• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL WAHYUNI SADAH ANALISIS SUSUNAN TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JURNAL WAHYUNI SADAH ANALISIS SUSUNAN TE"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS L’ORDRE CHRONOLOGIQUE DES ÉVÉNEMENTS DALAM NOVEL “TRISTANT ET ISEUT” KARYA JOSEPH BÉDIER

Oleh:

Wahyuni Sa’dah (127009021) Mahasiswa Program Master

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Artikel ini membahas tentang L’ordre chronologique des événements pada novel Tristant et Iseut. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah adanya temuan L’ordre chronologique des événements yang berbeda dengan teori Boucharen tentang L’ordre chronologique des événements. Pakar ini menyatakan bahwa L’ordre chronologique des

événements terdiri atas 5 bagian dan biasanya terstruktur, namun berdasarkan hasil analisis terdapat unsur L’ordre chronologique des

événements yang tidak sama dengan teori tersebut. Hal tersebut menjadi masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk variasi dan distribusi L’ordre chronologique

des événements pada novel tersebut. Metode yang digunakan adalah Metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan

Tipe rentetan peristiwa yang paling sering muncul adalah tipe ellipse narrative dengan jumlah 11 teks atau 57,89% disusul dengan tipe

normal 6 teks atau 31,57% dan narration anachronique dengan jumlah 2 teks 10,52%.

Kata Kunci: Teks Narasi, L’ordre chronologique des événements, Novel

1. PENDAHULUAN

Selain bahasa Inggris, salah satu bahasa Asing yang sangat populer di dunia saat ini adalah Bahasa Perancis. Bahasa Perancis menduduki posisi kesembilan dalam peringkat bahasa dunia (Denyer, Garmendia Olivieri: 2006 hal. 94). Perancis merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kekayaan khasanah budaya, seni dan sastra yang begitu tinggi.

Kekayaan hasil karya para sastrawan Perancis dapat dibuktikan melalui eksistensinya yang bukan hanya dikenal di Perancis tetapi juga di kenal hamper ke seluruh dunia.

(2)

daerah tempat asalnya. Untuk dapat memahami isi cerita sebuah novel, yang dalam hal ini dikhususkan pada novel berbahasa Perancis, dibutuhkan penguasaan terhadap kata, kalimat dan paragraf yang terdapat didalamnya karena sebuah novel pasti tersusun dari elemen – elemen tersebut.

Dalam sebuah novel akan terdapat teks. Teks merupakan satuan bahasa yang lengkap, yang didalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh yang bias dipahami oleh pembaca. Dalam bahasa Perancis terdapat berbagai jenis teks, yaitu teks narasi (texte narratif), teks deskriptif (texte descriptif), teks argumentatif (texte argumentatif), teks eksposisi (texte explicatif), dan injonctif. Namun dari sekian banyak jenis teks, yang menjadi fokus penelitian adalah teks narasi (texte narratif), karena teks narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Cornwell (2001) bahwa, ” Le texte narratif décrit une succession de fait que enchainent ”, maksudnya teks narasi menceritakan suatu rentetan peristiwa yang saling terkait. Sedangkan Crépin (1994:59) mengungkapkan bahwa : Le texte narratif est en général chronologique, mais les un ordres à la chronologique sont souvent fréquents; elles sont indiquées par des adverbes de temps et par le changement de temps des verbes”. Maksudnya, umumnya rentetan peristiwa pada teks narasi disajikan secara kronologis, tetapi tidak mengikuti kebiasaan ketentuan kronologis cerita sering terjadi, kronologis ditujukan oleh adverbia waktu dan perubahan waktu kata kerjanya.

Selaras dengan hal itu Boucharenc (2000-17) menambahkan ”l’histoire narrative rend compte de l’ordre chronologique des événements”, artinya cerita narasi memuat rentetan peristiwa.

Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) ini tersusun atas : 1. L’état initial ; situasi awal cerita.

