• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH LIMBAH B3 INDUSTRI docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH LIMBAH B3 INDUSTRI docx"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(2)

prose alam, sehingga kualitas udara/air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran tersebut pada zaman sekarang semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri yang ada. Diantaranya industri dan transportasi, baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar, industri jasa dan jenis aktivitas manusia lainnya yang dapat menghasilkan limbah dan akan meningkatkan pencemaran pada perairan, udara dan tanah.

Pencemaran akibat kegiatan industri dapat menyebabkan kerugian besar, karena umumnya buangan/limbah mengandung zat beracun antara lain raksa (Hg), kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), yang sering digunakan dalam proses produksi suatu industri baik sebagai bahan baku, katalisator ataupun bahan utama. Logam–logam ini akan membentuk senyawa organik dan anorganik yang berperan dalam merusak kehidupan makhluk hidup yang ada di dalam perairan (Darmono, 2001).

(3)

Logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan, bersifat toksik dan mengganggu kehidupan mikroorganisme. Pada manusia logam berat dapat menimbulkan efek kesehatan tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat di dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Logam berat dapat juga sebagai penyebab alergi, karsinogen bagi manusia dan dalam konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan kematian (Putra, 2005).

Adanya pencemaran logam berat dalam suatau perairan perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak. Karena adanya logam beratdalam perairan yang relatif kecilpun akan sangat mudah diserap dan terakumulasi secara biologis oleh tanaman atau hewan air dan akan terlibat dalam sistem jaring makanan. Kandungan logam berat dalam biota air biasanya akan bertambah dari waktu ke waktu karena bersifat bioakumulatif, sehingga biota air dapat digunakan sebagai indikator pencemaran logam dalam perairan (Darmono, 1995).

(4)

berat (Hg seperti, Cd, Cu, Cr, Pb, Ni, Zn, kecuali As). Sedimen telah tercemar oleh logam Hg, Cd, Cu, Cr, dan Zn. Sedangkan Kerang telah tercemar logam berat Pb oleh, Cu, dan Zn.

Hasil penelitian Siaka menjelaskan tingginya kandungan Pb di perairan PPN Prigi dapat berasal dari limbah industry di kawasan pelabuhan serta limbah padat dan cair domestik yang terbawa aliran sungai yang bermuara di sekitar pelabuhan. Sedangkan kegiatan di laut (marina) salah satunya adalah buangan sisa bahan bakar kapal motor, cat kapal dan wisata bahari. Kapal motor penangkap ikan juga menggunakan cat anti korosi yang pada umumnya mengandung Pb (Siaka, 2008).

(5)

banyak mengandung logam berat dibandingkan dengan sungai-sungai yang bermuara di bagian Timur.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas masalah yang ada, yaitu : 1. bagaimana pengertian logam berat kaitanya dengan limbah B3 ?

2. Apakah jenis logam berat yang biasa terdapat pada limbah industri yang mencemari pesisir ?

3. bagaimanakah efek logam berat sebagai limbah B3 yang terdapat di pesisir ?

4. bagaimana penanggulangan dampak pencemaran logam berat yang terjadi di pesisir ?

5. bagaimana peran pemerintah dalam mempercepat penanggulangan dampak pencemaran logam berat yang berada di pesisir ?

C. Tujuan

Tujuan setelah melihat masalah yang ada ,yakni :

1. Untuk mengetahui pengertian limbah B3 Industri.

2. Untuk mengetahui jenis logam berat yang biasa terdapat pada limbah industry yang mencemari pesisir.

3. Untuk mengetahui efek limbah B3 yang terdapat di pesisir.

4. Untuk mengetahui penanggulangan dampak pencemaran limbah B3 industri yang terjadi di pesisir.

(6)

BAB II

(7)

A. Definisi Logam Berat Dan Limbah B3 Industri

(8)

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar

dari 5 g/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni. Logam berat Cd, Hg, dan Pb

dinamakan sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup (Subowo dkk, 1999).

Logam berat ialah unsur logam dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Termasuk logam berat yang sering mencemari habitat ialah Hg, Cr, Cd, As, dan Pb (Am.geol. Inst., 1976).

Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air minum, atau udara. Logam berat seperti tembaga, selenium, atau seng dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja metabolisme tubuh. Akan tetapi, dapat berpotensi menjadi racun jika konsentrasi dalam tubuh berlebih. Logam berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu peningkatan konsentrasi unsur kimia didalam tubuh mahluk hidup (Anonimous, 2008).

(9)

ditanah atau habitat tersebut. Dalam ekosistem alam terdapat interaksi antar organisme baik interaksi positif maupun negatif yang menggambarkan bentuk transfer energi antar populasi dalam komunitas tersebut. Dengan demikian pengaruh logam berat tersebut pada akhirnya akan sampai pada hierarki rantai makanan tertinggi yaitu manusia. Logam-logam berat diketahui dapat mengumpul didalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh untuk jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi (Saeni, 1997).

