• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepentingan Bangladesh dalam Program BOB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kepentingan Bangladesh dalam Program BOB"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KEPENTINGAN BANGLADESH DALAM PROGRAM THE BAY OF BENGAL LARGE MARINE ECOSYSTEM (BOBLME)

A. Latar Belakang

Samudera Pasifik, Atlantik, dan Hindia sudah sejak dahulu menjadi

sumber daya mineral yang berlimpah. Pasifik merupakan salah satu samudera

dengan sumber mineral dan populasi laut yang sangat banyak. 1 Kekayaan

mineral yang terkandung di dasar samudera ini y menjadikan manusia-manusia

ingin mengambil keuntungan ekonomi dari potensi yang dihasilkan samudera

tersebut. Samudera

Diperkirakan lautan pasifik ini mengandung 207 milyar ton besi, hampir

10 milyar ton titanium, 25 milyar ton magnesium, 1,3 milyar ton timah hitam,

dan hampir 800 juta ton vanadium. Selain perkiraan tersebut lautan pasifik masih

mengandung jenis bahan tambang lain. Cadangan mineral di lautan ini kira-kira

sebanyak 1.700 miliar ton yang tersebar di dasar laut dalam Samudera Pasfik.2

Dua pertiga dari permukaan bumi adalah air laut dan proses ekosistem di

ini massa air yang besar memainkan peran kunci dalam ketahanan pangan, gizi

dan penghidupan manusia, selain menentukan iklim global. Secara global, 64

besar Ekosistem Laut (LMEs) telah diakui. Di antara mereka, 14 berada di bawah

inisiatif internasional yang berbeda untuk mengembangkan strategi untuk

1 Syamsumar Dam, Politik Kelautan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hlm. 144.

(2)

konservasi ekosistem dan pemanfaatan berkelanjutan ikan, mineral dan sumber

daya lainnya.3

Salah satu kawasan dengan potensi alam yang besar dan beragam adalah

Teluk Benggala. Teluk yang terletak di bagian timur laut Lautan Hindia, di barat

Semenanjung Malaya dan barat India, terlihat seperti segitiga. Disebut Teluk

Benggala karena di utaranya ada negara bagian India Benggala Barat dan negara

Bangladesh. Teluk Benggala terletak di kawasan tropika dan dikelilingi oleh

beberapa negara yakni Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Maldives,

Myanmar, Thailand dan Sri Lanka serta merupakan salah satu perairan yang

sangat produktif di dunia. 4

Teluk Benggala telah diakui sebagai yang terbesar kedua dan paling

penting di antara Ekosistem Laut Besar (LMEs) dunia, karena mendukung

kehidupan, makanan dan keamanan lebih dari 450 juta orang miskin. Ekosistem

perairan Teluk Benggala terdiri dari perairan yang meliputi 6,2 juta km2,

mayoritas dari masyarakat bergantung pada sumber daya laut untuk keberadaan

mereka.

Dalam kurun waktu 5 tahun ini sejak tahun 2010, India dan Myanmar

(dikenal juga dengan Birma) secara ekstensif melakukan eksplorasi dan

eksploitasi migas di Teluk Bengal yang merupakan teluk tempat beberapa negara

mengklaim wilayah maritimnya termasuk Bangladesh, India dan Myanmar. 5

3 Teluk Benggaa Ekosistem Kelautan Besar, diakses dari

http://www.boblmeindia.org/bayofbengal_lme.htm pada tanggal 12 Oktober 2015.

4 Ibid.

(3)

Namun, berhadapan dengan pertambahan penduduk yang sangat pesat dan

peningkatan perindustrian di perairan ini, kelestarian ekologi terus menurun dan

tidak ada kesepakatan antara negara-negara yang bergantung dan mengeksploitasi

wilayah tersebut. Walaupun negara-negara disekitar mempunyai undang-undang

untuk menjamin kelestariannya, namun kurangnya pengawasan serta kurangnya

kerjasama antar negara menjadi kendala bagi kelestarian Teluk Benggala.6

Isu utama yang harus dihadapi komunitas pesisir dan perairan di Teluk

Benggala adalah ketidakseimbangan budidaya untuk jenis tertentu, akibat dari

akses terbuka sumberdaya alam. Besarnya sumberdaya perikanan menjadikan pula

tingginya angka penangkapan ikan-ikan kecil sebagai sumber daya pangan.

