• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dra. Sulistyawati, M. Hum. Abdul Rahman Jupri, M. Pd Drs. Dede Hasanudin, M.Pd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dra. Sulistyawati, M. Hum. Abdul Rahman Jupri, M. Pd Drs. Dede Hasanudin, M.Pd"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Dra. Sulistyawati, M. Hum.

Abdul Rahman Jupri, M. Pd

Drs. Dede Hasanudin, M.Pd

(3)
(4)
(5)

v

Karya ini Kami Persembahkan kepada Prof. DR. HAMKA, sumber inspirasi dan teladan kami.

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan FKIP UHAMKA beserta jajarannya.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

3. Rekan-rekan dosen di FKIP UHAMKA

Atas dukungan dan motivasi yang telah diberikan dalam mewujudkan bahan ajar ini, terima kasih.

(7)

vii

DAFTAR ISI

PERSEMBAHAN ... IV UCAPAN TERIMA KASIH ... V DAFTAR ISI ... VI DAFTAR TABEL ...XII DAFTAR GAMBAR ...XIII KATA PENGANTAR ... XIV PRAKATA ... XVI BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Kuliah ... 1

B. Prasyarat Mata Kuliah ... 1

C. Rencana Pembelajaran ... 1

D. Petunjuk Penggunaan Buku ... 10

E. Capaian Lulusan ... 10

F. Bentuk Evaluasi ... 12

BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN LINGUISTIK A. Deskripsi... 13 B. Relevansi ... 13 C. Capaian Pembelajaran MK ... 14 D. Materi Pelajaran 1. Hakikat Linguistik ... 15

2. Hakikat dan Ciri-ciri Bahasa ... 17

2.1 Hakikat Bahasa ... 17

(8)

viii

3. Objek Kajian Linguistik ... 29

4. Manfaat Studi LInguistik ... 33

5. Linguistik Modern ... 34

E. Rangkuman ... 36

F. Daftar Pustaka ... 37

G. Tes Formatif ... 38

BAB III KAJIAN FONOLOGI A. Deskripsi ... 39 B. Relevansi ... 39 C. Capaian Pembelajaran MK ... 40 D. Materi Pelajaran ... 40 3.1 Pengertian Fonologi ... 40 3.2 Hakikat Fonetik ... 41 2.1 Jenis Fonetik ... 42

2.2 Alat Ucap Penghasil Bunyi ... 42

2.3 Proses Fonasi ... 45

2.4 Klasifikasi Bunyi Bahasa ... 47

3.3 Fonemik ... 54 a. Pengertian Fonemik ... 54 b. Identifikasi Fonem ... 56 c. Klasifikasi Fonem ... 56 d. Perubahan Fonem ... 60 E. Rangkuman ... 73 F. Pustaka ... 75 G. Tes Formatif ... 76

(9)

ix BAB IV KAJIAN MORFOLOGI

A. Deskripsi... 77

B. Relevansi ... 77

C. Capaian Pembelajaran MK ... 78

D. Materi Pelajaran ... 78

4.1 Pengerti dan Ruang Lingkup Morfologi .. 78

4.2 Morfem ... 80

4.3 Morf dan Alomorf ... 82

4.4 Jenis Fonem ... 84 4.5 Kata ... 91 4.6 Proses Morfofonemis ... 92 6.1 Afiksasi ... 92 6.2 Reduplikasi ... 94 6.3 Komposisi ... 95 6.4 Konversi,Modifikasi,Internal,Suplesi . 96 6.5 Pemendekan ... 97

6.6 Produktivitas Proses Morfemis ... 97

E. Rangkuman ... 98

F. Pustaka ... 101

G. Tes Formatif ... 101

BAB V KAJIAN SINTAKSIS A. Deskripsi... 102

B. Relevansi ... 103

C. Capaian Pembelajaran MK ... 103

D. Materi Pelajaran ... 104

1. Pengertian Sintaksis ... 104

(10)

x 2.1 Urutan Kata ... 106 2.2 Bentuk Kata ... 106 2.3 Intonasi ... 107 2.4 Konektor ... 108 3. Kaidah Frasa ... 109 3.1 pengetian Frasa ... 109 3.2 Jenis Frasa ... 110 4. Klausa ... 110 5. Kalimat ... 111

6. Pembentuk Unsur Kalimat ... 113

7. Analisis Fungsi dan Peran Semantis .... 114

7.1 Analisis Fungsi Sintaksis ... 114

7.2 Analisis Fungsi Semantis ... 115

E. Rangkuman ... 117

F. Pustaka ... 119

G. Tes Formatif ... 120

BAB VI KAJIAN SEMANTIS A. Deskripsi... 121

B. Relevansi ... 121

C. Capaian Pembelajaran MK ... 122

D. Mata Pelajaran ... 122

1. Semantik dan Hakikat Makna ... 122

2. Ragam Makna ... 125

a. Makna Leksikal ... 125

b. Makna Gramatikal ... 126

(11)

xi d. Makna Konotatif ... 127 e. Makna Referensial ... 128 f. Makna Nonreferensial ... 129 g. Makna Konseptual ... 130 h. Makna Asosiatif ... 131 3. Relasi Makna ... 131

a. Relasi Makna Sinonim – Antonim ... 132

b. Relasi Makna Homonim, Homofon, Homograf ... 133

c. Relasi Makna Hiponim – Hipernim . 133 d. Relasi Makna Polisemi Ambiguitas . 134 4. Faktor dan Jenis Perubahan Makna ... 135

E. Rangkuman ... 141

F. Pustaka ... 142

G. Tes Formatif ... 143

BAB VII WACANA A. Deskripsi... 144

B. Relevansi ... 144

C. Capaian Pembelajaran MK ... 145

D. Materi Pelajaran ... 145

1. Pengertian Wacana ... 145

2. Ciri-ciri dan Sifat Wacana ... 148

3. Jenis-jenis wacana ... 148

4. Alat Kohesi Wacana ... 150

5. Konteks Wacana ... 152

E. Rangkuman ... 153

(12)

xii

G. Tes Formatif ... 155

BAB VIII MASYARAKAT BAHASA A. Deskripsi... 156 B. Relevansi ... 156 C. Capaian Pembelajaran MK ... 157 D. Materi Pelajaran ... 157 1. Masyarakat Bahasa ... 157 2. Variasi Bahasa ... 159

2.1 Variasi Bahasa dari Segi Penutur ... 161

2.2 Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian 161 2.3 Variasi Bahasa dari Segi Keformalan 163 2.4 Variasi Bahasa dari Segi Sarana ... 165

E. Rangkuman ... 166

F. Pustaka ... 167

G. Tes Formatif ... 168

INDEKS ... 169

GLOSARIUM ... 172

KUNCI JAWABAN SOAL ... 178

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Subsistem Bahasa dalam Linguistik ... 23 Tabel 3.2 Konsonan Bahasa Indonesia ... 59

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alat Ucap Penghasil Bunyi ... 43 Gambar 3.2 Jalur Artikulatoris ... 43 Gambar 3.3 Posisi Pita Suara dalam Vokal ... 46

(15)

xv

KATA PENGANTAR

Di abad yang semakin modern ini, orang yang berminat pada kajian tentang ilmu bahasa (linguistik) semakin banyak. Hal ini dikarenakan pada hakikatnya manusia tidak bisa dilepaskan dari bahasa itu sendiri, sehingga kajian tentang bahasa merupakan kajian-kajian tentang kemanusiaan. Artinya antara manusia dan bahasa merupakan satu paket yang tidak bisa dipisahkan.

Mempelajari linguistik merupakan pintu gerbang awal dalam menuju berbagai pintu masuk pada kajian kebahasaan dan ilmu-ilmu lainnya. Buku ini akan mengantarkan kita kepada pemahaman-pemahaman tentang bahasa secara umum. Selain itu buku ini merupakan sebuah rancangan awal untuk mempermudah mahasiswa dalam proses pembelajaran mata kuliah Linguistik Umum dan sekaligus sebagai wahana membuka horizon dunia linguistik bagi pembacanya.

Berdasarkan rencana pembelajaran semester yang dibuat oleh tim teaching, capaian pembelajaran yang diharapkan sudah sesuai dengan materi yang disajikan dalam buku Linguistik Umum ini. Dalam capaian pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menganalisis Hakikat Bahasa, Kajian Fonologi, Morfologi, Sintaksis dan Semantik. Dalam buku ini pula Dra. Sulistyawati. M.Hum, dan Abdul Rahman Jupri, M.Pd. menyajikan bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan, sehingga buku ini dapat dikatakan berbeda dari buku kebanyakan.

(16)

xvi

Semoga buku yang ditulis ini menjadi bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu dapat mengembangkan khasanah pembelajaran bahasa Indonesia.

