• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTANSI SUMBER DANA perhitungan fihak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AKUNTANSI SUMBER DANA perhitungan fihak "

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

AKUNTANSI SUMBER DANA

Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Akuntansi Perbankan.

Disusun Oleh :

Yusi Sukmayanda (0801015) Gema Prima Nurdiansyah (0801017) Reni Sagita TN (0804376) Fani Oktaviani (0804575) Neneng Mida Nurhayati (0808404)

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Setinggi puji sedalam syukur kehadirat Ilahi Rabbi, karena semata atas berkat dan karunia Nya lah akhirnya salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan tentang Akuntansi Sumber Dana.

Adapun makalah ini berisi tentang pengertian dan akuntansi Giro, Tabungan, Tabungan Kartu Smart, Simpanan Berjangka, Traveller’s Cheques Dalam Valuta Rupiah, Dana Pembayaran Rekening Titipan (Paymen Point), dan Dana Setoran Naik Haji, secara khusus dijelaskan oleh kami dalam makalah ini.

Layaknya segala sesuatu yang ada di bumi ini, tidaklah ada yang sempurna. Begitu juga kiranya dengan Makalah ini, masih banyak memiliki kekurangan. Untuk itu, segala unjuk saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Agar dimasa yang akan datang kami bisa mempersembahkan yang lebih baik dan lebih berguna untuk kita semua. Akan tetapi mudah-mudahan makalah ini sedikitnya memberikan manfaat untuk kita semua. Amiiin

(3)

2.2 Tabungan...10

2.3 Tabunagn Kartu Smart...19

2.4 Simpanan Berjangka...26

2.5 Traveller’s Cheques Dalam Valuta Rupiah...33

2.6 Dana Pembayaran Rekening Titipan (Paymen Point)...38

2.7 Dana Setoran Naik Haji...41

BAB III...44

PENUTUP...44

3.1. Kesimpulan...44

3.2. Saran...45

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Dilihat dari sumbernya, dana bank dapat dikelompokankedalam 2 kelompok, yaitu dana dari masyarakat seperti giro, tabungan, dan simpanan berjangka atau deposito berjangkaserta dana dari bank lain seperti pinjaman antar bank dalam bentuk call money, deposito berjanka dan lainnya.

Dana dalam bank adalah hutang bank kepada masyarakat atau pihak lainnya yang akan dibutuhkan disisi pasiva atau sebelah kanan neraca. Karena sifatnya sebagai hutang, maka rekening dana ini akan bertambah disebelah kredit dan berkurang disebelah debet. Rekening dana bank merupakan rekening permanen atau real yang selalu akan disajikan pada neraca secara kumulatif.

Bank akan dibebankan dengan sejumlah bunga yang akan dicatat sebagai biaya bunga pada ikhtisar laba-rugi bank. Suku bunga yang dibebankan akan beragam-ragam sesuai dengan jenis dana yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan.

1.2Rumusan Masalah

1. Pengertian dan akuntansi giro.

2. Pengertian dan akuntansi tabungan.

3. Pengertian dan akuntansi tabungan kartu smart.

(5)

5. Pengertian dan akuntansi Traveller’s Cheques Dalam Valuta Rupiah.

6. Pengertian dan akuntansi Dana Pembayaran Rekening Titipan (Paymen Point).

7. Pengertian dan akuntansi dana setoran naik haji. 1.3Tujuan

1. Untuk memenuhi nilai mata kuliah akuntansi perbankan.

2. Untuk mengetahui pengertian dan akuntansi sumber dana bank. BAB II

PEMBAHASAN 2.1Giro

1. Pengertian

Giro adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat erintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Bank menetapkan harga dana giro lebih rendahkarena lama pengendapannya tidak dapat dipastikan secara tepat, dimana pemilik rekening giro dapat menarik uangnya kapan saja mereka kehendaki.

Penarikan dana giro oleh si pemilik hanya dapat dilakukan dengan cara perintah tertulis dari si pemiliknya sebagai dasar resmi otorisasi pendebetan rekening nasabah oleh bank. Penarikan ini dapat dilakukan sewaktu-waktu nasabah menghendakinya, dimana bank akan menguji kebenaran nomor rekening, tanda tangan, kecukupan saldo dan informasi lainnya yang diperlukan.

(6)

 Cek

Yaitu “Surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebut di dalamnya atau kepeda pemegang cek tersebut”.

Macam-macam cek,diantaranya :

a. Cek atas nama

Cek yang diterbitkan atas nama seseorang atau badan hukum tertentu yang tertulis jelas di dalam cek tersebut.

b. Cek atas unjuk

Kebalikan dari cek atas nama. Di dalam cek tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum.

c. Cek silang

Cek yang dipojok kiri diberi tanda dua tanda garis sejajar, sehingga cek tersebut tidak dapat ditarik tunai melainkan pemindahbukuan.

d. Cek mundur

Cek yang diberi tanggal mundur dari tanggal. Hal ini biasanya terjadi karena kesepakatan antara pemberi dan penerima cek.

(7)

Merupakan cek yang penarikkannya melebihi saldo yang ada.

 Bilyet Giro

Yaitu “Surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara giro nasabah tersebut, untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya atau nomor rekening pada bank yang sama tau bank lainnya”.

Syarat-syarat yang berlaku untuk BG agar pemindahbukuannya dapat dilakukan antara lain :

- pada surat cek tertulis perkataan “Bilyet Giro” dan nomor seri

-surat harus berisi perintah tak bersyarat untuk memindahbukukan sejumlah uang tertentu atas beban rekening yang bersangkutan

-nama bank yang harus membayar (tertarik)

-nama penerima dana dan nomor rekening

-nama bank penerima dana

-jumlah dana dalam angka dan huruf

(8)

-tanda tangan dan atau cap perusahaan.

Masa berlaku dan tanggal berlakunya BG juga diatur sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan seperti :

-masa berlakunya adalah 70 hari terhitung mulai tanggal penarikannya

-bila tanggal efektif tidak ada maka tanggal penarikan berlaku sebagai tanggal effektif

-bila tanggal efektif tidak ada maka tanggal efektif berlaku sebagai tanggal penarikan

-dan persyaratn lainnya.

3. Sifat Rekening

(9)

bersangkutan. Biaya bunga ersebut memperbesar saldo debet rekening giro yang bersangkutan.

4. Pembukuan Transaksi Giro

Transaksi giro yang dibukukan oleh suatu bank dapat terjadi dari peristiwa seperti: setoran nasabah, baik tunai maupun kliring, setoran dari transfer, embebanan karena amanat nasabah,dan lainnya.

Transaksi Pembukaan Rekening Giro dan Penyetoran

Setelah memenuhi segala persyaratan pembukaan rekening giro, seorang calon nasabah diminta untuk segera menyetor sejumlah uang tertentu sebagai setoran pertama.

Contoh:

Apabila Tuan Hermawan membuka rekening giro pada bank Omega cabang Jakarta dan menyetor tunai sejumlah Rp 100.000.000 dan membayar tunai semua biaya administrasi seperti penerbitan buku cek sebessar Rp 50.000, maka Bank Omega Cabang Jakarta akan dibukukan seperti :

D : KAS Rp 100.050.000

(10)

Penyetoran Kliring

Apabila Hermawan kemudian menyerahkan sebuah cek giro Bank ABC untuk disetorkan ke dalam rekening gironya, oleh Bank Omega akan dibukukan sebagai transaksi kliring. Pengkreditan ke dalam rekening giro Hermawan akan dilakukan setelah hasil kliring tersebut dinyatakan berhasil. Untuk menampung pengkraditan sementara biasanya dikreditkan ka dalam warkat kliring. Warkat kliring ini dianggap sebagai warkat debet keluar.

Pembukuan untuk transaksi penyetoran warkat kliring ini sebagai berikut :

Pada waktu hasil kliring dinyatakan berhasil atau tidak akan dibukukan dengan cara menihilkan rekening warkat kliring yang sifatnya sementara, dengan jurnal sebagai berikut :

D : BANK INDONESIA-GIRO Rp 10.000.000

K : WARKAT KLIRING Rp 10.000.000

D : WARKAT KLIRING Rp 10.000.000

(11)

Penyetoran Melalui Transfer

Apabila hermawan menerima transfer dari seorang rekannya nasabah Bank Surya sebesar Rp 5.000.000, oleh Bank Omega akan dibukukan sebagai berikut :

Transfer yang diterima oleh Hermawan dapat saja dari seorang nasabah Bank Omega lainnya.

