• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi Mesin Sachet Kopi Celup Semi Otomatis Untuk Peningkatan Produksi Dan Perluasan Segmen Pasar Kopi Temanggungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teknologi Mesin Sachet Kopi Celup Semi Otomatis Untuk Peningkatan Produksi Dan Perluasan Segmen Pasar Kopi Temanggungan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi 7 NO 1 April 2015

Untuk Peningkatan Produksi Dan Perluasan Segmen

Pasar Kopi Temanggungan

YB. Praharto 1, Bambang Sugiantoro2, Sakuri Dahlan3

1 Teknik Elektro STT Wiworotomo Purwokerto 2 Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto 3 Teknik Industri STT Wiworotomo Purwokerto

Jl. Semingkir No. 1 Purwokerto

Abstrak

Pengabdian masyarakat dalam bentuk penerapan teknologi tepat guna (TTG) ini dilaksanakan di kelompok Usaha pengolahan kopi (UKM kopi luwak) di Desa Munseng, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, yang dipimpin pak pratikno, angota UKM ini berjumlah 17 orang. Tujuan umum dari program ini adalah untuk meningkatkankan kesejahteraan anggota UKM, melalui perluasan segmen pasar kopi. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk Menyediakan seperangkat mesin pengemas primer kopi sachet, sehingga dapat memperluas segmen pasar. Pengabdian ini akan dilaksanakan tiga tahap selama 6 bulan. Tahap Pertama adalah yang paling lama (4 bulan), Karena penyediaan alat pengemas kopi celup. Tahap Kedua, pengujian mutu kopi celup, pengabdian tahap kedua (1 bulan) ini akan dilakukan beberapa kali dengan berbagai uji coba alat dan bahan pengemas, sampai diperoleh mutu kopi celup yang memenuhi standard mutu SNI 01-4282-1996. Tahap Ketiga (1 bulan) adalah penyerahan alat kepada kelompok sasaran, pelatihan teknis dan manjemen, setelah seluruh rangkaian teknologi dan operasionalnya ditemukan. Alat pengemas berbasis teknologi tepat guna yang sudah diaplikasikan mempunyai spesifikasi sebagai berikut : Dimensi mesin pengemas : 50cm x 30 cm x 110 cm (dengan dilengkapi roda pada bagian bawah alat, sehingga alat mudah untuk dipindahkan), Berat mesin pengemas : 50 kg, Bahan mesin :Bagian yang kontak dengan kopi dan kantung kertas : terbuat dari stainless steel, Rangkan mesin : terbuat dari standard steel, Daya listrik yang dibutuhkan 600 watt (pada saat mengemas), 240 watt (pada saat alat menyala tetapi tidak digunakan untuk mengemas). Pemotong : multi cutter slices, Jenis mesin : semi otomatis.

Kata kunci : Kopi Sachet, Mesin Pengemas Semi Otomatis, SNI

1. Pendahuluan

(2)

perkembangan industri ini akan mengakibatkan komponen-komponen ekonomi di sektor hulu akan terangkat pula, sehingga mempercepat perputaran ekonomi pada semua segmen yang pada akhirnya akan sangat membantu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan demikian, produktivitas industri cenderung menjadi lebih maju dibandingkan dengan kegiatan pertanian yang bersifat tradisional[1].

1.1. Mutu Kopi DPD APEKI Temanggung

Kopi merupakan sumber utama kafein. Begitu terkenalnya kopi sampai timbul istilah coffee break atau "rehat kopi" di setiap acara resmi seperti seminar, lokakarya dan rapat. Saat itu para tamu atau peserta beristirahat sebentar untuk menikmati kue-kue sambil minum secangkir kopi atau teh. Sementara dalam kehidupan sehari-hari, kopi seringkali dijadikan pendamping sarapan pagi[2]. Minum kopi ternyata dapat meningkatkan resiko terkena stroke. Sebuah penelitian yang dimuat dalam journal of neurology, neurosurgry and psychiatry tahun 2002 menyimpulkan bahwa minum lebih dari 5 gelas kopi per hari akan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah[3]. Kafein juga dapat menyebabkan insomnia, mudah gugup, sakit kepala, merasa tegang dan cepat marah. Pada wanita hamil juga disarankan tidak mengkonsumsi kopi dan makanan yang mengandung kafein. Hal ini karena kafein dapat meningkatkan denyut jantung. Pada janin dapat menyerang plasenta dan masuk dalam sirkulasi darah janin. Dampak terburuknya, bisa menyebabkan keguguran[3].