2. L’élément transformateur ; unsur perubah yang berasal dari situasi awal. 3. Le processus de transformation ; proses perubahan yang mengandung satu

atau beberapa aksi.

4. L’élément de résolution ; unsur revolusi yakni, cerita sampai pada momen akhir transformasi.

5. L’état final ; situasi akhir yang menunjukkan cerita berada pada suatu keseimbangan yang baru.

(3)

atau yang dikenal juga dengan susunan cerita (structure de récit) dan biasanya diikuti oleh adverbes de temps (keterangan waktu). Meskipun teks narasi mempunyai aturan dalam l’ordre chronologique des événements, tetapi banyak dijumpai teks-teks pada buku pengajaran, roman, majalah,… yang tidak mengikuti kebiasaan tahapan-tahapan di atas. Hal ini dikarenakan oleh keinginan pengarang untuk membuat variasi tersendiri dalam hal menulis. Kasus-kasus diatas dapat dibuktikan melalui beberapa ilustrasi berikut ini. Contoh :

Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) pada cerita yang terdapat pada subjudul ke-XI ”LE GUE AVENTUREUX” dalam novel Tristan et Iseut ini adalah :

1. Unsur resolusi (l’élément de resolution) :

Le roi Marc était d’accord avec l’offert de Tristan et il manda au chapelain de le répondre vite et le mit sur le croix rouge.

(Raja Marc setuju dengan tawaran Tristan, dan memerintahkan pada pendetanya untuk segera membalas surat itu, dan meletakkan di tempat bertanda silang merah).

2. Proses perubahan (le processus de transformation) :

~ Le roi Marc commanda à Tristan de rendre Iseut à trois jours de cette réponse.

(Raja memerintahkan pada Tristan untuk mengembalikan Iseut tiga hari setelah balasan atas surat ini).

~ Avant de séparer, Iseut manda à Tristan de lui donner un souvenir, elle manda ”Husdent ” son chien, pour qu’elle aie été moins triste, quand elle se souvenait Tristan, et lui donna un anneau pour le symbole de son amour. (Sebelum berpisah, Iseut meminta sebuah kenang-kenangan pada Tristan, yaitu ”Husdent ” anjingnya, agar ketika dia teringat pada Tristan, kesedihannya berkurang, dan dia memberikan pada Tristan sebuah cincin sebagai tanda cintanya).

~ Le roi Marc annonca à tous les gens de Cornouailles la nouvelle de revenue la reine Iseut, ils étaient heureux d’écouter.

(Raja Marc mengumumkan pada seluruh rakyat Cornouailles berita tentang kembalinya ratu Iseut, mereka sangat senang).

~ A jour décidé, au loin les félons, les barons, et les Cornouailles regardèrent l’arrivée de Tristan et Iseut.

(4)

3. Situasi Akhir (l’état final)

~ Tristan a rendu Iseut devant tous les Cornouaillais, et puis roi commanda à Tristan de s’éloigner de ce pays. Et pour accueillir la reine, Marc fit un grand festin.

(Tristan mengembalikan putri Iseut di depan seluruh rakyat Cornouailles, kemudian raja Marc memintanya untuk mengasingkan diri dari daerah itu. Dan untuk menyambut kembalinya sang ratu, raja Marc mengadakan sebuah pesta besar).

4. Situasi Awal (l’état initial) ~ Tidak dipaparkan

5. Unsur perubah (l’élément transformateur) ~ Tidak dipaparkan

Pada cerita di atas, dapat dilihat bahwa rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)nya tidak mengikuti kebiasaan, karena cerita tersebut diawali dengan peleraian unsur resolusinya. Hal ini disebabkan oleh keinginan pengarang untuk memuaskan pembaca atas permasalahan yang timbul pada cerita sebelumnya. Dan untuk menambah kelengkapan cerita, pengarang menulis akhir cerita secara mendetail. Cerita narasi yang rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)nya tidak tersusun secara sistematis inilah yang disebut anachronique narratif (Boucharenc : 2000 hal. 17).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka Penulis merumuskan permasalahan pada susunan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) dengan rumusan masalah menemukan bentuk rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) pada novel Tristan et Iseut, mendeskripsikan bentuk variasi rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) dari setiap subjudaul pada novel Tristan et Iseut. Mengetahui variasi rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) manakah yang paling dominan dalam novel Tristan et Iseut, serta mengeathui bagian rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) manakah yang paling dominan dalam novel Tristan et Iseut.

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui variasi dan bentuk serta bagian l’ordre chronologique des événements (rentetan peristiwa) yang paling dominan pada teks narasi dalam novel Tristan et Iseut.

2. KAJIAN PUSTAKA

(5)

path to wholes” menganalisis sebuah karya sastra adalah mengenal bagian pembentuknya secara terpisah, menentukan hubungan diantara bagian-bagian dan menentukan hubungan setiap aspek secara keseluruhan.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah mengkaji, menelaah atau menguraikan suatu objek secara terperinci sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan dan dapat memahami keadaan sebenarnya, yang dalam hal ini objeknya adalah karya sastra.

2. Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)

Menurut Bertrand (2000:17) ”La structuration fonctionnelle narrative est aboutit aux cinq séquences suivant : situation initial (fonction préparatoire), événement perturbateur (établissement du manque), aggravation, lutte, et situation final (aboutissement) artinya susunan sistematis sebuah teks narasi adalah terdiri dari lima tahap sebagai berikut : situasi awal cerita (tahap persiapan), peristiwa perubah (pemunculan konflik), peningkatan konflik, pertengkaran (dapat terdiri dari berbagai kemungkinan), dan situasi akhir cerita. Selaras dengan hal itu Cornwell menyatakan bahwa ”Le texte narratif décrit une succession de faits qui s’enchaient ” maksudnya teks narasi melukiskan suatu rentetan peristiwa yang saling terangkai. Kemudian Boucherenc lebih memperjelas lagi bahwa (2000:16-17) rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) terdiri atas :

1. Le début constitue l’état initial. (Permulaan merupakan situasi awal)

Awal dari suatu cerita yang belum memperlihatkan adanya konflik. Tetapi mengandung unsur-unsur yang mudah menimbulkan konflik di masa yang akan datang.

2. Un élément transformer vient rompre l’état initial. (Unsur Perubah berasal dari situasi awal)

Maksudnya unsur ini adalah batang tubuh utama dari seluruh tindak-tanduk para tokoh, bagian ini mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan atau menggawatkan konflik yang berkembang dari situasi asli. 3. L’élément transformateur enleche un processus de transformation, ayant une

ou plusieurs actions.

(Unsur perubah menghubungkan suatu proses perubahan, yang memuat satu atau beberapa aksi).

(6)

atau tindak tanduk yang menimbulkan pembenturan-pembenturan kepentingan yang menimbulkan konflik baik yang terbuka maupun yang tertutup ; bagaimana pertikaian-pertikaian antar tokoh yang dipisahkan, berangsur-angsur memuncak melalui timbulnya konflik permasalahan yang rumit.

4. L’élément de résolution vient à un moment clore le processus de transformation.

(Unsur resolusi sampai pada momen akhir proses perubahan)

Maksudnya bagian ini merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi kedalam situasi yang seimbang dan harmonis. 5. L’état final, le processus de transformation achéve, l’histoire aboutit à un

nouvel équilibre.

(Proses transformasi akhir, cerita berakhir pada keseimbangan yang baru, situasi akhir)

Maksudnya akhir suatu perbuatan yang menjadi titik pertanda berakhirnya tindak-tanduk atau konflik dalam cerita.

