• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON (MUSA ACCUMINATACOLLA) TERHADAP TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK PENDERITA HIPERTENSI KELOMPOKUMUR >45 TAHUN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON (MUSA ACCUMINATACOLLA) TERHADAP TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK PENDERITA HIPERTENSI KELOMPOKUMUR >45 TAHUN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON (MUSA ACCUMINATACOLLA) TERHADAP TEKANAN DARAH

SISTOLIK DAN DIASTOLIK PENDERITA HIPERTENSI KELOMPOKUMUR >45 TAHUN DIWILAYAH KERJA

PUSKESMAS WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

Risma Ulfianti

1

Lymbran Tina

2

Irma Yunawati

3

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo123

Kharisma.ulfianti95@gmail.com1Tinalymbran@yahoo.com2Irmayunawati@gmail.com3

ABSTRAK

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang banyak menyerang lansia yangmerupakan salah satu penyakit pembuluhdarah yang dikenal sebagai silentkiller,karena seringtidakmenimbulkan gejala. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian buah pisang ambon (musa accuminata colla) terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperiment dengan desainPretest-Posttest With Control Group. Jumlah subjek penelitian 30 penderita hipertensi yang memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan dosis ±280 g buah pisang ambon selama 7 hari. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pemberian buah pisang ambon selama 7 hari pada kelompok perlakuan dengan nilai signifikan p=0,000 (α=0,05) dengan selisih penurunan tekanan darah sistolik sebesar 8,53 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 7,06 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dengan nilai signifikan p=0,000 (α=0,05) dengan selisih penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5,46 mmHg dan tekanan darah diastolik 2,13 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian buah pisang ambon terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi. konsumsi buah pisang khususnya pada lansia menjadi alternatif untuk pencegahan penyakit hipertensi.

(2)

EFFECTS OF AMBON BANANA (MUSA ACCUMINATA COLLA) TO DECREASE SISTOLIC AND DIASTOLIC BLOOD PRESSURE ON HYPERTENSION PATIENTS ABOVE 45 YEARS IN THE WORKING AREA OF WAWOTOBI PUBLIC

HEALTH CENTRE OF KONAWE IN 2017

Risma Ulfianti

1

Lymbran Tina

2

Irma Yunawati

3

Public Health Faculity University Halu Oleo123

Kharisma.ulfianti95@gmail.com1Tinalymbran@yahoo.com2Irmayunawati@gmail.com3

RISMA ULFIANTI

J1A1 13 077

ABSTRACT

Hypertension is one of the many diseases that attack the elderly whom is one of the blood vessel disease known as the silent killer, because it often does not cause symptoms. The purpose of this research was to describe the effect of ambonbanana intake (musa accuminata colla) on decreasing systolic and diastolic blood pressure of hypertension patient in the working area of Wawotobi Public Health Center in 2017. This research was a Quasi experiment with Pretest-Posttest Control Group design. There were 30 patients with hypertension who have systolic blood pressure ≥140 mmHg and diastolic ≥90 mmHg as research subjects. The subjects were divided into 2 groups: treatment group and control group with dosage of intake approximately 280 g of bananas for 7 days. The result of statistical test showed that there was difference of systolic and diastolic blood pressure values before and after the intake of bananas for 7 days in the treatment group on significant value of p = 0,000 (α = 0,05) with decreasing difference of systolic blood pressure was 8.53 mmHg and diastolic blood pressure was 7.06 mmHg. While in the control group showed that there was difference of systolic and diastolic blood pressure values before and after treatment in control group on significant value of p = 0,000 (α = 0,05) with decreasing difference of systolic blood pressure of5,46 mmHg and diastolic blood pressure of 2, 13 mmHg.So,it can be concluded that there is the effect of bananas ambon intakeon decreasing systolic and diastolicblood pressure of hypertensive patients. consumption of bananas, especially in elderly become an alternative for the prevention of hypertension disease.

