• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 Pendekatan Terhadap Pajak dari Segi P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1 Pendekatan Terhadap Pajak dari Segi P"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pendekatan Terhadap Pajak dari Segi Pembangunan, Ekonomi, Politik,

Perpajakan, dan Hukum

Sebelum kita membahas pendekatan pajak dari segi pembangunan, ekonomi, politik, perpajakan, dan hukum ada baiknya bila kita membahas terlebih dahulu mengenai definisi pajak itu sendiri. Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah :

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani

o pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH

o pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R

o pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,

(2)

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

o Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak sebagai objek studi dapat didekati dari berbagai segi, antara lain :

a. Segi Ekonomi

Dalam pendekatan ini, pajak-pajak akan dinilai dalam fungsinya dan dikaji dampaknya terhadap masyarakat, penghasilan seseorang, pola konsumsi, harga pokok, permintaan, dan penawaran.

b. Segi Pembangunan

Dalam pendekatan ini, pajak-pajak akan dinilai dalam fungsinya dan dikaji dampaknya terhadap pembangunan. Pajak baru bermanfaat terhadap pembangunan kalau jumlah pajak lebih besar dari pengeluaran rutin sehingga terdapat public saving yang dapat digunakan untuk pembangunan. Pajak tidak selalu berguna untuk pembangunan. Pajak baru mempunyai manfaat terhadap pembangunan, apabila pajak-pajak setelah digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin, masih ada cukup sisa yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan melalui investasi publik.

(3)

berjangka, dengan pembebasan pajak atas bunga deposito berjangka, pemerintah telah berhasil meningkatkan deposito berjangka yang besar artinya bagi pembangunan. Juga pasar uang dan modal, yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan, dapat digalakkan oleh pemerintah dengan menggunakan pajak-pajak sebagai alat penggerak.

c. Penerapan Praktis

Dalam pendekatan ini yang diutamakan adalah penerapannya, siapa yang dikenakan, apa yang dikenakan, berapa besarnya, bagaimana cara menghitungnya, tanpa banyak menghiraukan segi hukumnya, termasuk kepastian hukumnya.

d. Segi Hukum

Dalam pendekatan ini menitikberatkan pada perikatan (verbintenis), hak dan kewajiban wajib pajak, subjek pajak dalam hubungannya dengan subjek hukum. Hak penguasa untuk mengenakan pajak. Timbulnya utang pajak, hapusnya utang pajak, penagihan pajak dengan paksa, sanksi administratif maupun sanksi pidana, penyidikan, pembukuan, soal keberatan, meminta banding, ordonansi kepatuhan, hingga daluwarsa.

(4)

Perikatan dalam hukum perdata adalah perikatan yang sempurna, karena hak selalu berhadapan dengan kewajiban. Dalam hukum pajak penguasa berhadapan dengan wajib pajak. Penguasa mempunyai hak untuk memungut pajak dan wajib pajak mempunyai kewajiban utuk membayar pajak, tetapi terhadap itu tidak ada imbalannya seperti dalam hukum perdata. Bila ditinjau lebih jauh lagi, ada perikatan (pajak) yang timbul karena undang-undang sendiri, dan ada pula perikatan (pajak) yang timbul karena undang-undang dengan perbuatan manusia.

Indonesia berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, khususnya yang mengatur mengenai subjek pajak dan objek pajak, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menganut asas domisili dan asas sumber sekaligus dalam sistem perpajakannya. Indonesia juga menganut asas kewarganegaraan yang parsial, yaitu khusus dalam ketentuan yang mengatur mengenai pengecualian subjek pajak untuk orang pribadi.

Asas domisili atau asas kependudukan, berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam sistem pengenaan pajak terhadap penduduknya akan menggabungkan asas domisili atau kependudukan dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di negara itu maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri.

(5)

presiden. Seperti diketahui, SBY telah merilis beberapa album, dan yang terbaru adalah album instrumentalia. Ini menunjukkan bahwa sumber penghasilan apapun dapat menjadi objek PPh.

Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara itu. Sebagai contoh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengeluarkan album, maka dari penghasilan penjualan album tersebut di Indonesia maka SBY akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.

PENDEKATAN TERHADAP PAJAK DARI SEGI PEMBANGUNAN,

EKONOMI, POLITIK, PERPAJAKAN, DAN HUKUM

(6)

Disusun Oleh : Adinda Dwi Larasati

NIM 0810110002 Kelas : B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM MALANG

2010

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga tugas Terstruktur 1 mata kuliah Hukum Pajak berupa analisa artikel yang berjudul “Pendekatan Terhadap Pajak dari Segi Pembangunan, Ekonomi, Politik, Perpajakan, dan Hukum” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan tugas yang berupa analisa artikel ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan saran dari semua pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesarnya kepada Bapak Agus Yulianto, S.H., M.S selaku dosen mata kuliah Hukum Pajak Universitas Brawijaya yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

dikenakan atas penghasilan berupa gaji , honor / honorarium , upah , tunjangan dan pembayaran lain yang diterima atau. diperoleh ( wajib pajak ) orang pribadi dalam

PPh Pasal 23 adalah Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi atau badan), serta bentuk usaha tetap

Berdasarkan azas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan perpajakan, orang

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.. dari usaha di bidang jasa konstruksi, dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/ dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP)

Subyek pajak yang mempunyai penghasilan dari negara tertentu yang menganut asas ini dimanapun ia berada. Penghasilan yang diperoleh dari negara tertentu yang menganut

Subyek pajak yang mempunyai penghasilan dari negara tertentu yang menganut asas ini dimanapun ia berada. Penghasilan yang diperoleh dari negara tertentu yang menganut

Dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto beserta sanksi atau denda yang akan dikenakan pada Wajib Pajak