Implikasi sosial ekonomi dari ketidakseimbangan eksploitasi ikan diperburuk

dengan perusakan ilegal, peningkatan kompetisi dan konflik antara para

penangkap dari kapal-kapal besar dan nelayan, pelanggaran batas negara oleh

negara-negara tetangga seperti yang terjadi antara Bangladesh, India dan

Myanmar serta peningkatan penangkapan menggunakan sianida dan metode

penangkapan ilegal lainnya.7

Isu kedua yaitu degradasi terus menerus pada terumbu karang dan habitat

pinggir laut semisal batu karang, bakau dan muara, serta rumput laut dan seluruh

area perkembangbiakan ikan. Kerugian ini juga termasuk konversi dan reklamasi,

eksploitasi berlebihan, sedimentasi dan kepariwisataan dan praktek penangkapan

6 Bay Of Bengal Large Marine Ecosystem Project tersedia di

http://www.boblme.org/documentRepository/BOBLME-2011-Project-11.pdf diakses tanggal 17 Agustus 2015

(4)

yang bersifat merusak. Polusi sumberdaya bawah laut meliputi polusi minyak dan

aktivitas pengeboran minyak lepas pantai serta ekplorasi gas.8

Terakhir dan berkaitan dengan dua isu sebelumnya, adalah efek akumulatif

dari polusi sumberdaya daratan yang juga berkontribusi terhadap terganggunya

proses dan fungsi dasar ekosistem kelautan.9

Di lain hal, tidak tampak dari pihak-pihak institusi nasional maupun

regional yang dalam hal ini pemerintah negara memiliki sebuah mandat,

jangkauan geografis dan kapasitas untuk mendukung sebuah inisiatif berdasarkan

pendekatan LME (Large Marine Ecosystem), terutama yang menyangkut

pembagian bersama, diskusi isu terkini dan tantangan pengelolaan Teluk

Benggala. Maka dari itu, delapan negara yang berbatasan dengan Teluk Benggala

yaitu Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Maladewa, Myanmar, Sri Lanka

dan Thailand sebagai negara yang berada di kawasan Teluk Benggala

berkomitmen melalui program pendanaan The Bay of Bengal Large Marine

Ecosystem (BOBLME) yang diinisiasi oleh The Food and Agriculture

Organization of The United Nations (FAO).

Program BOBLME adalah inisiatif regional yang didorong oleh Global

Environmental Facility (GEF), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan

sejumlah organisasi internasional lainnya. Dalam proyek ini, delapan negara yaitu,

Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Maladewa, Myanmar, Sri Lanka dan

Thailand upaya untuk mengembangkan sebuah strategi umum untuk

mengoptimalkan penggunaan sumber daya bersama kelautan secara berkelanjutan.

8 Ibid.

(5)

Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja dalam

pembagian sumber daya laut di secara berkelanjutan oleh negara-negara di

wilayah pesisir dari Teluk Benggala. Ekosistem Teluk Benggala berada di kondisi

stress berat karena penangkapan yang berlebihan, kerusakan atau degradasi

habitat dan polusi. Sebagian besar masalah ini lintas batas di alam dan perlu

ditangani dalam perspektif yang lebih luas dengan partisipasi beberapa negara.

Program BOBLME mulai beroperasi pada bulan April 2009 dengan

pembentukan Satuan Koordinasi Regional di kantor regional FAO untuk Asia

Pasifik (FAO-RAP) di Bangkok, Thailand. Adapun kegiatan pelaksanaan program

The Bay of Bengal Large Marine Ecosystem Project yaitu berupa kajian

komprehensif, analisa serta konsultasi nasional maupun regional melalui

Transboundary Diagnostic Analysis (TDA). Hasil akhir dari program ini yaitu

pengapdosian Strategic Action Programme (SAP) oleh negara-negara partisipan.

Adapun komponen-komponen dalam BOBLME, antara lain:10

1. Pengembangan Aksi Strategis Rencana (SAP) untuk melindungi kesehatan

ekosistem dan mengelola sumber daya hidup dari Teluk Benggala secara

berkelanjutan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mata

pencaharian penduduk pesisir di wilayah ini.

a. Menyelesaikan analisis masalah lintas batas,.

b. Menetapkan pengaturan pengelolaan daerah dengan pendanaan

berkelanjutan.

c. Penerapan SAP oleh negara-negara anggota untuk mengatasi masalah

yang diidentifikasi sebelumnya.

(6)

2. Meningkatkan Pesisir / Kelautan Alam Manajemen Sumber Daya dan

Pemanfaatan Berkelanjutan.

a. Mempromosikan manajemen berbasis masyarakat.

b. Meningkatkan harmonisasi kebijakan.

c. Merancang penilaian perikanan regional dan rencana manajemen untuk

hilsa shad, makarel India dan hiu.

d. Menunjukkan manajemen habitat kritis kolaboratif di area tertentu

3. Pemahaman yang lebih baik dari BOBLME Lingkungan.

a. Pemahaman meningkatkan proses skala besar dan dinamika yang

mempengaruhi BOB.

b. Mempromosikan penggunaan kawasan perlindungan laut untuk

melestarikan stok ikan daerah.

c. Meningkatkan kerjasama regional dengan penilaian regional dan

global dan program pemantauan.

