• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mener

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mener"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menerapkan Model-model

Pembelajaran Melalui Kegiatan Supervisi Kelas oleh Kepala SMA

Muhammadiyah (Plus) Salatiga

Supervisi Diajukan Kepada

Dosen Metpen Kuantitatif dan Kualitatif Untuk Tugas Akhir

Oleh :

Graha Chandradinangga 942015028

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN – FKIP UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Guru sebagai ujung tombak di front terdepan dalam melaksanakan kebijakan pembangunan pendidikan nasional dalam mengartikan, mengejawantahkan strategi, demi tercapainya tujuan pendidikan akan mencari cara yang tepat secara efektif dan efisien. Kinerja guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar berinteraksi dengan siswa tidak muncul tiba-tiba, tetapi telah terjadi proses pembentukan tentang maindset yang melekat pada pola berpikirnya, pola hidupnya, dan cara bertindak.

Kompetensi guru melalui pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih anak didiknya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Namun demikian kinerja seseorang banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berkenaan dengan hal tersebut, Gibson et al (2985:52-53) secara lebih komperehensif mengemukakan adanya tiga kelompok variable sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan potensi individu dalam organisasi, yaitu: pertama, variable individu, yang meliputi: (a) kemampuan/ketrampilan; (b) latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman). Kedua, variable organisasi, yang meliputi (a) sumber daya; (b) kepemimpinan; (c) imbalan; (d) struktur; (e) desain pekerjaan. Ketiga, variable psikhologis, meliputi: (a) mental/intelektual; (b) persepsi; (c) sikap; (d) kepribadian; (e) belajar; (f) motivasi.

Model yang diberikan guru untuk saat ini masih sama dengan model pembelajaran yang dulu. Dimana guru hanya menerangkan secara lisan dan siswa hanya mendengarkan. Dengan model tersebut terdapat faktor-faktor yang membuat siswa merasa bosan atau tidak mau mendengarkan. Dan hasilnya tujuan pendidikan dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan kurang tepat. Kepala sekolah akan melakukan kegiatas supervisi tentang cara dan model-model pembelajaran kepada guru-guru SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

B. PERUMUSAN MASALAH

(3)

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut.

1. Meningkatkan peran serta kepala sekolah SMA Muhammadiyah (Plus)

Salatiga dalam memfasilitasi para guru yang dihadapkan dengan kesulitan teknis pengelolaan pembelajaran, yang akan memberi dampak kurang baik terhadap proses dan hasil belajar siswa.

2. Meningkatkan kemampuan guru SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga

dalam mengelola proses pembelajaran.

3. Meningkatkan kebermaknaan proses belajar siswa SMA Muhammadiyah

(Plus) Salatiga guna mencapai aneka tujuan pembelajaran.

4. Untuk mengetahui efektivitas upaya yang ditempuh (model-model

pembelajaran) kepala sekolah pada saat melakukan supervisi kelas

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan dengan harapan memberikan manfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah. Adapun manfaat dimaksud, sebagai berikut.

1. Manfaat bagi siswa, antara lain:

1) memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik;

2) meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar;

3) meningkatkan penguasaan konsep;

4) menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat

dalamkelompok/membiasakan bekerja sama dengan teman.

2. Manfaat bagi guru, antara lain:

1) memperoleh alternatif baru dalam meningkatkan pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan;

2) memperoleh alternatif baru untuk peningkatan mutu pembelajaran.

3. Manfaat bagi sekolah, antara lain:

1) meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademis;

(4)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORI 1. Kompetensi Guru

Menurut Zamroni (2001: 60), guru adalah orang yang memegang peran penting dalam merancang strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada penampilan guru dalam mengajar dan kegiatan mengajar dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk mempersiapkan sebagai seorang guru. Pernyataan tersebut mengantarkan kepada pengertian bahwa mengajar adalah suatu profesi, dan pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan profesional dipersyaratkan memiliki kemampuan atau kompetensi tertentu agar yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnnya.

Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab atas pendidikan muridnya. Ini berarti guru harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu kompetensi harus mutlak dimiliki guru sebagai kemampuan, kecakapan dan ketrampilan mengelola pendidikan. Guru harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan atau yang dikenal dengan standar kompetensi guru. Standar ini diartikan sebagai suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan. Lebih lanjut Suparlan (2006: 85), menjelaskan bahwa “Standar kompetensi guru adalah ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.

(5)

ditujukkan guru dalam konteks kinerja yang diberikan kepadanya”. Menurut Akmad Sudrajat (2007), “Kompetensi guru merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaanya, baik yang berupa kegiatan dalam berperilaku maupun hasil yang ditujukan” (http://akmadsudrajat.wordpress.com). Menurut Nana Sudjana (2002: 17), “Kompetensi guru merupkan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru”. `Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat diartikan sebagai kemampuan/kecakapan seorang guru berupa pengetahuan, ketrampilan, sikap dan ilai-nilai yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

2. Model Pembelajaran

Banyak model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang pada prinsipnya pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien, menyenangkan, bermakna, lebih banyak mengaktifkan siswa.

Dalam pengembangan model pembelajaran yang mendapat penekanan pengembangannya terutama dalam strategi dan metode pembelajaran. Untuk masa sekarang ini perlu juga dikembangkan sistem penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar bisa saja mengembangkan model pembelajaran sendiri dengan tujuan proses pembelajaran lebih efektif dan efisien, lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreasi, sehingga siswa lebih aktif.

2) Ciri-ciri Model Pembelajaran

Suatu model pembelajaran memiliki ciri-ciri tersendiri. Secara khusus, ciri-ciri tersebut dikemukakan Sanjaya (2006: 115), yakni sebagai berikut.

a) Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

(6)

c) Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakandengan berhasil.

d) Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

3. Pengertian Supervisi

Kata supervisi berasal dari bahasa inggris supervision yang terdiri atas dua kata, yaitu super dan vision. Yang mengandung pengertian melihat dengan sangat teliti pekerjaan secara keseluruhan orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Untuk tercapainya sebuah aktifitas itu tergantung kepada beberapa orang, diperlukan adanya koordinasi di dalam segala gerak langkah. Pimpinan sekolah harus berusaha mengetahui keseluruhan situasi di sekolahnya dalam segala bidang.

Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey: “Supervisi adalah suatu program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran”. Menurut Boardman: Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir, dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru sekolah, baik secara individuil maupun secara kolektif, agar lebih mengerti, dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran, sehingga dengan demikian mereka mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Menurut Prof. Dr. Bahruddin Harapan (Supervisi Pendidikan, 1983), menyatakan:“Supervisi adalah kegiatan yang dijalankan terhadap orang yang menimbulkan atau potensial menimbulkan komunikasi dua arah

4. Langkah-Langkah Supervisi

Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah dalam melakukan supervisi kelas, yaitu sebagai berikut.

- Membuat kesepakatan waktu pelaksanaan supervisi kelas dengan guru. - Mendiskusikan materi pelajaran apa yang akan diajarkan pada saat

supervisi kelas.

(7)

- Meyakinkan pada guru kedatangan kepala sekolah sebagai supervisor bukan akan menilai atau mengawasi namun untuk memberikan bantuan teknis yang diperlukan oleh guru.

- Membuat kesepakatan untuk berbagi peran antara supervisor dan guru dalam proses pembelajaran.

Untuk lebih memantapkan program supervisi kelas dan meyakinkan guru-guru SD SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga bahwa program supervisi kelas ini akan memberikan manfaat bagi guru, yang dilakukan kepala sekolah, yakni sebagai berikut.

- Datang lebih pagi sebelum guru masuk kelas untuk melakukan

“kontrak” ulang tentang: langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, peran masing-masing yang akan dilakukan, dan pengorganisasian waktu.

