• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gaya Kepemimpinan Rusli Zainal Sebagai Kepala Pemerintahan Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Gaya Kepemimpinan Rusli Zainal Sebagai Kepala Pemerintahan Provinsi Riau"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Gaya Kepemimpinan Rusli Zainal Sebagai Kepala Pemerintahan

Provinsi Riau

Oleh:

Hidayati

Abstrak

Bermula dari suatu makna kepemimpinan, pelitian ini mencoba melihat Gaya Kepemimpinan Rusli Zainal Sebagai Kepala Pemerintahan Provinsi Raiu yang telah menjabat selama dua preode tentunya telah memberikan banyak penilaian terhadap kepemimpinannya selama ini. Masalah kepemimpinan selalu muncul dimana dan kapan saja baik dahulu hingga saat ini, bahkan ia ada pada setiap kehidupan manusia yang saling mengadakan hubungan dan kerjasama. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Gaya Kepemimpinan Rusli Zainal dalam memeneg satuan organisasi pemerintahan yang ada di jajaran pemerintahan Provinsi Riau? Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Informen dalam penelitian ini adalah diantaranya Kepala Daerah Provinsi, Sekretaris Daerah dan Kepala Daerah yang tersebar di Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, teknik penarikan sampel yang diguanakan yakni teknik sensus. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa Gaya kepemimpinan yang di mainkan oleh Rusli Zainal sebagai kepala pemerintahan, pembangunan dan kegiatan sosial kemasyarakatan di provinsi Riau menggunakan gaya kepemimpinan demokratis, untuk memperlancar tugas-tugas dia sebagai gubernur Riau dalam memimpin pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan, Rusli Zainal juga menggunakan pendekatan gaya kepemimpinan otokratik. juga terindikasi Rusli Zainal sebagai gubernr Riau juga menggunakan gaya kepemimpinan paternalistik dan laissez faire. Kedua gaya kepemimpinan yang terakhir ini, lebih disebabkan oleh sifat bawaan Rusli Zainal sebagai manusia biasa, artinya gaya kepemimpinan yang terlihat dari prilaku Rusli Zainal selaku gubernur Riau bukan prilaku yang direncanakan untuk mempengaruhi prilaku kepala daerah Kabupaten / Kota untuk menjalankan kebijakan pemerintahan yang dia pimpin.

Key Word :Gaya Kepemimpinan, Rusli Zainal, &Kepala Pemerintahan

Pendahuluan

Masalah kepemimpinan selalu muncul dimana dan kapan saja baik dahulu hingga saat ini, bahkan ia ada pada setiap kehidupan manusia yang saling mengadakan hubungan dan kerjasama. Oleh karena itu kepemimpinan itu muncul bersama-sama adanya peradaban umat manusia dan senantiasa diperlukan pada setiap usaha bersama manusia, khusunya pada zaman modern sekarang dan masa mendatang.

Dengan demikian kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam menjalankan roda

pemerintahan apapun bentuk

pemerintahannya. Pemerintah yang ideal tentunya memprioritaskan program pembangunan yang mensejahterakan rakyatnya. Hanya saja dalam menjalankan

roda pemerintahan banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi, diantaranya datang dari kepemimpinan itu sendiri. Sebagai seorang pemimpin dan penggerak organisasi pemerintahan, pemimpin harus mampu memanfaatkan potensi yang ada didaerah masing-masing baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya secara optimal.

(2)

kepemimpinan sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Kepemimpinan pada dasarnya juga adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun

kelompok36. Ada 3 (tiga) alasan penting mengapa kepemimpinan mempunyai nilai penting yaitu, Pertama, karena pemimpin bertanggung jawab atas efektifitas. Kedua, pimpinan adalah tempat semua anggota bersandar dan berlindung. Ketiga, pemimpin merupakan titik sentral dalam rangka menjaga intergritas organisasi.

Pemerintahan Provinsi sebagai satuan organisasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana di atur dalam UU No. 32 Tahun 2004, pasal 24 ayat 1 dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan yang disebut kepala daerah. Sebagai seorang pemimpin pemerintahan di daerah, Gubernur menjalankan dua kewenangan kepala pemerintahan yakni sebagai kepala pemerintahan, memimpin pemerintahan berdasarkan azas desentralisasi dengan garis pertanggungjawaban kepada rakyat di daerah dan juga Gubernur sebagai kepala pemerintahan memimpin pemerintahan berdasarkan azas dekonsentrasi yang bertanggung jawab kepada presiden.

Karena setiap pemimpin punya tantangan sesuai dengan zamannya, maka penulis menitik beratkan kajian ini pada kepemimpinan Rusli Zainal sebagai kepala pemerintahan karena pada era beliau memimpin sistim politik Indonesia sangat demokratis sehingga seseorang jadi pemimpin sangat ditentukan oleh gaya kepeimpinan yang dimainkannya sehingga beliau mampu menduduki jabatan Gubernur selama dua priode, dimana priode pertama beliau dipilih secara tidak langsung dan priode kedua beliau dipilih secara langsung oleh rakyat Riau. Sementara pada rezim orde lama maupun orde baru sistim politik bersifat sentraistik sehingga gaya kemimpinan kepala daerah juga sangat

36Kartono, 1998,Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?, Rajawali Press, Jakarta, hlm 13

dipengaruhi oleh sistim politik yang terjadi pada masa itu. Dengan kata lain seorang Gubernur menjadi kepala pemerintahan ketika itu tidak ditentukan oleh rakyat, tapi ditentukan oleh kekuasaan pemerintahan pusat.

