• Tidak ada hasil yang ditemukan

KODE ETIK (1) id. ppt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KODE ETIK (1) id. ppt"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA PROFESI

ETIKA PROFESI

&

&

KODE ETIK

(2)

etika dan etika profesi

1. Kata etik (atau etika) berasal dari

kata ethos (bahasa Yunani) yang

berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah

tindakan-tindakan yang telah

(3)

ETIKA = self control

(4)

ETIKA

etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat

kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang

benar dan mana yang buruk.

Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,

berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti

(5)

ETIKA

Etika = Norma = Nilai-nilai = Kaidah = aturan prilaku = adat kebiasaan =

ukuran-ukuran

Norma moral

Nilai/karakter

(6)

ETIKA

Etika adalah teori tentang tingkah laku

perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

Drs. H. Burhanudin Salam :

Etika adalah cabang filsafat yang berbicara

(7)

MACAM ETIKA

ETIKA DESKRIPTIF

(8)

ETIKA DESKRIPTIF

 Etika yang berusaha meneropong secara

kritis dan rasional sikap dan prilaku

manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang

bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau

(9)

ETIKA NORMATIF

Etika yang berusaha menetapkan berbagai

sikap dan pola perilaku ideal yang

seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.

Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan

(10)

ETIKA

SECARA UMUM DIBAGI 2

1. ETIKA UMUM, berbicara mengenai

(11)

ETIKA

SECARA UMUM DIBAGI 2

2. ETIKA KHUSUS,

(12)

ETIKA KHUSUS

dibagi lagi menjadi dua bagian :

Etika Individual, yaitu menyangkut kewajiban

dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.

Etika Sosial, yaitu berbicara mengenai

(13)

ETIKA – MORAL - AGAMA

Etika  diartikan sebagai kumpulan asas/nilai

moral , filsafat moral, dan yang terpenting sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan manusia/kelompok manusia dalam mengatur perilakunya. Nilai-nilai dan norma-norma moral tersebut merupakan kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasayarakat, dan berperilaku baik, dan buruk, benar dan salah berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kebebasan kehendaknya.

(14)

Moral  secara etimologis sama artinya dengan

etika yang berupa nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan manusia/kelompok dalam mengatur pelakunya. Nilai-nilai dan norma-norma tsb menjadi ukuran moralitas perbuatan. Moralitas merupakan kualitas perbuatan manusiawi, dalam arti perbuatan itu baik atau buruk, benar atau salah . Moralitas perbuatan ditentukan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu : Motivasi, tujuan akhir, dan lingkungan perbuatan.

(15)

Agama dilaksanakan dengan peribadatan berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diwahyukan kepada dan diturunkan oleh Rasul-rasulnya untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Agama mengandung nilai moral yang menjadi ukuran moralitas perilaku manusia. Moral memperoleh daya ikat dari agama. Makin tebal keyakinan agama dan kesempurnaan taqwa seseorang, makin baik moralnya yang diwujudkan dalam bentuk perilaku baik dan benar.

(16)

Ajaran-ajaran moral

mengajarkan manusia untuk

menjadi dan berbuat baik,

sedangkan etika bertugas

memberikan argumentasi

yang rasional dan krtitis

dibalik ajaran moral tersebut.

(17)

Dalam kehidupan bermasyarakat yang

terkelompok dalam organisasi profesi,

nilai-nilai dan norma-norma moral

dijelmakan menjadi Kode Etik Profesi

dan menjadi pedoman dan acuan

perilaku anggota-anggota profesi.

Dalam kehidupan bernegara, nilai-nilai

dan norma-norma moral dijadikan

dasar hukum positif yang diciptakan

oleh pembuat undang-undang.

(18)

1 8

KODE ETIK :

Ditetapkan sebagai upaya mengantisipasi

konflik berkaitan dengan perkembangan

pengetahuan PROFESI, kemungkinan

pergeseran ETIKA (nilai dan norma moral)

yang diyakini dan mengarahkan perkembangan

(19)

1 9

KODE ETIK :

Merupakan pernyataan tentang prinsip

perilaku profesional yang disepakati oleh

suatu profesi

(20)

2 0

FUNGSI KODE ETIK PROFESI :

a. sebagai sarana kontrol sosial.

b. sebagai pencegah campur

tangan pihak lain.

c. sebagai pencegah

(21)

2 1

Etika Profesi dapat ditegakkan apabila ada 3 (tiga) ciri moralitas utama (Franz Magnis-Suseno : 1991 – 75)

1.

Berani berbuat dengan bertekad

sesuai dengan tuntutan profesi.

