• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perang Dunia perang 1 docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perang Dunia perang 1 docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH EROPA MODERN

PERANG DUNIA I

Kelompok 6

1. Faizah Zukhrifa

2. Muhammad Hanafi

3. Novinda Ayu Rizki

4. Putri Fatmawati Nur H.

5. Zulkifli Pelana

Pendidikan Sejarah (A) 2012

Fakultas Ilmu Sosial

(2)

PERANG DUNIA I

Pendahuluan

Perang Dunia I (PD I) adalah sebuah perang global terpusat di Eropa yang dimulai pada 28 Juli 1914 - 11 November 1918. Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Triple Entente (Inggris, Perancis, Rusia) dan Triple Alliance (Jerman, Austria-Hungaria, dan Italia).

Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi Perang Dunia I, di antaranya sebagai berikut: aliansi (persekutuan) negara-negara Great Powers Eropa, perebutan pengaruh dan wilayah kekuasaan, persaingan ekonomi, dan persaingan kekuatan militer. Kemudian, dari faktor-faktor tersebut berkaitan dengan beberapa peristiwa menuju pecahnya Perang Dunia I, di antaranya yakni: Krisis Maroko, Persetujuan Inggris dengan Rusia, Krisis Bosnia, Krisis Agadir, Perang Balkan I, Perang Balkan II, dan pembunuhan Archduke Franz Ferdinand.

Kemudian, jalannya perang berlangsung di dua front, front barat dan front timur. Para pelaku perangnya meliputi Blok Sentral (Triple Alliance) dan Blok Sekutu (Triple Entente). Pembahasan jalannya perang disusun berdasarkan kronologi waktu dari tahun 1914-1918.

(3)

Pembahasan

1. Latar Belakang Perang Dunia I

(Norman Lowe, 1997, h. 7)

A. Faktor-Faktor Penyebab Perang

1) Sistem Aliansi Negara-Negara Great Powers di Eropa

Berawal tahun 1815 dengan Aliansi Suci (Prusia, Rusia, dan Austria). Kemudian, pada Oktober 1873, Kanselir Jerman Otto von Bismarck menegosiasikan Liga Tiga Kaisar /

Dreikaiserbund (Hongaria, Rusia, dan Jerman). Perjanjian ini gagal karena Austria-Hongaria dan Rusia tidak sepakat mengenai kebijakan Balkan, sehingga meninggalkan Jerman dan Austria-Hongaria dalam satu aliansi yang dibentuk tahun 1879 bernama Dual Alliance. Hal ini dipandang sebagai cara melawan Rusia di Balkan saat Kesultanan Utsmaniyah terus melemah.1 Pada tahun 1882, aliansi ini meluas hingga Italia dan menjadi

Triple Alliance.2

Setelah tahun 1870, konflik Eropa terhindar melalui jaringan perjanjian yang direncanakann antara Jerman dan seluruh Eropa yang dirancang oleh Bismarck. Ia berupaya menahan Rusia agar tetap di pihak Jerman untuk menghindari perang dua front dengan Perancis dan Rusia. Ketika Wilhelm II menjadi Kaiser Jerman, sistem aliansi Bismarck perlahan dihapus. Pada tahun 1892, Aliansi Perancis-Rusia ditandatangani. Pada tahun 1904, Inggris dan Perancis menandatangani Entente Cordiale. Dan pada 1907, Inggris dan Rusia menandatangani Konvensi Inggris-Rusia. Sistem penguncian perjanjian bilateral ini kemudian dikenal sebagai Triple Entente.3

(4)

2) Perebutan Pengaruh dan Wilayah Kekuasaan

Perebutan pengaruh dan wilayah kekuasaan antar negara-negera Eropa terlihat dari Krisis Maroko, Konflik Bosnia, Perang Balkan 1, Perang Balkan 2, dan Krisis Agadir.

