• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Ledok 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Ledok 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1.1 IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Usman Samatowa (2010:3) menyatakan secara sederhana bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam.” Sementara Powler (Usman Samatowo, 2010: 3) menyatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.”

Menurut Wahyana (Trianto, 2010:136) “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.” Menurut Nash (Usman Samatowa, 2010:3) “cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru tentang objek yang diamatinya.”

Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA melatih anak berpikir secara kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.

(2)

itu ada tiga hal yang berkaitan dengan sasaran IPA di Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut. (1) IPA tidak semata berorientasi kepada hasil tetapi juga proses. (2) Sasaran pembelajaran IPA harus utuh menyeluruh dan (3) pembelajaran IPA akan lebih berarti apabila dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif.

Dalam Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa ruang lingkup IPA untuk Sekolah Dasar (SD) secara garis besar terinci menjadi empat (4) kelompok yaitu:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: energi, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang ditandai dengan adanya suatu fakta, konsep, prinsip, maupun teori yang tersusun secara sistematis. IPA tidak saja sebagai produk tetapi juga sebagai proses sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah.

2.1.1.3 Pembelajaran IPA SD

Usman Samatowa, (2010:7) menyatakan bahwa “ IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting.” Dalam IPA anak dilatih berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logi, diterima oleh akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan panca indra.

(3)

(Usman Samatowa, 2010: 50) adalah: “(1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.”

Dalam pembelajaran IPA di SD keterampilan proses IPA yang dijelaskan di atas sangat penting untuk membuktikan suatu teori atau memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

2.1.1.4 Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan IPA secara umum adalah membantu siswa agar memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Prihantro Laksmi (Trianto, 2010:142) pembelajaran IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:

a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap.

b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.

c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.

d. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya.

e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.

Usman Samatowa (2010:9) menuliskan alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan di dalam suatu kurikulum sekolah yaitu:

(1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi dan disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan.

(2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih kemampuan berpikir kritis.

(3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.

(4)

2.1.2 Model Pembelajaran Project Based Learning

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning

Menurut M.Hosnan (2014:319) “Project Based Learning atau model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media.” John Thomas (M.Hosnan, 2014:319) menyatakan secara sederhana bahwa “Project Based learning adalah model pengajaran dan pembelajaran yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam suatu proyek.”

Warsono dan Hariyanto (2012:153) menyatakan bahwa “pembelajaran berbasis proyek mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan suatu proyek sekolah.”

Model pembelajaran berbasis proyek memusatkan diri terhadap adanya sejumlah masalah yang mampu memotivasi, serta mendorong para siswa berhadapan dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pokok pengetahuan secara langsung sebagai suatu teknik pengajaran yang khas dan berbeda dengan umumnya teknik pengajaran. Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

(5)

Model Pembelajaran PjBL ini menempatkan siswa sebagai pemeran utama dalam pembelajaran dan keterampilan berpikir. Siswa dilatih untuk berpikir mandiri dan mengembangkan kepercayaan diri dan menghargai aktivitas yang sedang terjadi. Dengan demikian model pembelajaran PjBL menciptakan suasana yang mendukung siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir mereka. Menurut Brown dan Campione (Warsono dan Hariyanto, 2012:155) menyatakan bahwa ada dua komponen pokok dalam pembelajaran berbasis proyek, yaitu:

1. Ada masalah menantang yang mendorong siswa mengorganisasikan dan melaksanakan suatu kegiatan, yang secara keseluruhan mengarahkan siswa kepada suatu proyek yang bermakna dan harus diselesaikan sendiri sebagai tim

2. Karya akhir berupa suatu artefak atau serangkaian artefak, atau suatu penyelesaian tugas berkelanjutan yang bermakna bagi pengembangan pengetahuan dan ketrampilan mereka.

Berdasarkan uraian di atas peniliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran dimana model pembelajaran ini menuntut siswa agar lebih aktif dan kreatif lagi dalam setiap kegiatan pembelajarannya.

2.1.2.2Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Project Based Learning

Thomas (M.Hosnan, 2014:323) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki lima prinsip sebagai berikut:

a. Keterpusatan (centrality)

Proyek dalam Project Based learning adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum. Dalam model ini proyek adalah strategi pembelajaran. Pelajar mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek.

b. Berfokus pada pertanyaan atau masalah

Proyek dalam model Project Based Learning adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah yang mendorong pelajar menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.