B. Jenis Logam Berat Yang Terdapat Pada Limbah Industry Yang Mencemari Pesisir

1. Kadmium (Cd)

(10)

tubuh manusia ialah 10 – 20 % dari batas yang telah direkomendasikan. Unsur Cd dapat mengurangi jerapan ion-ion hara karena daya afinitas yang tinggi dari logam berat tersebut pada kompleks pertukaran kation. Di alam Cd bersenyawa dengan belerang (S) sebagai greennocckite (CdS) yang ditemui bersamaan dengan senyawa spalerite (ZnS). Kadmium merupakan logam lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara bebas dan gas amonia (NH3). Di perairan Cd akan mengendap karena senyawa sulfitnya sukar larut.

Dalam lingkungan,menurut Clark (1986) sumber kadmium yang masuk ke perairan berasal dari:

1) Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng. 2) Air bilasan dari elektroplating.

3) Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu dan uap serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium.

4) Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0,2 % Cd sebagai bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan melalui proses korosi dalam kurun waktu 4-12 tahun.

5) Pupuk phosfat dan endapan sampah

(11)

sulit terurai. Kadmium dalam air juga berasal dari pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali. Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd bahkan ada yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri dan pembuangan minyak pelumas bekas yang mengandung Cd masuk ke dalam perairan laut serta sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas ke atmosfir dan selanjutnya jatuh masuk ke laut.

(12)

diperoleh sama yaitu sebesar 0,0100 ppm. Cadmium (Cd) tidak boleh melebihi 0,03 ppm dan 0,01 ppm pada suatu perairan. Untuk kandungan logam Pb pada sedimen di Pantai Takisung dan Batakan rata-rata konsentrasi adalah 204,5 ppm dan 198,4 ppm sedangkan rata-rata kandungan logam Cd pada sediment di kedua pantai adalah 0,669 ppm dan 0,780 ppm. Menurut Afrizal (2000), Konsentrasi logam berat dalam sedimen secara alami berkisar antara 0,1 – 2 ppm untuk Cd dan 10 – 70 ppm untuk Pb, berdasarkan perbandingan dengan konsentrasi alami yang seharusnya maka konsentrasi logam Pb dan Cd berada di atas konsentrasi yang alaminya.

Dari penelitian rahman menujukan hasil analisa kandungan logam berat Pb dan Cd Pada krustasea (udang dan rajugan) di kedua pantai (Takisung dan Batakan) telah melebihi ambang batas normal yang ditetapkan FAO. Seharusnya kandungan logam Pb pada tubuh organisme krustasea tidak melebihi dari 2 ppm dan 1 ppm untuk logam cadmium (FAO, 1972).

(13)

Kasus keracunan Cd tercatat sebagai epidemi yang pernah menimpa sebagian penduduk Toyama, Jepang. Penduduknya mengalami sakit pinggang bertahun – tahun, sakit pada tulang punggung karena terjadi pelunakan dan kerapuhan, gagal ginjal yang berakhir pada kematian. Kerapuhan pada tulang-tulang penderita ini biasa disebut dengan “Itai-itai diseases”.

Keracunan akut yang disebabkan oleh kadmium sering terjadi pada pekerja di industri-industri yang berkaitan dengan logam ini. Peristiwa keracunan akut ini dapat terjadi karena para pekerja terkena paparan uap logam kadmium atau CdO. Gejala-gejala keracunan akut yang disebabkan oleh logam kadmium adalah timbulnya rasa sakit dan panas pada dada.

(14)

Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu yang panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khusunya hati dan ginjal. Secara prinsip, pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysemia dan renal turbular disease yang kronis. Kadmium lebih mudah terakumulasi oleh tanaman jika dibandingkan dengan timbal (Pb). Logam berat ini tergabung bersama timbal dan merkuri sebagai “the big three heavy metals” yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia (Admin, 2008).

Secara prinsipil pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang kronis. Jumlah normal kadmium di tanah berada di bawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi (1.700 ppm) dijumpai pada permukaan sample tanah yang diambil di dekat pertambangan biji seng (Zn). Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti timbal. Menurut badan dunia FAO/WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400-500 μg per orang atau 7 μg per kg berat badan

Kadmium juga merupakan logam berat yang bersifat toksik bagi sebagian besar organisme. Pada tumbuhan, kadmium dapat menghambat pertumbuhan dengan menginduksi terjadinya oksidasi sitokinin oleh sitokinin oksidase sehingga aktivitas sitokinin terhenti serta mempengaruhi aktivitas enzim peroksidase yang berperan dalam berbagai fungsi seluler.

(15)

Pada dasarnya, merkuri/raksa (Hg) adalah unsur logam yang sangat penting dalam teknologi di abad modern saat ini. Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA=80 ) serta mempunyai massa molekul relatif (MR=200,59). Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang merupakan singkatan yang berasal bahasa Yunani Hydrargyricum, yang berarti cairan perak. Bentuk fisik dan ki mianya sangat menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur kamar (25 C), titik bekunya paling rendah (-39 C), mempunyai kecenderungan menguap lebih besar, mudah bercampur dengan logam- logam lain menjadi logam campuran (Amalgam/Alloi), juga dapat mmengalirkan arus listrik sebagai kond uktor baik tegangan arus listrik tinggi maupun tegangan arus listrik rendah.