3) Persaingan Ekonomi antara Inggris dengan Jerman

Pengusaha dan kapitalis Jerman ingin berperang dengan Inggris untuk menguasai ekonomi dunia.4

4) Persaingan Kekuatan Militer, terutama Angkatan Laut antara Inggris dan Jerman

Kekuatan industri dan ekonomi Jerman tumbuh pesat setelah unifikasi pada tahun 1871. Sejak pertengahan 1890-an sampai seterusnya, pemerintahan Wilhelm II memakai basis industri untuk memanfaatkan sumber daya ekonomi skala besar untuk membangun

Kaiserliche Marine (Angkatan Laut Kekaisaran Jerman), yang dibentuk oleh Laksamana Alfred von Tirpitz, untuk menyaingi AL Inggris.5 Keinginan bersaing ini dipicu dengan peluncuran HMS Dreadnought tahun 1906. Perlombaan senjata antara Britania dan Jerman akhirnya meluas ke seluruh Eropa, dengan semua kekuatan besar memanfaatkan basis industri mereka untuk memproduksi perlengkapan dan senjata yang diperlukan untuk konflik pan-Eropa. Persaingan Angkatan laut antra dua negara ini berlangsung hingga tahun 1914.6

B. Peristiwa-Peristiwa Menuju Pecahnya Perang

1) Krisis Maroko (1905-1906)

Maroko adalah wilayah Afrika yang tidak dikendalikan kekuatan Eropa. Hal ini membuat Jerman mengumumkan pada Sultan Maroko untuk mengatur kemerdekaan negaranya dan menuntut konferensi internasional yang mendiskusikan bagaimana ke depannya. Konferensi diadakan di Algeciras di Spanyol selatan. Inggris percaya jika Jerman menjalankan caranya itu, maka akan menjadi langkah penting untuk membawa pada dominasi diplomasi Jerman.7 2) Persetujuan Inggris dengan Rusia (1907)

Selama bertahun-tahun, Inggris melihat Rusia sebagai ancaman besar bagi kepentingannya di Timur Jauh dan India. Namun, keadaan berubah setelah Rusia kalah dari Jepang dalam Perang Rusia-Jepang. Di lain pihak, Rusia ingin sekali untuk mengakhiri permusuhan panjang dan ingin menarik perhatian investasi Inggris untuk program modernisasi industri mereka. Persetujuan ini bukan tentang aliansi militer dan bukan kepentingan pergerakan anti-Jerman, tapi Jerman berpandangan bahwa akan dikepung Inggris, Perancis, dan Rusia.8

3) Krisis Bosnia (1908)

4 Norman Lowe, Modern World History (London: Macmillan, 1997), h. 12 5 H. P. Willmott, World War I (New York: Dorling Kindersley, 2003), h. 21 6 Lowe, loc. cit

(5)

Austria mengambil keuntungan dari revolusi Turki, dengan menganeksasi Bosnia. Hal itu merupakan sebuah pukulan bagi Serbia yang mengharapkan untuk mengambil-alih Bosnia, karena Bosnia berisi sekitar 3 milyar jiwa orang Serbia di antara populasi campuran Serbia, orang Kroasia dan orang Muslim. Serbia meminta bantuan kepada Rusia. Namun, Rusia masih kesal dengan kekalahannya atas Jepang dan tidak berani mengambil risiko perang lain tanpa dukungan sekutunya. Sudah jelas Jerman akan membantu Austria dalam perang. Perancis mundur, tidak mau terlibat perang di Balkan. Inggris ingin menghindari pelanggaran dengan Jerman. Akibatnya, tak ada bantuan untuk Serbia dan akhirnya Austria yang mendapatkan Bosnia. Hal tersebut merupakan kemenangan bagi Austro-Jerman, tetapi malah berdampak buruk:

 Serbia tetap bermusuhan dengan Austria dan hal itu malah menyebabkan pecahnya perang

pada saat itu.

