• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik (GGK)/Chronicrenal

failure (CRF)

ASUHAN KEPERAWATAN CHRONICRENAL FAILURE (CRF)/ GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

1. Pengertian

Gagal ginjal ialah ketidak mampuan ginjal mengangkut sisa metabolisme tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dikeluarkan melalui urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan fungsi ekskresi ginjal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin, metabolik, cairan,

elektrolit, dan asam basa. Gagal ginjal adalah penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Saifudin, 2010).

Gagal ginjal kronik/chronic renal failure ialah gangguan fungsi ginjal yang berlangsung secara progresif dan fungsi organ tidak dapat kembali normal, dimana kemampuan organ gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain didalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; hal. 1448)

II. Penyebab

Menurut Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan penyebab dari gagal ginjal adalah:

a. Glomerulonefritis (25%)

Menurut markum (1998) glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang penyebabnya belum jelas.

Menurut prodjosudjadi (2006) Berdasarkan sumber terjadinya kelainan glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder.

-Primer jika penyakit tersebut dasarnya berasal dari ginjal itu sendiri.

-Glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti DIABETES

melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma multipel, atau amiloidosis b. Penyakit DIABETES melitus (20%)

Penyakit DM dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. c. Hipertensi (20%)

d. Ginjal polikistik (10%)

III. Faktor Risiko

Menurut national kidney foundation (2009) yaitu pada pasien dengan DIABETES melitus atau hipertensi, obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga.

(2)

Rumus menilai GFR, yang dihitung menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut: GFR (ml/menit/1,73m2) = (140-umur) x berat badan*

72 x kretinin plasma (mg/dl)

Bila pasien adalah perempuan, maka dikalikan 0,85

(3)

V. Tanda & Gejala

Menurut sukandar (2006) gagal ginjal kronik disertai sindrom azotemia, seperti: kelainan darah, saluran pencernaan, mata, kulit, kelainan syaraf & psikiatri serta kelainan system kardiovaskular

a. Kelainan hemopoeisis

Anemia normokrom normositer dan normositer (MCV 78-94 CU). Anemia yang terjadi sangat bervariasi bila ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.

b. Kelainan saluran cerna Mual dan muntah

c. Kelainan mata

Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien CRF. Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia.

d. Kelainan kulit

Gatal, kulit kering dan bersisik, kadang dijumpai kristal urea pada kulit muka ( urea frost). e. Kelainan selaput serosa

Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis. Kelainan selaput serosa merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis.

f. Kelainan neuropsikiatri

Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi tidak stabil, gangguan tidur, dan gangguan perasaan (depresi).

g. Kelainan kardiovaskular

VI. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan fungsi ginjal: ureum, kreatinin dan asam urat.

2) Mengetahui penyebab gagal ginjal: Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah, elektrolit dan imunodiagnosis.

3) Pemeriksaan penunjang: USG

VII. Pencegahan

(4)

VIII. Penatalaksanaan

a. Terapi konservatif

1) Peranan diet

2) Kebutuhan jumlah kalori

3) Kebutuhan cairan: Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah diuresis mencapai 2 L per hari

4) Kebutuhan elektrolit dan mineral: jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari GFR dan penyakit ginjal dasar.

b. Terapi simtomatik

1) Asidosis metabolic: terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.

2) Anemia: transfuse darah

3) Keluhan GASTROINTESTINAL : tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.

4) Kelainan kulit: tindakan yang diberikan tergantung dengan jenis keluhan kulit.

5) Kelainan neuromuscular: terapi hemodialisis reguler yang adekuat, obat-obatan atau tindakan operasi. 6) Hipertensi: pemberian obat-obatan anti hipertensi.

7) Sistem kardiovaskular: yang dilakukan tergantung dari kelainan jantung yang diderita

c. Terapi pengganti ginjal

Dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, terapi tersebut dapat berupa: 1. Hemodialisa

Menurut sukandar (2006) indikasi tindakan terapi dialysis antara lain perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, oedem paru, hipertensi dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%, dll.

