6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Kesejahteraan
Kehidupan yang didambakan oleh semua manusia di dunia ini adalah
kesejahteraan. Baik yang tinggal di kota maupun yang di desa, semua
mendambakan kehidupan yang sejahtera. Sejahtera lahir dan bathin. Namun,
dalam perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia tak selamanya dalam
kondisi sejahtera. Pasang surut kehidupan ini membuat manusia selalu berusaha
untuk mencari cara agar tetap sejahtera. Mulai dari pekerjaan kasar seperti buruh
atau sejenisnya, sampai pekerjaan kantoran yang bisa sampai ratusan juta
gajinyadilakoni oleh manusia.
Secara umum, istilah kesejahteran sosial sering diartikan sebagai kondisi
sejahtera (konsepsi pertama), yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk
kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian kesejahteraan sosial
juga menunjuk pada segenap aktifitas pengorganisasian dan pendistribusian
pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang
beruntung (disadvantage groups). Penyelenggaraan berbagai skema perlindungan
sosial (social protection) baik yang bersifat formal maupun informal adalah
contoh aktivitas kesejahteraan sosial (Suharto, 2009).
Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai
tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik,
7 belaka, tapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan
spiritual. Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai kondisi sejahtera dari suatu
masyarakat, kesejahteraan sosial pada umumnya meliputi kesehatan, keadaan
ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. Di Indonesia kesejahteraan
sosial dijamin oleh UUD 1945 pasal 33 dan pasal 34. Dalam UUD 1945 jelas
disebutkan bahwa kemakmuran rakyat yang lebih diutamakan dari pada
kemakmuran perseorangan, fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara. Namun pada kenyataannya hingga saat ini masih banyak rakyat Indonesia
yang hidup di bawah garis kemiskinan dan terlantar tidak mendapatkan perhatian.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan juga
berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik. Pembangunan tidak hanya dapat dilihat dari aspek
pertumbuhan saja. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya menerapkan
paradigma pertumbuhan semata adalah munculnya kesenjangan antara kaya
miskin, serta pengangguran yang merajalela. Pertumbuhan selalu dikaitkan
dengan peningkatan pendapatan nasioanal (gross national products)(Todaro,
1998).
Menurut Jayadinata (1999), bahwasanya pembangunan meliputi tiga
kegiatan yang saling berhubungan, antara lain:
1. Menimbulkan peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan serta
kesejahteraan sebagai tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan
terbesar (dengan pendapatan terkecil) dalam masyarakat;
8 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar
terjadinya pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat.
Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan usaha yang terencana dan
melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial
untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial,
serta memperkuat institusi-institusi sosial (Suharto, 1997). Lebih lanjut Suharto
(2009), menyatakan bahwasanya tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup:
1. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan
jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok masyarakat
yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan
sosial;
2. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan system dan kelembagaan
ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat
kemanusiaan;
3. Penyempurnaan kebebesan melalui perluasan aksesibilitas dan
pilihan-pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar
kemanusiaan.
Apabila fungsi pembangunan nasional disederhanakan, maka ia dapat
dirumuskan dalam tiga tugas utama yang mesti dilakukan sebuah Negara-bangsa
(nation-state), yakni pertumbuhan ekonomi (economic growth), perawatan
masyarakat (community care) dan pengembangan manusia (human development).
9 (misalnya melalui industrialisasi, penarikan pajak) guna memperoleh pendapatan
financial yang diperlukan untuk membiayai kegiatan pembangunan. Fungsi
perawatan masyarakat menunjuk pada bagaimana merawat dan melindungi warga
Negara dari berbagai macam risiko yang mengancam kehidupannya (misalnya
menderita sakit, terjerembab kemiskinan atau tertimpa bencana alam dan sosial).
Sedangkan fungsi pengembangan manusia mengarah pada peningkatan
kompetensi Sumber Daya Manusia yang menjamin tersedianya angkatan kerja
yang berkualitas yang mendukung mesin pembangunan. Agar pembangunan
nasioanal berjalan optimal dan mampu bersaing di pasar global, ketiga aspek
tersebut harus dicakup secara seimbang.