Dalam tubuh manusia mempunyai ketahanan homeostatis untuk mengontrol logam berat. Walaupun begitu, dalam konsentrasi yang berlebihan ia akan memberikan efek keracunan secara kronik atau akut (Forstner & Wittman, 1979). Beberapa logam toksik, dalam hal ini logam merkuri, mempunyai separuh hayat biologi yang panjang dan menyebabkan akumulasi di dalam tubuh. Merkuri oleh Clarkson (1976) dapat digolongkan sebagai merkuri organik dan anorganik

(16)

alkoksialkil termasuk dalam kumpulan ini (Clarkson, 1976). Ikatan merkuri karbon adalah stabil karena aktivitas merkuri yang rendah terhadap oksigen (Friberg et al., 1979).

Senyawa merkuri organik dianggap lebih berbahaya dan ia dapat larut dalam lapisan lemak pada kulit yang menyelimuti korda saraf (Volkovic, 1977). Metil merkuri merupakan merkuri organik yang selalu menjadi perhatian serius dalam toksikologi. Ini karena metil merkuri dapat diserap secara langsung melalui pernapasan dengan kadar penyerapan 80%. Uapnya dapat menembus membran paru-paru dan apabila terserap ke tubuh, ia akan terikat dengan protein sulfurhidril seperti sistein dan glutamine. Di dalam darah, 90% dari metil merkuri diserap ke dalam sel darah merah dan metil merkuri juga dijumpai dalam rambut. Menurut Irving et al. (1975), jumlah merkuri yang dimasukkan ke dalam akar rambut adalah berbanding dengan kepekatan metil merkuri di dalam darah.

Dalam bidang industri, terbanyak adalah pabrik alat-alat listrik yang menggunakan lampu-lampu merkuri untuk penerangan jalan raya. Mungkin ini disebabkan biaya pemasangan dan operasi yang murah dan arus listriknya dapat dialiri dengan voltase yang tinggi. Merkuri juga digunakan pada pembuatan baterai, karena baterai dengan bahan yang (Zul Alfian, 2006)

(17)

klorin untuk penjernihan air dan pembasmi kuman (proses klorinasi). Juga di dalam pembuatan kaustik soda yang diproduksi dengan jalan elektrolisis dari larutan garam NaCl, menggunakan merkuri dalam bentuk amalgam dicampur dengan logam natrium dan digunakan sebagai katoda yang banyak digunakan dalam pembuatan baterai basah maupun keri ng. Penggunaan merkuri di sini pada dasarnya berbentuk larutan konduksi dan kemampuannya mengikat logam natrium sebagai amalgam dan membebaskan klor. Merkuri juga digunakan dalam campuran cat yang digunakan untuk mengecat pada daerah yang mempunyai kelembapan tinggi sehingga dapat mencegah tumbuhnya jamur. Sebagian besar merkuri yang terdapat di alam ini dihasilkan oleh sisa industri dalam jumlah 10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan merkuri sangat luas di mana 3.000 jenis kegunaan dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia, proses pembuatan obat-obatan yang digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar pembuatan insektisida untuk pertanian (Christian et al., 1970).

(18)

Tragedi yang dikenal dengan “Minamata Disease” (penyakit Minamata), berdasarkan penelitian ditemukan penduduk di sekitar kawasan tersebut memakan ikan yang berasal dari laut sekitar Teluk Minamata yang mengandung merkuri yang berasal dari buangan sisa industri plastik (Pervaneh, 1979). Gejala keanehan mental dan cacat saraf mulai tampak terutama pada anak-anak. Namun ba ru sekitar 25 tahun kemudian sejak gejala penyakit tersebut tampak (ditemukan), pemerintah Jepang menghentikan pembuangan Hg. Untuk menghilangkan sisa-sisa bahan pencemar dan melakukan rehabilitasi penduduk yang terkena dampak menahun (kronis), negara ini telah membayar sangat mahal jauh melebihi keuntungan yang diperoleh dari hasil pengoperasian perusahaan Chisso Corporation (Lasut, 2002).

(19)

dibubuhi zat warna merah yang merupakan indikator bahwa biji gandum tersebut sudah diberi fungisida yang mengandung Hg. Sayangnya, pewarnaan biji tersebut mudah sekali hilang bila tercuci air, sedangkan metil merkuri tidak dapat hilang. Untuk menguji toksisitas biji tersebut petani memberikan pakan ternaknya dan kemudian terlihat gejala keracunan pada ternak tersebut. Tetapi gejala timbul setelah beberapa minggu atau bulan, sehingga wabah tersebut terlambat untuk dicegah.

Edward (2008) melaporkan hasil penelitian bahwa Teluk Kao telah tercemar kandungan Hg yang berasal dari proses penambangan emas di sekitarnya. Kondisi ini tentu saja akan mempersulit sumber penghidupan nelayan di sekitar Teluk Kao akibat terancamnya kualitas daerah penangkapan ikan dan kegiatan budidaya ikan oleh limbah Hg

3. Timbal (Pb)

Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian utama dalam segi kesehatan, karena dampaknya pada sejumlah besar orang akibat keracunan makanan atau udara yang terkontaminasi Pb memiliki sifat toksik berbahaya (Yusuf dkk, 2005).