Jakarta, September 2017

Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd. Dekan FKIP UHAMKA

(17)

xvii

PRAKATA

Alhamdulillah, berkat rahmat dan kasih-Nya buku dengan judul Linguistik Umum dapat terselesaikan. Walau dalam penyusunannya mengalami berbagai kesulitan karena keterbatasan waktu. Semoga selanjutnya buku ini dapat menjadi jembatan dalam langkah penulisan dan penerbitan berikutnya.

Buku Linguistik Umum ini merupakan buku ajar yang membahas tentang hakikat linguistik dan hakikat bahasa, dasar-dasar fonologi, dasar-dasar morfologi, dasar-dasar sintaksis, hakikat semantik, dan dasar-dasar wacana, serta masyarakat bahasa.

. Harapan penulis, buku ini dapat menjadi acuan bagi khalayak khususnya mahasiswa dalam memahami kajian bahasa yang dilakukan. Selain itu, diharapkan melalui buku Linguistik Umum ini dapat memenuhi capaian pembelajaran bagi mahasiswa.

Tujuan dalam penulisan buku Linguistik Umum adalah untuk ikut membantu mengembangkan keilmuan, khususnya pada bidang Kebahasaan. Selain itu, penulis membantu menyediakan bahan bacaan bagi mahasiswa dan dosen dalam pengembangan ilmu kebahasaan.

Penulisan buku ini tak dapat terealisasi tanpa bantuan dari para rekan yang sudah memberikan motivasi, sumbangan pikiran, saran-kritik, pinjaman buku referensi. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dekan dan para wakil dekan FKIP UHAMKA yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan buku ajar ini. Begitupula kepada rekan dosen Program Studi

(18)

xviii

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHAMKA yang tak dapat disebutkan namanya satu persatu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih. Demikianlah, penulis berharap buku ini mendapat sambutan yang positif dari kalangan akademisi secara umum.

Jakarta, September 2017

(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Kuliah

Mata Kuliah Linguistik Umum adalah agar mahasiswa mampu menjelaskan hakikat linguistik dan hakikat bahasa, dasar-dasar fonologi, dasar-dasar morfologi, dasar-dasar sintaksis, hakikat semantik, dan dasar-dasar wacana, serta masyarakat bahasa.

B. Prasyarat Mata Kuliah

Untuk mengikuti mata kuliah linguistik umum, tidak ada prasyarat khusus. Seluruh mahasiswa semester satu bisa mengambil mata kuliah linguistik umum.

C. Rencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran mata kuliah ini dapat Anda lihat pada lembar selanjutnya.

(20)

2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

MATA KULIAH KODE Rumpun MK BOBOT

(sks)

SEMES

TER Penyusunan Tgl

Linguistik Umum Kebahasaan 2 1 1 November

2016

OTORISASI Pengembang RP Koordinator RMK Ka PRODI

Capaian Pembelajaran (CP)

CPL

S13 Mengetahui dan memahami hakikat Tuhan, manusia, dan kehidupan sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Hadist yang shahih dan ilmu pengetahuan.

S15 Beraklakul karimah dalam bermuamalah yang bermanfaat bagi diri, masyarakat, bangsa dan negara

P1 Mampu memahami konsep, teori, metode, dan filosofi linguistik, yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik di bidang bahasa Indonesia dan mampu menganalisis permasalahan kebahasaan yang meliputi teks, wacana, kesalahan berbahasa dan

(21)

3 penyuntingan;

P2. Mampu memahami konsep, teori, metode dan filosofi serta mampu menganalisis di bidang ilmu sastra yang meliputi sejarah, teori, apresiasi dan kritik sastra Indonesia.

P3 Mampu memahami konsep, teori, metode dan filosofi keterampilan berbahasa. KU1. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inivatif dalam konteks

pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya.

KU2. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu dan terukur.

KU3. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya

berdasarkan kaidah, tatacara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni, menyusun deskripsi saintifik hasil kajiannya dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan menggunggahnya dalam laman perguruan tinggi.

KU5. mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data.

KK1. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, kreatif dan mengembangkan teknologi di bidang kebahasaan dan ilmu sastra, ilmu kependidikan dan keterampilan berbahasa serta pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

(22)

4

KK2. Terampil berbahasa dan bersastra, mampu menghasilkan makalah, proposal penelitian, mengembangkan teknologi di bidang kebahasaan dan perangkat pembelajaran.

KK3. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknolgi di bidang kebahasaan, kesastraan, keterampilan berbahasa, kependidikan dan pembelajaran bahasa Indonesia serta mampu secara saintfik menghasilkan bentuk penelitian yang berwujud skripsi dan artikel ilmiah yang dipublikasikan (diunggah dalam laman perguruan tinggi).

KK5. Mampu mengambil keputusan dalam suatu permasalahan kebahasaan, kesastraan,

keterampilan berbahasa, kependidikan dan pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan hasil analisis informasi dan data.

KK6. Mampu bertanggung jawab terhadap hasil kerja kelompok dalam proses pembelajaran, penyusunan karya ilmiah dan menulis kreatif serta melakukan refleksi terhadap hasil kerja yang dilakukan pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya.

CP-MK

1. Mahasiswa mampu merumuskan pengertian lingusitik, hakikat linguistik dan ruang lingkup kajian linguistik ( S13, P1, P2, KU1, KK1)

2. Mahasiswa mampu memahami secara mendalam tataran linguistik :Fonologi (Fonetik dan fonemik). Kajian fonetik meliputi alat ucap, proses fonasi, klasifikasi bunyi vokal, konsonan, diftong, unsur segmental-suprasegmental. Kajian fonemik meliputi identifikasi fonem, alofon, klasifikasi fonem, perubahan fonem, asimilasi-disimilasi. (S15, P1, P3,

(23)

5 KU1, KU2, KK1, KK2, KK3).

3. Mahasiswa mampu memahami secara mendalam tataran Morfologi yang meliputi identifikasi morfem, alomorf, klasifikasi morfem, kata dan hakikatnya, klasifikasi dan pembentukkan kata (S13, S15, P2, P3, KU2, KK1, KK2, KK3).

4. Mahasiswa mampu memahami secara mendalam tataran Sintaksis yang meliputi struktur sintaksis, kata sebagai satuan sintaksis, frasa dan jenisnya, klausa dan jenisnya, kalimat dan jenisnya. (S15, P2,,P3, KU2,KU3, KK1, KK2,KK3).

5. Mahasiswa memahami secara mendalam tataran semantic yang meliputi hakikat makna, jenis makna, relasi makna, medan makna dan komponen makna (S15, P2,P3, KU2, KU3, KK1, KK2,KK3 ).

6. Mahasiswa memahami secara mendalam kajian Wacana yang meliputi pengertian wacana, ciri-ciri dan jenis wacana, alat kohesi, konteks wacana (S15, P2, P3, KU2, KU3,KU5, KK 2, KK3, KK5)

7. Mahasiswa memahami secara mendalam kajian sosiolinguistik yang meliputi masyarakat bahasa dan variasi bahasa (S6, S15, P1, P3, KU1,KU2, KU3, KK1,KK2, KK5)

DiskripsiSingkat

MK Pada mata kuliah ini mahasiswa belajar tentang ruang lingkup kajian lingusitik, linguistik sebagai

sebuah ilmu, objek kajian linguistik, memahami tataran linguistik Fonologi (Fonetik dan Fonemik), Tatatan Linguistik Morfologi, Tataran Linguistik Sintaksis, Tataran Linguistik Semantik, Memahami Wacana, Memahami Masyarakat Bahasa, hingga menyusun makalah sebagai tugas akhir kajian ini.

Materi Pelajaran/

pokok bahasan 1) Memahami pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Linguistik.

2) Memahami Tataran Fonologi (Fonetik dan Fonemik) 3) Memahami Tataran Morfologi dalam linguistik 4) Memahami Tataran Sintaksis dalam linguistik 5) Memahami Tataran Semantik dalam linguistik

(24)

6

6) Memahami Tataran Wacana dalam linguistik 7) Memahami Masyarakat Bahasa dalam linguistik

Pustaka Utama:

1) Abdul Chaer, Lingustik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2015 (revisi)

2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta, Depdiknas, 2011

3) Soenjono Dardjowidjojo, Beberapa Aspek Linguistik Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1983

Pendukung :

1) Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1986. 2) Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia,

1989

3) JMW. Verhaar, Pengantar Linguistik, Jogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988 4) Robert Lado (Terjemahan Soenjono Dardjowidjojo), Linguistik di Berbagai Budaya,

Bandung: Ganasco, 1970.

Media

Pembelajaran Perangkat lunak : Perangkat keras :

Power point, video LCD, Laptop

Team Teaching

(25)

7 Mg Ke- (1) Sub-CP-MK (2) Indikator (3)

Kriteria & Bentuk Penilaian (4) Metode Pembelajaran [ Estimasi Waktu] (5) Materi Pembelajaran [Pustaka] (6) Bobot Penilaian (%) (7) 1-2 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian, hakikat dan ruang lingkup kajian linguistik. (C2, A2) 1)Ketepatan menjelaskan tentang pengertian linguistik, 2)Ketepatan menjelaskan tentang hakikat linguistik; 3) Ketepatan menjelaskan tentang ruang lingkup kajian linguistik (Kriteria) Ketepatan dan penguasaan teori. (Bentuk nontes) Resume individu

Kuliah & diskusi (TM 2( 2X50 menit) Tugas 1: Membuat resume tentang pengertian, hakikat dan ruang lingkup kajian linguistik. Pengertian, linguitik, hakikat linguistik dan ruang lingkup kajian linguistik. 10 3-4 Mahasiswa mampu menjelaskan tataran linguistik :Fonologi (Fonetik dan Fonemik) (C2,A2) 1)Ketepatan menjelaskan hakikat fonologi, mulai dan fonetik 2) Ketepatan menjelaskan alat-alat ucap dalam menghasilkan bunyi Kriteria Ketepatan, kesesuaian dan penguasaan materi

Kuliah & diskusi (TM 2 ( 2X50 menit)

Tugas 2:

Membuat mind mapping tentang alat ucap dan perannya dalam Pengertian Fonologi, Hakikat , Fonetik, Alat ucap manusia dalam menghasilkan bunyi bahasa, proses fonasi, tulisan fonetik, 10

(26)

8 bahasa; 3) Ketepatan dalam menjelaskan proses fonasi; 4)Ketepatan dalam klasifikasi bunyi, unsur suprasegmenttal dan silabel. 5) Menjelaskan fonemik (identifikasi fonem, alofon) 6) Klasifikasi fonem dan perubahan fonem Tugas: Membuat mind mapping tentang alat ucap dan perannya dalam menghasilkan bunyi bahasa. menghasilkan bunyi bahasa. klasifikasi bunyi, unsure suprasegmental dan silabel. Fonemik (identifikasi fonem, alofon, klasifikasi fonem dan perubahan fonem). 5-6 Mahasiswa mampu menjelaskan tataran dalam bidang Linguistik: Morfologi (C2, A2) 1)Ketepatan dalam menjelaskan pengertian morfem; 2) Ketepatan dalam mengidentifikasi morfem; 3)Ketepatan dalam menjelaskan perbedaan morf dan alomorf; 4) Ketepatan dalam mengklasifikasikan Kriteria Ketepatan, kesesuaian dan penguasaan materi  Tugas: Membuat mind mapping tentang

Kuliah & diskusi

(TM 2( 2X50 menit)

Tugas 3:

 Tugas:

Membuat peta konsep tentang seluruh kajian yang menyangkut bidang Morfologi Pengertian morfem, perbedaan morf, alomorf, klasifikasi morfem, kata dan pembentukkan kata.

(27)

9 morfem; 5) Ketepatan dalam proses pembentukan Kata. 6) Proses morfemis 7) Morfofonemik bidang Morfologi 7-8 Mahasiswa mampu menjelaskan secara mendalam tataran Linguistik: Sintaksis. (C2. A3) 1)Ketepatan menjelaskan pengertian sintaksis; 2) Ketepatan menjelaskan struktur sintaksis; 3) Ketepatan menjelaskan kata sebagai satuan sintaksis; 4) Ketepatan menjelaskan pengertian dan jenis frasa; 5)Ketepatan menjelaskan pengertian dan jenis klausa Kriteria Ketepatan, kesesuaian dan penguasaan materi Tugas: Menganalisis 5 kalimat yang dibuat oleh dosen, berdasarkan fungsi, kategori dan peran sintaksis.

Kuliah & diskusi (TM 2( 2X50 menit) Tugas 4:

Menganalisis 5 kalimat yang dibuat oleh dosen, berdasarkan fungsi, kategori dan peran sintaksis. Pengertian sintaksis, struktur sintaksis, frasa dan jenis frasa,klausa dan jenis klausa, kalimat dan jenis kalimat.

(28)

10

9 Ujian Tengah Semester

10-11 Mahasiswa mampu menjelaskan secara mendalam tataran Linguistik: Semantik (C3,A2) 1)Ketepatan menjelaskan proses perubahan; 2)Ketepatan menjelaskan makna dalam semantik; 3)Ketepatan menjelaskan medan makna dan komponen makna; 4) Ketepatan menjelaskan kesesuaian semantik dengan sintaksis. Kriteria Ketepatan, kesesuaian dan penguasaan materi Tugas: Membuat Mind mapping tentang Proses Perubahan makna, medan makna, komponen makna, kesesuaian makna semantik dengan sintaksis

Kuliah & diskusi (TM 2( 2X50 menit) Tugas 5:

Membuat Mind mapping tentang proses Perubahan makna, medan makna, komponen makna, kesesuaian makna semantik dengan sintaksis

Proses Perubahan makna, medan makna, komponen makna, kesesuaian makna semantic dengan sintaksis 15 12-13 Mahasiswa mampu menjelaskan secara mendalam tataran Linguistik: Wacana ) (C3,A2) 1) Menjelaskan pengertian wacana 2) Menjelaskan ciri-ciri dan sifat wacana 3) Menjelaskan alat kohesi wacana Kriteria Ketepatan, kesesuaian dan penguasaan materi Tugas: Menganalisis

Kuliah & diskusi (TM 2 ( 2X50 menit) Tugas 6:

Menganalisis sebuah teks sederhana dengan menerapkan kaidah analisis wacana.

Pengertian wacana, ciri-ciri dan jenis wacana, alat kohesi wacana dan konteks wacana.

(29)

11 4) Menjelaskan konteks wacana. sebuah teks sederhana dengan menerapkan kaidah analisis wacana. 14-15 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang masyarakat bahasa (C2, A2) 1) Ketepatan menjelaskan tentang masyarakat bahasa; 2) Ketepatan menjelaskan variasi masyarakat bahasa; Kriteria Ketepatan, kesesuaian dan penguasaan materi Tugas: Membuat mind mapping tentang masyarakat bahasa

Kuliah & diskusi (TM 2 (2X50 menit) Tugas 7:

Membuat mind mapping tentang masyarakat bahasa Pengertian sosiolinguistik, hubungan bahasa dengan masyarakat, masyarakat bahasa dan variasi bahasa.

10

Tugas Akhir: Membuat makalah dengan cara menerapkan teori yang sudah dipelajari dalam linguistik dalam kajian bahasa Indonesia.

10

(30)

12

D. Petunjuk Penggunaan Buku Ajar

Bagi dosen buku ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk mengajarkan mata kuliah linguistik umum. Buku ini terdiri dari uraian tentang secara teoritis dan disertai contoh-contoh yang akan membantu dosen dalam mengajarkan tentang hakikat linguistik dan hakikat bahasa, dasar-dasar fonologi, dasar-dasar morfologi, dasar-dasar sintaksis, hakikat semantik, dan dasar-dasar wacana, serta masyarakat bahasa

Bagi mahasiswa buku ini akan membantu untuk memahami bahasa serta kajian bahasa secara umum. selain itu dibuku ini juga dibahas tentang masyarakat bahasa agar mahasiswa mampu memahami kajian dalam masyarakat bahasa.

Kerjakanlah latihan yang ada di dalam setiap akhir bab, untuk mengukur capaian pemahaman Anda terhadap materi yang telah dibaca dan pelajari.

Peran dosen dalam pembelajaran Linguistik adalah sebagai fasilitator, yaitu membantu mahasiswa dalam memahami bahasa dan kajian bahasa secara umum.

E. Capaian Lulusan

Capaian lulusan dalam mata kuliah ini adalah: 1. Mampu berbahasa dan bersastra Indonesia, secara

(31)

13

umum, akademis, dan pekerjaan; serta mampu menggunakan salah satu bahasa daerah (KK1). 2. Mampu merencanakan dan melakukan kajian

terhadap implementasi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia melalui pendekatan secara terintegrasi (KK4);

3. mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pen-gembangan atau implementasi ilmu pengeta-huan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai den-gan bidang keahliannya (KU1);

4. mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, dan gagasan (KU3),

5. mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data (KU5); dan

6. mampu memahami konsep, teori, metode, dan filosofi interdisipliner serta menganalisis permasalahan interdisipliner di bidang kebahasaan dan kesastraan (P6).

(32)

14

F. Bentuk Evaluasi

Dalam buku ajar ini dilengkapi dengan tes evaluasi formatif yang disajikan dalam bentuk esai. Setiap bab terdiri dari lima soal esai yang mencakup berbagai tingkatan dalam taksonomi Bloom.

(33)

15 BAB II

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN LINGUISTIK

A. Deskripsi

Pada bahasan ini, mahasiswa akan mempelajari secara mendasar tentang linguistik yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengertian dari linguistik, hakikat dan manfaat linguistik, cabang linguistik, dan objek kajian linguistik. Selain itu, mahasiswa pun akan dibekali dengan sejarah dan aliran linguistik. Hal ini sangat diperlukan, karena mahasiswa bisa memahami betul tentang sejarah perkembangan linguistik di dunia dari masa lampau sampai sekarang. Lebih dari itu, mahasiswa pun dapat menerapkan aliran-aliran lingusitik yang ada dengan tugas menganalisis persoalan kebahasaan baik dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik.

B. Relevansi

Materi ini sangat bermanfaat untuk mahasiswa, karena merupakan awal atau pondasi dasar untuk memahami linguistik secara keseluruhan. Dengan memahami linguistik secara mendalam dan menyeluruh,

(34)

16

mahasiswa memiliki potensi untuk membahas berbagai persoalan kebahasaan mulai dari aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.Selain itu, materi ini sangat membantu mahasiswa dalam memahami dan mendalami sejarah perkembangan linguistik yang pernah ada di dunia dari masa lampau sampai masa moderen ini sebagai bahan kajian perbandingan bahasa secara diakronis. Lebih dari itu, dengan memahami secara mendalam berbagai aliran linguistik yang ada, mahasiswa dapat memilih dan menerapkan aliran mana yang cocok digunakan untuk menganalisis suatu persoalan kebahasaan yang muncul dewasa ini.

C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

Setelah mendapatkan materi perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Merumuskan pengertian linguistik, hakikat linguistik dan ciri-ciri bahasa.

2. Memahami secara mendalam objek linguistik dan bahasa.

3. Menjelaskan secara mendalam linguistik sebagai kajian ilmu.

(35)

17 D. Materi Pelajaran

1. Hakikat Linguistik

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi dengan sesamanya. Bahasa manusia berbeda dengan bahasa hewan maupun tumbuhan, walaupun sama-sama mahluk hidup. Bahasa manusia memiliki sistem bahasa, memiliki sesuatu yang khas yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya.

Istilah bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks dan makna, misalnya bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai media diplomasi, bahasa penyampai gagasan, bahasa teroris, bahasa militer, bahasa perdamaian, bahasa sastra maupun bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa dapat diartikan sebagai sistem lambang bunyi bahasa yang bersifat arbitrer atau manasuka, yang digunakan oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya. Hal itu dikarenakan sebagai mahluk sosial, manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya dalam kehidupan ini.

Bahasa adalah nama lain dari linguistik atau arti linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk bahasa. Secara singkat disebut juga dengan ilmu bahasa. Padanan kata linguistik adalah linguistiks (bahasa Inggris), linguistique (bahasa Perancis), linguistiek (bahasa Belanda).

(36)

18

Langue adalah nama salah satu bahasa, misalnya

bahasa Indonesia, bahasa Inggris ataupun bahasa Jawa.

Langage diartikan sebagai sifat khas yang dimiliki

manusia. Misalnya dalam kajian linguistik, kita menyatakan manusia memiliki bahasa, sedangkan tumbuhan dan hewan tidak memiliki bahasa. Parole adalah tuturan, ucapan atau perkataan yang bersifat konkret. Parole inilah yang disebut dengan bahasa sesungguhnya, yang menjadi ciri khas seseorang. Biasanya disebut dengan logat atau dialek. Sehingga dalam kajian linguistik, sifat dari parole berwujud konkret/nyata karena berupa ujaran bahasa. Sedangkan wujud langue dan langage bersifat abstrak.

Dalam kajian bahasa juga dikenal istilah linguis (bahasa Indonesia), linguist (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai ahli bahasa ataupun orang yang menguasai berbagai bahasa. Walaupun kita juga menyatakan bahwa ahli atau pakar bahasa belum tentu menguasai berbagai bahasa. Seseorang yang menguasai berbagai bahasa juga belum tentu disebut pakar bahasa. Artinya tidak berlaku mutlak orang yang menguasai berbagai bahasa adalah ahli bahasa, begitu pula ahli bahasa tidak mutlak menguasai berbagai bahasa.

Ilmu linguistik sering disebut dengan linguistik umum. Artinya ilmu linguistik tidak hanya mempelajari satu bahasa saja seperti bahasa Inggris, bahasa Perancis atau bahasa Indonesia, tapi juga mempelajari bahasa Sunda

(37)

19

maupun bahasa Jawa. Artinya berdasarkan pendapat de Saussure kita dapat menyatakan bahwa linguitik itu mempelajari semua bahasa, mempelajari semua langue, juga langage dan parole.

2. Hakikat dan Ciri-Ciri Bahasa 2.1 Hakikat Bahasa

Hakikat bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk menyatakan ekspresi, keinginan atau untuk berbicara dengan orang lain. Semakin kita menguasai bahasa tertentu, maka kemampuan berbahasa itu dapat memberikan manfaat positif dalam berkomunikasi. Hal itu sejalan dengan pengertian bahasa yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (2002:20) yang menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.

2.2 Ciri-Ciri Bahasa

Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki beberapa ciri-ciri atau sifat yang hakiki yaitu : (1) bahasa itu sebuah lambang, (2) bahasa itu sebuah sIstem, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu produktif, (8) bahasa itu unik, (9) bahasa itu bervariasi, (10), bahasa itu dinamis, (11) bahasa itu

(38)

20

universal, (12) bahasa itu sebagai alat interaksi sosial, (13) bahasa itu manusiawi

2.2.1 Bahasa sebagai Lambang

Kita sering mendengar kata lambang dalam kehidupan sehari-hari. Kata ini berkaitan dengan makna tertentu, misalnya bendera merah putih sebagai bendera negara Indonesia melambangkan sebuah keberanian dan kesucian, karena warna merah bermakna berani dan warna putih bermakna kesucian, kebersihan jiwa.Istilah lambing sering disamakan dengan istilah simbol.

Lambang dalam ilmu tanda (semiotika) diartikan sebagai kajian dalam ilmu tanda. Ada beberapa jenis tanda dalam semiotika yaitu tanda atau (sign), lambang (symbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks dan ikon.

Lambang atau simbol bersifat tidak langsung, yang menandai sesuatu secara konvensional. Misalnya di ujung jalan kompleks rumah kita ada bendera kuning, maka untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, kita akan memaknai warna bendera kuning itu sebagai tanda adanya orang yang baru meninggal dunia di ujung jalan itu. Hal itu dikarenakan warna kuning menjadi ungkapan kematian di daerah tertentu. Kita tidak dapat mempertanyakan mengapa digunakan bendera/kertas kuning untuk memaknai adanya kematian? Hal itu dikarenakan lambang bersifat arbitrer atau manasuka

(39)

21

(tidak ada hubungan wajib). Artinya tidak ada hubungan antara pilihan warna dengan kematianan.

Lambang hendaknya dibedakan dari tanda. Tanda digunakan secara umum yaitu sesuatu yang mewakili benda, ide, pikiran atau perasaan. Misalnya kalau ayam berkotek, petanda ada bahaya atau petanda ayam akan bertelur. Termasuk kalau di langit terdapat awan putih dan cuaca panas, maka hal itu menandakan cuaca cerah tidak akan turun hujan. Atau kalau kita melihat air jatuh di dedaunan artinya petanda sebelumnya telah turun hujan atau ada yang menyirami pepohonan itu.

Ferdinand de Saussure tidak menggunakan istilah simbol atau lambang, tapi menggunakan istilah signified and significant, (Kridalaksana, 2002). Signifie diartikan sebagai gambaran psikologis yang abstrak dari suatu bagian alam sekitar kita. Sedangkan Signifiant diartikan sebagai gambaran psikologis abstrak dari aspek bunyi suatu unsur bahasa. Ferdinand de Saussure dalam A. Chaer (2015) menyebut konsep signe (sign) tanda untuk menunjukkan gabungan signifie dengan makna “tanda”

petanda dan istilah signifiant-signifier dengan makna penanda. Makna penanda adalah sesuatu yang menandai, sedangkan petanda bermakna yang ditandai. Misalnya tanda linguistik yang dilafalkan <rumah>, terdiri dari unsur makna atau yang diartikan dengan <house> dalam bahasa Inggris. Unsur pembentuk bunyi dalam lafal <rumah> adalah wujud fonem {r-u-m-a-h}. Kata

(40)

22

<rumah>memiliki unsur makna dan unsur bunyi, yang mengacu kepada sebuah referen yang berada di luar bahasa. Kita tidak dapat mempersoalkan mengapa sebuah benda yang terdiri dari bangunan yang memiliki atap, jendela, pintu dan dinding disebut dengan istilah rumah.

Tanda-tanda lainnya adalah sinyal, gerak, isyarat,gesture, gejala, kode, indeks dan ikon. Sinyal atau isyarat adalah tanda yang sengaja dilakukan agar si penerima tanda melakukan sesuatu aktivitas. Artinya sinyal ini bernada perintah untuk melakukan aktivitas yang sudah ditentukan oleh pemberi sinyal. Misalnya warna lampu pengatur lalu lintas yang berwarna merah, kuning dan hijau menandakan pengemudi harus mematuhi warna lampu itu. Marna merah berarti pengemudi harus berhenti, hijau berarti pengemudi dipersilakan jalan dan warna kuning berarti pengemudi harus bersiap-siap untuk mengurangi laju kendaraaannya karena harus berhenti jika diikuti lampu warna merah.

Gerak atau isyarat adalah tanda yang dilakukan dengan menggerakkan bagian anggota tubuh. Gerak isyarat ini dapat berupa tanda ataupun symbol. Misalnya di kandang burung kita melihat burung menggerakkan sayapnya dan melompat-lompat ketakutan, ini sebagai tanda bahwa ada hewan yang mengganggu kenyamanan burung itu. Gerak atau isyarat ini disebut dengan symbol/lambang misalnya budaya Indonesia, jika

(41)

23

seseorang menyatakan sependapat dengan orang lain, maka ia akan menggagukkan kepalanya dan sebaliknya bila menyatakan tidak sependapat maka ia akan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak ada hubungan wajib antara anggukan dan gelengan dengan makna persetujuan atau ketidaksetujuan. Hal itu disebut bersifat arbitrer/manasuka.

Gejala atau symptom adalah tanda yang tidak disengaja yang menunjukkan sesuatu akan terjadi secara alamiah. Misalnya seseorang yang radang tenggorokkan dan badannya panas, akan merasakan tanda sulit menelan, tidak selera makan. Dokter bisa saja menyatakan bahwa radang tenggorokkan itu sebagai petanda kita akan terserang demam. Artinya badan panas dan sulit menelan itu sebagai gejala dari radang tenggorokkan yang akan mengakibatkan penyakit demam. Ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan dengan sesuatu yang diwakilinya. Misalnya gambar bangunan, tiruan benda, patung Sukarno adalah contoh dari sebuah ikon.

Indeks adalah tanda yang menunjukkan sesuatu yang lain. Misalnya suara gemuruh air sebagai petanda adanya air terjun atau sungai yang airnya deras, debur ombak menyatakan adanya laut dan sebagainya.

Kode adalah tanda yang memiliki ciri-ciri karena adanya sebuah sistem. Kode dapat berupa symbol, sinyal

(42)

24

maupun gerak isyarat yang mewakili ide, benda, pikiran , perasaan maupun tindakan yang telah disepakati bersama. Kode sering kali memiliki bahasa rahasia dalam pengungkapannya.

2.2.2 Bahasa adalah Sebuah Sistem

Bahasa sebagai sistem lambang bunyi bahasa dapat diartikan bahwa bahasa itu memiliki pola keteraturan dalam setiap bahasa. Unsur-unsur bahasa itu membentuk pola susunan yang teratur yang bersifat tetap dan kemunculannya dapat diprediksi oleh seorang penutur asli bahasa itu. Misalnya dalam bahasa Indonesia, kita menemukan kalimat yang seperti ini:

(1) Dosen saya me….. mahasiswa yang ...lambat masuk …kelas tadi pagi.

(2) Ibu menggoreng ikan di dapur. (2a) Ikan menggoreng ibu di dapur. (3) Ayam itu di kejar-kejar kucing besar. (3a) Kucing ayam di kejar-kejar itu besar.

Secara cepat, kita dapat memastikan bahwa pada kalimat (1) di atas terdapat kata [ marahi, ter-, ke] yang merupakan unsur yang membentuk kalimat menjadi sempurna yang bermakna. Kalimat nomor (2) adalah kalimat yang tepat, bahwa ada seorang ibu (perempuan) yang sedang melakukan aktivitas (menggoreng ikan) di dapur. Sedangkan kalimat (2a) tidak berterima dalam

(43)

25

bahasa Indonesia, karena seekor ikan tidak akan dapat menggoreng ibu (manusia), walaupun secara struktural tepat. Kalimat (3) merupakan kalimat yang tepat karena sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Sebaliknya kalimat (3a) merupakan kalimat yang tidak tepat dalam bahasa Indonesia, karena tidak memiliki makna. Dengan kata lain, dalam sebuah bahasa terdapat subsistem yang membangun sebuah sistem bahasa dari yang sederhana hingga yang lebih rumit. Subsistem yang membangun bahasa adalah subsistem fonologi, subsistem gramatikal dan subsistem leksikal. Semua subsistem ini membentuk unsur hierarki, dari tataran terendah.

Jenjang subsistem dalam linguistik terdiri dari fon, fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana yang tersusun sebagai berikut:

(Tabel 2.1) Wacana Kalimat Klausa Frasa Kata Morfem Morfologi Fonologi Sintaksis

(44)

26 Fenom

Fon

2.2.3 Bahasa sebagai Bunyi

Bahasa adalah bunyi yang berupa getaran dan memiliki makna. Getaran bunyi bermakna itu diterima oleh gendang telinga melalui pusat syaraf yang ada di dalam otak manusia. Bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh sejumlah alat ucap manusia yang memiliki peran membantu menghasilkan bunyi bahasa.

2.2.4 Bahasa itu Arbitrer

Bahasa itu arbitrer artinya tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang terkandung dalam lambang itu. Kita tidak dapat menjelaskan mengapa [burung] dengan yang dilambangkan yaitu “sejenis binatang berkaki dua yang dapat terbang” itu disebut dengan burung. Artinya kita tidak bias menjelaskan mengapa binatang yang dapat terbang itu dinamakan dengan burung, atau disebut dengan istilah [bird] dalam bahasa Inggris atau disebut [manuk] dalam bahasa Jawa.

2.2.5 Bahasa itu Bermakna

Bahasa sebagai sistem lambang yang berwujud bunyi , akan melambangkan sesuatu hal yang bermakna. Sebuah lambang akan melambangkan sesuatu

(45)

27

pengertian, konsep, ide atau pikiran. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu akan memiliki makna. Kata <kuda> akan memiliki konsep yang bermakna sebagai “sejenis binatang berkaki empat yang dapat ditunggangi”. Contoh lainnya, kata [burung] memiliki konsep sebagai hewan berkaki dua yang dapat terbang di udara. Kemudian konsep tadi dihubungkan dengan benda yang ada di dunia nyata. Artinya sesuatu yang tidak memiliki makna bukanlah bahasa.

Lambang-lambang bunyi bahasa bermakna itu dapat berupa satuan dalam wujud morfem, kata, frasa, klausa, kalimat atau wacana.

2.2.6 Bahasa itu Konvensional

Bahasa itu konvensional artinya penggunaan sebuah lambang untuk konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya semua orang yang menggunakan bahasa yang sama, harus menyetujui konvensi atau memiliki kesepakatan terhadap lambang yang digunakan. Misalnya kata [kucing] dalam bahasa Indonesia dimaknai sebagai “binatang berkaki empat, yang tinggal di rumah sebagai hewan peliharaan yang berbulu tebal dan memiliki cakar yang kuat”. Kita tidak akan mempertukartempatkan makna kata [kucing] dengan [harimau], walaupun hewan harimau juga berkaki empat dan memiliki bulu yang tebal.

Konvensi terhadap sesuatu makna harus disepakati oleh penutur bahasa, karena mengganti lambang dengan

(46)

28

makna yang lainnya akan mengakibatkan komunikasi tidak berjalan dengan lancar.

2.2.7 Bahasa itu Produktif.

Bahasa itu produktif dapat diartikan bahwa dari unsur-unsur yang terbatas, kita dapat membuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas. Misalnya saja abjad dalam bahasa Indonesia hanya terdiri dari 26 huruf, tetapi kita dapat menyusunnya menjadi ribuan kata . Misalnya saja dari huruf [ i-k-a-n ] maka kita dapat membentuknya menjadi [kain, ikan, kina, kian]. Artinya pembentukkan kata dalam sebuah bahasa akan semakin produktif apabila dilengkapi dengan unsur afiks dalam bahasa Indonesia. Unsur afiks terdiri dari prefix (awalan), infiks( sisipan), sufiks (akhiran), maupun konfiks dan simulfiks. Misalnya awalan (prefix me- dapat menjadi me-, men-, mem-, meng-, menge-, meny-, menye-) seperti dalam meninjau, membaca, mengejar dan lain sebagainya.

2.2.8 Bahasa itu Unik

Bahasa dikatakan memiliki keunikan tersendiri. Artinya bahasa itu memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Unik artinya memiliki ciri khas tersendiri, seperti tekanan kata dalam bahasa Indonesia tidak bersifat morfemis tetapi bersifat sintaksis. Misalnya pada kalimat: pencuri itu ditangkap polisi, maka tekanan pada

(47)

29

kata pencuri akan dimaknai tetap, kecuali bila kalimatnya berubah. Hal itu dapat bermakna bahwa setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri, misalnya bahasa Indonesia akan berbeda dengan bahasa Cina, akan berbeda dengan bahasa Perancis maupun bahasa-bahasa lainnya. Artinya keunikan bahasa akan menjadi ciri-ciri khas dari setiap bahasa yang ada di dunia ini.

2.2.9 Bahasa itu Bervariasi

Bahasa itu bervariasi dapat dimaknai bahwa setiap kelompok masyarakat memiliki bahasa masing-masing. Anggota masyarakat memiliki kelompok pengguna bahasa berdasarkan status sosialnya, misalnya ada bahasa orang yang berpendidikan, orang yang tidak berpendidikan, bahasa anak-anak, bahasa remaja, bahasa lisan, bahasa tulis, bahasa dokter, bahasa para nelayan, bahasa para petani, bahasa advokad, maupun bahasa hukum.

Perlu dipahami tentang adanya istilah variasi bahasa yang disebut dengan idiolek, dialek, dan ragam bahasa. Idiolek adalah ragam bahasa atau variasi bahasa yang bersifat perseorangan yang bersifat khas.

Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu. Masyarakat berbahasa yang sama merupakan satu masyarakat bahasa yang sama yaitu anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu lokasi tertentu. Misalnya di Indonesia terdapat bahasa Jawa dialek Tegal, bahasa Jawa dialek

(48)

30

Banyumas, bahasa Jawa dialek Surabaya dan lain sebagainya. Variasi bahasa berdasarkan tempat atau lokasi sering disebut dengan dialek regional,dialek geografis.

2.2.10 Bahasa itu Dinamis

Bahasa itu dinamis diartikan bahwa bahasa adalah sesuatu yang tidak pernah terlepas dalam kehidupan manusia. Manusia selalu memerlukan bahasa, dan bahasa itu selalu dinamis berkembang sejalan dengan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa Indonesia sudah mengalami perkembangan yang luar biasa dari waktu ke waktu. Jumlah kosa kata di kamus selalu bertambah jika ada edisi revisi kamus bahasa. Hal itu menandakan bahwa bahasa itu dinamis selalu berkembang dalam kehidupan manusia.

2.2.11 Bahasa itu Universal

Bahasa itu memiliki sifat masing-masing yang bersifat unik. Artinya ada ciri-ciri bahasa yang sama-sama dimiliki oleh bahasa. Hal itulah yang disebut dengan bersifat universal. Ciri-ciri universal itu bersifat umum, seperti bunyi vokal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa. Bahasa Indonesia memiliki 6 buah vokal dan 22 konsonan. Gabungan bunyi vokal dan konsonan itu akan membentuk bahasa yang bermakna.

(49)

31

Bahasa sebagai lambing bunyi yang konvensional dan arbitrer akan digunakan dalam komunikasi. Penggunaan bahasa itu dilakukan sebagai sarana berinteraksi sosial dengan sesame di masyarakat. Artinya bahasa itu dipakai sebagai bagian dari interaksi sosial.

2.2.13 Bahasa sebagai Identitas Penutur

Bahasa sebagai identitas penutur menandakan bahwa tiap anggota kelompok memiliki bahasa sebagai penanda kelompoknya yang disebut dengan penanda sebagai identitas penutur. Misalnya orang Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai penutur identitasnya.

3. OBJEK KAJIAN LINGUISTIK

3.1 Berdasarkan Objek Kajian Bahasa

Berdasarkan cakupan objek kajiannya, dibedakan menjadi linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum adalah ilmu bahasa yang melakukan kajian terhadap kaidah-kaidah bahasa secara umum. Artinya yang diteliti dalam linguistik umum adalah semua bahasa dan bukan hanya bahasa tertentu saja. Linguistik khusus melakukan kajian terhadap bahasa tertentu saja, misalnya kajian khusus terhadap bahasa Indonesia, bahasa Jawa ataupun bahasa Inggris.

Kajian linguistik umum dan khusus dapat dilakukan terhadap seluruh system bahasa atau hanya pada satu tataran saja seperti fonologi, morfologi, sintaksis. Sehingga nanti dapat menjadi fonologi khusus dan

(50)

32

fonologi umum, morfologi umum dan morfologi khusus, hingga sintaksis umum dan sintaksis khusus.

3.2 Berdasarkan Kurun Waktu Kajian Bahasa

Berdasarkan kurun waktu penelitian terhadap bahasa, dapat dibedakan menjadi linguistik sinkronik dan linguistik diakronik. Linguistik sinkronik melakukan kajian bahasa dalam kurun waktu tertentu. Misalnya melakukan kajian bahasa Jawa saat masa kejayaan kerajaan Majapahit, melakukan kajian terhadap bahasa Indonesia pada masa Balai Pustaka. Kajian sinkronik biasanya bersifat desktiptif karena mendeskripsikan bahasa apa adanya, pada masa tertentu.

Linguistik diakronik adalah kajian bahasa yang meneliti bahasa pada masa panjang yang tidak dibatasi waktunya. Bisa diawali dari munculnya bahasa itu hingga bahasa itu tidak digunakan lagi oleh masyarakat bahasa. Linguistik diakronik biasanya bersifat sejarah (historis) dan perbandingan (komparatif), sehingga kajian ini akan melihat bahasa untuk memahami struktur suatu bahasa dengan segala bentuk perubahannya dari waktu ke waktu. Misalnya kata batu berasal dari kata (watu), dan pena berart (bulu ayam).

(51)

33

3.3 Kajian Berdasarkan Hubungan Bahasa dengan Faktor Luar Bahasa.

Kajian linguistik yang dilihat berdasarkan objek kajiannya dibedakan menjadi linguistik mikro (mikrolinguitics) dan linguistik makro (macrolinguitics). Linguistik mikro melakukan kajian pada unsur internal bahasa atau subsistem bahasa tertentu, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan leksikologi. Linguistik mikro membicarakan struktur internal bahasa itu. Sehingga fonologi membicarakan tentang proses pembentukan bunyi bahasa dan alat ucap manusia. Morfologi mempelajari proses kata , proses pembentukkan kata dan strukturnya secara menyeluruh. Semantik membicarakan tentang makna kata secara leksikal maupun gramatikal. Sintaksis membicarakan tentang satuan kata, frasa, klausa dan kalimat dengan menekankan pada strukturnya. Sedangkan leksikologi menyelidiki tentang kosa kata dalam sebuah bahasa. Dalam kajian mikro linguistik dapat pula menggabungkan 2 bidang ilmu seperti morfosintaksis (morfologi dan sintaksis) maupun leksikosemantik (leksikologi dengan semantik).

Linguistik makro membicarakan tentang hubungan bahasa dengan hal-hal lain yang ada di luar bahasa. Sehingga pembahasaannya cenderung mengungkapkan hal-hal yang ada di luar bahasa, daripada unsur internal bahasa. Misalnya kajian sosiolinguistik, psikolinguistik,

(52)

34

antropolinguistik, etnolinguistik, filologi, dialektologi, neurolinguistik dan lain sebagainya.

Sosiolinguitik adalah gabungan antara ilmu sosiologi

(masyarakat) dan linguistik (bahasa). Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari pemakaian bahasa di masyarakat. Sehingga fokusnya adalah bagaimana masyarakat menggunakan bahasa saat berkomunikasi. Hal yang diteliti antara lain pengguna dan penggunaan bahasa, waktu bahasa itu digunakan, tata tingkat bahasa, pola penggunaan bahasa, maupun ragam penggunaan bahasa itu.

Psikolinguistik adalah gabungan antara ilmu psikologi (kejiwaan) dan linguistik (bahasa). Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan bahasa dengan perilaku berbahasa serta bagaimana bahasa itu diperoleh.

Antropolinguistik adalah gabungan ilmu antropologi

(budaya) dengan linguistik (bahasa), sehingga antropologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan bahasa dengan budaya dan tataran budaya manusia.

Stilistika adalah ilmu yang mempelajari bahasa yang

digunakan dalam karya sastra, yang merupakan gabungan antara ilmu kesusastraan dengan bahasa.

Filologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa,

kebudayaan dan pranata sejarah dalam bahan-bahan tertulis di daun lontar, bebatuan dan lain sebagainya.

