• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KAJIAN SINTAKSIS

5. Kalimat

berdasarkan fungsi, kategori dan peran sintaksis. Pengertian sintaksis, struktur sintaksis, frasa dan jenis frasa,klausa dan jenis klausa, kalimat dan jenis kalimat.

10

9 Ujian Tengah Semester

10-11 Mahasiswa mampu menjelaskan secara mendalam tataran Linguistik: Semantik (C3,A2) 1)Ketepatan menjelaskan proses perubahan; 2)Ketepatan menjelaskan makna dalam semantik; 3)Ketepatan menjelaskan medan makna dan komponen makna; 4) Ketepatan menjelaskan kesesuaian semantik dengan sintaksis. Kriteria Ketepatan, kesesuaian dan penguasaan materi Tugas: Membuat Mind mapping tentang Proses Perubahan makna, medan makna, komponen makna, kesesuaian makna semantik dengan sintaksis

Kuliah & diskusi (TM 2( 2X50 menit) Tugas 5:

Membuat Mind mapping tentang proses Perubahan makna, medan makna, komponen makna, kesesuaian makna semantik dengan sintaksis

Proses Perubahan makna, medan makna, komponen makna, kesesuaian makna semantic dengan sintaksis 15 12-13 Mahasiswa mampu menjelaskan secara mendalam tataran Linguistik: Wacana ) (C3,A2) 1) Menjelaskan pengertian wacana 2) Menjelaskan ciri-ciri dan sifat wacana 3) Menjelaskan alat kohesi wacana Kriteria Ketepatan, kesesuaian dan penguasaan materi Tugas: Menganalisis

Kuliah & diskusi (TM 2 ( 2X50 menit) Tugas 6:

Menganalisis sebuah teks sederhana dengan menerapkan kaidah analisis wacana.

Pengertian wacana, ciri-ciri dan jenis wacana, alat kohesi wacana dan konteks wacana.

11 4) Menjelaskan konteks wacana. sebuah teks sederhana dengan menerapkan kaidah analisis wacana. 14-15 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang masyarakat bahasa (C2, A2) 1) Ketepatan menjelaskan tentang masyarakat bahasa; 2) Ketepatan menjelaskan variasi masyarakat bahasa; Kriteria Ketepatan, kesesuaian dan penguasaan materi Tugas: Membuat mind mapping tentang masyarakat bahasa

Kuliah & diskusi (TM 2 (2X50 menit) Tugas 7:

Membuat mind mapping tentang masyarakat bahasa Pengertian sosiolinguistik, hubungan bahasa dengan masyarakat, masyarakat bahasa dan variasi bahasa.

10

Tugas Akhir: Membuat makalah dengan cara menerapkan teori yang sudah dipelajari dalam linguistik dalam kajian bahasa Indonesia.

10

12

D. Petunjuk Penggunaan Buku Ajar

Bagi dosen buku ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk mengajarkan mata kuliah linguistik umum. Buku ini terdiri dari uraian tentang secara teoritis dan disertai contoh-contoh yang akan membantu dosen dalam mengajarkan tentang hakikat linguistik dan hakikat bahasa, dasar-dasar fonologi, dasar-dasar morfologi, dasar-dasar sintaksis, hakikat semantik, dan dasar-dasar wacana, serta masyarakat bahasa

Bagi mahasiswa buku ini akan membantu untuk memahami bahasa serta kajian bahasa secara umum. selain itu dibuku ini juga dibahas tentang masyarakat bahasa agar mahasiswa mampu memahami kajian dalam masyarakat bahasa.

Kerjakanlah latihan yang ada di dalam setiap akhir bab, untuk mengukur capaian pemahaman Anda terhadap materi yang telah dibaca dan pelajari.

Peran dosen dalam pembelajaran Linguistik adalah sebagai fasilitator, yaitu membantu mahasiswa dalam memahami bahasa dan kajian bahasa secara umum.