(20)

akan terus diakumulasi hingga organisme tersebut tidak mampu lagi mentolerir kandungan logam berat timbal dalam tubuhnya. Karena sifat bioakumulatif logam berat timbal, maka bisa terjadi konsentrasi logam tersebut dalam bentuk terlarut dalam air adalah rendah, dalam sedimen semakin meningkat akibat proses-proses fisika, kimia dan biologi perairan, dan dalam tubuh hewan air meningkat sampai beberapa kali lipat (Sitorus, 2004).

Logam berat secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan manusia seperti Timbal (Pb) dapat mengakibatkan penghambataan sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia, terganggunya sistem syaraf pusat dan tepi, sistem ginjal, sistem reproduksi, idiot pada anak - anak, sawan (epilepsi), cacat rangka dan merusak sel - sel somatik. Walaupun jumlah Timbal (Pb) yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal ini disebabkan senyawa – senyawa Timbal (Pb) dapat memberikan efek racun terhadap banyak organ yang terdapat dalam tubuh (Palar, 2004).

(21)

di Denpasar masih berada dibawah ambang batas baku mutu karena disebabkan arus lalu lintas lancar sehingga pola berhenti dan berjalan dapat dihindari.

Kesimpulan pada penelitian oleh Agustina tahun 2012 di sungai Siak Kota Riau menyimpulkan Kondisi Perairan Sungai Siak dalam wilayah administrasi Kota Pekanbaru pada saat ini telah berada dalam taraf yang mengkhawatirkan. Estimasi total beban pencemar logam Pb, Cu dan Zn menunjukkan bahwa perairan Sungai Siak dalam wilyah administrasi Kota Pekanbaru telah menerima beban pencemar logam yang sangat tinggi. Beban pencemar logam Pb merupakan logam yang memiliki beban pencemar tertinggi yaitu sebesar 889,55 Ton/Bulan. Sedangakan kesimpulan yang di dapatkan oleh Irwan Said Konsentrasi logam timbal pada air laut di wilayah pesisir Pelabuhan ferry Taipa yaitu berkisar antara 0,703 mg/L – 0,919 mg/L, konsentrasi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan NAB logam Timbal yaitu 0,025 mg/L. Konsentrasi logam besi pada air laut di wilayah pesisir Pelabuhan ferry Taipa yaitu berkisar antara 0,324 mg/L – 0,546 mg/L, konsentrasi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan NAB logam besi yaitu 0,01 mg/L.

(22)

pengendapan dan terakumulasi dalam sedimen, kemudian terakumulasi dalam tubuh biota laut yang ada dalam perairan (termasuk kerang yang bersifat sessil dan sebagai bioindikator) baik melalui insang maupun melalui rantai makanan dan akhirnya akan sampai pada manusia. Fenomena ini dikenal sebagai bioakumulasi atau biomagnifikasi (Dahuri dkk., 1996).

C. Efek Logam Berat Terdapat Di Pesisir

(23)

Logam-logam berat dalam perairan dapat bersumber berasal dari sumber alamiah dan dari aktifitas manusia.Sumber alamiah masuk ke dalam perairan bisa dari pengikisan batuan mineral yang kemudian terbawa oleh air sungai menuju laut.Di samping itu partikel logam yang ada di udara, karena adanya hujan dapat menjadi sumber logam dalam perairan. Adapun logam yang berasal dari aktifitas manusia dapat berupa buangan industri ataupun buangan dari rumah tangga dan juga disebabkan oleh lumpur saluran air kotor, limbah pertambangan, limbah peleburan logam, pemurnian, daur ulang, timbal yang mengandung produk manufaktur (bensin, cat, tinta cetak, pipa air utama, tembikar timbal-mengkilap, kaleng timah solder, casing baterai, dll) juga berkontribusi terhadap beban Timbal.Kelarutan logam-logam berat dalam badan air dikontrol oleh derajat keasaman air, jenis dan juga konsentrasi logam serta keadaan komponen mineral (Casas, 2006).

(24)

bersubstrat berlumpur akibat reklamasi pantai akibat pembangunan yang cukup pesat di daerah tersebut.

(25)

ekosistem pantai.Berdasarkan defenisi Fardiaz (1992) bahwa polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, dengan demikian perairan yang sudah tidak lagi berfungsi secara normal dapat dikategorikan sebagai perairan tercemar. Sebagai daerah wisata, Tanjung Bunga hampir setiap hari ramai oleh para pengunjung yang ingin menikmati wisata pantai, memancing, ataupun yang hanya sekedar duduk dan bersantai di Tanjung Bunga. Kegiatan tersebut dapat meningkatkan pencemaran terhadap perairan Losari, dengan pengunjung membuang sampah organik maupun anorganik dengan sembarangan dan akan turun dan mengendap pada sedimen, juga timbal dapat berasal dari kendaraan yang setiap harinya tak pernah sepi melalui jalan metro tanjung. Penyumbang terbesar logam Pb pada lingkungan adalah bahan bakar kendaraan yang mengandung Pb.