3. Teks Narasi

Crépin dan Loridon (1995:54) menyatakan bahwa ” Le texte narratif est de raconter des événements réel, comme dans les faits divers de journaux par exemple, ou des événements imaginaires”, artinya teks narasi menceritakan tentang kejadian nyata seperti faits divers (kenyataan) atau juga kejadian fiktif belaka. Hal ini didukung oleh Cornwell (2001) ”Texte narratif appelé aussi récit est une histoire qui peut-être réelle ou fictive ; récit d’aventures, récit historiques, récit merveilleux,... il est raconté par un narrateur soit à la 1re (je) ou 3e (il, elle), selon qu’il est ou non impliqué dans le récit”, maksudnya teks narasi disebut juga cerita sebuah kisah yang mungkin nyata atau fiktif ; cerita petualangan, cerita sejarah, cerita yang menakjubkan. Teks ini diceritakan ole pengarapnya melaui pemakaian pronominal orang pertama.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teks narasi adalah teks yang menceritakan tentang suatu kejadian baik fiktif ataupun nyata secara berkesinambungan, dengan sejelas-jelasnya.

4. Pengertian Novel

(7)

sujet et par la sobriété du style et de l’analyse physicologique”, maksudnya novel adalah karya sastra sejenis roman, yang membedakannya adalah bahwa novel tidak berlebihan dan juga mengandung analisis psikologis, selanjutnya Robert (1990:1285) menambahkan ”La nouvelle est récit généralement bref, de construction dramatique et présentant des personnages peu nombreux”, maksudnya novel adalah cerita yang pada umumnya singkat, disusun dramatis dan memunculkan tokoh-tokoh yang tidak begitu banyak.

Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu karya sastra berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita tentang suatu kejadian atau peristiwa yang dialami seseorang pada lingkungannya yang memunculkan suatu konflik.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kwalitatif digunakan dalam penelitian ini, karena metode ini merupakan metode yang sesuai untuk menganalisis data yang hasil penelitiannya direpresentasikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.

Sumber data dalm penelitian ini berasal dari sebuah novel yang berjudul Tristan et Iseut buah karya Joseph Bédier, ditulis sekitar abad ke-XIII, dengan ketebalan 183 halaman, ditebitkan oleh Bibliothèque Médièvale, dan diedit oleh Paul Zumthor. Setiap subjudul diatas merupakan rangakaian cerita yang saling berhubungan satu sama lainnya. Namun, setiap subjudul tersebut memiliki konflik atas permasalahan yang berdiri sendiri (satu subjudul memiliki satu permasalahan atau satu konflik), artinya setiap satu subjudul memuat rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) yang terpisah, karena itulah cerita dalam novel ini dipecah kedalam beberapa subjudul yang dipaparkan dengan gaya penulisan yang berbeda (anachronique narrative, ellipse narrative, normale).

(8)

Keterangan :

N = Jumlah populasi F = Frekuensi

K = Kategori, (Widodo:2000)

Untuk melaksanakan teknik analisis data pada metode deskriptif kwalitatif, maka akan dilakukan proses sistematis sebagai berikut:

1. Membaca dengan teliti teks pada novel ”Tristan et Iseut” karya Joseph Bédier. 2. Mengidentifikasi dengan cara menggaris bawahi elemen-elemen dari rentetan

peristiwa (l’ordre chronologique des événements) setiap subjudul dalam novel ”Tristan et Iseut” karya Joseph Bédier dengan stabilo.

3. Setiap elemen dari rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) diberi kode : ”a” untuk situasi awal cerita (l’état initial), ”b” untuk unsur perubah (l’élément transformateur), ”c” untuk proses transformasi (le processus de transformation), ”d” untuk unsur resolusi (l’élément de résolution), ”e” untuk situasi akhir cerita (l’état final).

4. Mengoreksi kembali rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) untuk memastikan ketepatan pemberian kode.

5. Menyusun rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) setiap subjudul dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier berdasarkan kode-kode diatas kedalam kartu analisis.

6. Menentukan tipe rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) dengan cara : memberi kode ”x” rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) bertipe narration anachronique. Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) bertipe ellipse narrative diberi kode ”y”. Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) bertipe normal diberi kode ”z”.