Berdasarkan Indonesian Human Devalopment Report 2004 bahwasanya
Kesejahteraan masyarakat pada dasarnya adalah buah dari pelayanan publik yang
dilakukan pemerintah. Dengan pelayanan publik yang baik maka kesejahteraan
masyarakat juga berpeluang besar untuk membaik. Kesejahteraan masyarakat
Pertumbuhan Ekonomi(Keuangan, Industri)Perawatan Masyarakat(Kesehatan,
Kesejahteraan Sosial)Pengembangan Manusia(Pendidikan) sendiri dapat dilihat
dari berbagai indikator. Salah satu indikator yang dapat dipakai adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur capaian umum suatu daerah dalam
tiga dimensi utama pembangunan manusia, yaitu panjangnya usia (diukur dengan
angka harapan hidup), pengetahuan (diukurdengan capaian pendidikan), dan
10 2.2 Indikator Kesejahteraan
Kesejahteraan hidup seseorang dalam realitanya, memiliki banyak
indikator keberhasilan yang dapat diukur. Dalam hal ini Thomas dkk. (2005:15)
menyampaikan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah dapat di
representasikan dari tingkat hidup masyarakat ditandai oleh terentaskannya
kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, dan peningkatan produktivitas masyarakat. Kesemuanya itu
merupakan cerminan dari peningkatan tingkat pendapatan masyarakat golongan
menengah kebawah.
Pendapatan per kapita sering kali digunakan pula sebagai indikator
pembangunan selain untuk membedakan pendapatan antara negara-negara maju
dan negara sedang berkembang (NSB) atau negara dunia ketiga. Pendapatan per
kapita memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat
di berbagai negara dan menggambarkan pula corak perbedaan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi di antara berbagai negara.
Namun, kita harus hati-hati dalam menggunakan pendapatan per kapita
sebagai suatu indikator pembangunan. Sebab ada pendapat yang mengatakan
pembangunan bukan hanya sekedar meningkatkan pendapatan riil saja, tetapi
kenaikan tersebut harus berkesinambungan dan mantap serta harus disertai pula
dengan perubahan-perubahan sikap dan kebiasaan-kebiasaan sosial yang
sebelumnya menghambat kemajuan-kemajuan ekonomi.
Walaupun demikian, pendapatan per kapita sebagai indikator
11 dan mungkin pendapatan per kapita merupakan satu-satunya indikator
pembangunan terbaik yang ada saat ini. Kelebihan indikator ini adalah
memfokuskan pada raisond'etre dari pembangunan, yaitu untuk kenaikan tingkat
hidup dan menghilangkan kemiskinan. Dengan kata lain, pendapatan per kapita
bukanlah suatu proxy yang buruk dari struktur sosial dan ekonomi masyarakat.
Ada beberapa faktor lain yang sering kali merupakan faktor yang cukup
penting juga dalam menentukan tingkat kesejahteraan mereka, seperti
faktor-faktor non-ekonomi yaitu: adat-istiadat, keadaan iklim dan alam sekitar, serta
ada/tidaknya kebebasan mengeluarkan pendapat dan bertindak.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kesejahteraan masyarakat
merupakan suatu hal yang bersifat subjektif. Artinya, tiap orang mempunyai
pandangan hidup, tujuan hidup, dan cara-cara hidup yang berbeda. Oleh karena
itu, kita harus memberikan nilai-nilai yang berbeda pula terhadap faktor-faktor
yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka. Seperti ada sekelompok orang
yang menekankan kepada penumpukan kekayaan dan memperoleh pendapatan
yang tinggi sebagai unsur penting untuk mencapai kepuasan hidup yang lebih
tinggi. Ada pula sekelompok orang yang lebih suka untuk memperoleh waktu
senggang (leissure time) yang lebih banyak dan enggan bekerja lebih keras untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
Distribusi pendapatan merupakan faktor penting lainnya yang menentukan
kesejahteraan masyarakat. Faktor ini sering tidak diperhatikan dalam
membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan perubahannya dari waktu
12 Berdasarkan pengalaman sejarah negara-negara maju, pada tingkat awal
pembangunan ekonomi distribusi pendapatan ini akan buruk, tetapi pada akhirnya
distribusi pendapatan itu menjadi semakin baik. Namun, pengalaman sejarah
negara-negara maju tersebut tidaklah dialami oleh NSB. Perkembangan di banyak
NSB menunjukkan bahwa dalam proses pembangunan tersebut justru distribusi
pendapatannya menjadi lebih tidak merata.Keadaan ini menimbulkan
ketidakpuasan terhadap usaha-usaha pembangunan di beberapa NSB, karena
usaha-usaha pembangunan tersebut dianggap hanya menguntungkan sebagian
kecil anggota masyarakat.
