• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kebijakan Pendidikan islam haslinda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Kebijakan Pendidikan islam haslinda "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Pendidikan

KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

Kelompok III (PMM-2 / VI)

Azman Ridho 35.12.3.079

Umi Habibahtul A’liyah 35.12.3.072 Dosen Pembimbing : Amiruddin, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat karunia dan izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tentang

“Kebijakan Pendidikan” guna memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Pendidikan ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas ini. Penulis mengucapkan terima kasih :

1. Pak Amiruddin, M.Pd., selaku dosen pengampu yang telah membimbing penulis dalam penulisan dan penyelesaian tugas ini dan memberikan gambaran kepada penulis tentang penyusunan tugas ini.

2. Orang tua penulis yang telah memeberikan bantuan meteril sehingga mempelancar penyelesaian makalah ini dan juga dukungan moral yang telah diberikan.

3. Teman-teman yang telah bersedia memberikan masukan yang mendukung kepada penulis mengenai penyelesaian tugas ini.

Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mohon kritik, saran, dan tanggapan yang membangun dan dengan terbuka penulis terima untuk menjadi bahan masukan bagi penulis dalam penulisan tugas yang akan datang. Semoga, tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, Maret 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan Penulisan...2

BAB II KEBIJAKAN PENDIDIKAN A. Konsep Kebijakan dan Kebijaksanaan...3

1. Arti Kebijakan...3

2. Arti Kebijaksanaan...4

B. Pendekatan Kebijakan dalam Pendidikan...5

1. Pendekatan Empirik (Empirical)...5

2. Pendekatan Evaluatif...6

C. Model-model Kebijakan dalam Pendidikan...7

1. Model Deskriptif...8

2. Model Normatif...8

3. Model Verbal...9

4. Model Simbolis...9

5. Model Prosedural...10

6. Model Sebagai Pengganti dan Perspektif...10

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...12

B. Saran...12

DAFTAR PUSTAKA...13

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini sistem pendidikan semakin berkembang pesat. Segala sesuatu yang dapat mengembangkan sitem pendidikan diterapkan guna mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Engkoswara mengatakan, “Administrasi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya manusia yaitu, kurikulum dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan penciptaan suasana yang baik bagi manusia dalam mencapai tujuan pendidikan”.2 Setelah kita mengetahui

definisi administrasi pendidikan tentu administrasi pendidikan menjadi salah satu disiplin ilmu yang berkontribusi untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam administrasi pendidikan terdapat kebijakan pendidikan yang digunakan dalam dunia pendidikan atau persekolah tentunya. Kebijakan disamakan dengan rencana dan program, bahkan sering tidak dibedakan antara perbuatan kebijakan (policy making) atau pembuatan kebijakan (decision making). Tidak hanya itu di dalam kebijakan pendidikan juga terdapat pendekatan dan model-model kebijakan yang digunakan dalam pendidikan. Semuanya ini saling berkaitan guna mencapai suatu tujuan pendidikan.

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3

(5)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu kebijakan ? 2. Apa itu kebijaksanaan ?

3. Apa itu kebijakan pendidikan ?

4. Apa saja pendekatan kebijakan dalam pendidikan ? 5. Apa saja model kebijakan dalam pendidikan ?

C. TUJUA PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui : 1. Arti kebijakan.

2. Arti kebijaksanaan.

3. Pengertian kebijakan pendidikan.

(6)

BAB II

KEBIJAKAN PENDIDIKAN

A. Konsep Kebijakan dan Kebijaksanaan 1. Arti Kebijakan

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia kebijakan berarti kepandaian, kemahiran, kebijkasanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tt pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran; garis haluan.3 Menurut Kamus Oxford, kebijakan berarti “rencana

kegiatan” atau pernyataan-pernyataan tujuan ideal.4

Menurut Nichols, bahwa : “kebijakan adalah suatu keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh pengambilan keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang dan rutin yang terpogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan”. Pendapat lain dikemukakan oleh Klein dan Murphy, bahwa : “kebijakan berarti seperangkat tujuan-tujuan, prinsip-prinsip serta peraturan-peraturan yang membimbing sesuatu organisasi, kebijakan dengan demikian mencakup keseluruhan petunjuk organisasi”.5

Hough (1984) juga menegaskan sejumlah arti kebijakan. Kebijakan bisa menunjuk pada seperangkan tujuan, rencana atau usulan, program-program, keputusan-keputusan, menghadirkan sejumlah pengaruh, serta undang-undang atau peraturan-peraturan. Duke dan Canady mengelaborasikan konsep kebijakan dengan delapan arah pemaknaan kebijakan, yaitu: (1) kebijakan sebagai penegasan maksud dan tujuan, (2) kebijakan sebagai sekumpulan keputusan lembaga yang digunakan untuk mengatur, mengendalikan, mempromosikan, melayani, dan lain-lain pengaruh dalam lingkup kewenangannya, (3) kebijakan sebagai panduan tindakan diskresional, (4) kebijakan sebagai strategi yang

