• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEOLOGI PERJANJIAN LAMA PAK RISSON 10 RE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEOLOGI PERJANJIAN LAMA PAK RISSON 10 RE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TEOLOGI PERJANJIAN LAMA

TEOLOGI SAKRAMEN PL

OLEH :

SAHALA HALOMOAN SIBORO

NIM : 1001064

MATA KULIAH : TEOLOGIA PL I

DOSEN : RISSON S. MANIK, M.Th

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA PAULUS MEDAN

(2)

PENGERTIAN SAKRAMEN

Dari bahasa Latin scramentum, berarti 'sumpah', seperti yang dilakukan anak muda yang bergabung dengan angkatan darat Romawi. Sudah pada zaman gubernur Plinius (112 M) istilah sakramen digunakan untuk upacara keagamaan Kristen. Plinius salah mengerti, menganggap sakramen Kristen itu sumpah untuk tidak melakukan kejahatan. Terjemahan Alkitab Latin, Vulgata, menerjemahkan kata Yunani mysterion dengan sacramentum, yang menyebabkan baptisan dan Perjamuan Kudus menjadi sakramen yang dimaksud. Oleh Gereja Abad Pertengahan ditambahkan upacara keagamaan lain pada pengertian sakramen itu, tetapi Gereja Reformasi membatasinya pada dua sakramen yang jelas disebutkan dalam PB (Mat. 28:19, dan 1Kor. 11:23-25). Petunjuk alkitabiah untuk upacara-upacara lain tidaklah jelas. Biasa dianggap orang bahwa baptisan di gereja itu sejajar dengan upacara penerimaan sebagai anggota umat Allah di PL (sunat) dan Perjamuan Kudus berhubungan dengan perayaan penebusan dalam PL ( Paskah).

Kata 'sakramen' (Latin sacramentum) dalam arti teknis teologis, bila digunakan untuk melukiskan upacara-upacara tertentu dari iman Kristen, termasuk ke dalam masa perkembangan doktrin pada kurun waktu yg jauh kemudian sesudah zaman PB. Kitab Vulgata di beberapa bagiannya menggunakan kata ini untuk menerjemahkan Yunani musterion (Ef 5:32; Kol 1:27; 1 Tim 3:16; Why 1:20; 17:7), namun yg lebih biasa dipakai ialah musterium. Penggunaannya secara gerejawi pada waktu yg lebih dini, yakni sacramentum, dipakai dalam arti luas untuk sembarang upacara atau hal yg lebih sakral.

Dalam kehidupan sehari-hari kata itu digunakan dalam dua cara: (1) sebagai ikrar atau jaminan yg diserahkan kepada 'orang kepercayaan yg terjamin menjaga kerahasiaan', oleh pihak-pihak yg terlibat dalam masalah tuntutan hukum dan diperuntukkan bagi tujuan suci; (2) sebagai sumpah tentara Romawi kepada kaisar, dan kemudian untuk sumpah apa saja. Gagasan-gagasan ini kemudian digabungkan untuk menghasilkan konsep upacara suci keagamaan yg merupakan janji atau tanda. Penerimaan upacara suci itu mencakup pengikraran sumpah kesetiaan, dan ini dalam perjalanan waktu mengarah ke pembatasan kata 'sakramen' kepada dua upacara lembaga ilahi yg utama, yaitu Baptisan dan Perjamuan Kudus. Penggunaan yg lebih luas berlangsung terus berabad-abad lamanya. Hugo St. Victor (abad 12) dapat berbicara tentang 30 macam sakramen, tapi Petrus Lombardus pada zaman yg sama memperkirakan 7 saja. Perkiraan yg terakhir secara resmi diterima oleh gereja Roma.

(3)

Jika kepada 'unsur' ini, atau bentuk yg nampak itu, perkataan lembaga Kristus ditambahkan, suatu sakramen telah dibuat, sehingga sakramen dapat disebut sebagai 'firman yg nampak' (lih Augustine, Tracts on the Gospel of John. 80, Epis. 98, Con. Faustum 19. 16, Serm. 272). Kewajiban untuk terus melaksanakan upacara-upacara sakramental tergantung pada: (1) pelembagaannya oleh Kristus; (2) perintah yg dinyatakan-Nya untuk terus melaksanakannya; (3) penggunaannya yg hakiki sebagai lambang tindakan Allah yg integral dengan pernyataan Injil. Hanya ada dua upacara wajib bagi semua orang Kristen dalam cara ini. Tidak ada petunjuk alkitabiah untuk melayankan apa yg disebut upacara-upacara sakramental lainnya (yaitu Konfirmasi, Penahbisan, Pernikahan, Penitentia, Pemberian Minyak Suci Terakhir) kedudukan yg sama dengan Baptisan dan Perjamuan Kudus, yg sejak semula dikaitkan bersama pemberitaan Injil dan kehidupan gereja (Kis 2:41, 42; bnd 1 Kor 10:1-4). Kedua sakramen itu dikaitkan dengan sunat dan paskah, upacara-upacara wajib dalam PL (Kol 2:11; 1 Kor 5:7; 11:26).

Kehidupan Kristen sejak semula dan seterusnya juga dikaitkan dengan peringatan-peringatan sakramental (Kis 2:38; 1 Kor 11:26). Beberapa dari pelajaran yg terdalam tentang kesucian dan kesempurnaan adalah implisit dalam apa yg dikatakan Alkitab tentang kewajiban-kewajiban sakramental Kristen (Rm 6:1-3; 1 Kor 12:13; Ef 4:5). Acuan-acuan tentang sakramen mungkin mendasari banyak bagian Alkitab, walaupun tidak secara eksplisit disebut (mis Yoh 3: 6; Ibr 10:22; Yoh 19:34). Amanat Agung Tuhan yg bangkit kepada para murid, untuk pergi ke segenap bangsa memberitakan Injil, secara khusus memerintahkan pelayanan baptisan dan jelas mengimplikasikan penyelenggaraan perjamuan kudus (Mat 28:19, 20). Kristus berjanji akan menyertai pengikut-Nya hingga kesudahan zaman. Pekerjaan untuk apa para murid dipanggil-Nya, termasuk pelayanan sakramen, tidak akan digenapi sebelum waktu itu. Paulus juga tidak ragu-ragu bahwa perjamuan kudus harus diteruskan, sebagai pemberitaan akan kematian Kristus hingga Dia datang kembali (1 Kor 11:26). Benar bahwa Matius dan Markus tidak mencatat perintah 'lakukan ini untuk mengingat Aku', tapi bukti dari apa yg dilakukan oleh gereja purba (Kis 2:42; 20:7; 1 Kor 10:16; 11:26) cukup kuat.

(4)

Sakramen merupakan upacara perjanjian: 'Cawan ini adalah perjanjian yg baru' (Luk 22:20; 1 Kor 11:25). Kita dibaptiskan 'ke dalam Nama' (Mat 28:19). Perjanjian yg baru itu dimulai dengan korban kematian Kristus (bnd Kel 24:8; Yer 31:31, 32). Berkatnya disampaikan Allah melalui firman dan janji-Nya di dalam Injil dan sakramen-janji-Nya. Ada bukti yg jelas bahwa pada zaman para rasul banyak orang menerima berkat lewat penyelenggaraan sakramen yg disertai pemberitaan firman (Kis 2:38 dab). Adalah firman dan janji Injil yg menyertai pelayanan itu yg memberikan makna dan dampak kepada upacara. Mereka yg hanya menerima baptisan Yohanes, dibaptis lagi 'dalam Nama Tuhan Yesus' (Kis 19:1-7). Mungkin juga bahwa beberapa orang menerima sakramen tanpa memperoleh keuntungan spiritual (Kis 8:12, 21; 1 Kor 11:27; 10:5-12). Dalam kasus Kornelius dan seisi rumahnya (Kis 10:44-48), kita mendapat contoh tentang orang-orang yg memperoleh karunia yg dimeteraikan dengan baptisan sebelum mereka menerima sakramen. Namun demikian mereka masih tetap menerima sakramen sebagai memberi keuntungan dan sebagai kewajiban.

Dalam PB tidak terdapat kesan adanya pertentangan antara penerapan sakramen dan spiritualitas. Jika diterima dengan benar, maka sakramen itu memberikan berkat kepada orang percaya. Tapi berkat ini tidak terbatas kepada penerapan sakramen. Dan bila berkat disampaikan melalui sakramen, itu juga tidak berarti bahwa pemberian berkat itu bertentangan dengan penekanan Alkitab yg kuat akan iman dan kesalehan. Jika dilakukan sesuai prinsip-prinsip yg ditetapkan dalam Alkitab, sakramen itu secara terus-menerus mengingatkan kita kepada dasar agung dari penyelamatan kita, yaitu kematian dan kebangkitan Kristus. Dan mengingatkan kita akan kewajiban-kewajiban kita untuk berjalan sebaik-baiknya pada panggilan kita. BAPTISAN; PERJAMUAN KUDUS.

PERJAMUAN KUDUS DALAM PERJANJIAN LAMA

Dalam PL tidak ditemukan istilah Perjamuan Kudus namun peristiwa Perjamuan Kudus memiliki berakar dalam peristiwa paskah dalam PL. R.P. Martin menuliskan dalam artikelnya ’Perjamuan Kudus’, ahli Yahudi (terutama Billerbeck dan Dalman) mengatakan kegiatan Perjamuan Kudus itu sama dengan kegiatan pada perayaan Paskah diadakan.

(5)

Karena pada malam itu mereka menghadapi pemusnahan bersama-sama di Mesir. Peristiwa malam itu juga suatu peristiwa pengharapan dimana mereka berharap TUHAN Allah melewatkan mereka dari penderitaan perbudakan Mesir (lih. Kel. 11-13).

Menurut Th. C. Vriezen, dapat diduga bahwa dalam perayaan tersebut kelompok-kelompok Yahwistis di tanah Kanaan, perayaan Paskah itu kemudian dikaitkan dengan fase pertama perayaan musim gugur, yaitu perayaan Matsoth, yang jatuh pada waktu yang sama dengan perayaan Paskah. Keluaran dari Mesir mula-mula diperingati dalam konteks perayaan peternakan kuno sehingga beberapa ritus kuno yang terkait dalam perayaan peternakan kuno itu dipertahankan dalam Yahwisme. Misalnya, ada kebiasaan menyembelih seekor anak domba dan melumurkan darahnya pada ambang pintu kemah di tanah Kanaan. Unsur yang terpenting dalam perayaan Matsoth ialah memakan roti tidak beragi. Oleh karena itu unsur tersebut dilekatkan pada legenda-legenda Paskah.

Ch. Barth menuliskan penyembelihan seekor domba yang tadinya merupakan upacara kaum gembala pada malam bulan purnama yang pertama di musim semi untuk melindungi kawanan dombanya terhadap kuasa-kuasa jahat yang sekarang didasarkan pada peristiwa pada malam keluaran. Pemusnah dalam Kel. 12: 23 bukanlah roh-roh jahat atau kuasa jahat, melainkan YHWH sendiri yang mengancam. Bukan hanya kawanan domba sajalah yang terancam melainkan juga anak-anak sulung orang Israel, bahkan segenap umat Israel menghadapi pemusnahan bersama-sama di Mesir. Adat makan tidak beragi itu pun tadinya mempunyai arti yang lain. Masyarakat tani di bagian-bagian Kanaan yang subur, biasanya mentahbiskan buah-buah sulung dari panen yang baru mulai dengan satu upacara. Kemudian persembahan roti dipersembahkan dengan ucapan syukur dan dimakan dalam keadaan asli. Peristiwa inilah yang dikaitkan pada peristiwa keluaran. Mengapa tidak beragi? Cerita D dan P hanya menyebutkan perintah Allah melalui Musa, namun Y mengetahui bahwa roti itu tidak sempat diragi karena mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat berlambat-lambat (12:39). Kedua upacara kuno itu, disatukan menjadi upacara pada masa raya Paskah, dengan pelepasan umat Israel dari Mesir sebagai dasarnya dan isinya yang sebenarnya.

SAKRAMEN PERTOBATAN DALAM PERJANJIAN LAMA

(6)

Pertobatan itu bisa merupakan pertobatan yang diungkapkan dalam bentuk tanda atau pun acara kultis, seperti berkumpul untuk mengaku dosa (Ezr 9:13; Neh 9:36-37), berpuasa (Neh 9:1; Yl 1:14), mengenakan kain kabung (Neh 9:1; Yl 1:13), duduk di atas abu atau menaburkan abu di kepala (Yer 6:26; Yun 3:6), dan menyampaikan korban bakaran (Im 16:1-19).

Perjanjian Lama menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi duka-cita penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Dalam keadaan apa pun, pertobatan yang sungguh kepada Allah mencakup perendahan diri batiniah, perubahan hati yang sungguh, dan benar-benar merindukan Yahweh (Ul 4:29; 30:2,10; Yes 6:9; Yer 24:7), disertai pengenalan yang jelas dan baru akan Diri-Nya dan jalan-Nya (Yer 24:7; bdk. 2 Raj 5:15; 2 Taw 33:13). Pertobatan batin ini harus juga berdampak sosial, “Bukan Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yes 58:6-7). Namun, akhirnya seluruh pertobatan itu adalah karunia Allah. Allah menganugerahkan hati yang murni dan baru sehingga orang mau bertobat (bdk. Mzm 51:12; Yer 31:33).

ABRAHAM MENERIMA SAKRAMEN PERJANJIAN LAMA

(7)

Dengan membungkuk dalam-dalam di hadapan Allah, ia menyampaikan salam kepada

mereka, dan menghantar mereka ke kemah altar. Di sini mereka menurunkan jubah mereka dan

memerintahkan Abraham untuk berlutut. Aku melihat hal-hal mengagumkan yang sekarang

terjadi atas Abraham melalui pelayanan para malaikat. Abraham ada dalam ekstasi, dan semua

tindakan berlangsung cepat, sebagaimana biasa dalam keadaan demikian. Aku mendengar

malaikat pertama memaklumkan kepada Abraham sementara ia berlutut bahwa Allah akan

membangkitkan dari keturunannya seorang gadis tanpa dosa, tanpa cela, yang sementara tetap

seorang perawan tanpa noda, akan menjadi Bunda Penebus, dan bahwa sekarang Abraham akan

meneima apa yang dihilangkan Adam karena dosa. Kemudian malaikat memberinya sepotong

roti yang bercahaya dan menyuruhnya minum suatu cairan yang kemilau dari sebuah cawan

kecil. Sesudah itu malaikat memberkati Abraham dengan tangan kanannya membuat suatu garis

lurus dari dahi Abraham ke bawah lalu dari kiri dan dari kanan bahu masing-masing turun ke

bawah dada, di mana ketiga garis berkat bersatu. Kemudian dengan kedua tangan malaikat

mendekatkan sesuatu seperti suatu awan kecil bercahaya ke dada Abraham. Aku melihat awan itu

masuk ke dalam Abraham, dan aku merasa seolah ia menerima Sakramen Mahakudus.

(8)

Malaikat ketiga menubuatkan kelahiran Ishak kepada Abraham. Aku melihat Abraham

begitu penuh sukacita atas Perawan Suci yang dijanjikan dan penglihatan yang dianugerahkan

kepadanya mengenai Santa Perawan hingga ia tak memikirkan Ishak, dan aku pikir janji yang

sama ini membuat perintah yang ia terima kemudian untuk mengurbankan Ishak menjadi mudah

baginya. Sesudah percakapan suci ini, aku melihat pertama-tama jamuan bagi para malaikat dan

kemudian tertawanya Sara. Aku melihat Abraham menyertai para malaikat dalam keberangkatan

mereka, dan aku mendengarnya memohon bagi Sodom.

Ketika Abraham bangun dari ekstasi, ia menghantar para malaikat ke bawah pohon dan

menempatkan bangku-bangku tanpa sandaran sekelilingnya. Para malaikat duduk, dan ia

membasuh kaki mereka. Lalu Abraham bergegas ke rumah Sara untuk menyuruhnya menyiapkan

hidangan bagi tamu-tamunya. Sara melakukannya dan, dengan berkerudung, ia menghantarnya

separuh perjalanan kepada mereka. Seusai bersantap, Abraham menemani para malaikat

beberapa jauhnya dalam perjalanan mereka. Pada waktu itulah Sara mendengar mereka berbicara

kepada Abraham mengenai kelahiran seorang putera. Ia mendekati mereka dari balik tirai kemah.

