ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
&
&
KODE ETIK
etika dan etika profesi
1. Kata etik (atau etika) berasal dari
kata ethos (bahasa Yunani) yang
berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah
ETIKA = self control
ETIKA
etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti
ETIKA
Etika = Norma = Nilai-nilai = Kaidah = aturan prilaku = adat kebiasaan =
ukuran-ukuran
Norma moral
Nilai/karakter
ETIKA
Etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Drs. H. Burhanudin Salam :
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara
MACAM ETIKA
ETIKA DESKRIPTIF
ETIKA DESKRIPTIF
Etika yang berusaha meneropong secara
kritis dan rasional sikap dan prilaku
manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau
ETIKA NORMATIF
Etika yang berusaha menetapkan berbagai
sikap dan pola perilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
ETIKA
SECARA UMUM DIBAGI 21. ETIKA UMUM, berbicara mengenai
ETIKA
SECARA UMUM DIBAGI 22. ETIKA KHUSUS,
ETIKA KHUSUS
dibagi lagi menjadi dua bagian :
Etika Individual, yaitu menyangkut kewajiban
dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
Etika Sosial, yaitu berbicara mengenai
ETIKA – MORAL - AGAMA
Etika diartikan sebagai kumpulan asas/nilai
moral , filsafat moral, dan yang terpenting sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan manusia/kelompok manusia dalam mengatur perilakunya. Nilai-nilai dan norma-norma moral tersebut merupakan kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasayarakat, dan berperilaku baik, dan buruk, benar dan salah berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kebebasan kehendaknya.
Moral secara etimologis sama artinya dengan
etika yang berupa nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan manusia/kelompok dalam mengatur pelakunya. Nilai-nilai dan norma-norma tsb menjadi ukuran moralitas perbuatan. Moralitas merupakan kualitas perbuatan manusiawi, dalam arti perbuatan itu baik atau buruk, benar atau salah . Moralitas perbuatan ditentukan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu : Motivasi, tujuan akhir, dan lingkungan perbuatan.
Agama dilaksanakan dengan peribadatan berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diwahyukan kepada dan diturunkan oleh Rasul-rasulnya untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Agama mengandung nilai moral yang menjadi ukuran moralitas perilaku manusia. Moral memperoleh daya ikat dari agama. Makin tebal keyakinan agama dan kesempurnaan taqwa seseorang, makin baik moralnya yang diwujudkan dalam bentuk perilaku baik dan benar.
Ajaran-ajaran moral
mengajarkan manusia untuk
menjadi dan berbuat baik,
sedangkan etika bertugas
memberikan argumentasi
yang rasional dan krtitis
dibalik ajaran moral tersebut.
Dalam kehidupan bermasyarakat yang
terkelompok dalam organisasi profesi,
nilai-nilai dan norma-norma moral
dijelmakan menjadi Kode Etik Profesi
dan menjadi pedoman dan acuan
perilaku anggota-anggota profesi.
Dalam kehidupan bernegara, nilai-nilai
dan norma-norma moral dijadikan
dasar hukum positif yang diciptakan
oleh pembuat undang-undang.
1 8
KODE ETIK :
Ditetapkan sebagai upaya mengantisipasi
konflik berkaitan dengan perkembangan
pengetahuan PROFESI, kemungkinan
pergeseran ETIKA (nilai dan norma moral)
yang diyakini dan mengarahkan perkembangan
1 9
KODE ETIK :
Merupakan pernyataan tentang prinsip
perilaku profesional yang disepakati oleh
suatu profesi
2 0
FUNGSI KODE ETIK PROFESI :
a. sebagai sarana kontrol sosial.
b. sebagai pencegah campur
tangan pihak lain.
c. sebagai pencegah
2 1
Etika Profesi dapat ditegakkan apabila ada 3 (tiga) ciri moralitas utama (Franz Magnis-Suseno : 1991 – 75)
1.
Berani berbuat dengan bertekad
sesuai dengan tuntutan profesi.
2.
Sadar akan kewajibannya, dan
2 2
PENEGAKKAN KODE ETIK
Adalah usaha melaksanakan kode etik
sebagaimana mestinya, mengawasi
2 3
Penegakkan Kode Etik dalam arti sempit untuk memulihkan hak dan kewajiban yang telah dilanggar, sehingga timbul keseimbangan seperti semula.