2.3 Kawasan Industri
Menurut National Industrial Zoning Committee’s (USA) 1967 , yang
dimaksud dengan kawasan industri atau Industrial Estate atau sering disebut
dengan Industrial Park adalah suatu kawasan industri diatas tanah yang cukup
luas, yang secara administratif dikontrol oleh seseorang atau sebuah lembaga
yang cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya, topografinya, zoning yang
tepat, kesediaansemua infrastrukturnya (utilitas), dan kemudahan aksesibilitas
transportasi.
Definisi lain, menurut Industrial Development Handbook dari ULI ( The
Urban Land Institute), Washington DC (1975), kawasan industri adalah suatu
daerah atau kawasan yang biasanya didominasi oleh aktifitas industri. Kawasan
industri biasanya mempunyai fasilitas kombinasi yang terdiri atas
peralatan-peralatan pabrik (industrial plants), penelitian dan laboratorium untuk
13 fasilitas sosial dan umum yang mencakup perkantoran, perumahan, sekolah,
tempat ibadah, ruang terbuka dan lainnya. Istilah kawasan industri di Indonesia
masih relatifbaru. Istilah tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu
pengertian tempat pemusatan kelompok perusahaan industri dalam suatu areal
tersendiri. Kawasan industri dimaksudkan sebagai padanan atas industrial estate.
Sebelumnya, pengelompokan industri demikian disebut “ lingkungan industri”.
Beberapa peraturan perundangan yang ada belum menggunaan istilah
kawasan industri, seperti: Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 Tahun
1960, belum mengenal istilah istilah semacam Lingkungan, zona atau kawasan
industri. Pasal 14 UUPA baru mengamanatkan pemerintah untuk menyusun
rencana umum persediaan, peruntukan dan penggunaan tanah dan baru menyebut
sasaran peruntukan tanah yaitu untuk keperluan pengembangan industri,
transmigrasi dan pertambangan ayat (1) huruf (e) Pasal 14 UUPA.
Undang-undang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, juga belum mengenal istilah
“kawasan Industri”. Istilah yang digunakan UU No.5/1984 dalam pengaturan
untuk suatu pusat pertumbuhan industri adalah Wilayah Industri. Di Indonesia
pengertian kawasan industri mengacu kepada keputusan Presiden (Keppres)
Nomor 41 Tahun 1996 . Menurut Keppres tersebut, yang dimaksud dengan
kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan
dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki izin Usaha
14 industri tersebut, dapat disimpulkan, bahwa suatu kawasan disebut sebagai
kawasan industri apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya areal/bentangan lahan yang cukup luas dan telah dimatangkan,
2. Dilengkapi dengan sarana dan prasarana,
3. Ada suatu badan (manajemen) pengelola,
4. Memiliki izin usaha kawasan industri,
5. Biasanya diisi oleh industri manufaktur (pengolahan beragam jenis).
2.4 Dampak Kawasan Industri
Analisa dampak sosial adalah suatu kajian yang dilakukan terhadap
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sebagai akibat dari
pelaksanaan suatu kegiatan pembangunan di suatu wilayah atau area. Kajian
dilakukan untuk menelaah dan menganalisa berbagai dampak yang terjadi baik
positif maupun negatif dari setiap tahapan kegiatan mulai dari tahap pra
konstruksi, konstruksi, sampai tahap operasi. Berdirinya kawasan industri di suatu
daerah dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Dalam hal ini
industrilisasii sebaiknya memperhatikan kesejahteraan sosial yang menjadi
masalah dan mendapatkan perhatian utama dan menjadi tanggung jawab bersama.