E. Capaian Lulusan

Capaian lulusan dalam mata kuliah ini adalah: 1. Mampu berbahasa dan bersastra Indonesia, secara

13

umum, akademis, dan pekerjaan; serta mampu menggunakan salah satu bahasa daerah (KK1). 2. Mampu merencanakan dan melakukan kajian

terhadap implementasi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia melalui pendekatan secara terintegrasi (KK4);

3. mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pen-gembangan atau implementasi ilmu pengeta-huan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai den-gan bidang keahliannya (KU1);

4. mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, dan gagasan (KU3),

5. mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data (KU5); dan

6. mampu memahami konsep, teori, metode, dan filosofi interdisipliner serta menganalisis permasalahan interdisipliner di bidang kebahasaan dan kesastraan (P6).

14

F. Bentuk Evaluasi

Dalam buku ajar ini dilengkapi dengan tes evaluasi formatif yang disajikan dalam bentuk esai. Setiap bab terdiri dari lima soal esai yang mencakup berbagai tingkatan dalam taksonomi Bloom.

15 BAB II

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN LINGUISTIK

A. Deskripsi

Pada bahasan ini, mahasiswa akan mempelajari secara mendasar tentang linguistik yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengertian dari linguistik, hakikat dan manfaat linguistik, cabang linguistik, dan objek kajian linguistik. Selain itu, mahasiswa pun akan dibekali dengan sejarah dan aliran linguistik. Hal ini sangat diperlukan, karena mahasiswa bisa memahami betul tentang sejarah perkembangan linguistik di dunia dari masa lampau sampai sekarang. Lebih dari itu, mahasiswa pun dapat menerapkan aliran-aliran lingusitik yang ada dengan tugas menganalisis persoalan kebahasaan baik dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik.

B. Relevansi

Materi ini sangat bermanfaat untuk mahasiswa, karena merupakan awal atau pondasi dasar untuk memahami linguistik secara keseluruhan. Dengan memahami linguistik secara mendalam dan menyeluruh,

16

mahasiswa memiliki potensi untuk membahas berbagai persoalan kebahasaan mulai dari aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.Selain itu, materi ini sangat membantu mahasiswa dalam memahami dan mendalami sejarah perkembangan linguistik yang pernah ada di dunia dari masa lampau sampai masa moderen ini sebagai bahan kajian perbandingan bahasa secara diakronis. Lebih dari itu, dengan memahami secara mendalam berbagai aliran linguistik yang ada, mahasiswa dapat memilih dan menerapkan aliran mana yang cocok digunakan untuk menganalisis suatu persoalan kebahasaan yang muncul dewasa ini.

C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

Setelah mendapatkan materi perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Merumuskan pengertian linguistik, hakikat linguistik dan ciri-ciri bahasa.

2. Memahami secara mendalam objek linguistik dan bahasa.

3. Menjelaskan secara mendalam linguistik sebagai kajian ilmu.

17 D. Materi Pelajaran

1. Hakikat Linguistik

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi dengan sesamanya. Bahasa manusia berbeda dengan bahasa hewan maupun tumbuhan, walaupun sama-sama mahluk hidup. Bahasa manusia memiliki sistem bahasa, memiliki sesuatu yang khas yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya.

Istilah bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks dan makna, misalnya bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai media diplomasi, bahasa penyampai gagasan, bahasa teroris, bahasa militer, bahasa perdamaian, bahasa sastra maupun bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa dapat diartikan sebagai sistem lambang bunyi bahasa yang bersifat arbitrer atau manasuka, yang digunakan oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya. Hal itu dikarenakan sebagai mahluk sosial, manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya dalam kehidupan ini.

Bahasa adalah nama lain dari linguistik atau arti linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk bahasa. Secara singkat disebut juga dengan ilmu bahasa. Padanan kata linguistik adalah linguistiks (bahasa Inggris), linguistique (bahasa Perancis), linguistiek (bahasa Belanda).

18

Langue adalah nama salah satu bahasa, misalnya

bahasa Indonesia, bahasa Inggris ataupun bahasa Jawa.

Langage diartikan sebagai sifat khas yang dimiliki

manusia. Misalnya dalam kajian linguistik, kita menyatakan manusia memiliki bahasa, sedangkan tumbuhan dan hewan tidak memiliki bahasa. Parole adalah tuturan, ucapan atau perkataan yang bersifat konkret. Parole inilah yang disebut dengan bahasa sesungguhnya, yang menjadi ciri khas seseorang. Biasanya disebut dengan logat atau dialek. Sehingga dalam kajian linguistik, sifat dari parole berwujud konkret/nyata karena berupa ujaran bahasa. Sedangkan wujud langue dan langage bersifat abstrak.