Bentuk pemulihan tersebut berupa penindakkan terhadap pelanggar kode etik.
2 4
a. Teguran, himbauan supaya menghentikan
pelanggaran, dan jangan melakukan pelanggaran lagi.
b. Mengucilkan pelanggar dan kelompok profesi
sebagai anggota yang melakukan pelanggaran (melakukan pembinaan) sampai yang bersangkutan menyadari perbuatannya.
c. Memberlakukan tindakkan hukum –
2 5
Prinsip-Prinsip Etika Profesi
– Tanggung jawab
Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang
lain atau masyarakat pada umumnya.
– Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
– Otonomi.
Syarat-Syarat Suatu Profesi :
– Melibatkan kegiatan intelektual.
– Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
– Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan
sekedar latihan.
– Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan. – Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen. – Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
– Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. – Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode
Peranan Etika Dalam Profesi :
– Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau
dua orang, atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan
kelompok yang paling kecil yaitu keluarga
sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan
Peranan Etika Dalam Profesi :
– Salah satu golongan masyarakat yang
mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan
sesama anggotanya, yaitu masyarakat
profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang
Peranan Etika Dalam Profesi :
– Sorotan masyarakat menjadi semakin
tajam manakala perilaku-perilaku
sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai
pergaulan yang telah disepakati
bersama (tertuang dalam kode etik
Peranan Etika Dalam Profesi :
– Sebagai contohnya adalah pada profesi
hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter
.
KODE ETIK PROFESI
– Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa
kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk
maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang
sistematis.
– Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu
kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
– Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan
SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK
– .Sanksi moral.
TUJUAN KODE ETIK PROFESI
– Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
– Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. – Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
– Untuk meningkatkan mutu profesi.
– Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
– Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
Fungsi dari kode etik
Fungsi dari kode etik
profesi
profesi
Memberikan pedoman bagi setiap Memberikan pedoman bagi setiap
anggota profesi tentang prinsip anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. profesionalitas yang digariskan.
Sebagai sarana kontrol sosial bagi Sebagai sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. bersangkutan.
Mencegah campur tangan pihak di luar Mencegah campur tangan pihak di luar
organisasi profesi tentang hubungan organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Etika etika dalam keanggotaan profesi. Etika
profesi sangatlah dibutuhkan dalam profesi sangatlah dibutuhkan dalam
KODE ETIK
KODE ETIK
IKATAN NOTARIS
IKATAN NOTARIS
INDONESIA
INDONESIA
1.
1.
8 BAB
8 BAB
2.
2.
15 PASAL
15 PASAL
3.
3.
DITETAPKAN DI BANDUNG
DITETAPKAN DI BANDUNG
PADA TANGGAL 28 JANUARI
PADA TANGGAL 28 JANUARI
1.
1. BAB IBAB I : Ketentuan Umum : Ketentuan Umum
2.
2. BAB IIBAB II: Ruang lingkup Kode Etik: Ruang lingkup Kode Etik
3.
5. BAB VBAB V: Tatacara Penegakan Kode Etik : Tatacara Penegakan Kode Etik
6.
6. BAB VIBAB VI : Pemecatan sementara: Pemecatan sementara
7.
7. BAB VIIBAB VII : Kewajiban PP: Kewajiban PP
8.
KODE ETIK NOTARIS (ps
1 ayat 3)
1. Kode Etik Notaris dan untuk selanjutnya akan disebut Kode
Etik adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut “Perkumpulan” berdasar keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur
Dewan Kehormatan
Alat perlengkapan Perkumpulan sebagai suatu badan
atau lembaga yang mandiri dan bebas dari
keberpihakan dalam Perkumpulan yang bertugas untuk: § melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan,
pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;
§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan
pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung;
Dewan Kehormatan
# Dewan Kehormatan Pusat
Dewan Kehormatan Pusat
Dewan Kehormatan Pusat
Dewan Kehormatan pada tingkat nasional dan yang Dewan Kehormatan pada tingkat nasional dan yang
bertugas untuk :
bertugas untuk :
§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan,
§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan,
pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;
pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;
§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan
§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan
pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau
pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau
disiplin organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak
disiplin organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak
mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat
mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat
secara langsung, pada tingkat akhir dan bersifat final;
secara langsung, pada tingkat akhir dan bersifat final;
§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis
§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis
Pengawas atas dugaan pelanggaran Kode Etik dan
Pengawas atas dugaan pelanggaran Kode Etik dan
Jabatan Notaris.
