• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUANG CEMPAKA RSUD. Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUANG CEMPAKA RSUD. Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI GAGAL

GINJAL KRONIK DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUANG CEMPAKA RSUD. Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Studi Pendidikan Diploma III Keperawatan

RINA WIJI LESTARI A01401949

PROGRAM STUDI DIII AKADEMI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... iv

DAFTAR ISI ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan ... 6

D. Manfaat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan Keperawatan dengan Kelebihan Volume Cairan……….8

B. Kelebihan Volume Cairan pada Gagal Ginjal Kronik ... 25

BAB III METODE STUDI KASUS A. Desain Studi Kasus ... 30

B. Subyek Studi Kasus ... 31

(6)

vi

D. Definisi Operasional ... 31

E. Instrumen Studi Kasus ... 33

F. Metode Pengumpulan Data ... 33

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ... 34

H. Analisis Data dan Penyajian Data ... 34

I. Etika Studi Kasus ... 35

BAB IV HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN A.Hasil Studi Kasus ... 37

B.Pembahasan ... 51

C.Keterbatasan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 65

B.Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha Penyayang.Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah –Nya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Gagal Ginjal Kronik Dengan

Kelebihan Volume Cairan “

Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil ujian komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong.Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat sehat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar. 2. Orang tuaku tercinta, ayahku bapak Silam Purbo Wesesa, ibuku Siti

Megawati,kakakku Sigit Andi Prasetio dan adikku Wigati Mujiasih Handayani yang telah memberikan dukungan baik moral, materi maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Ibu Herniyatun, M.Kep.Sp.Mat, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.

4. Ibu Nurlaila, S.Kep. Ns, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong.

5. Bapak Dadi SantosoS.Kep. Ns, M.Kep, selaku pembimbing akademik dengan sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan.

6. Bapak Sawiji S.Kep.Ns.M.Sc, selaku penguji akademik Karya Tulis Ilmiah. 7. Teman – teman seperjuangan kelas 3C yang senantiasa memberikan dukungan

(8)

viii

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan saran sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan

Semoga atas semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpa dari Allah SWT, Amin. Kritik dan saran yang membangun untuk laporan selanjutnya penulis sangat harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, Amin.

Gombong, 12 Juni 2017

(9)

ix

Program DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2017 Rina Wiji Lestari1, Dadi Santoso2, S.Kep.Ners.M.Kep

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI GAGAL GINJAL

KRONIK DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr.SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang :Gagal Ginjal Kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif, sehingga kemampuan tubuh penderita gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit.Akibatnya terjadi uremia dan meningkatknya kadar ureum dan kreatinin dalam darah. Tujuan Penulisan :Menggambarkan asuhan keperawatan pasien Gagal Ginjal Kronik yang mengalami kelebihan volume cairan.

Metode:Karya tulis ilmiah adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi keperawatan. Subyeknya 2 orang pasien gagal ginjal kronik dengan kelebihan volum

cairan.

Hasil :Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pembatasan cairan terbukti efektif untuk pasien gagal ginjal kronik. Rencana keperawatan telah di implementasikan selama klien mengalami kelebihan volume cairan dalam pengelolaan 3x24 jam. Evaluasi yang didapatkan klien I dan Klien II masalah kelebihan volume cairan belum teratasi.

Kesimpulan :Pasien dengan masalah kelebihan volume cairan, , khususnya pada penyandang hemodialisa regular 2 kali seminggu membutuhkan perawatan jangka panjang untuk dapat menyeimbangkan kebutuhan cairan. Kenaikan BB antar waktu hemodialisa tidak melebihi 2 kg sehingga ultrafiltrasi pada saat hemodialisa sekitar 2 liter.

Kata Kunci : Cara perawatan, Gagal ginjal kronik, kelebihan volume cairan, pembatasan

cairan, hemodialisa

1. Mahasiswa

(10)

x

DIII Program of Nursing Department Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong

Scientific Paper, July 2017 Rina Wiji Lestari1, Dadi Santoso2, S.Kep.Ns.M.Kep

ABSTRACT

THE NURSING CARE FOR CHRONIC RENAL FAILURE CLIENTS WITH EXCESSIVE FLUID VOLUME IN CEMPAKA WARD OF DR.