Dialektologi merupakan ilmu yang mempelajari

(53)

35

tertentu. Ilmu ini merupakan gabungan antara ilmu bahasa dengan geografi.

3.4 Berdasarkan Tujuan Kajian Linguistik

Berdasarkan tujuan kajian linguistik, dikenal istilah linguistik teoretis dan linguistik terapan. Linguistik teoretis melakukan kajian terhadap bahasa dan faktor yang terdapat di luar bahasa, dengan tujuan untuk menemukan kaidah yang berlaku dalam bahasa itu. Sehingga yang dilihat adalah sejumlah teori yang mendasari bahasa tertentu yang diteliti.

Sedangkan linguistik terapan berusaha melakukan kajian terhadap bahasa dan hubungan bahasa dengan berbagai factor di luar bahasa seperti hubungan bahasa dengan pengajaran, dengan penerjemahan, penelitian sejarah, penyusunan kamus dan lain sebagainya. Artinya fokus penelitiannya pada penerapan kaidah bahasa dalam bidang tertentu.

3.5 Berdasarkan Aliran dalam Penyelidikan Bahasa. Berdasarkan aliran dalam penyelidikan bahasa, maka muncul istilah linguistik tradisional, linguistik sstruktural, linguistik trasnformasional, linguistik generative maupun linguistik relasional. Bidang kajian berdasarkan sejarah ini menyelidiki tentang pengaruh ilmu-ilmu lain terhadap berbagai sendi kehidupan masyarakat, seperti kepercayaan, pendidikan, budaya, adat istiadat terhadap kajian linguistik.

(54)

36 4. Manfaat Studi Linguistik

Linguistik dalam setiap kajian bahasa senantiasa memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Pengetahuan yang sangat luas tentang keilmuan dibidang bahasa, akan diperlukan oleh seorang yang memiliki profesi sebagai peneliti bahasa dan sastra, maupun orang-orang yang menikmati karya sastra sebagai penikmat sastra.

Linguistik juga bermanfaat bagi para mahasiswa, para guru untuk mengetahui teori kebahasaan, serta hubungan bahasa dengan masyarakat. Seorang guru dan mahasiswa akan dapat menulis dengan baik, bila menguasai soal ejaan, fonologi, morfologi dan bidang-bidang lainnya dalam kajian bahasa.

5. Linguistik Modern

5.1 Ferdinand de Sauusure

Perkembaangan linguistik tidak dapat dipisahkan dari peran Ferdinand de Sauusure, yang lahir di Swiss pada tahun 1857 dan wafat tahun 1913. Beliau meletakkan dasar yang kuat tentang konsep relasi antara hubungan sintagmatis dan paradigmatik. Yang dimaksud dengan hubungan sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret (tataran frasa, klausa dan kalimat). Harimurti mengartikannya dalam kamus linguistik menjadi hubungan linier antara unsur – unsur bahasa dalam tataran tertentu;

(55)

37

mis. Hubungan antara kami, bermain, dan bola dalam kalimat (Kami bermain bola). Hubungan itu disebut hubungan in praesentia. Hubungan sintagmatis dapat diuji dengan memindahkan (permutasian) satuan unsur-unsur bahasa, artinya dalam (kalimat kami bermain bola) tidak dapat diubah menjadi (bola kami bermain).

Hubungan paradigmatik atau hubungan asosiasi adalah hubungan ke bawah yaitu menyangkut hubungan unsur-unsur bahasa pada tingkat tertentu dengan unsur bahasa lainnya di luar tingkatan itu. Hubungan paradigmatik ini memiliki hubungan yang bersifat subtitusi antara satuan yang satu dengan satuan lainnya yang memiliki kesesuaian. Misalnya kata: kesatu, kedua, ketiga, kesepuluh memiliki kesamaan bentuk yng disebut dengan paradigmatic.

Berikut ini adalah hubungan antara sintagmatik dan paradigmatik:

Hubungan SINTAGMATIK

PARADIGMATIK

Ibuku bekerja sebagai guru di Sekolah Dasar. Ayahku bertanam sayuran di kebun.

(56)

38

Anak-anak itu bercermin sehabis mandi. Mahasiswa belajar di kampus Uhamka. Kami bernyanyi gembira sepulang kuliah. Dia berlarian saat turun hujan lebat.

Secara sintagmatik, hubungan antara kata yang terdapat dalam kalimat Ibuku bekerja sebagai guru dapat dipahami, karena sudah sesuai dengan kaidah makna dalam bahasa Indonesia. Kalimat di atas tidak dapat diubah menjadi “guru SD Ibuku bekerja” Secara paradigmatik dalam kalimat di atas terlihat hubungan antara kata (ibuku, ayahku, anak-anak, mahasiswa, kami , dia) menduduki fungsi subjek dalam kalimat itu. Secara paradigmatik semua fungsi subjek, predikat dan keterangan kalimat di atas dapat diisi oleh kata atau frasa yang sejenis, misalnya (nomina dengan nomina, verba dengan verba dan sebagainya). Sehingga fungsi subjek adalah (ibuku, ayahku, anak-anak, mahasiswa, kami , dia). Fungsi predikat diisi oleh bentuk (bekerja, bertanam, bercermin, belajar, bernyanyi, berlarian ).

(57)

39 E. Rangkuman

Penguasaan bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal itulah yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Bahasa manusia berbeda dengan bahasa hewan, karena bahasa manusia memiliki ciri-ciri bahasa yang membedakan dengan bahasa hewan. Seekor burung beo tidak dapat dikatakan memiliki bahasa, karena burung beo atau hewan tidak dapat memproduksi bunyi bahasa sebagai salah satu ciri-ciri bahasa.

Bahasa merupakan lambang bunyi bahasa yang bersifat manasuka atau arbitrer yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk berkomunikasi. Bahasa Indonesia mengenal banyak makna untuk kata linguistik. Istilah linguistikdalam bahasa Indonesia memiliki banyak makna dan digunakan dalam berbagai konteks. Misalnya ada istilah bahasa politik, bahasa komputer, bahasa diplomasi, bahasa militer maupun bahasa tulis dan bahasa lisan.

Objek kajian linguistik dalam dibedakan berdasarkan objek kajian bahasa, berdasarkan kurun waktu kajian bahasa, kajian berdasarkan hubungan bahasa dengan faktor luar bahasa. berdasarkan tujuan kajian linguistik, dan berdasarkan aliran dalam penyelidikan bahasa.

(58)

40

Chaer, Abdul. 2015. Linguistik Umum, , Jakarta: Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Atmajaya.

TIM. 2011. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta: Depdiknas,

Soenjono Dardjowidjojo, 2006. Beberapa Aspek Linguistik Indonesia, Jakarta: Djambatan,

G. Tes Formatif

1) Jelaskan pengertian bahasa?

2) Sebutkan beberapa ciri-ciri bahasa.?

3) Bahasa itu merupakan sebuah sistem, yang memiliki pola-pola berulang. Jelaskan hal itu dan berikan contohnya?

4) Bahasa itu bersifat universal, jelaskan dan berikan contohnya?

5) Uraikan beberapa objek kajian linguistik dan berikan contohnya?

(59)

41 BAB III

KAJIAN FONOLOGI

A. Deskripsi

Pada bahasan ini, mahasiswa akan mempelajari secara mendasar tentang salah satu kajian linguistik yang paling mendasar sekali yaitu tentang fonologi yang terbagi dalam kajian fonetik dan fonemik. Kajian fonetik mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengertian dari fonologi, hakikat fonetik, penggunaaan alat ucap dan penghasil bunyi bahasa, serta proses fonasi. Sementara untuk kajian fonemik, mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengertian fonemik, identifikasi fonem, klasifikasi fonem, perubahan fonem, proses asimilasi, dan disimilasi,. Selain itu, membahas persoalan yang berkaitan dengan fonem dan grafem.

(60)

42 B. Relevansi

Materi ini sangat bermanfaat untuk mahasiswa, karena merupakan awal belajar yang paling mudah untuk memahami fonologi sebagai salah satu kajian linguistik. Dengan memahami fonologi secara mendalam dan menyeluruh , mahasiswa memiliki potensi untuk membahas berbagai persoalan kebahasaan yang timbul pada aspek fonologi baik yang bersifat fonetik maupun fonemik.Selain itu, mahasiswa memiliki kemampuan untuk membedakan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, baik bunyi vokal, maupun konsonan sehingga mampu mengklasifikasikan bunyi-bunyi bahasa tersebut.

C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

Setelah mendapatkan materi perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Merumuskan pengertian fonologi secara tepat. 2. Membedakan kajian pada tataran fonemik dan

kajian pada tataran fonetik.