(26)

Kandungan logam timbal pada sedimen di lokasi Ujung Tanah masih rendah disebabkan karena adanya bendungan yang membatasi antara pinggir pantai dengan laut lepas, bendungan tersebut dapat menahan air pada saat pasang surut, walaupun demikian namun sedimen dan perairan tersebut dikategorikan telah tercemar, logam yang ada di lokasi tersebut berasal dari pemukiman dimana masyarakatnya langsung membuang limbahnya ke laut, Pelabuhan Poatere seperti buangan minyak kapal, tumpahan cat atau pengelupasan cat pada kapal yang telah tua.

Secara umum kandungan Pb pada sedimen di masing-masing lokasi masih memenuhi standar baku mutu yang diperbolehkan. Hal ini dikarenakan sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan massa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya dalam air. Penelitian ini dilakukan pada musim hujan, sehingga debit air yang masuk ke perairan menjadi meningkat, terutama perairan yang terdapat pada Mariso dan Barombong yang mendapat aliran air dari sungai Jeneberang dan Sungai Tallo, hal ini mengakibatkan sedimen yang mengendap selama musim kemarau akhirnya terlarut, oleh karena itu kadar Pb sedimen masih memenuhi standar.

(27)

Pelabuhan Pare-Pare dengan kandungan Pb sebesar 54,33-93,87 mg/kg berat kering sampel, kemudian penelitian yang dilakukan (Aziz, 2003) di muara sungai Tallo berdasarkan parameter logam berat timbal (Pb) pada sedimentasi menunjukkan kadar logam berat Pb dengan konsentrasi rata-rata 110,44 mg/kg dari standar yang ditentukan yaitu 36 mg/kg sesuai petunjuk kualitas Sediment Quality Guideline (2003).

Kerang (Anadara, sp) merupakan salah satu jenis kerang-kerangan yang sering dikomsusi oleh masyarakat.Selain itu juga merupakan sumber pendapatan ekonomi dan pangan penduduk di kawasan pantai. Disamping itu manfaat lain dari kerang (Anadara sp) merupakan indikator yang baik bagi lingkungan, apakah lingkungan tersebut tercemar atau tidak oleh bahan-bahan yang dapat merugikan bagi mahkluk hidup di sekitar lingkungan tersebut.

(28)
(29)

Kerang yang ada di wilayah pesisir Kota Makassar telah mengandung logam timbal walaupun masih rendah, namun harus tetap diwaspadai karena Pb dalam biota laut bersifat non-esential (tidak diperlukan) untuk metabolisme tubuh biota sehingga keberadaan logam Timbal (Pb) pada kerang akan menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia jika dikonsumsi secara terus-menerus karena akan menumpuk dalam jaringan tubuh manusia dalam jangka waktu yang cukup lama.

Akumulasi Pb oleh organisme air dari air dan sedimen dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, dan pH, serta kandungan asam alginat. Dalam sistem air yang terkontaminasi, hampir semua Timbal terikat erat ke sedimen.Hanya sebagian kecil yang dilarutkan dalam air.

Merujuk penjelasan sebagian besar literatur dan pembahasan sebelumnya, akumulasi yang berlebihan dari logam berat di perairan akan berdampak buruk terhadap berbagai kehidupan disana. Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan baku mutu yang menjadi acuan kadar logam berat yang dibolehkan (Tabel 1).

(30)
(31)

tercemarnya sedimen , dan terkontaminasinya berbagai tumbuhan dan biota di sana.

D. Penanggulangan Dampak Pencemaran Logam Berat Yang Terjadi Di Pesisir 1. Fisiotoksikologi Logam Berat Di Perairan

(32)

perairan yang tercemar logam berat akan terakumulasi ke dalam tubuh fitoplanton. Fitoplanton yang mengandung logam berat dimakan oleh ikan-ikan kecil, kemudian ikan-ikan besar memakan ikan-ikan kecil, dan ikan-ikan besar maupun kecil dimakan oleh manusia. Terjadilah biomagnifikasi (transfer logam berat) melalui rantai makanan.

(33)

tindakan remediasi lahan basah mangrove pada daerah perairan tercemar logam berat.

2. Remediasi Lokasi Perairan Tercemar Logam Berat

(34)

mudah, dan murah, serta memberikan efek negative yang kecil bagi kesehatan (Khiatuddin. 2003 dalam Kusumastuti. 2009).

3. Fitoremediasi Lahan Mangrove

Untuk mengurangi masalah pencemaran lingkungan oleh pencemar logam berat menggunakan teknik fisika, kimia juga dapat menggunakan teknik fitoremediasi. Teknik fitoremediasi sangat cocok untuk daerah perairan yang tercemar dengan menggunakan hutan mangrove. Ekosistem mangrove memiliki kemampuan alami untuk membersihkan lingkungan dari berbagai bentuk zat pencemar sehingga penggunaan tanaman mangrove sebagai tumbuhan penyerap logam berat dari perairan sangat tepat. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Amin (2001), di perairan pesisir Dumai, Propinsi Riau, menunjukan bahwa organ akar dan daun tumbuhan A. marina memiliki kemampuan menyerap logam berat timbal Pb dan tembaga Cu .Perairan Dumai kota merupakan daerah yang mendapat sumbangan bahan pencemar perairan pesisir dan laut dari berbagai aktifitas industri dan rumah tangga.