2.

Sadar akan kewajibannya, dan

(22)

2 2

PENEGAKKAN KODE ETIK

 Adalah usaha melaksanakan kode etik

sebagaimana mestinya, mengawasi

(23)

2 3

Penegakkan Kode Etik dalam arti sempit  untuk memulihkan hak dan kewajiban yang telah dilanggar, sehingga timbul keseimbangan seperti semula.

Bentuk pemulihan tersebut berupa penindakkan terhadap pelanggar kode etik.

(24)

2 4

a. Teguran, himbauan supaya menghentikan

pelanggaran, dan jangan melakukan pelanggaran lagi.

b. Mengucilkan pelanggar dan kelompok profesi

sebagai anggota yang melakukan pelanggaran (melakukan pembinaan) sampai yang bersangkutan menyadari perbuatannya.

c. Memberlakukan tindakkan hukum –

(25)

2 5

(26)

Prinsip-Prinsip Etika Profesi

– Tanggung jawab

 Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.  Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang

lain atau masyarakat pada umumnya.

Keadilan.

Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.

Otonomi.

(27)

Syarat-Syarat Suatu Profesi :

– Melibatkan kegiatan intelektual.

Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan

sekedar latihan.

Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen. – Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode

(28)

Peranan Etika Dalam Profesi :

– Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau

dua orang, atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan

kelompok yang paling kecil yaitu keluarga

sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan

(29)

Peranan Etika Dalam Profesi :

– Salah satu golongan masyarakat yang

mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan

sesama anggotanya, yaitu masyarakat

profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang

(30)

Peranan Etika Dalam Profesi :

– Sorotan masyarakat menjadi semakin

tajam manakala perilaku-perilaku

sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai

pergaulan yang telah disepakati

bersama (tertuang dalam kode etik

(31)

Peranan Etika Dalam Profesi :

– Sebagai contohnya adalah pada profesi

hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter

(32)

.

KODE ETIK PROFESI

Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa

kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk

maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang

sistematis.

Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu

kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan

(33)

SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK

– .Sanksi moral.

(34)

TUJUAN KODE ETIK PROFESI

– Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. – Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

Untuk meningkatkan mutu profesi.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

– Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

(35)

Fungsi dari kode etik

Fungsi dari kode etik

profesi

profesi

Memberikan pedoman bagi setiap Memberikan pedoman bagi setiap

anggota profesi tentang prinsip anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. profesionalitas yang digariskan.

Sebagai sarana kontrol sosial bagi Sebagai sarana kontrol sosial bagi

masyarakat atas profesi yang masyarakat atas profesi yang

bersangkutan. bersangkutan.

Mencegah campur tangan pihak di luar Mencegah campur tangan pihak di luar

organisasi profesi tentang hubungan organisasi profesi tentang hubungan

etika dalam keanggotaan profesi. Etika etika dalam keanggotaan profesi. Etika

profesi sangatlah dibutuhkan dalam profesi sangatlah dibutuhkan dalam

(36)

KODE ETIK

KODE ETIK

IKATAN NOTARIS

IKATAN NOTARIS

INDONESIA

INDONESIA

1.

1.

8 BAB

8 BAB

2.

2.

15 PASAL

15 PASAL

3.

3.

DITETAPKAN DI BANDUNG

DITETAPKAN DI BANDUNG

PADA TANGGAL 28 JANUARI

PADA TANGGAL 28 JANUARI

(37)

1.

1. BAB IBAB I : Ketentuan Umum : Ketentuan Umum

2.

2. BAB IIBAB II: Ruang lingkup Kode Etik: Ruang lingkup Kode Etik

3.

5. BAB VBAB V: Tatacara Penegakan Kode Etik : Tatacara Penegakan Kode Etik

6.

6. BAB VIBAB VI : Pemecatan sementara: Pemecatan sementara

7.

7. BAB VIIBAB VII : Kewajiban PP: Kewajiban PP

8.

(38)

KODE ETIK NOTARIS (ps

1 ayat 3)

1. Kode Etik Notaris dan untuk selanjutnya akan disebut Kode

Etik adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut “Perkumpulan” berdasar keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur

(39)

Dewan Kehormatan

Alat perlengkapan Perkumpulan sebagai suatu badan

atau lembaga yang mandiri dan bebas dari

keberpihakan dalam Perkumpulan yang bertugas untuk: § melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan,

pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;

§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan

pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung;

(40)

Dewan Kehormatan

# Dewan Kehormatan Pusat

(41)

Dewan Kehormatan Pusat

Dewan Kehormatan Pusat

Dewan Kehormatan pada tingkat nasional dan yang Dewan Kehormatan pada tingkat nasional dan yang

bertugas untuk :

bertugas untuk :

§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan,

§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan,

pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;

pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;

§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan

§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan

pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau

pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau

disiplin organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak

disiplin organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak

mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat

mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat

secara langsung, pada tingkat akhir dan bersifat final;

secara langsung, pada tingkat akhir dan bersifat final;

§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis

§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis

Pengawas atas dugaan pelanggaran Kode Etik dan

Pengawas atas dugaan pelanggaran Kode Etik dan

Jabatan Notaris.