Dewan Kehormatan
Dewan Kehormatan
Wilayah
Wilayah
Dewan Kehormatan tingkat Wilayah yaitu pada tingkat Dewan Kehormatan tingkat Wilayah yaitu pada tingkat
Propinsi atau yang setingkat dengan itu, yang bertugas untuk :
Propinsi atau yang setingkat dengan itu, yang bertugas untuk :
§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan
§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan
anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;
anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;
§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan
§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan
pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau disiplin
pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau disiplin
organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai
organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai
kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung pada
kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung pada
tingkat banding, dan dalam keadaan tertentu pada tingkat
tingkat banding, dan dalam keadaan tertentu pada tingkat
pertama;
pertama;
§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas
§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas
Wilayah dan/atau Majelis Pengawas Daerah atas dugaan
Wilayah dan/atau Majelis Pengawas Daerah atas dugaan
pelanggaran Kode Etik dan Jabatan Notaris.
Dewan Kehormatan
Dewan Kehormatan
Daerah
Daerah
Dewan Kehormatan tingkat Daerah, yaitu pada tingkat Kota Dewan Kehormatan tingkat Daerah, yaitu pada tingkat Kota
atau Kabupaten yang bertugas untuk :
atau Kabupaten yang bertugas untuk :
§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan
§ melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan
anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;
anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;
§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan
§ memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan
pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau disiplin
pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau disiplin
organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai
organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai
kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung, pada
kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung, pada
tingkat pertama ;
tingkat pertama ;
§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas
§ memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas
Daerah atas dugaan pelanggaran Kode Etik dan Jabatan
Daerah atas dugaan pelanggaran Kode Etik dan Jabatan
Notaris.
Ruang Lingkup Kode Etik
Ruang Lingkup Kode Etik
Pasal 2
Pasal 2
Kode Etik ini berlaku bagi seluruh
Kode Etik ini berlaku bagi seluruh
anggota Perkumpulan maupun orang
anggota Perkumpulan maupun orang
lain yang memangku dan menjalankan
lain yang memangku dan menjalankan
jabatan Notaris baik dalam
jabatan Notaris baik dalam
pelaksanaan jabatan maupun dalam
pelaksanaan jabatan maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
Kewajiban
Kewajiban
Pasal 3Pasal 3
Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris wajib:
tanggungjawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi tanggungjawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan Notaris.
sumpah jabatan Notaris.
5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak 5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan.
terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan.
6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat 6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan Negara;
Kewajiban
Kewajiban
7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa keNotarisan lainnya untuk 7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa keNotarisan lainnya untuk
masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium.
masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium.
8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut 8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut
merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam
merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugas jabatan sehari-hari.
melaksanakan tugas jabatan sehari-hari.
9. Memasang 1 (satu) buah papan nama di depan / di lingkungan 9. Memasang 1 (satu) buah papan nama di depan / di lingkungan
kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau
kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau
200 cm x 80 cm , yang memuat :
putih dengan huruf berwarna hitam dan tulisan di atas papan nama harus
putih dengan huruf berwarna hitam dan tulisan di atas papan nama harus
jelas dan mudah dibaca. Kecuali di lingkungan kantor tersebut tidak
jelas dan mudah dibaca. Kecuali di lingkungan kantor tersebut tidak
dimungkinkan untuk pemasangan papan nama dimaksud.
Kewajiban
Kewajiban
10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang 10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang
diselenggarakan oleh Perkumpulan; menghormati, mematuhi, melaksanakan
diselenggarakan oleh Perkumpulan; menghormati, mematuhi, melaksanakan
setiap dan seluruh keputusan Perkumpulan.
setiap dan seluruh keputusan Perkumpulan.
11. Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib.11. Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib.
12. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang 12. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang meninggal dunia.
meninggal dunia.
13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium 13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium
ditetapkan Perkumpulan.
ditetapkan Perkumpulan.
14. Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan dan 14. Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan dan penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali karena alasan-alasan yang
penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali karena alasan-alasan yang
sah.
sah.
15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan 15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan sejawat
tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan sejawat
secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu serta
secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu serta
selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahim.
selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahim.
16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan 16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan
status ekonomi dan/atau status sosialnya.
Kewajiban
Kewajiban
17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara 17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara
umum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dan
umum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dan
dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas pada
dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas pada
ketentuan yang tercantum dalam:
ketentuan yang tercantum dalam:
a. UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan a. UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris;
Notaris;
b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 30 Tahun b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris;
2004 tentang Jabatan Notaris;
c. Isi Sumpah Jabatan Notaris;c. Isi Sumpah Jabatan Notaris;
d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Ikatan Notaris Indonesia.
Larangan
Larangan
Pasal 4Pasal 4
Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dilarang :
dilarang :
1. Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor 1. Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor
perwakilan.
perwakilan.
2. Memasang papan nama dan/atau tulisan yang berbunyi “Notaris/Kantor 2. Memasang papan nama dan/atau tulisan yang berbunyi “Notaris/Kantor
Notaris” di luar lingkungan kantor.
Notaris” di luar lingkungan kantor.
3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya, menggunakan sarana media
sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya, menggunakan sarana media
cetak dan/atau elektronik, dalam bentuk :
cetak dan/atau elektronik, dalam bentuk :
a. Iklan;a. Iklan;
b. Ucapan selamat;b. Ucapan selamat;
c. Ucapan belasungkawa;c. Ucapan belasungkawa;
d. Ucapan terima kasih;d. Ucapan terima kasih;
e. Kegiatan pemasaran;e. Kegiatan pemasaran;
Larangan
Larangan
4. Bekerja sama dengan Biro jasa/orang/Badan Hukum yang pada 4. Bekerja sama dengan Biro jasa/orang/Badan Hukum yang pada hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau
hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan klien.
mendapatkan klien.
5. Menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah 5. Menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah dipersiapkan oleh pihak lain.
dipersiapkan oleh pihak lain.
6. Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani.6. Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani.
7. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang 7. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan
berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan langsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui
langsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui perantaraan orang lain.
perantaraan orang lain.
8. Melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan 8. Melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan dokumen-dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan dokumen-dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan
tekanan psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat tekanan psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta padanya.
Larangan
Larangan
9. Melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang 9. Melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan sesama
menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan sesama
rekan Notaris.
rekan Notaris.
10. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang 10. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan Perkumpulan.
lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan Perkumpulan.
11. Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan 11. Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang
kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang
bersangkutan.
bersangkutan.
12. Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang 12. Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang
dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/atau menemukan
dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/atau menemukan
suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata di dalamnya
suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata di dalamnya
terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau membahayakan klien,
terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau membahayakan klien,
maka Notaris tersebut wajib memberitahukan kepada rekan sejawat yang
maka Notaris tersebut wajib memberitahukan kepada rekan sejawat yang
bersangkutan atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat
bersangkutan atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat
menggurui, melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak
menggurui, melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak
diinginkan terhadap klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut.
Larangan
Larangan
13. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif 13. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga,
dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga,
apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk berpartisipasi.
apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk berpartisipasi.
14. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan 14. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
15. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai 15. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun tidak terbatas
pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun tidak terbatas
pada pelanggaran-pelanggaran terhadap :
pada pelanggaran-pelanggaran terhadap :
a. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 a. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;
tentang Jabatan Notaris;
b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;
tentang Jabatan Notaris;
c. Isi sumpah jabatan Notaris;c. Isi sumpah jabatan Notaris;
d. Hal-hal yang menurut ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah d. Hal-hal yang menurut ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan/atau Keputusan-keputusan lain yang telah ditetapkan oleh
Tangga dan/atau Keputusan-keputusan lain yang telah ditetapkan oleh
organisasi Ikatan Notaris Indonesia tidak boleh dilakukan oleh anggota.
Pengecualian
Pengecualian
Pasal 5Pasal 5
Hal-hal yang tersebut di bawah ini merupakan pengecualian oleh Hal-hal yang tersebut di bawah ini merupakan pengecualian oleh karena itu tidak termasuk pelanggaran, yaitu :
karena itu tidak termasuk pelanggaran, yaitu :
1. Memberikan ucapan selamat, ucapan berdukacita dengan 1. Memberikan ucapan selamat, ucapan berdukacita dengan
mempergunakan kartu ucapan, surat, karangan bunga ataupun media mempergunakan kartu ucapan, surat, karangan bunga ataupun media lainnya dengan tidak mencantumkan Notaris, tetapi hanya nama saja. lainnya dengan tidak mencantumkan Notaris, tetapi hanya nama saja.
2. Pemuatan nama dan alamat Notaris dalam buku panduan nomor 2. Pemuatan nama dan alamat Notaris dalam buku panduan nomor telepon, fax dan telex, yang diterbitkan secara resmi oleh PT. Telkom telepon, fax dan telex, yang diterbitkan secara resmi oleh PT. Telkom
dan/atau instansi-instandan/atau lembaga-lembaga resmi lainnya. dan/atau instansi-instandan/atau lembaga-lembaga resmi lainnya.
3. Memasang 1 (satu) tanda penunjuk jalan dengan ukuran tidak 3. Memasang 1 (satu) tanda penunjuk jalan dengan ukuran tidak melebihi 20 cm x 50 cm, dasar berwarna putih, huruf berwarna hitam, melebihi 20 cm x 50 cm, dasar berwarna putih, huruf berwarna hitam,
tanpa mencantumkan nama Notaris serta dipasang dalam radius tanpa mencantumkan nama Notaris serta dipasang dalam radius
SANKSI
SANKSI
Pasal 6Pasal 6
1.Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan 1.Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik dapat berupa :
pelanggaran Kode Etik dapat berupa : Teguran; Teguran;
Peringatan; Peringatan;
Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan;
Perkumpulan;
Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;
Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan.
Perkumpulan.
2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap 2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kwantitas
anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kwantitas
dan kwalitas pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut.
SANKSI
SANKSI
Pasal 6Pasal 6
1.Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan 1.Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik dapat berupa :
pelanggaran Kode Etik dapat berupa : Teguran; Teguran;
Peringatan; Peringatan;
Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan;
Perkumpulan;
Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;
Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan.
Perkumpulan.
2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap 2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kwantitas
anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kwantitas
dan kwalitas pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut.
PENGAWASAN
PENGAWASAN
Pasal 7Pasal 7
Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik itu dilakukan Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik itu dilakukan dengan cara sebagai berikut :
dengan cara sebagai berikut :
a. Pada tingkat pertama oleh Pengurus Daerah Ikatan a. Pada tingkat pertama oleh Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Daerah;
Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Daerah;
b. Pada tingkat banding oleh Pengurus Wilayah Ikatan b. Pada tingkat banding oleh Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Wilayah;
Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Wilayah;
c. Pada tingkat terakhir oleh Pengurus Pusat Ikatan c. Pada tingkat terakhir oleh Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Pusat.
ALAT PERLENGKAPAN
ALAT PERLENGKAPAN
Pasal 8
Dewan Kehormatan merupakan alat
perlengkapan Perkumpulan yang
berwenang melakukan pemeriksaan atas
pelanggaran terhadap Kode Etik dan
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada
Tingkat Pertama
Pasal 9
1. Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik, baik dugaan
tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan
dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah, maka selambatlambatnya
dalam waktu tujuh (7) hari kerja Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil
tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada
Tingkat Pertama
Apabila menurut hasil sidang Dewan Kehormatan Daerah sebagaimana yang tercantum dalam
ayat (1), ternyata ada dugaan kuat terhadap pelanggaran Kode Etik, maka dalam waktu tujuh (7)
hari kerja setelah tanggal sidang tersebut, Dewan Kehormatan Daerah berkewajiban memanggil
anggota yang diduga melanggar tersebut dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi, untuk
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada
Tingkat Pertama
Pasal 9
3. Dewan Kehormatan Daerah barn akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya
pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya (apabila terbukti), setelah
mendengar keterangan dan pembelaan diri dari anggota yang bersangkutan dalam sidang Dewan
Kehormatan Daerah yang diadakan untuk keperluan itu, dengan perkecualian sebagaimana yang
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada
Tingkat Pertama
Pasal 9
4. Penentuan putusan tersebut dalam ayat (3) diatas dapat
dilakukan oleh Dewan Kehormatan Daerah, balk dalam sidang itu maupun dalam sidang lainnya, sepanjang penentuan
keputusan melanggar atau tidak melanggar tersebut dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 15 (limabelas) hari kerja, setelah tanggal sidang Dewan Kehormatan Daerah dimana Notaris tersebut telah didengar keterangan dan/atau
pembelaannya.