(6)

Proyek melibatkan pelajar dalam investigasi konstruktif. Investigasi mungkin berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, diskoveri, atau proses pembangunan model.

d. Otonomi

Proyek mendorong siswa sampai pada tingkat yang signifikan. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek bukanlah ciptaan guru, tertuliskan dalam naskah, atau terpaketkan.

e. Realisme

Proyek adalah realistik karakteristik proyek memberikan keotentikan pada pelajar. Karakteristik ini boleh jadi meliputi topik, tugas, peranan yang dimainkan pelajar, konteks di mana kerja proyek dilakukan, kolabolator yang bekerja dengan pelajar dalam proyek, produk yang dihasilkan, audien bagi produk-produk proyek, atau unjuk kerja nilai.

Beberapa aspek yang membedakan model pembelajaran PjBL dengan pembelajaran tradisional dideskripsikan oleh Thomas, Mergendoller, dan Michaelson (M.Hosnan, 2014:327) sebagaimana dalam tabel berikut.

Tabel 2

Perbedaan Pembelajaran Tradisional dan Model Pembelajaran PjBL

Aspek

Ahli Pembimbing atau partner

Fokus Pengukuran

Produk Proses dan produk

Skor tes Pencapaian yang nyata

Membandingkan dengan yang lain

Unjuk kerja standar dan

(7)

Konteks Kelas

Pelajar bekerja sendiri Pelajar bekerja dalam kelompok. Dijalankan Guru Pelajar kolaboratif satu dengan

yang lainnya.

Menjalankan perintah guru Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oleh diri sendiri. Pengingat dan pengulang

2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya. Menurut Han dan Bhattacharya (Warsono dan Hariyono, 2012:157) mengidentifikasi kelebihan pembelajaran berbasis proyek, yaitu : a. Model pembelajaran Project Based Learning ini dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa karena adanya kegiatan perancangan proyek yang akan membuat penyampaian materi lebih mudah dan menyenangkan.

b. Meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah saat mengikuti kegiatan pembelajaran karena kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan.

c. Dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning ini dapat mememperbaiki ketrampilan menggunakan media pembelajaran.

d. Dapat meningkatkan semangat dan juga ketrampilan peserta didik dalam berkolaborasi atau bekerjasama dengan teman dalam satu kelompok.

e. Meningkatkan keterampilan dalam manajemen berbagai sumber daya ataupun bahan dan alat yang digunakan untuk menyelesaikan tugas proyek.

(8)

a. Dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran karena peserta didik belajar dengan membuat proyek berdasarkan materi dan topik pembelajaran.

b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.

c. Membuat peserta didik lebih aktif lagi dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

d. Mengembangkan dan meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber atau bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas.

e. Menigkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada Project Based learning.

Adapun beberapa kekurangan dari model Project Based learning adalah sebagai berikut.

a. Model pembelajaran Project Based Learning ini memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks. b. Banyaknya peralatan yang harus disediakan karena adanya pembuatan proyek

yang disesuaikan dengan materi atau topik pembelajaran.

c. Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena berhadapan langsung dengan masalah.

d. Memungkinkan peserta didik kesulitan dalam memproses sejumlah data dan informasi dalam waktu singkat, sehingga pembelajaran berbasis proyek ini berlangsung lama.

2.1.2.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning

Menurut Warsono dan Hariyanto (2012:157) secara umum langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning adalah perencanaan, penciptaan dan penerapan, serta pemrosesan. Model pembelajaran Project Based learning terdiri dari tiga fase pokok, yaitu:

1. Fase perencanaan. Dalam tahap ini, pembelajar memilih topik, mencari sumber-sumber terkait informasi yang relevan, dan mengorganisasikan sumber-sumber menjadi suatu bentuk yang berguna.

(9)

3. Fase pemrosesan. Dalam tahap ini proyek hasil karya mereka didiskusikan dengan prinsip saling berbagi dengan kelompok melakukan refleksi terhadap hasil karyanya.

Diadaptasi dari Brown dan Campione (Warsono dan Hariyanto, 2012:158) langkah-langkah kegiatan yang umum diterapkan dalam pembelajaran dengan model berbasis proyek adalah sebagai berikut.