(42)

Dewan Kehormatan

Dewan Kehormatan

Wilayah

Wilayah

Dewan Kehormatan tingkat Wilayah yaitu pada tingkat Dewan Kehormatan tingkat Wilayah yaitu pada tingkat

Propinsi atau yang setingkat dengan itu, yang bertugas untuk :

Propinsi atau yang setingkat dengan itu, yang bertugas untuk :

§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan

§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan

anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;

anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;

§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan

§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan

pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau disiplin

pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau disiplin

organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai

organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai

kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung pada

kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung pada

tingkat banding, dan dalam keadaan tertentu pada tingkat

tingkat banding, dan dalam keadaan tertentu pada tingkat

pertama;

pertama;

§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas

§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas

Wilayah dan/atau Majelis Pengawas Daerah atas dugaan

Wilayah dan/atau Majelis Pengawas Daerah atas dugaan

pelanggaran Kode Etik dan Jabatan Notaris.

(43)

Dewan Kehormatan

Dewan Kehormatan

Daerah

Daerah

Dewan Kehormatan tingkat Daerah, yaitu pada tingkat Kota Dewan Kehormatan tingkat Daerah, yaitu pada tingkat Kota

atau Kabupaten yang bertugas untuk :

atau Kabupaten yang bertugas untuk :

§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan

§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan

anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;

anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;

§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan

§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan

pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau disiplin

pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau disiplin

organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai

organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai

kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung, pada

kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung, pada

tingkat pertama ;

tingkat pertama ;

§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas

§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas

Daerah atas dugaan pelanggaran Kode Etik dan Jabatan

Daerah atas dugaan pelanggaran Kode Etik dan Jabatan

Notaris.

(44)

Ruang Lingkup Kode Etik

Ruang Lingkup Kode Etik

Pasal 2

Pasal 2

Kode Etik ini berlaku bagi seluruh

Kode Etik ini berlaku bagi seluruh

anggota Perkumpulan maupun orang

anggota Perkumpulan maupun orang

lain yang memangku dan menjalankan

lain yang memangku dan menjalankan

jabatan Notaris baik dalam

jabatan Notaris baik dalam

pelaksanaan jabatan maupun dalam

pelaksanaan jabatan maupun dalam

kehidupan sehari-hari.

(45)

Kewajiban

Kewajiban

Pasal 3Pasal 3

Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris wajib:

tanggungjawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi tanggungjawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan Notaris.

sumpah jabatan Notaris.

5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak 5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan.

terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan.

6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat 6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan Negara;

(46)

Kewajiban

Kewajiban

7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa keNotarisan lainnya untuk 7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa keNotarisan lainnya untuk

masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium.

masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium.

8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut 8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut

merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam

merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam

melaksanakan tugas jabatan sehari-hari.

melaksanakan tugas jabatan sehari-hari.

9. Memasang 1 (satu) buah papan nama di depan / di lingkungan 9. Memasang 1 (satu) buah papan nama di depan / di lingkungan

kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau

kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau

200 cm x 80 cm , yang memuat :

putih dengan huruf berwarna hitam dan tulisan di atas papan nama harus

putih dengan huruf berwarna hitam dan tulisan di atas papan nama harus

jelas dan mudah dibaca. Kecuali di lingkungan kantor tersebut tidak

jelas dan mudah dibaca. Kecuali di lingkungan kantor tersebut tidak

dimungkinkan untuk pemasangan papan nama dimaksud.

(47)

Kewajiban

Kewajiban

10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang 10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang

diselenggarakan oleh Perkumpulan; menghormati, mematuhi, melaksanakan

diselenggarakan oleh Perkumpulan; menghormati, mematuhi, melaksanakan

setiap dan seluruh keputusan Perkumpulan.

setiap dan seluruh keputusan Perkumpulan.

11. Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib.11. Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib.

12. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang 12. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang meninggal dunia.

meninggal dunia.