Keberhasilan Rusli Zainal sebagai Gubernur untuk dua priode bukanlah sesuatu yang didapatkan dengan mudah sebagaimana juga calon-calon lain yang dikalahkannya. Keberhasilannya mengalahkan calon-calon lain tentu sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan yang tumbuh dan berkembang sebagaimana dijelaskan oleh berbagai teori kepemimpinan sebagaimana dikatakan Kartini Kartono37 dalam bukunya “Pemimpinan dan

Kepemimpinan” bahwa kemunculan

pemimpin dilarbelakangi oleh 3 pendekatan teori yaitu :

a. Teori genetika mengatakan bahwa seseorang pemimpin lahir karena bakat bawaan dari lahir dan ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi bagaimanapun.

b. Teori social mengatakan bahwa pemimpin lahir karena disiapkan, dididik dan dibentuk memjadi pemimpin.

c. Teori ekologis yang mengatakan bahwa seorang pemimpin lahir menjadi pemimpin selain bakat menjadi pemimpin adalah bawaan dari lahir, kemudian bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Keberhasilan seseorang menjadi pemimpin tidak terlepas dari gaya kepemimpinan yang dimainkannya. Menurut Thoha38 gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan seseorang pada

37Kartono, 1998,Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?,Rajawali Press, Jakarta, hlm

38Miftah, 2003,Kepemimpinan dalam Manajemen,

(3)

saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat.

Dalam melaksnakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Bila mana aktivitas tersebut dipilah-pilah, akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Menurut Rivai39 gaya

kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu :

a. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas

b. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerjasama

c. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai.

Sebagai seorang pemimpin yang harus mengerakan dan mengarahkan satuan organisasi pemerintahan dibawahnya, seorang Gubernur tidak terlepas dari proses pengambilan suatu keputusan yang dijadikan dasar bagi satuan organiasi dibawahnya untuk bertindak guna tercapainya tujuan pemerintahan yang dipimpinnya.

Menurut Thoha40 perilaku gaya dasar kepemimpinan dalam mengambil keputusan dapat dibedakan kedalam empat fungsi kepemimpinan yaitu : gaya instruktif, gaya konsultasi, gaya partisipasi dan daya delegasi.

Dari keempat fungsi kepemimpinan diatas, maka Rusli Zainal sebagai seorang Gubernur yang memimpin organiasi pemerintahan Provinsi Riau tidak terlepas dari penggunaan gaya kepemimpinan guna mengarahkan dan mendorong bawahannya bekerja sesuai dengan bidang yang telah ditetapkan.

39

Rivai, 2004,Kiat Memimpin dalam Abad ke-21,Raja Grafindo Persada, hlm 23

40Thohaha, 2009,Kepemimpinan dalam Manajemen,

Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 67

Sebagai seorang kepala pemerintahan Provinsi tentunya gaya kepemimpinan Rusli Zainal akan dirasakan oleh bawahannya. Untuk mengetahui gaya dasar kepemimpinan Rusli Zainal dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan dalam menyelenggarakan pemerintahan di Provinsi Riau berikut sejumlah petikan wawancara penulis dengan beberapa orang kepala biro, kepala dinas, kepala badan dan Bupati/WaliKota.

1. Menurut pimpinan salah seorang kepala Biro di kantor Gubernur Provinsi Riau, menilai kepemimpinan Gubernur lebih banyak memberikan gaya kepemimpinan instruksi dan

sedikit memberikan gaya

kepemimpinan konsultasi.

2. Menurut pimpinan salah seorang kepala Badan dalam satuan pemerin-tahan Provinsi Riau, menilai gaya kepemimpinan Gubernur dinilainya lebih banyak bersifat instruktif dari gaya konsultatif maupun delegatif. 3. Menurut pimpinan salah seorang

kepala dinas yang ada dalam satuan kerja pemerintah Provinsi Riau

mengatakan bahwa gaya

kepemimpinan yang digunakan oleh Rusli Zainal sebagai seorang Gubernur lebih banyak menonjolkan gaya konsultatif dan delegatif.

4. Menurut penilaian pimpinan salah seorang bupati di Provinsi Riau, dia menilai gaya kepemimpinan yang selalu menonjol digunakan Rusli zainal adalah gaya instruksi dan delegasi. Dari penilaian yang diberikan oleh sejumlah orang yang pernah merasakan sebagai bawahan dari Rusli Zainal sebagai seorang Gubernur yang memimpin pemerintahan di Provinsi Riau berbagai persepsi tentang gaya kepemimpinan yang mereka berikan pada Rusli Zainal.

(4)

kedalam berbagai program kepala biro, kepala badan,dan program kerja lintas sektoral dengan berbagai program kerja pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

Berangkat dari sejumlah fenomena gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Rusli Zainal dalam memimpin pemerintahan Provinsi Riau hampir 10 tahun terindikasi sementara gaya kepemimpinan yang diperankannya dalam memimpin satuan pemerintahan kabupaten / kota terindikasi menggunakan berbagai gaya kepemimpinan.

Sehubungan dengan gaya kepemimpinan yang diperankan Rusli Zainal sebagai kepala pemerintahan Provinsi Riau dan dampaknya terhadap kinerja biro, badan, dinas serta satuan kerja lainnya maupun kinerja pemerintah daerah Kabupaten / Kota sebagai wilayah kerja Gubernur dimana Gubernur juga sebagai wakil pemerintah Pusat di Daerah dalam rangka menjalankan tugas pemerintahan umum di daerah.