 Rusia bertekad menghindari penghinaan lebih lanjut dan memulai membangun militer

besar-besaran. Mereka bersiap-siap jika Serbia meminta bantuannya lagi.9 4) Krisis Agadir (1911)

Sesuai konferensi Algeciras (1906), Perancis merasa perlu memantapkan kedudukannya di Maroko. Tetapi kondisi Maroko sendiri menjadi bergolak, karena munculnya berbagai perlawanan rakyat terhadap Perancis. Oleh sebab itu, Jerman masuk kembali ke masalah Maroko dengan mengakui kemerdekaan Maroko tahun 1908. Pemberontakan semakin hebat. Pada tahun 1911, ibukota Maroko, Fez bahkan dapat dikepung kaum pemberontak dan tentara Perancis pun menduduki kota tersebut. Tindakan ini memaksa Jerman mengirimkan kapal-kapal perangnya ke Maroko. Menurut Inggris, tindakan Jerman mengancam perdamaian dunia karena melibatkan tiga negara besar yaitu, Perancis, Jerman dan Inggris. Tetapi kondisi ini dapat diakhiri dengan perjanjian yang intinya Jerman harus meninggalkan Maroko dan mengakui kekuasaan Perancis atas Maroko. Dan sebagai imbalannya, Jerman mendapat sebagian daerah Perancis di Kongo.

5) Perang Balkan I (1912)

Perang Balkan I adalah suatu rangkaian pertempuran yang berlangsung antara 8 Oktober 1912 - 18 Mei 1913. Perang dimulai ketika Serbia, Yunani, Montenegro dan Bulgaria (Liga Balkan) menyerang Turki, merebut hampir sebagian wilayah yang tersisa di Eropa. Bersama dengan pemerintahan Jerman, Sir Edward Grey (Perdana Menteri Inggris) mengatur konferensi perdamaian di London. Perang ini bertujuan merebut Macedonia yang dikuasai Turki. Perang berakhir dengan kemenangan pihak Liga Balkan dan ditandatanganinya

(6)

Perjanjian London. Setelah berakhirnya perang, terjadi perselisihan mengenai batas wilayah kekuasaan antara anggota liga, yang menyebabkan pecahnya Perang Balkan II.10

6) Perang Balkan II (1913)

Perang Balkan II adalah konflik yang pecah ketika Bulgaria menyerang Serbia dan Yunani pada 16 Juni 1913 karena Bulgaria tidak puas akan persetujuan perdamaian yang telah dibuat. Bulgaria sebenarnya mengharapkan mendapat bagian dari Macedonia, namun ternyata diberikan semua pada Serbia. Bulgaria dikalahkan dengan Perjanjian Bucharest (1913).11 Tentara Yunani dan Serbia berhasil mengusir tentara Bulgaria dan melancarkan serangan balik. Perang ini lalu melibatkan Rumania karena adanya sengketa wilayah. Kesultanan Utsmaniyah juga mengambil kesempatan dari situasi ini untuk merebut kembali wilayahnya. Ketika tentara Rumania mencapai ibukota Bulgaria, Sofia, Bulgaria meminta gencatan senjata, sehingga ditandatanganilah Traktat Bukares, di mana Bulgaria harus menyerahkan beberapa wilayahnya kepada Serbia, Yunani, Rumania dan Utsmaniyah. Konsekuensi Perang Balkan II sangat serius:

 Serbia telah diperkuat dan bertekad menimbulkan pergolakan di tengah-tengah orang

Serbia dan Kroasia yang tinggal di Austria-Hungaria.

 Austria bertekad untuk mengakhiri ambisi Serbia.

 Jerman mengambil kesediaan Grey untuk bekerja sama sebagai tanda bahwa Inggris siap

untuk lepas dari Perancis.12

7) Pembunuhan Archduke Franz Ferdinand

Peristiwa ini terjadi di Sarajevo pada 28 Juni 1914. Archduke, keponakan lelaki dan pewaris Kekaisaran Franz Josef, melakukan kunjungan resmi ke Sarajevo. Ketika itu dia dan istrinya ditembak mati oleh teroris Serbia, Gavrilo Princip. Austria menyalahkan pemerintahan Serbia dan mengirimkan ultimatum berat. Serbia menerima sebagian besar poin di dalamnya, tetapi Austria dengan janji dukungan Jerman, bertekad untuk menjadikan peristiwa itu sebagai alasan untuk perang.13

Pada 28 Juli 1914, Austria-Hungaria menyatakan perang kepada Serbia. Rusia berkeinginan keras untuk tidak membiarkan Serbia kecewa lagi, Rusia melakukan mobilisasi umum (29 Juli). Pemerintahan Jerman menuntut agar seharusnya hal ini ditunda (31 Juli), dan ketika Rusia gagal memenuhinya, Jerman menyatakan perang pada Rusia (1 Agustus 1914) dan Perancis (4 Agustus 1914). Austria-Hungaria menyatakan perang kepada Rusia pada tanggal 6 Agustus 1914.