- Masuk ke dalam kelas bersama-sama dengan guru yang bersangkutan. Kalau kepala sekolah yang akan bertindak sebagai supervisor masuk ke dalam kelas belakangan, dikhawatirkan akan menganggu konsentrasi anak pada saat proses pembelajaran, dan mungkin menimbulkan rasa takut.

- Meminta guru yang bersangkutan untuk menyampaikan bahwa kepala sekolah (supervisor) datang di kelas tersebut akan membantu dalam proses pembelajaran sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran bagi siswa

- Kepala sekolah ikut berperan dalam proses pembelajaran tersebut, dan tidak lupa membuat catatan-catatan kecil tentang kelebihan-kelebihan maupun hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran yang memerlukan perbaikan.

- Kepala sekolah tidak akan mengambil alih peran guru.

Setelah supervisi kelas selesai dilaksanakan, kepala sekolah SD Negeri 2 Sukajaya melakukan upaya tindaklanjut, dengan cara sebagai berikut.

- Melakukan diskusi dengan guru atas dasar sikap menghargai.

- Melakukan refleksi diri misalnya melalui pertanyaan, “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu selama proses pembelajaran tadi? Apakah masih ada kekurangan yang Bapak/Ibu lakukan selama proses pembelajaran tadi, di bagian mana saja?

- Menanyakan peningkatan yang ingin dilakukan oleh guru. - Memberikan saran atau arahan. (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan.

(8)

sekolah pada tingkatan yang efektif. Asumsinya adalah bahwa sekolah yang baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik, artinya kemampuan profesional kepala sekolah dan kemauannya untuk bekerja keras dalam memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah menjadi jaminan keberhasilan sebuah sekolah. Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan pekerjaannya dan dapat mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang ada di sekolah maka kepala sekolah harus memahami perannya.

Tiga hal penting yang menjiwai supervisi pendidikan, yaitu :

- Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang telah diprogramkan secara resmi oleh organisasi. Jadi bukan perbuatan yang dilakukan tanpa perencanaan terlebih dahulu, tetapi direncanakan secara matang sebelumnya.

- Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah) dan secara langsung berpengaruh terhadap kemampuan profesional guru.

- Supervisi pendidikan mempengaruhi kemampuan guru yang pada gilirannya meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik, sehingga tujuan sekolah dapat tercapai secara optimal.

Sebagai supervisor, kepala sekolah mempunyai beberapa peran penting, yaitu:

- Melaksanakan penelitian sederhana untuk perbaikan situasi dan kondisi proses belajar mengajar.

- Mengadakan observasi kelas untuk peningkatan efektivitas proses belajar mengajar.

- Melaksanakan pertemuan individual secara profesional dengan guru untuk meningkatkan profesi guru.

- Menyediakan waktu dan pelayanan bagi guru secara profesional dalam pemecahan masalah proses belajar mengajar.

- Menyediakan dukungan dan suasana kondusif bagi guru dalam perbaikan dan peningkatan mutu proses belajar mengajar.

- Melaksanakan pengembangan staf yang berencana dan terarah.

- Melaksanakan kerjasama dengan guru untuk mengevaluasi hasil belajar secara komprehensif.

(9)

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran (tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan), selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Lokasi SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Waktu palaksanaan penelitian ini, yakni pada semester 2 tahun pelajaran 2015.

3.2

Prosedur Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan sekolah, dengan empat langkah pokok, yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, dengan melibatkan 10 orang guru SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Penelitian dilakukan secara berkelanjutan selama 2 bulan. Keempat langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Perencanaan Tindakan

Hal-hal yang diupayakan pada tahap perencanaan tindakan, yaitu sebagai berikut.

a. Pemilihan topik.

b. Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan

pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selanjutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.

c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. d. Merencanakan penerapan pembelajaran.

e. Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan. f. Mempersiapkan kelompok mata pelajaran.

g. Mempersiapkan media pembelajaran. h. Membuat format evaluasi.

i. Membuat format observasi.

j. Membuat angket respon guru dan siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan

Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah: a. Setiap guru yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan

atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara guru lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.