(3)

PENDAHULUAN

Transisiepidemiologi menyebabkan

peningkatan prevalensi dari penyakit menular

menjadi penyakit tidak menular (non

communicable disease)termasuk hipertensi, baik di dunia maupun di Indonesia. Transisi epidemiologi disebabkan oleh perubahan struktur penduduk, sosial ekonomi dan lingkungan. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, kurang aktifitas fisik, makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol diduga merupakan faktor risiko penyakit tidak menular (PTM).1

Hipertensi merupakan salah satu penyakit

pembuluhdarah yang dikenal sebagai

silentkiller,karena seringtidakmenimbulkan gejala. Sebagian besar penderitahipertensidi Indonesia tidak terdeteksi,sementara merekayang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisipenyakitnyadan hanya sebagian kecil yang berobatsecarateratur.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanandarah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadappenyakit-penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagalginjal, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.2

Datadari World Health Organization (WHO)

tahun 2012, menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami penurunan secara global dari 32% pada tahun 1980 menjadi 27% di tahun 2008, tetapitahun 2012 sampai 2015 mengalami peningkatan mencapai 31,7%. Prevalensi hipertensidiperkirakan akan terus meningkat dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di dunia menderita hipertensi. Di sisi lain, terjadi peningkatan di negara berkembang seperti di wilayah Afrika yang menempati posisi pertama dengan jumlah penduduk penderita hipertensi sebesar 46%. Di Asia Tenggara penduduk yang mengalami hipertensi sebesar 36% dan Amerika menempati urutan paling bawah dengan penduduk yang mengalami hipertensi sebesar 35%.3

Di Indonesia, prevalensi hipertensi menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 bahwa, proporsi angka kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% menjadi 60% dan terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% menjadi 9,5% tahun 2013. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)Kementerian Kesehatan RI 2015, menyebutkan bahwa sekitar 26-31% dari populasi masyarakat Indonesia diberbagai provinsi menderita hipertensi.

Data Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas (STP) dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013 sampai 2016, menunjukkan bahwaprevalensi hipertensi mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Tahun 2014 prevalensi hipertensi sebanyak 9,7%. Tahun 2015 hipertensi menjadi 14,1% dan pada tahun 2016 meningkat sebesar 17,2%.4

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe dari tahun 2013 sampai 2016, hipertensi termasuk ke dalam 20 besar penyakit dan angka kesakitan puskesmas di Kabupaten Konawe. Pada tahun2013 prevalensi hipertensi sebanyak 9,3% kasus dan tahun 2014 jumlah kasus menjadi14%. Hipertensi semakin meningkat menjadi 16% pada tahun 2015 dan Januari sampaiJuni 2016 sudah mencapai 20%.5

Data hipertensi kelompok umur >45 tahun yang diperoleh dari Puskesmas Wawotobi dari tahun 2013 sampai 2016 termasuk salah satu dari lima besar puskesmas dengan kunjungan hipertensi terbanyak di Kabupaten Konawe. Selama tiga tahun terakhir, hipertensi berada pada urutan ke-lima dari sepuluh besar penyakit sehingga masih menjadi masalah kesehatan di Puskesmas Wawotobi. Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi sebanyak 14.0%. Tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 12,5% dan meningkat kembali pada tahun 2015 menjadi 13,5% sedangkan pada tahun 2016 dari bulan Januari sampai Juni sudah mencapai 14,5%.6

Pengobatan hipertensi selain menggunakan obat-obatan kimiawi, dapat juga menggunakan pengobatan herbal. Saat ini, pengobatan herbal lebih diminati oleh masyarakat karena praktis, mudah didapat serta efek sampingnya yang sedikit. Salah satu pengobatan herbal untuk hipertensi yaitu dengan mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung kalium tinggi seperti pisang. Pisang merupakan buah yang tinggi kalium yang dapat berfungsi untuk vasodilitasi, mengatur denyut jantung serta mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah.7

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ pengaruh pemberian pisang ambon (Musa accuminata colla) terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi kelompok umur >45 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2017.8

(4)

wilayah kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2017. Masalahpenyakit tidak menular (PTM) khususnya penyakit hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Wawotobi masih menjadi masalah perilaku berisiko bagi kesehatan lansia di Wilayah kerja Puskesmas Wawotobi. Dipilihnya wilayah kerja Puskesmas Wawotobi karena Puskesmas Wawotobi sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan karena berdasarkan dari berbagai data informasi dan penelitian sebelumnya Puskesmas Wawotobimemiliki perilaku berisiko yaitu penyakit tidak menular (PTM), dimana lansiakebanyakan lebih memilih mengkonsumsi tumbuhan herbal dibandingkan mengunjungi fasilitas kesehatan.