SOEDIRMAN HOSPITAL OF KEBUMEN

Background: Chronic renal failure is a progressive renal function disorder so that the body's ability fails to maintain metabolism, fluid and electrolyte balance. Consequently, this results in uremia and elevating level of urea and creatinine in the blood.

Objective: Describing the nursing care for chronic renal failure patients having excessive fluid volume.

Method: This scientific paper is an analytical descriptive with a case study approach. The data were obtained through interview, observation, physical examination, and documentation study. The subjects were 2 patients suffering from chronic renal failure

with excessive fluid volume.

Result: After having nursing care, the fluid volume was decreasing. The nursing plans were implemented during the clients had excessive fluid volume in the management of 3x24 hours time. Evaluation showed that the excessive fluid volume of patient I and patient II was not totally solvable.

Conclusion: Patients with excessive fluid volume, especially those with regular hemodialisis twice a week, require long-term care to balance the need of fluid. The increase in the body weight of in between-hemodialysis is not more than 2 kg so that ultrafiltration of hemodialysis is about 2 liters.

Keywords: Nursing care, chronic renal failure, excessive fluid volume, hemodialysis 1. Student

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Lembar Persetujuan 2. Lampiran 2 : Lembar Konsultasi 3. Lampiran 3 : Format Pengkajian

4. Lampiran 4 : Catatan Asuhan Keperawatan 5. Lampiran 5 : Monitoring Balance Cairan 6. Lampiran 6 : Lembar SAP

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Chronic Kidney Disease ( CKD ) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Chronic Kidney Disease ( CKD ) disebabkan oleh berbagai keadaan, meliputi penyakit – penyakit yang mengenai ginjal atau pasokan darahnya misalnya glumeluropati, hipertensi, diabetes, Pada gagal ginjal kronis ( GGK ) yang sudah lanjut kadar natrium, kalium, magnesium, amino dan fosfat didalam darah semuanya akan mengalami peningkatan sementara kadar kalsium menurun. Retensi natrium dan air akan menaikan volume intravaskuler yang menyebabkan hipertensi (Berkowitz,2012).

Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2007) dan Burden of disease, Gagal Ginjal Kronik telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian. Prevelensi gagal ginjal kronik telah mengalami peningkatan cukup tinggi. Di Amerika Serikat angka kejadian penyakit ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun, dari data tahun 2002 terjadi 34.500 kasus, tahun 2007 menjadi 80.000 kasus, dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu 2 juta orang yang menderita penyakit ginjal. Dari data tersebut pravelensi penyakit ginjal kronik meningkat hingga 43% selama decade tersebut (Lukman et al., 2011 ).

(13)

2

Indonesia mencapai 400.000 juta orang tetapi belum semua pasien tertangani oleh tenaga medis, baru sekitar 25.000 orang pasien yang dapat ditangani, artinya ada 80% pasien yang tidak mendapat pengobatan dengan baik. Pada bulan November 2011 dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah berkerjasama dengan Rumah Sakit Umum pusat dr.Kariardi Semarang melakukan penelitian dengan hasil penderita gagal ginjal kronik terbesar adalah kabupaten Surakarta dengan 54,2% dari jumlah total 56 ribu penderita. Diperkirakan tiap tahun ada 2000 pasien baru. Berdasarkan data tersebut sekitar 60%-70% dari pasien tersebut berobat dalam kondisi sudah masuk tahap gagal ginjal terminal. Sedangkan untuk kabupaten Kebumen prevelensinya mencapai 3% atau sekitar 456 penderita (Dinkes Jateng, 2011).

Masalah yang dapat muncul pada pasien Gagal ginjal kronik yaitu dapat mengalami gangguan dalam fungsi kognitif, adaptif, atau sosialisasi dibandingkan dengan orang normal lainnya. Permasalahan psikologis yang dialami pasien hemodialisa sebenarnya sudah ditunjukan dari sejak pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal kronik. Penanganan optimal pasien dewasa dengan penyakit kronik tidak hanya terbatas pada masalah medis, tetapi harus memperhatikan faktor perkembangan, psikososial, dan keluarga sebab penyakit kronik berdampak terhadap tahap perkembangan selanjutnya yang menimbulkan berbagai masalah dan menurunkan kualitas hidupnya ( Rusmail, 2009 ). Akibat dari stress yang dialami pasien menimbulkan ketidakpatuhan terhadap modifikasi diet, pengobatan, uji diagnostic, pembatasan asupan cairan, dan terapi hemodialisa ( Yeh dan Chou, 2007 ). Hal ini jelas menunjukan, bahwa dampak stress lainnya pada pasien yang menjalani cuci darah darah ( hemodialisa ) adalah dapat memperburuk kesehatan pasien.

(14)

3

azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal, dan memelihara keseimbangan cairan elektrolit. Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet pada pasien gagal ginjal kronis.

Tujuan dari terapi hemodialisa adalah untuk mengambil zat – zat nitrogen yang toksik dari dalam darah pasien ke dialyzer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ke tubuh pasien. Ada tiga prinsip mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak dari ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien ( Cahyaningsih, 2009 ). Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75% ( gagal ginjal terminal atau tahap akhir ), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat membantu penderita. Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak dapat menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang di derita pasien tetapi hemodialisa dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal ( Wijayakusuma, 2008 ).

(15)

4

neuromuskuler perubahan tingkat kesadaran kecuali mental ( Elizabeth, 2009 ).

Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Air menepati proporsi yang besar dalam tubuh. Terdapat sekitar 50 liter air dalam tubuh seseorang dengan berat badan 70 kg. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria usia lanjut. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak ( relative bebas air ), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh yaitu, cairan intra seluler dan cairan ekstra seluler.

Kelebihan volume cairan adalah kondisi dimana ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial, adapun batasan karakteristiknya mayor terdapat edema, kulit tegang dan mengilap, minor yang mungkin ada asupan cairan lebih banyak daripada haluaran, sesak napas, penambahan berat badan. Sedangkan kekurangan volume cairan adalah kondisi ketika individu tidak mampu meminum cairan dan mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskuler, interstesiel atau intraseluler ( Carpenito, 2009 ).

(16)

5

Apabila pasien tidak membatasi jumlah asupan cairan yang terdapat dalam minuman maupun makanan, maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung. Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru – paru sehingga membuat pasien mengalami sesak nafas, karena itu pasien perlu mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk kedalam tubuh.Pembatasan tersebut penting agar pasien tetap merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi hemodialisis ( Ferrario, at al, 2014; Smeltzer & Bare; 2002 ; YGDI,2008 ).

Pelaksanaan konseling makanan, pembatasan cairan, modifikasi gaya hidup, penyakit dan pengobatan pada pasien gagal ginjal pada kelompok intervensi menunjukan peningkatan kualitas hidup 2%, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan kualitas hidup. Jadi konseling valid dapat memperbaiki kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik sehingga dapat sebagai model di dalam merawat pasien gagal ginjal kronik ( Thomas, 2009 ). Manajemen diri merupakan kepatuhan dan mitra pendukung individu dalam pengobatan mereka, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk merawat diri mereka, membuat keputusan tentang perawatan mereka sendiri, mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, monitoring dan mengelola gejala.

(17)

6

kesejahteraan hidup pada penderita. Oleh karena itu dilakukan asuhan keperawatan agar dapat diberikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada

penelitian ini “ Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan klien Gagal

Ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan” ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan klien Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien Gagal ginjal kronik dengan Kelebihan volume cairan

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan

(18)

7

D. Manfaat Penelitian

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Masyarakat

Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tantang kebutuhan cairan serta cara mengatur keseimbangan cairan yang dapat diterapkan dirumah.

2. Bagi Pengembangan ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan tehnologi terapan bidang keperawatan dengan kelebihan volume cairan pada klien Gagal ginjal kronik

3. Penulis

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Almtsier. S. ( 2006 ). Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan, Jakarta: EGC

Berkowitz. Aaron. (2012), Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Yasmin Asih.Jakarta : EGC

Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar.RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

Black.J.M.& Hawks. J. H. (2009). Medical – surgical nursing: Clinical management for positive outcomes (8th Ed ). St. Louis: Saunders Elsevier. Diakses tanggal 28 Mei 2017 jam 13.00 WIB

Carpenito. Lyndia Jual, (2009), Diagnosa Keperawatan Aplikasipada praktek klinik, Ed 9 Jakarta : EGC

Dinkes Pemprop Jateng. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011. http:/www.dinkesjatengprov.go.id/. Diakses tanggal 7 Juni 2017 jam 05.00 WIB

Elizabet J. Crowin. (2009). Patofisiologi. Buku Saku. ED 3. Jakarta : EGC

Haryanti.I,A. P & Nisa,K. (2015). Terapi Konservatif dan terapi pengganti ginjal sebagai penatalaksanaan pada Gagal Ginjal Kronik. Majority. Volume 4. Nomor 7. Juni.Diakses tanggal 25 Mei 2017 jam 15.30 WIB

http://www.who.int/subtanceabuse/researchtools/en/indonesianwhoqol.pdf. Diakses tanggal 02 Juni 2017 jam 03.00 WIB

Lukman, N.(2013). Hubungan Tindakan Hemodialisa Terhadap Tingkat Deprasi Klien Gagagl Ginjal Kronik di Ruangan Dahlia Rsup PROF Dr.R.D KANDOU MANADO (Karya Akhir). Manado:Universitas Sam Ratulangi.2015.Diakses tanggal 10 Juni 2017 jam 9.30 WIB

Morton.P.G.dkk (2014). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Volume 1. Jakarta : EGC

Nutritional management stage 5 of chronic kidney disease. Jurnal of renal care,38 (1), 50-58. Doi: 10.1111/j.1755-6686.2012.00266.x.Diakses tanggal 25 Mei 2017 jam 7.25 WIB

(20)

Pasticci. F. Fantuzzi. A.L.Pegaroro M.Meccan.M.& Bedogni.G. (2012). Thomas et, al, 2009, Effect of pacient counseling on quality of life of hemodialysis patien india, Pharmacy practice (internet ) 2009 juli-sept;7(3):181-184. Diakses tanggal 3 Mei 2017 jam 1.55 WIB

Potter & Perry. (2009). Fundamental of nursing 7 th Edition.Jakarta:EGC

Setiadi. ( 2012 ). Konsep & praktik penulisan keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu

Smeltzer,s.c dan Bare.b.g (2011). Buku keperawatan medical bedah Bruner & suddarth.Edisi.jakarta:EGC.Jurnal Ners Indonesia.Diakses tanggal 10 Juni 2017 jam 19.35 WIB

Abboud, H & Henrich, W. L. (2010). Stage 1V chronic kidney disease The New England journal of medicine, N Engl J Med 2010,362.56-6

Meliana, R. (2013). Hubungan kepatuhan terhadap terjadinya overload pada pasien gagal ginjal kronik post hemodialisa di rumah sakit Fatmawati

(Skripsi, tidak dipublikasikan). Program Studi sarjana Falkutas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok- jawa barat, Indonesia.

Pasticci, F., Fantuzzi, A. L., Pegagaro M., Mc Cann, M., & Bedogni, G. (2012). Nutritional management stage 5 of chronic kidney disease. Jurnal of

renal care, 38 (1), 50-58. doi: 10.1111/j.1755-6686.2012.00266.x

Shepherd. A. (2011) Measuring and managing fluid balance. Nursing times 107 (28), 12-16. Diperoleh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p ubmed/ 21941718

Dewi, IGAPA. (2010). Hubungan antara Quick of Blood (QB) dengan Adekuasi Hemodialisis pada pasien yang menjalani Terapi Hemodialisa di Ruang HD BRSU Daerah Tabanan Bali. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Price, S.A. & Wilson L.M.(2009). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi Keempat. Jakarta:EGC

Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing (11th ed). Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Wayan, P.S.Y.,S.Herawati.(2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Vol III Ed 4. Jakarta:EGC.

(21)

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Price, S.A. & Wilson L.M.(2009). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi Keempat. Jakarta:EGC

Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing (11th ed). Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

(22)
(23)
(24)

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DEWASA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2017

Tanggal masuk RS : Tanggal pengkajian:

A. BIODATA

1. Identitas Pasien

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Alamat :

Pekerjaan :

Tanggal Masuk RS : Tanggal Pengkajian : Diagnosa Medis : No Rekam Medis : 2. Identitas Penanggung Jawab

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

(25)

Pekerjaan :

(26)
(27)

8. Terapi

C. ANALISA DATA

No Hari / Tanggal

Data Fokus Problem Etiologi

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

No DX Keperawatan Tujuan (NOC) NIC(intervensi)