Dari sejumlah fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk membuat suatu kajian dengan menetapkan judul “Analisis Gaya Kepemimpinan Rusli Zainal Sebagai Kepala Pemerintahan Provinsi Riau”.

Kerangka Teori

1. Konsep Kepemimpinan

Dari sisi pengertian, kata “kepemimpinan” erat kaitannya dengan makna

kata “memimpin” Kata memimpin

mengandung makna yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didaya gunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan41.

Gibson, menyebutkan kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan (soncoersive) untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu42. Sedangkan Robbins mengatakan

bahwa kepemimpinan adalah mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian (tujuan).

41 Kartono, 1983. Pemimpin dan Kepemimpinan. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 22

42Ibid.

Dalam buku yang sama Owen mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara suatu fihak yang memimpin dengan fihak yang dipimpin43.

Sementara itu Yulk mengartikan kepemimpinan secara luas sebagai proses mempengaruhi pengertian mengenai kejadian bagi pengikut, sasaran yang dipilih adalah suatu kelompok atau organisasi, pengorganisasian dan kegiatan kerja untuk mencapai tujuan tersebut44.

Aktifitas memimpin pada hakekatnya meliputi suatu hubungan adanya satu orang yang mempengaruhi orang lain agar mereka mau bekerjasama kearah pencapaian sasaran tertentu. Ini menujukkan bahjwa kepemimpinan menyangkut perlakuan yang dikembangkan dalam hubungan dengan bawahan. Hubungan antara yang memimpin dengan yang dipimpin bukanlah hubungan satu arah tetapi senantiasa harus terdapat adanya antar hubungan (interaction).

2. Kepemimpinan Pemerintahan.

Kepemimpinan pemerintahan

merupakan suatu kemampuan pemerintah

(government) untuk melakukan komunikasih , interaksi dan pengaruh terhadap masyarakat terutama dalam penyedian produk dan jasa dalam layanan public (public cervice) dan layanan civil (civil service).

Menurut Ndraha bahwa konsep kepemimpinan pemerintahan terdiri dari dua (sub) konsep yang hubungan satu dengan yang lain, tegang, yaitu konsep kepemimpinan bersistim social dan konsep kepemimpinan pemerintahan yang bersifat formal45.

Konsep kepemimpinan pemerintahan tidak saja bersistim nilai formal yang terikat oleh tataran hokum bersifat formal namun kepemimpinan juga bersandar pada sistim nilai social menunjukan bahwa kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain tidak terlepas dari sistim nilai

43Ibid.23

44Nurachadijat, 2006,Membangun Motivasi Kepemimpinan,Edsa Mahkota, Jakarta, hlm 23

45Ndraha, 2003,Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan.

(5)

budaya yang dimiliki termasuk kepercayaan dan adat istiadat. Sedangkan konsep kepemimpinan pemerintahan yang mengandung sistim nilai formal adalah bersumber pada kewenangan rasional yang dihadapkan pada berbagai tugas dan kewajiban serta tuntutan situasi dan perubahan yang cepat dan dituntut untik mencapai suatu tujuan melalui atau menggunakan kekuasaannya.

Menurut Khasan Effendi ada tiga titik singgung yang berbeda antara kepemimpinan pemerintahan dengan kememimpinan social kemasyarakatan, yaitu bagaimana seorang pemimpin menjalankan proses kebiasaan atau wewenang kepemimpinan pemerintahan berangkat dari titik awal pengangkatannya dengan surat keputusan yang selanjutnya dia bekeja dengan standar-standar formal keberhasilan. Sedangkan kepemimpinan social berangkat dengan kepercayaan atau trust dari pengikutnya melalui proses pemilihan atau penunjukan46.

Disampin itu Khasan Effendi juga mengatakan bahwa ada titik singgung yang sama antara kepemimpinan pemerintahan dan kepemimimpina social, dimana keduanya berjalan di atas kekeluargan dan kepercayaan power and trust yang secara esensi keduanya milik rakyat dan masyarakat yang formal melalui perwakilan dan selembar kertas, sedangkan kepemimpinan social mandat dan pengangkatannya langsung oleh masyarakat dengan cara musyawarah dan mufakat untuk sama-sama menjaga stabilitas social dan sama-sama merajut kesejahteraan bersama47.

Metode penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah tipe kualitatif dengan pendekatan deskriftif. Pendekatan kualitatif menurut Khasan Effendi48 adalah menceritakan dua tujuan utama : (1) untuk menggambarkan dan untuk menjelaskan atau

46 Effendy, 2009. Pergeseran Kepemimpinan Desa,

Indra Prahasta, Bandung, hlm 40-41

47Ibid. hlm 42

48 Efenndy, 2010. Memadukan Metode Kuantitatif dan

Kualitatif.Indra Prahasta, Bandung, Hlm 121

(2) untuk mengambarkan dan menjelaskan. Kebanyakan penelitian kualitatif bentuknya deskriftif dan eksplanatori.

Karena penulis ingin melihat kepemimpinan seorang gubernur Riau dalam hal ini Rusli Zainal memimpin pemerintahan khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan umum di provinsi Riau, maka lokasi penelitian adalah di provinsi Riau. Fokus yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah kepemimpinan Rusli Zainal dalam memformulasi sampai pada meng-implementasikan kebijakan program pemerintah provinsi Riau pada pengentasan Kebodohan, Kemiskinan dan Kekurangan Infra Struktur atau disingkat dengan progam K 2-I.

