• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII MASYARAKAT BAHASA

1. Masyarakat Bahasa

Community)

Masyarakat bahasa merupakan sekumpulan manusia yang menggunakan sistem syarat bahasa yang sama untuk berkomunikasi sesamanya. Sementara menurut Corder dalam Kunjana (2010), mengatakan bahwa masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang satu sama lain biasa saling mengerti sewaktu mereka berbicara. Lebih jauh Firshman dalam Sumarsono, (2011) berpendapat

161

bahwa masyarakat bahasa adalah masyarakat yang semua anggotanya memilih bersama paling tidak satu ragam ujaran dan norma-norma untuk pemakainya yang cocok.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat bahasa itu dapat terjadi dalam sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang sama dan sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan syarat di antara mereka terjadi saling pengetian. Untuk dapat disebut masyarakat bahasa adalah adanya perasaan di antara penuturnya bahwa mereka menggunakan bahasa yang sama. Pada pokoknya masyarakat bahasa itu terbentuk karena adanya saling pengertian (mutual intelligibility), terutama karena adanya kebersamaan dalam kode-kode linguistik secara terinci dalam aspek-aspeknya, yaitu system bunyi, sintaksis dan semantick. Dari pengertian masyarakat bahasa dapat kita bedakan masyakarat bahasa menjadi tiga, yaitu:

1. Sebahasa dan saling mengerti 2. Sebahasa tapi tidak saling mengerti 3. Berbeda bahasa tapi saling mengerti

Dari ketiga penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa masyakarat bahasa terdiri dari masyarakat yang mereka sebahasa dan saling mengerti, mereka yang sebahasa tapi tidak saling mengerti,

162

dan mereka yang berbeda bahasa tapi saling mengerti. Mereka yang berbeda bahasa tapi saling mengerti, bisa kita anggap sebagi satu speech

community karena mereka mempunyai mutual intelligibility yang dalam sosialisasi merupakan

jaminan bagi terciptanya speech community dan komunikasi. Kalau mereka saling mengerti walau berbeda bahasa itu adalah interaksi. Dua bahasa yang berbeda ini bisa dianggap sebagai dua dialek atau varian (ragam bahasa) bahasa yang sama. 2. Variasi Bahasa

Setelah membahas tentang masyarakat bahasa di atas muncul pertanyaan, siapakah yang menjadi atau termasuk dalam satu masyarakat bahasa? Yang termasuk dalam satu masyarakat bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk anggota masyarakat bahasa Sunda adalah orang-orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Sunda, dan yang termasuk anggota masyarakat bahasa Bima adalah mereka yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Bima. Dengan demikian, banyak orang Indonesia yang menjadi lebih dari satu anggota masyarakat bahasa, karena di samping dia sebagai orang

163

Indonesia, dia juga menjadi pemilik dan pengguna bahasa daerahnya.

Setiap bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa biasanya lebih dari satu jenis bahasa. Hal ini disebabkan karena kemampuan seseorang biasanya yang mempunyai pemahaman lebih dari satu bahasa yang menyebabkan komunikasi mereka juga bilingual. Sebagai contoh, setiap manusia pada dasarnya memiliki kemampuan berbahasa yang didapatkan dari ibu atau bahasa ibu (B1), dan juga kemampuan bahaa yang didapat dari proses belajar bahasa atau bahasa diluar bahasa ibu (B2).

Anggota masyarakat suatu bahasa terdiri dari berbagai orang dengan berbagai jenis status sosial dengan berbagai latar budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi variasi atau beragam., di mana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain seringkali mempunyai perbedaan yang besar.

Berbicara tentang variasi dan jenis bahasa, secara umum dapat dibedakan berdasarkan segi penutur, segi pemakaian, segi keformalan, dan segi sarana. Variasi dan jenis bahasa tersebut akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut

164 2.1.1 Variasi dari Segi Penutur

Variasi bahasa berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga.

Sebagai contoh, bahasa Minang dialek Pasaman Barat memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri yang dimiliki bahasa Minang dialek Ujung Gading, dialek Banten atau juga dialek Bogor. Para penutur bahasa Minang dialek Pasaman Barat dapat berkomunikasi dengan baik dengan para penutur bahasa Minang dialek Pasaman Barat. Mengapa? Karena dialek-dialek tersebut masih termasuk bahasa yang sama.

2.1.2 Variasi dari Segi Pemakaian

Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan

165

kegiatan keilmuan. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak bisa digunakan dalam bidang lain. Ragam bahasa yang juga dikenal dengan cirinya yang lugas, jelas, dan bebas dari keambiguan, serta segala macam metafora dan idiom. Bebas dari segala keambiguan karena bahasa ilmiah harus memberikan informasi keilmuan secara jelas, tanpa keraguan akan makna, dan terbeba dari kemungkinan tafsiran makna yang berbeda. Oleh karena itu jugalah, bahasa ilmiah tidak menggunakan segala macam metafora dan idiom.