5. Penarikan

Penarikan rekening giro dapat dilakukan setiap saat setelah memenuhi persyaratan tertentu. Jenis penarikan kredit antara lain dapat berupa : penarikan tunai, penarikan dengan memberikan amanat kepada bank, penarikan kliring dan lainnya. Bila Hermawan menarik selembar cek senilai Rp 15.000.000 untuk diayarkan oleh bank secara tunai, maka Bank Omega akan dibukukan sebagai berikut :

D : BANK LAIN-LAIN Rp 5.000.000

K : GIRO-REKENING HERMAWAN Rp 5.000.000

D : GIRO-REKENING HERMAWAN Rp 15.000.000

(12)

Dengan adanya penarikan tunai ini, maka rekening giro Hermawan akan berkurang dan dengan demikian perhitunngan jasa giro yang diperhitungkan untuk keuntunngan Hermawan juga berkurang.

Penarikan secara Kliring

Penarikan secara kliring dilakukan oleh nasabah dengan cara menerbitkan cek untuk disetorkan kepada seseorang yang merupakan nasabah bank lain. Bila ermawan menerbitkan cek sebesar Rp 4.000.000 dan memerintahkan Bank Omega agar diserahkan untuk keuntungan seorang nasabah di Bank Lippo.

Maka Bank Omega akan dibukukan sebagai berikut :

Bagi Bank Omega, warkat yang diserahkan oleh Hermawan tersebut dianggap sebagai warkat kredit keluar.

Penarikan dengan Amanat

Seringkali seorang nasabah memberikan amanat kepada banknya untuk memindahkan sejumlah dana atas rekening gironya. Pemberian amanat ini harus tertulis dan disahkan oleh pejabat bankk yang bersangkutan.

D : GIRO-REKENING HERMAWAN Rp 4.000.000

K : BANK INDONESIA-GIRO Rp 4.000.000

(13)

Contoh yang paling lazim adalah transfer keluar. Bila Hermawan kemudian memerintahkan Bank Omega cabang Jakarta untuk mendebet rekening gironya sebesar Rp 2.000.000 untuk dipindah bukukan kedalam rekening seseorang di Bank Omega cabang Surabaya, maka Bank Omega cabang Jakarta akan dibukukan sebagai berikut :

Dalam hubungan transfer antar cabang akan tercipta hubungan antar kantor yang akan ditampung dalam Rekening Antar Kantor (RAK). Rekening ini bersifat reciprocal, yaitu bila satu pihak mendebit, maka pihak lainnya akan mengkredit. Dengan demikian, RAK ini akan nihil dalam laporan keuangan konsolidasi.

6. Penambahan atau pengurangan Lainnya

Perhitungan Bunga Giro

Seorang nasabah giro, apabila masih memiliki saldo kredit selama periode perhitungan bunga atau jasa giro, akan diberikan sejumlah bunga giro. Perhitungan bunga giro dilakukan atas saldo rata-rata terendah dari mutasi setiap

D : GIRO- HERMAWAN Rp 2.000.000

K : REKENING ANTAR KANTOR

(14)

bulan. Pembukuan langsung dibukukan atas keuntungan nasabah yang bersangkutan.

Contoh perhitungan bunga giro untuk Tn. Hermawan, nasabah Bank Omega cabang Jakarta, dapat diilustrasikan sebagai berikut :

(15)

Perhitungan bunga = 1,00 % x Rp 94.000.000 = Rp 940.000

 Bila perhitungan bunga giro berdasarkan lamanya pengendapan dana :

Tanggal Saldo Lamanya Bunga

1-6 100.000.000 5 Hari 166.667 6-8 110.000.000 2 Hari 73.333 8-11 95.000.000 3 Hari 95.000 11-15 100.000.000 4 Hari 133.333 15-20 96.000.000 6 Hari 192.000 20-30 94.000.000 10 Hari 313.333

Jumlah Bunga 973.666

 Bila perhitungan bunga dilakukan berdasarkan saldo rata-rata setiap bulannya, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut :

Saldo rata-rata perbulan Rp 99.160.000

Bunga sebulan Rp 991.600

Metode mana yang akan diterpkan oleh Bank Omega dapat diputuskan sendiri berdasarkan pengalaman bank, hal yang akan mempenngaruhi bunga ini adalah fluktuasi dr saldo rekening giro. Dalam hal ini harus diketahui perilaku pergerakan saldo giro, baik menurun maupun meningkat setiap bulannya sebagai dasar pemilihan metode perhitungan bunga.

Pembukuan Jasa Giro

(16)

2.2Tabungan

Tabungan merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan oleh si penabung sewaktu-waktu dikehendaki. Tabungan yang dimiliki oleh bank-bank dewasa kini berbeda dengan Tabungan Pembangunan Nasional (Tabanas) beberapa tahun yang lampau. Produk tabungan yang sekarang dijual oleh bank-bank memiliki suku bunga yang relatif cukup tinggi sebagai cerminan dari adanya persaingan ketat dalam mengumpulkan dana masyarakat.

Tabungan merupakan hutang bank kepada masyarakat, dalam hal ini pemilik tabungan dan dikelompokkan kedalam hutang jangka pendek dalam neraca. Tidak adanya batasan jangka waktu tabungan dan penarikan yang dapat dilakukan sewaktu-waktu menyebabkan tabungan harus digolongkan ke dalam hutang jangka pendek.

Setiap bank memiliki jenis tabungan yang berbeda-beda. Perhitungan suku bunga, pemberian hadiah, tata cara penyetoran dan penarikannya juga berbeda bagi setiap bank. Produk tabungan ini dapat dijadikan alat promosi bagi yang menawarkannya. Promosi dapat disalurkan dalam bentuk suku bunga, hadiah yang menarik, kemudahan fasilitas dan lain sebagainya.

Akuntansi Untuk Tabungan Transaksi tabungan meliputi :

1. Pembukaan dan Penyetoran

Pembukaan rekening tabungan lazimnya jauh lebih sederhana dari proses pembukaan rekening giro. Nasabah hanya diminta untuk mengisi formulir pembukaan tabungan yang memuat data pribadi calon nasabah, kemudian nasabah diberikan sebuah passbook, untuk mencatat segala transaksi yang menyangkut rekeningnya. Lazimnya penyetoran pertama dilakukan cabang dimana si nasabah membuka rekening.

Sebagai contoh :

D : BUNGA GIRO Rp 973.666,7

(17)

Pada tanggal 04 Agustus 1992, Tn. E hendak membuka tabungan di Bank Omega – Jakarta. Setoran pertamanya sebesar Rp. 1.500.000;- tunai. Bunga ditetapkan secara floating yang mana disesuaikan pada suku bunga yang berlaku dan dihitung atas dasar lamanya tabungan mengendap. Pada waktu penyetoran pertama suku bunga sebesar 20 % setahun. Atas dasar suku bunga ini akan diperhitungkan bunga tabungan untuk Tn. E, hingga suku bunga Bank Omega berubah. Pada saat penyetoran tersebut, oleh Bank Omega cabang Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagi berikut :

Apabila pada tanggal 20 Agustus 1992, Tn. E kembali menyetor dengan menyerahkan selembar cek Rp. 4.600.000 dari Tn. F, nasabah Bank Omega – Jakarta, untuk keuntungan rekening tabungannya. Pada hari yang sama ia juga mendapat transfer masuk dari seorang rekannya di Surabaya melalui bank Omega – Surabaya sebesar Rp. 7.230.000;- untuk keuntungan rekening tabungannya. Oleh Bank Omega – Jakarta akan dicatat sebagai berikut :

2. Penyetoran antar Cabang keamanan transaksi yang erat kaitannya dengan sistem proses pembukuan atau akuntansi pada bank yang bersangkutan. Bagi bank yang pengoperasiannya dilakukan dengan media komputer dan dapat berhubungan langsung antara cabang on-line processing), issue keamanan transaksi tidak begitu besar dibanding dengan

D : Kas ………... Rp.1.500.000 K : tabungan – Rekening Tn. E ……… Rp. 1.500.000

(18)

SetoranNasabah Proses Transaksi Host Proses Transaksi

MengkreditCabangPenerbitdanPassbook MendebetCabangPenerimaSetorandanRek.Nas. Up-to-the second CabangPenerimaSetoran CabangPenerbit Tabungan

CPU CPU CPU

bank yang pengoperasiannya secara masih manual atau belum beroperasi secara on-line.