Untuk menjawab tujuan penelitian yang lebih objektif, maka penulis perlu menentukan populasi yang terkait dengan objek penelitian diantaranya Rusli Zainal sebagai Gubernur Riau, Sekretaris Daerah Provinsi Riau, serta para bupati dan walikota yang ada di provinsi Riau .

Sehubungan dengan lingkup penelitian ini relatif luas, dan jumlah pejabat yang terkait dengan kebutuhan data relatif sedikt, maka penulis menggunakan gubernur sebagai responden sementara para bupati dan walikota penulis jadikan sebagai informan. Jadi dengan demikian tehnik yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik sensus.

Pembahasan

Semeenjak menjadi gubernu Riau priode I dari tahunn 2003-2008 dan priode II dari tahun 1999 – 2013 Rusli Zainal memanfaatkan pengalaman memimpin organisasi sosial dan ekonomi dengan mengebolarasi dengan pengalaman memimpin pemerintahan pada masa menjabat Bupati Kabupaten Inderagiri Hilir kurang lebih 2 priode ( 7 tahun ).

(6)

melanjutkan Visi dan Misi pemerintahan Provinsi Riau yang telah ditetapkan sebelumnyua. Salahsatu program yang sangat stategis yang di kedepankan oleh Rusli Zainal adalah masalah kemiskinan

Kemiskinan memang selama ini sulit dipecahkan karena tidak berpihaknya kebijakan pusat pada daerah sehingga kemiskinan menjadi potret bagi desa sebagai satuan pemerintah yang paling terdepan dalam pemberian pelayanan dan pembangunan masyarakat. Salahsatu daerah yang menjadi korban akibat kebijakan pusat adalah provinsi Riau. Tapi setelah Rusli Zainal mejadi gubernur Riau, kebijakan pusat mulai bergeser dari pendekatan sentlaistik ke desentralistik berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang selanjutnya disempurnakan melalui UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana UU ini juga diikuti oleh UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.

Dengan keluarnya kedua UU ini maka terjadi perobahan kebijakan dimana daerah diberikan kewenangan otonomi yang luas sekaligus diikuti oleh pengalokasian dana untuk membiayai sebagian urusan pemerintahan tersebut di daerah. Dengan kebijakan Pusat tersebut, maka peluang itu dimanfaatkan oleh Rusli Zainal sebagai kepala pemerintahan di provinsi Riau untuk mengambil berbagai langkah guna mengatasi masalah pembangunan dan kesejahteraan rakyat di provinsi Riau.

Masalah utama yang menerpa salahsatu provinsi terkaya Sumber Daya Alam di Indonesia adalah kemiskinan. Menghadapi masalah utama ini memang

diperlukan seorang manajer

pemerintahan yang tangguh, ulet dan punya wawasan yang luas. Sosok Rusli Zainal pada waktu itu di anggap paling tepat oleh masyarakat untuk menjadi nahoda untuk mengantarkan provinsi Riau sejajar dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Sumatera.

Sebagai seorang pemimpin pemerintahan khususnya dalam penelitian ini ditekankan pada kepemimpinan Rusli Zainal sebagai wakil pemerintah pusat di daerah yang memimpin bupati dan walikota dalam menyelenggarakan pemerintahan terutama dibidang perencanaaan, kordinasi, pembinaandan serta mengawasi bidang pembangunan.

Sehubngan dengan tugas-tugas umum pemerintahan tersebut maka pednelitian ini akan menggali gaya kepemimpinan yang di perankan oleh Rusli Zainal sebagai seorang pemimpin

pemerintahan dalam memacu

pembangunan di provinsi Riau khususnya dalam pembangunan pemberantasan Kebodohan, Kemiskinan dan kekurangan Inpra struktur (K2- I) diberbagai kabupaten/kota di provinsi Riau.

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis.

Bila dilihat dan dicermati gaya kepemimpinan Rusli Zainal sebagai kepala pemerintahan yang didalamnya akan dipengaruhi oleh karakter kepemimpinan yang dibentuk oleh pemngalaman hidup seseorang dalam bermasyarakat, dimana Rusli Zaional seorang pemuda yang suka berorganisasi semenjak kecil, gaya kepemimpinan demokratis terlihat menonjol dalam prilakunya sebagai seorang pemimpin dibandingkan dengan gaya kepeimpinan lainnya. Hal ii juga dipengaruhi oleh watak/priadi Rusli Zainal yang santun karena pengaruh budaya keluarga yang agamis. Namun secara teoritis gaya kepemimpinan seseorang akan berobah sesuai dengan siatuasi yang dihadapinya karena tampa mengikuti situasi dan kondisi tertentu seseorang dapat gagal dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya.

(7)

program pengentasan kebodohan, kemiskinan dan perbaikan infra struktur atau disingkat dengan K2-I. Program kerja pembangunan yang beliau jalankan selain sudah dibahas dengan Wakil Gubernur beserta kepala daerah Kabupaten / Kota juga sudah mendapat persetujuan DPRD.