1. Timbulnya masalah dari para siswa. Langkah ini terkait dengan bagaimana siswa atau peserta didik menghadapi masalah (problem facing), mendefinisikan masalah (problem definition), dan mengkategorikan masalah (problem categorization).

2. Penentuan proyek sebagai alternatif pemecahan masalah. Dalam hal ini terkait dengan bagaimana peserta didik bersama guru menentukan tema atau topik proyek

3. Pembentukan tim pembelajaran kolaboratif untuk menyelesaikan masalah atau proyek. Ini merupakan langkah dalam pembentukan suatu kelompok untuk menyelesaikan proyek yang sudah direncanakan.

4. Penyelesaian Proyek. Ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kelompok atau tim dalam menyelesaikan proyek adalah para siswa yang cepat belajar (expert) membantu rekannya yang lambat belajar sehingga tidak mengganggu kelangsungan proyek.

5. Presentasi atau publikasi hasil proyek. Langkah ini berupa pengerjaan serangkaian tugas berkelanjutan bagi semua anggota kelompok atau tim yang memungkinkan terciptanya hasil pemikiran siswa yang nyata, dapat dilihat dan dipublikasikan berupa artefak atau karya pemikiran yang bermakna.

(10)

Bagan 1

Langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning

M.Hosnan (2014:325) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam model pembelajaran Project Based Learning adalah sebagai berikut.

1. Penentuan proyek. Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema atau topik proyek berdasarkan tugas proyek yang diberikan oleh guru.

2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek.

Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek.

3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek.

Melalui pendampingan guru peserta didik dapat melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancang.

4. Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru.

Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek, diantaranya adalah dengan (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interview, (e) merekam, (f) berkarya seni, (g) mengunjungi objek proyek, atau (h) akses internet. Guru bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek, mulai proses hingga penyelesaian proyek. 5. Penyusunan laporan dan presentasi atau publikasi hasil proyek.

1. Penentuan Proyek

6. Evaluasi proses dan hasil proyek

5. Penyusunan laporan dan presentasi / publikasi hasil proyek

4. Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru 2. Perancangan

langkah-langkah penyelesaian

(11)

Hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi atau prakarya dipresentasikan dan atau dipublikasikan.

6. Evaluasi proses dan hasil proyek.

Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.

Berdasarkan penjelasan mengenai langkah-langkah model pembelajaran

Project Based learning diatas, peneliti akan menerapkan langkah pembelajaran model PjBL yang diadaptasi dari M.Hosnan (2014:325) dimana ada enam langkah dalam model pembelajaran berbasis proyek yaitu : (1) Penentuan proyek. (2) Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek. (3) Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek. (4) Penyeleaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru. (5) Penyusunan laporan dan presentasi atau publikasi hasil proyek. (6) Evaluasi proses dan hasil proyek. Langkah-langkah model pembelajaran PjBL yang diadaptasi dari M.Hosnan tersebut dirasa lebih sistemastis dan fokusnya lebih jelas untuk diterapkan.

2.1.2.4.1 Sintaks Model Pembelajaran Project Based Learning dalam

Pembelajaran IPA Berdasarkan Standar Proses.

(12)

Tabel 3

Sintaks Model Pembelajaran Project Based Learning Berdasarkan Standar Proses

No. Kegiatan Keterangan Kegiatan

1. Kegiatan Awal

1. Guru membuka pembelajaran.

2. Guru menyiapkan peserta didik agar siap mengikuti pembelajaran.

3. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib.

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan

Inti

Eksplorasi

1. Guru menjelaskan Topik atau materi yang akan dipelajari.

2. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai apa

saja yang harus dilakukan dalam pembelajaran.

3. Guru memberikan pertanyaan mendasar untuk memberikan gambaran awal pembelajaran “apakah kalian tahu apa saja sifat-sifat cahaya itu?”

Elaborasi 1. Penentuan Proyek

Guru dan siswa berdiskusi tentang sebuah objek yang akan dijadikan sebuah proyek pada saat pembelajaran yaitu pembuatan kertas mading dan alat sederhana yang menerapkan sifat cahaya (periskop dan lup).