13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium 13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium

ditetapkan Perkumpulan.

ditetapkan Perkumpulan.

14. Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan dan 14. Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan dan penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali karena alasan-alasan yang

penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali karena alasan-alasan yang

sah.

sah.

15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan 15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan sejawat

tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan sejawat

secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu serta

secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu serta

selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahim.

selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahim.

16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan 16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan

status ekonomi dan/atau status sosialnya.

(48)

Kewajiban

Kewajiban

17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara 17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara

umum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dan

umum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dan

dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas pada

dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas pada

ketentuan yang tercantum dalam:

ketentuan yang tercantum dalam:

a. UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan a. UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris;

Notaris;

b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 30 Tahun b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris;

2004 tentang Jabatan Notaris;

c. Isi Sumpah Jabatan Notaris;c. Isi Sumpah Jabatan Notaris;

d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Ikatan Notaris Indonesia.

(49)

Larangan

Larangan

Pasal 4Pasal 4

Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dilarang :

dilarang :

1. Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor 1. Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor

perwakilan.

perwakilan.

2. Memasang papan nama dan/atau tulisan yang berbunyi “Notaris/Kantor 2. Memasang papan nama dan/atau tulisan yang berbunyi “Notaris/Kantor

Notaris” di luar lingkungan kantor.

Notaris” di luar lingkungan kantor.

3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya, menggunakan sarana media

sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya, menggunakan sarana media

cetak dan/atau elektronik, dalam bentuk :

cetak dan/atau elektronik, dalam bentuk :

a. Iklan;a. Iklan;

b. Ucapan selamat;b. Ucapan selamat;

c. Ucapan belasungkawa;c. Ucapan belasungkawa;

d. Ucapan terima kasih;d. Ucapan terima kasih;

e. Kegiatan pemasaran;e. Kegiatan pemasaran;

(50)

Larangan

Larangan

4. Bekerja sama dengan Biro jasa/orang/Badan Hukum yang pada 4. Bekerja sama dengan Biro jasa/orang/Badan Hukum yang pada hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau

hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan klien.

mendapatkan klien.

5. Menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah 5. Menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah dipersiapkan oleh pihak lain.

dipersiapkan oleh pihak lain.

6. Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani.6. Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani.

7. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang 7. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan

berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan langsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui

langsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui perantaraan orang lain.

perantaraan orang lain.

8. Melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan 8. Melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan dokumen-dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan dokumen-dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan

tekanan psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat tekanan psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta padanya.

(51)

Larangan

Larangan

9. Melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang 9. Melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan sesama

menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan sesama

rekan Notaris.

rekan Notaris.

10. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang 10. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan Perkumpulan.

lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan Perkumpulan.

11. Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan 11. Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang

kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang

bersangkutan.

bersangkutan.

12. Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang 12. Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang

dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/atau menemukan

dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/atau menemukan

suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata di dalamnya

suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata di dalamnya

terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau membahayakan klien,

terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau membahayakan klien,

maka Notaris tersebut wajib memberitahukan kepada rekan sejawat yang

maka Notaris tersebut wajib memberitahukan kepada rekan sejawat yang

bersangkutan atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat

bersangkutan atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat

menggurui, melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak

menggurui, melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak

diinginkan terhadap klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut.

(52)

Larangan

Larangan

13. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif 13. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga,

dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga,

apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk berpartisipasi.

apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk berpartisipasi.

14. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan 14. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

15. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai 15. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun tidak terbatas

pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun tidak terbatas

pada pelanggaran-pelanggaran terhadap :

pada pelanggaran-pelanggaran terhadap :

a. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 a. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

tentang Jabatan Notaris;

b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

tentang Jabatan Notaris;

c. Isi sumpah jabatan Notaris;c. Isi sumpah jabatan Notaris;

d. Hal-hal yang menurut ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah d. Hal-hal yang menurut ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan/atau Keputusan-keputusan lain yang telah ditetapkan oleh

Tangga dan/atau Keputusan-keputusan lain yang telah ditetapkan oleh

organisasi Ikatan Notaris Indonesia tidak boleh dilakukan oleh anggota.

(53)

Pengecualian

Pengecualian

Pasal 5Pasal 5

Hal-hal yang tersebut di bawah ini merupakan pengecualian oleh Hal-hal yang tersebut di bawah ini merupakan pengecualian oleh karena itu tidak termasuk pelanggaran, yaitu :

karena itu tidak termasuk pelanggaran, yaitu :

1. Memberikan ucapan selamat, ucapan berdukacita dengan 1. Memberikan ucapan selamat, ucapan berdukacita dengan

mempergunakan kartu ucapan, surat, karangan bunga ataupun media mempergunakan kartu ucapan, surat, karangan bunga ataupun media lainnya dengan tidak mencantumkan Notaris, tetapi hanya nama saja. lainnya dengan tidak mencantumkan Notaris, tetapi hanya nama saja.

2. Pemuatan nama dan alamat Notaris dalam buku panduan nomor 2. Pemuatan nama dan alamat Notaris dalam buku panduan nomor telepon, fax dan telex, yang diterbitkan secara resmi oleh PT. Telkom telepon, fax dan telex, yang diterbitkan secara resmi oleh PT. Telkom

dan/atau instansi-instandan/atau lembaga-lembaga resmi lainnya. dan/atau instansi-instandan/atau lembaga-lembaga resmi lainnya.

3. Memasang 1 (satu) tanda penunjuk jalan dengan ukuran tidak 3. Memasang 1 (satu) tanda penunjuk jalan dengan ukuran tidak melebihi 20 cm x 50 cm, dasar berwarna putih, huruf berwarna hitam, melebihi 20 cm x 50 cm, dasar berwarna putih, huruf berwarna hitam,

tanpa mencantumkan nama Notaris serta dipasang dalam radius tanpa mencantumkan nama Notaris serta dipasang dalam radius

(54)

SANKSI

SANKSI

Pasal 6Pasal 6

1.Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan 1.Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik dapat berupa :

pelanggaran Kode Etik dapat berupa : Teguran; Teguran;

Peringatan; Peringatan;

Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan;

Perkumpulan;

Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;

Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan.

Perkumpulan.

2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap 2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kwantitas

anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kwantitas

dan kwalitas pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut.

(55)

SANKSI

SANKSI

Pasal 6Pasal 6

1.Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan 1.Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik dapat berupa :

pelanggaran Kode Etik dapat berupa : Teguran; Teguran;

Peringatan; Peringatan;

Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan;

Perkumpulan;

Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;

Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan.

Perkumpulan.

2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap 2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kwantitas

anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kwantitas

dan kwalitas pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut.

(56)

PENGAWASAN

PENGAWASAN

Pasal 7Pasal 7

Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik itu dilakukan Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik itu dilakukan dengan cara sebagai berikut :

dengan cara sebagai berikut :

a. Pada tingkat pertama oleh Pengurus Daerah Ikatan a. Pada tingkat pertama oleh Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Daerah;

Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Daerah;

b. Pada tingkat banding oleh Pengurus Wilayah Ikatan b. Pada tingkat banding oleh Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Wilayah;

Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Wilayah;

c. Pada tingkat terakhir oleh Pengurus Pusat Ikatan c. Pada tingkat terakhir oleh Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Pusat.

(57)

ALAT PERLENGKAPAN

ALAT PERLENGKAPAN

Pasal 8

Dewan Kehormatan merupakan alat

perlengkapan Perkumpulan yang

berwenang melakukan pemeriksaan atas

pelanggaran terhadap Kode Etik dan

(58)

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada

Tingkat Pertama

Pasal 9

 1. Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik, baik dugaan

 tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan

 dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah, maka selambatlambatnya

 dalam waktu tujuh (7) hari kerja Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil

 tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan

(59)

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada

Tingkat Pertama

 Apabila menurut hasil sidang Dewan Kehormatan Daerah sebagaimana yang tercantum dalam

 ayat (1), ternyata ada dugaan kuat terhadap pelanggaran Kode Etik, maka dalam waktu tujuh (7)

 hari kerja setelah tanggal sidang tersebut, Dewan Kehormatan Daerah berkewajiban memanggil

 anggota yang diduga melanggar tersebut dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi, untuk

(60)

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada

Tingkat Pertama

Pasal 9

 3. Dewan Kehormatan Daerah barn akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya

 pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya (apabila terbukti), setelah

 mendengar keterangan dan pembelaan diri dari anggota yang bersangkutan dalam sidang Dewan

 Kehormatan Daerah yang diadakan untuk keperluan itu, dengan perkecualian sebagaimana yang

(61)

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada

Tingkat Pertama

Pasal 9

 4. Penentuan putusan tersebut dalam ayat (3) diatas dapat

dilakukan oleh Dewan Kehormatan Daerah, balk dalam sidang itu maupun dalam sidang lainnya, sepanjang penentuan

keputusan melanggar atau tidak melanggar tersebut dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 15 (limabelas) hari kerja, setelah tanggal sidang Dewan Kehormatan Daerah dimana Notaris tersebut telah didengar keterangan dan/atau

pembelaannya.

 5. Bila dalam putusan sidang Dewan Kehormatan Daerah

(62)

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada

Tingkat Pertama

Pasal 9

 1. Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik, baik dugaan

 tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan

 dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah, maka selambatlambatnya

 dalam waktu tujuh (7) hari kerja Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil

 tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan

(63)

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada

Tingkat Pertama

Pasal 9

 1. Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik, baik dugaan

 tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan

 dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah, maka selambatlambatnya

 dalam waktu tujuh (7) hari kerja Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil

 tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan

(64)

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada

Tingkat Pertama

Pasal 9

 1. Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik, baik dugaan

 tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan

 dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah, maka selambatlambatnya

 dalam waktu tujuh (7) hari kerja Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil

 tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan

(65)

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Banding

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Banding

Pasal 10

Pasal 10

6. Dewan Kehormatan Wilayah wajib memberi putusan dalam tingkat banding melalui 6. Dewan Kehormatan Wilayah wajib memberi putusan dalam tingkat banding melalui sidangnya, dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah anggota yang bersangkutan

sidangnya, dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah anggota yang bersangkutan

dipanggil, didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri.

dipanggil, didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri.

7. Apabila anggota yang dipanggil tidak datang clan tidak memberi kabar dengan alasan 7. Apabila anggota yang dipanggil tidak datang clan tidak memberi kabar dengan alasan yang sah melalui surat tercatat, maka sidang Dewan Kehormatan Wilayah tetap akan

yang sah melalui surat tercatat, maka sidang Dewan Kehormatan Wilayah tetap akan

memberi putusan dalam waktu yang ditentukan pada ayat (5) di atas.

memberi putusan dalam waktu yang ditentukan pada ayat (5) di atas.

8. Dewan Kehormatan Wilayah wajib mengirim putusannya kepada anggota yang minta 8. Dewan Kehormatan Wilayah wajib mengirim putusannya kepada anggota yang minta banding dengan surat tercatat dengan ekspedisi dan tembusannya kepada Dewan

banding dengan surat tercatat dengan ekspedisi dan tembusannya kepada Dewan

Kehormatan Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat Ikatan

Kehormatan Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat Ikatan

Notaris Indonesia Pusat semuanya itu dalam waktu tujuh (7) hari kerja setelah sidang

Notaris Indonesia Pusat semuanya itu dalam waktu tujuh (7) hari kerja setelah sidang

Dewan Kehormatan Wilayah menjatuhkan keputusannya atas banding tersebut.

Dewan Kehormatan Wilayah menjatuhkan keputusannya atas banding tersebut.

9. Apabila pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama telah dilakukan 9. Apabila pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama telah dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung pads tingkat kepengurusan daerah yang

oleh Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung pads tingkat kepengurusan daerah yang

bersangkutan belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah; maka keputusan Dewan

bersangkutan belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah; maka keputusan Dewan

Kehormatan Wilayah tersebut merupakan keputusan tingkat banding.

(66)

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Akhir

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Akhir

Pasal 11

Pasal 11

1. Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau 1. Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan Perkumpulan yang dilakukan oleh Dewan

pemecatan (onzetting) dari keanggotaan Perkumpulan yang dilakukan oleh Dewan

Kehormatan Wilayah dapat diajukan/dimohonkan pemeriksaan pada tingkat terakhir

Kehormatan Wilayah dapat diajukan/dimohonkan pemeriksaan pada tingkat terakhir

kepada Dewan Kehormatan Pusat.

kepada Dewan Kehormatan Pusat.

2. Permohonan untuk pemeriksaan tingkat akhir wajib dilakukan oleh anggota yang 2. Permohonan untuk pemeriksaan tingkat akhir wajib dilakukan oleh anggota yang bersangkutan dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah tanggal penerimaan surat

bersangkutan dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah tanggal penerimaan surat

putusan penjatuhan sanksi dari Dewan Kehormatan Wilayah.

putusan penjatuhan sanksi dari Dewan Kehormatan Wilayah.

3. Permohonan pemeriksaan tingkat akhir dikirim dengan surat tercatat atau melalui 3. Permohonan pemeriksaan tingkat akhir dikirim dengan surat tercatat atau melalui ekspedisi atau oleh anggota yang bersangkutan kepada Dewan Kehormatan Pusat dan

ekspedisi atau oleh anggota yang bersangkutan kepada Dewan Kehormatan Pusat dan

tembusannya kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah

tembusannya kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah

dan Pengurus Daerah.

dan Pengurus Daerah.