Untuk mewujudkan program K2- I Rusli Zainal memulainya dengan menata dunia pendidikan. Dalam pikiran Rusli Zainal49 ” orang yang tidak berpendidikan, sudah pasti mereka tidak produktif. Jika tidak produktif berarti tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik. Fakta sosial seperti ini tidak mendapat perhatian dari pendahulunya, sehingga tidak mengherankan angka kemiskinan dari tahun ke tahun meningkat karena masalah utamanya tidak pernah terselesaikan. Bagi Rusli Zainal, pendidikan merupakan investasi dalam rangka membangun SDM yang berkualitas, karena tampa itu akan menyebabkan hambatan utama dalam melakukan mobilitas sosial guna melakukan perubahan prilaku atau budaya kemiskinan yang dipelihara tapi tidak menguntungkan bagi pembangunan bangsa.

Kepedulian Rusli Zainal sebagai gubernur dan pemimpim bidang pemerintahan, pembagunan dan pemberdayaan masyarakat yang begitu besar guna memajukan dunia pendidikan tidak saja mendapat apresiasi dari tokoh masyarakat di Riau, tapi juga dari pemerintah Pusat melalui pemberian penghargaan Satya Lancana Wira Karya

tahun 2007 oleh Presiden RI serta penghargaan berupa Dwidya Praja Nugraha

Tahunn 2007 dari Persatuan Guru Repuklik Indonesia (PGRI).

2. Gaya Kepemimpinan Otokratik.

Dari persepsi gaya kepemimpinan otokratik seorang pemimpin sebagaimana digambarkan diatas terlihat beberapa prilaku seorang pemimpin dalam memeneg bawahannya dalam mencapai tujuan organisasi. Bila di kaitkan dengan prilaku Rusli Zainal sebagai seorang pemimpin

49….

tingkat pemerintahan provinsi memang prilaku tersebut tidak menonjol di praktekan oleh yang bersangkutan. Dari beberapa informasi yang digali dari beberapa orang Kepala Daerah Kabupaten / Kota di Provinsi Riau. Misalnya Bupati Indragiri Hilir Indra Muchlis50 mengatakan bahwa selama dia

mengikuti kegiatan apakah rapat koordinasi, rapat khusus atau kegiatan supervisi yang dilakukan Rusli Zainal sebagai gubernur terkait dengan bidang urusan pemerintahan, pembangunan dan kegiatan sosial pemberdayaan masyarakat lainnya. Terkait dengan program yang dirancang dan diprogramkan Rusli Zainal bidang perkebunan sawit Indra setuju-setuju saja. Menurut Indra Miuchlis, program perkebunan sawit sangat cocok dengan tipologi tanah yang ada di kabupaten Indragiri Hilir. Karena itu Bupati Indragiri Hilir ini sangat mendukung program pemerintah provinsi Riau ketika program tersebut di lontarkan Rusli Zainal.

Kemudian pandangan yang sama juga di lontarkan oleh bupati Rokan Hilir Anas Makmun51 yang menilai selama dia menjadi bupati dia tidak pernah menilai Rusli Zainal memaksakan kehendak dalam mengambil berbagai kebijakan pemerinthan provinsi yang harus melibatkan pemerintah kabupaten / kota. Misalnya dalam rapat kordinasi bidang pembangunan, rapat kordinasi bidang ketentraman dan ketertiban serta rapat-rapat rutin lainnya. Namun Anas juga akui bahwa ada juga sejumlah kepala daerah yang merasa ditekan oleh Rusli Zainal dalam mengambil sutau keputusan, misalnya dalam nenetapkan kebijakan program perkebunan sawit sebagai salahsatu usaha untuk pengentasan kemiskinan di provinsi Riau termasuk dalam penentuan luas lahan serta biaya dalam bentuk budget sharing yang ditanggung oleh masing-masing pemerintah kabupaten / kota.

Kemudian selain ada sejumlah Kepala Daerah Kabupaten / Kota yang menilai Rusli

50Wawancara bersa Indra Muchlis, pada tanggal 3

Februari 2011 Jam 14.00 WIB

51Wawancara bersama Anas Makmun pada tanggal 17

(8)

Zainal sebagai seorang pemimpin yang mengedepankan azas musyawarah ada juga sejumlah kepala daerah yang menilai gaya kepemimpinan Rusli Zainal sebagai gubernur Riau agak otoriter. Hal ini terbukti dari beberapa kali rapat kordinasi tentang budget sharing tentang pembangunan jembatan Siak 3, pelaksanaan program sapi K2-I, dimana terkesan Rusli Zainal lebih banyak memaksakan kehendaknya pada pimpinan pemerintah daerah kabupaten / kota ungkap Herman Abdullah52 mantan Walikota Pekanbaru. Senada dengan apa yang dikatakan mantan Walikota Pekanbaru tersebut, juga mantan Bupati Indragiri Hulu, Thamsir Rachman53 juga memberi penilaian bahwa Rusli Zainal juga terkadang sering memaksakan kehendaknya pada pimpinan daerah untuk dapat menerima kebijakan yang diusulkan oleh pemerintah provinsi Riau agar tercapainya tujuan dari setiap kebijakan pemerintah daerah misalnya menjadi tuan Rumah penyelenggara PON tahun 2012 di provinsi Riau.

Dari beberapa data yang di peroleh dari berbagai sumber diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Rusli Zainal

dalam memimpin pnyelenggaraan

pemerintahan di provinsi Riau selain

menonjolkan gaya kepemimpinan

demokratis, ternyata dalam berbagai situasi tertentu beliau juga menggunakan gaya kepemimpinan otokratis, hal ini dianggap wajar oleh peneliti agar kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah Provinsi dapat terselenggara dengan terintegrasi.