Bank memproses transaksi secara on-line dengan cabang-cabang lainnya, akan tercipta hubungan antara kantor yang diproses dengan sebuah komputer pusat (host komputer). Hubungan ini nantinya akan terlihat dalam neraca harian setiap cabang. Pemberian kode transaksi seperti ini akan dilakukan dengan komputer dan penomorannya harus unik.

Bank memproses transaksi secara off-line dengan cabang-cabang lainnya, perlu menciptakan sistem pengkodean transaksi. Karena transaksi penyetoran antar cabang tidak dapat langsung mengkredit rekening nasabah tabungan di cabang penerbit, bank harus menciptakan sistem internal control yang unik dan efektif.

Lazimnya, internal control tersebut dengan cara langsung mencetak transaksi penyetoran dengan penomoran kode khusus pada passbook nasabah. Atas dasar kode transaksi ini akan diuji kebenarannya oleh cabang lain dimana si nasabah hendak melakukan transaksi lainnya, khususnya penarikan. Dengan demikian, apabila ada transaksi penyetoran dan penarikan antar cabang yang dilakukan dengan hari yang sama, maka alat kontrol yang dijadikan dasar pengesahan adalah pencatatan data transaksi dalam passbook. Proses transaksi hubungan antar cabang secara on-line dapat dilukiskan sebagai berikut :

(19)

Trans. Setoran

Proses

Cabang Penerima Setoran Cabang Penerbit Tabungan

Proses

Kredit Nota KeCabang Penerbit Meng-kredit Passbook Nasabah

Meng-kredit Passbook NasabahKredit Nota KeCabang Penerbit Off-line

Sebagai contoh, apabila Tn. E, melakukan penyetoran tunai tanggal 24 Agustus pada Bank Omega cabang Surabaya sebesar Rp. 1.000.000;- oleh Bank Omega cabang Jakarta, selaku cabang penerbit, akan dibukukan sebagai berikut :

3. Penarikan

Penarikan tabungan pun dapat dilakukan pada dan bukan pada cabang penerbit. Bila dilakukan pada cabang penerbit, bank langsung akan mendebet rekening nasabah yang bersangkutan beserta dengan passbooknya.

Bila penarikan tabungan dilakukan pada cabang bukan penerbit, pengkodean transaksi yang unik diperlukan. Bila pemrosesan transaksi antar cabang dilakukan secara on-line, rekening nasabah yang bersangkutan dapat langsung didebet melalui media komputer yang beroperasi secara on-line. Pada

D : RekeningAntar Kantor -

(20)

bank yang pemrosesannya dilakukan secara off-line, akan memerlukan pengamanan transaksi yang efektif. Lazimnya dilakukan dengan penomoran transaksi yang unik. Cabang pembayar akan segera mengirimkan nota pembukuan kepada cabang penerbit tabungan dimana dipelihara rekening nasabah yang bersangkutan.

Sebagai contoh :

Pada tanggal 28 Agustus 19xx, Tn. E menarik rekening tabungan di Bank Omega cabang Bandung sebesar Rp. 1.500.000;- tunai, oleh cabang Bandung akan dibukukan sebagai berikut :

Cabang penerbit, yaitu cabang Jakarta, akan mengkredit cabang Bandung dan mendebet rekening Tn. E, sebagai berikut :

Hubungan antar cabang Bandung dan cabang Jakarta bersifat reciprocal, yaitu kedua cabang akan tercipta hubungan hutang dan piutang dalam jumlah yang sama. Dengan demikian, rekening antar kantor ini dikenal dengan nama

reciprocal account.

4. Perhitungan Bunga

Dasar perhitungan suku bunga dapat dihitung baik secara floating maupun dari saldo tetap dan dilakukan setiap akhir bulan. Perhitungan dengan saldo tetap biasanya diambil saldo rata-rata minimum dalam sebulan. Cara ini dapat merugikan atau menguntungkan nasabah maupun bank. Bila saldo nasabah cenderung meningkat selama sebulan, perhitungan bunga dengan saldo rata-rata dapat merugikan nasabah dan menguntungkan pihak bank. Sebaliknya, apabila saldo tabungan nasabah cenderung turun selama sebulan, perhitungan bunga

D : RekeningAntar Kantor – Jakarta ……… Rp. 1.500.000 K : Kas……….……….. Rp. 1.500.000

(21)

dengan saldo rata-rata dapat menguntungkan nasabah dan merugikan bank. Hal ini bergantung dari perubahan saldo.

Cara lain dalam perhitungan bunga secara floating dilakukan atas dasar lamanya dana mengendap dalam bank. Lamanya saldo mengendap akan diperhitungkan dengan suku bunga yang berubah-ubah selama satu periode tertentu, lazimnya satu bulan. Dalam perhitungan ini, bank harus menghitung dengan cermat besarnya beban tugas atas dasar lamanya hari dan besarnya saldo mengendap. Karena perhitungan yang cukup rumit, lazimnya dipergunakan komputer.

Sebagai contoh, bila perhitungan bunga untuk Tn. E dilakukan atas dasar floating, maka besarnya bunga tabungan yang harus diberikan kepada Tn. E dapat dihitung dengan memperhatikan perubahan – perubahan suku bunga yang terjadi selama bulan Agustus. Apabila bunga selama bulan Agustus berubah-ubah seperti diuraikan sebagai berikut :

Dengan memperhatikan rata-rata banyaknya hari dan besarnya saldo yang mengendap dalam rekening tabungan Tn. E pada Bank Omega selama Bulan Agustus 19xx, akan diperhitungkan besarnya bunga dari hari ke hari atas dasar suku bunga yang berlaku selama bulan Agustus 19xx.

Bunga bulan Agustus ini akan dibebankan menjadi beban atau biaya selama bulan Agustus dan harus diantisipasikan pada akhir bulan Agustus, dengan cara mengkredit rekening nasabah yang bersangkutan. Proses ini dikenal dengan antisipasi biaya bunga.

(22)

Sebagai contoh, mutasi rekening Tn. E selama bulan Agustus 19xx dapat dijabarkan sebagai berikut :

Nomor Rekening : 023180238 Nama Penabung : E

Periode : Agustus 19xx

Tgl. Keterangan Rf Debit Kredit Saldo

4 Setor Tunai 21 1.500.000 1.500.000 20 Setor Warkat 16 11.830.000 13.330.000 24 Setor SBY 13 1.000.000 14.330.000

28 Tarik BGD 02 12.380.000

31 Bunga 09 1.500.000 97.331 12.927.331

Besarnya bunga yang diberikan kepada Tn. E sebesar Rp. 97.331 tersebut dihitung dengan menghitung lamanya hari dan besarnya saldo yang mengendap dan dihitung dengan suku bunga yang berlaku selama bulan Agustus 19xx.

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

6/360 * 20% * RPH. 1.500.000 = Rp. 4.999,99 5/360 * 21,25% * RPH. 1.500.000 = Rp. 4.427,08 5/360 * 19,75% * RPH. 1.500.000 = Rp. 4.114,58 4/360 * 20,50% * RPH. 13.330.000 = Rp. 30.362,77 1/360 * 20,5% * RPH. 14.330.000 = Rp. 8.160,13 3/360 * 20% * RPH. 14.330.000 = Rp. 23.883,33 3/360 * 20% * RPH. 12.830.000 = Rp. 21.383,33 Besarnya bunga yang dibayar = Rp. 97.331,21 Dibulatkan menjadi = RPH. 97.331,00 Ayat jurnal untuk membukukan beban bunga ini adalah sebagai berikut :

(23)

Dengan demikian, tabungan Tn. E, akan bertambah secara otomatis pada akhir bulan Agustus 19xx sejumlah beban bunga.Perhitungan ini dilakukan dengan sendirinya oleh komputer sewaktu memproses harian dan proses akhir bulan.

5. Penutupan Rekening

Penutupan rekening seorang nasabah tabungan harus dilakukan pada cabang penerbitnya, karena seluruh proses penutupan harus diketahui dan disetujui oleh bank penerbit tabungan yang bersangkutan.

Sebagai contoh :

Apabila kemudian pada tanggal 01 September 19xx, Tn. E datang untuk menutup rekening tabungannya, maka Bank Omega – Jakarta akan membukuan sebagai berikut :

Dengan dibukukannya ayat jurnal diatas, saldo rekening tabungan Tn. E, tidak akan tampak lagi dalam perincian rekening tabungn di neraca.