2.5 Penelitian Terdahulu
Doriani Lingga (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Persepsi
Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei
Sebagai Klaster Industri”memberikan kesimpulan hasil penelitian yaitu KEK Sei
Mangkei berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
15 lokal, peningkatan taraf hidup masyarakat, maupun penyediaan sarana dan
prasarana sosial masyarakat, Kecamatan Bosar Maligas.
Andi Fardani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Sosial
Keberadaan Pt Vale Indonesia Tbk Terhadap Kehidupan Masyarakat”
menyebutkan Keberadaan PT.Vale pada Indonesia Tbk, telah memberikan
perubahan dalam bidang pendidikan seperti pemberian beasiswa, fasilitas air
bersih,.menyediakan biaya lingkungan yang pada tahun 2010 mencapai 6.432
juta dollar AS. Dana tersebut digunakan dalam program pengurangan emisi
sulfur dan proyek pembangkit tenga air (PLTA) Karebbe.PT.Vale berupaya
memperkuat home industri yang lebih mandiri dan berorientasi jangka panjang
dengan memanfaatkan teknologi tepat guna dan memperluas pangsa pasar.
Suhana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Kawasan
Industri Medan Star terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi Masyarakat
Sekitarnya” memberikan hasil penelitian yaitu Bahwa dengan adanya kawasan
industri Medan Star maka kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Tanjung
Morawa khususnya di Tanjung Baru dan Tanjung Morawa B Mengalami
peningkatan, ditandai dengan kenaikan pendapatan perkapita dari tahun ke tahun
sudah menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap pembangunan sosial
dan ekonomi masyarakat di dekat kawasan Medan Star.
S.Enny Niatta S.L (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus
PTP Nusantara II Kebun Bandar Klippa)” menyebutkan bahwa PTP Nusantara II
16 di daerah dengan menyediakan lapangan kerja, sekaligus turut meningkatkan
pendapatan masyarakat. Keberadaan PTP Nusantara II juga mengakibatkan
pertambahan penduduk yang pesat di Kecamatan Bandar Klippa sehingga mampu
mendorong perubahan-perubahan di sektor lain selain perkembangan daerah,
seperti perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, baik perubahan positif
maupun negatif.
Wahyudi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak
Pengembangan Kawasan Industri Kariangau (KIK)Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat” memberikan hasil penelitian yaitu setelah adanya
industri tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat dilihat dari tingkat
pendapatan masyarakat yang lebih baik, adanya kegiatan industri yang memberi
kesempatan untuk menambah penghasilan mereka dengan bekerjamenjadi buruh
industri dan berusaha di sekitar kawasan industri, seperti membuka warung
makanan, mengontrakkan rumahnya, membuka bengkel, dan lainnya disekitar
kawasan industri.
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menunjukkan dampak keberadaan Kawasan Industri
Medan Belawan di Kelurahan Mabar yang ditinjau melalui indikator aspek
ekonomi dan sosial. Kedua aspek tersebut dideskripsikan dan dianalisis setelah
keberadaan Kawasan Indusrtri Medan Belawan. Melalui kedua aspek tersebut,
penulis akan mendeskripsikan bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat
17 Adapun kerangka konseptual yang akan dihasilkan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Dampak Kawasan
Industri Medan Belawan
Kondisi Ekonomi Masyarakat Setelah
Keberadaan KIM
Kondisi Sosial Masyarakat Setelah
Keberadaan KIM
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan