• Tidak ada hasil yang ditemukan

22 Moch Reza Agung Y UAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " 22 Moch Reza Agung Y UAS"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Analisis Keandalan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Mendeteksi Fraud Pada PT Angkasa Pura II Persero

Diajukan oleh:

Moch Reza Agung Yudhalaksana NPM 134060018326

DIPLOMA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS BPKP Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Terapan Pada Politeknik Keuangan Negara - STAN

(2)

1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : MOCH REZA AGUNG YUDHALAKSANA

Nomor Pokok Mahasiswa : 134060018326

Bidang Skripsi : Sistem Pengendalian Manajemen

Judul Skripsi : Analisis Keandalan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Mendeteksi Fraud Pada PT Angkasa Pura II Persero

Mengetahui Menyetujui

Direktur, Dosen Pembimbing,

(3)

2 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

PENYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF

Nama : MOCH REZA AGUNG YUDHALAKSANA

Nomor Pokok Mahasiswa : 134060018326

Bidang Skripsi : Sistem Pengendalian Manajemen

Judul Skripsi : Analisis Keandalan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Mendeteksi Fraud Pada PT Angkasa Pura II Persero

Tangerang Selatan, 24 Februari 2015

...

1. ……… (Ketua Penguji)

NIP 1234567890

2. ……… (Anggota Penguji/Pembimbing) NIP 1234567890

...

(4)

3 KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, nikmat tuhanmu yang manakah yang kau dustakan, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas petunjuk serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menghasilkan karya terbaik skripsi ini di Politeknik Keuangan Negara STAN sebagai tanda kelulusan. Teramat indah skenario hidup yang telah dipersiapkan bagi hamba ini sehingga tak akan pernah cukup rasa syukur ini untuk diucapkan. Penyelesaian skripsi ini tidaklah lepas dari berbagai pihak yang telah Allah SWT siapkan untuk membantu penulis dalam menyusunnya. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Eddy Suwardi (Alm.), Ibunda Yati Nurhayati, Ayahanda Sanny Warokka, Ibunda Ai Permata Sulaeman selaku orang tua dari penulis yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, kasih sayang serta menyebut nama penulis dalan setiap doanya. 2. Saudara-saudari penulis Lufi Yusufudin Yuda Permana, Hilman Ismail Yuda Sukmana

(Alm.), Fitri Rizki Aprilia, Sulistyo Tri Cahyono, Endah Kristiningrum, Datuk Awalludin Sri Surya Sumirat, Giovanca Warokka, Srirezeki Warnaen, Triana Putri Asih, Satria Lukman Hakim, Sumardiono Rahardjo, Muhammad Nurrohmat, Rizki Aulia Harahap, Bayu Novrianto, Pandi Arsyah dan para saudara ipar yang selalu memberikan doa dan dukungannya.

(5)

4 4. Saudara-saudari sepelatihan Aikido, Sensei-tachi, senpai-tachi dan kohai-tachi di STAN DOJO AIKIDO yang selalu rela babak belur dibanting dan dikunci di atas matras ketika penulis perlu melampiaskan kepenatan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Kusmanadji, Ak., M.B.A. selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dan segenap dosen dan karyawan STAN.

6. Bapak Indra Asmadewa selaku dosen Metodologi Penelitian atas ilmu dan motivasi yang diberikan kepada penulis untuk menghasilkan skripsi terbaik ini.

7. Bapak A selaku dosen pembimbing materi skripsi atas setiap bimbingan, ilmu pengetahuan, motivasi, perhatian serta berbagai rekomendasinya atas referensi yang berkualitas.

8. Ibu B selaku dosen penilai outline, Ibu C selaku dosen pembimbing teknis penulisan skripsi, Bapak D dan Ibu E, selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

9. Bapak Budi Karya Sumadi selaku Presiden Direktur PT Angkasa Pura II, Bapak Erwin Syahputra selaku Kepala Satuan Pengawas Internal PT Angkasa Pura II, Bapak Joko Nugroho Edi selaku Pengawas Senior pada SPI PT Angkasa Pura II yang telah memberikan akses informasi sebagai bahan penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Hyeronimus Saktyo Pranggono selaku Kepala Sub Direktorat BUMN/BUMD Direktoratpada Deputi Investigasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 11. Teman-teman Diploma IV Kurikulum Khusus BPKP Angkatan II yang telah berbagi

(6)

5 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan baik dari segi teknis maupun penyajian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis, pembaca, dan dunia pendidikan pada umumnya.

Tangerang Selatan, Februari 2015 ttd

(7)

6 PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF……… KATA PENGANTAR……….

A. Latar Belakang Penelitian ... B. Rumusan Masalah Penelitian ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Ruang Lingkup Penelitian ... F. Sistematika Pembahasan... G. Metodologi Penelitian... BAB II LANDASAN TEORI

A. Penelitian Sebelumnya ... B. Konsep Sistem Pengendalian Manajemen ... C. Konsep Manajemen Risiko ... D. Teori Fraud...

E. Root Cause Analysis (RCA) ... BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PT ANGKASA PURA II PERSERO

A. Sejarah Singkat Perusahaan………. B. Cakupan Bisnis……… BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(8)

7 F. Peran Auditor Internal……….. G. Efektivitas Penerapan Instrumen Pencegahan Fraud………... H. Upaya Pencegahan Benturan Kepentingan……….. I. Mendefinisikan Masalah……….. J. Melakukan Investigasi Akar Penyebab Masalah………. K. Mengajukan Rencana Aksi……… BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Simpulan……….. B. Keterbatasan………... C. Saran……….. DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN

(9)

8 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Setiap organisasi baik swasta maupun pemerintahan, baik yang berorientasi laba maupun nirlaba memiliki risiko dicurangi baik oleh pihak internal maupun eksternal. Secara internal, kecurangan (fraud) dapat dilakukan pada tingkat pimpinan, manajerial menengah, maupun pelaksana operasional.

Dampak dari tindakan fraud menyebabkan tujuan organisasi tidak tercapai, menimbulkan kerugian keuangan, konsekuensi hukum, penurunan kepercayaan masyarakat, menurunkan minat investasi pihak luar, kebangkrutan, dan sebagainya.

Dengan semangat reformasi birokrasi, tata kelola yang baik menjadi prioritas yang wajib diterapkan oleh seluruh elemen negara ini dimulai dari tingkat presiden, kementerian, pemerintahan daerah hingga urusan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang dijalankan BUMN/D.