Variasi berdasarkan fungsi ini lazim disebut register. Dalam pembicaraan tentang register ini biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Kalau dialek berkenaan dengan bahasa itu digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan. Maka register berkenaan dengan masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa. Dalam kehidupannya mungkin saja seseorang hanya hidup dengan satu dialek, misalnya, seseorang penduduk di desa terpencil di lereng gunung atau di tepi hutan. Tetapi, dia pasti tidak hidup hanya dengan satu register, sebab dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat, bidang kegiatan yang dilakukan pasti lebih dari

166

satu. Dalam kehidupan modern pun ada kemungkinan adanya seseorang yang mengenal hanya satu dialek; namun, pada umumnya dalam masyarakat modern orang hidup denga lebih dari satu dialek (regional maupun sosial) dan menggeluti sejumlah register, sebab dalam masyarakat modern orang sudah pasti berurusan dengan sejumlah kegiatan yang berbeda.

2.1.3 Variasi dari Segi Keformalan

Berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004) membagi variasi bahasa dalam lima macam gaya , yaitu ragam gaya beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal),gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate).

Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah; dan surat-surat keputusan. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, tidak boleh diubah. Dalam bentuk tertulis ragam buku ini kita dapati dalam dokumen-dokumen bersejarah, seperti undang-undang dasar, akte notaris, naskah-naskah perjanjian jual-beli, atau sewa-menyewa.

Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat

167

dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalam situasi resmi, dan tidak dalam situasi yang tidak resmi. Jadi, percakapan antarteman yang sudah karib atau percakapan dalam keluarga tidak menggunakan ragam resmi ini. Tetapi pembicaraan dengan seorang dekan di kantornya, atau diskusi dalam ruang kuliah adalah menggunakan ragam resmi ini.

Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil dan produksi. Jadi, dapat dikatakan ragam usaha ini adalah ragam bahasa yang paling operasional. Wujud ragam usaha ini berada di antara ragam formal dan ragam informal atau ragam santai.

Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang–bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat, berolahraga, berekreasi dan sebagainya. Ragam santai ini banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk kata ujaran yang dipendekkan. Kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dan unsur bahasa daerah.

168 2.1.4 Variasi dari Segi Sarana

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama.

Bahasa tulis bisa menembus waaktu dan ruang, padahal bahasa lisan begitu diucapkan segera hilang tak berbekas. Bahasa tulis dapat disimpan lama sampai waktu yang tak terbatas. Karena itulah, kita bisa memperoleh informasi dari masa laluatau dari tempat yang jauh melalui bahasa tulis ini; tetapi tidak melalui bahasa lisan. Hanya kemajuan teknologilah kini yang tampaknya dapat menggeser kedudukan bahasa tulis. Dengan peralatan radio dan telepon yang canggih dewasa ini kita berkomunikasi menembus ruang; kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja di belahan bumi mana saja. Bahkan juga di luar angkasa. Selain itu, teknologi juga kini dapat merekam bahasa lisan persis sama denga yang diucapkan dalam pita rekaman dan sebagainya. Jadi, juga kini bahasa lisan (dalam bentuk rekaman) bisa menembus waktu dan ruang.

169

Bahasa tulis pun sebenarnya merupakan “rekaman” bahasa lisan, sebagaimana usaha manusia untuk “menyimpan” bahasanya atau untuk bisa disampaikan kepada orang lain yang berada dalam ruang dan waktu yang berbeda. Namun, ternyata rekaman bahasa tulis sangat tidak sempurna. Banyak unsur bahasa lisan, seperti tekanan, intonasi, dan nada yang tidak dapat direkam secara sempurna dalam bahasa tulis; padahal dalam berbagai bahasa tertentu tiga unsur itu sangat penting. Jika dibandingkan dengan rekaman pada pita rekaman, rekaman bahasa tulis itu memang jauh daripada sempurna.

E. Rangkuman

Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang sama dan sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan syarat di antara mereka terjadi saling pengetian. Masyakarat bahasa bisa terjadi dari masyarakat yang mereka sebahasa dan saling mengerti, mereka yang sebahasa tapi tidak saling mengerti, dan mereka yang berbeda bahasa tapi saling mengerti. Mereka yang berbeda bahasa tapi saling mengerti, bisa kita anggap sebagi satu

speech community karena mereka mempunyai mutual intelligibility yang dalam sosialisasi merupakan jaminan

170

variasi dan jenis bahasa, secara umum dapat dibedakan berdasarkan segi penutur, segi pemakaian, segi keformalan, dan segi sarana. Variasi bahasa berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek dan idialek. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Berdasarkan tingkat keformalannya, variasi bahasa dibagi dalam lima macam gaya , yaitu ragam gaya beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal),gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate). Variasi bahasa dari segi sarana dibagi menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis.

F. Daftar Pustaka

Chaer, Abdul dan Leony Agustina. Sosiolinguistik

Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. 2004.

Rahardi, R. Kunjana. Kajian Sosiolinguistik Ihwal

Kode & Alih Kode. Bogor: Ghalia Indonesia.2010.

Sumarsono. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

171 G. Tes Formatif

Untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam memahami materi masyaraka bahasa ini, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Jelaskan tentang masyarakat bahasa ?

2. Variasi bahasa dibedakan berdasarkan empat

Dokumen terkait