2. Menyusun perencanaan proyek

-Guru membagi kelas menjadi 5 kelompok

-Guru menjelaskan kepada siswa bahwa setiap kelompok akan menyelesaikan sebuah permasalahan atau topik yang akan dijadikan sebuah proyek.

-Guru menjelaskan prosedur atau langkah-langkah dalam membuat proyek yang akan dihasilkan.

-Guru menginformasikan kembali kepada siswa mengenai alat dan bahan yang akan dibutuhkan dalam pembuatan proyek.

3. Penyusunan jadwal

-Guru menginformasikan kepada siswa bahwa kegiatan proyek akan akan dibagi menjadi 2 sesi pembelajaran. -Guru menginformasikan batas waktu penyelesaian

proyek.

4. Penyelesaian proyek dengan monitoring guru.

(13)

No. Kegiatan Keterangan Kegiatan

Dalam monitoring ini guru memberikan sedikit koreksi mengenai proses pembuatan proyek yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa bisa memperbaiki proyek yang sedang dibuat.

5. Presentasi

- Masing-masing kelompok diminta maju ke depan kelas dan mempresentasikan hasil proyek yang telah dikerjakan.

- Guru memberikan suatu penguatan terhadap hasi proyek yang telah dibuat.

6. Mengevaluasi Pengalaman. pemahaman siswa dan memberikan penguatan terhadap proses pembelajaran.

3. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Guru menutup pembelajaran.

3. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1Pengertian Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto (2013:5) “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.”

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.”

(14)

kegiatan belajar dan menerima pengalaman dalam belajarnya yang ditunjukkan dengan nilai tes atau skor yang diberikan oleh guru.

2.1.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Wasliman (Ahmad Susanto, 2013:12) hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, secara rinci menganai faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

a. faktor internal, faktor yang bersumber dari dalam peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sedangkan Ruseffendi (Ahmad Susanto, 2013:14) mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu:

a. kecerdasan anak, kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membentu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya. b. kesiapan dan kematangan, adalah tingkat perkembangan di mana individu

atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya.

c. bakat anak, adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

d. kemauan belajar, kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya.

(15)

besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya.

f. model penyajian materi pelajaran, model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar. g. pribadi dan sikap guru, kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh

inovatif dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang kreatif dan inovatif ini.

h. suasana pengajaran, suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. i. kompetensi guru, guru yang profesional memiliki kemampuan-kemampuan

tertentu. Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang profesional.

2.1.3.3Hubungan Antara Model Pemebelajaran Project Based Learning dengan

Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.” Dalam kaitannya terhadap hasil belajar tersebut penggunaan model pembelajaran project based learning dikemas dengan hasil akhir yaitu dengan menghasilkan suatu produk dimana menurut M.Hosnan (2014:326) “hasil proyek dalam bentuk produk, bisa berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi.”

(16)

pembelajaran project based learning ini, memberi peluang siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Selanjutnya Gear (M.Hosnan, 2014:321) menyatakan “model pembelajaran Project Based Learning memiliki potensi yang besar yang lebih menarik dan lebih bermakna bagi siswa.” Dimana kegiatan belajar menggunakan model PjBL merangsang siswa untuk berpikir kritis. Sehingga suasana di dalam kelaspun penuh toleransi terhadap kesalahan dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan balik serta revisi.

Dengan demikian model pembelajaran Project Based Learning

memberikan peluang terhadap siswa untuk selalu berpikir kritis dalam memecahkan masalah.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Veronica Yasinta Nugraeni dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas 4 Melalui Project Based Learning dengan Pendekatan Kontekstual di SD Negeri 01 Gandulan

Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.” Menyatakan bahwa penggunaan

pendekatan kontekstual melalui Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I dilihat dari hasil tes formatif yang diperoleh 5 siswa (23,8%) belum tuntas dan 16 siswa (76,2%) sudah tuntas dengan KKM. Setelah siklus II hasil yang diperoleh 2 siswa (9,5%) belum memenuhi KKM dan 19 siswa (90,5%) siswa sudah memenuhi KKM. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.

