• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Multi Level Marketing Pada Pt Kartika Swarna Dwipa (Kantor Distributor Tupperware)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Multi Level Marketing Pada Pt Kartika Swarna Dwipa (Kantor Distributor Tupperware)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi perdagangan merupakan suatu proses kegiatan perdagangan, dimana terjadi perluasan pasar di negara-negara di seluruh dunia tanpa adanya rintangan batas wilayah negara. Globalisasi perdagangan menghapuskan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, dan jasa. Ketika globalisasi perdagangan terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.

Dalam situasi ekonomi global menuju era perdagangan bebas serta seiring dengan persaingan usaha yang semakin ketat, setiap produsen atau perusahaan penghasil barang dan jasa sangat berupaya untuk mempertahankan konsumen atau pelanggannya, serta mempertahankan pasar atau untuk memperoleh kawasan pasar baru yang lebih luas. Situasi ekonomi global ini juga menyebabkan setiap produsen sangat berjuang untuk membawa perusahaannya menuju pemasaran global.

(2)

products. Pemasaran merupakan fungsi atau kegiatan dari perusahaan, dimana perusahaan tersebut langsung berhubungan dengan lingkungan eksternal. Karena pemasaran memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup perusahaan, maka pemasar perlu mengembangkan suatu strategi dalam melakukan kegiatan pemasaran tersebut.

Konsep-konsep pemasaran dipandang dari strategi pemasaran global telah berubah dari waktu ke waktu, sebagaimana tahapan berikut :2

1. Konsep pemasaran pada awalnya adalah memfokuskan pada produk yang lebih baik yang berdasarkan pada standar dan nilai internal. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh laba, dengan menjual atau membujuk pelanggan potensial untuk menukar uangnya dengan produk perusahaan.

2. Pada dekade enam puluhan, fokus pemasaran dialihkan dari produk kepada pelanggan. Sasaran masih tetap pada laba, tetapi cara pencapaian menjadi luas, yaitu dengan pembaruan pemasaran marketing mix atau

product, price, promotion, and place (4P), yaitu produk, harga, promosi,

dan saluran distribusi.

3. Sebagai konsep baru pemasaran, dengan pembaruan dari konsep pemasaran menjadi konsep strategi. Konsep strategi pemasaran pada dasarnya mengubah fokus pemasaran dari pelanggan atau produk kepada pelanggan dalam konteks lingkungan eksternal yang lebih luas. Di samping itu juga terjadi perubahan pada tujuan pemasaran, yaitu dari laba menjadi keuntungan pihak yang berkepentingan (yaitu orang perorangan atau kelompok yang mempunyai kepentingan dalam kegiatan perusahaan termasuk di dalamnya karyawan, manajemen, pelanggan, masyarakat, dan negara). Untuk itu harus memanfaatkan pelanggan yang ada termasuk pesaing, kebijakan yang berlaku, peraturan pemerintah serta kekuatan makro, ekonomi, sosial, politik secara luas.

Salah satu strategi pemasaran yang sangat marak di dunia saat ini adalah pemasaran melalui sistem Multi Level Marketing (MLM). Menurut data Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), sampai pada tahun 2014 ini, ada 83

2

(3)

(delapan puluh tiga) perusahaan Multi Level Marketing yang tergabung menjadi anggota APLI. Belum lagi masih ada ratusan perusahaan Multi Level Marketing yang belum dan tidak terdaftar sebagai anggota APLI. Pada umumnya, perusahaan yang tidak terdaftar sebagai anggota APLI merupakan perusahaan yang hanya berkedok Multi Level Marketing, dimana dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan ini cenderung tidak bertanggungjawab.3

Sejak masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 80-an (delapan puluhan), jaringan bisnis penjualan langsung (direct selling) Multi Level Marketing terus marak dan tumbuh subur, dan bertambah merebak lagi setelah adanya krisis moneter dan ekonomi.4 Salah satu dampak krisis ekonomi adalah terjadinya kesulitan likuiditas perusahaan dan adanya penurunan daya beli masyarakat sebagai konsumen.5

Krisis ekonomi juga mengakibatkan kegiatan distribusi dan promosi terganggu karena biayanya menjadi lebih tinggi. Dalam kondisi krisis ekonomi ini, upaya perusahaan antara lain adalah melakukan efisiensi termasuk efisiensi dalam kegiatan distribusi dan periklanan, serta berusaha menjaga agar tetap dekat dengan konsumen. Untuk dapat menjalankan kedua fungsi tersebut, salah satu

3 Henny Sekartati, ”

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken)”, Skripsi, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2007), hal. 3.