Tata kelola Perusahaan (good corporate governance) yang dibentuk dengan sistem pengendalian manajemen yang baik menjadi kerangka yang diharapkan efektif dalam mengantisipasi risiko pencapaian tujuan perusahaan dan segala kelemahan yang bisa menghambat peluang bisnis.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Terdapat 5 dimensi permasalahan yang akan dijawab dalam skripsi ini sebagai berikut: 1. Apakah kebijakan makro perusahaan telah terintegrasi sehingga struktur

(10)

9 Kebijakan makro ini pada tingkat stratejik tercermin dalam corporate plan, management plan, dan standard operating procedures. Pada tingkat operasional tercermin dalam uraian tugas dan jabatan, perintah, dan petunjuk. Adapun elemen-elemen dari dimensi ini antara lain:

1) Pernyataan Pimpinan Puncak mengenai komitmen anti fraud 2) Komunikasi nilai-nilai organisasi dan best practice yang anti fraud 3) Identifikasi faktor kunci yang mempengaruhi risiko keterjadian fraud 4) Penanganan risiko fraud yang responsif dan tepat

2. Apakah perusahaan telah secara berkesinambungan melakukan penilaian risiko? Penilaian ini perlu dilakukan untuk memberikan informasi aktual atas titik-titik yang berpotensi terjadinya fraud.

Hasil dari penilaian risiko ini menjadi dasar untuk mendesain atau membuat penyempurnaan elemen-elemen lain dari FCP.

Elemen dari dimensi ini antara lain: 1) Identifikasi Risiko

2) Penilaian Risiko 3) Pemetaan Risiko

3. Apakah masyarakat, karyawan, dan manajemen telah memiliki kepedulian dalam mengawasi perilaku fraud?

(11)

10 Elemen dari dimensi ini antara lain:

1) Kepedulian internal organisasi 2) Kepedulian eksternal organisasi

3) Perlindungan hukum atas pengaduan/pelaporan

4. Apakah kejadian fraud telah dilaporkan, diungkap dan ditangani?

Sistem pelaporan ini diharapkan secara tegas mengungkapkan suatu kasus fraud secara kronologis, dimulai dari identifikasi hingga pengungkapannya secara bertanggung jawab.

Elemen dari dimensi ini antara lain: 1) Identifikasi

2) Investigasi 3) Pengungkapan

5. Apakah Standar Perilaku dan Disiplin yang berlaku sudah efektif mencegah terjadinya fraud?

Peninjauan kembali atas standar perlikau dan disiplin diperlukan untuk menentukan luasnya cakupan kebijakan, standar, sistem, dan prosedur berkaitan dengan perilaku dan disiplin yang mendukung strategi pengendalian fraud yang dikembangkan organisasi.

Elemen dari dimensi ini antara lain:

1) Kode etik/pedoman perilaku organisasi

(12)

11 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT Angkasa Pura II Persero telah memiliki kecukupan perangkat pengendalian yang memadai dalam mengatasi kelemahan sistem dan prosedur sehingga risiko kesalahan teknis dan fraud bisa dikendalikan.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penulisan tersebut, maka penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak terkait antara lain:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan peranan pengendalian internal dalam mengatasi kelemahan sistem dan prosedur sehingga risiko kesalahan teknis dan fraud bisa dikendalikan.

2. Bagi Pemerintah dan Obyek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi pemerintah dan BUMN/D pada umumnya dan PT Angkasa Pura II Persero dalam merancang suatu sistem pengendalian sebagai alarm yang dapat mencegah dan mendeteksi secara dini terjadinya kelemahan sistem dan prosedur sebagai upaya peningkatan produktivitas dan kinerja yang berlandaskan tata kelola yang baik (good governance).

3. Bagi Pembaca

(13)

12 dan aplikatif.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian terhadap persepsi auditor atas kegiatan pengawasan dilakukan dengan pembatasan lingkup sebagai berikut:

1. Obyek penelitian adalah PT Angkasa Pura II.

2. Dalam rangka perencanaan sistem pengendalian internal yang diharapkan mampu mendeteksi keterjadian fraud secara dini terdapat 5 (lima) dimensi yaitu kebijakan makro yang terintegrasi, penilaian risiko terjadinya kecurangan, kepedulian komunitas, sistem pelaporan, serta standar pedoman dan aturan disiplin.

3. Responden penelitian

Responden penelitian adalah komisariat, direksi, karyawan tingkat manajerial menengah, serta karyawan tingkat operasional pada PT Angkasa Pura II.

F. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini direncanakan akan terdiri dari lima bab, dimana tiap-tiap bab tersebut akan berisi pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, permasalahan dan pernyataan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan yang menggambarkan garis besar/pokok-pokok pembahasan secara menyeluruh.

BAB II LANDASAN TEORI

(14)

13 dianggap relevan.

BAB III TINJAUAN UMUM ATAS OBYEK PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang gambaran umum objek penelitian, visi, misi struktur organisasi, proses bisnis yang dijalankan, serta pengendalian intern yang telah dijalankan perusahaan.

BAB IV ANALISIS ATAS PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN FRAUD

Bab ini akan menggambarkan kemampuan perangkat Sistem Pengendalian Internal yang berlaku PT Angkasa Pura II dalam mendeteksi keterjadian fraud.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab terakhir ini, penulis akan mengambil simpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta mencoba memberikan saran-saran perbaikan yang dipandang perlu.

G. METODOLOGI PENELITIAN

Data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif baik yang diperoleh dari data primer maupun data sekunder.

Pemerolehan data primer dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner mengenai persepsi atas variabel penelitian yang kemudian dilengkapi dengan dokumen/bukti atau keterangan melalui observasi, wawancara kepada narasumber penelitian dan Focus Group Discussion (FGD).

(15)

14 Pedoman Tata Kerja Dewan dan sebagainya diperlukan.

1. Model penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu “penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena” (Chariri, 2009:9). Model penelitian kualitatif yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah model semiotic yang bertujuan “memahami makna dari simbol yang digunakan oleh individu atau kelompok individu” (searcy and metzer ,2003) dalam chariri (2009:11).

Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretif korelatif, yaitu mengutamakan upaya untuk memahami dan menjelaskan tindakan-tindakan yang terjadi untuk memahami gambaran tentang bagaimana sebuah sistem makna dapat terbentuk dan berlaku.

2. Variabel Penelitian

Terdapat 5 variabel yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu: 1) Kemampuan pendeteksian fraud (X) sebagai variabel dependen. 2) Kebijakan Makro (Y1) sebagai variabel independen;

3) Kepedulian Komunitas (Y2) sebagai variabel independen; 4) Sistem Pelaporan (Y3) sebagai variabel independen;

5) Standar dan Panduan Disiplin (Y4) sebagai variabel independen.

(16)

15 yang telah diuraikan.

3. Metode Pengolahan Data

Hasil studi kepustakaan, observasi, wawancara dan FGD dianalisis dengan menggunakan Root Cause Analysis (RCA) untuk menemukan akar permasalahan timbulnya simptoms. Metode RCA yang digunakan yaitu “The 5-Whys” untuk menemukan akar permasalahan dan “fishbone diagrams” untuk mengilustrasikan permasalahan yang ditemukan, kemudian dalam RCA ini akan dirumuskan rencana aksi yang akan disarankan. Untuk implementasi dan monitoring pelaksanaan rencana aksi tidak dibahas pada skripsi ini. Penelitian ini tidak menggunakan sarana pengolah data khusus dimana sebagian besar data berbentuk teks, tabel dan ilustrasi atau gambar. Pengolahan atas data dilakukan dengan menangkap kondisi atas penerapan variabel penelitian melalui kuesioner kemudian menginterpretasikan hasilnya dengan narasi, tabel maupun grafik dan membandingkan kondisi tersebut dengan standar maupun kode etik yang berlaku serta best practice yang tersedia dalam lingkup yang sama. Analisis kemudian akan diperdalam dengan menguji penyebab terjadinya perbedaan antara kondisi variabel dengan standar/kode etik sehingga kondisi yang ada dapat diketahui secara jelas dan rinci.

4. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Studi kepustakaan

(17)

16 pemahaman mengenai konsep dan teori yang akan dipergunakan sebagai dasar analisis.

2) Studi lapangan

(18)

17 BAB II

LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya

1. Keandalan Efektivitas Internal Audit Dalam Pencegahan dan Deteksi Kecurangan (fraud) pada PT Semen Padang, sebuah skripsi oleh Rien Nofiyarni Mahasiswa Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Tahun 2011. 2. Analisis Peranan Auditor dalam Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas

Pengendalian Internal pada Fungsi Bank dan Kas (studi kasus pada PT (persero)) Angkasa Pura II Cabang BIM, sebuah skripsi oleh Isnamawati Dewan tahun 2009. 3. Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas dan Implementasi Good

Corporate Governance Terhadap Kecurangan Studi Empiris Pada Perusahaan BUMN di Kota Padang, sebuah skripsi oleh Fitriatil Husna Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Tahun 2013.

B. Konsep Sistem Pengendalian Manajemen 1. The Association of CFE (2008):

“Pegawai mengetahui lebih banyak dari siapapun bilamana terdapat kesenjangan, kelemahan, dan kegagalan dalam sistem organisasi”

2. Louis E. Boone dan David L. Kurts (1984) mengemukakan, pengawasan sebagai “the process by which manager determine wether actual operation are consistent with

plans

(19)

18 standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem, informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan”. 4. Prinsip-prinsip GCG sesuai dengan PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011

tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara, meliputi:

1) Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan;

2) Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;

3) Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang- undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

4) Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

(20)

19 peraturan perundang- undangan.

5. PP 60 Tahun 2008 Pasal 1 poin 1-3:

Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

C. Konsep Manajemen Risiko dan Pengendalian Manajemen 1. COSO

(21)

20 Enterprise Risk Management (ERM) adalah sebuah proses, berpengaruh pada sebuah entitas jajaran direksi, pihak manajemen, dan personel lain, diaplikasikan dalam pengesetan strategi di dalam perusahaan, didesain untuk mengidentifikasi event yang potensial yang dapat berpengaruh pada entitas, dan mengelola resiko dengan penerimaan resiko yang diharapkan, untuk menyediakan jaminan yang beralasan terhadap penerimaan setiap objek entitas.

2. IIA Position Paper: The Three Lines of Defense (2013)

“management control is the first line of defense in risk management, the various risk control and compliance over- sight functions established by management are the second line of defense, and independent assurance is the third. Each of these three “lines” plays a distinct role within the organization’s wider governance framework” 3. T. Hani Handoko (1995) mengemukakan, proses pengawasan memiliki lima tahapan,

(22)

21 D. Konsep Fraud

1. Pengertian

Menurut Kamus Webster, Fraud adalah perilaku menipu atau kebohongan untuk tujuan merugikan pihak lain.

Menurut kamus Black’s Law, Fraud adalah salah saji kebenaran atau penyembunyian fakta material sehingga orang lain melakukan tindakan yang merugikan.

Menurut ACFE, Occupational Fraud and Abuse merupakan penggunaan kedudukan seseorang untuk memperkaya diri sendiri melalui penyalahgunaan yang disengaja atau penyalahgunaan sumberdaya atau aset organisasi.

Institute of Internal Auditors (IIA) menyatakan bahwa kecurangan mencakup suatu kesatuan ketidakberesan (irregularities) dan tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja.

Menurut kamus hukum, mengartikan fraud (Inggris) atau fraude (Belanda) sebagai kecurangan. Frauderen/verduisteren (Belanda) berarti menggelapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 KUHP, Pasal 268 KUHPer. Sedangkan definisi fraud menurut Black Law Dictionary adalah:

A knowing misrepresentation of the truth or concealment of material fact to induce another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases (especially when the conduct is willful) it may be a crime; (2) a misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another person to act; (3) a tort arising from knowing misrepresentation, concealment of material fact, or reckless misrepresentation made to induce another to act to his or her detriment.

(23)

22 personal gain or damageanother individual. In criminal law, fraud is the crime or offense of deliberately deceiving another in order to damage them-usually, to obtain property or services unjustly. Fraud can be accomplished through the aid of forged objects. In the criminal law of common law jurisdictons it may be called “theft by deception”, “larceny by trick”, “larceny by fraud and deception” or something similar”.

Atau dapat diartikan sebagi berikut:

Suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain baik karena suatu tindakan dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri.

Sementara itu, Institute of Internal Auditors (IIA) menyatakan bahwa kecurangan mencakup suatu kesatuan ketidakberesan (irregularities) dan tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kecurangan dapat menyebabkan timbulnya kerugian dari tempat melakukan tindakan kecurangan (fraud). Hal tersebut dikarenakan kecurangan (fraud) merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran karena dilakukan secara sengaja oleh pihak yang ingin memperoleh keuntungan yang bukan merupakan hak pelakunya.

UU No. 31 Tahun 1999 tentang TPK menjelaskan bahwa “Setiap orang yang secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau suatu korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”.

(24)

23 Internal Control) menyatakan “Kekuatan yang tidak disertai dengan sistem akuntabilitas yang andal, cenderung korup”.

2. Jenis-Jenis Kecurangan

Amrizal (2004) mengungkapkan menurut Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) kecurangan dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) kelompok sebagai berikut:

1) Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.

2) Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)

Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘kecurangan kas’ dan ‘kecurangan atas persediaan dan aset lainnya, serta pengeluaran pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement). Pada kasus ini biasanya mudah untuk dideteksi karena sifatnya tangible atau dapat diukur.

3) Korupsi (Corruption)

(25)

24 E. Root Cause Analysis (RCA)

Root cause analysis (RCA) adalah proses pemecahan masalah untuk melakukan investigasi ke dalam suatu masalah, kekhawatiran atau ketidaksesuaian masalah yang ditemukan. RCA membutuhkan investigator untuk menemukan solusi atas masalah mendesak dan memahami penyebab fundamental atau mendasar suatu situasi dan memperlakukan masalah tersebut dengan tepat, sehingga mencegah terjadinya kembali permasalahan yang sama. Oleh karena itu mungkin melibatkan pengidentifikasian dan pengelolaan proses, prosedur, kegiatan, aktivitas, perilaku atau kondisi (BRC, 2012). Tahap-tahap dalam Root Cause Analysis (RCA) adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan masalah (Define the non-conformity).

(26)

25 2. Melakukan investigasi akar penyebab masalah (investigate the root cause).

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam RCA karena ketika salah dalam menemukan akar penyebab masalah maka action plan yang diambil tidak akan dapat menyelesaikan masalah secara tepat sehingga tidak dapat menghindari permasalahan yang sama terulang kembali. pada tahap ini akan digunakan tools ataupun metode untuk menggali akar penyebab permasalahan.

Dogget (2005, 34) menjabarkan alat-alat atau tools yang paling sering dijumpai dalam literatur sebagai mekanisme yang tepat digunakan dalam menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan. Tools tersebut yaitu The Cause-and-effect diagrams (CED), The Interrelationship diagrams (ID) dan The Current Reality Tree (CRT). CED atau yang lebih familiar dengan fishbone ini ditemukan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1943 digunkan untuk mengurutkan sebab-sebab potensial dari sebuah masalah. Kemudian tool ini menyebar dan digunakan dalam quality control di seluruh industri di Jepang. Tools ini dipilih karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki dibandingkan dengan dengan tools lainnya, yaitu:

1) Sangat mudah dimengerti karena akar sebab yang diperoleh merupakan kelanjutan dari masing-masing sebab utama masalah berdasarkan kategori sebab yang disusun sebelumnya. Tools ini berbeda dengan ID yang menurut Andersen dan Fagerhaug (2000) dalam Dogget (2005), ID menghasilkan diagram yang sangat kompleks dan terkadang menjadi sulit untuk dipahami.

2) Memecah sebab-sebab masalah menjadi lebih detail sehingga membantu dalam mengelola dan menemukan sebab-sebab yang terkait.

(27)

26 Dogget (2005), para praktisi menganggap logika CRT sangat kaku. Saran-saran dan keberatan dalam metode CRT harus dinyatakan dalam CLR sehingga membutuhkan lebih banyak waktu.

Selain itu, Scholtes (1988) dalam Dogget (2005) menuturkan bahwa penggunaan CED akan efektif dilaksanakan ketika karakteristik permasalahan sudah diketahui dengan baik, sudah terdokumentasi, dan data tersedia.

1) Fishbone diagrams atau The Cause-and-Effect Diagrams (CED).

Tujuan menggambarkan masalah dalam suatu diagram atau gambar adalah untuk lebih memudahkan kita memahami gambaran permasalahan dan faktor-faktor penyebab munculnya permasalahan dalam satu diagram atau gambar. Menurut Scarvada (2004) dalam Asmoko (2012, 2), konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya.

Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone atau CED menurut Ishikawa (1982) dalam Dogget (2005) yaitu:

(1) Tetapkan permasalahan yang akan dipecahkan atau dikendalikan.

(2) Tuliskan permasalahan dibagian kanan dan gambar panah dari arah kiri ke kanan.

(3) Tuliskan faktor-faktor utama yang berpengaruh atau berakibat pada permasalahan pada cabang utama.

(28)

27 (Parts (raw material), Procedures, Plant (equipment) dan people). Namun, kategori juga bisa ditentuka sendiri tergantung permasalahannya (Dogget, A Mark 2005, 36).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Edward III (1980) dalam Tangkilisan (2003) dalam yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan yaitu komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi dan disposisi/sikap pelaksana. Dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut akan dijadikan sebagai kelompok penyebab masalah. (4) Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah

dan tuliskan pada ranting berdasarkan kelompok faktor-faktor penyebab utama. Penyebab masalah ini dirinci lebih lanjut dengan mencari sebab dari sebab yang telah diidentifikasi sebelumnya menjadi lebih detail. Penyebab detail ini dapat diperoleh dengan menggunakan metode “5-Whys” dalam wawancara dan FGD yang dilaksanan.

(5) Pastikan bahwa setiap detail dari sebab permasalahan telah digambarkan pada diagram.

Gambar II.1. Fishbone Diagrams

(29)

28 2) The 5-whys.

5-whys adalah metode paling sederhana untuk analisis akar penyebab terstruktur. Ini adalah metode mengajukan pertanyaan yang digunakan untuk mengeksplorasi penyebab hubungan yang mendasari masalah. Investigator terus bertanya pertanyaan 'Mengapa?’ Sampai kesimpulan yang berarti tercapai.

Gambar II.2. The “5-Whys”

Sumber: British Retail Consortium (2012).

Hal yang umumnya disarankan minimal lima kali pertanyaan yang perlu ditanyakan, meskipun kadang-kadang pertanyaan tambahan juga diperlukan atau berguna, karena sangat penting untuk memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan terus diminta sampai penyebab sebenarnya diidentifikasi.

3. Mengajukan action plan (create proposed action plan).

Pada tahap ini akan dihasilkan solusi yang ditawarkan berupa action plan untuk mencegah masalah muncul kembali.

4. Mengimplementasikan action plan (implement proposed action).

Pada tahap ini akan ditetapkan siapa yang bertanggung jawab untuk implementasi atas action plan, bagaimana agar action plan agar dapat dijalankan, kemudian yang paling penting juga adalah menetapkan time scales, yaitu jadwal waktu dan target implementasi ini dilaksanakan.

(30)

29 5. Melakukan monitoring (verification & monitoring of effectivenenss).

Tindakan ini sangat diperlukan untuk memastikan bahwa perubahan ataupun kegiatan baru yang dilaksanakan benar-benar telah berjalan sesuai dengan action plan yang diusulkan. kemudian tahap ini juga membantu memberi keyakinan apakah langkah perbaikan yang dilakukan sudah tepat untuk mengelola akar penyebab masalah atau malah memunculkan masalah tambahan. Contoh kegiatan yang mencakup monitoring dan verifikasi yaitu internal audit yang mencakup proses yang baru diterapkan, dibuatkan ceklis tanda penyelesaian pekerjaan untuk setiap proses yang diubah, pengecekan pada saat start up, dan lain-lain.

