i
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL PADA PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
HAQWA BUDI MELIANA A01401897
PRODI DIII KEPERAWATAN
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Pernyataan Keaslian Tulisan ... ii
Lembar Persetujuan ... iii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah ... 8
B. Landasan Teori ... 16
BAB III METODE STUDI KASUS A.Jenis/Desain/Rancangan ... 31
B.Subyek Studi Kasus ... 31
C.Fokus Studi Kasus ... 32
D.Definisi Operasional ... 32
E. Instrumen Studi Kasus ... 32
F. Metode Pengumpulan Data ... 33
G.Lokasi dan Waktu Studi Kasus ... 34
H.Analisis Data dan Penyajian Data ... 34
I. Etika Studi Kasus ... 34
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN A.Hasil Studi Kasus ... 36
vi BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………...59
B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI:HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA” ini tepat pada waktunya sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Herniyatun M.Kep., Sp.Kep.Mat selaku ketua Stikes Muhammadiyah Gombong.
2. Nurlaila S.Kep,Ns.,M.Kep selaku ketua program studi DIII keperawatan Stikes Muhammadiyah Gombong.
3. Ike Mardiati AgustinM.Kep., Sp.Kep.J selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta dukungan secara teknis penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Tri Sumarsih S.Kep.Ns., MNS selaku penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta dukungan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
5. Bapak Suroso selaku orang tua yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat, kepercayaan, kasihsayang, kesabaran, nasehat dan dukungan dalam segala bentuknya serta atas doanya selama ini yang tidak terbalas oleh apapun.
viii
7. Teman-teman seperjuangan program studi DIII keperawatan tahun angkatan 2014 yang selalu kompak dam memberikan semangat dan motivasi selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan dan bantuan moral selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Kesempurnaan hanya milik Allah semata, untuk itu penulis menginginkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini karena penulis yakinkarya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keperawatan khususnya.
Kebumen, 8 Agustus 2017
ix Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2017
Haqwa Budi Meliana1, Ike Mardiati2
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RSUD Dr. SOEDIRMAN
KEBUMEN
Latar BelakangMenurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa. Tetapi sekitar 4000 sampai 5000 saja seperti yang tercatat pada Indonesian Renal Registry tahun 2010. Penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.M.M Dunda Limboto menemukan hasil bahwa konsep diri pada pasien gagal ginjal kronik dengan tindakan hemodialisa konsep dirinya buruk (61,9%).
Tujuan Umum Karya Tulis IlmiahMenggambarkan asuhan keperawatan gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional pada pasien gagal ginjal kronik.
Metode Karya Tulis Ilmiah ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan pemerikasaan fisik pada dua pasien gagal ginjal yang mengalami harga diri rendah situasional.
Hasil Studi Kasus Setelah dilakukan asuhan keperawatan menunjukkan terdapat penurunan tanda dan gejala kognitif dari pasien 1 sebesar 5 dan pasien 2 sebesar 3. Afektif dari pasien 1 sebesar 3 dan pasien 2 sebesar 3. Fisiologis dari pasien 1 sebesar 4 dan pasien 2 sebesar 2. Perilaku dari pasien 1 sebesar 2 dan pasien 2 sebesar 1. Sosial dari pasien 1 sebesar 1 dan pasien 2 sebesar 1. Kemampuan pasien 1 dan 2 mengalami peningkatan kemampuan pada teknik relaksasi sebesar 100%. Pada kemampuan berdzikir, hanya pasien 2 yang mengalami peningkatan, pasien 1 tidak mengalami peningkatan.
Rekomendasi Perawat disarankan menerapkan teknik relaksasi dan berdzikir dalam memberikan asuhan keperawatan untuk penderita gagal ginjal kronik.