10 Wikipedia, “Perang Balkan I”: <http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Balkan_I>, [diakses 26 April 2013] 11 Norman Lowe, Modern World History (London: Macmillan, 1997), h. 9

12 Ibid, h. 10

(7)

2. Jalannya Perang dan Pihak-Pihak yang Berperang A. 1914

1) Front Barat

Schlieffen Plan dimaksudkan sayap kanan Jerman akan bergerak cepat melalui Belgia ke pantai, dan kemudian membusur ke sepanjang barat dan selatan Paris, hampir mengepung tentara Perancis. Namun dalam pelaksanaannya, rencana tersebut gagal. Jerman dikalahkan oleh perlawanan kuat Belgia; mereka gagal menguasai pesisir Kanal, gagal mengepung tentara Perancis, dan dihentikan pada Pertempuran Marne Pertama.14 Pertempuran Marne adalah pertempuran Perancis-Inggris melawan Jerman yang dipimpin oleh Helmuth von Moltke pada 5-12 September 1914. Serangan Jerman diakhiri secara efektif. Serangan balasan Sekutu pada Pertempuran Marne I menggagalkan serangan Jerman, dengan strategi perang parit di Blok Barat.15 Pertempuran ini merupakan peristiwa sangat penting, karena:

 Pertempuran Marne menghancurkan Schlieffen Plan: Perancis tidak akan tersingkir dalam

waktu 6 minggu, dan semua harapan Jerman bahwa perang dalam waktu singkat pun sirna.

 Jerman harus menghadapi perang dalam skala penuh pada dua front, yang mana tidak

diharapkan Jerman.

 Gerakan perang berakhir -jalur parit, yang digunakan sebagai perlindungan, membentang

dari Alpen ke pesisir Kanal.

 Ada waktu bagi AL Inggris untuk membawa blokade yang melumpuhkan mendesak

pelabuhan-pelabuhan Jerman.16 2) Blok Timur

Di front timur, Rusia berpindah lebih cepat dari yang Jerman harapkan, membuat Austria dan Jerman salah perhitungan menyerang pada saat yang sama. Walaupun berhasil melawan Austria dengan menduduki provinsi Galicia, Jerman membawa Hindenburg keluar dari pensiun dan mengalahkan Rusia dua kali di Tannenburg (Agustus) dan Danau Masurian (September). Pertempuran ini merupakan hal penting: Rusia kehilangan peralatan dan amunisi dalam jumlah besar. Meskipun mereka telah mempunyai enam dan seperempat juta orang yang telah dikerahkan pada akhir tahun 1914, sepertiga dari mereka tanpa disenjatai. Rusia tidak pernah pulih dari kemundurannya, sedangkan kepercayaan diri Jerman semakin bertambah. Ketika Turki masuk ke dalam perang, pandangan untuk Rusia sudah suram, sejak Turki bisa memotong pasokan utamanya dan jalur perdagangan utama melalui Dardanelles.

14 Ibid, h. 22

(8)

Satu titik terang bagi Sekutu adalah Serbia mengusir invasi Austria dengan cara halus pada akhir 1914, dan Austria berada di titik terendah.17

B. 1915 1) Barat

Di barat kebuntuan berlanjut, meskipun beberapa upaya dilakukan untuk memecahkan selokan parit. Inggris mencoba di Neuve Chapelle dan Loos, Perancis di Champagne; Jerman diserang lagi di Ypres. Ini seperti semua serangan di front barat sampai 1918, terus gagal. Kesulitan perang parit yang selalu sama:

 Adanya kawat berduri di tanah tak bertuan antara dua parit berlawanan yang sisi

serangannya mencoba merambah dengan pemboman artileri besar.

 Teknologi pesawat pengintai dan ‘observation balloon’ mampu mengintai pergerakan pasukan di sepanjang parit.

 Parit sulit dikepung karena peningkatan daya tembak senapan mesiu dan

senapan-mesin yang membuat serangan frontal bunuh diri dan kavaleri tidak berguna.

 Bahkan ketika jalur parit diterobos, bagian depan merupakan bagian yang sulit karena

tanahnya telah menggunduk oleh rentetan tembakan artileri.

 Bagian dasar tanah sangat sulit dipertahankan, karena biasanya membentuk salient (sebuah gundukkan tanah di jalur parit).

 Di Ypres, Jerman menggunakan gas beracun, tetapi ketika angin berubah arah, malah

berhembus kembali pada sendiri dan menimbulkan banyak korban akibatnya.18 2) Timur

Di timur, peruntungan Rusia bercampur-aduk: mereka sukses melawan Austria tetapi mereka dikalahkan oleh Jerman, yang merebut Warsawa dan seluruh Polandia. Pemblokadean Dardanelles oleh Turki menghambat Rusia, yang juga telah kehabisan senjata dan amunisi. Itu sebagian untuk mengosongkan Dardanella dan membuka jalur suplai penting untuk Rusia melalui Laut Hitam, maka dilancarkanlah Kampanye Gallipoli. Ini merupakan ide Winston Churchill (Pejabat Tinggi Pertama AL Inggris) untuk melepaskan diri dari kebuntuan barat dengan menyingkirkan Turki. Turki dianggap memiliki kekuatan paling lemah dalam Blok Sentral.

Namun, Kampanye ini gagal. Percobaan pertama pada bulan Maret, AL Anglo-French menyerang melalui Dardenelles untuk menaklukan Konstantinopel, tetapi gagal ketika menabrak serangkaian tambang. Hal ini merusak rencana yang sudah direncanakan sebelumnya, jadi ketika Inggris mencoba untuk mendarat di Semenanjung Galipoli, Turki

17 Ibid, h. 23

(9)

sudah memperkuat pertahanan mereka. Pada tahun 1915 merupakan tahun yang kurang baik bagi Sekutu; bahkan Inggris dikirim untuk melindungi kepentingan perminyakan Anglo-Persia melawan serangan Turki, mungkin menjadi terhambat di Mesopotamia karena mendekati Baghdad, yang dikepung Turki di Kut-el-Amara dari Desember 1915 sampai Maret 1916, membuat mereka terpaksa menyerah.

3) Pada Bulan Mei, Italia Menyatakan Perang Pada Austria-Hungaria

Italia berharap menguasai wilayah Austria yang berbahasa Italia serta wilayah sepanjang pantai timur laut Adriatik. Sebuah perjanjian rahasia yang ditandatangani di London yang mana Sekutu menjanjikan Italy Trentino, sebelah selatan Tyrol, Istria, Trieste, bagian Dalmatia, Adalia, beberapa pulau di Laut Aegea dan protektorat Albania. Sekutu berharap bahwa dengan menduduki ribuan tentara Austria, Italia yang akan mengurangi tekanan pada Rusia. Tetapi Italia membuat sedikit perkembangan dan upaya mereka tidak ada bedanya dengan kekalahan Rusia pada akhirnya.19

C. 1916

1) Pertempuran Verdun

Pertempuran ini adalah pertempuran antara pasukan Jerman dan Perancis di blok

Barat selama Perang Dunia I pada tanggal 21 Februari sampai 18 Desember1916, di daerah perbukitan utara kota Verdun-sur-Meuse di utara-timur Perancis.

Pertempuran Verdun berakhir dengan kemenangan Perancis karena Komando tertinggi Jerman gagal mencapai dua tujuan strategis: (1) Merebut kota Verdun, dan (2) Lebih banyak korban daripada pasukan Perancis. Secara keseluruhan, Pertempuran Verdun mengakibatkan lebih dari seperempat juta orang terbunuh di medan pertempuran dan setidaknya setengah juta terluka.

Pertempuran Verdun merupakan pertempuran terpanjang dan paling dahsyat selama Perang Dunia I. Total penggunanan senjata sekitar 40 juta peluru artileri dari kedua belah pihak selama pertempuran.

2) Pertempuran Laut Jutland

Pertempuran laut terbesar ini terjadi di Laut Utara lepas pantai Jutland pada 31 Mei - 1 Juni 1916. AL Jerman dipimpin Vice Admiral Reinhard Scheer berhadapan dengan AL Inggris dipimpin Admiral Sir John Jellicoe. Peperangan ini adalah penghindaran diri AL Jerman terhadap AL Inggris yang berjumlah lebih besar, dengan tujuan meloloskan diri sambil berusaha merusak pihak Inggris. Pertempuran ini buntu, karena Jerman, yang kalah jumlah dengan armada Inggris bagaimanapun, secara strategis Inggris mempertahankan penguasaan

(10)

mereka terhadap laut, dan sebagian besar armada laut Jerman tetap berada di pelabuhan sepanjang berlangsungnya perang.20

D. 1917

1) Pertempuran Passchendaele

Pertempuran Passchendaele adalah salah satu pertempuran besar pada PD I, yang terjadi antara bulan Juli dan November 1917.21 Dalam serangkaian operasi, pasukan di bawah komando Inggris Entente menyerang Tentara Kekaisaran Jerman.22 Pertempuran ini terjadi untuk mengendalikan desa Passchendaele dekat kota Ypres di Flanders Barat, Belgia. Tujuan dari serangan ini adalah untuk mencapai terobosan, menghantam pertahanan tentara Jerman, dan memaksa Jerman untuk menarik diri dari Pelabuhan Channel. Serangan juga untuk mengalihkan perhatian tentara Jerman dari Perancis di Aisne.

Pada tahun 1917, Jerman menerapkan peperangan kapal selam tanpa batas, karena sudah memperkirakan bahwa Amerika Serikat akan terjun dalam peperangan ini berhadapan dengan mereka. Jerman berusaha menempatkan pertahanannya di alur pendaratan Sekutu sebelum pihak Amerika Serikat mengirimkan tentaranya lewat laut, tetapi hanya mampu untuk mempertahankan dan mengoperasikan hanya 5 buah kapal selam jarak jauh.

2) Pertempuran Kapal Selam Jerman vs Sekutu

Peperangan kapal selam digambarkan sebagai serangan umumnya berlangsung tanpa peringatan, yang mengakibatkan anak buah kapal dagang yang diserang hanya memiliki sedikit kemungkinan untuk hidup. Amerika Serikat melancarkan protes, dan Jerman kemudian mengadakan perubahan terhadap aturan peperangan. Setelah peristiwa penenggelaman kapal penumpang RMS Lusitania (1915) yang terkenal tersebut, Jerman berjanji untuk tidak menyerang kapal penumpang, sementara pihak Inggris mempersenjatai kapal dagang mereka, menempatkan mereka di bawah perlindungan aturan penjelajah yang mensyaratkan peringatan kalau diserang dan menempatkan anak buah kapal di “tempat yang aman”.

Ancaman serangan kapal selam Jerman berkurang di tahun 1917, ketika kapal dagang berlayar secara berkonvoi yang dikawal kapal-kapal perusak. Taktik ini mempersulit kapal selam mencari targetnya, yang mana secara signifikan ancaman ini makin berkurang setelah ditemukan hydrophone dan depth charges, yang membuat kapal perusak pengawal konvoi dapat menyerang kapal selam dengan tingkat keberhasilan yang memadai. Sistem konvoi melambatkan jalur supply karena kapal dagang harus menunggu untuk berlayar sampai konvoi kapal terbentuk. Solusi dari hambatan ini adalah usaha pembangunan

kapal-20 Spencer C. Tucker, dkk. Encyclopedia of World War I (Santa Barbara: ABC-Clio, 2005), h. 619-624 21 Peter Hart, Passchendaele: the Sacrificial Ground (London: Cassell & Co., 2001), h. 211-212

22 Tim Travers, The Killing Ground: The British Army, the Western Front & the Emergence of Modern War 1900-1918

(11)

kapal dagang secara ekstensif. Kapal pengangkut pasukan mempunyai kecepatan yang jauh lebih cepat daripada kapal selam dan tidak berlayar secara konvoi di Atlantik Utara. Kapal selam Jerman berhasil menenggelamkan hampir 5000 buah kapal Sekutu, dan menderita kerugian 178 buah kapal selam.

E. 1918 - Blok Sentral Dikalahkan

1) Serangan Musim Semi Jerman tahun 1918

Diluncurkan oleh Ludendorff dalam upaya terakhir memenangkan perang sebelum terlalu banyak pasukan AS tiba, dan sebelum ketidakpuasan di Jerman menyebabkan revolusi. 3) Serang-balik Sekutu dimulai (8 Agustus)

Di dekat Amiens, dengan ratusan tank menyerang di beberapa titik yang berbeda. Hal ini memaksa Jerman menarik seluruh lini dan membentuk salient. Perlahan tapi pasti Jerman terpaksa kembali, sampai akhir September Sekutu telah menembus Hindenburg Line. Meskipun Jerman sendiri belum menyerang, Ludendorff sekarang yakin bahwa ia akan dikalahkan pada musim semi 1919.

4) Penyebab Blok Sentral Kalah Perang

 Setelah Rencana Schlieffen gagal, menghapus semua harapan kemenangan cepat Jerman.

Kekuatan laut Sekutu sangat menentukan, menegakkan blokade mematikan yang menyebabkan kekurangan pangan dan ekspor lumpuh.

 Kampanye kapal selam Jerman gagal dalam menghadapi konvoi yang dilindungi kapal

perusak Inggris, AS dan Jepang.

 Masuknya AS membawa sumber daya baru yang luas pada Sekutu.

 Pemimpin politik Sekutu pada saat kritis -Lloyd George dan Clemenceau- yang mungkin

lebih kompeten daripada Blok Sentral.

 Ketegangan terus-menerus dari kekalahan besar memberitahu Jerman bahwa mereka

kehilangan pasukan terbaik pada 1918 serta pasukan serangan baru yang muda dan perpengalaman ditambah epidemi flu Spanyol memperburuk situasi.

 Jerman dikecewakan parah oleh sekutu-sekutunya dan terus-menerus harus membantu

Austria dan Bulgaria.

3. Akhir Perang Dunia I

(12)

keseimbangan dan memaksa Jerman untuk menuntut perdamaian pada bulan November 1918, menutup perang ini.23

A. Versailles, Penyelesaian Perdamaian, dan Liga Bangsa-Bangsa

Pihak yang menang berkumpul di Paris pada musim dingin tahun 1919 untuk menyusun perjanjian perdamaian dengan pihak yang kalah. Dalam negoisasi ini terdapat tokoh yang menonjol yaitu Woodrow Wilson, yang menuangkan idenya ke dalam “Empat Belas Poin”

berlandaskan prinsip demokrasi, nasionalisme, dan liberalisme. Wilson menyerukan penentuan nasib nasional untuk rakyat dan penentuan ulang perbatasan Eropa. Ia juga meminta sebuah asosiasi umum untuk menyelesaikan sengketa antar negara dan mencegah perang terjadi kembali. Kedua idenya ini menjadi pusat diskusi dalam negoisasi ini.24

Meskipun tujuan Wilson idealis, perjanjian perdamaian (Perjanjian Versailles), sangat memberatkan pihak Jerman. Hal penting yang dihasilkan oleh perjanjian ini adalah Jerman menerima tanggung jawab penuh sebagai penyebab peperangan dan melalui aturan dari pasal 231-247, harus melakukan perbaikan pada negara-negara yang tergabung dalam Sekutu.

Gagasan Wilson lainnya adalah, “Asosiasi Umum Bangsa” yang berasal dari pertemuan di Paris yang disebut Liga Bangsa-Bangsa. Liga ini berdasarkan prinsip keamanan kolektif di mana semua negara bertanggung jawab melindungi kedaulatan dan kemerdekaan negara lain. Negara-negara anggota berjanji untuk tidak saling perang dan akan memanfaatkan organisasi ini untuk mendiskusikan dan menyelesaikan sengketa secara damai. Sebagai organisasi yang universal, Liga Bangsa-Bangsa akan menggantikan sistem persekutuan.25

Pencetus Liga Bangsa-Bangsa adalah presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson. Namun, Amerika Serikat sendiri tidak tergabung dalam organisasi ini. Negara lain yang tidak bergabung adalah Rezim Komunis Rusia dan Jerman, sebagai bagian dari hukuman perang, dilarang untuk bergabung Liga Bangsa-Bangsa sampai 1926.

