E-PROCUREMENT DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA DI INDONESIA
Ditulis oleh :
SAJIDA 145120600111002
ILMU PEMERINTAHAN A-3 2015
Pengadaan barang dan jasa publik yang dilakukan oleh penyelenggara negara dalam hal ini pemerintah merupakan lingkup program pemerintah yang paling berpotensi menimbulkan korupsi. Maka dari itu, untuk mencegah munculnya tindak korupsi dalam pengadaan barang dan jasa, diperlukan prinsip-prinsip yang dilaksanakan oleh seluruh aktor yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa. Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah sebagaimana tertuang pada bagian penjelasan pasal 5 atas Perpres 54 Tahun 2010 ialah efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel.
Transparansi yang dimaksud disini ialah terbukanya informasi mengenai hal yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa, proses penawaran tender antara pejabat publik dan peserta tender, hingga proses akhir persetujuan pengadaan barang dan jasa. Hal ini menjadi penting mengingat bahwa sumber daya finansial dari adanya pengadaan barang dan jasa publik ialah rakyat, rakyat juga sekaligus sebagai konsumen yang secara tidak langsung mendapatkan pelayanan publik dari adanya pengadaan barang dan jasa publik. Transparansi dalam pengadaan barang dan jasa ini sangat perlu dilaksanakan karena ruang pengadaan barang dan jasa yang rentan terhadap Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), misalnya pejabat publik yang korup akan langsung menunjuk sepihak suatu perusahaan untuk mendapatkan proyek pengadaan barang dan jasa dengan menerima imbalan tertentu tanpa adanya proses penawaran secara umum melalui pengumuman resmi. Untuk mewujudkan adanya pengadaan barang dan jasa yang berprinsip transparan dan sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa lainnya, terdapat sistem teknologi informasi yang mempermudah adanya pengadaan barang dan jasa ialah Electronic Procurement yang selanjutnya disingkat E-Procurement.
E-Procurement adalah proses pengadaan barang dan jasa bagi kepentingan publik dengan menggunakan Internet sebagai mekanisme untuk memfasilitasi atau menyelesaikan transaksi.1Penggunaan sistem E-Procurement dalam pengadaan barang
1 J Edgardo Campos. 2007. The Many Faces of Corruption, Tracking Vulnerrabilities at the Sector Level
dan jasa ini memiliki keunggulan atau manfaat dari penggunaan E-Procurement, seperti membantu mempermudah proses transaksi antara pejabat publik dengan calon perusahaan yang akan terlibat dalam pengadaan barang dan jasa, mengurangi anggaran pemakaian kertas (karena penawaran barang dan jasa menggunakan soft file), efisiensi waktu proses penawaran tender hingga proses transaksi, dan sebagainya. Namun, keuntungan utama adanya sistem E-Procurement dalam bahasan ini ialah adanya transparansi dalam pengadaan barang dan jasa publik. Seperti yang telah dibahas sebelumnya terkait dengan pentingnya transparansi, dengan E-Procurement, adanya kesalahan perincian, kejanggalan, penyelewengan dana, korupsi, serta berbagai kekeliruan lainnya yang tidak sesuai dengan prosedur pengadaan barang dan jasa dapat dengan mudah diidentifikasi. Berbeda dengan jika proses penawaran proyek dilakukan secara konvensional dengan dokumen-dokumen penawaran dimana peserta tender harus bertemu langsung dengan pejabat publik yang seringkali menimbulkan benih-benih korupsi dan cenderung mempersulit dilacaknya kasus korupsi yang terjadi didalamnya. Dengan sistem ini, proses penawaran tender secara terbuka dengan sistem online
menjadi harus dilakukan oleh pejabat publik kepada semua calon peserta tender, sehingga kecurangan terhadap pemberian perlakuan “istimewa” dari pejabat publik kepada salah satu peserta tender dapat diminimalisir.
Dasar aturan penggunaan sistem E-Procurement di Indonesia ini juga terdapat pada poin terakhir dalam Perpres 54/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. E-Procurement yang di Indonesia disebut Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa - Bappenas pada tahun 2006 sesuai Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Dari beberapa peraturan resmi tersebut, dapat diartikan bahwa di Indonesia E-Procurement telah dijalankan meskipun belum secara menyeluruh.
Namun demikian, sistem E-Procurement bukanlah “penyelamat” utama dari adanya benih-benih korupsi tanpa adanya regulasi dan mekanisme yang jelas, serta sosialisasi yang mumpuni dari pihak penyelenggara pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Terdapat pula kelemahan-kelemahan yang patut diwaspadai, serta kekurangan yang patut diperbaiki dalam penggunaan sistem ini. E-Procurement sebagai sistem teknologi informasi berpotensi mengalami server yang down dan website yang sulit diakses oleh peserta tender, serta berbagai kendala sistem seperti potensi hacked
Secara umum, dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya penggunaan sistem E-Procurement ini dapat mencegah adanya korupsi dalam pengadaan barang dan jasa yang kerap kali terjadi dan mempermudah proses audit oleh pihak-pihak yang berwenang dalam pengadaan barang dan jasa, selain itu juga dapat membantu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) serta berbagai pihak dalam mengidentifikasi kasus korupsi dalam pengadaan barang dan jasa. Penggunaan E-Procurement ini juga mempermudah pejabat publik dalam melakukan penawaran umum ke peserta tender dan peserta tender juga dapat melakukan penawaran secara lebih mudah. Efektifitas, efisiensi dan transparansi yang ditawarkan oleh E-Procurement menjadi alasan utama perlu digunakannya sistem ini dalam pengadaan barang dan jasa. Namun, dengan tetap melakukan perbaikan di sistemnya serta sosialisasi yang menyeluruh ke semua aktor pengguna E-Procurement dalam pengadaan barang dan jasa.
DAFTAR PUSTAKA
Asliana, endang. 2012. Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia.Jurnal Ilmiah ESAI Volume 6, Nomor 1, Januari 2012 yang diakses dari
http://ojs.jurnal-esai.org/index.php/ojsesai/article/view/2/2 pada 09 Nopember 2015 pukul 14.11
WIB