175
. 1 020875 .
0
0 0
020875 .
0 04175
.
q Diperoleh 4 persamaan dengan 4 unknowns
matriks tridiagonal
q Apabila jumlah persamaan banyak, penyelesaian dilakukan dengan bantuan
program komputer.
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Implisit
43
04375 .
1 0 0 0875 .
2
04175 .
1 020875
. 0 0
0
020875 .
0 04175
. 1 020875
. 0 0
0 020875
. 0 04175
. 1 020875 .
0
0 0
020875 .
0 04175
.
q Karena hanya 4 persamaan, penyelesaian masih mudah dilakukan dengan bantuan spreadsheet MSExcel
[A] {T} {RHS}
{T} = [A]−1 {RHS}
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Implisit
44
0023 .
1
0209 .
0
0406 .
0
0047 .
2
04375 .
1 0 0 0875 .
2
960309 .
0 0192508 .
0 0003859 .
0 0
0192508 .
0 960309 .
0 0192508 .
0 0003859 .
0
0003859 .
0 0192508 .
0 960309 .
0 0192508 .
0
0 0003859
. 0 0192508 .
0 960309 .
q Penyelesaian persamaan tsb dengan bantuan spreadsheet MSExcel adalah:
[A]−1
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Implisit
45
0461 .
2
0209 .
0
0406 .
0
1750 .
4
020875 .
0
020875 .
0
RHS
5
q Matriks koefisien persamaan [A] tidak berubah
q Matriks di sebelah kanan tanda “=“ berubah dan merupakan fungsi T pada saat n=1
⎪
9653 .
1
0619 .
0
1206 .
0
0101 .
4
0461 .
2
0209 .
0
0406 .
0
1750 .
4
960309 .
0 0192508 .
0 0003859 .
0 0
0192508 .
0 960309 .
0 0192508 .
0 0003859 .
0
0003859 .
0 0192508 .
0 960309 .
0 0192508 .
0
0 0003859
. 0 0192508 .
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Implisit
46
Konduksi atau perambatan panas hasil hitungan
dengan skema implisit tampak lebih cepat daripada hasil hitungan
dengan skema eksplisit (pada
t = 3 s).
0 20 40 60 80 100 120
0 2 4 6 8 10
Temp
er
a
tu
r
(°
C)
Jarak (cm)
t = 3 s
implisit
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit dan Implisit
q Persamaan dan teknik
penyelesaiannya straight-forward, penyelesaian dilakukan node per
node
q Rentan terhadap konvergensi dan
stabilitas hitungan
q Time step terkendala oleh
konvergensi dan stabilitas hitungan
q Persamaan dan teknik penyelesaian
lebih “rumit”, penyelesaian dilakukan secara simultan untuk seluruh node
q Konvergensi dan stabilitas hitungan
lebih mudah dijaga
q Time step tidak terkendala oleh
konvergensi dan stabilitas hitungan 47
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit dan Implisit
48
t
X
Skema Eksplisit
1) Saat menghitung T di i, hanya titik-titik hitung (nodes) di dalam segitiga ini yang berpengaruh dalam hitungan. 2) Saat menghitung T di i, titik-titik hitung
(nodes) di kedua zona ini tidak
diperhitungkan, padahal secara fisik, justru node-node di sini berpengaruh thd T di titik i.
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Eksplisit dan Implisit
49
2 2
x
T
k
t
T
∂
∂
=
∂
∂
2
1 1
1 1 1
1
2
x
T
T
T
k
t
T
T
in nn i n
i n
i i
Δ
+
−
=
Δ
−
++ + ++
−
Skema Implisit
1st order accurate 2nd order accurate
1) Skema implisit menjamin konvergensi dan stabilitas hitungan, namun aproximasi suku derivatif waktu dan suku derivatif ruang memiliki akurasi berbeda.
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Metode Crank-Nicolson
50
Skema Crank-Nicolson
n+½
q Aproksimasi suku derivatif waktu ditempatkan
pada waktu n+½
q Aproksimasi suku derivatif ruang pada waktu n
+½ dianggap sbg nilai rata-rata derivatif pada
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Metode Crank-Nicolson
51
Skema Crank-Nicolson
n+½
q Bentuk beda hingga persamaan parabola dengan
demikian dapat dituliskan sbb.
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Crank-Nicolson
52
t
X n
n+1
8
2 6 10
0 4 x (cm)
q
Konduksi panas di sebuah batang aluminium
pipih panjang
q panjang batang, L = 10 cm, ∆x = 2 cm
q time step, ∆t = 0.1 s
q koefisien difusi thermal, k = 0.835 cm2/s
q syarat batas: T(x=0,t)= 100°C dan
T(x=20,t) = 50°C
q nilai awal: T(x,t=0) = 0°C
2 2
x T k t T
∂ ∂
=
∂ ∂
100°C
T
=
5
0
°C
4
1 3 5
0 2 i
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Crank-Nicolson
53
q Hitungan pada saat n+1=1 atau t+∆t = 0.1 s:
0875 .