4

Alvhy Cliquers Mion, MLM Dalam Pandangan Islam, (http://www.scribd.com/doc/147290997/MLM-Dalam-Pandangan-Islam),diakses pada tanggal 2 Desember 2014.

5Heri Sudarsono, “

(4)

alternatif strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah melakukan kegiatan pemasaran dengan sistem Multi Level Marketing.

Multi Level Marketing biasa disebut juga dengan Network Marketing atau

Direct Selling atau Pemasaran Berjenjang. Multi Level Marketing ini merupakan

suatu cara atau metode yang dirancang oleh perusahaan untuk menawarkan suatu produk dan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan, dengan jalan melaksanakan penjualan secara langsung kepada konsumen melalui suatu jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas.6

Tugas utama para distributor pada perusahaan Multi Level Marketing relatif sederhana yaitu menjual produk secara langsung kepada konsumen dan mencari teman atau anggota baru agar ikut bergabung dan memasarkan produk-produk perusahaan. Untuk dapat meraih kesuksesan dalam sistem ini, setiap distributor harus bekerja keras menjual produk-produk perusahaan kepada konsumen dan mencari mitra kerja untuk melakukan hal yang sama sebanyak-banyaknya, sehingga mereka dapat mempunyai jaringan yang luas.7

Dalam proses perkembangannya, bisnis Multi Level Marketing di Indonesia tidak berjalan dengan mulus. Hal ini dikarenakan bisnis Multi Level

Marketing ini banyak disalahgunakan oleh pihak-pihak atau orang-orang yang

tidak bertanggungjawab untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya dari konsumen, sehingga mengakibatkan kerugian bagi para konsumen.

6 Hermawan Kartajaya, “

Menjaga MLM Tetap Berjaya”, Jurnal Swasembada, Volume XIV, Nomor 13 (25 Juni-8 Juli, 1998), hal. 66.

7

(5)

Oleh karena produsen atau pelaku usaha lebih mengetahui dengan jelas sifat dan keadaan barang yang dihasilkannya mulai dari proses produksi hingga pada proses pemasokannya ke dalam pasar, maka produsen atau pelaku usaha wajib bertanggungjawab apabila terjadi sesuatu pada produk yang dapat menimbulkan kerugian pada pihak konsumen (product liability). Konsumen tidak seharusnya menjadi korban untuk dirugikan oleh para produsen, karena pada dasarnya pihak produsen atau pelaku usaha memiliki suatu kewajiban untuk selalu berhati-hati dalam memproduksi barang atau jasa. Selama pihak produsen atau pelaku usaha menerapkan perilaku hati-hati tersebut, maka mereka tidak akan menghasilkan produk-produk yang dapat menimbulkan kerugian pada pihak konsumen (Caveat Venditor).8

Kerugian-kerugian yang dialami oleh konsumen dapat timbul sebagai akibat dari adanya hubungan antara perusahaan penghasil barang atau jasa, atau produsen dengan pihak pemakai barang atau jasa (dalam hal ini adalah pemakai akhir dari suatu barang atau jasa), atau konsumen yang bersifat terus menerus dan berkesinambungan, dimana kedua belah pihak memiliki rasa saling membutuhkan dan mempunyai ketergantungan yang tinggi antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dari rasa saling membutuhkan dan saling ketergantungan tersebut, maka timbullah hubungan hukum berupa perjanjian9 (dalam hal ini adalah jual beli10) antara pihak produsen dan konsumen tersebut.

8

N. H. T. Siahaan, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, (Jakarta: Panta Rei, 2005), hal. 15.

9

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

10

(6)

Di dalam hubungan hukum antara pihak produsen dengan pihak konsumen tersebut, terdapat hubungan yang bersifat saling menguntungkan, dimana produsen akan mendapat keuntungan apabila konsumen menggunakan barang atau jasa yang dihasilkannya, dan konsumen juga akan mendapatkan keuntungan bahwa dengan barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun di sisi lain, hubungan tersebut juga dapat menimbulkan kerugian pada konsumen apabila terjadi wanprestasi dan perbuatan melawan hukum11 yang dilakukan oleh pihak produsen.