3. Menjelaskan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

4. Mempraktikkan pengucapan bunyi-bunyi bahasa baik vokal maupun konsonan dengan benar. D. Materi Pelajaran

(61)

43

Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam fonologi kita sebut dengan istilah fonem.

Menurut Kridalaksana, (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Senada dengan Kridalaksana, Chaer (2013), mengemukakan etimologi istilah fonologi ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi” yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum.

2. Hakikat Fonetik

Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda

(62)

44

makna atau tidak (Chaer, 2013).Sedangkan Kridalaksana menyatakan bahwa (1) Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa, sebagai ilmu interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi. (2) sistem bunyi suatubahasa (Kridalaksana, 2002).

Dalam fonologi bunyi bahasa dapat dianalisis berdasarkan tiga sudut pandang,yaitu dengan memperhatikan asal sumber bunyi bahasa dan bagaimana manusia mampu menangkap bunyi bahasa yang dihasilkan.

2.1 Jenis Fonetik

Secara umum studi fonetik dibagi menjadi tiga bagian yaitu: fonetik akustik, fonetik auditoris, fonetik organis atau artikulatoris. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa menurut aspek fisiknya seperti menyelidiki frekuensi, amplitudo, intensitas maupun timbrenya. Pengamatan fonetik akustik memerlukan peralatan elektronik yang dilakukan di laboratorium bahasa.

Fonetik auditoris adalah fonetik yang mempelajari

bagaimana proses penerimaan bunyi bahasa oleh telinga manusia. Fonetik artikulatoris adalah fonetik yang berhubungan dengan bagaimana bunyi bahasa dihasilkan atau diucapkan oleh alat ucap manusia. Fonetik

(63)

45

artikulatoris inilah yang dikaji lebih jauh dalam bidang fonologi.

2.2 Alat Ucap Penghasil Bunyi Bahasa

Dalam fonetik artikulatoris hal penting yang dibicarakan adalah bagaimana alat ucap manusia dapat menghasilkan bunyi bahasa. Beberapa alat ucap manusia yang berfungsi menghasilkan bunyi bahasa adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

(64)

46

(Sumber gambar: www. Google. com) Keterangan

1) bibir atas (labium) 2) bibir bawah (labium) 3) gigi atas (dentum-dental) 4) gigi bawah (dentum-dental) 5) gusi (alveolum)

6) langit-langit keras (palatum) 7) langit-langit lembut (velum) 8) anak tekak (uvula)

9) ujung lidah (tip of the tongue-apex)

10) daun lidah (blade of the tongue, laminum) 11) depan lidah

12) tengah lidah (middle of the tongue, medium) 13) belakang lidah (back of the tongue, dorsum) 14) akar lidah

15) faring

16) rongga mulut (oral cavity) 17) rongga hidung (nasal cavity) 18) epiglottis

19) pita suara

(65)

47 21) trakea

Dalam pembentukkan bunyi bahasa terdapat 3 faktor utama yang terlibat dalam proses pembentukkan bunyi bahasa yaitu sumber tenaga alat ucap yang menimbulkan getaran, rongga pengubah getaran, hingga proses pembentukkan bunyi bahasa yang menggunakan pernafasan sebagai sumber tenaga.

Pernafasan berfungsi menghembuskan udara dari paru-paru menuju ke pita suara sehingga menghasilkan getaran. Udara dari paru-paru dapat kelua rlewa trongga mulut, rongga hidung atau melewati kedua rongga mulut dan hidung. Bunyi yang keluar dari rongga mulut menghasilkan bunyi bahasa yang disebut dengan oral, sedangkan bunyi bahasa yang keluar dari hidung disebut dengan bunyi nasal atau bunyi sengau.

Bunyi-bunyi yang terjadi dalam menghasilkan bunyi bahasa oleh alat ucap disebut sesuai dengan istilah dalam bunyi bahasa itu. Misalnya suara yang keluar dari pangkal tenggorokkan disebut dengan bunyi laringal. Bunyi yang keluar dari alat ucap rongga kerongkongan disebut dengan bunyi faringal, sedangkan bunyi yang dihasilkan oleh dua bibir disebut dengan bunyi bilabial. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi disebut dengan dental.

(66)

48

Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui batang tenggorokan ke pangkal tenggorok yang di dalamnya terdapat pita suara. Selanjutnya untuk memperoleh bunyi bahasa, bergantung pada ada atau tidaknya hambatan setelah udara terpompa. Hambatan yang pertama adalah pada pita suara itu sendiri. Jika pita suara dalam posisi terbuka lebar, maka tidak ada hambatan apa-apa, artinya udara yang dipompa bisa terus keluar bebas, sehingga tidak ada bunyi yang dihasilkan, selain bunyi napas secara normal (gb a).

Jika pita suara terbuka dalam posisi agak lebar, maka akan terjadi bunyi bahasa yang disebut bunyi tak bersuaraatau voiceless ( gb b). Disebut bunyi tak bersuara karena tidak ada getaran apa-apa pada pita suara itu. Jika pita suara dalam posisi terbuka sedikit, maka akan terjadilah bunyi bahasa yang disebut bunyi bersuaraatau voiced (gb c). Disebut bunyi bersuara karena terjadi getaran pada pita suara ketika arus udara melewatinya. Jika pita suara dalam posisi tertutup rapat, maka akan terjadilah bunyi hamzah atau glottal stop (gb d).

(67)

49

Penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa dalam memperoleh bunyi bahasa diperlukan hambatan atau penggunaan arus udara yang dipompakan dari paru-paru,kemudian arus udara itu diteruskan ke alat-alat ucap tertentu yang terdapat di rongga mulut atau rongga hidung.

2.4 Klasifikasi Bunyi Bahasa (Vokoid, Kontoid dan Semi Vokoid)

Dalam kajian fonetik ,bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi 3 yaitu bunyi vokoid (bunyi vokal), bunyi kontoid (bunyi konsonan), dan bunyi semi vokoid.

Vokoid ialah bunyi-bunyi bahasa yang terjadi

karena udara dari paru-paru ke luar dengan bebas tidak mengalami rintangan atau hambatan. Pita suara yang dilalui udara tidak terlalu longgar, akan tetapi agak menyempit saja. Vokoid semacam ini pada dasarnya termasuk bunyi yang bersuara, artinya selaput suara ikut bergetar sewaktu ada hembusan udara dari laring. Yang mempengaruhi bunyi vokoid selain jalan udara yang ditempuh juga lidah dan bibir. Sehubungan dengan terjadinya vokoid, maka bagian-bagian lidah yang berfungsi sebagai artikulator memegang peranan penting

(68)

50

sebagai pembentuk bunyi tersebut, misalnya depan lidah (pembentuk vokoid depan), tengah lidah (pembentuk vokoid pusat/tengah), dan belakang lidah (pembentuk belakang).

Bunyi vokoid menghasilkan bunyi vokal, karena udara yang keluar dari paru-paru menuju pita suara hingga kerongga mulut tidak mendapat hambatan sehingga akan menghasilkan bunyi (a,i,u,e,o).

Secara artikulatoris, vokal dapat diklasifikasikan lagi ke dalam beberapa kelas tertentu. Pengklasifikasian ini dapat dilihat dari posisi lidah dan bentuk bibir ketika bunyi bahasa itu diproduksi. Agar lebih spesifik, berikut ini adalah klasifikasi vokal menurut posisi lidah, bentuk bibir, artikilator yang bergerak maupun dari jumlah vokal.

1) Dilihat dari Posisi Lidah

Posisi lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan mempengaruhi terhadap bunyi yang dihasilkan. Maka dari itu, terdapat beberapa jenis vokal apabila dilihat dari posisi lidah ketika memproduksi bunyi. Jenis vokal yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. vokal tinggi; b. vokal tengah; c. vokal rendah.

(69)

51

Bergerak atau tidaknya lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan menghasilkan bunyi bahasa yang berbeda, untuk itu ada pengklasifikasian jenis vokal menurut bagian lidah yang bergerak. Adapun pengklasifikasian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. vokal depan b. vokal belakang c. vokal tengah.

3) Dilihat dari bentuk bibir

Bentuk bibir yang dimaksud dalam pengklasifikasian jenis vokal berikut adalah bentuk bibir ketika proses produksi bunyi bahasa. Bentuk bibir ketika memroduksi bahasa terbagi atas dua jenis vokal yakni

a. vokal bundar; b. vokal tak bundar

4) Dilihat dari jumlah vokal

Jumlah vokal ketika ujaran atau bunyi bahasa itu terdiri atas dua jenis vokal. Kedua jenis vokal tersebut adalah:

a. vokal tunggal (dasar)

b. vokal rangkap (diftong), dalam bahasa Indonesia hanya ada difong naik.

Kontoid adalah bunyi yang bunyi yang dihasilkan

Referensi

Dokumen terkait