Kata kunci : Gagal ginjal kronik, Hemodialisa, Harga Diri Rendah Situasional.
x DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Sceance Institute of Gombong Scientific Paper, August 2017
Haqwa Budi Meliana1, Ike Mardiati Agustin2 M.Kep.Sp.Kep.J
ABSTRACT
THE NURSING CARE FOR CHRONIC RENAL FAILURE HAVING SELF CONCEPT DISORDER: SITUATIONAL LOW PRESTIGE WITH
HEMODIALYISIS THERAPY IN DR. SOEDIRMAN HOSPITAL KEBUMEN
Background: Association of Indonesian Nephrology shows that there are 70.000 chronic renal failure patients have hemodialysis. But only 4.000 – 5.000 patients registered in Indonesian Renal Registry in 2010. The research conducted by Dr.M.M Dunda Limboto hospital resulted that self concept of chronic renal failure patients with hemodialysis had self concept (61,9%).
Objective: Describing nursing care for chronic renal failure patients having self-concept disoder – situational low prestige.
Method: This Scientific paper is an analytical descriptive with a case study approach. Data were collected through interviews, observations, physical examination, and documentation study. The subjects were 2 chronic renal failure patients having situational low prestige.
Result: After heaving nursing care, there were response decreases in cognitive by 5 (patient 1) and 3 (client 2), affective by 3 (patient 1) and 3 (patient 2), physiological by 4 (patient 1) and 2 (patient 2), behavioral by 2 (patient 1) and 1 (patient 2), social by 1 (patient 1) and 1 (patient 2). The relaxation technique abilty of both patients had increased by100%. While the ability of dzikir, only patient 2 had increased, patient 1 had no increase.
Recommendation: Nurses are suggested to apply relaxation technique in providing nursing care for chronic renal failure patient.
Keywords: Chronic renal failure, hemodialysis, situasional low prestige.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Ginjal Kronik (Cronic Kidney Disease/CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif, bersifat irreversible dan menyebabkan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga mengakibatkan terjadi uremia (Smeltzer, et al, 2008). Penyakit gagal ginjal kronik terdiri dari beberapa tahap, dimana tahap akhir dari penyakit gagal ginjal kronik disebut dengan penyakit ginjal tahap akhir (End State Renal Disease/ESRD). ESRD ditunjukkan dengan ketidakmampuan ginjal dalam mempertahankan homeostatis tubuh (Ignatavicius & Workman, 2006) dengan nilai laju filtrasi glomerolus kurang dari 15 ml/menit/1,73 m2 (Suwitra, 2007).
Menurut World Health Organization (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik (Ratnawati, 2014). Kasus gagal ginjal kronik laporan The United States Renal Data System (USRDS 2013) menunjukkan prevalensi rate penderita penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat pada tahun 2011 sebesar 1.901 per 1 juta penduduk. Treatment of End-Stage Organ Failure in Canada, 2000 sampai 2009 menyebutkan bahwa hampir 38.000 warga Kanada hidup dengan penyakit gagal ginjal kronik dan telah meningkat hampr 3x lipat dari tahun 1990, dari jumlah tersebut 59% (22.300) telah menjalani hemodialisis dan sebanyak 3000 orang berada dijadwal tunggu untuk transplantasi ginjal (Corrigan 2011).
2
(hemodialisis dan peritoneal dialisis) cenderung menjadi metode yang paling umum dari pengobatan (Corrigan 2011). Menurut USRDS (2013) pada tahun 2011, jumlah pasien baru yang memulai hemodialisis mulai turun sebanyak 112.788 orang, sementara 2,855 orang telah menerima dan melakukan transplantasi, total dari semua pasien yang menjalani terapi pada end stage renal disease pada tahun 2011 adalah sebanyak 115,643 orang.
Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal kronik yang cukup tinggi. Menurut dari data Persatuan Nefrologi Indonesia diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal, pada penderita gagal ginjal kronik banyak di lakukan tindakan, namun yang terdeteksi menderita Gagal Ginjal Kronis yang menjalani cuci darah (Hemodialisa) hanya sekitar 4000 sampai 5000 saja seperti yang tercatat pada Indonesian Renal Registry tahun 2010.