Tahap keempat dan tahap kelima tidak menjadi fokus dalam penelitian karena akan sangat bergantung kepada kebijakan internal perusahaan, sehingga tidak ada jaminan action plan yang nantinya disarankan penulis akan digunakan atau tidak. Berdasarkan landasan teori yang digunakan, kerangka penelitian diilustrasikan dalam Gambar II.3.

Gambar II.3. Step to Root Cause Analysis

(31)

30 BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PT ANGKASA PURA II PERSERO

Objek penelitian yang akan dianalisis sistem pengendalian internalnya terkait keandalannya mendeteksi fraud adalah PT Angkasa Pura II Persero yang beralamat di Komplek Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. Dengan gambaran sebagai berikut:

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Angkasa Pura II Persero merupakan Badan Usaha Milik Negara pada Kementerian Perhubungan yang memiliki lini usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara dengan cakupan wilayah Indonesia bagian barat.

Pada awalnya didirikan dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1984 kemudian berubah menjadi Perum Angkasa Pura II melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1986, dan kembali berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Angkasa Pura II melalui Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1992 yang secara sah menjadi PT Angkasa Pura II (Persero) dengan terbitnya Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 pada tanggal 18 November 2008.

B. Cakupan Bisnis 1. Wilayah

(32)

31 II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkalpinang) dan Silangit (Tapanuli Utara).

2. Jenis Usaha

1) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk lepas landas, pelayanan jasa pendaratan, penempatan dan penyimpanan pesawat udara (PJP4U);

2) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas terminal untuk pengangkutan penumpang, termasuk pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U);

3) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan pelayanan jasa penerbangan (PJP), pelayanan jasa Garbarata dan Pelayanan jasa konter;

4) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas elektronika, listrik, air dan instalasi limbah buangan;

5) Penyediaan lahan untuk bangunan, lapangan dan kawasan industri serta gedung/bangunan yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara;

6) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas terminal pengiriman barang melalui angkutan udara (kargo).

(33)

32 Dalam menjalankan usahanya, Angkasa Pura II selalu mematuhi dan mengikuti berbagai regulasi maupun standar yang mengikat terkait dengan pelayanan lalu lintas udara, baik yang berlaku secara internasional (International Civil Aviation Organization /ICAO) maupun nasional (Kementerian Perhubungan – Direktorat Jenderal Perhubungan Udara).

3. Visi Perusahaan

Dengan menerapkan perencanaan strategis yang baik, manajemen Angkasa Pura II telah menetapkan visi untuk tahun 2016 yaitu “Menjadi pengelola bandar udara kelas dunia yang terkemuka dan profesional”. Menuju pencapaian visi tersebut, Angkasa Pura II menetapkan strategi transformasi perusahaan dari tahun 2012-2016 yaitu Aligning, Growing, Leading, Excelling dan World Class untuk masing-masing tahun. 4. Misi Perusahaan

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Angkasa Pura II menentukan misi yang harus dilaksanakan yaitu:

1) Mengelola jasa bandar udara kelas dunia dengan mengutamakan tingkat keselamatan, keamanan, dan kenyamanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan;

2) Mengembangkan SDM dan budaya Perusahaan yang berkinerja tinggi dengan menerapkan sistem manajemen kelas dunia;

(34)

33 4) Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan mitra usaha dan mitra kerja serta mengembangkan secara sinergis dalam pengelolaan jasa bandar udara;

5) Memberikan nilai tambah yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan.

Dengan melihat visi dan misi yang ada, pengelolaan Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan dan mendukung kebijakan dan program perusahaan dalam segmen ekonomi dan pembangunan, serta mengumpulkan keuntungan bagi perusahaan dengan menjalankan bisnis kebandarudaraan yang sesuai dengan asas-asas perusahaan. Angkasa Pura II telah menetapkan sasaran Perusahaan dalam rangka mensukseskan tujuan Perusahaan untuk periode tahun 2009–2013 sebagai berikut:

6) Tercapainya pengembangan kegiatan bisnis yang menjadi fokus Angkasa Pura II serta peningkatan produktivitas kegiatan usaha Angkasa Pura II;

7) Tercapainya kepuasan pengguna jasa melalui pelayanan prima yang didukung dengan jaminan Service Level Agreement (SLA) dan Service Level Guarantee (SLG) serta ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pengguna jasa; 8) TerseIenggaranya perbaikan berkeIanjutan dalam proses bisnis yang

berlandaskan mutu dan sesuai dengan harapan pengguna jasa;

9) Terciptanya pengembangan leadership system untuk mewujudkan efektifitas kepemimpinan sebagai role model;

(35)

34 11) Terjalinnya integrasi jaringan/networking antar instansi dan bandara lainnya. 12) Dalam rangka menunjang tercapainya visi dan sasaran Perusahaan, Angkasa

Pura II telah menetapkan winning strategies, yaitu AP2WAY yang mencakup antara lain:

(1) Airport Best Practices

Pencapaian visi menjadi World Class Company perlu dilakukan dengan menerapkan praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan bisnis bandara. (2) People

Peningkatan kapabilitas dan kapasitas SDM secara efektif dan berkesinambungan sangat diperlukan untuk menerapkan praktik-praktik terbaik dan mewujudkan visi perusahaan secara efektif.

(3) Process

Penerapan bisnis proses dan SOP yang efektif dan efisien dengan perbaikan secara terus menerus merupakan syarat penting pencapaian visi.

(4) World Class System

Pengembangan dan penerapan sistem kelas dunia secara holistik dan terintegrasi adalah mutlak diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan mewujudkan visi perusahaan secara efektif.

(5) Asset

(36)

35 pengguna jasa, serta peningkatan ROA (return on asset).

(6) Yield

Pada akhirnya, strategi yang telah disusun diharapkan dapat memberikan hasil nyata bagi peningkatan kinerja perusahaan terutama kinerja keuangan dan pertumbuhan yang menguntungkan secara berkesinambungan.

5. Sistem Pengendalian Manajemen

Dalam rangka menjalankan sistem pengendalian intern yang memadai yang diharapkan dapat mencegah risiko terjadinya fraud untuk mencapai good corporate governance, PT Angkasa Pura II Persero telah menciptakan regulasi sebagai berikut:

1) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero) Nomor:

Tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Keputusan ini mengatur tentang kategori gratifikasi, syarat penerimaan gratifikasi yang diperbolehkan, syarat pemberian gratifikasi yang diperbolehkan, tata cara penolakan penerimaan gratifikasi, tata cara pelaporan atas permintaan gratifikasi, sistem pengelolaan dan pengendalian gratifikasi, serta sanksi terkait gratifikasi.

2) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero) Nomor:

Tentang Pedoman Perilaku (Code of Conduct) di

DKOM.036.2/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/01/2014

(37)

36 Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Keputusan ini mengatur tentang visi dan misi; nilai-nilai dasar; etika bisnis; etika kerja dan tata perilaku; aturan terkait donasi, hadiah, dan jamuan; penegakan etika; serta penerapan pedoman perilaku.

3) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero) Nomor:

Tentang Pedoman Sistem Pengaduan Pelanggaran (Whistle-Blowing System) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Keputusan ini mengatur tentang mekanisme pengaduan jika terlapor adalah direksi atau non direksi, tata cara tindak lanjut dan investigasi, perlindungan pelapor, serta penghargaan dan sanksi atas suatu pengaduan.

4) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero) Nomor:

Tentang Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero). Keputusan ini mengatur tentang tujuan penerapan GCG; prinsip-prinsip GCG; visi dan misi perusahaan; nilai dasar; kebijakan penerapan GCG; struktur tata kelola perusahan; proses-proses tata kelola perusahaan; pengelolaan hubungan dengan stakesholder.

5) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero) Nomor:

DKOM.036.3/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/01/2014.2

(38)

37 Tentang Perubahan Pedoman Tata Kerja Dewan (Board Manual) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Keputusan ini mengatur tentang sistem nilai, etika bisnis, etika kerja, komitmen serta penegakan terhadap peraturan-peraturan perusahaan terkait manajemen puncak.

(39)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku

Pedoman etika dan perilaku yang ditetapkan melalui keputusan bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT. Angkasa Pura II nomor: DKOM.036.1/HK.201/AP II-2014 dan KEP.02.03.01/01/2014.1, beriisikan sistem nilai, etika bisnis, etika kerja, komitmen serta penegakan terhadap peraturan-peraturan perusahaan bagi individu. Selain menjadi pedoman bagi individu, adanya pedoman ini dapat digunakan sebagai kriteria dalam evaluasi perilaku manajemen dan karyawan.Dengan menerapkan pedoman etika dan perilaku ini diharapkan dapat tercipta suasana kerja yang sehat dan nyaman serta membentuk karakter individu perusahaan yang disiplin dan beretika dalam bekerja.

Dalam mengembangkan pedoman ini, PT. Angkasa Pura II berpegang pada nilai-nilai dasar yaitu kerjasama, keramahtamahan, keunggulan, keseimbangan, tepat sasaran dan tepat guna, kepuasan, terpercaya. Nilai-nilai tersebut mendasari etika perusahaan dalam berbisnis dan bekerja.

Dalam melaksanakan bisnisnya dengan para stakeholder, PT. Angkasa Pura II menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Disamping itu, perusahaan juga melaksanakan sepenuhnya prinsip-prinsip integritas perusahaan sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu ketaatan pada AD/ART, independensi, kehati-hatian, bebas dari konfilk kepentingan dan kepatuhan hukum.

(40)

39 atasan atau bawahan dan terhadap sesama insan PT. Angkasa Pura II.Etika tersebut harus menunjukan sikap patuh, jujur, disiplin, terbuka, saling menghargai dan egaliter.

Dalam pedoman tersebut juga diatur perihal perlindungan informasi perusahaan dan kewajiban pengamanan harta perusahaan.Setiap insan PT. Angkasa Pura II wajib melindungi dan mengelola informasi dan harta perusahaan sesuai dengan kebijakan dan kepentingan perusahaan.Hal ini merupakan bentuk pengembangan nilai keseimbangan dan terpercaya.

Terkait dengan risiko kecurangan dan tindakan ilegal, pedoman etika dan perilaku PT. Angkasa Pura II juga mengatur mengenai suap. Angkasa Pura II melarang menyuap siapa pun, di mana pun atas alasan apa pun. Seluruh insan PT. Angkasa Pura II harus menghindari tindakan terlarang berupa:

1. Penawaran atau pemberian apapun kepada eksternal perusahaan dengan maksud mendapatkan atau mempertahankan bisnis, atau untuk segala tujuan yang tidak patut, termasuk pembayaran untuk mengurangi kewajiban pajak.

2. Membuat pembyaran tanpa persetujuan, atau menyetujui pembayaran atau hadiah yang tidak benar (tunai maupun lainnya) secara langsung atau melalui perantara. 3. Menjanjikan pemberian sesuatu yang bernilai kepada pejabat pemerintah untuk

melakukan sesuatu yang ilegal.

4. Mengabaikan atau tidak melaporkan adanya pembayaran, pemberian hadiah atau hiburan yang tidak benar.

5. Menyelenggarakan dana yang tidak tercatat untuk tujuan apapun.

(41)

40 7. Melakukan segala hal untuk mendorong seseorang agar melanggar perturan

perusahaan, atau berpura-pura tidak tahu saat terjadi kemungkunan pelanggaran. Dalam penyajian laporan keuangan, seluruh insan PT. Angkasa Pura harus berkomitmen untuk memberikan pemegang saham informasi yang lengkap, akurat, tepat waktu dan mudah dipahami mengenai semua hal yang penting tentang kondisi keuangan dan operasional perusahaan. Mereka juga wajib melaporkan informasi keuangan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Sosialisasi terhadap penerapan pedoman etika dan perilaku senantiasa dilakukan kepada segenap insan Angkasa Pura II, mulai dari top management sampai dengan level operasional melalui berbagai media yang dimiliki Angkasa Pura II, termasuk pemanfaatan melalui media teknologi informasi yang dapat diakses oleh semua pegawai dengan mudah setiap saat.

Dalam rangka membantu efektifitas penegakan Code of Conduct, perusahaan membentuk tim Kelompok Pemeriksa Pelanggaran Disiplin Karyawan (KP2DK). Setiap pegawai diwajibkan untuk melaporkan pelanggaran atas penerapan Code of Conduct kepada tim KP2DK di masing-masing wilayah kerjanya. Konsekuensi atas pelanggaran terhadap pedoman etika dan perilakuakan diberikan tindakan pembinaan, sanksi disiplin dan atau tindakan perbaikan sesuai peraturan perusahaan.

B. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan

(42)

41 benturan kepentingan terdapat dalam pedoman perilaku insan Angkasa Pura II. Terhadap benturan kepentingan tersebut, seluruh insan PT. Angkasa Pura II:

1. Tidak diperkenankan untuk memegang jabatan rangkap apapun di luar perusahaan yang dapat menimbulkan benturan kepentingan bisnis dengan perusahaan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Tidak diperkenankan untuk melakukan ikatan bisnis secara pribadi maupun melibatkan keluarga, dengan pihak lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan bisnis dengan perusahaan.

3. Membuat pernyataan tahunan terkait benturan kepentingan bagi Direksi dan Dewan Komisaris.

4. Tidak diperbolehkan terlibat dalam proses diskusi dan pengambilan keputusan bagi insan PT. Angkasa Pura II yang memiliki benturan kepentingan.