Sara tertawa. Aku melihat banyak burung-burung merpati sejinak ayam-ayam betina di depan

kemah-kemah. Perjamuan itu terdiri dari burung-burung sejenis, roti-roti bundar dan madu.

Abraham pada waktu keberangkatannya dari Kasdim telah menerima Misteri Berkat dari

seorang malaikat, tetapi Berkat diberikan kepadanya secara terselubung dan lebih seperti ikrar

akan kegenapan janji bahwa ia akan menjadi bapa dari suatu bangsa yang tak terhitung

banyaknya. Akan tetapi, sekarang Misteri dibangkitkan dalam dirinya oleh para malaikat, dan ia

mendapat penerangan mengenainya.

(9)

1. Martasudjita, E. Sakramen-sakramen Gereja: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

2. J.D. Douglas et al., (ed.), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, jilid I (judul asli: The New Bible Dictionary), diterjemahkan oleh Yayasan Komunikasi Bina Kasih (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992), hlm. 486.

3. O. C Quick, The Christian Sacraments, 1932; G Bornkamm, TDNT 4, hlm 826 dst; J Jeremias, The Eucharistic Words of Jesus, 1955; W. F Flemington, The New Testament Doctrine of Baptism, 1957; AN Stibbs, Sacrament, Sacrifice and Eucharist, 1961; G. R Beasley Murray, Baptism in the New Testament, 1962; J. I Packer (red.), Eucharistic Sacrifice, 1962; D Cairns, In Remembrance of Me, 1967. RJC/S/HAO.

4. Kamus Alkitab: Panduan dasar ke dalam kitab-kitab, tema, tempat, tokoh, dan istilah Alkitabiah, Jakarta: BPK-GM.

5. Perjamuan Tuhan: Studi Mengenai Paskah dan Perjamuan Kudus Bertolak dari Penafsiran dan Teologi Alkitabiah, Jakarta: BPK-GM.Hentz Otto, 2005

6. Theological Dictionary of The New Testament, vol. II, Grand Rapid, Michigan: W.M.B. Eermans Publishing Company.

7. (Ulirich Beyer, Materi Kuliah Teologi Biblika II, 25 Januari 2008).

8. C.J. Den Heyer, Perjamuan Tuhan: Studi Mengenai Paskah dan Perjamuan Kudus Bertolak dari Penafsiran dan Teologi Alkitabiah, Ny. S.L. Tobing-Karohadiprojo (penerjemah), (Jakarta: BPK-GM, 1997), 39-40.

9. R.P. Martin: Perjamuan Kudus dalam buku J.D.Douglas (peny) Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, jilid II, (Jakarta: YKBK/OFM, 2004), 247.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menyatakan bahwa variabel pola asuh memiliki pengaruh secara simultan terhadap motivasi belajar anak remaja yang orang tuanya bekerja pada UMKM manik-manik di

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-MU peneleitian dapat menyelesaikan Skrpsi yang berjudul : Perbandingan

jumlah saham yang hadir atau diwakili dalam Rapat setelah dikurangi dengan jumlah saham yang tidak berhak menghadiri Rapat untuk memenuhi persyaratan kuorum kehadiran Rapat,

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder antara lain capital adequacy ratio (CAR), likuiditas (FDR), efisiensi operasional (BOPO) dan profitabilitas

Selanjutnya ayat (2) dari pasal tersebut yang menentukan, “Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan rencana tata ruang

Dari hasil perhitungan rancangan alat pemasak (ala presto) ikan duri lunak dengan menaikan temperature tekanan dan lama waktu pemaskkan untuk 2 kg bahan berupa ikan dengan

Seekor ayam nampak kelibat musang dan memberitahu ayam jantan yang ditugaskan untuk menghalau musang.. Ayam jantan itu pun bertenggek di atas sebatang pokok

Pengertian teori sosial lebih cenderung terhadap pengertian teori yang dinyatakan oleh sarkantos, bahwa teori pada umumnya adalah pengertian yang dipakai oleh ilmu