Harus diakui bahwa apabila hanya efektivitas semata-mata yang diharapkan dari seorangpemimpin dalam mengemudikan jalannya organisasi, tipe otokratik mungkin saja mampu menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinannya dengan ” baik ”. ” Baik ” hanya dalam arti tercapainya tujuan

52Wawancara bersama Herman Abdullah pada tanggal

20 Januari 2011 Jam 09.10 WIB

53Wawancara bersama Thamsir Rahmann pada tanggal

17 Januari 2011 jam 13. 40. WIB.

dan berbagai sasaran yang telah ditentukan oleh gubernur sebagai seorang pemimpin sebelumnya. Yang menjadi masalah utama ialah bahwa keberhasilan mencapai tujuan dan berbagai sasaran itu semata-mata karena takutnya para bawahan terhadap pimpinannya dan bukan berdasarkan keyakinan bahwa tujuan yang telah ditentukan itu dan layak untuk di capai dan disiplin kerja yang terwujud pun hanya karena para bawahan selalu dibayang-bayangi ancaman seperti pengenaan sanksi, pengurangan jatah bahkan pemberhentian subsidi tampa ada kesempatan untuk membela diri.

3. Gaya Kepemimpinan Paternalistik

Secara teori persepsi seorang pemimpin yang bergaya paternalistik tentang perannya dalam kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud ke inginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk.

Dari sejumlah data yang diperoleh dilapangan tentang pandangan sejumlah kepala daerah sebagai bawahan dari seoramg gubernur menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum, dapat dinilai dari sejumlah pernyataan kepala daerah misalnya bupati Kampar Burhanuddin Hussein54 yang menilai bahwa kepimpinan Rusli Zainal terindikasi sebagian menggunakan gaya kepemimpinan paternalistik. Hal ini terungkap dari penilaian Burhanuddin bahwa Rusli Zainal kadang-kadang menganggap dirinya yang lebih mengetahui tentang permasalahan yang ada di Kabupaten Kampar. Misalnya penentuan tapal batas kabupaten Kampar dengan kota Pekanbaru maupun penentuan tapal batas wilayah kabupaten Kampar dengan kabupaten Rokan Hulu. Tujuan Rusli Zainal memang baik agar dapat di tuntaskan masalah tapal batas antar Kabupaten di

54Wawancara dengan Burhanuddin Hussein pada

(9)

Provinsi Riau, tapi permasalahannya sejumlah tokoh masyarakat ada yang kurang puas dan kesalahan itu justru dialamatkan kepada Bupati.

Pandangan yang sama juga datang dari Walikota Dumai55 yang mengatakan bahwa Rusli Zainal sebagai gubernur menurut pandangannya untuk hal-hal tertentu misalnya rapat kordinasi bidang ketentraman dan ketertiban tentang gejala sosial antara masyarakat Melayu yang keberatan pembangunan gereja atau tempat ibadah lainnya yang tumbuh dengan pesatnya yang kadang-kadang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, Rusli Zainal selalu meminta pada walikota untuk menyelesaikannya dengan intansi terkait. Artinya Rusli Zainal memberikan tanggung jawab penyelesaian masalah sosial / politik - yang sudah berlangsung cukup lama dan ibarat sebuah bom waktu, demikian menurut salah seorang tokoh masyarakat hanya menunggu waktunya bom itu meledak - untuk diselesaikan oleh walikota tampa intervensi seorang gubernur sebagai penanggung jawab keamanan wilayah provinsi padahal masalah ini sudah lama menjadi persoalan sosial / politik bagi penduduk tempatan.

Dari tanggapan dua orang kepala daerah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa Rusli Zainal sebagai kepala pemerintahan yang memimpin pemerintahan umum di daerah terbukti dalam bidang-bidang tertentu memutuskan kebiajakan tampa meminta pertimbangan yang terlalu banyak dari kepala daerah Kabupaten kumudian mengambil keputusan.

Secara teori, persepsi bawahan biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang bergaya paternalistik mempunyai sifat tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan para bawahannya. Akan tetapi sebaliknya, pemimpin yang paternalistik mengharapkan bahwa kehadiran ataau keberadaannnya dalam organisasi

55

Wawancara bersama Walikota Dumai pada tanggal 17 Februari 2011 Jam 09.00 WIB

tidak lagi dipertanyakan oleh orang lain. Dengan kata lain, legitimasi kepemimpinannya dipandang sebagai hal yang wajar dan normal, dengan implikasi organisionalnya seperti kewenangan memerintah dan mengambil keputusan tampa harus berkonsultasi dengan para bawahannnya. Singkatnya. gaya kepemimpinan paternalistik melihat bawahannnya harus menerima atas peranannya yang dominan dalam kehidupan organisasional.

Dari konsepsi teori diatas terlihat juga dalam situasi dan kondisi tertentu Rusli Zainal justeru memberi ruang bagi masing-masing kepala daerah memecahkan masalah yang terjadi dilingkup pemerintah kabupaten / kota yang menjadi wilayah kerjanya tampa melakukan intervensi yang lebih banyak. Informasi yang diperoleh dari Rusli Zainal56 adanya kebijakan dia untuk tidak melakukan intervensi terhadap masalah-masalah tertentu, misalnya ” masalah sosial / politik ”, karena Rusli beranggapan kepala daerah yang bersangkutan akan lebih tau dan bijak memecahkan masalah berdasarkan kearifan lokal dimana mereka memimpin. Selain itu pemecahan masalah sosial / politik sebenarnya sudah ada standar tinggal lagi bagaimana masing-masing kepala daerah mengimplementasikan dengan melakukan pendekatan kordinatif dan integratif baik dengan tokoh masyarakat maupun dengan pajabat yang terkait yang ada di wilayah kerjanya.