Diketahui sampai dengan tahun 2013, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Angkasa Pura II tidak memiliki hubungan keluarga dengan organ PT. Angkasa Pura II dan hubungan kepengurusan di perusahaan lain. Untuk meminimalisir benturan kepentingan, Dewan Komisaris dan Direksi juga diwajibkan membuat Daftar Khusus, yang berisikan keterangan kepemilikan saham setiap Direktur dan/atau keluarganya pada Angkasa Pura II maupun perusahaan lain. Daftar Khusus disimpan dan diadministrasikan oleh Sekretaris Komisaris dan Sekretaris Perusahaan.

C. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan

(43)

42 (KPK), bagi pejabat struktural di lingkungan perusahaan. Kewajiban tersebut ditetapkan dalam Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura II Nomor : KEP. 02.03/00/02/2011/036. Namun dari hasil penelusuran penulis, pelaksanaan dan pelaporan LHKPN PT. Angkasa Pura II belum dipublikasikan secara transparan kepada publik oleh PT. Angkasa Pura II.Informasi mengenai pelaporan LHKPN penulis dapatkan dari situs

http://acch.kpk.go.id/aplikasi-lhkpn yang dipublikasikan oleh KPK. Dari situs tersebut diperoleh informasi mengenai penyampaian LHKPN terakhir oleh para pejabat struktural (Dewan Komisaris dan Direksi) di PT Angkasa Pura II sebagai berikut:

Dewan Komisaris

No. Nama Jabatan

Tanggal Penyampaian Terakhir

1 M. Iksan Tatang Komisaris Utama 08-04-2013

2

Effendi Batubara Anggota Dewan Komisaris

-

3

Tursandi Alwi Anggota Dewan Komisaris

31-03-2011

4

Rubani Pranoto Anggota Dewan Komisaris

30-12-2010

5

W. Budi Santoso Anggota Dewan Komisaris

01-05-2005

6

Wahyu Kuncoro Anggota Dewan Komisaris

(44)

43

Dir. Operasi Kebandarudaraan 01-04-2013

3 Salahudin Rafi

Dir. Pengembangan Kebandarudaraan & Tekonologi

18-01-2011

4 Rinaldo J. Aziz Dir. Komersial Kebandarudaraan 01-04-2009 5 Sulistio Wijayadi Dir. Kargo & Pengembangan Usaha 22-02-2011

6

Dir. SDM & Umum 16-04-2010

Dari kedua tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar Dewan Komisaris dan Direksi PT. Angkasa Pura II belum memperbaharui LHKPN sampai dengan minimal tahun 2013.

(45)

44 Pura dalam hal ini Direksi mendapat rekomendasi untuk perbaikan agar menetapkan ketentuan batas waktu penyampaian LHKPN pada administrator serta menetapkan sanksi bagi Pejabat yang ditetapkan untuk menyampaikan LHKPN namun tidak menyampaikan. D. Sistem Pengaduan Pelanggan

PT Angkasa Pura II (Persero) telah mengatur terkait Sistem Pengaduan Pelanggan (Whistle-Blowing System) melalui Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angksa Pura II (Persero) Nomor:

1. Mekanisme

Secara garis besar PT Angkasa Pura II (Persero) membagi dua sistem pelaporan yaitu jika terlapor adalah direksi dan selain direksi, dengan alur sebagai berikut:

1) Jika Terlapor adalah Direksi

Penyampaian pengaduan oleh pelanggan disampaikan melalui amplop tertutup dengan memberi kode WBS pada bagian kanan atas amplop tersebut, ditujukan kepada Direktur Utama atau Kepala SPI ke alamat:

PT Angkasa Pura II (Persero)

Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Gedung 600 Kotak Pos 1001 – JKT 19120

Tangerang

(46)

45 Dewan Komisaris dapat menugaskan Komite Audit untuk menindaklanjuti Pelaporan Pelanggaran yang dilakukan oleh direksi, kemudian menyampaikannya kepada Pemegang Saham apabila berdasarkan hasil investigasi anggota Direksi melakukan pelanggaran. Semua keputusan pemberian sanksi maupun tindak lanjut kepada pihak berwajib diputuskan oleh Dewan Komisaris.

2) Jika Terlapor adalah Bukan Direksi

Penyampaian pengaduan oleh pelanggan disampaikan kepada pengelola Sistem Pengaduan Pelanggan u/p Direktur utama atau Kepala SPI melalui:

Telepon : 021-5505042 Fax : 021-5501536

(47)

46 Email : Spi.wbs@angkasapura2.co.id

Setelah pelaporan disampaikan oleh pelanggan, selanjutnya diatur alur sebagai berikut:

Direktur Utama dalam menerima laporan dapat menugaskan Kepala SPI dan/atau tim untuk menindaklanjuti pengaduan pelanggaran tersebut, kemudian membuat laporan pelaksanaan Pengaduan Pelanggaran kepada Dewan Komisaris. Surat Keputusan terkait dengan pemberian sanksi maupun tindak lanjut kepada pihak berwajib diputuskan oleh Direksi.

2. Tanda Terima Pengaduan

(48)

47 3. Tindak Lanjut

Direktur Utama atau Kepala SPI bertanggung jawab atas pengaduan terlapor non direksi, sedangkan Komisaris Utama bertanggung jawab atas pengaduan terlapor direksi.

(49)

48 Jika hasil penelaahan Dirut/SPI/KU menyatakan layak ditindaklanjuti, maka akan diteruskan ke Tim Pengaduan Pelanggan. Proses penelaahan tersebut dilakukan selama 14 hari kerja. Berdasarkan hasil tersebut, Dirut/KU memberi keputusan: 1) Dihentikan; atau

2) Bekerja sama dengan Investigator Eksternal jika substansi pengaduan terkait direksi, dewan komisari, dan karyawan satu tingkat di bawah direksi atau citra perusahaan/menimbulkan kerugian besar/belum pernah ditindaklanjuti SPI; atau 3) Bekerja sama dengan fungsi terkait lainnya atau dilakukan oleh Tim Investigasi

sesuai dengan substansi pengaduan/penyingkapan. 4. Investigasi

Laporan investigasi Internal maupun Eksternal diselesaikan dalam waktu paling lambat 90 hari kerja sejak penugasan investigasi untuk dipresentasikan kepada Direktur Utama/Komisaris Utama.

Berdasarkan Laporan Investigasi, Direktur Utama/Komisari Utama memutuskan: 1) Laporan penyingkapan ditutup jika tidak terbukti;

2) Memberikan sanksi sesuai ketentuan berlaku jika terbukti bersalah secara administratif;

3) Meneruskan kepada penyidik aparat penegak hukum jika terkait pidana dan korupsi.