2. Dialisis peritoneal (DP)

Menurut sukandar (2006) indikasi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) yaitu pasien anak-anak dan orang tua (≥ 65 tahun), pasien-pasien yang menderita penyakit sistem kardiovaskular,

mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, stroke, gagal ginjal terminal dengan residual urin masih cukup, Indikasi non-medik, yaitu kemauan pasien, kemampuan pasien untuk mengerjakan sendiri di rumah, dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal.

3. Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal

ASUHAN KEPERAWATAN CHRONICRENAL FAILURE (CRF)/ GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

A. PENGKAJIAN

1. Aktifitas dan Istirahat

Gejala: Kelelahan, lemah, lesu, gangguan istirahat Tanda: Kelemahan otot & penurunan pergerakan tubuh 2. Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi, HR > 90 x/mnt, sakit bagian dada.

Tanda: peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub, hipertensi, disritmia jantung, nadi lemah halus, kecenderungan perdarahan.

3. Integritas Ego

Gejala: Faktor stres, perasaan tidak ber daya, tidak ada kekuatan untuk aktifitas. Tanda: Menolak, cemas, takut, marah, irritable, perubahan kepribadian

4. Eliminasi

Gejala: Penurunan frekuensi BAK, oliguri, anuri, susah BAB, perut kembung

Tanda: perubahan warna urin, urin lebih pekat warna kemerahan/coklat, keruh, urin sedikit (<100 cc/hr) dapat menjadi tidak ada urin.

5. Makanan/Cairan

Gejala: Peningkatan berat badan karena adanya edema, penurunan berat badan karena status gizi kurang, tidak nafsu makan, mual, muntah, rasa pahit pada mulut, penggunaan dieuretik

(5)

gusi/lidah 6. Neurosensori

Gejala: Sakit kepala, gangguan penglihatan, kram pada bagian otot, kejang, dan kesemutan

Tanda: status mental terganggu, penurunan perhatian/penglihatan, kurang berkonsentrasi, sering lupa, penurunan tingkat kesadaran sampai dengan koma.

7. Nyeri/Kenyamanan

Gejala: Nyeri bias terjadi pada bagian panggul, kepala, kaki & kadag terjadi kram otot. Tanda: Distraksi, gelisah

8. Pernafasan

Tanda: napas pendek, Paroksismal Nokturnal Dyspnea (+),batuk produktif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal

Gejala: Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), takipneu, dispnue 9. Keamanan

Gejala: Kulit gatal, infeksi berulang

Tanda: Pruritus, demam (sepsis dan kekurangan cairan), bintik berah pada bagian kulit, mimisan, patah tulang, tumpukan fosfat kalsium pada bagian kulit, range of motion terbatas

10. Seksualitas

Gejala: Penurunan gairah seksual, tidak haid & infertile. 11. Interaksi Sosial

Gejala: Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya 12. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: riwayat DM keluarga, riwayat terpajan toksin, pengguna antibiotic nefrotoksik saai ini/berulang

B. MASALAH KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan

2. Risiko tinggi perubahan NUTRISI : kurang dari kebutuhan tubuh 3. Risiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan

4. Risiko tinggi penurunan curah jantung 5. Intoleransi aktivitas

6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, prognosis dan cara pengobatan

(6)
(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. Edisi ketiga. Jakarta: EGC

Price. Sylvia A. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit ed.6. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C. dan Bare.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8

Volume 3. Penerjemah Agung Waluyo dkk. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Relations between Chronic Renal Failure and Pulmonary Edema in Terms of Radiology HUBUNGAN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN EDEMA PARU DITINJAU DARI..

Menurut Wong (2004) gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir (end stage renal diseases /ERSD) terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu

Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan

Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk

Gagal ginjal kronik juga merupakan suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan Gagal ginjal kronik juga merupakan suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

Relations between Chronic Renal Failure and Pulmonary Edema in Terms of Radiology HUBUNGAN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN EDEMA PARU DITINJAU DARI..