3 , Kamus Besar Bahasa Indonesia , ed.3, cet.1,, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), hal. 149

4 Prof. Dr. Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 129

(7)

diambil untuk memecahkan masalah, (5) kebijakan sebagai perilaku yang bersanksi, (6) kebijakan sebagai norma perilaku dengan ciri konsistensi, dan keteraturan dalam beberapa bidang tindakan substantive, (7) kebijakan sebagai keluaran sistem pembuatan kebijakan, dan (8) kebijakan sebagai pengaruh pembuatan kebijakan, yang menunjuk pada pemahaman khalayak sasaran terhadap implementasi sistem.6

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian tujuan, rencana, program-program yang dibuat untuk menjadi pedoman ketika melakukan kegiatan atau mengambil keputusan di mana kebijakan tersebut memiliki sanksi jika tidak dilaksanakan.

Sementara, kebijakan pendidikan merupakan rumusan dari berbagai cara untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dijabarkan di dalam berbagai kebijakan pendidikan.7

2. Arti Kebijaksanaan

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia kebijaksanaan berarti kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya), kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan.8

Kebijaksanaan (policy) diberi arti yang bermacam-macam. Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan memberi arti kebijkasanaan sebagai “a projected program of goals, values and practices” (“Suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah”). Carl J. Friedrick mendefinisikan kebijkasanaan sebagai berikut “… a proposed course of action of a person, group, or government within a given environtment providing obstacles and opportunities which the policy was proposed to utilize and overcome in an effort to reach a goals ar realize an objective or a purpose” (“… serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap

6 Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si, Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer,

(Malang : UIN-Maliki Press, 2010), hal. 3

7 Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed, Kekuasaan Pendidikan : Manajemen Pendidikan Nasional Dalam Pusaran Kekuasaan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hal. 7

(8)

pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu”).

Pengertian berikutnya dikemukakan oleh James E. Anderson bahwa kebijaksanaan itu adalah : “A purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of cancern” (“Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu”).

Amara Raksasataya mengemukakan kebijaksanaan sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, suatu kebijaksanaan memuat 3 (tiga) elemen, yaitu :

1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.

2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi.9

Dari bebrapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kebijaksanaan adalah serangkaian tindakan yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan dan dilakukan oleh seorang atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

B. Pendekatan Kebijakan dalam Pendidikan 1. Pendekatan Empirik (Empirical)

Pendekatan empiris ditekankan pada penjelasan berbagai sebab dan akibat dari suatu kebijakan tertentu dalam bidang pendidikan yang bersifat faktual atau fakta macam informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif dan prediktif.

Penelitian kebijakan publik bersifat empiris dan kuantitatif pada suatu organisasi dilakukan seperti masalah-masalah kemiskinan, pemberantasan buta huruf, gelandangan di kota, penyakit masyarakat, dan control politik berlawanan dengan tradisi yang lebih tua seperti spekulasi filosofis, mistik, takhayul, dan

(9)

otoritas agama terutama (tidak sepenuhnya) mengandalkan observasi yang didasarkan pada pengalaman inderawi (spekulatif) untuk membenarkan pernyataan dan pengetahuan. Kebijaksanaan merupakan proses rasional dimana analisis menghasilkan informasi dan argument yang masuk akal mengenai pemecahan-pemecahan potensial atas masalah kebijaksanaan.

Dengan demikian informasi kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pendekatan empiris akan menghasilkan informasi penyelenggaraan pembelajaran yang aktual yang dibutuhkan di lapangan pada akhirnya dapat mengarah ke pernyataan kebijakan yang bisa saja sama sekali berbeda dengan kondisi objektif di lapangan.

2. Pendekatan Evaluatif

Pendekatan evaluatif ditekankan pada penentuan bobot atau manfaatnya (nilai) beberapa kebijakan menghasilkan informasi yang bersifat evaluatif. Evaluasi terhadap kebijakan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan evaluative yaitu bagaimana nilai suatu kebijakan dan menurut nilai yang mana kebijakan itu ditentukan. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa evaluasi kebijakan organisasi adalah suatu aktivitas untuk mengetahui seberapa jauh kebijakan benar-benar dapat diterapkan dan dilaksanakan serta seberapa besar dapat memberikan dampak nyata memenuhi harapan terhadap khalayak sesuai direncanakan.