5. Bila dalam putusan sidang Dewan Kehormatan Daerah
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada
Tingkat Pertama
Pasal 9
1. Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik, baik dugaan
tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan
dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah, maka selambatlambatnya
dalam waktu tujuh (7) hari kerja Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil
tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada
Tingkat Pertama
Pasal 9
1. Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik, baik dugaan
tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan
dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah, maka selambatlambatnya
dalam waktu tujuh (7) hari kerja Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil
tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada
Tingkat Pertama
Pasal 9
1. Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik, baik dugaan
tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan
dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah, maka selambatlambatnya
dalam waktu tujuh (7) hari kerja Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil
tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Banding
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Banding
Pasal 10
Pasal 10
6. Dewan Kehormatan Wilayah wajib memberi putusan dalam tingkat banding melalui 6. Dewan Kehormatan Wilayah wajib memberi putusan dalam tingkat banding melalui sidangnya, dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah anggota yang bersangkutan
sidangnya, dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah anggota yang bersangkutan
dipanggil, didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri.
dipanggil, didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri.
7. Apabila anggota yang dipanggil tidak datang clan tidak memberi kabar dengan alasan 7. Apabila anggota yang dipanggil tidak datang clan tidak memberi kabar dengan alasan yang sah melalui surat tercatat, maka sidang Dewan Kehormatan Wilayah tetap akan
yang sah melalui surat tercatat, maka sidang Dewan Kehormatan Wilayah tetap akan
memberi putusan dalam waktu yang ditentukan pada ayat (5) di atas.
memberi putusan dalam waktu yang ditentukan pada ayat (5) di atas.
8. Dewan Kehormatan Wilayah wajib mengirim putusannya kepada anggota yang minta 8. Dewan Kehormatan Wilayah wajib mengirim putusannya kepada anggota yang minta banding dengan surat tercatat dengan ekspedisi dan tembusannya kepada Dewan
banding dengan surat tercatat dengan ekspedisi dan tembusannya kepada Dewan
Kehormatan Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat Ikatan
Kehormatan Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat Ikatan
Notaris Indonesia Pusat semuanya itu dalam waktu tujuh (7) hari kerja setelah sidang
Notaris Indonesia Pusat semuanya itu dalam waktu tujuh (7) hari kerja setelah sidang
Dewan Kehormatan Wilayah menjatuhkan keputusannya atas banding tersebut.
Dewan Kehormatan Wilayah menjatuhkan keputusannya atas banding tersebut.
9. Apabila pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama telah dilakukan 9. Apabila pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama telah dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung pads tingkat kepengurusan daerah yang
oleh Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung pads tingkat kepengurusan daerah yang
bersangkutan belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah; maka keputusan Dewan
bersangkutan belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah; maka keputusan Dewan
Kehormatan Wilayah tersebut merupakan keputusan tingkat banding.
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Akhir
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Akhir
Pasal 11
Pasal 11
1. Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau 1. Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan Perkumpulan yang dilakukan oleh Dewan
pemecatan (onzetting) dari keanggotaan Perkumpulan yang dilakukan oleh Dewan
Kehormatan Wilayah dapat diajukan/dimohonkan pemeriksaan pada tingkat terakhir
Kehormatan Wilayah dapat diajukan/dimohonkan pemeriksaan pada tingkat terakhir
kepada Dewan Kehormatan Pusat.
kepada Dewan Kehormatan Pusat.
2. Permohonan untuk pemeriksaan tingkat akhir wajib dilakukan oleh anggota yang 2. Permohonan untuk pemeriksaan tingkat akhir wajib dilakukan oleh anggota yang bersangkutan dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah tanggal penerimaan surat
bersangkutan dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah tanggal penerimaan surat
putusan penjatuhan sanksi dari Dewan Kehormatan Wilayah.
putusan penjatuhan sanksi dari Dewan Kehormatan Wilayah.