3
hemodialisis akan dilakukan seumur hidup ketika fungsi ginjal mengalami kerusakan yang bersifat permanen, yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik (Setiawan & Faradila, 2012).
Klien dengan gagal ginjal kronis (GGK) yang menjalani terapi hemodialisa akan mengalami perubahan bio-psiko-sosio-spiritual dalam kehidupannya. Perubahan biologis (fisik), seperti harus mengatur pola-pola hidupnya yaitu pola-pola makan, pola-pola minum (intake cairan), pola-pola aktivitas dan pola istirahat, semua ini harus seimbang, tidak boleh berlebihan atau disesuaikan dengan kemampuan fisiknya. Perubahan psikologis, termasuk didalamnya ialah kecemasan, ancaman akan kematian, perasaan bersalah karena terus bertanggung pada orang lain, merasa tidak berguna dan tidak berharga. Hal tersebut dapat mengakibatkan klien merasa tidak mampu dan tidak berdaya karena keterbatasan fisiknya, sehingga klien menjadi malu/minder, tidak mau berteman dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sosial atau mengalami perubahan secara sosial. Perubahan spiritualnya klien merasa tidak mampu melakukan kegiatan keagamaan (lubis,2007).
Pasien yang menjalani terapi hemodialisa gagal ginjal kronik akan mengalami masalah fisik, seperti kelemahan, gatal-gatal pada kulit, rambut tipis, penurunan berat badan (malnutrisi) dan juga mengalami masalah psikososial seperti sering diam,merasa kecewa,merasa bersalah,putus asa, malu,tidak ingin bertemu dengan orang lain dan merasa tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri yang kurang (Suharyanto, 2009,p.87).
4
menjalankan peran secara holistik (Purba & Moni 2012). Perubahan fisik akibat penurunan fungsi organ akan mempengaruhi masalah psikis. Hubungan interpersonal yang buruk akibat penurunan fungsi organ dan perubahan pada kondisi fisiknya cenderung mengakibatkan gangguan konsep diri khususnya harga diri rendah (Sukarja dkk, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Hardianti (2014) yang meneliti gambaran psikologis pasien gagal ginjal kronik dengan tindakan hemodialisa di RSUD Dr. M. M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo menemukan hasil bahwa konsep diri pada pasien gagal ginjal kronik dengan tindakan hemodialisa tidak menerima atau konsep dirinya buruk (61,9%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Hyang Reksa Agung (2016) di RS Sentra Medika Cikarang, diketahui hasil distribusi data dari 30 responden pasien hemodialisa yang diteliti terbanyak mengatakan tidak menerima keadaan berjumlah 19 orang (63,3%) dan mengatakan menerima keadaan diri berjumlah 11 orang (36,7%). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan masih banyaknya pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa yang belum bisa menerima keadaan dirinya sehingga menimbulkan gangguan pada konsep dirinya yaitu harga diri rendah.
5
Menurut Keliat (2011), tanda dan gejala harga diri rendah yaitu mengkritik diri sendiri, merasa tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri. Klien dapat diamati dengan harga diri rendah yang tampak kurang memperhatikan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, kontak mata mudah beralih, bicara lambat dengan nada suara rendah. Tanda dan gejala yang dialami pada klien harga diri rendah perlu mendapatkan penanganan yang tepat karena jika tidak, hal ini dapat menyebabkan timbulnya masalah psikologis lain yang lebih serius. Morton (2011), menyebutkan bahwa masalah harga diri rendah dapat berkembang menjadi gangguan jiwa seperti depresi, ansietas, dan panik. Klien yang memiliki harga diri rendah sering kali tidak dapat mengontrol situasi dan tidak merasakan manfaat dari pelayanan kesehatan (Potter, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati dan Rosita (2008) yang menunjukkan bahwa individu dengan konsep diri yang positif memiliki tingkat depresi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan individu dengan konsep diri yang negatif disebabkan karena konsep diri yang dimiliki akan mempengaruhi individu dalam proses berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa terjadi penurunan gejala dan peningkatan kemampuan klien harga diri rendah situasional secara signifikan setelah diberikan tindakan keperawatan (Pardede, Keliat dan Wardani, 2013).
Dari latar belakang tersebut,penulis tertarik untuk meneliti atau mengkaji lebih lanjut tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien yang Menderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Situasional”.
B. Rumusan Masalah
6
tindakan yang harus dijalani, pasien yang menjalani hemodalisis otomatis hidupnya bergantung pada mesin. Pola hidup juga berubah seperti diet yang ketat, pembatasan cairan, kehilangan kebebasan pribadinya. Pasien akan mengalami kejenuhan atau bosan akibatnya timbullah pikiran-pikiran negatif, perilaku maladaptif (merasa tidak berarti, merasa menilai diri negatif, merasa malu dan menghindari orang lain).
Rumusan masalah yang berkaitan dengan latar belakang diatas adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa masalah utama: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi Hemodialisa?”
C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gangguan konsep diri pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian terhadap klien yang menderita Gagal Ginjal Kronik dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah yang menjalani Terapi Hemodialisa
b. Merumuskan diagnosa asuhan keperawatan terhadap klien yang menderita Gagal Ginjal Kronik dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah yang menjalani Terapi Hemodialisa
a. Menentukan perencanaan asuhan keperawatan untuk pemecahan masalah terhadap klien yang menderita Gagal Ginjal Kronik dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah yang menjalani Terapi Hemodialisa
7
c. Mengevaluasi tindakan yang sudah di laksanakan terhadap klien yang menderita Gagal Ginjal Kronik dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah yang menjalani Terapi Hemodialisa d. Mendokumentasikan hasil setiap tahapan dari proses keperawatan
pada klien yang menderita Gagal Ginjal Kronik dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah yang menjalani Terapi Hemodialisa.
D. Manfaat Studi Kasus
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi masyarakat
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi pengelola klien gagal ginjal kronik
b. Untuk mengetahui mengenai pentingnya hemodialisa bagi klien gagal ginjal kronik untuk kelangsungan hidupnya.
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan, khususnya keperawatan jiwa pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa dengan gangguan konsep diri.
3. Bagi Penulis
Daftar Pustaka
Azizah, M.L. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Brunner & Suddarth. (2008). “Keperawatan Medikal Bedah”. EGC. Jakarta
Corrigan, RM. (2011). “The experience of the older adult with end-stage renal disease on hemodalysis”, Thesis, Queen’s University, Canada
Carpernito, I.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Damayanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa, Bandung:PT.Refika Aditama
Dalyono. (2007).Psikologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta.
Daurgidas, J.T.Blake,P.B., & Ing,T.S. (2007). Handbook of dialysis.4th edition. Philadelphia: Mosby.
Denhaerynck, Kris,. Manhaeve, Dominique., Bobbles, Fabienne., Garzoni, Daniela., Nolte, Christa., Geest, De, Sabina. (2007). Prevalence and Consequence of Nonadherence to Hemodalysis Regimen. [on-line] American Journal of Critical Care; 16,3; ProQues p.222. http://m.ajcc.aacnjournals.org/cgi/reprintframed/16/3/222/
Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar Dan Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksaan Tindakan Keperawatan (LP dan ST), Jakarta: Salemba Medika.
Hardianti. (2014). Gambaran Psikologis Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan Tindakan Hemodialisa di RSUD Dr.M.M Dunda Limboto kab.Gorontalo. http://eprints.ung.ac.id. Di akses 14 Maret 2014.
Hyang Reksa Agung. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Mekanisme Koping Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di RS Sentra Medika Cikarang. Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang.
Keliat,B.A. (2008). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CNH(basic Course). Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Keliat,B.A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CNH(basic Course). Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Lubis, A.J. (2007). Dukungan Sosial Pada Pasien Gagal Ginjal Terminal Yang Melakukan Terapi Hemodialisa. FK-USU.
Marantika, Devi, P.N. (2014). Gambaran Kepatuhan Terhadap Anjuran Medis pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara.
NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2011) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.
Ratnawati, Widyastuti. (2014). Korelasi lama menjalani hemodialisis dengan indeks massa tubuh pasien gagal ginjal kronik di RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU (Diakses 10 Februari 2016).
Rohmah. N, (2009). Proses Keperawatan Teori Dan Aflikasi Yogyakarta : Ar-ruzz
Sari. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan pada Klien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Ruang Hemodialisis RSUP Fatimah. Jakarta. Eko Karyani, Edisi 5,Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9 ed.). Missouri: Mosby, Inc.
Suharyanto, Toto. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Me.
Suwitra K. (2007). Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.581-584.
Wilkinson.J.M. (2007) Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung; PT. Refika Aditama.
Topik Penerapan terapi modalitas berupa terapi spiritual dzikir pada
pasien
Pengertian Terapi yang menggunakan media dzikir mengingat Allah yang
bertujuan untuk memfokuskan pikiran. Dengan bacaan do’a
dan dzikir orang akan menyerahkan segala permasalahan
kepada Allah, sehingga beban stress yang dihimpitnya
mengalami penurunan. (Fanada, 2012 dikutip Indri W, 2014)
Tujuan 1. Dzikir dapat mengusir, menundukkan dan membakar
setan, karena dzikir bagaikan benteng yang sangat kokoh
yang mampu melindungi seorang hamba dari serangan
musuh-musuhnya.
2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan
depresi, dan dapat mendatangkan ketenangan,
kebahagiaan dan kelapangan hidup. Karena dzikir
mengandung psikoterapeutik yang mengandung kekuatan
spiritual atau kerohanian yang dapat membangkitkan rasa
percaya diri dan rasa optimisme yang kuat dalam diri
orang yang berdzikir.
3. Dzikir dapat menghidupkan hati
4. Dzikir dapat menghapus dosa dan menyelamatkannya dari
adzab Allah, karena dengan berdzikir dosa akan menjadi
suatu kebaikan yang besar, sedang kebaikan dapat
menghapus dan menghilangkan dosa.
Waktu Setelah melaksanakan kegiatan shalat 5 waktu
Pelaksana Mahasiswa Praktika Senior
Prosedur A. Persiapan Alat dan Lingkungan
Penatalaksanaa
n Terapi
Spiritual Dzikir
1. Persiapan perlengkapan ibadah (seperti tasbih, sajadah,
dsb)
2. Lingkungan yang hening sehingga dapat berkonsentrasi
secara penuh B. Langkah-langkah
Langkah-langkah respon rileksasi menurut Dr.dr Samsuridjal
Djauzi, SpPD., KAI (2008) antara lain :
1. Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan
2. Duduklah dengan santai
3. Tutup mata
4. Kendurkan otot-otot
5. Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan
kalimat spiritual yang dibaca secara berulang-ulang
6. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan
pikiran
2. Menganalisis sesi yang telah dilakukan untuk melihat
kefektifan terapi.
dapat mengetahui progres teknik yang dilakukan klien
Tindakan Keperawatan (Keliat et.al.2011) Ditujukan pada pasien Harga Diri Rendah : Tindakan Keperawatan
a. Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan. b. Praktikkan bicara pada diri (self talk): tuliskan gambaran singkat tentang
perubahan dan konsekuensi yang ditimbulkan, (contohnya : Kenapa saya harus sakit seperti ini ?) dan tuliskan 3 hal manfaat tentang situasi ini c. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
Perawat dapat melakukan hal-hal berikut :
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Beri pujian yang realisitik dan hindarkan penilaian negatif.
d. Membantu klien untuk memilih/mentapkan kemampuan yang akan dilatih. e. Latih kemampuan yang dipilih klien.
f. Bantu klien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih. 1) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan klien sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan.
4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang akan dilatih
5) Berikan klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.
g. Bantu individu menerima perasaan positif dan negatif.
h. Anjurkan analisis terhadap perilaku terbaru dan konsekuensi yang telah dilatih.
1. SP 1 pasien: Assesment harga diri rendah dan mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
a. Bina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai
2) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian tanda dan gejala agar proses penyembuhan lebih cepat.
b. Membuat kontrak (inform consent) setiap pertemuan c. Bantu pasien mengenal harga diri rendah:
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya..
2) Bantu pasien menyadari perilaku akibat harga diri rendah 3) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan
evaluasi diri yang positif yang terdahulu
d. Bantu pasien mengidentifikasi keterbatasan serta potensi yang dimiliki.
e. Memberi motivasi pada klien dan memberi penguatan.
f. Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga dan lingkungan.
Strategi Komunikasi Orientasi
Salam Terapeutik :
“Assalamu’alaikum mba/mas, Perkenalkan nama saya Haqwa. Saya
mahasiswa dari Stikes Muhammadiyah Gombong yang bertugas merawat mba/mas disini.
“Nama mba/mas siapa?Suka di panggilnya apa?”
Evaluasi/Validasi :
Kontrak :
“Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang apa yang
mba/mas rasakan sehubungan dengan kondisi mba/mas sekaligus cara mengatasinya?Bagaimana kalo disini saja ya mba/mas?”
Kerja
“Apa yang mba/mas rasakan sekarang? Adakah hal lain yang mba/mas
pikirkan terkait kondisi yang sedang dihadapi?Apakah ada perasaan
khawatir atau perasaan yang lain?”
“Apa yang menyebabkan mba/mas merasa seperti itu?Menurut
mba/mas, apa yang mba/mas yakini tentang kondisi mba/mas?Bagaimana dukungan keluarga atau orang yang terdekat dengan terkait kondisi mba/mas saat ini?Bagaimana dengan pembiayaan rumah sakit? Apa mba/mas pernah mengalami perasaan seperti ini sebelumnya?Bagaimana prestasi mba/mas saat masih sekolah?Adakah orang yang sangat berarti buat mba/mas saat ini?Orang tua?keluarga yang lain?Bagaimana hubungan mba/mas
dengan teman?kerabat dekat?tetangga?”
“Apa yang biasanya mba/mas lakukan kalau perasaan minder itu mulai
muncul?Apakah mba/mas pernah menyampaikan masalah ini ke orang-orang terdekat mba/mas?Kalau pernah kepada siapa mba/mas
menceritakan masalah ini?”
Terminasi : Evaluasi
“Ga terasa sudah 15 menit kita berbincang ya mba/mas, bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?Apakah bermanfaat bagi mba/mas?Bagus. Coba mba/mas ceritakan lagi apa yang sudah kita
obrolkan hari ini. Ya bagus sekali..”
Rencana Tindak lanjut
“Tadi kita sudah memasukkan kegiatan dengan teknik relaksasi dan berdzikir ke dalam jadwal harian”.
Kontrak yang akan datang:
“Besok kita akan ketemu lagi. Dan kita akan berlatih kemampuan teknik relaksasi dan berdzikir yang sudah direncanakan. Bagaimana?Kita bertemu pagi hari disini?Baiklah saya akan pamit dulu. Sampai ketemu besok pagi ya mba/mas. Assalamu’alaikum”.
2. SP 2 Pasien : Melatih pasien melakukan kegiatan yang telah dipilih a. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang
dipilih
b. Melatih kemampuan yang dipilih
c. Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang dilakukan.