TABUNGAN LAINNYA

Produk nasional lain dari Bank Indonesia adalah Tabungan Pembangunan Nasional dan Tabungan Asuransi Berjangka atau TASKA. Hal ini dapat diuraikan seperti di bawah ini.

Tabungan Pembangunan Nasional atau Tabanas

(24)

bunga Tabanas lazimnya dihitung dari saldo terendah selama sebulan dan penarikannya hanya dapat dilakukan beberapa kali dalam sebulan.

Tabungan Asuransi Berjangka (TASKA)

Tabungan Asuransi Berjangka atau biasa disingkat TASKA mempunyai keunikan dalam unsur asuransinya, yaitu dimana ada jaminan bagi si pemilik bila yang bersangkutan tutup usia, maka seluruh haknya akan dipenuhi oleh Bank Indonesia melalui bank penyelenggara. TASKA diterbitkan berdasarkan Surat Keputusan dan Edaran dari Bank Indonesia, sebagai berikut :

a. No. 4/8 Kep. Dir. Tanggal 5 Juni 1971 b. No. 4/32 Kep. Dir. Tanggal 22 Maret 1972

c. No. 9/96 Kep. Dir./UPUM Tanggal 13 Januari 1977 d. No. 10/55 Kep. Dir./UPUM Tanggal 20 Juli 1977

e. Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/5/UPUM Tanggal 20 Juli 1977

Jenis jangka waktu dan nominal TASKA juga sudah diatur dengan menerbitkan beberapa seri, yaitu seri A, B dan C. Untuk Seri A, bernilai nominal Rp. 6.300 dengan jangka waktu satu tahun. Untuk Seri B, bernilai nominal kelipatan seri A dengan minimal Rp. 12.600 dan maksimal sebesar Rp. 504.000 pada jangka waktu satu tahun. Untuk Seri C, terdiri dari 10 seri, seri C1 sampai dengan seri C10, dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun dengan jumlah angsuran tetap yang bervariasi untuk tiap seri, mulai dari Rp. 1.000 sampai dengan Rp. 10.000 dan suku bunganya sebesar 9 persen (9%) setahun.

TASKA ini sudah tidak mampu lagi bersaing dengan produk perbankan lainnya, termasuk tabungan dan produk-produk yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi. Oleh sebab itu, mungkin sudah jarang sekali dalam suatu bank masih dipelihara rekening TASKA.

2.3Tabunagn Kartu Smart

(25)

Bank-bank yang telah dan sedang mengembangkan produk dengan teknologi chips ini antara lain adalah Bank Sewu, Bank Dharmala, Bank PSP, BRI, BBD dan beberapa bank lainnya yang sedang dalam tahapan uji coba.

a. Manfaat Tabungan Smart

Karena sifatnya yang khas dimana kartu dapat dipergunakan sebagai alat bayar, maka manfaat penggunaan tabungan smart yang berteknologi chips ini antara lain :

1) Sebagai alat pembayaran di toko-toko atau sebagai point of sale (POS)

2) Sebagai alat untuk memperoleh diskon

3) Sebagai pengganti membawa uang tunai milik sendiri

4) Selain itu dalam chips dapat direkam juga data pribadi nasabah seperti :

5) Nomor kartu penduduk

6) Nomor NPWP

7) Nama dan alamat dokter pribadi dan rumah sakit

8) Sejarah kesehatan nasabah

(26)

Khusus untuk pengoperasian secara off-line, nilai uang yang terekam dalam chips akan ditentukan sendiri oleh nasabah bersangkutan. Bila pengoperasian secara on-line, kartu tabungan akan berfungsi sebagai debit card (langsung mendebit rekening tabungan nasabah) pada point-of-sale di mana transaksi berlangsung.

b. Pengoperasian Tabungan Smart

Operasional tabungan smart dapat dilakukan secara on-line maupun off-line. Maksud pengoperasian secara on-line adalah setiap transaksi yang dilakukan dengan mempergunakan kartu tabungan smart diproses secara langsung dan mempengaruhi saldo nasabah bersangkutan baik pada kartu tabungan (chips) maupun pada pusat komputer dari bank bersangkutan.

Maksud pengoperasian secara off-line adalah bahwa setiap transaksi yang dilakukan dengan mempergunakan kartu tabungan tersebut tidak secara langsung mempengaruhi saldo rekening nasabah pada bank bersangkutan sekalipun saldo pada Kartu Smart berubah, bergantung kepada jumlah pemakaian dan yang telah disetorkan ke dalam chips. Kedua macam pengoperasian ini akan mempengaruhi perlakuan akunansi dan tabungan Kartu Smart ini.

Untuk pengoperasian tabungan dengan Kartu Smart (chips) ini diperlukan jaringan oleh bank yang bersangkutan. Jaringan ini dapat disediakan langsung oleh bank penyelenggara tabungan bersangkutan maupun melalui jaringan pihak ketiga. Pihak ketiga yang menyediakan jaringan untuk Kartu Smart ini antara lain Procard dan perusahaan-perusahaan jaringan lainnya.

(27)

c. Akuntansi Untuk Tabungan Smart

Akuntansi untuk tabungan smart akan dibedakan berdasarkan tata cara pengoperasian kartu tabungan smart : on-line dan off-line.

1) Pengoperasian Secara On-line

Pengoperasian secara on-line menangani semua transaksi yang berkaitan dengan rekening nasabah langsung berubah pada terjadinya. Semua penyetoran maupun penggunaan kartu chips akan langsung mengubah saldo rekening nasabah seketika.

Pembukaan dan Penyetoran

Setiap kali nasabah hendak membuka dan menyetor ke dalam tabungan dengan teknologi Kartu Smart ini akan dikreditkan ke dalam rekening nasabah.

Sebagai contoh, Tn. Wijaya membuka rekening Tabungan Kartu Smart dengan setoran awal Rp 625.000,00 dibayar tunai. Beban kartu sebesar Rp 15.000,00 juga dibayar tunai. Oleh bank bersangkutan akan dibukukan sebagai berikut :

Pembebanan kartu tabungan smart dibukukan sebagai berikut :

D : Kas Rp 625.000,00

K : Tabungan Rp 625.000,00

D : Kas Rp 15.000,00

(28)

Pada saat nasabah kartu diberikan nasabah, chips tersebut sudah mencatat nilai sebesar Rp 625.000,00. Proses pemindahan data dari komputer ke dalam chips tersebut dikenal dengan nama download. Proses download ini akan dilakukan secara otomatis melalui jaringan (network) bila data nasabah ter-update dengan adanya transfer uang dari pihak ketiga ke dalam rekening nasabah bersangkutan. Update ini tidak menjadi masalah karena sewaktu nasabah hendak menggunakan kartunya akan muncul sendiri data terakhir dalam layar pada terminal point-of-salenya merchant. Demikian data nasabah selalu dijaga up-date.

Cara lain untuk mengetahui berapa saldo terakhir, nasabah dapat langsung pergi ke ATM (automated teller machine) dan memeriksa saldonya sekaligus download data ke dalam chips.

Setiap kali setoran, rekening nasabah bersangkutan akan dikredit dalam komputer bank bersangkutan.

Penggunaan Kartu Smart pada Merchant

Pada saat nasabah menggunakan Kartu Smartnya sebagai alat pembayaran di salah satu merchant, nasabah cukup menunjukkan kartunya yang akan dimasukkan ke dalam mesin pembaca chips dan beroperasi secara on-line ke pusat komputer bank bersangkutan. Pengoperasian ini dilakukan secara on-line yang langsung meng-up-date data nasabah atas sejumlah pembayaran.

(29)

secara on-line. Setelah mengetahui bahwa kartu dapat dipakai, maka merchant akan memasukkan angka Rp 75.000,00 tersebut untuk mendebit rekening nasabah bersangkutan. Pada waktu ini, karena pengoperasian secara on-line, rekening nasabah akan didebit oleh bank dengan ayat jurnal sebagai berikut :

Merchant bersangkutan sudah memiliki rekening pada jaringan cabang yang mengoperasikan Kartu Smart, sehingga mempermudah pembayaran atas barang yang dijualnya kepada nasabah bank tersebut.

Pengoperasian secara on-line tersebut tidak menjadi masalah baik untuk merchant maupun bagi bank.

2) Pengoperasian Secara Off-line

Pengoperasian Kartu Smart secara off-line atau tidak langsung meng-up-date data nasabah bila terjadi transaksi ini akan dibedakan khususnya pada waktu download data dari rekening tabungan di komputer ke dalam chips dan sewaktu pendebetan saldo dalam kartu chips atau pembayaran suatu transaksi.