Dalam kajian bahasa juga dikenal istilah linguis (bahasa Indonesia), linguist (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai ahli bahasa ataupun orang yang menguasai berbagai bahasa. Walaupun kita juga menyatakan bahwa ahli atau pakar bahasa belum tentu menguasai berbagai bahasa. Seseorang yang menguasai berbagai bahasa juga belum tentu disebut pakar bahasa. Artinya tidak berlaku mutlak orang yang menguasai berbagai bahasa adalah ahli bahasa, begitu pula ahli bahasa tidak mutlak menguasai berbagai bahasa.

Ilmu linguistik sering disebut dengan linguistik umum. Artinya ilmu linguistik tidak hanya mempelajari satu bahasa saja seperti bahasa Inggris, bahasa Perancis atau bahasa Indonesia, tapi juga mempelajari bahasa Sunda

19

maupun bahasa Jawa. Artinya berdasarkan pendapat de Saussure kita dapat menyatakan bahwa linguitik itu mempelajari semua bahasa, mempelajari semua langue, juga langage dan parole.

2. Hakikat dan Ciri-Ciri Bahasa 2.1 Hakikat Bahasa

Hakikat bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk menyatakan ekspresi, keinginan atau untuk berbicara dengan orang lain. Semakin kita menguasai bahasa tertentu, maka kemampuan berbahasa itu dapat memberikan manfaat positif dalam berkomunikasi. Hal itu sejalan dengan pengertian bahasa yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (2002:20) yang menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.

2.2 Ciri-Ciri Bahasa

Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki beberapa ciri-ciri atau sifat yang hakiki yaitu : (1) bahasa itu sebuah lambang, (2) bahasa itu sebuah sIstem, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu produktif, (8) bahasa itu unik, (9) bahasa itu bervariasi, (10), bahasa itu dinamis, (11) bahasa itu

20

universal, (12) bahasa itu sebagai alat interaksi sosial, (13) bahasa itu manusiawi

2.2.1 Bahasa sebagai Lambang

Kita sering mendengar kata lambang dalam kehidupan sehari-hari. Kata ini berkaitan dengan makna tertentu, misalnya bendera merah putih sebagai bendera negara Indonesia melambangkan sebuah keberanian dan kesucian, karena warna merah bermakna berani dan warna putih bermakna kesucian, kebersihan jiwa.Istilah lambing sering disamakan dengan istilah simbol.

Lambang dalam ilmu tanda (semiotika) diartikan sebagai kajian dalam ilmu tanda. Ada beberapa jenis tanda dalam semiotika yaitu tanda atau (sign), lambang (symbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks dan ikon.

Lambang atau simbol bersifat tidak langsung, yang menandai sesuatu secara konvensional. Misalnya di ujung jalan kompleks rumah kita ada bendera kuning, maka untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, kita akan memaknai warna bendera kuning itu sebagai tanda adanya orang yang baru meninggal dunia di ujung jalan itu. Hal itu dikarenakan warna kuning menjadi ungkapan kematian di daerah tertentu. Kita tidak dapat mempertanyakan mengapa digunakan bendera/kertas kuning untuk memaknai adanya kematian? Hal itu dikarenakan lambang bersifat arbitrer atau manasuka

21

(tidak ada hubungan wajib). Artinya tidak ada hubungan antara pilihan warna dengan kematianan.

Lambang hendaknya dibedakan dari tanda. Tanda digunakan secara umum yaitu sesuatu yang mewakili benda, ide, pikiran atau perasaan. Misalnya kalau ayam berkotek, petanda ada bahaya atau petanda ayam akan bertelur. Termasuk kalau di langit terdapat awan putih dan cuaca panas, maka hal itu menandakan cuaca cerah tidak akan turun hujan. Atau kalau kita melihat air jatuh di dedaunan artinya petanda sebelumnya telah turun hujan atau ada yang menyirami pepohonan itu.