4. Kepemimpinan Gaya Lassiz Faire

Sebagai seorang pemimpin pemerintahan dengan menggunakan gaya laissez faire seharusnya Rusli Zainal seharusnya bersikap terbuka dengan para Bupati / Walikota untuk mengatasi masalah-masalah tertentu. Dengan kata lain baik Bupati / Walikota sebagai pejabat yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah-masalah tertentu yang menjadi tangung

56Wawancara bersama Rusli Zainal pada Tanggal 3

(10)

jawabnya sesuai dengan keyakinan, namun dalam hal-hal tertentu mereka harus berkordinasi dengan gubernur sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum di daerah.

Dari berbagai informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari bupati Rokan Hulu, Achmad57 mengatakan bahwa Rusli Zainal dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan tidak memberi ruang pada masing-masing kepala daerah untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan urusan-urusan pemerintahan. Achmad memberikan contoh dalam penanganan masalah hutan Mahato, Rusli Zainal hampir dalam setiap kesempatan selalu mempertanyakan pertkembangan penanganan hutan Mahato. Demikian juga kegiatan penebangan dan pembalakan liar yang sering terjadi di kabupaten Rokan Hulu.

Senada dengan adanya pandangan bupati Rokan Hulu tentang gaya kepemimipnan Rusli Zainal sebagaimana diuraikan diatas, hasil wawancara dengan salah seorang Bupati58 mengatakan bahwa sewaktu terjadinya konflik di desa Cengar kecamatan Kuantan Mudik antara masyarakat dengan perusahaan sawit, Rusli Zainal selain meminta kronologis kejadian sumber konflik dan penanaganan yang telah, sedang dan akan dilakukan, beliau juga membimbing bupati guna membantu menyelesaikan konflik tersebut. Kemudian dari waktu ke waktu beliau juga memonitor perkembangan konflik tersebut melalui media elektronik dengan bupati Kuantan Sengingi.

Sikap Rusli Zainal sebagaimana terungkap dari dua orang informan di atas membuktikan bahwa Rusli Zainal kurang menonjolkan gaya kepemimpinan laissez faire dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di berbagai daerah. Artinya Rusli Zainal tidak menbiarkan begitu saja masing-masing kepala daerah menyelesaikan masalah yang

57

Wawancara denganAchmad pada tanggal 24 Februari 2011 Jam 14.20 WIB

58Wawancara denganSukarmis pada tanggal 04

Maret 2011 Jam 13.40 WIB

terjadi di daerah mereka, dengan menggunakan asumsi bahwa masing-masing kepala daerah akan dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang terjadi di wilayah kerjanya.

Sementara itu gaya kepemimpinan paternalistik dan gaya laissez faire adalah gaya kepemimpinan yang terlihat dalam prilaku Rusli Zainal dalam memimpin pemerintahan, tapi gaya itu tidak menjadi sikap utama dalam memimpin. Munculnya gaya kepemimpinan paternalistik maupun laissez faire dalam prilaku Rusli Zainal lebih banyak berkaitan dengan aspek kemanusiaan yang punya berbagaimacam talenta dalam menghadapi lingkungan dimana dia berada. Dengan kata lain gaya kepemimpinan paternalistik dan laissez faire dilihat dari aspek akademik bukan karena prilaku yang direncanakan untuk mempengaruhi prilaku orang yang di pimpin untuk tujuan-tujuan tertentu, tapi lebih banyak karena sifat bawaan yang melekat pada diri Rusli Zainal sebagai bagian dari masyarakat.

Kesimpulan dan Saran

1. Gaya kepemimpinan yang di mainkan oleh Rusli Zainal sebagai kepala pemerintahan, pembangunan dan kegiatan sosial kemasyarakatan di provinsi Riau menggunakan gaya kepemimpinan demokratis.

2. Untuk memperlancar tugas-tugas dia sebagai gubernur Riau dalam

memimpin pemerintahan,

pembangunan dan sosial

kemasyarakatan, Rusli Zainal juga menggunakan pendekatan gaya kepemimpinan otokratik.

(11)

sifat bawaan Rusli Zainal sebagai manusia biasa, artinya gaya kepemimpinan yang terlihat dari prilaku Rusli Zainal selaku gubernur Riau bukan prilaku yang direncanakan untuk mempengaruhi prilaku kepala daerah Kabupaten / Kota untuk menjalankan kebijakan pemerintahan yang dia pimpin.

Agar kepemimpinan pemerintah provinsi Riau lebih efektif dalam penyeleggaraan pemerintahan khususnya dalam penyelenggaraan urusan pemerkintahan umum ke depan disaran :

1. Secara teori seorang pemimpin tidak akan pernah berhasil menjadi pemimpin yang efektif bilamana dia hanya menggunakan satu gaya kepemimpinan dalam memimpin organisasi. Karena itu seorang pemimpin termasuk dalam hal ini Rusli Zainal sebagai gubernur Riau harus menggunakan bermacam-macam gaya kepemimpinan sesusi dengan situasi dan kondisi kemampuan pimpinan daerah dalam memecahkan masalah-masalah di daerahnya masing-masing.