Kebanyakan bank yang sedang mengembangkan Kartu Smart ini, menyediakan juga fasilitas penarikan tunai dengan chips tersebut melalui ATM yang dapat membaca chips. Cara kerjanya akan diuraikan di bawah ini.

Pembukaan dan Penyetoran

D : Tabungan Rp 75.000,00

(30)

Sebagai contoh, seseorang membuka rekening Tabungan Kartu Smart dengan setoran awal Rp 750.000,00 dibayar tunai. Beban kartu sebesar Rp 15.000,00 juga dibayar tunai. Oleh bank dibukukan sebagai berikut :

Pembebanan kartu tabungan smart dibukukan sebagai berikut :

Transaksi Download Ke dalam Chips

Apabila nasabah bersangkutan hendak melakukan proses download ke dalam chips sebesar Rp 250.000,00, maka nasabah bersangkutan dapat langsung ke dalam mesin ATM yang dapat membaca chips untuk melakukan proses download tersebut. PIN tetap akan diminta oleh mesin ATM sebagai proses otentifikasi. Proses download sebesar Rp 250.000,00 tersebut akan dicatat oleh mesin dengan ayat jurnal sebagai berikut :

Dengan demikian sisa rekening tabungan dalam pembukuan bank tetap total sebesar Rp 750.000,00, namun sudah terpecah menjadi dua bagian : pada

D : Kas Rp 750.000,00

K : Tabungan Rp 750.000,00

D : Kas Rp 15.000,00

K : Persediaan Kartu Smart Rp 15.000,00

D : Tabungan Rp 250.000,00

(31)

rekening semula sebesar Rp 500.000,00 dan pada kartu chips sebesar Rp 250.000,00. Hal ini diperlukan untuk memudahkan audit trail bila data transaksi hilang dan sebagainya.

Penggunaan Kartu Smart Pada Merchant

Apabila kemudian nasabah bersangkutan menggunakan Kartu Smartnya pada salah satu merchant yang telah ditunjuk di mana jaringan terpasang, maka oleh merchant Kartu Smart tersebut akan dimasukkan ke dalam mesin verifikasi dan nasabah harus memasukkan PIN-nya.

Sebagai contoh, bila nasabah hendak membayar sejumlah barang dengan nilai Rp 120.000,00 dan mempergunakan Kartu Smart untuk membayarnya, maka alat yang terpasang pada merchant akan mengurangi nilai saldo yang terdapat pada chips tersebut.

Sebagai alat kontrol bagi bank dan merchant, alat verifikasi tersebut akan mencetak slip penjualan yang harus ditandatangani oleh nasabah. Hal ini mutlak diperlukan untuk audit trail. Atas data yang telah ditandatangani oleh nasabah bersangkutan dan diterima oleh bank, maka bank akan membukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

Kontrol terhadap saldo dalam chips maupun dalam rekening bank akan tetap dapat dilakukan oleh bank. Saldo tabungan nasabah sekarang bernilai Rp 630.000,00, yang terdiri dari rekening di bank Rp 500.000,00 dan chips Rp 130.000,00.

D : Tabungan Kartu Chips Rp 120.000,00

(32)

Penarikan Tunai Melalui Chips

Bila nasabah memerlukan uang tunai yang harus ditarik oleh ATM, nasabah bersangkutan dapat langsung ke ATM khusus yang dapat membaca kartu chips. Perlu diketahui, kini tersedia ATM yang langsung dapat membaca Chips maupun Magnetic Stripe (MS) untuk transaksi dengan ATM. Bila nasabah menggunakan chips dalam ATM, maka akan langsung meng-up-date saldo dalam chips. Apabila nasabah menggunakan MS, maka akan langsung meng-up-date rekening nasabah di bank bersangkutan.

Sebagai contoh, apabila nasabah bersangkutan hendak menarik uang tunai melalui ATM dari chips sebesar Rp 50.000,00, maka dengan memasukkan PIN uang akan keluar dan bank akan membukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

Bila jumlah uang sebesar Rp 50.000,00 tersebut diambil melalui MS, yaitu dari rekening tabungan bersangkutan, maka ayat jurnalnya akan menjadi sebagai berikut :

Jadi, semua transaksi penarikan ini harus dapat memberikan audit trail yang jelas bagi bank bersangkutan.

D : Tabungan Kartu Chips Rp 50.000,00

K : Kas Rp 50.000,00

D : Tabungan Rp 50.000,00

(33)

Pada contoh di atas, saldo dalam chips menjadi sebesar Rp 80.000,00 (Rp 130.000,00 dikurangi dengan Rp 50.000,00). Apabila kemudian nasabah hendak menggunakan Kartu Smart untuk belanja melebihi jumlah Rp 80.000,00, maka merchant tidak dapat mengotorisasi transaksi karena saldo tidak cukup. Untuk itu, nasabah bersangkutan harus terlebih dahulu melakukan download melalui ATM terdekat.

Sebagai contoh, nasabah bersangkutan hendak menggunakan Kartu Smart untuk membayar suatu transaksi senilai Rp 175.000,00, dan ia melakukan download sebesar Rp 200.000,00, ayat jurnal untuk mencatat transaksi adalah sebagai berikut :

Pada waktu download Rp 200.000,00 dari rekening ke dalam chips

Dengan demikian saldo rekening tabungan menjadi Rp 300.000,00 (Rp 500.000,00 dikurangi dengan Rp 200.000,00) dan saldo dalam chips menjadi Rp 280.000,00 (Rp 80.000,00 ditambah download Rp 200.000,00).

Pembayaran dengan Kartu Smart sebesar Rp 175.000,00 sekarang dapat diambil alih oleh merchant dan bank akan membukukan atas dasar tagihan merchant dalam slips penjualan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

D : Tabungan Rp 200.000,00

K : Tabungan Kartu Chips Rp 200.000,00

D : Tabungan Kartu Chips Rp 175.000,00

(34)

Sekarang saldo dalam chips menjadi Rp 105.000,00 (Rp 280.000,00 dikurangi Rp 175.000,00). Audit trail yang baik akan selalu memiliki data lengkap untuk setiap transaksi.

Penggunaan Kartu Smart ini nantinya perlu dikembangkan bukan hanya terbatas terhadap transaksi sebagai alat bayar dan transaksi yang bersangkutan dengan bank, melainkan juga sebagai penyimpan data karena chips tersebut berfungsi sebagai komputer kecil yang berkemampuan cukup besar. Hal ini memerlukan waktu untuk mendidik manusia yang menggunakannya.

2.4Simpanan Berjangka

1) Pengertian

Salah satu dana bank yang harga atau biayanya cukup tinggi dibandingkan dana giro adalah simpanan berjangka, atau lebih dikenal dengan deposito berjangka. Simpanan berjangka merupakan simpanan masyarakat yang penariknya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang telah disetujui berkhir.

Dana simpanan berjangka pada bank-bank memeperlihatkan arah yang meningkat semenjak dikeluarkannya Peket Kebijakan 1 Juni 1983 yang memberikan kebebasan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga. Bahkan semenjak itu dirasakan semakin melimpah dana yang berhasil diserap oleh bank-bank sehingga tidak heran apabila ada bank-bank yang memiliki aktiva likuid berlebihan (over liquid).

(35)

melimpahnya dana sebagai akibat dari harga yang cukup tinggi yang bank bersedia untuk membeli.

Sebelum dikeluarkannya Paket Kebijakan 1 Juni 1983, deposito yang mengendap di bank-bank adalah deposito atas dasar instruksi Presiden nomor 28 tahun 1968. Deposito Inpres ini memiliki suku bunga tidak sebesar suku bunga yang ada sekarang.

2) Penggolongan Simpanan Berjangka

Dari sudut pandang akuntansi, simpanan berjangka yang dicatat dalam proses akuntansi bank sebaiknya digolongkan menjadi paling tidak dua jenis, yaitu yang akan jatuh waktu pada tahun depan atau paling tidak setahun yang aka datang, dan yang masih akan jatuh waktu lebih dari setahun.

Penggolongan simpanan berjangka yang kurang dari setahun ini disebut sebagai simpanan jangka pendek dan harus digolongkan kedalam kelompok hutang lancar suatu bank. Sedangkan yang akan jatuh tempo lebih dari setahun disebut sebagai simpanan berjangka panjang dan harus digolongkan kedalam kelompok hutang jangka panjang suatu bank.