Ferdinand de Saussure tidak menggunakan istilah simbol atau lambang, tapi menggunakan istilah signified and significant, (Kridalaksana, 2002). Signifie diartikan sebagai gambaran psikologis yang abstrak dari suatu bagian alam sekitar kita. Sedangkan Signifiant diartikan sebagai gambaran psikologis abstrak dari aspek bunyi suatu unsur bahasa. Ferdinand de Saussure dalam A. Chaer (2015) menyebut konsep signe (sign) tanda untuk menunjukkan gabungan signifie dengan makna “tanda” petanda dan istilah signifiant-signifier dengan makna penanda. Makna penanda adalah sesuatu yang menandai, sedangkan petanda bermakna yang ditandai. Misalnya tanda linguistik yang dilafalkan <rumah>, terdiri dari unsur makna atau yang diartikan dengan <house> dalam bahasa Inggris. Unsur pembentuk bunyi dalam lafal <rumah> adalah wujud fonem {r-u-m-a-h}. Kata

22

<rumah>memiliki unsur makna dan unsur bunyi, yang mengacu kepada sebuah referen yang berada di luar bahasa. Kita tidak dapat mempersoalkan mengapa sebuah benda yang terdiri dari bangunan yang memiliki atap, jendela, pintu dan dinding disebut dengan istilah rumah.

Tanda-tanda lainnya adalah sinyal, gerak, isyarat,gesture, gejala, kode, indeks dan ikon. Sinyal atau isyarat adalah tanda yang sengaja dilakukan agar si penerima tanda melakukan sesuatu aktivitas. Artinya sinyal ini bernada perintah untuk melakukan aktivitas yang sudah ditentukan oleh pemberi sinyal. Misalnya warna lampu pengatur lalu lintas yang berwarna merah, kuning dan hijau menandakan pengemudi harus mematuhi warna lampu itu. Marna merah berarti pengemudi harus berhenti, hijau berarti pengemudi dipersilakan jalan dan warna kuning berarti pengemudi harus bersiap-siap untuk mengurangi laju kendaraaannya karena harus berhenti jika diikuti lampu warna merah.

Gerak atau isyarat adalah tanda yang dilakukan dengan menggerakkan bagian anggota tubuh. Gerak isyarat ini dapat berupa tanda ataupun symbol. Misalnya di kandang burung kita melihat burung menggerakkan sayapnya dan melompat-lompat ketakutan, ini sebagai tanda bahwa ada hewan yang mengganggu kenyamanan burung itu. Gerak atau isyarat ini disebut dengan symbol/lambang misalnya budaya Indonesia, jika

23

seseorang menyatakan sependapat dengan orang lain, maka ia akan menggagukkan kepalanya dan sebaliknya bila menyatakan tidak sependapat maka ia akan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak ada hubungan wajib antara anggukan dan gelengan dengan makna persetujuan atau ketidaksetujuan. Hal itu disebut bersifat arbitrer/manasuka.

Gejala atau symptom adalah tanda yang tidak disengaja yang menunjukkan sesuatu akan terjadi secara alamiah. Misalnya seseorang yang radang tenggorokkan dan badannya panas, akan merasakan tanda sulit menelan, tidak selera makan. Dokter bisa saja menyatakan bahwa radang tenggorokkan itu sebagai petanda kita akan terserang demam. Artinya badan panas dan sulit menelan itu sebagai gejala dari radang tenggorokkan yang akan mengakibatkan penyakit demam. Ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan dengan sesuatu yang diwakilinya. Misalnya gambar bangunan, tiruan benda, patung Sukarno adalah contoh dari sebuah ikon.

Indeks adalah tanda yang menunjukkan sesuatu yang lain. Misalnya suara gemuruh air sebagai petanda adanya air terjun atau sungai yang airnya deras, debur ombak menyatakan adanya laut dan sebagainya.

Kode adalah tanda yang memiliki ciri-ciri karena adanya sebuah sistem. Kode dapat berupa symbol, sinyal

24

maupun gerak isyarat yang mewakili ide, benda, pikiran , perasaan maupun tindakan yang telah disepakati bersama. Kode sering kali memiliki bahasa rahasia dalam pengungkapannya.

2.2.2 Bahasa adalah Sebuah Sistem

Bahasa sebagai sistem lambang bunyi bahasa dapat diartikan bahwa bahasa itu memiliki pola keteraturan dalam setiap bahasa. Unsur-unsur bahasa itu membentuk pola susunan yang teratur yang bersifat tetap dan kemunculannya dapat diprediksi oleh seorang penutur asli bahasa itu. Misalnya dalam bahasa Indonesia, kita menemukan kalimat yang seperti ini:

(1) Dosen saya me….. mahasiswa yang ...lambat masuk …kelas tadi pagi.