Strategi Komunikasi Orientasi :
Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mba/mas”
Evaluasi
“Bagaimana perasaannya pagi ini?
Validasi
“Apakah mba/mas sudah mencoba kegiatan yang akan dilatih? Coba
Kontrak
“Baiklah, sesuai kontrak kemarin kita akan latihan kemampuan yaitu teknik relaksasi dan berdzikir. Tujuannya agar mba/mas mampu melatih kemampuan yang telah mba/mas pilih dan lebih mengingat Allah SWT, Bagaimana mba/mas setuju? Baik, mari sekarang kita akan latihan kemampuan mba/mas.
“Waktunya sekitar 15 menit”.
Kerja
“Baiklah mba/mas sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Pertama mba/mas tarik nafas dalam-dalam dari hidung, keluarkan
lewat mulut, dengan diikuti membaca istighfar jika mampu lalu di lanjutkan dengan berdzikir mengucapkan subhanallah, alhamdulilah dan allahuakbar. Nah selesai.”
“Sekarang coba mba/mas yang melakukan”
“Bagus sekali, mba/mas dapat mempraktekkan tarik nafas dalam dan
“Coba ibu sebutkan lagi cara latihan teknik nafas dalam dan berdzikir”
Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana jika kegiatan teknik nafas dalam dan berdzikir ini
dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari mba/mas. Mau berapa kali mba/mas melakukan teknik nafas dalam dan berdzikir? Bagus sekali saat cuci darah dan sehabis solat yah?”
Kontrak
“Besok kita akan latihan ulang untuk kemampuan yang tadi sudah
Jadwal kegiatan harian pasien 1 di ruang Cempaka
No Kegiatan
Jumat Sabtu Minggu Senin
M B T M B T M B T M B T
1. Latihan teknik relaksasi
Bantu Bantu Bantu Mandiri
2 Berdzikir Tidak Melakukan
Bantu Bantu Bantu
Ket : M : Mandiri B : Bantu
Jadwal kegiatan harian pasien 2 di ruang Hemodialisa
No Kegiatan
Kamis Senin
M B T M B T
1. Latihan teknik relaksasi
Bantu Mandiri
2 Berdzikir Bantu Mandiri
Ket : M : Mandiri B : Bantu
SOP TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
1. Mencari posisi yang paling nyaman
2. Pasien meletakkan lengan disamping pasien
3. Kaki jangan di silangkan
4. Tarik napas dalam, rasakan perut dan dada anda terangkat perlahan
5. Rileks, keluarkan napas dengan perlahan-lahan
6. Hitung sampai 4, tarik napas pada hitungan 1 dan 2, keluarkan napas pada
hitungan 3 dan 4
7. Lanjutkan bernapas dengan perlahan, rilekskan tubuh, perhatikan setiap
ketegangan pada otot anda
8. Lanjutkan untuk bernapas dan rileks
9. Konsentrasi pada wajah anda, rahang anda, leher anda, perhatikan setiap
Kesulitan
10. Napas dalam kehangatan dan relaksasi kosentrasi setiap ketegangan di tangan
anda, perhatikan bagaimana rasanya
11. Sekarang buat kepalan-kepalan tangan yang kuat, saat anda mulai
mengeluarkan napas, relaksasikan kepala dan tangan anda.
12. Perhatikan apa yang dirasakan tangan anda, pikir “rileks” tangan anda terasa
hangat, berat atau ringan.
13. Upayakan untuk lebih rileks dan lebih rileks lagi.
14. Sekarang focus pada lengan atas anda, perhatikan setiap ketegangan,
relaksasikan lengan anda, biarkan perasaan relaksasi menyebar dari jari-jari
dan tangan anda melalui otot lengan anda.