(17)

Presentasi ketuntasan belajar siswa pun mengalami peningkatan, pra siklus presentasi ketuntasan belajar mencapai 48% dan setelah siklus I mencapai 76% selanjutnya siklus II mencapai 94%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Selanjutnya Septarini Rosalina, Peduk Rintayati, dan Joko Daryanto dalam jurnal mereka yang berjudul “Penggunaan Model Project Based Learning untuk meningkatkan kemampuan penerapan konsep sifat-sifat cahaya di SD Negeri 01 Doplang pada siswa kelas V tahun ajaran 2013/2014.” Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model

Project Based Learning dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Project Based Learning dapat meningkatkan kemampuan penerapan konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Doplang. Peningkatan tersebut terbukti dengan ke-tuntasan klasikal pada hasil tes kemampuan penerapan konsep sifat-sifat cahaya prasiklus hanya sebesar 16% dengan nilai rata-rata ke-las sebesar 52,66. Pada siklus I naik menjadi 64% dengan rata-rata kelas sebesar 69,62 dan pada siklus II naik mejadi 80% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 74,74.

Ardiana Pangestika Konita, Imam Suyanto, dan Suhartono dalam jurnal

yang berjudul “Penggunaan Model Project Based Learning dengan Media Benda

(18)

Keterkaitan antara kajian penelitian yang relevan dangan penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat secara rinci melalui tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4

Dari tabel diatas dapat dilihat persamaan dan perbedaan variabel penelitian yang diteliti. Persamaan Veronica Yasinta, Ivo Aulia, Septiani Rosalina,dkk, serta Ardiana Pangestika Kosita, dkk juga Peneliti adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran. Persamaan yang lain adalah sama-sama mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaannya adalah hanya Veronica Yasinta saja yang menggunakan pendekatan dalam pembelajarannya, yaitu dengan pendekatan kontekstual dan hanya Ardiana Pangestika Kosita, dkk saja yang menggunakan media benda konkret.

2.3 Kerangka Pikir

(19)

pembelajaran IPA. Keadaan yang berulang-ulang seperti ini membuat siswa bosan dan tidak semangat untuk mengikuti pelajaran. Pembelajaran dilakukan hanya untuk memenuhi target kurikulum tercapai tepat waktu.

Sebagai inovasi kegiatan pembelajaran, model Project Based Learning

dalam mata pelajaran IPA perlu diterapkan agar dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Merubah kegiatan pembelajaran yang semula satu arah dari guru ke siswa menjadi multi arah.

(20)

Bagan 2

Skema Kerangka Berpikir

Dilakukan penelitian dengan tindakan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning.

Hasil belajar siswa meningkat

Pembelajaran masih menggunakan model konvensional.

Kondisi

Awal

Hasil belajar siswa rendah dan belum mencapai KKM.

Tindakan

Hasil Tindakan

(21)

2.4 Hipotesis Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini berpedoman pada landasan teori dan kerangka berpikir penelitian. Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan suatu hipotesis penelitian tindakan kelas. Rumusan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran Project Based Learning diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 06 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Gambar

Tabel 2 Perbedaan Pembelajaran Tradisional dan Model Pembelajaran PjBL
Tabel 3
Tabel 4 Persamaan dan Perbedaan Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan dosis pupuk organik pertroganik (P) menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel berat kering oven 1000 biji, hasil biji kering oven ha -1 ;

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan beberapa perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, didapatkan hasil bahwa delapan dari

Pembelajaran matematika yang diharapkan dalam praktek pembelajaran di kelas adalah (1) pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa, (2) siswa diberi kebebasan berpikir

Kami Menjual Obat gonore atau kencing nanah ampuh, produk dari de nature indonesia, Penyakit gonore atau kencing nanah yang anda derita akan Insyaalloh sembuh

Penelitian ini dilakukan di perumahan Dusun Parimono Desa PlandiKecamatan Jombang Kabupaten Jombang dan pengujian bakteri Escherichia coli pada air PDAM siap minum

Bahasan: Reformasi ketatanegaraan yang dilakukan oleh pemerintah pada lembaga tertinggi negara bertujuan menegakkan kembali demokrasi yang bertumpu pada rakyat, yaitu rakyat tidak

In this paper, we use competing risks model that is, parametric Cox’s model with Weibull distribution based on EM algorithm, to examine the state of control of the process, that

Pada kondisi awal atau pratindakan, sebe- lum guru menggunakan media Sirkuit Pintar Aksara Jawa nilai rata-rata kelas sebesar 50,9 serta persentase ketuntasan klasikal