(35)

Anggoro (2006), meneliti daya akumulasi tumbuhan A. marina dan Rhizophora mucronata terhadap logam berat Pb Di kali Sapuragel dan kali Donan, Cilacap, menunjukan bahwa tumbuhan A. marina mampu mengakumulasi logam berat Pb sebesar 1. 974 ppm pada organ daunnya, sedangkan tumbuhan R. mucronata 1. 466 ppm. Terdapat juga tumbuhan R. stylosa yang berpotensi dalam menyerap pencemar di perairan. Menurut Hadi (2007), tumbuhan mangrove R. stylosa mampu mengakumulasi logam berat Cu. Selanjutnya dalam percobaannya, konsentrasi Cu yang tinggi ternyata kandungan logam berat Cu akan meningkat pada tumbuhan R. stylosa yang sedang diamati dan logam berat Cu ternyata tidak mempengaruhi pertumbuhan dari tumbuhan mangrove.

4. Pelestarian Hutan Mangrove

(36)

dapat dirasakan adalah melindungi pantai dari ancaman gelombang besar, angin ribut, pengendali intrusi air laut, habitat berbagai fauna, tempat mencari makan dan memijah berbagai jenis udang dan ikan, pembangunan lahan melalui proses sedimentasi, pengontrolan malaria, mereduksi polutan, pencemar air, penyerap CO2 dan penghasil O2. Hubungan khusus dalam mereduksi polutan dan pencemar di lingkungan hutan mangrove atau lingkungan perairan dinyatakan oleh Anggoro (2006), bahwa tumbuhan mangrove mampu menyerap pencemar logam berat dari perairan yang sudah tercemar. Dengan demikian tumbuhan mangrove dapat dijadikan tanaman fitorediasi terhadap pencemaran logam berat di perairan Indonesia.

(37)

sehingga upaya pelestarian perlu dijalankan. Untuk melestarikan hutan mangrove dibutuhkan perhatian dari kaum akademisi, peneliti-peneliti pada berbagai perguruan tinggi, pemerintah dan masyarakat Indonesia seluruhnya.

E. Peran Pemerintah Dalam Mempercepat Penanggulangan Dampak Pencemaran Limbah B3 Industri Yang Berada Di Pesisir

1. Kebijakan Nasional Tata Ruang

Kebijakan nasional penataan ruang yang terintegrasi secara multidimensi,

lintas sektor dan lintas wilayah baru memperoleh landasan hukum sejak 1992,

dengan diundangkannya Undang-Undang No 24 Tahun 1992 tentang Penataan

Ruang. Undang-undang tersebut baru memuat kebijakan umum, berupa kaidah,

norma dan mekanisme termasuk proses penataan,

kelembagaan, dan peran masyarakat. Untuk operasionalisasinya, masih

dibutuhkan serangkaian kebijakan pelengkap baik untuk sektoral maupun daerah.

Sejumlah kebijakan operasional telah ditetapkan, antara lain kebijakan yang

mengatur peran serta masyarakat dalam penataan ruang [Peraturan

PemerintahNo. 69Tahun 1996], kebijakan tentang rencana struktur dan pola

pemanfaatan ruang nasional/Rencana Tata Ruang Nasional [Peraturan

Pemerintah N. 47 Tahun 1997], kebijakan tentang tingkat ketelitian peta untuk

penataan ruang [Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 2000], dan kebijakan

koordinasi penataan ruang yang berimplikasi pada pembentukan Badan

(38)

Namun demikian, serangkaian kebijakan operasional yang telah ditetapkan

tersebut masih belum memadai dalam menghadapi dinamika perubahan sosial

ekonomi dan sosial budaya masyarakat akibat pesatnya pembangunan di paruh

pertama dekade 1990-an dan krisis multidimensi dan demokratisasi selepas

1997. Berbagai kasus penyimpangan dan konflik pemanfaatan ruang serta

meningkatnya laju kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi dalam

kurun dua decade belakangan memberi petunjuk bahwa operasionalisasi

kebijakan penataan ruang masih belum efektif mewujudkan tujuan penataan

ruang yang digariskan. Menghadapi situasi tersebut, BKTRN berinisiatif meninjau

kembali dan menyempurnakan kebijakan penataan ruang.

2. Kebijakan Pengendalian Pencemaran

Masalah lingkungan hidup yang disebabkan oleh berbagai macam

pencemaran dari tahun ke tahun semakin kompleks dan cenderung meningkat.