7. Mengelompokkan subjudul-subjudul dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier berdasarkan tipe rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) sesuai dengan kode-kode diatas.

8. Melakukan tahap pengoreksian ulang untuk mengetahui apakah ada kesalahan dalam pengelompokkan rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)nya.

(9)

10. Mendeskripsikan bentuk analisis rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) teks narasi dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis peneliti, ada beberapa subjudul yang terdapat dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier, tidak mengikuti rentetan peristiwa seperti teori yang diutarakan oleh Boucharenc. Peneliti menemukan beberapa hal sebagai berikut :

Bentuk rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1

Bentuk dan Tipe Rentetan Peristiwa (l’ordre chronologique des événements) dalam novel Tristan et Iseut

Bentuk rentetan peristiwa Tipe Frekuensi Persentase

a,b,c,d,e Z 6 31,57

a,c,d,e Y 1 5,26

a,b,c,d Y 2 10,52

a,c,b Y 1 21,05

a,c,e Y 1 5,26

c,d,e Y 1 5,26

a,b,c Y 3 15,78

d,c,e Y 1 5,26

d,b,c,e Y 1 5,26

a,b,d,c,e X 2 10,52

Jumlah = 10 3 19 100

Keterangan :

a : Situasi Awal d : unsure resolusi b : unsur perubahan e : situasi akhir c: proses perubahan

(10)

X, XI, XIII, XVI dan XVII) serta rentetan peristiwa berbentuk a,b,c,d,e (bertipe x) pada subjudul ke XVIII, XIX) dengan jumlah yang sama.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa teks bertipe ”y” mendominasi penulisan teks narasi dalam teks Tristan et Iseut.

Dari kesepuluh bentuk penulisan teks narasi dalam novel ini terdapat tiga tipe penulisan yang berbeda yaitu : Ellipse narrative : teks narasi yang tidak memaparkan seluruh tahapan dari rentetan peristiwa dengan variasi sebagai berikut : proses perubahan, unsur resolusi, dan situasi akhir (c,d,e) berjumlah 1 teks atau 5,26% ; situasi awal, unsur perubah, proses perubahan dan unsur resolusi (a,b,c,d) berjumlah 2 teks atau 10,52% ; situasi awal, proses perubahan dan unsur perubah (a,c,b) dengan 1 teks atau 5,26% ; situasi awal, proses perubahan, dan situasi akhir (a,c,e) berjumlah 1 teks atau sebesar 5,26% ; proses perubahan, unsur resolusi dan situasi akhir (c,d,e) berjumlah 1 teks atau 5,26% ; situasi awal, unsur perubah dan proses transformasi (a,b,c) dengan jumlah 3 teks atau 5,26% dan unsur resolusi, proses perubahan dan situasi akhir (d,c,e) dengan 1 teks atau 5,26% dan unsur resolusi, unsur perubah, proses perubahan dan situasi akhir (d,b,c,e) berjumlah 1 teks atau 5,26%. Anachronique narrative : teks narasi yang ditampilkan dengan rentetan peristiwa yang tidak terurut dengan variasi penulisan, situasi awal, unsur perubah, unsur resolusi, proses perubahan dan situasi akhir (a,b,c,d,e) berjumlah 2 teks atau 10,52% . Normale narration : teks narasi yang memiliki kelima elemen rentetan peristiwa dan tersusun secara sistematis seperti : situasi awal, unsur perubah, proses transformasi unsur resolusi, dan ditutup dengan situasi akhir (a,b,c,d,e) berjumlah 6 teks atau 31,57%. 3. Variasi Penulisan Rentetan Peristiwa Dominan

Setelah diadakannya analisis dan penghitungan persentase maka diperoleh data bahwa variasi penulisan yang dominan dalam penulisan novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier ini adalah ellipse narrative dengan jumlah 11 teks atau sekitar 57,89% dengan 8 bentuk penulisan yang berbeda.