4. Pemeliharaan Kesehatan Ekosistem dan Pengelolaan Polusi.Membangun

kerangka kerja indikator ekosistem yang efektif.

a. Mengembangkan pendekatan regional untuk mengidentifikasi dan

(7)

5. Manajemen proyek

a. Mengembangkan monitoring dan evaluasi sistem untuk proyek

b. Mengembangkan informasi dan diseminasi sistem proyek.

Dalam program kerja lima tahun sampai dengan tahun 2014, dua tahap

pertama program ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi

nelayan berskala kecil di negara anggota melalui pengembangan dan pengenalan

teknik baru dan inovasi teknologi. Tahap ketiga dari proyek ini, terfokus pada

pengelolaan permasalahan yang dihadapi di Teluk Benggala. Selama tahap

terakhir ini, negara-negara partisipan diminta untuk lebih mengenal kebutuhan

dalam mengatur terumbu karang dan sumberdaya perairan, termasuk ancaman

lingkungan secara terkoordinir, menyeluruh dan terintegrasi.11

Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi berkembang cukup pesat

dan dengan adanya potensi sumber daya alam yang berada di suatu wilayah

tertentu menjadikan negara-negara di sekitarnya berusaha untuk mengeksploitasi

SDA tersebut demi kepentingan negaranya. Pada dasarnya, eksploitasi adalah

pengambilan SDA untuk dipakai atau dimanfaatkan dalam berbagai keperluan

atau kegiatan manusia. Namun, yang terjadi di Teluk Benggala merupakan

kegiatan eksploitasi yang berlebihan untuk kepentingan nasional negara-negara

yang terlibat wilayah tersebut. Tanpa memerhatikan keseimbangan ekosistem,

eksploitasi menyebabkan adanya perubahan yang dapat berdampak buruk bagi

lingkungan hidup sekitar termasuk penduduk dan akan meluas ke banyak aspek

(8)

kehidupan apabila tidak sesegera mungkin diatasi. Hal ini menjadi alasan bagi

penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang permasalahan terkait dengan

pelestarian Teluk Benggala khususnya oleh Bangladesh sebagai salah satu negara

yang terlibat dalam program BOBLME tahun 2012-2014 yang bertujuan untuk

menyusun rencana aksi strategis perlindungan ekosistem dan pengelolaan sumber

daya perikanan Teluk Benggala secara berkelanjutan dalam meningkatkan

keamanan pangan dan mata pencaharian masyarakat pesisir.

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Untuk mendapatkan gambaran pemahaman yang jelas dalam

penulisan proposal ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan pada

kepentingan Bangladesh dalam program The Bay of Bengal Large Marine

Ecosystem (BOBLME) tahun 2012-2014. 2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

“Apa kepentingan Bangladesh dalam program The Bay of Bengal large

Marine Ecosystem (BOBLME) tahun 2012-2014?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kepentingan

Bangladesh dalam program The Bay of Bengal Large Marine Ecosystem

(BOBLME) tahun 2012-2014.

(9)

a. Manfaat Praktis, dalam penelitian ini dapat memberikan masukan

serta menambah pengetahuan penulis dalam menelaah dan

menganalisa berbagai masalah-masalah internasional serta untuk

mengetahui kepentingan Bangladesh dalam program The Bay of

Bengal Large Marine Ecosystem (BOBLME) tahun 2012-2014. b. Manfaat Ilmiah, Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran

ilmiah bagi peneliti-peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian

yang relevan dengan obyek kajian penelitian yang serupa.

D. Landasan Teori dan Konsep

1. Konsep Kepentingan Nasional

Kepentingan Nasional merupakan sebuah konsep dalam studi

hubungan internasional yang menjadi salah satu pilar yang utama dan kokoh

posisinya dalam menjadikan suatu negara yang besar serta berdaulat. Konsep

kepentingan nasional ini dapat dilihat sebagai suatu konsep yang luas

cakupannya. Dalam pencapaian suatu kepentingan nasional sebuah negara,

maka negara tersebut juga perlu melihat keamanan nasional, perkembangan

ekonomi, serta meningkatkan kekuatan negara tersebut.

Yusuf mendefinisikan kepentingan nasional sebagai:

(10)

mencerminkan adanya nilai-nilai, ide-ide, kepentingan golongan dan juga kepentingan para perumusnya.12

Kepentingan nasional merupakan konsep yang paling dikenal luas

dikalangan penstudi ilmu hubungan internasional. Baik itu pengamat aliran

tradisional maupun saintifik. Hak ini terjadi selama negara bangsa masih

merupakan aktor utama dalam hubungan internasional. Semua ahli tampak

sepakat bahwa determinan utama yang menggerakkan negara dalam

menjalankan hubungan internasional adalah kepentingan nasionalnya.