(10)

evaluation) disamping mempersoalkan validitas, realibilitas, dan feasibilitas alat-alat evaluasi, juga sekaligus melihat substansi yang dievaluasi. Informasi-informasi yang didapatkan dalam evaluasi formal ini dilihat kesahihan dan keadaannya, dan substansi-substansi yang dievaluasi juga dilihat apakah telah sesuai dengan target-target yang telah ditetapkan atau belum, dan (3) evaluasi berdasarkan teori keputusan (decision theoretic evaluation) didasarkan atas banyak kompromi dan bahkan consensus, maka evauasi kebijakan berdasarkan teori keputusan ini selain memperhatikan kesahihan dan keandalan juga mempertimbangkan harga atau nilainya, bagi mereka yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan.

Dengan demikian evaluasi kebijakan adalah suatu aktivitas yang didesain untuk menilai sejauh mana kebijkan-kebijakan yang telah dibuat telah berhasil sesuai seperti yang diharapkan atau tidak.10

C. Model-model Kebijakan dalam Pendidikan

Menurut Stokey dan Zeckhuaser “A model is simplified representation of some aspect of the real world. Sometimes of an object, sometimes of a situation or a process. It may be an acyual physical representation, a globe, for instance or a diagram, a concept, oe even a set a question”. Jadi, model adalah representasi dari sebuah aspek dalam dunia nyata yang disederhanakan. Kadang-kadang model berupa objek, sebuah situasi atau proses. Namun, yang jelas model itu represntasi fisik yang nyata. Seperti globe (bole dunia), diagram, sebuah konsep dan bahkan sederet pertanyaan.11

Istilah tipe-tipe model kebijakan menurut Dunn terdiri dari enam model, yaitu model deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolis, model procedural, model sebagai pengganti dan perspektif.

1. Model Deskriptif

10 Dr. H. Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : Alfabeta, 2006), hal. 100 - 102

(11)

Model deskriptif menurut Suryadi dan Tilaar adalah suatu prosedur atau cara yang digunakan untuk penelitian dalam ilmu pengetahuan baik murni maupun terapan untuk menerangkan suatu gejala yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan menurut Cohn model deskriptif adalah pendekatan positif yang diwujudakan dalam bentuk upaya ilmu pengetahuan menyajikan suatu “state of the art” atau keadaan apa adanya dari suatu gejalayang sedang diteliti dan perlu diketahui para pemakai. Tujuan model deskriptif oleh Dunn memprediksikan atau menjelaskan sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-pilihan kebijakan.

Penafsiran secara ilmiah mengenai gejala kemasyarakatan dalam model deskriptif agar diperoleh kesepakatan umum mengenai suatu permasalahan yang sedang disoroti untuk menerangkan suatu gejala, adalah menerangkan apa adanya tentang hasil dari suatu upaya yang dilakukan oleh suatu kegiatan atau program, dan menyajikan informasi yang diperlukan sebagai bahan masukan bagi pengambilan keputusan. Misalnya, untuk meramalkan kinerja pendidikan dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, bersama konsorsium pendidikan pada tataran makro nasional mempersiapkan ramalan yang berkaitan dengan kualitas lulusan dan eliminasi angka drop out sebagai laporan bidang pendidikan oleh Presiden.

2. Model Normatif

(12)

Model normatif tidak hanya memungkinkan analis atau pengambil kebijakan memperkirakan masa lalu, masa kini, dan masa dating. Pendekatan normative dalam analisis kebijakan dimaksudkan untuk membantu para pengambil keputusan (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, dan Kepala Sekolah) memberikan gagasan hasil pemikiran agar para pengambil keputusandapat memecahkan suatu masalah kebijakan. Pendekatan normative ditekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan yang akan dating (aksi) yang dapat menyelesaikan masalah-masalah pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat pada semua jenjang dan jenis pendidikan.

3. Model Verbal

Dalam menggunakan model verbal, analisis bersandar pada penilaian nalar untuk membuat prediksi dan menawarkan rekomendasi. Penilaian nalar menghasilkan argumen kebijakan, bukan berbentuk nilai-nilai angka pasti. Model verbal secara relative mudah dikomunikasikan diantara para ahli dan orang awam, dan biayanya murah. Keterbatasan model verbal adalah masalah-masalah yang dipakai untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implicit atau bersembunyi, sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa secara kritis argument-argumen tersebut sebagai keseluruhan, karena tidak didukung informasi atau fakta yang mendasarinya.

4. Model Simbolis

(13)

data kualitatif atau fakta-fakta yang riel sebagai pertimbangan prediksi dan juga penentuan kebijakan.