(2) Ibu menggoreng ikan di dapur. (2a) Ikan menggoreng ibu di dapur. (3) Ayam itu di kejar-kejar kucing besar. (3a) Kucing ayam di kejar-kejar itu besar.

Secara cepat, kita dapat memastikan bahwa pada kalimat (1) di atas terdapat kata [ marahi, ter-, ke] yang merupakan unsur yang membentuk kalimat menjadi sempurna yang bermakna. Kalimat nomor (2) adalah kalimat yang tepat, bahwa ada seorang ibu (perempuan) yang sedang melakukan aktivitas (menggoreng ikan) di dapur. Sedangkan kalimat (2a) tidak berterima dalam

25

bahasa Indonesia, karena seekor ikan tidak akan dapat menggoreng ibu (manusia), walaupun secara struktural tepat. Kalimat (3) merupakan kalimat yang tepat karena sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Sebaliknya kalimat (3a) merupakan kalimat yang tidak tepat dalam bahasa Indonesia, karena tidak memiliki makna. Dengan kata lain, dalam sebuah bahasa terdapat subsistem yang membangun sebuah sistem bahasa dari yang sederhana hingga yang lebih rumit. Subsistem yang membangun bahasa adalah subsistem fonologi, subsistem gramatikal dan subsistem leksikal. Semua subsistem ini membentuk unsur hierarki, dari tataran terendah.

Jenjang subsistem dalam linguistik terdiri dari fon, fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana yang tersusun sebagai berikut:

(Tabel 2.1) Wacana Kalimat Klausa Frasa Kata Morfem Morfologi Fonologi Sintaksis

26 Fenom

Fon

2.2.3 Bahasa sebagai Bunyi

Bahasa adalah bunyi yang berupa getaran dan memiliki makna. Getaran bunyi bermakna itu diterima oleh gendang telinga melalui pusat syaraf yang ada di dalam otak manusia. Bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh sejumlah alat ucap manusia yang memiliki peran membantu menghasilkan bunyi bahasa.

2.2.4 Bahasa itu Arbitrer

Bahasa itu arbitrer artinya tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang terkandung dalam lambang itu. Kita tidak dapat menjelaskan mengapa [burung] dengan yang dilambangkan yaitu “sejenis binatang berkaki dua yang dapat terbang” itu disebut dengan burung. Artinya kita tidak bias menjelaskan mengapa binatang yang dapat terbang itu dinamakan dengan burung, atau disebut dengan istilah [bird] dalam bahasa Inggris atau disebut [manuk] dalam bahasa Jawa.

2.2.5 Bahasa itu Bermakna

Bahasa sebagai sistem lambang yang berwujud bunyi , akan melambangkan sesuatu hal yang bermakna. Sebuah lambang akan melambangkan sesuatu

27

pengertian, konsep, ide atau pikiran. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu akan memiliki makna. Kata <kuda> akan memiliki konsep yang bermakna sebagai “sejenis binatang berkaki empat yang dapat ditunggangi”. Contoh lainnya, kata [burung] memiliki konsep sebagai hewan berkaki dua yang dapat terbang di udara. Kemudian konsep tadi dihubungkan dengan benda yang ada di dunia nyata. Artinya sesuatu yang tidak memiliki makna bukanlah bahasa.

Lambang-lambang bunyi bahasa bermakna itu dapat berupa satuan dalam wujud morfem, kata, frasa, klausa, kalimat atau wacana.

2.2.6 Bahasa itu Konvensional

Bahasa itu konvensional artinya penggunaan sebuah lambang untuk konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya semua orang yang menggunakan bahasa yang sama, harus menyetujui konvensi atau memiliki kesepakatan terhadap lambang yang digunakan. Misalnya kata [kucing] dalam bahasa Indonesia dimaknai sebagai “binatang berkaki empat, yang tinggal di rumah sebagai hewan peliharaan yang berbulu tebal dan memiliki cakar yang kuat”. Kita tidak akan mempertukartempatkan makna kata [kucing] dengan [harimau], walaupun hewan harimau juga berkaki empat dan memiliki bulu yang tebal.