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal/jam DX Implementasi Respon Paraf

G. EVALUASI KEPERAWATAN

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

GAGAL GINJAL KRONIS ( CKD )

RINA WIJI LESTARI

A01401949

PROGRAM STUDI DIII AKADEMI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

(75)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

GAGAL GINJAL KRONIS ( CKD )

Pokok Bahasan : Gagal Ginjal Kronis ( CKD )

Sasaran : Pasien dan keluarganya

Hari / tanggal : 12 Juli 2017

Waktu : 30 menit

Tempat : Ruang Cempaka , RSUD Dr.Soedirman Kebumen

I. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan keluarga pasien dapat memahami tentang Kebutuhan Nutrisi Gagal Ginjal Kronis.

II. TUJUAN KHUSUS

1. Keluarga dapat menyebutkan

2. Keluarga dapat berperan dalam mel Kebutuhan Nutrisi Gagal Ginjal Kronis..

III. MATERI

Terlampir

IV. METODE

(76)

V. MEDIA dan menyetujui kontrak waktu yang ditetapkan bersama

3. Melakukan pendidikan kesehatan tentang Efusi pleura

(77)

5. Mengakhiri kontrak waktu dan berpamitan kepada pasien dan keluarganya

5’ Pasien dan keluarga

mempersilahkan dengan baik

VIII. EVALUASI

Evaluasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dan melihat proses selama penyuluhan dan evaluasi hasil berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian

(78)

Tahapan penyakit gagal ginjal kronis berlangsung secara terusmenerus dari waktu ke waktu. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI)mengklasifikasikan gagal ginjal kronis sebagai berikut:

Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR >90 mL/min/1.73 m2)

Stadium 2: ringan (GFR 60-89 mL/min/1.73 m2)

Stadium 3: sedang (GFR 30-59 mL/min/1.73 m2)

Stadium 4: gagal berat (GFR 15-29 mL/min/1.73 m2)

Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 mL/min/1.73 m2)

Pada gagal ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin yang abnormal (Arora, 2009)

B. Penyebab

(79)

C. Tanda dan Gejala CKD ( Chronic Kidney Disease )

Nah bagi anda yang memiliki resiko tinggi terkena penyakit gagal ginjal kronik maka sangat penting bagi anda mengetahui gejala dan tanda CKD (Chronic Kidney Disease) dan berikut ini adalah beberapa gejala

tersebut:

1. Mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil serta tejadinya perubahan yang nyata pada warna air kencing

2. Sering buang air kecil dimalam hari

3. Retensi air dalam tubuh yang ditandai dengan membengkaknya pergelangan kaki & tangan

4. Merasa seperti buang air kecil tetapi tidak ada urin yang keluar 5. Merasakan lelah yang berlebihan

(80)

9. Mual dan muntah 10.Sakit kepala 11.Otot sering kram

12.Warna kulit dan kuku pucat 13.Munculnya darah dalam urine

Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:toksik uremia yang kurang terdialisis, Peningkatan kadar kalium phosphor, Alergi bahan-bahan dalam proses HD, Kering bersisik

D. Patofisiologi Gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan metabolic (Diabetes mellitus), pielonefritis, obstruksi traktus urinarius, gangguan imunologis, hipertensi, gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan gangguan congenital yang menyebabkan Glomerular filtration rate (GFR) menurun.

(81)

ginjal bila kira – kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih rendah itu (Barbara C Long). Fungsi renal menurun, produk air mmetabolisme protein (yang normalnya diekskresikan kedalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011)

E. Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik

(82)

gram, tetapi pada realitanya kehilangan ini meningkat menjadi 8-9 gram (termasuk 5-6 gram albumin). Pasien dengan dialisis peritoneal akan mengalami kehilangan protein total sebesar 15 gram per sesi dialisis. Pengeluaran ini akan terus meningkat sampai peritonitis diobati. Pasien dengan dialisis juga dapat kehilangan protein akibat dari sampling darah untuk check laboratorium. Pasien dengan kadar Hb yang normal, akan mengalami kehilangan protein sebesar 16 gram setiap 100 mL darah diambil dari tubuh. Malnutrisi pada pasien gagal ginjal juga dapat disebabkan karena aktivitas bakteri pada usus dan meningkatnya katabolisme tubuh. Studi kohort yang dilakukan pada 22 pasien dengan dengan gagal ginjal kronis, 36% pasien mengalami overgrowth bakteri di dalam usus. Pasien dengan gagal ginjal selalu dihadapkan dengan "anabolism challanged". Meningkatnya reactan acute-phase pada pasien gagal ginjal dan dialisis akan menghambat produksi albumin dari hati dan meningkatkan katabolisme dari jaringan otot. Asidosis merupakan faktor tambahan yang menggambarkan katabolisme dalam tubuh pasien. Beberapa data hasil penelitian menunjukkan aktivitas dari ubiquitine-proteasome akan menyebabkan proteolitik pada jaringan otot yang merupakan jalur primer dalam katabolisme protein. Acidosis pada pasien gagal ginjal akan menghambat aktivitas osteoblast dan meningkatkan aktiovitas osteoclast yang menyebabkan osteodystrophy pada pasien gagal ginjal.

F. Kebutuhan Cairan

1. Pengaturan Kelebihan Volume Cairan pada Gagal ginjal kronik

(83)

bergantung dengan haluaran urin dalam 24 jam dan ditambahkan dengan Insensible Water Loss (IWL), ini merupakan jumlah yang diperbolehkan untuk pasien dengan gagal ginjal kronik yang mendapatkan dialysis ( Almatsier, 2006; Smeltzer & Bare, 2008 ). Sebagai contoh seseorang yang mengeluarkan urin 300 cc/24 jam, maka cairan yang boleh dikonsumsi adalah : 600 cc + 300 cc = 900 cc/24 jam. Penyokong terapi untuk mencegah kelebihan beban cairan adalah pembatasan asupan cairan dan garam. Untuk memperlambat kebutuhan akan dialysis dapat juga dengan menggunakan diuretic. Saat gagal ginjal kronik memburuk oliguria biasanya akan muncul, merupakan tanda dan gejala kelebihan volume cairan. Pada pasien gagal ginjal kronik, pengkajian status cairan yang berkelanjutan sangat lah penting, yang meliputi melakukan pembatasan asupan dan pengukuran haluaran cairan yang akurat, menimbang berat badan setiap hari dan memantau adanya kompikasi cairan. Bila tidak melakukan pengukuran asupan dan haluaran cairan akan mengakibatkan edema, hipertensi, edema paru, gagal jantung, dan distensi vena jugularis, kecuali akan dilakukan terapi dialysis (Morton, 2014)

2. Pembatasan Cairan

Pembatasan cairan dapat bervariasi untuk setiap pasien tergantung faktor – faktor seperti berat badan antara perawatan, urin dan bengkak. Untuk pasien dialysis, komplikasi akibat kelebihan volume cairan adalah : Tekanan darah tinggi, penurunan tekanan darah secara tiba (Saat hemodialisis), sesak nafas, masalah jantung denyut jantung cepat otot jantung melemah.

3. Tips untuk mengontrol dahaga atau rasa haus a. Membatasi jumlah natrium dan makanan pedas

b. Minum sedikit – sedikit secara sering haus akan berkurang. c. Cobalah es.mencoba jus buah yang di bekukan .

(84)

G. Kebutuhan nutrisi pasien gagal ginjal a. Kebutuhan Energi

Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan pasien dengan hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang. Menurut National Kidney Foundation's, kebutuhan kalori pada pasien gagal ginjal pada hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang adalah 30-35 kalori/Kg. Sedangkan pada pasien yang dihemolisis dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari dekstrose dalam larutan diasylate. Sehingga kalori ini perlu diperhatikan. Sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal akan mengalami edema, sehingga perlu diketahui berat badan aktual pasien agar pemenuhan kebutuhan energi dapat diketahui. Berdasarkan National Kidney Foundation dan data NHANES II apabila berat pasien <95%>115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan perhitungan rumus) digunakan dalam menentukan energi. Rumus untuk mengetahui berat badan perkiraan adalah sebagai berikut: berat badan ideal+[(aktual edema-free weight-ideal weight)x0,25].

b. Kebutuhan Protein

(85)

fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat perlakuan dialisis maka lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan. Pada pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram per kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang stabil dan sebesar 1,2-1,3 gram untuk pasien dengan heodialisis peritoneal yang stabil. Pasien dengan malnutrisi, acute catabolic illness atau luka postoperatif sebaiknya mendapat protein lebih dari 1,3 gram per kilogram berat badan per hari. Sebuah studi menunjukkan konsumsi protein sebesar 2-2,5 gram per kilogram berat badan per hari dapat memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada pasien dengan gagal ginjal akut. Akan tetapi, konsumsi protein diatas 1,5-1,6 gram per hari per kilogram berat badan akan meningkatkan frekuensi dari dialisis.

c. Kebutuhan Vitamin

(86)

pasien hemodialisis Vitamin Rekomendasi Thiamin Riboflavin Niacin Asam pantotenat Piridoksin Sianokobalamin Biotin Asam askorbat Asam folat Zink 1,1-1,2 mg/hari 1,1-1,3 mg/hari 14-16 mg/hari 5 mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga mengandung kadar fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah hilangnya kalsium adalah dengan membatasi asupan makanan yang mengandung fosfat yang tinggi. Untuk menjaga keseimbangan kadar kalsium dan fosfat biasanya penderita diminta mengkonsumsi obat pengikat fosfat (phosphate binder) dan bijaksana dalam mengkonsumsi makanan. Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau menunda kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat dari asidosis kronis dan gangguan metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu biasanya dibatasi hanya 1 mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan protein dan fosfat, maka diperlukan suplemen tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh diberikan bila kadar fosfat serum tidak terkontrol, karena bahaya terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.

(87)

berikut ini terkandung kadar fosfat yang tinggi yaitu : · Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream · Kacang kacangan, selai kacang · Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet yang mengandung fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan yang disebutkan diatas cukup untuk membatasi protein yang masuk, dan memungkinkan tercapainya kadar pemasukan yang diinginkan. Antasida aluminium hidroksida diberikan secara oral bila diperlukan untuk mengikat fosfat makanan dan mencegah absorpsinya. Aluminium hidroksida ini dapat ditambahkan dalam adonan kue supaya dapat lebh mudah diterima oleh pasien. Namun, kecenderungan saat ini adalah lebih banyak menurunkan kadar fosfat dari makanan dan minuman daripada penggunaan zat pengikat secara rutin. Penggunaan aluminium hidroksida yang menahun dapat mengakibatkan keracunan aluminium dengan gejala ataksia, demensia, dan memperburuk osteodistrofi tulang.

c. Kalium Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita terutama untuk membantu otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium dengan kadar yang cukup tinggi banyak ditemukan pada sebagian besar makanan seperti : · Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang · Susu dan Yoghurt Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi seperti daging sapi, daging babi,dan ikan.Terlalu banyak kalium atau terlalu sedikit akan berbahaya bagi tubuh. Tiap penderita gagal ginjal mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda – beda, ada yang membutuhkan banyak kalium, sementara ada juga yang harus membatasi kalium. Semua itu tergantung dari tingkat kerusakan ginjal dari penderita.

(88)

antara asupan sodium, penyakit ginjal dan hipertensi. Sodium juga banyak ditemukan pada makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar sodium yang tinggi.

G. Tujuan Diet

Gagal Ginjal Akut :

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.

2. Menurunkan kadar ureum darah.

3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat penyembuhan. ·

Gagal Ginjal Kronis :

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan

memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.

2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.

3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus.

Gagal Ginjal dengan Dialisis :

1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal.

2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

(89)

Gagal Ginjal Kronik (CKD)

(90)

Pengertian

 Gagal Ginjal Kronis ( CKD ) merupakan gangguan

fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia

(91)

Tanda dan Gejala

 Mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil serta tejadinya perubahan yang nyata pada

warna air kencing

 Sering buang air kecil dimalam hari

 Retensi air dalam tubuh yang ditandai dengan membengkaknya pergelangan kaki & tangan

 Merasa seperti buang air kecil tetapi tidak ada urin yang keluar

 Merasakan lelah yang berlebihan, Erupsi dan gatal pada kulit, Nafsu makan berkurang

 Napas buruk/sesak nafas

 Mual dan muntah, Sakit kepala, Otot sering kram, Warna kulit dan kuku pucat, Munculnya

darah dalam urine

 Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:toksik uremia yang kurang terdialisis,

Peningkatan kadar kalium phosphor, Alergi bahan-bahan dalam proses HD, Kering bersisik

(92)

Penyebab Gagal Ginjal

1. Rusak fungsi Ginjal

2. Pola hidup ,makan dan istirahat kurang baik : Minuman berwarna, perokok, istirahat kurang, pengkonsumsi alkohol,jarang olahraga,makanan cepat saji, kurang minum air putih

3. Hipovolemia (volume darah yang rendah) karena kehilangan darah

4. Dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (misalnya, muntah , diare , berkeringat, demam )

5. Asupan cairan kurang; Obat, misalnya, diuretik dapat menyebabkan kehilangan air yang berlebihan, dan Aliran darah yang abnormal ke dan dari ginjal karena

penyumbatan arteri atau

(93)

1. Energi :Energi cukup, yaitu 35 kkal/Kg BBI

2. Lemak : Lemak cukup, yaitu antara 20–30% dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda

3. Protein :Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama dialisis. Protein diberikan 1,2g/KgBBI/Hari untuk dewasa dan 1,5–2 g /KgBB/hari untuk anak–anak.

4. Karbohidrat : Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal lemak karena kondisi pasien koma (kegawatan). Untuk pasien yang menjalani cuci darah karbohidrat diberikan 55% dari total

energi yang dibutuhkan (Andry Hartono, 2008).

5. Natrium :Natrium dibatasi bila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3 g. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urine yang keluar selama 24 jam yaitu : - 1 g +

penyesuaian terhadap urine sehari, yaitu 1 g setiap ½ ltr urin HD- 1-4 g + penyesuaian terhadap urine sehari

yaitu 1-4 g setiap ½ ltr urin HD

6. Fosfor : Pada klien yang menjalani cuci darah, asupan fosfor dapat sedikit dinaikkan menjadi 17 mg/kg BB/hari.

7. Kalium : Kalium dibatasi (40–70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq) oliguria, atau anuria. - 2 g + penyesuaian terhadap urine sehari, yaitu setiap ½ ltr urin HD

- 3 g + penyesuaian terhadap urine sehari yaitu setiap ½ ltr urin HD

Kadar kalium dalam serum harus dijaga dalam kisaran 3,5–5 mEq/l, untuk mencegah akibat yang

seriusterhadap otot jantung

8. Kalsium : Kalsium tinggi yaitu 1000 mg/hari bila perlu diberikan suplemen kalsium.

(94)

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Pasien gagal ginjal kronik perlu belajar mengenal tanda ketidakseimbangan cairan, mengatur asupan cairan sesuai program dokter, dan menerapkan terapi diet. Pasien harus memantau asupan dan haluarannya. Mengatur asupan natrium dapat menjadi tantangan berat bagi pasien. Tambahan berat badan yang tiba-tiba dapat menunjukkan retensi cairan yang disebabkan kelebihan asupan natrium, yang menyebabkan rasa haus dan membuat pasien banyak minum. Kata natrium atau "garam" pada label makanan yang dibeli dipasar harus diperhatikan. Pengganti garam harus dihindari karena mengandung banyak kalium.

Tips untuk mengontrol dahaga atau rasa haus

1. Membatasi jumlah natrium dan makanan pedas

2. Minum sedikit–sedikit secara sering haus akan berkurang. 3. Cobalah es.mencoba jus buah yang di bekukan .

Referensi

Dokumen terkait

GAMBARAN INTAKE KALORI, PROTEIN DAN CAIRAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI UNIT HEMODIALISIS.. RS DR.M

Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang mengalami hipoglikemia di ruang hemodialisa.. Metode

penanganan pada Ny.S dengan gagal ginjal kronik yang mengalami anemia di. ruang

Pasien Gagal Ginjal Kronik Tindakan Hemodialisis Tingkat Kecemasan Kejadian komplikasi

Latar Belakang : Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa mengalami stres atau ketegangan psikologis dalam kehidupan sehari-hari memerlukan kemampuan pribadi maupun

Uji yang dilakukan kepada 76 orang klien gagal ginjal kronik, dengan desain penelitian menggunakan deskripitif korelatif dengan pendekatan kuantitatif menyimpukan bahwa

Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang paling umum dijalani oleh pasien gagal ginjal kronik (GGK). Tingginya insiden dan.. prevalensi gagal ginjal kronik baik

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman dengan masalah keperawatan ansietas