LEMBAR ASSESMENT TANDA DAN GEJALA HDRS
2. Mengungkapkan tidak berdaya menghadapi situasi atau peristiwa. 1 1 1 1 3. Mengungkapkan tidak berguna, tidak bisa menghadapi situasi atau peristiwa
yang dialami
1 1 0 0
4. Mengungkapkan tidak perguna, tidak bisa menjalankan peran akibat situasi atau peristiwa yang dialami
1 0 0 0
5. Mengungkapkan bimbang saat hendak melakukan aktivitas 1 0 0 0
6. Mengungkapkan adanya tantangan situasional terhadap harga diri 1 1 0 0
4. Makan dan minum berlebihan atau sebaliknya 1 1 1 1
5. Penurunan berat badan 1 0 0 0
No. TANDA DAN GEJALA HDRS Pasien 1
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
6. Pusing dan sakit kepala 1 1 1 1
7. Kelelahan dan keletihan 1 1 1 1
8. Tampak lesu 1 1 1 1
9. Kurang nafsu makan 1 1 1 1
10. Mual dan muntah 1 1 0 0
11. Konstiasi atau diare 1 0 0 0
Jumlah 10 7 6 6
Perilaku
1. Kurang mendukung program pengobatan (malas makan dan minum obat) 1 0 0 0 2. Kurang mampu melakukan sesuatu aktivitas (penurunan produktifitas) 1 1 1 1
3. Tampak ragu-ragu atau bimbang melakukan sesuatu 1 1 0 0
4. Tidak suka membicarakan penyakitnya 0 0 0 0
5. Menolak memegang bagian yang sakit/penolakan realitas 0 0 0 0
Jumlah 3 2 1 1
Sosial
1. Banyak diam (tidak membicarakan penyakitnya) 1 1 1 1
2. Tidak suka berkomunikasi secara verbal 0 0 0 0
3. Kurang kontak mata 1 1 1 1
4. Kurangnya partisipasi social(dalam pembicaraan) 1 1 0 0
LEMBAR ASSESMENT TANDA DAN GEJALA HDRS PADA PASIEN 2
No. TANDA DAN GEJALA HDRS Pasien 2
Hari 1 Hari 2 Kognitif
1. Merasa tidak mampu mengahadapi situasi atau peristiwa. 1 0
2. Mengungkapkan tidak berdaya menghadapi situasi atau peristiwa. 0 0 3. Mengungkapkan tidak berguna, tidak bisa menghadapi situasi atau peristiwa yang dialami 0 0 4. Mengungkapkan tidak perguna, tidak bisa menjalankan peran akibat situasi atau peristiwa yang
dialami
0 0
5. Mengungkapkan bimbang saat hendak melakukan aktivitas 1 0
6. Mengungkapkan adanya tantangan situasional terhadap harga diri 1 0 Jumlah 3 0
1. Ada perubahan actual dan struktur tubuh (salah satunya) 0 0
2. Insomnia atau gangguan tidur 0 0
3. Peningkatan tekanan darah 0 0
5. Penurunan berat badan 0 0
No. TANDA DAN GEJALA HDRS Pasien 2
Hari 1 Hari 2
6. Pusing dan sakit kepala 1 0
7. Kelelahan dan keletihan 0 0
8. Tampak lesu 1 0
9. Kurang nafsu makan 0 0
10. Mual dan muntah 0 0
11. Konstiasi atau diare 0 0
Jumlah 3 1 Perilaku
1. Kurang mendukung program pengobatan (malas makan dan minum obat) 0 0 2. Kurang mampu melakukan sesuatu aktivitas (penurunan produktifitas) 0 0
3. Tampak ragu-ragu atau bimbang melakukan sesuatu 0 0
4. Tidak suka membicarakan penyakitnya 0 0
5. Menolak memegang bagian yang sakit/penolakan realitas 0 0
Jumlah 1 0 Sosial
1. Banyak diam (tidak membicarakan penyakitnya) 1 0
2. Tidak suka berkomunikasi secara verbal 0 0
3. Kurang kontak mata 0 0
4. Kurangnya partisipasi social(dalam pembicaraan) 0 0