(11)

c. Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana

pembelajarannya di depan kelas untuk mendapatkan umpan balik. 3. Pengamatan (Observasi)

Pada tahap observasi:

a. Observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi.

b. Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi. c. Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana

pembelajaran yang telah disusun, guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain itu dilakukan pemotretan yang meng-close up kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan secara kolaborasi. Baik kepala sekolah, guru, maupun observer turut memikirkan hasil tindakan serta bagaimana langkah tindak lanjut ke depan, agar terjadi peningkatan yang lebih baik.

3.3

Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui beberapa teknik, sebagai berikut. 1. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari pelaksanaan aktivitas kegiatan yang sudah direncanakan.

2. Teknik Wawancara

Teknik awawancara digunakan untuk memperoleh sejumlah keterangan dari pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam penelitian.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai dokumen yang berkaitan dengan proses dan hasil penelitian untuk memperkuat perolehan data dari teknik observasi dan teknik wawancara.

3.4 Teknis Analisis Data

(12)

pembelajaran terpilih untuk mentasi permasalahan yang ada. Kriteria yang digunakan dalam rangka itu, yakni sebagai berikut.

1. Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dikatakan meningkat apabila:

a) mampu menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran terpilih untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa; b) mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana;

c) mampu mengevaluasi kemampuan siswa dengan menggunakan teknik yang tepat seperti yang telah direncanakan;

d) mampu menindaklanjuti hasil belajar siswa dengan cara-cara yang tepat. 2. Proses dan hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila:

a. siswa aktif selama belajar;

b. antarsiswa terjadi saling belajar secara bermakna;

c. siswa mampu menyelesaikan tugas belajar, baik secara individu maupun kelompok;

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,Taktik dan Model Pembelajaran

Arikunto,S. et. al (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Erman Suherman, (2009). Model-model Pembelajaran. http

://re-searchengines.com/1207trimo1.html Penelitian Tindakan Sekolah. Gibson. James L et al 2006, “Organizations ( Behavior, Structure, Prosesses),”

Twelfth Edition, McGrow Hill

Iim Waliman, dkk. 2001. Supervisi kelas (Modul Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : DinasPendidikan Provinsi Jawa Barat

Sudrajat Akhmad. Pendekatan Pembelajaran. Udin Winataputra,( 1994), Model pembelajaran

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Piet, A. Sahertian. Frans Mataheru, 1981. Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya, UsahaNasional.

Referensi

Dokumen terkait

Radijiman wedyodiningrat dan pada Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada saat mengesahkan Batang Tubuh UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 yang

Daya hambat senyawa bioaktif pada mangrove Rhizophora apiculata sebagai antibakteri dari Perairan Tanjung Api-api, Sumatera Selatan.. Rozirwan, M.Sc dan Anna Ida

Seperti yang sudah dijelaskan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan juga kepala sekolah, antara lain yaitu untuk menanamkan kebiasaan melaksanakan shalat 5 waktu

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu: 1) presentasi kelas, materi dalam proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD,

Surat pesanan barang yang dibuat oleh bagian penjualan berdasarkan pesanan dari pelanggan disetiap wilayah penjualan kreditnya diotorisasi oleh manajer kredit. Penjualan kredit

kerap muncul dalam penelusuran dokumen melalui OPAC, hasil penelusuran informasi OPAC tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan, temuan yang ditampilkan

Semua anjing yang diperiksa menunjukkan gejala klinis penyakit distemper seperti peningkatan suhu tubuh, gejala syaraf (kejang- kejang, tremor dan terjatuh bila berjalan),

Jika barang tersebut milik orang lain yang bukan merupakan pihak dalam perkara dan dirugikan dengan adanya sita jaminan tersebut maka dapat diajukan perlawanan