4. Dewan Kehormatan Wilayah dalam waktu tujuh (7) hari setelah menerima surat 4. Dewan Kehormatan Wilayah dalam waktu tujuh (7) hari setelah menerima surat tembusan permohonan pemeriksaan tingkat terakhir wajib mengirim semua salinan/foto

tembusan permohonan pemeriksaan tingkat terakhir wajib mengirim semua salinan/foto

copy berkas

(67)

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Akhir

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Akhir

Pasal 11

Pasal 11

5. Setelah menerima permohonan pemeriksaan tingkat terakhir, Dewan Kehormatan Pusat wajib5. Setelah menerima permohonan pemeriksaan tingkat terakhir, Dewan Kehormatan Pusat wajib

memanggil anggota yang meminta pemeriksaan tersebut, selambat-lambatnya dalam waktu tigamemanggil anggota yang meminta pemeriksaan tersebut, selambat-lambatnya dalam waktu tiga

puluh (30) hari kerja, setelah menerima permohonan pemeriksaan tersebut, dipanggil, didengarpuluh (30) hari kerja, setelah menerima permohonan pemeriksaan tersebut, dipanggil, didengar

keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri dalam sidang Dewan Kehormatanketerangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri dalam sidang Dewan Kehormatan

Pusat.Pusat.

6. Dewan Kehormatan Pusat wajib memberi putusan dalam pemeriksaan tingkat terakhir melalui6. Dewan Kehormatan Pusat wajib memberi putusan dalam pemeriksaan tingkat terakhir melalui

sidangnya, dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah anggota yang bersangkutan dipanggil,sidangnya, dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah anggota yang bersangkutan dipanggil,

didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri.didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri.

7. Apabila anggota yang dipanggil tidak datang dan tidak memberi kabar dengan alasan yang sah7. Apabila anggota yang dipanggil tidak datang dan tidak memberi kabar dengan alasan yang sah

melalui surat tercatat, maka sidang Dewan Kehormatan Pusat tetap akan memberi putusan dalammelalui surat tercatat, maka sidang Dewan Kehormatan Pusat tetap akan memberi putusan dalam

waktu yang ditentukan pads ayat (5) di atas.waktu yang ditentukan pads ayat (5) di atas.

8. Dewan Kehormatan Wilayah Pusat wajib mengirim putusannya kepada anggota yang minta8. Dewan Kehormatan Wilayah Pusat wajib mengirim putusannya kepada anggota yang minta

pemeriksaan tingkat terakhir dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi dan tembusannyapemeriksaan tingkat terakhir dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi dan tembusannya

kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Cabang, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat,kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Cabang, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat,

semuanya itu dalam waktu tujuh (7) hari kerja, setelah sidang Dewan Kehormatan Pusatsemuanya itu dalam waktu tujuh (7) hari kerja, setelah sidang Dewan Kehormatan Pusat

(68)

Eksekusi atas Sanksi-Sanksi Dalam

1. Putusan yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Daerah, Dewan 1. Putusan yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Daerah, Dewan

Kehormatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat

Kehormatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat

dilaksanakan oleh Pengurus Daerah.

dilaksanakan oleh Pengurus Daerah.

2. Pengurus Daerah wajib mencatat dalam buku angngota Perkumpulan yang 2. Pengurus Daerah wajib mencatat dalam buku angngota Perkumpulan yang ada pada Pengurus Daerah atas setiap keputusan yang telah ditetapkan oleh

ada pada Pengurus Daerah atas setiap keputusan yang telah ditetapkan oleh

Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Kehormatan Wilayah dan/atau Dewan

Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Kehormatan Wilayah dan/atau Dewan

Kehormatan Pusat mengenai kasus Kode Etik berikut nama anggota yang

Kehormatan Pusat mengenai kasus Kode Etik berikut nama anggota yang

bersangkutan. Selanjutnya nama Notaris tersebut, kasus dan keputusan

bersangkutan. Selanjutnya nama Notaris tersebut, kasus dan keputusan

Dewan Kehormatan Daerah, Dewan

Dewan Kehormatan Daerah, Dewan

Kehormatan Wilayah dan/atau Dewan Kehormatan Pusat diumumkan dalam Kehormatan Wilayah dan/atau Dewan Kehormatan Pusat diumumkan dalam Media Notariat yang terbit setelah pencatatan dalam buku anggota

Media Notariat yang terbit setelah pencatatan dalam buku anggota

Perkumpulan tersebut.