Kepentingan nasional dalam konteks perpolitikan internasional

dinyatakan bahwa setiap negara harus menggunakan diplomasi internasional

untuk menjaga kedaulatan dan integritas, serta memperlihatkan kemakmuran

dan peran yang lebih aktif dalam hubungan suatu negara dengan negara

lainnya dalam lingkup internasional. Yang mana untuk mengimplementasikan

dari tujuan kepentingan nasional ini, maka suatu negara harus lebih mengacu

kepada kebijakan yang lebih mempertimbangkan beberapa persoalan dalam

suatu negara. T. May Rudy menjelaskan lebih lanjut mengenai pengertian

kepentingan nasional :

Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubung dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dalam hal ini lepentingan nasional yang relatif tetap dan sama diantara semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan. Kedua hal pokok ini, yaitu keamanan (security) dari kesejahteraan

(11)

(prosperity), pasti terdapat serta merupakan dasar dalam merumuskan atau menetapkan kepentingan nasional bagi setiap negara. 13

Kepentingan nasional sebuah negara perlu dicapai dengan beberapa

langkah yang harus ditempuh oleh sebuah negara tersebut. Lebih lanjut T

May Rudy menjelaskan bahwa ;

Kepentingan nasional sering dijadikan tolak-ukur atau criteria pokok bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara belum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Tentunya termasuk menjadi patokan dalam merumuskan kebijakan luar negeri (foreign policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi, apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai, “kepentingan nasional” itu.14

Kepentingan nasional merupakan basis utama politik luar negeri dan

politik internasional suatu negara yang realistis karena kepentingan nasional

menentukan tindakan politik suatu negara. konsep kepentingan nasional

merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara.

Pemikir realis menyamakan konsep kepentingan nasional sebagai suatu cara

negara dalam mengejar power, dimana power merupakan alat yang bisa

dengan mudah mengembangkan dan menjaga kontrol suatu negara terhadap

negara lain.

Menurut Hans J. Morgenthau di dalam "The Concept of Interest

defined in Terms of power", konsep kepentingan nasional (National Interest)

yang didefiniskan dalam istilah "power" menurut Morgenthau berada diantara

nalar, akal atau "reason" yang berusaha untuk memahami politik internasional

13 T. May Rudy. loc. cit

(12)

dengan fakta-fakta yang harus dimengerti dan dipahami. Dengan kata lain,

power merupakan instrumen penting untuk mencapai kepentingan nasional.15

Dalam mencapai kepentingan nasional. suatu negara harus

mempunyai apa yang disebut sebagai power. Jika ada power, maka ada pula

kepentingan nasional. Begitu juga sebaliknya, power yang dimiliki oleh suatu

negara bermacam-macam bentuknya. Semakin besar power yang dimiliki

suatu negara, maka peranannya dalam percaturan politik hubungan

internasional akan semakin besar pula, semakin besar peran yang dimiliki

suatu negara, maka akan semakin besar peluang untuk mencapai kepentingan

nasional. Power ini merupakan alat yang sangat berpengaruh besar dalam

konsep kepentingan nasional sebuah negara, karena mampu mengancam

posisi negara lain.

Arti penting dari konsep kepentingan nasional ini, yaitu bersifat

sangat vital bagi suatu negara karena menyangkut kedaulatan dan

eksistensinya dikancah pergaulan internasional. Untuk itu, negara berdaulat

harus tetap mempertahankan kedaulatan serta yurisdiknya dari campur tangan

pihak luar yang tidak berkepentingan. Selain itu, negara harus

mempertahankan keutuhan wilayah (territorial integrity) sebagai salah satu

entitas sebuah negara tersebut. Kepentingan nasional yang bersifat vital akan

menjadi identitas kebijakan luar negeri dari suatu negara yang mana,

kepentingan nasional yang bersifat vital tersebut menjadi dasar dalam

(13)

mengupayakan dan menggunakan segala instrumen yang dimilikinya

termasuk kekuatan militer untuk mempertahankannya.

Kepentingan nasional merupakan suatu dasar dari pemikiran

tumbuhnya suatu negara yang berdaulat dan menjadi tolak ukur dalam

tumbuh kembangnya negara tersebut. Pencapaian kepentingan nasional suatu

negara merupakan hal pokok dari setiap keputusan-keputusan yang dilakukan

oleh negara. Oleh karena itu, setiap implementasi yang ditekankan dalam

kepentingan nasional seluruh negara, yaitu mencapaian akhir suatu tujuan

yang efektif. Dalam hal ini, Bangladesh memiliki kepentingan untuk

keberlanjutan perkembangan negaranya dengan bergantung pada potensi SDA

di Teluk Benggala. Namun, dengan munculnya dampak-dampak akibat hal

tersebut menuntut Bangladesh bertanggung jawab dengan upayanya melalui

program The Bay of Bengal Large Marine Ecosystem di Bangladesh dalam

pengelolaan berkelanjutan sumber daya laut dan pesisir tahun 2012-2014.