Hubungan hukum berupa perjanjian (jual beli) yang dilakukan antara pihak produsen dan konsumen tersebut tidak selamanya dapat berjalan dengan mulus, dalam arti tidak selamanya masing-masing pihak akan merasa puas, terlebih jika pihak penerima tidak menerima barang atau jasa sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan sebelumnya.12 Apabila hal tersebut terjadi, maka pihak produsen dikatakan melakukan wanprestasi, yaitu kelalaian untuk memenuhi syarat-syarat yang telah tercantum di dalam perjanjian. Dengan kata lain, wanprestasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak memenuhi suatu prestasi (menurut Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi dari suatu perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu).

Wanprestasi bisa saja terjadi dalam bisnis Multi Level Marketing, seperti yang terjadi di dalam perusahaan Tupperware, dimana terdapat beberapa konsumen yang mengeluhkan mengenai keterlambatan pendistribusian barang

11

Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

12

(7)

dari pusat ke daerah, yang membuat konsumen cemas menanti dan mempertanyakan apakah barang yang dipesan telah dikirim atau belum dikirim, dan apakah barang tersebut benar-benar akan dikirim ataukah konsumen telah ditipu oleh sang agen. Selain keterlambatan pendistribusian barang, terdapat pula konsumen yang mengeluhkan bahwa dari produk/barang Tupperware yang dibelinya, terjadi ketidaksesuaian ukuran tutup wadah dengan wadahnya13.

Di samping wanprestasi, kerugian konsumen juga dapat disebabkan oleh perbuatan melanggar hukum, dimana banyak terjadi penjualan produk-produk Tupperware melalui internet atau online shop dari orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai agen atau distributor Tupperware, namun ternyata setelah pemesanan dan pembayaran, barang yang dipesan tidak pernah dikirim ke konsumen.

Kerugian-kerugian tersebutlah yang menyebabkan masyarakat Indonesia sebagai konsumen merasa tertipu dan tidak percaya pada bisnis Multi Level

Marketing ini. Masyarakat merasa hak-hak mereka sebagai seorang konsumen

telah dilanggar dan diabaikan oleh pihak produsen.

Akibatnya, timbul banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan penghasil barang dan jasa yang menggunakan sistem pemasaran Multi Level Marketing kepada konsumen menyangkut barang-barang yang dihasilkannya. Timbulnya pertanyaan tersebut dikarenakan masyarakat sangat mengharapkan adanya suatu perlindungan hukum untuk melindungi hak-hak mereka sebagai konsumen dan mendapatkan

13

(8)

kepastian hukum atas barang-barang yang telah dibeli dari perusahaan Multi Level

Marketing tersebut agar mereka tidak selalu dirugikan oleh pihak produsen.

Oleh karena permasalahan-permasalahan yang dikemukakan di atas, maka

dibuatlah penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Multi Level Marketing Pada PT Kartika Swarna Dwipa (Kantor Distributor Tupperware) untuk membahas lebih lanjut mengenai tindakan perusahaan Multi Level Marketing dalam memberikan perlindungan hukum terhadap para konsumennya agar konsumen merasa aman dan percaya untuk menggunakan produk-produk dari perusahaan Multi Level

Marketing tersebut.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian singkat yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme transaksi melalui Multi Level Marketing pada PT Kartika Swarna Dwipa sebagai Kantor Distributor Tupperware?

2. Apa sajakah masalah yang sering dikeluhkan oleh konsumen mengenai produk-produk yang dihasilkan oleh Perusahaan Tupperware pada PT Kartika Swarna Dwipa?

(9)

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana mekanisme transaksi melalui

Multi Level Marketing pada PT Kartika Swarna Dwipa sebagai Kantor

Distributor Tupperware.

2. Untuk mengetahui masalah apa saja yang sering dikeluhkan oleh konsumen mengenai produk-produk yang dihasilkan oleh Perusahaan Tupperware pada PT Kartika Swarna Dwipa.

3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh PT Kartika Swarna Dwipa sebagai Kantor Distributor Tupperware terhadap konsumennya.

D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi penyempurnaan peraturan di bidang perlindungan konsumen, khususnya berkaitan dengan transaksi jual beli melalui sistem

Multi Level Marketing. Selain itu, hasil penelitian ini juga akan dapat

(10)

serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang memuat data empiris sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLKI), Badan Legislatif, dan Pemerintah dalam menata Peraturan Perlindungan Konsumen serta peraturan yang berkaitan dengan sistem pemasaran Multi Level Marketing di Indonesia, juga bagi pelaku usaha dan masyarakat umum mengenai berbagai problema yang dihadapi dalam bisnis Multi Level Marketing.