(69)

PEMECATAN SEMENTARA

PEMECATAN SEMENTARA

Pasal 13

Pasal 13

Tanpa mengurangi ketentuan yang mengatur tentang prosedur atau Tanpa mengurangi ketentuan yang mengatur tentang prosedur atau

tata cara maupun penjatuhan sanksi secara bertingkat, maka terhadap

tata cara maupun penjatuhan sanksi secara bertingkat, maka terhadap

seorang anggota Perkumpulan yang telah melanggar Undang-undang

seorang anggota Perkumpulan yang telah melanggar Undang-undang

No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan yang bersangkutan

No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan yang bersangkutan

dinyatakan bersalah, serta dipidana

dinyatakan bersalah, serta dipidana berdasarkan putusan pengadilan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, Pengurus Pusat

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, Pengurus Pusat

wajib memecat sementara sebagai anggota Perkumpulan disertai usul

wajib memecat sementara sebagai anggota Perkumpulan disertai usul

kepada Kongres agar anggota

kepada Kongres agar anggota Perkumpulan tersebut dipecat dari Perkumpulan tersebut dipecat dari anggota Perkumpulan.

(70)

KEWAJIBAN PENGURUS PUSAT

KEWAJIBAN PENGURUS PUSAT

Pasal 14

Pasal 14

Pengenaan sanksi pemecatan sementara (schorsing) demikian jugs Pengenaan sanksi pemecatan sementara (schorsing) demikian jugs sanksi (onzetting) maupun pemberhentian dengan tidak hormat

sanksi (onzetting) maupun pemberhentian dengan tidak hormat

sebagai anggota Perkumpulan terhadap pelanggaran sebagaimana

sebagai anggota Perkumpulan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 di atas wajib diberitahukan oleh Pengurus dimaksud dalam pasal 13 di atas wajib diberitahukan oleh Pengurus

Pusat kepada Majelis Pengawas Daerah dan tembusannya

Pusat kepada Majelis Pengawas Daerah dan tembusannya

disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia.

(71)

KETENTUAN PENUTUP

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Pasal 15

1. Semua anggota Perkumpulan wajib menyesuaikan praktek maupun 1. Semua anggota Perkumpulan wajib menyesuaikan praktek maupun perilaku dalam menjalankan jabatannya dengan ketentuanketentuan

perilaku dalam menjalankan jabatannya dengan ketentuanketentuan

yang tercantum dalam peraturan dan/atau Kode Etik ini.

yang tercantum dalam peraturan dan/atau Kode Etik ini.

2. Hanya Pengurus Pusat dan/atau alat perlengkapan yang lain dari 2. Hanya Pengurus Pusat dan/atau alat perlengkapan yang lain dari

Perkumpulan atau anggota yang ditunjuk olehnya dengan cara yang

Perkumpulan atau anggota yang ditunjuk olehnya dengan cara yang

dipandang baik oleh kedua lembaga tersebut berhak dan berwenang

dipandang baik oleh kedua lembaga tersebut berhak dan berwenang

untuk memberikan penerangan seperlunya kepada masyarakat

untuk memberikan penerangan seperlunya kepada masyarakat

tentang Kode Etik dan Dewan Kehormatan.

(72)

 CONTOH KODE ETIK NOTARIS

Meliputi :

 Etika Kepribadian Notaris

Sebagai pejabat umum, Notaris :

 Berjiwa Pancasila;

 Taat kepada hukum, sumpah jabatan Notaris, Kode Etik Notaris;  Berbahasa Indonesia yang baik;

 Sebagai profesional, Notaris;  Memiliki perilaku professional;

(73)

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH

Noor Saptanti, SH,MH

(74)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat dikatakan bahwa persepsi guru merupakan aktivitas mengindera, menginteraksikan dan memberikan penilaian dari seseorang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik terhadap kejadian diare pada anak di Puskesmas Bahu Manado

(1) Penyuluh kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a, berperan sebagai pendamping kelompok tani hutan dalam pelaksanaan pembangunan UPPK sesuai dengan

DAFTAR LOKASI PUSKESMAS INTEGRASI KELUARGA SEHAT TAHUN

Ecotainment sebagai objek liputan. Kerjasama dengan stasiun televisi dan media massa sangat bermanfaat untuk memperluas jangkauan pemasaran agrowisata Ecotainment. Kerjasama

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia sebagai satu standar umum keberhasilan untuk semua bangsa dan semua negara, dengan tujuan agar setiap orang dan

Dengan demikian akibatnya, terjadi peningkatan terhadap pendapatan operasional diluar bunga yang menyebabkan kenaikan pendapatan lebih besar dari pada kenaikan biaya,