B. Konsekuensi Perang

Perang Dunia I mengakibatkan kerugian sangat besar. Sebanyak kurang lebih delapan juta jiwa tewas dan dua puluh juta jiwa lainnya luka-luka, bahkan banyak di antara mereka cacat atau dimutilasi secara mengerikan. Kerugian ini tersebar di seluruh benua.

Selain itu, perang ini menandai akhir dari kekuasaan monarki absolut di Eropa, suatu proses yang dimulai oleh Revolusi Prancis. Kali ini, kekuasaan monarki tidak akan muncul kembali.

23 David S. Mason, A Concise History of Modern Europe: Liberty, Equality, Solidarity; Second Edition (London: Rowman & Littlefield Publishers, 2011)h. 111

24 Mason, loc. cit.

(13)

Dari kerajaan-kerajaan tua muncul banyak negara demokratis baru berdasarkan cita-cita abad ke-18; kedaulatan rakyat, dan cita-cita abad ke-19; liberalisme dan nasionalisme.

Banyak negara-negara baru yang lemah, miskin dan tidak terbiasa dengan toleransi demokratis. Beberapa negara, khususnya Jerman sangat menderita di bawah hukuman perdamaian pasca perang. Depresi ekonomi di seluruh dunia sangat berpengaruh terhadap Jerman, ekonomi Jerman yang memang sudah lemah akibat hukuman pembayaran perbaikan-perbaikan setelah perang menjadi semakin hancur akibat depresi ekonomi dunia. Jutaan warga Jerman menjadi pengangguran, kemiskinan merajalela, dan kemunculan perasaan kesal terhadap Perjanjian Versailles. Hal ini yang nantinya melatarbelakangi munculnya pengaruh Adolf Hitler.

_______________________

Daftar Pustaka

Allen, W.E.D. & Paul Muratoff. 2011. Caucasian Battlefields, A History of Wars on the Turco Caucasian Border. Cambridge University Press

Beyer, Rick. 2003. The Greatest Stories Never Told. New York: HarperCollins Brown, Malcolm. 1999. Verdun 1916. Chicago: Tempus Publishing

Hart, Peter. 2001. Passchendaele: the Sacrificial Ground. London: Cassell & Co. Keegan, John. 1998. The First World War. London: Hutchinson

Lowe, Norman. 1997.Modern World History. London: Macmillan

Mason, David S. 2011. A Concise History of Modern Europe: Liberty, Equality, Solidarity; Second Edition. London: Rowman & Littlefield Publishers

Simkins, Peter, dkk. 2003. The First World War; The War to The End All War. New York: Osprey Publishing

Travers, Tim. 2003. The Killing Ground: The British Army, the Western Front & the Emergence of Modern War 1900-1918. London: Pen and Sword Books

Tucker, Spencer C, dkk. 2005. Encyclopedia of World War I. Santa Barbara: ABC-Clio Willmott, H.P. 2003. World War I. New York: Dorling Kindersley

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang berusia &lt;20 tahun mengalami pre eklampsi berat sebanyak 58 responden (37,4%) dan kurang dari setengah responden berpendidikan

[r]

Tidak dapat disangkal bahwa media massa memberikan andil bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Kata dan istilah baru, baik yang bersumber dari bahasa daerah maupun

Mata Kuliah Pokok : Pembelajaran Matematika; Pemecahan Masalah Matematika; Matematika; Statistik

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, peneliti memaparkan beberapa kesimpulan yang didapatkan antara lain: 1) Hasil dari regresi sederhana

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) prestasi belajar membaca pemahaman yang menggunakan metode ceramah dalam kategori tinggi dengan rerata 14,645 (2) prestasi

Proses hidrolisa atau “fat splitting”, ada 4 metode pemisahan (splitting) minyak yang diketahui yaitu Proses Twitchell, Proses Batch Autoclave, Proses Kontinyu, Proses

“Penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi dan penggunaan ke rangka penafsiran/teoritis yang membentuk atau mempengaruhi studi terntang permasalahan riset yang