Terhadap kelompok simpanan berjangka panjang, atau yang akan jatuh tempo lebih dari setahun, tetap harus diperhatikan kapan ia akan jatuh tempo dalam dua belas bulan mendatang dimana harus digolongkan menjadi hutang jangka pendek.

(36)

berguna untuk menyajikan informasi mengenai jatuh tempo simpanan berjangka sebagai dasar untuk mengelola likuiditas suatu bank. Tanpa adanya penggolongan jatu tempo yang benar, suatu bank akan menghadapi kesulitan dalam mengelola likuiditasnya.

Simpanan berjangka yang jangka waktunya 24 bulan akan menjadi hutang jangka pendek bila sisa jangka waktunya selama 12 bulan.

3) Akuntansi

Akuntansi untuk mencatat transaksi simpanan berjangka ini meliputi transaksi pembelian simpanan berjangka, perhitungan dan pembukuan bunga, pencairan simpanan berjangka pada saat jatuh tempo, dan perpanjangan simpanan berjangka secara rollover.

a. Pembukuan simpanan berjangka

Contoh soal:

(37)

Kas Rp. 35.000.000

Simpanan Berjangka 3 bulan

rekening Tn. A Rp.35.000.000

b. Perhitungan Bunga :

Berdasarkan contoh diatas pada tanggal jatuh tempo bunga bulan pertama, bank Omega – Jakarta menyisihkan beban bunga sebagai berikut:

Tn. A = 1/12*21%*Rp.35.000.000 = Rp. 612.500

Jurnal untuk mencatat transaksi ini sebgai berikut:

Biaya bunga simpanan berjangka Rp. 612.500

Biaya bunga yang akan dibayar

Bunga simpanan berjangka Rp. 612.500

Pada saat Tn. A datang hendak mencairkan bunga simpanan berjangka:

(38)

Biaya bunga yang dibayar

Bunga simpanan berjangka Rp. 612.500

Giro – Rekening Tn.A Rp. 612.500

Pada akhir tahun buku, biaya ini ditutup kedalam rekening laba-rugi dengan jurnal sebagai berikut:

Ikhtisar laba-rugi Rp. 612.500

Biaya bunga simpanan berjangka Rp. 612.500

c. Pencairan simpanan berjangka yang telah jatuh waktu

(39)

Tujuan dari penyajian ini adalah untuk mendukung penyajian dalam laporan keuangan yang dapat dipergunakan untuk tujuan analisis keuangan pengelolaan likuidasi bank.

Sebagai contoh Tn. A pada contoh diatas, simpanan berjangkanya telah jatuh tempo dan belum dicairkan olehnya maka Bank Omega akan memisahkan rekening ini bersama-sama dengan rekening lainnya dengan membukukan:

Simpanan berjangka – 3 bulan Rp. 35.000.000

Simpanan berjangka yang telah

Jatuh tempo – rekening Tn. A Rp. 35.000.000

Rekening simpanan berjangka yang telah jatuh tempo akan tetap tampil atau outstanding pada neraca hingga pemilik rekening yang bersangkutan datang untuk mencairkannya. Pada saat pemegang simpanan berjangka ini datang untuk mencairkan simpanan berjangkanya dalam hal ini Tn. A, maka Bank harus mendebet akun simpanan berjangka yang telah jatuh tempo – rekening Tn. A

(40)

Dalam kasus seperti ini, bank seharusnya memberikan suku bunga yang berbeda dari suku bunga yang telah disepakati semula atau yang telah dicatat dalam sertifikat simpanan berjangka.

Pemegang rekening simpanan berjangka akan dikenakan denda (pnalty). Penalty merupakan selisih antara bunga yang seharusnya dibayarkan dengan mempergunakan suku bunga baru kepada si pemegang rekening dengan bunga yang telah dibayarkan kepada si pemegang rekening.

Penalty, dalam pencatatan akuntansi akan diberlakukan sebagai keuntungan bank yang akan digolongkan sebagai rekening pendapatan operasional lainnya. Sebagi contoh Tn. A, telah memiliki rekening simpanan berjnagka selama 2 bulan, kemudian hendak mencairkan rekeningnya dalam bentuk kas dan Bnak Omega memberikan bunga 17% kepadanya, maka bank Omega akan mencatat sebagai berikut :

18%*2/12*Rp 35.000.000 = Rp. 1.050.00

Bunga yang seharunya akan dibayarkan

21%*2/12*Rp 35.000.000 = Rp. 1.837.500

Jumlah yang seharusnya dikembalikan = Rp 787.500

(41)

Simpanan berjangka 3 bulan –

Rekening Tn. A Rp. 35.000.000

Pendapatan operasional lainnya Rp. 787.500

Kas Rp. 34.212.500

e. Perpanjangan simpanan berjangka secara automatic rollover

Simpanan berjangka memiliki bunga yang lazimnya dibayarkan dibelakang, artinya saat jatuh waktu atau jatuh bunga (setiap bulannya). Alternative lain adalah membayar seluruh bunga dimuka, yaitu pada saat nasabah membayar pembelian simpanan berjangka.

Dalam simpanan berjangka yang bunganya dibayarkan dimuka kepada si pembeli akan dibayarkan sejumlah bunga yang akan diperhitungkan dengan besarnya penyetoran atau pembayaran yang harus dilakukan oleh nasabah untuk membeli simpanan berjangka tersebut.

(42)

Sebagai contoh Tn . A membeli simpanan berjangka dari bank Omega – Jakarta dengan nilai nominal sebesar Rp. 30.000.000, bunga dibayarkan dimuka sebesar 24% setahun dan jangka waktu 3 bulan. Pembayaran dilakukan secara tunai. Pada saat terjadi transaksi pembelian, bank Omega Jakarta memperhitungkan nilai tunai pembelian sebagai berikut:

Nilai nominal simpanan berjangka = Rp. 30.000.000

Bunga yang dibayarkan dimuka

24%*3/12*Rp. 30.000.000 = Rp. 1.800.000

Jumlah yang diterima oleh bank = Rp. 28.200.000

Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalh sebagai berikut:

Kas Rp. 28.200.000

Biaya yang harus dibayar dimuka

Bunga simpanan berjangka Rp. 1.800.000

Simpanan berjangka 3 bulan –

(43)

Biaya yang dibayar dimuka ini harus dialokasikan secara periodik, paling tidak setiap bulan, ke dalam rekening laba rugi untuk mendapatkan gambaran biaya dan pendapatan yang wajar setelah melaksanakan konsep matching.

Besarnya alokasi biaya setiap bulan kedalam laba-rugi akan ditentukan lamanya waktu atau jangka waktu simpanan berjangka tersebut, dalam contoh Tn. A diatas lamanya jangka waktu simpanan berjangka adalah 3 bulan, maka jumlah biaya yang dibayar dimuka sebesar Rp. 1.800.000 harus dialokasikan selama 3 bulan dengan cara membaginya (Rp. 1.800.000 / 3 bulan) sehingga akan diperoleh pengalokasian biaya sebesar Rp. 600.000 untuk setiap bulannya.

Pada tanggal jatuh bunga setiap bulannya, diadakan alokasi pembebanan biaya kedalam rekening laba-rugi dengan jurnal sebagai berikut:

Biaya bunga – simpanan berjangka Rp. 600.000

Biaya yang dibayar dimuka –

Bunga simpanan berjangka Rp. 600.000

(44)

f. Pencairan simpanan berjangka yang dibayar dimuka

Pada prinsipnya pencairan simpanan berjangka yang bunganya telah dibayarkan dimuka apabila hendak dicairkan sebelum atau sesudah jatuh waktu akan sama dengan simpanan berjangka yang bunga dibayar setiap tanggal jatuh bunga seperti yang telah dibahas diatas.

g. Pencairan simpanan berjangka yang pemegang tutup usia

Untuk proses penyelesaian pencairan simpanan berjangka yang pemiliknya tutup usia, penyelesaian akan dipengaruhi oleh berapa lama simpanan berjangka tersebut telah outstanding.

Apabila pencairan dilakukan sebelum jatuh waktu, akan dikenakan denda sebagaimana pencairan dilakukan sebelum jatuh waktu. Penyerahan hasil pencairan simpanan berjangka ini akan ditunjukan kepada ahli warisnya.

2.5Traveller’s Cheques Dalam Valuta Rupiah

(45)

diseluruh dunia dalam lalu lintas pembayaran, namun di Indonesia juga diterbitkan traveller’s cheques dalam valuta rupiah.