Sehingga kepentingan nasional Bangladesh dapat seimbang dengan tanggung

jawab untuk keberlangsungan ekosistem di Teluk Benggala.

2. Teori Kerjasama Internasional

Sejak semula, fokus dari teori hubungan internasional adalah

mempelajari tentang penyebab-penyebab dan kondisi-kondisi yang

menciptakan kerjasama. Kerjasama dapat tercipta sebagai akibat dari

penyesuaian-penyesuaian perilaku aktor-aktor dalam merespon atau

mengantisipasi pilihan-pilihan yang di ambil aktor-aktor lainnya. Kerjasama

(14)

atau karena masing-masing pihak saling tahu sehingga tidak lagi diperlukan

suatu perundingan.16

Kerjasama dapat tumbuh dari suatu komitmen individu terhadap

kesejahteraan bersama atau sebagai usaha pemenuhan kepentingan pribadi.

Kunci dari prilaku kerjasama ada pada sejauh mana setiap pribadi percaya

bahwa yang lainnya akan bekerjasama. Sehingga isu utama dari teori

kerjasama adalah didasarkan pada pemenuhan kepentingan pribadi, dimana

hasil yang menguntungkan kedua belah pihak dapat diperoleh dengan

bekerjasama daripada dengan usaha sendiri atau dengan persaingan.

Ada beberapa alasan mengapa negara melakukan kerjasama dengan

negara lainnya :17

1. Demi meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Dengan kerjasama dapat mengurangi biaya yang harus ditanggung suatu negara dalam

memproduksi suatu produk untuk kebutuhan bagi rakyatnya karena

adanya keterbatasan yang dimiliki negara tersebut.

2. Untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya.

3. Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama.

4. Dalam rangka mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan individual negara yang dapat memberi dampak

terhadap negara lain.

Kerjasama internasional pada umumnya berlangsung pada

situasi-situasi yang bersifat desentralisasi yang kekurangan institusi-institusi dan

norma-norma yang efektif bagi unit-unit yang berbeda secara kultur dan

terpisah secara geografis, sehingga kebutuhan untuk mengatasi masalah yang

16 James E Dougherty dan Robert L Pfaltzgraff. Contending Theories of International Relations: A Comprehensive Survey, 3rd Edition. New York, Harper & Rows. 1990. Hlm. 418

(15)

yang menyangkut kurang memadainya informasi tentang motivasi-motivasi

dan tujuan-tujuan dari berbagai pihak sangatlah penting. Interaksi yang

dilakukan secara terus-menerus, berkembangnya komunikasi dan transpotasi

antar negara dalam bentuk pertukaran informasi mengenai tujuan-tujuan

kerjasama, dan pertumbuhan berbagai institusi yang walaupun belum

sempurna dimana pola-pola kerjasama menggambarkan unsur-unsur dalam

teori kerjasama berdasarkan kepentingan sendiri dalam sistem internasional.18

Diskusi kerjasama internasional secara teori meliputi hubungan antara

dua negara atau hubungan antara unit-unit yang lebih besar disebut juga

dengan multilateralisme. Walaupun bentuk kerjasama seringkali dimulai

diantara dua negara, namun fokus utama dari kerjasama internasional adalah

kerjasama multilateral. Multilateralisme didefinisikan oleh John Ruggie

sebagai bentuk intstitusional yang mengatur hubungan antara tiga atau lebih

negara berdasarkan pada prinsip-prinsip perilaku yang berlaku umum yang

dinyatakan dalam berbagai bentuk institusi termasuk didalamnya organisasi

internasional, rezim internasional, dan fenomena yang belum nyata terjadi,

yakni keteraturan internasional.

Suatu kerjasama internasional didorong oleh beberapa faktor, antara

lain:19

1. Kemajuan di bidang teknologi yang menyebabkan semakin mudahnya

hubungan yang dapat dilakukan negara sehingga meningkatkan

ketergantungan satu dengan yang lainnya.

18 Ibid. Hlm. 420

(16)

2. Kemajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan

bangsa dan negara.

3. Perubahan sifat peperangan dimana terdapat suatu keinginan bersama

untuk saling melindungi dan membela diri dalam bentuk kerjasama

internasional.

4. Adanya kesadaran dan keinginan untuk bernegosiasi, salah satu metode

kerjasama internasional yang dilandasi atas dasar bahwa dengan

bernegosiasi akan memudahkan dalam pemecahan masalah yang

dihadapi.

Terkait dengan pembahasan dalam penelitian ini, adanya kerjasama

antar negara dapat meminimalisir dampak yang terjadi akibat dari eksploitasi

di Teluk Benggala. Adanya kerjasama dapat memunculkan kontribusi

negara-negara anggota untuk bersama-sama menyelesaikan suatu persoalan dengan

adil dan disepakati bersama sehingga masing-masing memiliki kapasitas atau

kebijakan dalam menjalankan keputusan yang berawal dari kerjasama

tersebut. Dengan kerjasama juga dapat menghasilkan keefektifan program

untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

3. Pendekatan Large Marine Ecosystem

Dikembangkan oleh Kenneth Sherman dan Lewis Alexander, konsep Large

Marine Ecosystem memberikan pendekatan berbasis sains untuk membagi lautan

di dunia, unit berbasis ekosistem yang memiliki utilitas manajemen. Large

Marine Ecosystem mencakup wilayah geografis lautan yang memiliki batimetri

(17)

Batas-batas geografis dari Large Marine Ecosystem ditetapkan berdasar pada

tingkat margin kontinental dan sejauh mana arah laut arus pesisir. Lebih dari 90

persen sumberdaya perikanan dan kelautan dunia dihasilkan dari 64 ekosistem

kelautan. Beberapa ekosistem ini telah mengalami eksploitasi berlebihan,

degradasi yang tinggi serta polusi.

Inti dari pendekatan ini adalah penerapan lima modul penilaian dan

metodologi manajemen untuk proses perumusan dan pelaksanaan Transboundary

Diagnostic Analysis (TDA), Strategic Action Programme (SAP), dan National

Action Plan (NAP). Mengingat pentingnya LME terhadap lingkungan global dan

sosial ekonomi, pendekatan untuk mengelola LMEsmemiliki efek yang signifikan

tidak hanya pada LME sendiri, tetapi juga pada komunitas penduduk yang

bergantung pada mereka. Pendekatan ini yang digunakan oleh proyek-proyek

LME di seluruh dunia.

Terdapat 5 modul yang didefiniskan dan diilustrasikan oleh Dr. Kenneth

Sherman dan tim dapat diringkas sebagai berikut.

1. Productivity module. Modul ini berfokus pada “carrying capacity”20 dari

LME untuk mendukung sumber daya perikanan. Parameter

pengukurannya adalah aktivitas utama fotosintesis, keanekaragaman hayati

zooplankton dan variabilitas oseanografi. Dalam modul ini, pengukuran

sistematis dibuat untuk memantau dan menilai status dan perubahan

unsur-unsur tersebut. Informasi yang diperoleh tidak hanya mencerminkan

kondisi alam dari LME, tetapi juga menunjukkan dampak eutrofik.

(18)

2. Fish and fisheries module. Fokus dari modul ini adalah pada perubahan

keanekaragaman hayati komunitas ikan, yang tidak hanya berdampak pada

perikanan di LME, tetapi juga mempengaruhi komponen lain dari

ekosistem. Dalam modul ini, survei sistemik dilakukan untuk memperoleh

informasi tentang "perubahan tingkat keanekaragaman hayati dan

kelimpahan komunitas ikan"21 serta penyebabnya.

3. Pollution and ecosystem health module. Modul ini berkaitan dengan

pencemaran laut, yang merupakan penyebab utama dari degradasi dan

kerusakan lingkungan serta sumber daya di LME. Pemantauan dan

penilaian terhadap "perubahan status pencemaran dan kesehatan seluruh

LME"22 dilakukan dalam modul ini. Pemantauan sistemik data pada

kualitas air dan indikator biologis spesies yang digunakan untuk mengukur

efek polusi pada ekosistem dan mendeteksi penyakit yang muncul.

Keadaan kesehatan LME diperiksa berdasarkan indeks ekosistem

"keanekaragaman hayati, stabilitas, hasil, produktivitas, dan ketahanan."23

4. Sosioeconomic module. Modul ini membahas dimensi manusia di LME.

Keutamaan modul ini yaitu menyelidiki keadaan perkembangan sosial

ekonomi masyarakat manusia yang terhubung ke LME terutama industri

dan aktivitas manusia yang berkaitan erat dengan, atau tergantung pada,

LME. Output dari modul ini adalah berbasis ilmu pengetahuan, informasi

sosial ekonomi LME.

21 Ibid.

22 Ibid., at 446.

(19)

5. Governance module. Rezim pemerintahan untuk LME dirumuskan

berdasarkan informasi yang diperoleh dari empat modul di atas serta

aturan internasional dan sistem yang dianut dalam perjanjian global dan

regional yang relevan dengan daerah yang bersangkutan. Reformasi

kebijakan, hukum, dan kelembagaan yang dibuat, dan langkah-langkah

lain yang diambil di tingkat regional dan nasional untuk meningkatkan tata

kelola LME. Prinsip dari rezim pemerintahan LME adalah adopsi,

pendekatan berbasis ekosistem holistik untuk pengelolaan dan

perlindungan lingkungan laut dan sumber daya. Pencapaian ini

membutuhkan integrasi temuan ilmiah dengan pertimbangan sosial

ekonomi dalam pengelolaan LME. Dengan demikian, rencana pengelolaan

sebuah LME dikembangkan dan dievaluasi tidak hanya atas dasar

temuan-temuan ilmiah, tetapi juga pada unsur-unsur sosial ekonomi masyarakat

yang bersangkutan, antara lain, kondisi sosial ekonomi mereka dan

dampak sosial ekonomi dari aktivitas pengelolaan. Mekanisme

pengelolaan terpadu yang didirikan bertujuan untuk mengharmonisasikan

kepentingan perlindungan sumber daya lingkungan laut dan manfaat sosial

ekonomi jangka panjang dari masyarakat pesisir yang bersangkutan.

Modul pemerintahan, a work-in-progress, harus didasarkan pada

pengalaman internasional dari proyek-proyek LME dan pengelolaan

pesisir dan laut terpadu. Tren modul pemerintahan LME adalah untuk

mengubah pandangan dari sektor tradisional, pendekatan spesies tunggal

(20)

Tujuan umum adalah untuk mempromosikan keberlanjutan jangka panjang

dari sumber daya laut ekosistem.

Tiga modul pertama yaitu modul produktivitas, modul ikan dan perikanan

serta modul polusi dan kesehatan ekosistem berfokus pada keadaan alami

ekosistem, yang hasil akhirnya adalah informasi berbasis ilmu pengetahuan pada

LME. Modul keempat yaitu sosial ekonomi, berkonsentrasi pada dimensi manusia

dan dirancang untuk menghasilkan informasi berbasis ilmu pengetahuan sosial

pada LME, sedangkan modul terakhir, modul pemerintahan dirancang atau

berusaha untuk menyesuaikan perilaku manusia terhadap LME, dan

meningkatkan hubungan antara masyarakat dan LME. Secara jelas, semua modul

ini dan komponennya saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain.24 Empat

model pertama mendukung Transboundary Diagnostic Analysis (TDA),

sedangkan modul pemerintahan terutama terkait dengan Strategic Action Plan/

Programme (SAP).25

Dalam kaitannya dengan program BOBLME ini, adopsi dari lima modul

dalam proses TDA- SAP- NAP tidak hanya mengintegrasikan ilmu pengetahuan

dan elemen sosial ekonomi dengan rezim pengelolaan, tetapi juga

mempromosikan keterlibatan dan kolaborasi ilmuwan,pengelola, stakeholder dan

masyarakat di LME khususnya Bangladesh dalam pembangunan rezim dan

implementasi. Secara bersama modul memudahkan penilaian yang komprehensif

dan manajemen terpadu LME.

24 A Framework for Monitoring and Assessing Socioeconomics and Governance of Large Marine Ecosystems, NOAA Technical Memorandum NMFS-NE-158, ed. J. Sutinen, 2000, at 3, tersedia di http://www.nefsc.noaa.gov/nefsc/publications/tm/tm158/tm158.pdf.

(21)

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Pada dasarnya jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam

proposal penelitian ini adalah jenis eksplanatif yaitu penelitian yang berupaya

untuk menganalisa kepentingan Bangladesh dalam program The Bay of

Bengal Large Marine Ecosystem (BOBLME) tahun 2012-2014.

2. Jenis Data

Data-data yang disajikan dalam proposal ini adalah data sekunder yaitu

data yang berasal dari hasil interpretasi data primer baik berupa buku, artikel

dan akses media elektronik.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode telaah pustaka (library research). Dalam

pembuatan proposal ini, penulis berusaha untuk mengkaji sejumlah literatur

serta referensi baik nasional maupun internasional yang berhubungan dan

memiliki relevansi dengan topik yang dibahas dalam proposal penelitian ini,

yang bersumberkan dari buku-buku literatur dan media internet.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik content

analysis, yaitu menganalisa sumber-sumber pustaka yang telah diperoleh

terkait dengan judul Kepentingan Bangladesh Dalam Program The Bay Of

Bengal Large Marine Ecosystem (BOBLME).

5. Definisi Operasional

a. Kepentingan Bangladesh yakni kepentingan terhadap kelestarian

Teluk Benggala termasuk SDA didalamnya. Dalam hal ini,

kepentingan yang terdiri atas kepentingan perekonomian dan

(22)

dengan keikutsertaannya dalam program The Bay of Bengal Large

Marine Ecosystem.

b. Program BOBLME merupakan program kerjasama 8 negara

disekitar Teluk Benggala dan berfokus pada rencana aksi nasional.

Dengan tingkat isu perbatasan, eksploitasi sumber daya kelautan dan

degradasi yang tinggi, mekanisme program BOBLME ini diperlukan

negara-negara anggota guna adanya kesepakatan bersama dalam

tatanan pengelolaan Teluk Benggala.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian yang berjudul “ Kepentingan Bangladesh

dalam program The Bay of Bengal Large Marine Ecosystem.”

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang akan memaparkan latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, teori-teori yang

melandasi penelitian ini, metodelogi penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan tinjauan kepustakaan dari literatur-literatur

yang dipilih untuk menjelaskan teori-teori dan konsep-konsep yang

relevan dengan masalah yang diteliti. Bab ini memuat seputar teori

(23)

yang didapatkan melalui berbagai sumber baik media cetak

maupun media elektronik.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini memaparkan variabel-variabel yang akan dideskripsikan,

yaitu mengenai gambaran tentang kondisi Teluk Benggala, dampak

yang ditimbulkan akibat eksploitasi, serta kontribusi Bangladesh

dalam program BOBLME.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

Bab ini akan membahas tentang hasil Kepentingan Bangladesh

Dalam Program The Bay Of Bengal Large Marine Ecosystem

(BOBLME).

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan penelitian

yang dilakukan, meliputi penolakan atau penerimaan hipotesis yang

telah dirumuskan. Sistematika penulisan penelitian yang berjudul “

Kepentingan Bangladesh Dalam Program The Bay Of Bengal

Large Marine Ecosystem (BOBLME) ”

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang akan memaparkan latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, teori-teori yang

melandasi penelitian ini, metodelogi penelitian dan sistematika

penulisan.

(24)

Bab ini memaparkan tinjauan kepustakaan dari literatur-literatur

yang dipilih untuk menjelaskan teori-teori dan konsep-konsep yang

relevan dengan masalah yang diteliti. Bab ini memuat seputar teori

dan konsep serta referensi yang digunakan dalam penelitian ini

yang didapatkan melalui berbagai sumber baik media cetak

maupun media elektronik.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini memaparkan variabel-variabel yang akan dideskripsikan,

yaitu mengenai gambaran tentang kondisi Teluk Benggala, dampak

yang ditimbulkan akibat eksploitasi, serta kontribusi Bangladesh

dalam program BOBLME.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

Bab ini akan membahas tentang hasil analisa Kepentingan

Bangladesh Dalam Program The Bay Of Bengal Large Marine

Ecosystem ( BOBLME ) tahun 2012-2014.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan penelitian

yang dilakukan, meliputi penolakan atau penerimaan hipotesis

(25)

Daftar Pustaka

Buku

Dougherty, James E dan Robert L Pfaltzgraff. Contending Theories of

International Relations: A Comprehensive Survey, 3rd Edition. New York, Harper & Rows. 1990.

Kartasasmita, Ginandjar. Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES. 1997.

Mas’oed, Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin Dan Metodologi. Jakarta: PT Pustaka LLP3ES. 1990.

Md, Saiful Karim. Implementation of MARPOL Convention in Bangladesh. Vessel Pollution in Bangladesh (2009) Vol. 6 . P. 52.

Yusuf, Sufri. Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri: Sebuah Analisis Teoritis dan Uraian Tentang Pelaksanaannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1989.

Website

Bay Of Bengal Large Marine Ecosystem Project tersedia di

http://www.boblme.org/documentRepository/BOBLME-2011-Project-11.pdf

BOBLME.2015.Strategic Action Programme. Bay of Bengal Large Marine Ecosystem Project, tersedia di http://www.boblme.org//

Communication Strategy tersedia di

(26)

Support to Sustainable Management of the Bay of Bengal Large Marine Ecosystem (BOBLME) Project: Progress Report 2009-2012 tersedia di http://www.boblme.org// tanggal 20 Agustus 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka permasalah pokok dalam penelitian ini berkisar pada masalah penerapan asas kepentingan terbaik bagi anak (The Best

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi masalah pada strategi program Desa Tangguh Bencana dalam pengembangan masyarakat hanya pada konsep kebutuhan

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui dan melaksanakan penelitian tentang “Faktor – faktor yang berhubungan dengan minat PUS dalam mengikuti

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja pengelolaan keuangan dalam program pencegahan

Sesuai dengan rumusan masalah dan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana

Latar Belakang Sebagai Implementasi program pendidikan Dasar yang merupakan landasan dari tujuan pendidikan Nasional dan juga sebagai titik tolak pelaksanaan program pendidikan dalam

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program tahasuus dalam meningkatkan kualitas lulusan siswa, serta untuk

Dokumen ini memberikan panduan untuk menyusun perencanaan program yang mempertimbangkan keragaman individu, identitas, latar belakang sosial budaya, dan komitmen