2. Gaya kepemimpinan Rusli Zainal yang otokratik dalam bidang-bidang tertentu ternyata kurang efektif karena itu disarankan ke depan ketika gaya kepeimpinan otokrtaik mau dijalankan sebaiknya gaya itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan karena dengan gaya otokratik berarti seorang pemimpin sudah memahami segala sesuatu secara komprehensif sehingga kebijakan yang diimplementasikan akan efektif dilaksanakan, dan tapi bila kurang memahami, apalagi secara geografis dan sosiologis provinsi Riau sangat fenomenal, kecendrungan kebijakan itu akan gagal. Kalau kebijakan itu gagal dilaksanakan yang akan di rugikan adalah masyarakat dan bukan pemerintah.

3. Gaya kepemimpinan paternalistik dan laissez faire pada satu sisi ada kelemahannya seperti tidak memberi ruang bagi bawahan untuk berpendapat atau berpandangan untuk ikut mengambil keputusan, tapi pada sisi lain setiap pemimpin daerah kabupaten / kota juga mempunyai pula kelebihan dan kekurangan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman dia selama ini ditambah dia berasal dari komunitas dimana masalah itu dipersoalkan. Karena itu sebaiknya setiap seorang pemimpin pemerintahan tingkat provinsi memerlukan sharing satusama lain dan jangan menganggap seorang gubernur mengetahui dan benar dalam segala sesatunya.

Daftar Pustaka

Buku-buku

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen Pemerintah Daerah. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Bratakusumah, Deddy Supriady. 2005.

Perencanaan Pembangunan Daerah.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Effendy, Khasan. 2009. Pergeseran Kepemimpinan Desa, CV. Indra Prahasta, Bandung.

. 2010. Memadukan Metode Kuantitatif dan Kualitatif. Indra Prahasta, Bandung.

Gordon, Thomas. 1990. Kepemimpinan yang Efektif. Rajawali Pers, Jakarta.

Kaloh, J. 2010. Kepemimpinan Kepala Daerah.Sinar Grafika, Jakarta.

Kansil dan Cristina Kansil. 2003. Sistem Pemerintahan Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.

(12)

Labolo, Mahadam. 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Moenir, A.S. 1992. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara, Jakarta.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan. Sirao Credentia Center, Jakarta.

. 2006.Keybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru). Rineka Cipta, Jakarta

. 2007. Kybernologi Sebuah Scientific Movement. Sirao Credentia Center, Jakarta.

Nurachadijat, Kun. 2006. Membangun Motivasi Kepemimpinan. Edsa Mahkota, Jakarta.

Pamudji, S. 1989. Kepemimpina n Pemerintahan di Indonesia. Bina Aksara, Jakarta.

Pasolong, Harbani. 2010. Kepemimpinan Birokrasi.Alfabeta, Bandung

Rasyid, Muhammad Ryass. 2002. Makna

Pemerintahan “Tinjauan DariSegi Etika dan Kepemimpinan”.Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Riduan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.Alfabeta, Bandung

Rivai, Veithzal. 2004, Kiat Memimpin dalam Abad ke-21,Raja Grafindo Persada.

Situmorang, 1993, Hukum Administrasi Pemerintahan di Daerah, Pradnya Paramita, Jakarta.

Sondang, Siagian. 1992. Analisi Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi. Gunung Agung, Jakarta.

Subagyo, Untung. 1992.LKMD dan Peranannya dalam Mendukung Kemandirian Desa.Widya Praja, Jakarta.

Sulistiani, Ambar Teguh. 2008.

Kepemimpinan Profesional Pendekatan Leadership Games. Gava Media, Yogyakarta

Syafiie, Inu Kencana. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan.Aditama, Bandung.

. 2007. Ilmu

Pemerintahan (edisi revisi). Mondar Maju, Bandung.

Syafiie, Inu Kencana dan Andi Azikin. 2007.

Perbandingan Pemerintahan. Refika Aditama, Bandung

Thoha, Miftah. 1998. Kepemimpinan dalam Manajemen.Rajawali, Jakarta.

. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2009. Kepemimpinan dalam Manajemen.Rajawali, Jakarta.

Wahjosumidjo. 1984.Kepemimpinan dan Motivasi,Ghalia Indonesia, Jakarta

Dokumentasi

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini bertujuan untuk melihat motivasi intrinsik muridtingkatan empat dalam kelas Pendidikan Jasmani di salah sebuah sekolah menengah di Malaysia dan kedudukan dalam

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa seng(II) terikat lebih banyak di- bandingkan dengan besi(II) pada asam humat den- gan

Hasil dari pengolahan citra penginderaan jauh tidak terlepas dari adanya kesalahan. Kesalahan tersebut dapat terjadi akibat beberapa hal. Hal-hal yang dapat mempengaruhi

Pada laporan kinerja tahun 2019 tribulan IV ini disajikan beberapa kondisi, baik yang menggambarkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan pencapaian kinerja dinas

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Panitia berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan Penetapan Pemenang Seleksi

genealogis yang dianut suatu masyarakat semakin berubah, tidak lagi menjadi unsur yang dipertimbangkan dalam pembagian harta warisan, seperti di Kecamatan Nongsa

Hasil daripada analisis yang dijalankan, terdapat hubungan positif yang signifikan di antara pemboleh ubah tidak bersandar iaitu definisi kerja dengan kepuasan