4. Frekuensi Penggunaan Bagian Rentetan Peristiwa

(11)

Setelah memaparkan hasil penelitian, berikut ini akan disajikan pembahasan terhadap hasil penelitian tersebut. Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) pada subjudul ke-II ”LE MORHOLT D’IRLANDE” antara lain :

1. Situasi awal (l’état initial) ~ Tidak dipaparkan

2. Unsur perubah (L’élément transformateur) ~ Tidak dipaparkan

3. Proses perubah (le processus de transformation)

~ Le roi Marc avait un accord avec roi d’Irlande de donner cents livres cuivre, d’argent, d’or, et des garçons et des filles, et il envois un géant, Morholt qui offrait un bataille.

(Raja Marc terikat perjanjian upeti pada raja irlandia, memberikan ratusan kilo tembaga, uang, emas, dan ratusan anak laki-laki dan anak perempuan, dan mengirim seorang raksasa bernama Morholt, yang menawarkan sebuah pertarungan).

~ Tous seigneurs des Cornouailles avait peur de convaincre un géant comme Morholt.

(Semua pemuka istana Cornouailles takut untuk mengalahkan raksasa seperti Morholt).

~ Tristan manda au roi Marc de lui permettre faire ce bataille.

(Tristan memohon pada raja Marc untuk mengijinkannya melakukan pertarungan ini).

~ Ils ont fait ce bataille sur l’île Saint Samson.

(Mereka bertarung di sebuah pulau bernama Saint-Samson).

~ L’irlandais étaient joyeux, lorsqu’ils regardaient au loin la voile de pourpre, c’était lui de Morholt.

(Rakyat Irlandia gembira ketika melihat dari jauh layar kapal milik Morholt). ~ Mais il ne trouva pas Morholt, car c’était Tristan qui gagna.

(tetapi mereka tidak menemukan Morholt, karena Tristan yang menang). ~ Tristan parvint au château, et il s’affaissa entre les bras de roi Marc, et le sang ruisselait sa blessure.

(Tristan kembali ke istana raja Marc, dan dia terjatuh dipelukannya dan darah mengalir dari lukanya).

~ Bien qu’Iseut, ayant un don guerrier, aie essayé d’aide Morholt, en fin il mourut.

(Walaupun Iseut yang mempunyai bakat menyembuhkan penyakit, mencoba menolong Morholt, akhirnya dia meninggal juga).

(12)

(Akibat luka beracunnya, Tristan memohon pada raja untuk mengijinkannya pergi berlayar, dia hanya membawa harpanya, harpa yang menemukannya dengan Iseut).

~ Bien qu’il atteri sur la port de Weisefort où Morholt mourut, personne qui le connu.

(Walaupun dia berlabuh di pelabuhan Weisefort dimana Morholt mati, tidak seorangpun mengenalnya).

4. Unsur resolusi (l’élément de resolution) :

~ Iseut l’eut presque guérit après quarante jours de leur rencontre.

(Iseut hampir menyembuhkannya setelah empat puluh hari dari semenjak mereka).

5. Situasi Akhir (l’état final) :

~ Après avoir guérit, Tristan reparut devant le roi Marc. (Setelah sembuh, Tristan kembali kepada raja Marc).

Terdapat penyimpangan dalam rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements). Pada cerita diatas, penyimpangan itu ditandai dengan diawalinya cerita oleh proses transformasi (le processus de transformation), kemudian disusul oleh unsur resolusi (l’élément de resolution), dan ditutup dengan situasi akhir (l’état final), jadi cerita ini hanya memuat tiga tahap dari rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements), inilah yang dinamakan dengan ellipes narrative.

5. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

(13)

(a,b,c,d,e) berjumlah 6 teks atau 31,57%. Variasi rentetan peristiwanya terdiri dari tiga tipe yaitu : ellipse narrative berjumlah 11 teks atau 57,89%, terdapat pada subjudul ke-II, III, IV, V, VII, VIII, X, IX, XIII, XVI, dan XVII. Narration Normale berjumlah 6 teks atau 31,57% pada subjudul ke-I, VI, IX, XII, XIV, dan XV. Anachronique narrative berjumlah 2 teks atau 10, 52% pada subjudul ke-XVIII dan XIX. Tipe rentetan peristiwa yang paling sering muncul adalah tipe ellipse narrative dengan jumlah 11 teks atau 57,89% disusul dengan tipe normal 6 teks atau 31,57% dan narration anachronique dengan jumlah 2 teks 10,52%. Berdasarkan data yang telah dianalisis, maka dapat diketahui bagian rentetan peristiwa yang paling dominan adalah proses perubahan dengan jumlah 19 teks dari 19 teks atau sebesar 100%, disusul oleh situasi awal dengan 17 teks atau 89,47%, unsur perubah dengan frekuensi 16 teks, 84,21%, unsur resolusi dan situasi akhir masing-masing berjumlah 13 teks atau 60,42%.

DAFTAR PUSTAKA

ADERHOLD, Carl. 1995. Le Robert de Poche. Paris: Le Robert. Alwi. 2001. Apresiasi Sastra. Jakarta: PT. Gramedia

Bédier, Joseph. 1981. Le Roman de Tristan et Iseut dirigé par Paul Zumthor. Paris: Bibliothèque Médièvale.

Brune. 2001. Technique De L’analyse De La Fiction. Paris: Nathan.

Boucharenc. M et M. Feller. 2000. Littérature Types de Texte. Paris: Techniplus. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Cornwell, Patricia. 2001. Texte Narrative.

www.members.Lycos.fr/texte_narrative.htp diakses tanggal 7 Juni 2006

Denyer, Monique., Agustin Garmendia,. Marie-Laure Lions-Olivierie. 2006. Version Originale 2 Méthode de Français Livre de l’élève. Paris : Maison des Langues.

(14)

Hutagalung, Rory Anthony. 2003. Grammaire française. Jakarta. PT Gramedia Larousse. 2005. Le Petit Larousse Illustre (100e) Édition. Paris: Libraire Hachette.

Moeliono, Anton. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakart: Balai Pustaka. Rey, Allain. 1995. Le Nouveau Petit Robert. Paris: Dictionnaires de Robert.

Sumardjo, Jakub dan Saini KM. 1987. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia TOMASSON, Robert. 2000. Pour Enseigner La Grammaire. Paris: Delagrave. Willyam Kenny. 1996. How to analyse fiction. USA: Monarche Presse

Gambar

Tabel 1Bentuk dan Tipe Rentetan Peristiwa (l’ordre chronologique des

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara Pribadi dengan ibu Siti Munawaroh, selaku Guru di MI Islamiyah Kluwih pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 10.00 WIB.. 16 Wawancara Pribadi dengan ibu Ulfatun Zahiroh,

Permasalahan lain yang dihadapi perkebunan karet rakyat di Kabupaten Lahat yaitu belum adanya unit-unit pabrik pengolahan karet di wilayah Kabupaten Lahat sehingga sampai saat

Dari gambar struktur mikro pada daerah dekat dengan patahan diketahui adanya perbedaan dengan struktur mikro pada daerah yang jauh dari patahan. Pada struktur mikro

Tidak terdapat perbedaan lama menstruasi ibu pengguna kontrasepsi suntik cyclofem dengan depo medroxy progesterone asetat di wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara

KURIKULUM SEMESTER GENAP PROGRAM STUDI MANAJEMEN MUSIK INDUSTRI. etika

Menurut Sutrisno (2009), kompensasi non finansial adalah kompensasi yang tidak dapat dirasakan secara langsung oleh karyawan. Kompensasi non finansial diberikan oleh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Kanisius Minggir pada semester genap tahun ajaran

fenomena pr a a ktik etika bisnis yang timbul dari area fungsi-fungsi ktik etika bisnis yang timbul dari area fungsi-fungsi yang spesifik atau dalam relasi dengan profesi bisnis