5. Model Prosedural

Model prosedural menampilkan hubungan yang dinamis antara variabel-variabel yang diyakini menjadi ciri suatu masalah kebijakan. Prosedur simulasi dan penelitian pada umumnya (meskipun tidak harus) diperoleh dengan bantuan komputer, yang diprogram untuk menghasilkan prediksi-prediksi alternatif di bawah serangkaian asumsi yang berbeda-beda. Model prosedural dicatat dengan memanfaatkan model ekspresi yang simbolis dalam penentuan kebijakan. Perbedaannya, simbolis menggunakan data aktual untuk memperkirakan hubungan antara variabel-variabel kebijakan dan hasil, sedangkan model prosedural adalah mensimulasikan hubungan antara variabel tersebut. Model prosedural dalam ditulis dalam bahasa nonteknis yang terfahami. Kelebihannya memungkinkan simulasi dan penelitian yang kreatif, kelemahannya sering mengalami kesulitan mencari data atau argument yang dapat memperkuat asumsi-asumsinya, dan biaya model procedural ini relative tinggi disbanding model verbal simbolis.

6. Model Sebagai Pengganti dan Perspektif

(14)

Model pengganti (surrogate model) diamsusikan sebagai pengganti masalah-masalah substantif. Model pengganti mulai disadari atau tidak dari asumsi bahwa maslah formal adalah representasi yang sah dari masalah yang substantif. Model perspektif didasarkan pada asumsi bahwa masalah formal tidak pernah sepenuhnya mewakili secara sah masalah substantif, sebaliknya model perspektif dipandang sebagai satu dari banyak cara lain yang dapat digunakan untuk merumuskan masalah substantif. Perbedaan antara model pengganti dan perspektif adalah penting dalam analisis kebijakan publik.14

(15)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebijakan adalah serangkaian tujuan, rencana, program-program yang dibuat untuk menjadi pedoman ketika melakukan kegiatan atau mengambil keputusan di mana kebijakan tersebut memiliki sanksi jika tidak dilaksanakan. Sementara, kebijakan pendidikan merupakan rumusan dari berbagai cara untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dijabarkan di dalam berbagai kebijakan pendidikan.

Kebijaksanaan adalah serangkaian tindakan yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan dan dilakukan oleh seorang atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

Pendekatan kebijakan dalam pendidikan terbagi dua, yaitu : 1. Pendekatan Empirik (Empirical).

2. Pendekatan Evaliatif.

Model-model kebijakan dalam pendidikan menurut Dunn terbagi menjadi enam, yaitu :

1. Model Deskriptif. 2. Model Normatif. 3. Model Verbal. 4. Model Simbolis. 5. Model Prosedural.

6. Model Sebagai Pengganti dan Perspektif.

B. SARAN

Sebagai calon-calon pengambil keputusan hendaknya kita memahami apa itu kebijakan, kebijaksanaan, serta pendekatan dan model-model yang dapat memudahkan kita dalam mengambil keputusan untuk memecahkan suatu masalah.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

Fachruddin, dkk. 2010. Administrasi Pendidikan : Menata Pendidikan untuk Kependidikan Islam. Bandung : Citapustaka Media Perintis.

Fattah, Nanang. 2012. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Islamy, Irfan. 1988. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bina Aksara.

. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, cet.1 . Jakarta : Balai Pustaka.

Rahardjo, Mudjia. 2010. Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer. Malang : UIN-Maliki Press.

Sagala, Syaiful. 2006. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta. Tilaar. 2009. Kekuasaan Pendidikan : Manajemen Pendidikan Nasional Dalam

Pusaran Kekuasaan. Jakarta : Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Sungai Noemuti merupakan sungai yang berada di Kecamatan Bikomi Selatan dengan panjang 30 km yang dipantau secara berkala oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah

Staf Badan Kelengkapan merupakan perwakilan individu dari masing-masing anggota ILMPI yang dipilih dengan mekanisme yang ditentukan oleh Pengurus Harian Nasional

Pengukuran luas daun menggunakan metode LAM maupun FK tidak menghasilkan nilai yang sama pada masing-masing sampel daun tanaman jagung maupun daun tanaman bayam. Hal ini

1.1 Membandingkan keunikan gagasan, teknik, dan bahan dalam karya seni rupa Nusantara 1.2 Merancang karya seni kriya dengan. mempertimbangkan teknik dan corak seni rupa

Padahal dengan adanya perkembangan ilmu dan permasalahan, serta perkembangan zaman saat ini, menuntut lulusan akuntansi yang berprofesi sebagai akuntan atau

Pada pengujian OES ini, sampel harus dikonversi ke bentuk atom bebas dengan Pada pengujian OES ini, sampel harus dikonversi ke bentuk atom bebas dengan menggunakan sumber energi

akan segera turun, merupakan tanda permanen dengan interpretasi tunggal (monosemiotik). 3) Semiotik faunal ( zoosemiotics ), yakni semiotik yang menganalisis sistem

Pada penelitian ini telah dilakukan studi mengenai modifikasi struktur permukaan pelat aluminium dengan bubuk besi menggunakan metoda mechanical alloying (MA) yang bertujuan