Kondisi tersebut tidak hanya menyebabkan menurunnya fungsi dan kualitas

lingkungan tetapi juga memberikan dampak yang serius pada kesehatan manusia

dan makhluk hidup lainnya. Pencemaran lingkungan yang menonjol beberapa

tahun terakhir ini diantaranya: (1) pencemaran air yang disebabkan oleh

pembuangan limbah domestik, limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun),

limbah industri dan pertambangan, (2) pencemaran pesisir dan laut, (3)

pencemaran udara seperti: penurunan kualitas udara ambien di lokasi-lokasi

tertentu di kota besar yang disebabkan oleh sektor transportasi, industri,

(39)

3. Peraturan Perundang undangan

Dalam upaya menaggulangi menurunnya kualitas lingkungan, kesehatan

manusia dan makhluk hidup lainnya akibat pencemaran lingkungan yang semakin

kompleks dan cenderung meningkat, selama tahun 2005, KLH telah menyiapkan

beberapa kebijakan teknis, antara lain berupa:

a. Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati

Produk Rekayasa Genetik.

b. Peraturan Presiden RI No 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan Beijing

Amendment To The Montreal Protocol On Substances That Deplete The

Ozone Layer (Amendemen Beijing Atas Protokol Montreal tentang

Bahan-Bahan yang Merusak Lapisan Ozon).

c. Peraturan Presiden RI No 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan Montreal

Amendment To The Montreal Protocol On Substances ThatDeplete The

Ozone Layer (Amendemen Montreal Atas Protokol Montreal tentang

Bahan-Bahan yang Merusak Lapisan Ozon).

d. Peraturan Presiden RI No 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Amendment To The Basel Convention On The Control Of Transboundary

Movements Of Hazardous Wastes and Their Disposal (Amendemen Atas

Konvensi Basel tentang Pengawasan Perpindahan Lintas Batas Limbah

Berbahaya dan Pembuangannya). Peraturan Presiden RI No 60 Tahun

(40)

e. Peraturan Presiden RI No 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan Framework Agreeement Between The Government Of The Republic Of Indonesia and

The Secretariat Of The Basel Convention On The Control Of

Transboundary Movements Of Hazardous Wastes and Their Disposal On

The Establishment Of A Basel Convention Regional Centre For Training and

Technology Transfer For Southeast Asia (Persetujuan Kerangka Kerja

Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel

Mengenai Pengawasan Perpindahan Lintas Batas Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun Serta Pembuangannya tentang Pembentukan

Pusat Regional Konvensi Basel Untuk Pelatihan dan Alih Teknologi Bagi

Asia Tenggara).

f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 45 Tahun 2005 tentang

Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan

Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

(RPL).

g. RUU tentang Konvensi Stockholm tentang Bahan-bahan Pencemar

Organik yang Persisten (POPs).

h. Rancangan Perpres tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut (NCP).

i. Rancangan Perpres tentang Pengelolaan Kawasan Karst.

j. Rancangan Perpres tentang Penetapan Kelas Air Sungai Ciliwung.

(41)

l. Baku Mutu Usaha dan atau Kegiatan Penambangan Bijih Nikel.

m. Baku Mutu Usaha dan atau Kegiatan Penambangan Bijih Timah.

n. Rancangan Pedoman tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembuangan Air

Terproduksi dengan Teknik Sumur Injeksi pada Kegiatan Usaha Hulu

Minyak, Gas dan Panas Bumi.

o. Rancangan Baku Mutu Air Limbah Rumah Potong Hewan. Rancangan Baku

Mutu Air Limbah RPH ini selain mengatur parameter yang harus dipenuhi

oleh RPH juga mengatur kewajiban-kewajiban dari penanggung jawab

RPH.

p. Review Keputusan Menteri Negara No Kep.51/MenLH/10/1995 tentang

Baku Mutu Air Limbah Industri.

q. Rancangan Keputusan Menteri tentang Baku Mutu Air Limbah Industri

bagi Kegiatan Industri Petrokimia.

r. Rancangan Revisi Keputusan Menteri Negara No 35 Tahun 1993 tentang

Ambang Batas Emisi Gas BuangKendaraan Bermotor.

s. Rancangan Pedoman Teknis Rekomendasi Perizinan Limbah Non-B3.

t. Pengajuan Inpres tentang Pemanfaatan BBG ke Presiden RI untuk

Mendukung Penggunaan Bahan Bakar yang Lebih Bersih.

u. Pedoman Pengelolaan Lingkungan Industri Petrokimia.

BAB III

(42)

A. kesimpulan

1. Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar

dari 5 g/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni. Logam berat Cd, Hg, dan

Pb dinamakan sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup (Subowo dkk, 1999). Menurut Darmono (1995), faktor yang menyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat pencemar adalah karena adanya sifat-sifat logam berat yang tidak dapat terurai (non degradable) dan mudah diabsorbsi. Organisme pertama yang terpengaruh akibat penambahan polutan logam berat ke tanah atau habitat lainnya adalah organisme dan tanaman yang tumbuh ditanah atau habitat tersebut. Dalam ekosistem alam terdapat interaksi antar organisme baik interaksi positif maupun negatif yang menggambarkan bentuk transfer energi antar populasi dalam komunitas tersebut. Dengan demikian pengaruh logam berat tersebut pada akhirnya akan sampai pada hierarki rantai makanan tertinggi yaitu manusia.