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian hukum yang digunakan dalam mengerjakan skripsi ini meliputi :

1. Jenis dan Metode Pendekatan

Dalam penulisan skripsi ini, jenis penelitian yang dipakai adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif merupakan penelitian yang mengacu kepada norma yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan, kitab hukum, putusan pengadilan, dan lain sebagainya (penelitian terhadap data sekunder).14 Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung dari sumber pertama, antara lain : dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan

14

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

(11)

seterusnya.15 Data sekunder penting kedudukannya dalam skripsi ini sebagai sumber pertama dan didapat melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan dan berbagai literatur terkait. Metode pendekatan yang dipakai dalam skripsi ini adalah metode deskriptif analitis. Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya dengan maksud utama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar mampu memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru.16 Dengan metode deskriptif analitis artinya skripsi ini tidak hanya mengkaji data secara lengkap tetapi juga menganalisis data tersebut dengan gejala-gejala yang diteliti, apakah gejala tersebut sesuai atau tidak dengan data umum yang disajikan.

2. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian skripsi ini adalah data sekunder (data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber utama). Ciri-ciri dari data sekunder, adalah:17

a. pada data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat dipergunakan dengan segera;

b. baik bentuk maupun isi data sekunder, telah dibentuk dan diisi oleh peneliti-peneliti terdahulu, sehingga peneliti kemudian tidakmempunyai pengawasan terhadap pengumpulan, pengolahan, analisa, maupun konstruksi data.

15

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia, 1986), hal. 12.

16Ibid.

, hal. 10.

17Ibid,.

(12)

Lebih rinci data sekunder berupa data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, media massa, kamus, dan data lain yang terdiri atas :18

a. Bahan Hukum Primer, yaitu : Norma atau kaedah dasar, seperti Pembukaan UUD 1945, Peraturan Dasar seperti Peraturan Perundang-undangan yang meliputi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Menteri. Dalam skripsi ini, bahan hukum primer meliputi : Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 73/MPP/KEP/3/2000 Tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan Berjenjang, dan lain sebagainya.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu : Buku-buku yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Berkaitan dengan skripsi ini, maka bahan hukum sekunder meliputi buku-buku, jurnal hukum, karangan ilmiah, data resmi pemerintah tentang Perlindungan Konsumen, Multi Level Marketing, Tupperware, dan lain sebagainya.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu : Kamus, bahan dari internet, dan lain-lain yang merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, meliputi Kamus Hukum, Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Ensiklopedia, dan lain sebagainya.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode Studi Kepustakaan (Library Research), yaitu dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, media massa, dan kamus yang berkaitan dengan judul skripsi yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dan penganalisaan masalah-masalah yang dihadapi.19 Adapun metode lain

18

Ronny Hanitijo Soemitro, Op.cit., hal. 24-25.

19Ibid.,

(13)

yang digunakan selain Library Research yaitu Studi Lapangan (Field

Research), artinya dengan mencari dan mempelajari data melalui

wawancara dari seseorang (informan), yaitu seorang karyawan dari PT Kartika Swarna Dwipa, yang memang mengetahui tentang gejala yang diteliti maupun dengan observasi di lapangan tempat gejala yang diteliti berada. Pengertian informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai sikap, tindakan, persepsi, tanggapan atau segala sesuatu tentang orang lain yang memiliki hubungan tertentu dengan dirinya. Wawancara yang dilakukan pada seorang informan dapat berbentuk wawancara terstruktur maupun tidak terstruktur tergantung pada kemampuan yang meneliti. Oleh karena itu, di dalam Field Research, sarana utama yang dipakai adalah cara Field Interview dan/atau Field Observation.20

4. Analisis Data

Pada umumnya, dalam penelitian-penelitian sosial dikenal dua macam analisis data, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Dalam skripsi ini, riset yang dilakukan bersifat deskriptif dan tidak menggunakan data dalam bentuk angka-angka, dengan kata lain penelitian ini bersifat kualitatif. Oleh karena itu, terhadap data-data yang telah terkumpul, digunakan analisis data kualitatif yaitu pengumpulan data-data primer melalui pengamatan dan wawancara, untuk kemudian dikaitkan dengan data sekunder maupun data lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

20

(14)

5. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam skripsi ini akan ditarik dengan metode deduktif. Artinya, cara penarikan kesimpulan yang dilakukan akan dibahas terlebih dahulu tentang data-data secara umum yang sudah diketahui, diyakini, dan dikumpulkan secara lengkap, kemudian, melalui data atau gejala umum ini akan dibandingkan serta dianalisis dengan data-data dan gejala-gejala yang diteliti dalam lapangan yang bersifat khusus21. Dengan begitu, kesimpulan dapat didapat berupa apakah data atau gejala di lapangan sesuai atau tidak sesuai dengan data yang yang bersifat umum yang diyakini tersebut.

F. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Multi Level Marketing pada PT Kartika

Swarna Dwipa (Kantor Distributor Tupperware)” merupakan salah satu syarat

yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan oleh karena itu, sudah seharusnya bahwa penulisan skripsi ini didasarkan pada ide dan pemikiran secara pribadi, terlepas dari segala bentuk peniruan (plagiat).

Sepanjang yang diketahui, berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan, khususnya pada lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara jurusan Perdata BW, penulisan skripsi dengan judul yang disebutkan di atas

21

(15)

belum pernah dilakukan pada perusahaan Multi Level Marketing yang sama. Namun, terdapat beberapa skripsi yang telah mengulas masalah perlindungan konsumen dalam transaksi Multi Level Marketing, misalnya “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

Kasus pada Perusahaan MLM Elken)” oleh Henny Sekartati (NIM : 030200121),

“Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Melalui Multi Level

Marketing (Studi Kasus pada Perusahaan MLM Sophie Martin)” oleh Rika

Sugesti Mandalani (NIM : 000200156), serta “Tanggung Jawab Hukum Pelaku Usaha dalam Multi Level Marketing Atas Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Riset pada Perusahaan MLM Syariah Ahad-Net Mitra Salur Sut 06)” oleh Amalia Sari (NIM : 010200082).

Berdasarkan judul skripsi yang telah disebutkan di atas, dapat dipastikan bahwa permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini akan berbeda dengan skripsi yang diatas.

G. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, sistem penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab dan masing-masing bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian sesuai kepentingan penulisan.

(16)

Bab II mengenai Tinjauan Umum Mengenai Perlindungan Konsumen, dalam bab ini menguraikan tentang Pengertian, Pengaturan, serta Subjek Hukum Perlindungan Konsumen, Hak dan Kewajiban dari Konsumen serta Pelaku Usaha, Asas-Asas Hukum Perlindungan Konsumen, serta Prinsip-Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen.

Bab III mengenai Multi Level Marketing Sebagai Bentuk Kegiatan Bisnis, dalam bab ini menguraikan tentang Pengertian Multi Level Marketing, Jenis-Jenis

Multi Level Marketing, Sistem Kerja Multi Level Marketing, serta Keunggulan

dan Kelemahan Multi Level Marketing.

Bab IV mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Transaksi Jual Beli Melalui Multi Level Marketing, dalam bab ini menguraikan tentang Mekanisme Transaksi Multi Level Marketing pada PT Kartika Swarna Dwipa sebagai Kantor Distributor Tupperware, Keluhan Konsumen Terkait Produk-Produk yang dihasilkan oleh Perusahaan Tupperware pada PT Kartika Swarna Dwipa, serta Bentuk Perlindungan Hukum yang diberikan oleh PT Kartika Swarna Dwipa sebagai Kantor Distributor Tupperware Terhadap Konsumen.

Referensi

Dokumen terkait

Fuzzy C--Means mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan Mountain Clustering dan Fuzzy Subtractive Clustering dalam memproses data 13 dimensi, namun algoritma ini

Beliau mengatakan : Di dalam keterangan ini terkandung penjelasan bahwa jalan keluar/solusi dari kezaliman para penguasa -yang mereka itu berasal dari bangsa kita sendiri

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau peempuan dalam keadaan beriman, benar-benar Kami akan berikan kepada mereka

1. Bertindak berdasarkan sikap kerja yang sudah ditetapkan sehingga diperoleh hasil seperti yang diharapkan, jangan sampai terjadi kesalahan karena ketidak-telitian

4. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadapTingkah laku.. Jika perkembangan kehidupan pribadi terbentuk secara terpadu dan harmonis, maka dapat di harapkan

Nasabah juga harus tahu maksud dari surat kuasa menjual yang ditujukan untuk mengantisipasi bila terjadi kredit macet dikemudian hari, maka jaminan itu akan

Potensi konflik lainnya dalam pengelolaan air bisa juga timbul karena belum adanya kelembagaan secara formal yang diikuti oleh instrumen-instrumen pendukungnya

Media is tool that used to make effective communication and interaction between teacher and student in teaching and learning process at school. Media is