Konvensi terhadap sesuatu makna harus disepakati oleh penutur bahasa, karena mengganti lambang dengan

28

makna yang lainnya akan mengakibatkan komunikasi tidak berjalan dengan lancar.

2.2.7 Bahasa itu Produktif.

Bahasa itu produktif dapat diartikan bahwa dari unsur-unsur yang terbatas, kita dapat membuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas. Misalnya saja abjad dalam bahasa Indonesia hanya terdiri dari 26 huruf, tetapi kita dapat menyusunnya menjadi ribuan kata . Misalnya saja dari huruf [ i-k-a-n ] maka kita dapat membentuknya menjadi [kain, ikan, kina, kian]. Artinya pembentukkan kata dalam sebuah bahasa akan semakin produktif apabila dilengkapi dengan unsur afiks dalam bahasa Indonesia. Unsur afiks terdiri dari prefix (awalan), infiks( sisipan), sufiks (akhiran), maupun konfiks dan simulfiks. Misalnya awalan (prefix me- dapat menjadi me-, men-, mem-, meng-, menge-, meny-, menye-) seperti dalam meninjau, membaca, mengejar dan lain sebagainya.

2.2.8 Bahasa itu Unik

Bahasa dikatakan memiliki keunikan tersendiri. Artinya bahasa itu memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Unik artinya memiliki ciri khas tersendiri, seperti tekanan kata dalam bahasa Indonesia tidak bersifat morfemis tetapi bersifat sintaksis. Misalnya pada kalimat: pencuri itu ditangkap polisi, maka tekanan pada

29

kata pencuri akan dimaknai tetap, kecuali bila kalimatnya berubah. Hal itu dapat bermakna bahwa setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri, misalnya bahasa Indonesia akan berbeda dengan bahasa Cina, akan berbeda dengan bahasa Perancis maupun bahasa-bahasa lainnya. Artinya keunikan bahasa akan menjadi ciri-ciri khas dari setiap bahasa yang ada di dunia ini.

2.2.9 Bahasa itu Bervariasi

Bahasa itu bervariasi dapat dimaknai bahwa setiap kelompok masyarakat memiliki bahasa masing-masing. Anggota masyarakat memiliki kelompok pengguna bahasa berdasarkan status sosialnya, misalnya ada bahasa orang yang berpendidikan, orang yang tidak berpendidikan, bahasa anak-anak, bahasa remaja, bahasa lisan, bahasa tulis, bahasa dokter, bahasa para nelayan, bahasa para petani, bahasa advokad, maupun bahasa hukum.

Perlu dipahami tentang adanya istilah variasi bahasa yang disebut dengan idiolek, dialek, dan ragam bahasa. Idiolek adalah ragam bahasa atau variasi bahasa yang bersifat perseorangan yang bersifat khas.

Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu. Masyarakat berbahasa yang sama merupakan satu masyarakat bahasa yang sama yaitu anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu lokasi tertentu. Misalnya di Indonesia terdapat bahasa Jawa dialek Tegal, bahasa Jawa dialek

30

Banyumas, bahasa Jawa dialek Surabaya dan lain sebagainya. Variasi bahasa berdasarkan tempat atau lokasi sering disebut dengan dialek regional,dialek geografis.

2.2.10 Bahasa itu Dinamis

Bahasa itu dinamis diartikan bahwa bahasa adalah sesuatu yang tidak pernah terlepas dalam kehidupan manusia. Manusia selalu memerlukan bahasa, dan bahasa itu selalu dinamis berkembang sejalan dengan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa Indonesia sudah mengalami perkembangan yang luar biasa dari waktu ke waktu. Jumlah kosa kata di kamus selalu bertambah jika ada edisi revisi kamus bahasa. Hal itu menandakan bahwa bahasa itu dinamis selalu berkembang dalam kehidupan manusia.

2.2.11 Bahasa itu Universal

Bahasa itu memiliki sifat masing-masing yang bersifat unik. Artinya ada ciri-ciri bahasa yang sama-sama dimiliki oleh bahasa. Hal itulah yang disebut dengan bersifat universal. Ciri-ciri universal itu bersifat umum, seperti

Dokumen terkait