3. Permohonan pemeriksaan tingkat akhir dikirim dengan surat tercatat atau melalui 3. Permohonan pemeriksaan tingkat akhir dikirim dengan surat tercatat atau melalui ekspedisi atau oleh anggota yang bersangkutan kepada Dewan Kehormatan Pusat dan
ekspedisi atau oleh anggota yang bersangkutan kepada Dewan Kehormatan Pusat dan
tembusannya kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah
tembusannya kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah
dan Pengurus Daerah.
dan Pengurus Daerah.
4. Dewan Kehormatan Wilayah dalam waktu tujuh (7) hari setelah menerima surat 4. Dewan Kehormatan Wilayah dalam waktu tujuh (7) hari setelah menerima surat tembusan permohonan pemeriksaan tingkat terakhir wajib mengirim semua salinan/foto
tembusan permohonan pemeriksaan tingkat terakhir wajib mengirim semua salinan/foto
copy berkas
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Akhir
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Akhir
Pasal 11
Pasal 11
5. Setelah menerima permohonan pemeriksaan tingkat terakhir, Dewan Kehormatan Pusat wajib5. Setelah menerima permohonan pemeriksaan tingkat terakhir, Dewan Kehormatan Pusat wajib
memanggil anggota yang meminta pemeriksaan tersebut, selambat-lambatnya dalam waktu tigamemanggil anggota yang meminta pemeriksaan tersebut, selambat-lambatnya dalam waktu tiga
puluh (30) hari kerja, setelah menerima permohonan pemeriksaan tersebut, dipanggil, didengarpuluh (30) hari kerja, setelah menerima permohonan pemeriksaan tersebut, dipanggil, didengar
keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri dalam sidang Dewan Kehormatanketerangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri dalam sidang Dewan Kehormatan
Pusat.Pusat.
6. Dewan Kehormatan Pusat wajib memberi putusan dalam pemeriksaan tingkat terakhir melalui6. Dewan Kehormatan Pusat wajib memberi putusan dalam pemeriksaan tingkat terakhir melalui
sidangnya, dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah anggota yang bersangkutan dipanggil,sidangnya, dalam waktu tiga puluh (30) hari kerja, setelah anggota yang bersangkutan dipanggil,
didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri.didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri.
7. Apabila anggota yang dipanggil tidak datang dan tidak memberi kabar dengan alasan yang sah7. Apabila anggota yang dipanggil tidak datang dan tidak memberi kabar dengan alasan yang sah
melalui surat tercatat, maka sidang Dewan Kehormatan Pusat tetap akan memberi putusan dalammelalui surat tercatat, maka sidang Dewan Kehormatan Pusat tetap akan memberi putusan dalam
waktu yang ditentukan pads ayat (5) di atas.waktu yang ditentukan pads ayat (5) di atas.
8. Dewan Kehormatan Wilayah Pusat wajib mengirim putusannya kepada anggota yang minta8. Dewan Kehormatan Wilayah Pusat wajib mengirim putusannya kepada anggota yang minta
pemeriksaan tingkat terakhir dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi dan tembusannyapemeriksaan tingkat terakhir dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi dan tembusannya
kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Cabang, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat,kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Cabang, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat,
semuanya itu dalam waktu tujuh (7) hari kerja, setelah sidang Dewan Kehormatan Pusatsemuanya itu dalam waktu tujuh (7) hari kerja, setelah sidang Dewan Kehormatan Pusat
Eksekusi atas Sanksi-Sanksi Dalam
1. Putusan yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Daerah, Dewan 1. Putusan yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Daerah, Dewan
Kehormatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat
Kehormatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat
dilaksanakan oleh Pengurus Daerah.
dilaksanakan oleh Pengurus Daerah.
2. Pengurus Daerah wajib mencatat dalam buku angngota Perkumpulan yang 2. Pengurus Daerah wajib mencatat dalam buku angngota Perkumpulan yang ada pada Pengurus Daerah atas setiap keputusan yang telah ditetapkan oleh
ada pada Pengurus Daerah atas setiap keputusan yang telah ditetapkan oleh
Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Kehormatan Wilayah dan/atau Dewan
Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Kehormatan Wilayah dan/atau Dewan
Kehormatan Pusat mengenai kasus Kode Etik berikut nama anggota yang
Kehormatan Pusat mengenai kasus Kode Etik berikut nama anggota yang
bersangkutan. Selanjutnya nama Notaris tersebut, kasus dan keputusan
bersangkutan. Selanjutnya nama Notaris tersebut, kasus dan keputusan
Dewan Kehormatan Daerah, Dewan
Dewan Kehormatan Daerah, Dewan
Kehormatan Wilayah dan/atau Dewan Kehormatan Pusat diumumkan dalam Kehormatan Wilayah dan/atau Dewan Kehormatan Pusat diumumkan dalam Media Notariat yang terbit setelah pencatatan dalam buku anggota
Media Notariat yang terbit setelah pencatatan dalam buku anggota
Perkumpulan tersebut.
PEMECATAN SEMENTARA
PEMECATAN SEMENTARA
Pasal 13
Pasal 13
Tanpa mengurangi ketentuan yang mengatur tentang prosedur atau Tanpa mengurangi ketentuan yang mengatur tentang prosedur atau
tata cara maupun penjatuhan sanksi secara bertingkat, maka terhadap
tata cara maupun penjatuhan sanksi secara bertingkat, maka terhadap
seorang anggota Perkumpulan yang telah melanggar Undang-undang
seorang anggota Perkumpulan yang telah melanggar Undang-undang
No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan yang bersangkutan
No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan yang bersangkutan
dinyatakan bersalah, serta dipidana
dinyatakan bersalah, serta dipidana berdasarkan putusan pengadilan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, Pengurus Pusat
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, Pengurus Pusat
wajib memecat sementara sebagai anggota Perkumpulan disertai usul
wajib memecat sementara sebagai anggota Perkumpulan disertai usul
kepada Kongres agar anggota
kepada Kongres agar anggota Perkumpulan tersebut dipecat dari Perkumpulan tersebut dipecat dari anggota Perkumpulan.
KEWAJIBAN PENGURUS PUSAT
KEWAJIBAN PENGURUS PUSAT
Pasal 14
Pasal 14
Pengenaan sanksi pemecatan sementara (schorsing) demikian jugs Pengenaan sanksi pemecatan sementara (schorsing) demikian jugs sanksi (onzetting) maupun pemberhentian dengan tidak hormat
sanksi (onzetting) maupun pemberhentian dengan tidak hormat
sebagai anggota Perkumpulan terhadap pelanggaran sebagaimana
sebagai anggota Perkumpulan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 di atas wajib diberitahukan oleh Pengurus dimaksud dalam pasal 13 di atas wajib diberitahukan oleh Pengurus
Pusat kepada Majelis Pengawas Daerah dan tembusannya
Pusat kepada Majelis Pengawas Daerah dan tembusannya
disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.
KETENTUAN PENUTUP
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Pasal 15
1. Semua anggota Perkumpulan wajib menyesuaikan praktek maupun 1. Semua anggota Perkumpulan wajib menyesuaikan praktek maupun perilaku dalam menjalankan jabatannya dengan ketentuanketentuan
perilaku dalam menjalankan jabatannya dengan ketentuanketentuan
yang tercantum dalam peraturan dan/atau Kode Etik ini.
yang tercantum dalam peraturan dan/atau Kode Etik ini.
2. Hanya Pengurus Pusat dan/atau alat perlengkapan yang lain dari 2. Hanya Pengurus Pusat dan/atau alat perlengkapan yang lain dari
Perkumpulan atau anggota yang ditunjuk olehnya dengan cara yang
Perkumpulan atau anggota yang ditunjuk olehnya dengan cara yang
dipandang baik oleh kedua lembaga tersebut berhak dan berwenang
dipandang baik oleh kedua lembaga tersebut berhak dan berwenang
untuk memberikan penerangan seperlunya kepada masyarakat
untuk memberikan penerangan seperlunya kepada masyarakat
tentang Kode Etik dan Dewan Kehormatan.
CONTOH KODE ETIK NOTARIS
Meliputi :
Etika Kepribadian Notaris
Sebagai pejabat umum, Notaris :
Berjiwa Pancasila;
Taat kepada hukum, sumpah jabatan Notaris, Kode Etik Notaris; Berbahasa Indonesia yang baik;
Sebagai profesional, Notaris; Memiliki perilaku professional;