Tabel 1.1. Perbandingan kadar kafein kopi Temanggung dengan kopi daerah-daerah lain di Indonesia[4]

No Jenis Kopi Kadar Kafein (%b/b)

Arabika Robusta

1 Kopi Temanggung 1.88 1.97

2 Kopi Luwak Temanggung 1.76 1.84

3 Kopi Makasar 1.85 1.91

4 Kopi Lampung 1.84 1.89

5 Kopi Bali 1.87 1.92

Kopi luwak di Temanggung teramati memiliki kadar kafein yang lebih rendah, baik untuk kopi Arabika maupun Robusta, yaitu menjadi 1.76% dan 1.84%. Lebih rendahnya kadar kafein pada kopi luwak ini juga ditemukan di daerah lain, seperti di Makasar, kopi robusta kandungan kafeinnya menurun dari 1,91% menjadi 1,77%, sedang untuk kopi arabika dari 1,85% menjadi 1,74%[4].

1.2. Kopi Celup

Kopi celup adalah kopi bubuk hasil dari biji kopi yang disangrai (roasted) kemudian digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu yang tidak membahayakan kesehatan, dan dikemas dalam kantong khusus untuk dicelup[5]. Teknologi pengolahan kopi celup selama ini hampir sama halnya seperti teh celup, yang lebih dulu populer di masyarakat. Karena kepopulerannya ini, ketersediaan teknologi, seperti alat pencetak kantong celup, dan perlengkapannya, seperti ketersediaan kertas kantong, juga masih mengikuti teh celup, padahal, butiran kopi lebih halus dibanding teh, sehingga memerlukan kantong dengan ketebalan lebih tinggi, dan kerapatan pori lebih tinggi pula [6].

(3)

Edisi 7 NO 1 April 2015

lepas, mengingat bobot kopi saat basah lebih besar dari pada bobot teh basah. Demikian pula bila ukuran pori-pori kemasan terlalu besar, maka akan banyak kopi yang larut, mengingat ukuran butiran kopi sangat halus, oleh sebab itulah kopi celup memerlukan kertas kemasan yang memiliki ketebalan lebih tinggi dan ukuran pori lebih rapat. Parameter mutu kopi celup berdasarkan SNI No. 01-4282-1996, adalah seperti disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2.Persyaratan mutu kopi celup berdasarkan SNI 01-4282-1996[5]

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

I II

1 Keadaan

1.1 Kantong - Baik dan aman untuk kesehatan

1.2 Tali pengikat & perekat kantong -

Tidak boleh mengandung Cu, Fe,

(4)

kafeinnya berkisar antara 1.84% - 1.89%, sedang kopi Bali yang terkenal kental dan rasanya kuat itu, kandungan kefeinnya antara 1.87% - 1.92%[9][10].

2. Metode Pelaksanaan PKM (TTG)

Pengabdian ini akan dilaksanakan tiga tahap. Tahap Pertama adalah penyediaan alat pengemas sekunder kopi celup. Tahap Kedua, pengujian mutu kopi celup pada tahap kedua. Pengabdian tahap kedua ini akan dilakukan beberapa kali dengan brbagai uji coba alat dan bahan pengemas, sampai diperoleh mutu kopi celup yang memenuhi standard mutu SNI 01-4282-1996. Tahap Ketiga adalah penyerahan alat kepada kelompok sasaran, setelah seluruh rangkaian teknologi dan operasionalnya ditemukan.

2.1. Penyediaan Alat

Penyediaan alat ini ditujukan untuk menyelesaikan salah satu permasalahan yang

dihadapi oleh kelompok sasaran, yaitu bagaimana cara meningkatkat mutu kopi ‘tubruk’

yang memiliki rasa, aroma, dan krema yang khas Kopi Temanggungan dan kuat tetapi tanpa ampas, sehingga tidak mengganggu kenyamanan konsumen saat mengkonsumsinya. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka perlu dibuat inovasi produk baru yaitu produk kopi celup yang memiliki rasa dan aroma yang kuat seperti kopi ’tubruk’, tetapi dengan sedikit ampas. Penyediaan alat pengemas kopi celup ini dilanjutkan dengan penjelasan teknis tentang spesifikasi teknis alat, terutama jenis kemasan, pengaturan ukuran kemasan, suhu pengemas dan pengaturannya, teknik pengisian feeding, teknik pengaturan outlet, serta diteruskan dengan pelatihan tentang operasional penggunaan alat[11]. Penjelasan dan pelatihan tentang spesifikasi alat ini disampaikan kepada pengurus kluster, yang menjadi pihak penerima dari penyediaan alat. Penjelasan dan pelatihan ini diikuti oleh semua anggota kluster. Dari hasil penelitian dilaboratorium, diketahui bahwa kopi bubuk yang dihasilkan dapat dikemas dengan kertas yang sama untuk mengemas teh celup. Akan tetapi, desain ukuran kantong kopi celup berbeda dengan teh, karena untuk membuat kopi yang kental, dibutuhkan kopi bubuk sebanyak 8-12 gr sedangkan ukuran untuk kantong teh celup hanya mampu memuat 5 gr kopi bubuk. Hal ini menjadi dasar pertimbangan dalam mendesain alat pengemas kopi celup.

Alat pengemas yang digunakan mengemas kopi bubuk menjadi kopi celup mempunyai spesifikasi dimensi mesin pengemas : 50cm x 30 cm x 110 cm (dengan dilengkapi roda pada bagian bawah alat, sehingga alat mudah untuk dipindahkan), berat mesin pengemas : 50 kg, Bahan mesin, Bagian yang kontak dengan kopi dan kantung kertas : terbuat dari stainless steel, Rangkan mesin : terbuat dari standard steel, Daya listrik yang dibutuhkan, 600 watt (pada saat mengemas), 240 watt (pada saat alat menyala tetapi tidak digunakan untuk mengemas), Pemanas untuk menseal kantung kopi, Bahan nikelin berlapi dengan ketebalan 0.5 cm, Suhu dapat diatur (antara 90C-150C), dapat disesuaikan dengan jenis kantong kertas yang digunakan dan ketebalan kantong kertas untuk membuat kopi celup, Bagian yang di seal / dipanaskan tiga sisi, Pemotong, multi cutter slices, Jenis mesin semi otomatis, Pengisian kantong dengan kopi manual. Pemotongan dan pengesealan kantung kopi otomatis,

(5)

Edisi 7 NO 1 April 2015

ISSN 1978-2497

ITEKS

Intuisi Teknologi Dan Seni

========================================================================

Gambar 3.1. Rangkaian kontrol feeder

Gambar 3.2. Rangkaian kontrol heater dan pengaturnya

(6)

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Pengujian Produk dan Hasil TTG

a. Pengujian Mutu Kopi Celup

Tahap ini dilakukan untuk mendokumentasikan secara laboratoris mutu kopi celup yang dihasilkan dari penggunaan peralatan kopi celup, yang diserahkan kepada Kluster Temanggung. Sebagai acuan terhadap mutu produk ini digunakan Standard Nasional Indonesia (SNI), sehingga mutu produk kopi yang dihasilkan dapat diterima masyarakat Indonesia, yaitu SNI 01-3542-2004 untuk pengujian mutu kopi celup[12]. Sesuai dengan standard-standard mutu kopi celup tersebut, maka pengujian-pengujian laboratoris akan dilakukan sesuai dengan parameter-parameter yang tertera dalam SNI nomor seri tersebut. Untuk menjamin keberlanjutan pengabdian ini dengan rangkaian penelitian sebelumnya, maka seluruh pengujian laboratorium ini akan dilakukan dengan bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pangan,Unika Soegijapranata, Semarang. Pengujian-pengujian mutu fisik, kimia dan sensori yang akan dilakukan, adalah sebagai berikut:

1. Kadar Air (SNI 01-2983-1992)[13]

Cawan kosong yang sudah dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105°C didinginkan dalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang. Masukkan sebanyak 3 gram dalam cawan porselen. Kemudian dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 105ºC. Setelah itu dimasukkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang berat cawan beserta sampel.

2. Kadar Abu [14].

Cawan porselen kosong dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 550° C dan diinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kemudian 2 gram sampel diletakkan dalam cawan porselen dan dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 550°C selama 3 jam. Kemudian setelah 3 jam, cawan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam. Lalu cawan didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang.

3. Kealkalian dari Abu (SNI 01-2983-1992)[13]

Abu dari pengujian kadar abu ditetesi dengan H2O2 3% dan ditambahkan sebanyak 20 ml 0,5 N HCl. Kemudian dipanaskan selama 10 menit dan disaring ke dalam Erlenmeyer. Setelah tersaring semuanya, dicuci dengan aquades panas. Lalu dititrasi dengan 0,5 N NaOH dan PP sebagai penunjuk. Sedangkan blanko dibuat dengan 20 ml 0,5 N HCl, dipanaskan selama 10 menit, dan dititrasi dengan 0,5 N NaOH.

Keterangan:

a : volume titrasi blanko (ml) b : volume titrasi sampel (ml) N : N NaOH

(7)

Edisi 7 NO 1 April 2015

500 ml. Kemudian ditambahkan 200 ml air mendidih dan didiamkan selama 1 jam. Setelah itu, larutan disaring ke dalam labu ukur 500 ml, kemudian dibilas dengan air panas sampai larutan berwarna jernih. Larutan dibiarkan sampai suhu kamar, ditambahkan air sampai tanda garis. Pipet 50 ml larutan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya. Kemudian dipanaskan di atas hot plate sampai mengering, kemudian masukkan ke dalam

oven pada suhu 105ºC selama 2 jam. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga berat tetap.

5.1. Persiapan aquades filter, Aquadest difilter menggunakan vakum filter dengan membrane filter (pore size: 0,45 μm,diameter 47mm)

5.2. Persiapan larutan induk, Standar kafein ditimbang sebanyak 0,125 gram dan dilarutkan dengan ethanol absolut : aquadest filter ( 1 : 4 ) ke dalam labu ukur 250 ml dan tepatkan sampai pada garis.

5.3. Persiapan larutan standar, Standar larutan induk diambil masing-masing 2 ml, 5 ml, dan 10 ml ke dalam labu ukur 50 ml. Kemudian ditambahkan dengan aquadest filter sampai tanda garis.

5.4. Persiapan larutan Pb-asetat, Sebanyak 115 gram Pb asetat dan 60 gram PbO ditimbang dan dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 500 ml sampai semua PbO larut dan terbentuk larutan berwarna putih keruh. Kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda garis.

5.5. Persiapan larutan uji; Sebanyak 1 gram contoh kopi bubuk dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml dan dilarutkan dengan 40 ml aquades, serta ditambahkan 1 ml Pb asetat. Kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu 100°C selama 15 menit dan didinginkan pada suhu kamar. Setelah itu, dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml dengan menggunakan corong dan bilas erlenmeyer dengan aquades minimal 3 kali, dan tepatkan sampai tanda garis, selanjutnya saring dengan kertas saring Whatman No. 1 ke dalam gelas piala 100 ml. Lalu 10 ml filtrate dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan aquades sampai tanda garis. Kemudian saring filtrat dengan menggunakan

syringe dengan membrane filter (pore size: 0,45 μm, diameter 13 mm) ke dalam tabung

reaksi[15].

3.2 Hasil pengujian mesin sachet fase gerak ( mobile phase )

Solvent yang digunakan sebagai fase gerak (mobile phase) untuk pemeriksaan kadar kafein dengan alat HPLC adalah 70% aquadest filter dan 30% methanol (gradient grade for

(8)

filter dengan membrane filter (pore size : 0,45 μm, diameter 47 mm) sebelum digunakan untuk pemeriksaan.

(a) (b) (c)

Gambar 4. (a) Rangkaian mekanik pemanasan, pemutaran dan pemotongan; (b) mekanik pemutar dan pemanas (c) rangkaian feeder ke filler

Alat pengemas kopi celup yang dihasilkan dirancang agar mudah digunakan dan penggunaanya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, seperti ukuran kantung kopi yang dapat dirubah, sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan atau takaran kopi yang akan dipasarkan.

(a) (b) Gambar 4. (a) forwarder, heater, sealer dan slicer; (b) Mekanik Feeder

Disamping ukuran pengemasnya, tingkat kepanasan pengemasnya juga bisa diatur, sehingga bisa digunakan untuk bahan pengemas yang berbeda, bahkan dapat pula digunakan untuk bahan pengemas aluminium foil. Terlebih lagi, hal ini memungkinkan alat tersebut untuk digunakan dalam pengembangan produk kopi lainnya seperti kopi celup Robusta atau kopi celup Luwak.

4. Kesimpulan dan Saran

Dari kegiatan TTG dengan penerapan teknologi tepat guna, Mesin Pembuat Kopi Sachet, Kopi Temanggungan. Penyediaan alat pada TTG ini adalah, ditujukan untuk menyelesaikan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kelompok sasaran, yaitu

bagaimana cara meningkatkan mutu kopi ‘tubruk’ yang memiliki rasa, aroma, dan krema

(9)

Edisi 7 NO 1 April 2015

dengan kualitas yang baik dan secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, serta memenuhi batasan normatif standard mutu kopi celup Indonesia, Meningkatnya daya saing kelompok usaha kopi Temanggungan dan Bertambahnya akses pasar semua produk kopi yang dihasilkan oleh kelompok. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya permintaan kopi luwak sachet dari hotel dikota wisata seperti Yogyakarta, semarang, malang dan bahkan sudah mulai ada permintaan dari malaisya, dengan kapasitas 200 kg perbulan

5. Daftar Pustaka

[1] Sulistyastuti, D.R. 2004. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1999-2001. Jurnal Ekonomi Pembangungan 9(2). Yogyakarta

[2] Spillane, J. J. (1990). Komoditi Kopi: Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Jakarta.

[3] Elias, R. L. (1979). Chemical Composition of Coffee-Bery By-Products. Coffee Pulp Composition, Technology, and Utilization. Ed. J. E. Braham and Bressani. Ottawa. [4] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Standar Nasional Indonesia No. 01-2907-2008 Mutu

Biji Kopi. Jakarta

[5] BSNI. (1996). Kopi Celup. SNI 01-4282-1996.

[6] Najiyati, S dan Danarti. (2001). Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.

[7] Sivetz, M. & H. E. Foote. (1963). Coffee Processing Technology. The Avi Pubishng Company, Inc. USA.

[8] Koswara, S. (2006). Kopi Rendah Kafein. http://www.ebookpangan.com/ ARTIKEL/KOPI%20RENDAH%20KAFEIN.pdf akses tanggal 17 Maret 2009 [9] Siswoputranto, P.S. (1992). Kopi Internasional dan Indonesia. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

[10] Siswoputranto, P. S. (1993). Perkembangan Teh, Kopi, Cokelat Internasional. Gramedia. Jakarta.

[11] Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[12] BSNI. (2004). Kopi Bubuk. SNI 01-3542-2004. [13] BSNI. (1992). Kopi Instan. SNI 01-2983-1992.

[14] Nugroho, Joko W. K; Juliaty Lumbanbatu & Sri Rahayoe. (2009). Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian Terhadap Sifat FIsik-Mekanis Biji Kopi Robusta. Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN 2081-7152. Yogyakarta.

[15] Resurreccion, A. V. A. (1998). Consumer Sensory Testing for Product Development. Chapman & Hall. Maryland.

Gambar

Tabel 1.1.  Perbandingan kadar kafein kopi Temanggung dengan kopi daerah-daerah lain di Indonesia[4]
Tabel 1.2.Persyaratan mutu kopi celup berdasarkan  SNI 01-4282-1996[5]
Gambar  3.1. Rangkaian kontrol  feeder
Gambar 4. (a) Rangkaian mekanik pemanasan, pemutaran dan pemotongan; (b) mekanik pemutar dan pemanas (c) rangkaian feeder ke filler

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat masih memandang sebelah mata tentang kesehatan ibu, padahal wanita sebagai ibu dan calon ibu memegang peranan penting dalam keluarga dan masyarakat karena

Berdasarkan hasil analisis uji Mann Whitney pada Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan indeks gingiva yang bermakna antara penggunaan pasta gigi yang

Berdasarkan uraian di atas, terdapat ketidakkonsistenan dari hasil penelitian sebelumnya ditambah dengan adanya fenomena berbeda antara teori yang ada, sehingga peneliti

1) Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memasukan pengkajian atau evaluasi fungsi kognitif ke dalam kurikulum pembelajaran mahasiswa untuk meningkatkan

Siswa yang memiliki kemampuan penalaran spasial yang baik akan memahami bahwa susunan kubus satuan pada pembelajaran volume juga berarti dalam menentukan luas permukaan

Hasilnya belum didapatkan titik kejenuhan amonium sulfat untuk mengendapkan enzim bromelin dari bonggol nanas namun pengendapan tertinggi terjadi pada konsentrasi 60 %

 Tekanan dari konstruksi jembatan pada bagian bawah pondasi sumuran tersebut harus lebih kecil atau sama dengan tegangan ijin tanah (   ijin ).  Pondasi

Tingkat kepercayaan ekonomi kawasan euro jatuh ke level terendah dalam lebih dari satu tahun, setelah bank Sentral Eropa mengerahkan stimulus baru untuk memacu