METODE

Metodelogi penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan penelitian menggunakanpre-test post-test with control group design,dimana pada kelompok perlakuan diberikan intervensi berupa pemberian pisang ambon (musa accuminata colla) dan edukasi Kesehatan dengan medialeafleat dan pada kelompok kontrol hanya diberikan edukasi Kesehatan menggunakan

Leafleat.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian pisang ambon (musa accuminata colla) terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi >45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2017.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi pada kelompok umur >45 tahun yang tercatat dalam buku registrasi pasien diPuskesmas Wawotobi Kabupaten Konawe pada bulan Januari sampai Juni sebanyak 145 orang pada tahun 2016.Cara penentuan jumlah sampel menggunakanrumus besar sampel untuk penelitian analisis numerik berpasangan, sehingga didapatkan total sampel sebanyak 30 orang.

Sampel diambil berdasarkan kriteria, yaitu: (a) Penderita hipertensi yang bermukim di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi pada saat dilakukan penelitian (b) Penderita hipertensi yang berusia >45 tahun (c) Penderita hipertensi yang memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg (d) penderita hipertensi yang tidak mengkonsumsi obat antihipertensi (e) Penderita hipertensi yang bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

non probability sampling dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) Buah pisang ambon ditimbang menggunakan timbangan makanan sebelum diberikan pada kelompok intervensi dengan berat/buah ±140 g dengan dosis 2 kali sehari diberikan selama 7 hari (2)Leafletyang berisi gambar serta penjelasan penyakit hipertensi (3)

Sphymomanometeraneroid dan stetoscope yang bersifat manual untuk mengetahui tekanan darah(4) Timbangan badan digunakan untuk mengukur berat badan, sedangkan untuk

mengukur tinggi

badanmenggunakanmikrotoice(5)Kuisioneruntukm engumpulkanidentitas/karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tekanan darah, berat badan dan tinggi badan (6) Alat dokumentasi berupa kamera atau handphone berkamera (7)Alat tulis dan komputeruntuk mengolah data yang diperoleh serta yang digunakan dalam penyusunan laporan penelitian.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dalam bentuk daftar pertanyaanrecall2x24 jam dan edukasi kesehatan (Lefleat) kepada responden yang bersangkutan dan data sekunder yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe, dan data dari Puskesmas Wawotobi Tahun 2016

.

HASIL

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Penderita Hipertensi diPuskesmas Wawotobi Tahun 2017

No Jenis

2 Perempuan 12 80,0 10 60,7

Total 15 100 15 100

Sumber: Data Primer, Agustus 2017

(5)

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Wawotobi Tahun 2017

.

No Umur

Total 15 100 15 100

Sumber: Data Primer, Agustus 2017

Tabel 2. Menunjukan bahwa dari 15 responden intervensi mayoritas umur responden yang paling banyak berada pada kelompok umur 45-50 tahun berjumlah 7 orang dengan presentase (46,7%). Umur 51-55 tahun berjumlah 4 orang dengan presentase (26,7%). Sedangkan kelompok umur 56-60 tahun berjumlah 4 orang dengan presentase (26,7%). Sedangkan dari 15 responden kontrol mayoritas umur responden yang paling banyak berada pada kelompok umur 56-60 tahun berjumlah 7 orang dengan presentase (46,7%). Umur 51-55 tahun berjumlah 4 orang dengan presentase (26,7%). Sedangkan kelompok umur 45-50 tahun berjumlah 4 orang dengan presentase (26,7%).

Tabel 3.Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2017

Total 15 100 15 100

Sumber: Data Primer, Agustus 2017

Tabel 3.Menunjukan bahwa dari 15 responden intervensi pendidikan terendah tamat SMP sebanyak 9 orang dengan persentase (60,0%), tamat SMA berjumlah 4 orang dengan persentase (26,7%) dan pendidikan tertinggi adalah pasca sarjana berjumlah 2 orang dengan persentase (13,3%). Sedangkan dari 15 responden kontrol pendidikan terendah tamat SMP sebanyak 8 orang dengan persentase (53,3%), tamat SMA berjumlah 3 orang dengan presentase (20,0%) dan pendidikan tertinggi adalah D2 berjumlah 1 0rang dengan

persentase (6,7%) kemudian pasca sarjana berjumlah 3 orang dengan persentase (20,0%). Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan

Pada Penderita Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2017

No. Pekerjaan Jumlah

Total 15 100 15 100

Sumber: Data Primer, Agustus 2017

Tabel 4. Menunjukkan bahwa dari 15 responden intervensi sebagian besar responden merupakan kelompok ibu bukan pekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 8 orang dengan persentase (54,4%) dan Wiraswasta berjumlah 3 orang dengan persentase (20,0%). Sedangkan Petani dan pegawai negri sipil (PNS) masing-masing berjumlah 2 orang dengan presentase (13,3%). Sedangkan dari 15 responden kontrol sebagian besar responden merupakan kelompok ibu bukan pekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 9 orang dengan persentase (61,0%). Petani berjumlah 1 orang dengan persentase (6,7%) dan pegawai negri sipil (PNS) berjumlah 5 orang dengan persentase (33,3%). Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Indeks

Massa Tubuh (IMT) penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2017

Sumber : Data Primer, September 2017

(6)

kategori gemuk yakni berjumlah 6 orang dengan persentase (40,0%) dan normal berjumlah 5 orang dengan persentase (33,3%) dan kurus terdapat 4 orang dengan persentase (26,7%). Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari 15 reponden di dominasi oleh responden IMT kategori gemuk yakni berjumlah 7 orang dengan persentase (46,7%), dan yang normal berjumlah 5 orang dengan persentase (33,3%) dan kurus terdapat 3 orang dengan persentase (20,0%).

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Asupan Natrium Perhari Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2017

No natriumAsupan

Total 15 100 15 100

Sumber: Data Primer, September 2017

Tabel 6. Menunjukan bahwa dari 15 responden Intervensi terdapat 8 orang yang asupan natrium perharinya cukup dengan persentase (53,3%) dan 7 orang yang asupan natrium perharinya kurang dengan persentase (46,7%). Sedangkan dari 15 responden kontrol terdapat 11orang yang asupan natrium perharinya cukup dengan jumlah persentase (73,3%) dan 4 orang yang asupan natriun perharinya kurang dengan persentase (26,7%).

Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Asupan Kalium Perhari Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2017

No

1 Kurang 14 93,3 15 100,0

2 Cukup 1 6,7 0 0

Total 15 100 15 100

Sumber: Data Primer, September 2017

Tabel 7. Menunjukan bahwa dari 15 responden intervensi terdapat 14 orang yang asupan kalium perharinya kurang dengan persentase (93,3%) dan 1 orang yang asupan kalium perharinya cukup dengan persentase (6,7%). Sedangkan dari 15 responden kontrol terdapat 15orang yang asupan kalium perharinya kurang dengan jumlah persentase (100,0%).

Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Hasil Pengukuran Nilai Tekanan Darah Sistolik

Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Perlakuan dan KelompokKontrol di Wilayah KerjaPuskesmas Wawotobi Tahun 2017

Pre Post Pre Post

Mean

(mmHg) 158,93 150,40 159,73 154,27 Standar

Deviasi 5,03 3,79 4,55 4,07

Mean (C1

95%) 8,53 (6,30-10,7) 5,46 (3,58-7,34)

T 8,19 6,22

P 0,000 0,000

Sumber: Data Primer, September 2017

Tabel 8. Menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik responden pada kelompok perlakuan sebelum intervensi adalah 158,93 mmHg dengan standar deviasi 5,03 dan sesudah intervensi adalah 150,40 mmHg dengan standar deviasi 3,79. Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-rata tekanan darah sistolik responden sebelum adalah 159,73 mmHg dengan standar deviasi 4,55 dan sesudah intervensi adalah 154,27 dengan standar deviasi 4,07.

Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan, rata-rata nilai tekanan darah sistolik responden sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan menunjukkan nilai signifikan p = 0,000. Nilai p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang ditujukan dengan adanya selisih penurunan sebesar 8,53 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol, hasil uji t sampel berpasangan terhadap tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan nilai signifikan p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol yang ditujukan dengan adanya selisih penurunan sebesar 5,46 mmHg.

(7)

penurunan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan

.

Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Hasil Pengukuran Nilai Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Perlakuan dan KelompokKontrol di Wilayah KerjaPuskesmas Wawotobi Tahun 2017

Pre Post Pre Post

Mean

(mmHg) 99,47 92,47 97,20 95,07 Standar

Deviasi 2,92 1,12 1,90 1,04

Mean (C1

95%) 7,06 (9,00-5,13) 2,13 (2,96-1,30)

T 7,83 5,48

P 0,000 0,000

Sumber: Data Primer, September 2017

Tabel 9. Menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik responden pada kelompok perlakuan sebelum intervensi adalah 99,47 mmHg dengan standar deviasi 2,92 dan sesudah intervensi adalah 92,47 mmHg dengan standar deviasi 1,12. Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-rata tekanan darah sistolik responden sebelum adalah 97,20 mmHg dengan standar deviasi 1,90 dan sesudah intervensi adalah 95,07 dengan standar deviasi 1,04.

Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan, rata-rata nilai tekanan darah diastolik responden sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan menunjukkan nilai signifikan p = 0,000. Nilai p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang ditujukan dengan adanya selisih penurunan sebesar 7,06 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol, hasil uji t sampel berpasangan terhadap tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan nilai signifikan p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah dastolik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol yang ditujukan dengan adanya selisih penurunan sebesar 2,13 mmHg.

Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa intervensi berupa buah pisang

ambon(mussa accuminata colla) yang diberikan pada kelompok perlakuan memberikan pengaruh terhadap penurunan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol yang hanya diberikan edukasi kesehatan juga terdapat pengaruh perbedaan penurunan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah perlakuan.

Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Hasil Pengukuran Selisih Nilai Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2017

Hasil Pengukuran Selisih Nilai Tekanan Darah Sistolik

Standar Deviasi 8,99 4,14

Minimum 83,4 83,3

Maksimum 93 94

Sumber: Data Primer, September 2017

Tabel 9. Menunjukkan bahwa rata-rata penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan adalah 186,67 mmHg dengan nilai minimum 83,3 dan nilai maksimum 93 dengan standar deviasi 8,99. Sedangkan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol sekitar 98,00 mmHg dengan nilai minimum 83,4 dan nilai maksimum 94 dengan standar deviasi 4,14.

(8)

Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Hasil Pengukuran Selisih Nilai Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2017

Hasil Pengukuran Selisih Nilai Tekanan Darah Diastolik

Standar Deviasi 10,60 5,60

Minimum 3,6 3,7

Maksimum 9,0 9,1

Sumber: Data Primer, September 2017

Tabel 11. Menunjukkan bahwa rata-rata penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan adalah 104,67 mmHg dengan nilai minimum 3,6 dan nilai maksimum 9,0 dengan standar deviasi 10,60. Sedangkan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol sekitar 102,00 dengan nilai minimum 3,7 dan nilaimaksimum 9,1 dengan standar deviasi 5,60.

Berdasarkan hasil uji t sampel bebas penurunan tekanan darah diastolik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan nilai signifikan p= 0,396 dan 0,399. Dimana nilai p value antara penurunan tekanan darah diastolik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol merupakan nilai yang lebih besar dari nilai α = 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan penurunan tekanan darah diastolik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian buah pisang ambon

(mussa accuminata colla) tidak berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah diastolik responden pada kelompok perlakuan. Hal ini berarti bahwa keadaan tekanan darah diastolik responden sebelum dilakukan perlakuan baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol sama atau homogen.

DISKUSI Tekanan Darah

penelitian yang telah dilakukan bahwa lansia diwilayah kerja Puskesmas Wawotobi merupakan penderita hipertensi dengan kategori tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90.Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi pada saatventrikelberkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan darah terendah yang terjadi pada saat jantung

beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.9

Penurunan tekanan darah juga terjadi karena dalam pisang mengandung tinggi kalium yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan mengenai kandungan kalium dapat menurunkan tekanan darah antara lain penelitian klinis dengan pemberian kalium membuktikan bahwa kalium dapat menurunkan tekanan darah lebih besar pada penderita hipertensi yaitu sebesar 4,4 mmHg pada tekanan darah darah sistolik 2,5 mmHg dan tekanan diastolik dibandingkan dengan kelompok yang normotensive yaitu sebesar 1,8 mmHg pada tekanan darah sistolik 1,0 mmHg pada tekanan darah diastolik.10

Penelitian yang dilakukan pada lansia penderita hipertensi yang berusia >45 tahun yang mengkonsumsi 2 buah pisang ambon dalam sehari selama seminggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik. Hal ini sesuai dengan riset di Amerika yang dilaporkan (Frank et al. 2003 dalam Tryastuti, 2012) penderita hipertensi yang berusia 35-50 tahun yang mengkonsumsi 2 buah pisang setiap hari mengalami penurunan tekanan darah sampai 10% dalam 1 minggu.11

Terjadinya penurunan tekanan darah responden pada kelompok perlakuan setelah diberikan buah pisang ambon (musa accuminata colla) disebabkan kerena buah pisang ambon memiliki kandungan kalium yang sangat tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tangkilisan (2013) tentang pengaruh terapi diet Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum Linn) terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi mengatakan bahwa diet terapi dan mengkonsumsi buah pisang ambon dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik

.

12

(9)

dalam tranmisi saraf, pengaturan enzim dan kontraksi otot.13

Penelitian yang telah dilakukan bahwa penderita hipertensi tingkat konsumsi tinggi natrium lebih >80%. Hal ini sejalan dengan penelitian Hull (1996) bahwa adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Garam akan menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Konsumsi tinggi garam dapat memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang makin sempit yang pada akhirnya akan menyebabkan tekanan darah semakin meningkat.14

Penyebab lain terjadinya hipertensi adalah konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak tinggi dalam menu makanan sehari-hari akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Hal ini sejalan dengan penelitian Castillon,et al(2007) pada penelitiannya di Spanyol menunjukkan bahwa makanan berlemak berhubungan dengan obesitas yang menjadi salah satu pemicu terjadinya hipertensi. Nilai kecenderungan mengalami hipertensi tersebut adalah sebesar 1,049 kali bagi mereka yang sering mengkonsumsi tinggi lemak. Penelitian ini sejalan dengan Sugiharto (2007) di Kabupaten Karanganyar yang mendapatkan nilai kecenderungan sebesar 2,01 kali bagi mereka yang mengkonsumsi lemak untuk menderita hipertensi.15

Berdasarkan penelitian ini yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa responden yang Indeks massa tubuhnya yang paling banyak adalah IMT (≥25,1-27,0) dengan kategori gemuk yang memiliki risiko relatif menderita hipertensi dan proporsi kejadian hipertensi lebih tinggi 86,7% dibandingkan dengan mereka yang memiliki IMT kurang dan normal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yundini (2006) diperoleh hasil bahwa mereka yang memilik IMT lebih (≥25,0 kg/m²) memiliki proporsi kejadian hipertensi yang lebih tinggi yaitu 65,2% dibandingkan mereka yang memiliki IMT kurang (<18,5 kg/m²) dan normal (≥18,5-24,9 kg/m²). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hull (1996) bahwa ada hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat dengan nilai (p > 0.05).16

Kepercayaan masyarakat khususnya penderita hipertensibahwa tidak takut mengkonsumsi makanan tinggi natrium karena banyaknya tumbuhan herbal yang berkhasiat menurunkan tekanan darah jika diserang sewaktu-waktu. Selain itu, pengalaman masyarakat penderita hipertensi selama bertahun-tahun pada

saat tekanan darah tinggi naik memilih mengkonsumsi rebusan tumbuhan herbal seperti rebusan daun sirsak, daun salam dan daun belimbing menjadi pilihan utama karena lebih efektif dan efisien dari pada mengunjungi pusat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan, berobat atau mengontrol tekanan darah.

Kurangnya pengetahuan sangat mempengaruhi akan pentingnya menjaga pola hidup sehat khususnya mengkonsumsi makanan atau buah-buahan yang mengandung tinggi kalium yang cukup pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah dan mencegah hipertensi. Sebaliknya jika, konsumsi natrium lebih dapat berisiko memicu terjadinya hipertensi.

Hal ini, menjadi suatu tradisi dimana banyak penderita hipertensi yang tidak memperhatikan batas konsumsi natrium untuk mengurangi resiko terjadinya hipertensi. Kurangnya pengetahuan masyarakat penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe tentang bahaya penyakit hipertensi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, membuat kurangnya kesadaran penderita hipertensi dalam menggunakan dan memanfaatkan pusat pelayan kesehatan. Untuk itu perlunya sosialisasi tentang bahaya penyakit tidak menular khususnya hipertensi untuk mengurangi dan mencegah angka kesakitan setiap tahun.

Mengkonsumsi 2 buah pisang ambon dalam sehari dengan dosis ±280 gram perhari untuk mencukupi asupan kalium perharinya dan dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik sehingga dapat mencegah terjadinya hipertensi serta dapat memperpanjang harapan hidup. Selain itu, buah pisang ambon sangat baik dikonsumsi sebagai alternatif pengganti obat anti hipertensi karena cara kerjanya mirip dengan cara kerja obat anti hipertensi dan bisa dimanfaatkan untuk terapi nonfarmakologis yang berguna bukan hanya sebagai pengobatan tapi juga bisa konsumsi untuk membantu sistem pencernaan jika sembelit dan lain sebagainya.

SIMPULAN

(10)

2. Ada perbedaan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian buah pisang ambon (musa accuminata colla) berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dandiastolik responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

SARAN

1. Bagi pemerintah khususnya pihak Puskesmas hendaknya dapat melakukan promosi kesehatan dan membuat program-program kesehatan khususnya untuk lansia penderita hipertensi dengan menggunakan media/alat bantu untuk memberikan pengetahuan agar dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan bahaya penyakit tidak menular termasuk penyakit hipertensi agar lebih mengontrol tekanan darah dengan memeriksakan tekanan darah secara rutin di Puskesmas.

2. perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat dengan melakukan penyulusahan kesehatan mengenai pentingnya menjaga gaya hidup sehat serta mengkonsumsi makanan yang kaya akan kandungan kalium, magnesium dan serat sebagai langkah pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi sehingga dapat mengurangi jumlah penderita hipertensi.

3. Konsumsi natrium, IMT serta Stres pada lansia penderita hipertensi harus lebih dikontrol karena merupakan salah satu pemicu terjadinya penyakit hipertensi yang paling dominan.

4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan, sebaiknya instansi kesehatan terkait merekomendasikan pemberian buah pisang ambon (musa accuminata colla) sebagai salah satu alternatif pencegahan penyakit hipertensi untuk mencegah atau menghindari terjadinya komplikasi yang lebih buruk seperti penyakit jantung dan stroke agar dapat memperpanjang harapan hidup masyarakat. 5. Bagi penelitian ini diharapkan dapat

diaplikasikan oleh responden dan keluarga dalam membantu menurunkan tekanan darah secara efisien dan efektif serta menjadi referensi tambahan masyarakat dalam memilih tumbuhan herbal yang akan digunakan sebagai terapi menurunkan tekanan darah.

6. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dalam

menangani masalah hipertensi dan mengontrol confounding variable yang turut mempengaruhi tekanan darah seperti asupan natrium dan lemak maupun faktor lainnya, sehingga hasil yang didapatkan bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajeng, K,. Tuminah, S,. 2010. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya Di indonesia.

Jurnal Maj Kedokt Indon, Volume: 59, Nomor: 12 Desember 2010. Jakarta.

2. Sutanto,. 2010 . Cegah&Tangkal PenyakitModern.Yogyakarya.

3. WHO,. 2012. A Global Brief on Hypertension-Silent Killer, Global Public Crisis. Geneva: WHO Press.

4. Riskesdas,. 2013.Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.

5. Kepmenkes,. 2013.Laporan Riset Kesehatan D asar Tahun 2013.(http://www.litbang.Depkes. go.id/sites/download/buku laporan riskesdas2 013/Laporan riskesdas 2013.pdf).

6. Widjaja, F,. Dkk,. (2013).Prehypertension and hypertension among young Indonesianadults at a primary health care in arural area.Faculty of Medicine, Universitas Indonesi a, Jakarta. http://mji.ui.ac.id/journal/index.ph p/mj/view/519.

7. Dinkes Prov. Sultra,. 2013. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari.

8. Dinkes Prov. Sultra,. 2014. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari.

9. Dinkes Prov. Sultra,. 2015. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari.

10. Dinkes Prov. Sultra,. 2016. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari 11. Dinkes Kab. Konawe,. 2013. Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Konawe. Konawe. 12. Dinkes Kab. Konawe,. 2014. Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Konawe. Konawe. 13. Dinkes Kab. Konawe,. 2015. Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Konawe. Konawe 14. Dinkes Kab. Konawe,. 2016. Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Konawe. Konawe. 15. Puskesmas Wawotobi,. 2013.Laporan Bulanan

Puskesmas Wawotobi. Konawe.

16. Puskesmas Wawotobi,. 2014.Laporan Bulanan Puskesmas Wawotobi. Konawe.

(11)

18. Puskesmas Wawotobi,. 2016.Laporan Bulanan Puskesmas Wawotobi. Konawe.

19. Kaleka, N., (2013). Pisang-pisang Komersial. Solo: Arcita.

20. Batin. S. O. W,. 2017.Pengaruh Pemberian Jus Mentimun + Pepaya + Semangka Terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Liya Kabupaten Wakatobi Tahun 2017. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo. Kendari.

21. Gunawan, D,. dkk,. 2014.Pengaruh Kombinasi Pisang Ambon (Musa Paradisiaca, Linn) dan Stroberi (Fragaria Vesca) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Normal pada Perempuan

Dewasa. Jurnal. Fakultas

Kedokteran.Universitas Kristen Maranatha. 22. Smeltzer, C. S & Bare, G. B. 2011. Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. EGC. Jakarta.

23. Tryastuti, D,. 2012.Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon (Musa Paradisiaca S) Terhadap Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Sedang Di panti Sosial Tresna Werdhasabai Nan Aluih Sicincin. Padang: jurnal. Program Study Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

24. Tangkilisan, R, L,. Dkk,. 2013.Pengaruh Terapi Diet Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum Lin) Terhadap Penurunan Tekanan darah Pada Klien Hipertensi Dikota Bitung. Jurnal. Program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas sam Ratulangi. Ejournal Keperawatan (e-Kep)

Volume 1. Nomor. Agustus 2013.

25. Donald, J., dkk,. 2003. The Effect of Low-Dose Potassium Suplementation On Blood Pressure In Apparently Healthy Volunteers, British Journal Of Nutrition, 90, 53-60.

26. Irawan, A, M,. 2007. Cairan Tubuh Elektrolit dan Mineral, Polton Sports Science and

Performance lab dalam http://

www.Slideshare. net/Nexazen/cairan-tubuh-elektrolit-dan-mineral

27. Saraswati,. 2009. Pemberdayaan Kesehatan Anak dan Keluarga. Citra Aditya Bakti. Bandung. h.44. diakses 1 Oktober 2017 28. Hull, Alison,. 1996. Penyakit Jantung,

Hipertensi dan Nutrisi. Jakarta : Bumi Aksara. 29. Castillon, Guallar,et al. 2007. Intake of Fried

Foods is Associated With Obesity in The Cohort of Spanish Adults From The European Prospektive investigation into Cancer And Nutrition. Am J Clin Nutr 86: 198-205

30. Sugiharto, Aris,. 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat; Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Gambar

Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Hasil

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas X MIA SMAN 1 Margahayu setelah diterapkan

[r]

Sesuai dengan namanya pidana tambahan, penjatuhan pidana tambahan tidak dapat berdiri sendiri, lepas dari pidana pokok melainkan hanya dapat dijatuhkan oleh hakim apabila dalam

Perbedaan analisis keandalan Penyulang Pujon dengan metode Section Technique setelah penambahan tie switch yang bekerja dengan keadaan normally open dengan analisis

Dalam BAB IV dibahas tentang performansi GSM-R pada jaringan kereta api di Indonesia berdasarkan perancangan pada BAB III untuk menganalisis perancangan sistem GSM-R

Berdasarkan uraian tujuan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk mengetahui (1) pembelajaran matematika efektif dengan penerapan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) pengaruh kualitas produk terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk sepeda motor Yamaha. 2) pengaruh

Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan yaitu kejadian hujan yang paling sering terjadi adalah kejadian hujan durasi 3 jam yaitu sebanyak 150 kejadian atau 45,45%