Traveller’s cheques merupakan warkat berharga atas nama yang diterbitkan oleh suatu bank yang pencairannya dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dan hanya oleh orang yang memiliki dan namanya tercantum diatas TC tersebut.

Akuntansi Untuk TC

Akuntansi untuk mencatat transaksi yang timbul dari traveller’s cheques meliputi : penjualan dan pencairan TC, yang mana keduanya dapat dilakukan baik di bank cabang penerbit, agen penjual, maupun di kantor cabang penerbit.

Unsur pengamanan TC adalah nomer seri yang tercetak pada setiap lembar TC (preprinted numbers)

Penerbitan TC

Dalam penerbitan, setiap TC yang telah diterbitkan akan dipelihara oleh bank yang menerbitkannya. Rekening ini akan tetap outstanding dalam neraca selama TC belum dicairkan. TC yang telah diterbitkan tidak memiliki jatuh waktu atau kadarluarsa.

(46)

berikut : 80 lembar @ Rp. 10.000; 5 lembar @Rp. 1.000.000. Pada saat penjualan TC oleh Bank Omega – Jakarta akan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut.

Giro - Rekening Ny .Sita Rp. 5.800.000

TC - Rupiah Rp. 5.800.000

Pencairan TC Dibukan Cabang Penerbit Dilakukan Oleh Sipemilik

Pencairan TC yang dilakukan bukan pada bank bukan cabang penerbit, akan tercipta adanya hubungan rekening Koran, yang lazimnya dibukukan kedalam rekening antar kantor (RAK), rekening ini sifatnya reciprical.

Sebagai contoh apabila Ny. Sita mencairkan TC pada Bank Omega Cab.Surabaya sebanyak 3 lembar @Rp. 100.000 secara tunai. Oleh Bank Omega-Cab.Surabaya akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

RAK-Cab.Surabaya Rp. 300.000

Kas Rp. 300.0000

Bank Omega Cab.Surabaya setelah melakukan pembayaran kepada Ny. Sita akan segera mengirimkan warkat TC tersebut kepada penerbitnya yaitu cabang Jakarta. Oleh Bank Omega Cab.Jakarta, setelah menerima warkat TC tersebut, akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut

(47)

Rak - Cab.Surabaya Rp. 300.000

Pencairan TC Pada Bukan Cabang Penerbit Yang Dilakukan Oleh Pihak Ketiga (Bukan Si pemilik)

Pada prinsipnya seluruh TC dapat langsung dicairkan. Pencairan yang langsung ini hanya dapat dilakukan apabila TC langsung dicairkan oleh pemilik. Apabila TC dicairkan bukan oleh sipemilik, maka kepada cabang pembayar tidak dapat langsung melakukan pembayaran, tetapi harus terlebih dahulu melakukan inkaso atau penagihan kepada cabang penerbit setelah diteliti keabsahannya.

Sebagai contoh apabila Bank Omega - Cab.Bandung menerima setoran untuk keuntungan rekening Toko Anda, nasabah giro, berupa warkat TC atas nama Ny. Sita yang telah diserahkan dan ditandatangani olehnya atas pembelian sejumlah barang. Besarnya TC sebanyak 30 lembar @Rp. 10.000 dan 1 lembar @Rp. 1.000.000 oleh Bank Omega - Cab.Bandung warkat TC tersebut terlebih dahulu harus diinkasokan ke cabang Jakarta yang akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

K : Rekening Administratif Rupiah –

Warkat TC Yang Di Inkaso Rp. 1.300.000

(48)

akan dibebankan kepada Toko Anda dan akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

D: Rekening Administrative Rupiah –

Warkat Tc Yang Di Inkaso Rp. 1.300.000

Rak- Cab.Jakarta Rp. 1.300.000

Pendapatan Komisi Rp.25.000

Giro-Rekening Toko Anda Rp. 1.275.000

Penerbitan TC Yang Diserahkan Kepada Agen Penjual Tc Yang Telah Ditunjuk

TC dalam valuta rupiah yang diterbitkan oleh suatu bank dapat dijual dan dicairkan pada agen-agen penjual dan pembeli yang telah ditunjuk resmi oleh bank penerbit TC tersebut.

Sebagai contoh Bank Omega – Jakarta mengirim 20 lembar TC rupiah @Rp. 100.000 kepada agennya PT. Indowang dengan memperhitungkan beban formulir berharga senilai @Rp. 1.300 per lembar. Oleh Bank Omega – Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebgai berikut :

(49)

Persediaan Formulir Berharga Rp. 26.000

Penyerahan warkat ini juga akan dicatat oleh Bank Omega - Jakarta dalam rekening administratif sebagai suatu kontijensi penjualan TC, dengan ayat jurnal sebagai berikut:

K : Rekening Administrative Rupiah –

TC Yang Diserahkan Kepada Agen Rp. 2000.000

Penjualan TC Oleh Agen Penjual

Penjualan TC yang dilakukan oleh agen akan dilaporkan oleh agen yang bersangkutan setelah menerima hasil penjualan TC tersebut. Berdasarkan laporan penjualan ini, oleh bank penerbit akan mengadminstrasikan seri TC yang telah terjual tersebut. Sebesar nominal TC yang terjual itu yang akan dibukukan sebagai hasil penjualan.

Sebagai cotoh apabila PT. Indowang berhasil menjual sebanyak 20 lembar TC @Rp. 100.000 kepada tuan waskito secara tunai. Hasil penjualan ini segera dilaporkan kepada Bank Omega – Jakarta melalui suatu memo.apabila kepada agen diberikan komisi penjualan sebesar 1% dari hasil penjualan, oleh Bank Omega – Jakarta dibukukan dengan terlebih dahulu menghapus rekening kontijensi yang telah dilakukan sebelumnya sebagai berikut.

D: Rekening administrative rupiah –

(50)

Kemudian hasil penjualan TC akan dibukukan sebagai tagihan kepada agen penjual dan akan timbul beban komisi kepada agen tersebut serta munculnya rekening TC pada hutang jangka pendek. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini sebagai berikut :

Tagihan kepada agen penjual TC –

PT.indowang Rp. 1.980.000

Biaya Komisi penjualan TC Rp. 20.000

TC-Rupiah Rp. 2000.000

TC Yang Hilang

Dalam kasus tertentu, kadangkala nasabah yang telah membeli TC datang melapor bahwa TC yang dibelinya hilang. Untuk memperolehnya kembali perlu diterbitkan oleh bank penerbit bukan oleh agen penjual.

Sebelum melakukan penerbitan kembali, bank penerbit TC terlebih dahulu harus mengumumkan berita stop payment kepada seluruh cabang dan agen pembayar, agar tidak mengambil alih TC yang telah dinyatakan hilang tersebut.

(51)

Apabila penerbitan ulang TC yang hilang tersebut dilakukan pada cabang penerbitnya, prosedur penerbitan kembali lebih mudah karena administratif TC yang terlah diterbitkan masih dipelihara oleh cabang penerbit.

Sebagai contoh apabila Ny. Sita melapor ke Bank Omega - Jakarta melapor kehilangan TC serta meminta untuk menerbitkan kembali TC yang baru oleh cab.Jakarta. Penerbitan akan dibebankan komisi sebesar Rp. 5000 oleh Bank Omega cab.Jakarta akan dibukukan sebagai berikut.

TC –Rupiah (Lama) Rp. 1.000.000

TC – Rupiah (Baru) Rp. 1.000.000

Kas Rp. 5.000

Pendapatan Komisi

Peneritan TC Rupiah Rp. 5.000

Pada cabang Jakarta tidak terjadi penambahan atau pengurangan dana TC rupiah. Yang terjadi hanyalah menghapuskan TC yang lama dan mencatat TC yang baru.

2.6Dana Pembayaran Rekening Titipan (Paymen Point)

(52)

air. Payment Point disebut juga rekening titipan dan diartikan sebagai rekening bersyarat. Sifatnya tidak mengikat bank untuk melakukan kewajiban kepada individu atau lembaga tertentu yang memberi amanat. Manfaat bagi bank yang menyediakan fasilitas rekening titipan antara lain adalah sebagai sumber dana dan sekaligus sebagai alat promosi bagi bank yang bersangkutan.

a. Akuntansi Untuk Pembayaran Rekening Titipan

Akuntansi untuk rekening titipan meliputi :

 Saat penerimaan warkat rekening nasabah

 Saat penerimaan setoran pembayaran rekening

 Pemindahbukuan ke rekening perusahaan penitip rekening

b. Akuntansi Saat Menerima Warkat Rekening Titipan

(53)

Besarnya Nilai Warkat

Yang Diterima Warkat Yang Sisa Nilai Dimiliki

Dicatat dalam Rek. Administratif

Pembayaran Yang Diterima

Rek. Efektif

Selama rekening administratif masih outstanding, maka masih ada warkat pembayaran titipan yang belum diterima pembayarannya oleh bank. Dengan perkataan lain, melalui pencatatan dalam rekening administratif ini merupakan sarana kontrol bagi besarnya pembayaran yang telah diterima oleh bank yang berasal dari pelunasan warkat tersebut.

Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam gambar berikut ini :

Kontrol terhadap penerimaan pembayaran rekening titipan ini dapat dolakukan setiap hari, mingguan, ataupun bulanan. Yang jelas untuk meningkatkan internal control dalam bank, sebaiknya dilakukan secara harian.

(54)

periode Agustus 201X, pada saat penerimaan bunde rekening titipan ini, Bank Omega akan membukukan :

c. Pembayaran Rekening Titipan

Penerimaan dari pembayaran titipan harus diadministrasikan dengan kontrol yang ketat. Tujuannya adalah untuk mengetahui dengan pasti berapa jumlah uang atau pembayaran yang telah diterima oleh bank.

Misalnya pada akhir hari, jumlah pembayaran pelanggan PLN yang diterima mencapai jumlah sebesar Rp 5.750.000,00 semuanya diterima tunai oleh Bank Omega-Jakarta. Oleh Bank Omega-Jakarta akan dibukukan seluruh penerimaan uang dari pembayaran rekening tersebut dengan ayat jurnal sebagai berikut :

K : Rekening Administrasi Rupiah

Warkat Rekening PLN yang Diterima.... Rp 32.000.000,00

D : Kas Rp 5.750.000,00

(55)

Untuk mencatat posisi warkat yang masih outstanding atau belum dibayar oleh para pelanggan, harus dibukukan dengan jumlah nilai yang sama dengan diatas dan langsung mengurangi rekening administratif yang masih outstanding.

Dengan dibukukannya ayat jurnal di atas, maka sisa warkat yang belum dibayar oleh pelanggan listrik menjadi Rp 26.250.000,00 (selisih antara Rp 32.000.000,00 warkat yang telah diterima dari PLN dengan jumlah pembayaran pelanggan Rp 5.750.000,00).

2.7Dana Setoran Naik Haji

Salah satu dana bank yang harganya relatif murah atau sangat murah adalah dana yang diperoleh dari masyarakat untuk tujuan naik haji. Dana ini mulai banyak dipromosikan oleh bank semenjak tahun 1980an sebagai upaya menyerap dana murah. Setoran ongkos naik haji adalah dana dari nasabah yang ditujukan untuk kepentingan khusus naik haji yang diterima oleh bank yang kemudian diteruskan kepada pihak yang berhak.

Keuntungan bagi bank selain mendapatkan sumber dana murah juga membuka kesempatan untuk menciptakan keuntungan melalui pendayagunaan dana tersebut dan promosi bank tersebut.

1. Penerimaan Setoran Dana Naik Haji D : Rekening Administrasi Rupiah

(56)

Untuk setiap kali penerimaan dari setoran dana naik haji akan dibukukan sebagai sumber dana bank, atau berada pada posisi sebelah kredit. Sebagai contoh, apabila seseorang datang kepada Bank Omega cabang Jakarta untuk menyetorkan dana ongkos naik haji sebesar Rp 15.000.000 tunai. Setoran tersebut ditujukan untuk keuntungan rekening giro C.V. Arafat sebagai pengelola nai haji. Pada saat penerimaan setoran naik haji ini, oleh Bank Omega Jakarta dibukukan sebagai berikut :

Secara berkala jumlah setoran ini dipindahbukukan kedalam rekening C.V. Arafat dengan jurnal :

Dana untuk naik haji ini diharapkan mengen dap lama pada bank sehingga bank dapat mengelola dana yang diterima ini untuk dapat disalurkan menjadi aktiva yang menguntungkan bank.

2. Tabungan Dana Naik Haji

D : KAS Rp 15.000.000

K : DANA SETORAN NAIK HAJI Rp 15.000.000

D : DANA SETORAN NAIK HAJI Rp 15.000.000

(57)

Selain dana setoran haji yang disetorkan langsung oleh yang bersangkutan secara penuh, juga ada dua jenis dana setoran haji lain yang sifatnya seperti tabungan. Dana ini dikenal dengan Tabungan Naik Haji yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menabung, menyimpan dan mengumpulkan dana naik haji.

Tabungan naik haji ini juga merupakan dana yang relatif murah bagi bank untuk dikelola. Tabungan naik haji ini merupakan hutang bank kepada masyarakat yang jangka waktunya terbuka, artinya dapat disimpan terus dalam bank hingga jumlahnya mencukui untuk naik haji.

Penyetoran Tabungan Naik Haji

Pada waktu penyetoran tabungan naik haji, rekening nasabah yang bersangkutan akan dikredit dan dibiarkan outstanding hingga pencairan dilakukan oleh nasabah yang bersangkutan.

Sabagai contoh, bila Tuan Surya datang hendak membuka rekening tabungan naik haji di Bank Omega cabang Jakarta sebesar Rp 300.000 tunai, oleh Bank Omega cabang Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

D : KAS Rp 300.000

(58)

Setiap kali penyetoran akan dtampung dalam rekening nasabah yang bersangkutan. Rekening ini lazimnya sedikit mengalami mutasi penarikan karena sifatnya untuk menumuk dana guna naik haji.

Pencairan Tabungan Naik Haji

Apabila Tuan Surya yang telah memiliki tabungan naik haji sebesar Rp 12.000.000 datang hendak mencairkannya dan menyetor dana tersebut kepada C.V. Arafat, pengelola naik haji, oleh Bank Omega cabang Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut:

Dengan demikian hanya terjadi pemindahan dana dari tabungan kedalam rekening giro yang semuanya merupakan dana murah bagi bank.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Giro adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat erintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Bank menetapkan harga dana giro lebih rendahkarena lama pengendapannya tidak dapat dipastikan secara tepat, dimana pemilik rekening giro dapat menarik uangnya kapan saja mereka kehendaki.

D : TABUNGAN NAIK HAJI-SURYA Rp 12.000.000

(59)

Tabungan merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan oleh si penabung sewaktu-waktu dikehendaki. Tabungan yang dimiliki oleh bank-bank dewasa kini berbeda dengan Tabungan Pembangunan Nasional (Tabanas) beberapa tahun yang lampau. Produk tabungan yang sekarang dijual oleh bank-bank memiliki suku bunga yang relatif cukup tinggi sebagai cerminan dari adanya persaingan ketat dalam mengumpulkan dana masyarakat.

Tabungan Kartu Smart adalah tabungan berkartu dimana pada kartu tabungan tersebut diberikan suatu processor (chips) untuk menyimpan data transaksi nasabah.

Salah satu dana bank yang harga atau biayanya cukup tinggi dibandingkan dana giro adalah simpanan berjangka, atau lebih dikenal dengan deposito berjangka. Simpanan berjangka merupakan simpanan masyarakat yang penariknya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang telah disetujui berkhir.

Travellers Cheques atau Cek perjalanan adalah sumber dana yang paling murah atau tidak berbunga dan memiliki unsur promosi yang tinggi. Travelle’rs cheques lazimnya diterbitkan dalam valuta asing yang dapat dipergunakan diseluruh dunia dalam lalu lintas pembayaran, namun di Indonesia juga diterbitkan traveller’s cheques dalam valuta rupiah.

Rekening Titipan (payment point) adalah salah satu jasa perbankan untuk melayani masyarakat yang akan melakukan pembayaran-pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil.

(60)

Setoran ongkos naik haji adalah dana dari nasabah yang ditujukan untuk kepentingan khusus naik haji yang diterima oleh bank yang kemudian diteruskan kepada pihak yang berhak.

3.2. Saran

Demikian makalah yang dapat kami susun, mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk pembelajaran kedepannya. Kami harap ada perbaikan lebih terhadap isi dan conten dari makalah ini, seperti : memasukan gambar-gambar contoh fisik dari sumber dana, agar orang yang mempelajari lebih mengetahui seperti apa bentuk dan cirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan. Jakarta: Institut Bankir Indonesia

http://ariearjuna.wordpress.com/akuntansi-sumber-dana/2-tabungan/2-1-tabungan-kartu-smart/

Referensi