(43)

berasal dari pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali. Hasil penelitian Siaka menjelaskan tingginya kandungan Pb di perairan PPN Prigi dapat berasal dari limbah industry di kawasan pelabuhan serta limbah padat dan cair domestik yang terbawa aliran sungai yang bermuara di sekitar pelabuhan. Sedangkan kegiatan di laut (marina) salah satunya adalah buangan sisa bahan bakar kapal motor, cat kapal dan wisata bahari. Kapal motor penangkap ikan juga menggunakan cat anti korosi yang pada umumnya mengandung Pb (Siaka, 2008).

(44)

sungai. Hal tersebut mengakibatkan konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen meningkat. Dan hasilnya, logam berat yang terendapkan akan terdispersi dan akan diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Jika terus dibiarkan maka akan berdampak pada penurunan kualitas perairan, tercemarnya sedimen , dan terkontaminasinya berbagai tumbuhan dan biota di sana.

(45)

masyarakat. Sehingga penggunaan bivalvia sebagai biofilter zat pencemar di perairan masih sangat rendah. Salah satu solusi yang baik adalah dengan menggunakan teknik fitoremediasi. Teknik fitoremediasi adalah teknologi pembersihan zat polutan dari badan air yang telah tercemar dengan menggunakan tanaman. Teknologi ini mudah, dan murah, serta memberikan efek negative yang kecil bagi kesehatan (Khiatuddin. 2003 dalam Kusumastuti. 2009). Untuk mengurangi masalah pencemaran lingkungan oleh pencemar logam berat menggunakan teknik fisika, kimia juga dapat menggunakan teknik fitoremediasi. Teknik fitoremediasi sangat cocok untuk daerah perairan yang tercemar dengan menggunakan hutan mangrove. Ekosistem mangrove memiliki kemampuan alami untuk membersihkan lingkungan dari berbagai bentuk zat pencemar sehingga penggunaan tanaman mangrove sebagai tumbuhan penyerap logam berat dari perairan sangat tepat. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Amin (2001), di perairan pesisir Dumai, Propinsi Riau, menunjukan bahwa organ akar dan daun tumbuhan A. marina memiliki kemampuan menyerap logam berat timbal Pb dan tembaga Cu .

5. Dalam upaya menaggulangi menurunnya kualitas lingkungan, kesehatan

manusia dan makhluk hidup lainnya akibat pencemaran lingkungan yang

semakin kompleks dan cenderung meningkat, selama tahun 2005, KLH

telah menyiapkan beberapa kebijakan teknis, yang salah satu poin yang di

(46)

a) Peraturan Presiden RI No 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan Amendment To The Basel Convention On The Control Of

Transboundary Movements Of Hazardous Wastes and Their

Disposal (Amendemen Atas Konvensi Basel tentang Pengawasan

Perpindahan Lintas Batas Limbah Berbahaya dan

Pembuangannya). Peraturan Presiden RI No 60 Tahun 2005

tentang Pengesahan Framework Agreeement.

b) Peraturan Presiden RI No 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Framework Agreeement Between The Government Of The

Republic Of Indonesia and The Secretariat Of The Basel

Convention On The Control Of Transboundary Movements Of

Hazardous Wastes and Their Disposal On The Establishment Of A

Basel Convention Regional Centre For Training and Technology

Transfer For Southeast Asia (Persetujuan Kerangka Kerja Antara

Pemerintah Republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel

Mengenai Pengawasan Perpindahan Lintas Batas Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun Serta Pembuangannya tentang

Pembentukan Pusat Regional Konvensi Basel Untuk Pelatihan dan

Alih Teknologi Bagi Asia Tenggara).

c) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 45 Tahun 2005

(47)

Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan

Lingkungan Hidup (RPL).

d) RUU tentang Konvensi Stockholm tentang Bahan-bahan Pencemar

Organik yang Persisten (POPs).

e) Rancangan Perpres tentang Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut (NCP).

B. saran

1. Dengan mengetahui bahayanya logam berat maka perlu memperhatikan sampah -sampah domestic yang terbuang di sungai atau laut

2. Di harapkan pihak pengelola pelabuhan lebih memperhatikan lagi sampah ataupun bunangan yang terbuang di laut agar tidak sembarang membuang limbahnya.

3.masyarakat perlu lebih waspada dalam megonsumsi hasil daut karena bisa jadi ikan yang kita konsumsi telah tercemar logam berat ,maka perhatikan tempat pembelianya .

(48)

Gambar

Tabel 1. Kriteria baku mutu kadar logam berat dalam air laut (MenKLH. 2004)

Referensi

Dokumen terkait

Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karena sumber N berupa kandungan bahan organik dalam tanah yang tergolong rendah sampai sangat rendah,

Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak yang bekerja dalam pengolahan limbah cair industri pelapisan logam untuk menurunkan kandungan timbal menggunakan adsorben

Limbah cairnya mengandung warna yang berasal dari logam timbal sebesar 82,561 mg/l yang melebihi Baku Mutu air limbah batik berdasar Perda Jateng No.10 tahun 2004, yaitu

Pada konsentrasi 675-2280 mg/L dapat menyebabkan muntah, kandungan logam Zn paling tinggi dibanding dengan logam lain, ini disebabkan oleh sifat logam Zn yang essensial