2 04175
. 2 020875
. 0 :
4 node
0 020875
. 0 04175
. 2 020875
. 0 :
3 node
0 020875
. 0 04175
. 2 020875
. 0 :
2 node
1750 .
4 020875
. 0 04175
. 2 :
1 node
1
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Implisit
54
0875 .
2 0 0 1750 .
4
04175 .
2 020875
. 0 0
0
020875 .
0 04175
. 2 020875
. 0 0
0 020875
. 0 04175
. 2 020875
. 0
0 0
020875 .
0 04175
.
q Diperoleh 4 persamaan dengan 4 unknowns
matriks tridiagonal
q Apabila jumlah persamaan banyak, penyelesaian dilakukan dengan bantuan
program komputer.
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Implisit
55
q Karena hanya 4 persamaan, penyelesaian masih mudah dilakukan dengan bantuan
spreadsheet MSExcel
[A] {T} {RHS}
{T} = [A]−1 {RHS}
Gunakan fungsi =MINVERSE(…) dan =MMULT(…) dalam MSExcel
⎪
0875 .
2 0 0 1750 .
4
04175 .
2 020875
. 0 0
0
020875 .
0 04175
. 2 020875
. 0 0
0 020875
. 0 04175
. 2 020875
. 0
0 0
020875 .
0 04175
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Implisit
56
0225 .
1
0107 .
0
0210 .
0
0450 .
2
0875 .
2 0 0 0450 .
4
4898271 .
0 0050086 .
0 0000512 .
0 0
0050086 .
0 4898271 .
0 0050086 .
0 0000512 .
0
0000512 .
0 0050086 .
0 4898271 .
0 0050086 .
0
0 0000512
. 0 0050086 .
0 4898271 .
q Penyelesaian persamaan tsb dengan bantuan spreadsheet MSExcel adalah:
[A]−1
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Crank-Nicolson
57
0901 .
4
0427 .
0
0841 .
0
1797 .
8
RHS
q Hitungan pada saat n+1=2 atau t+∆t = 0.2 s:
q Matriks koefisien persamaan [A] tidak berubah
q Matriks di sebelah kanan tanda “=“ berubah dan merupakan fungsi T pada saat n=1
⎪
0036 .
2
0422 .
0
0826 .
0
0071 .
4
0901 .
4
0427 .
0
0841 .
0
1797 .
8
4898271 .
0 0050086 .
0 0000512 .
0 0
0050086 .
0 4898271 .
0 0050086 .
0 0000512 .
0
0000512 .
0 0050086 .
0 4898271 .
0 0050086 .
0
0 0000512
. 0 0050086 .
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Crank-Nicolson
58
Konduksi atau perambatan panas hasil hitungan
dengan skema Crank-Nicolson tampak mirip dengan hasil hitungan
dengan skema eksplisit (pada
t = 3 s).
0 20 40 60 80 100 120
0 2 4 6 8 10
Temp
er
a
tu
r
(°
C)
Jarak (cm)
t = 3 s
implisit
Crank-Nicolson
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Skema Crank-Nicolson
59
2 2
x T k t T
∂ ∂
=
∂ ∂
(
)
⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
Δ
+
− φ
−
+
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
Δ
+
− φ
=
Δ
− ++ + −+ + −
+
2
1 1
2
1 1 1
1 1 1
2 1
2
x T T T
k x
T T
T k t
T
Tin in in in in in in in
q
Skema FDA
q φ = 0 : skema eksplisit q φ = 1 : skema implisit
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA Persamaan Parabolik
60
q
Bentuk umum FDA persamaan diferensial parsial parabolik
http://istiarto.staff.ugm.ac.id
FDA: Persamaan Parabolik
61
t
X n
n+1
8
2 6 10
0 4 x (cm)
q
Konduksi panas di sebuah batang aluminium
pipih panjang
q panjang batang, L = 10 cm, ∆x = 1 cm (!!)
q time step, ∆t = 0.1 s
q koefisien difusi thermal, k = 0.835 cm2/s
q syarat batas: T(x=0,t)= 100°C dan
T(x=20,t) = 50°C
q nilai awal: T(x,t=0) = 0°C
100°C
T
=
5
0
°C
8
2 6 10
0 4 i
q
Hitung sampai steady-state condition
q Skema eksplisit
q Skema implisit
q Skema Crank-Nicolson
PR/ Tugas 1
2 2
x T k t T
∂ ∂
=
∂ ∂
5 7 9 3
http://istiarto.staff.ugm.ac.id