Dalam melakukan investigasi, PT Angkasa Pura II mengatur prinsip dasar pelaksanaan investigasi sebagai berikut:

(50)

49 2) Bebas dari bias dan dilakukan tidak tergantung siapa yang melakukan ataupun

siapa yang terlapor;

3) Jika laporan pengaduan bersifat material dan mempengaruhi citra perusahaan dan/atau melibatkan Direksi, Dewan Komisaris, dan Karyawan satu tingkat di bawah Direksi sehingga harus menggunakan Tim Investigasi Eksternal, maka perusahaan harus menyediakan auditor/investigator yang memiliki integritas untuk menjaga objektivitas hasil investigasi. Di luar kriteria tersebut, investigasi dilakukan Tim Investigasi Internal;

4) Investigasi dapat dilakukan oleh Investigator Eksternal maupun Internal;

5) Susunan Tim Investigasi Internal terdiri dari unsur-unsur SPI, Sekretaris Perusahaan, Biro Hukum, Biro Manajemen Risiko dan Kepatuhan, dan unit terkait lainnya;

6) Tim Investigasi harus independen, bebas dari tekanan dari pihak manapun;

7) Proses Investigasi berdasarkan prinsip keadilan dan penilaian hasil temuan secara obyektif;

8) Seluruh proses Investigsi dibuatkan Berita Acara dalam bentuk laporan yang ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses investigasi;

9) Proses Investigasi didokumentasikan dengan baik, sehingga memudahkan proses peninjauan ulang, penelahaan kembali atas sasaran yang ingin dicapai, dan pembuatan keputusan-keputusan penting selama proses berlangsung;

(51)

50 5. Perlindungan Pelapor

Perusahaan wajib memberikan perlindungan pelapor dan menjamin kerahasiaan identitasnya. Informasi pelaporan terdokumentasikan dengan baik dan hanya boleh diketahui Direktur Utama/Kepala SPI dan/atau Dewan Komisaris/Komite Audit. Perusahaan berkomitmen untuk patuh terhadap segala peraturan perundangan dan best practice yang berlaku dalam penyelenggaraan sistem penyelenggaraan perlindungan pelapor.

Perusahaan menyediakan perlindungan hukum sesuai UU Nomor 15 Tahun 2002 jo UU Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan Khusus bagi Pelapor dan Saksi dalam Tindak Pidana Pencucian Uang, sebagai berikut:

1) Perlindungan dari tuntutan pidana dan/atau perdata;

2) Perlindungan atas keamanan pribadi, dan/atau keluarga Pelapor dari ancaman fisik dan/atau mental;

3) Pemberian keterangan tanpa bertatap muka dengan terlapor, pada setiap tingkat pemeriksaan perkara dalam hal pelanggaran tersebut masuk pada sengketa pengadilan;

4) Jika dirasa perlu, pelapor dapat meminta bantuan pada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

6. Penghargaan dan Sanksi

(52)

51 2) Pemberi pengaduan palsu dan fitnah dapat diberikan sanksi;

3) Penghargaan diberikan sesuai kebijakan direksi kepada pelapor jika kasus yang dilaporkan mengandung kebenaran dan memberi dampak positif bagi perusahaan. E. Sistem Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi

PT Angkasa Pura II (Persero) telah mengatur terkait Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi melalui Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angksa Pura II (Persero) Nomor:

1. Kategori Gratifikasi

PT Angkasa Pura II mengkategorikan gratifikasi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1) Gratifikasi yang dianggap suap

Gratifikasi yang berhubungan dengan pekerjaan, wewenang, dan atau jabatannya di PT AP II sehingga dapat menimbulkan benturan kepentingan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, yang diketahui dan/atau patut diduga bahwa gratifikasi tersebut diberikan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan (independensi dan objektivitas) dalam menggerakkan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan tugas, fungsi, tanggung jawab, dan kewenangannya.

2) Gratifikasi yang bisa melawan hukum dan bisa tidak melawan hukum/gratifikasi kedinasan

(53)

52 Gratifikasi yang berhubungan dengan atau yang diterima pada saat mewakili PT AP II secara resmi yang ditandai dengan adanya undangan, surat tugas/disposisi, dan/atau laporan pelaksanaan tugas.

3) Gratifikasi yang tidak melawan hukum

Gratifikasi yang bersifat sosial dan berlaku umum, pada saat berlangsungnya sesi ibadah keagamaan, upacara adat, syukuran kekeluargaan, apresiasi atas prestasi pribadi, dan promosi.

2. Penerimaan Gratifikasi

Gratifikasi yang dianggap suap/melawan hukum dilarang untuk diterima. Gratifikasi boleh diterima jika:

1) Benda promosi, cinderamata, buah tangan, atau kenang-kenangan yang tidak dimaksudkan sebagai pemberian suap yang tidak berbentuk tunai/voucher, tertera logo/nama perusahaan, dan tidak bernilai lebih dari Rp2.500.000,00.

2) Berupa hiburan bisnis/kegiatan olahraga yang diberikan untuk tujuan Perusahaan yang sah, untuk meningkatkan hubungan dengan para pelanggan/pemasok;

3) Berupa barang/uang/setara uang dalam rangka acara pernikahan, khitanan, kelahiran, atau terkait musibah, tidak bermaksud mempengaruhi pengambilan keputusan, tidak melebihi dari Rp2.500.000,00, dan dilaporkan kepada UPPG AP II;

4) Berupa honorarium/uang transport rapat sehubungan kehadiran rapat, sebagai pembicara/narasumber yang diundang secara resmi;

(54)
(55)

54 3. Penolakan Penerimaan Gratifikasi

(56)

55 4. Pemberian Gratifikasi

(57)

56 1) Berupa benda-benda promosi, cinderamata, buah tangan atau kenang-kenangan dalam event resmi perusahaan yang berlaku umum yang tidak berbentuk tunai/voucher, tertera logo/nama perusahaan, dan tidak bernilai lebih dari Rp2.500.000,00;

2) Berupa cinderamata, buah tangan, atau kenang-kenangan dalam event khusus untuk pihak/instansi tertentu yang tidak berbentuk tunai/voucher, tertera logo/nama perusahaan, dan tidak bernilai lebih dari Rp2.500.000,00 dan dilaporkan kepada UPPG PT AP II;

3) Berupa hiburan bisnis/kegiatan olahraga dengan tujuan bisnis yang resmi/wajar, diadakan di tempat yang layak dan pantas, tidak berlebihan, tidak berbentuk tunai/voucher, jamuan makan wajar di tempat yang pantas dengan menjaga citra positif perusahaan;

4) Berupa honorarium/uang transport rapat sehubungan kehadiran rapat, sebagai pembicara/narasumber yang diundang secara resmi;

(58)
(59)
(60)

59 6. Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi

(61)

60 7. Sanksi

1) Pelanggaran atas ketentuan gratifikasi akan diproses melalui pemeriksaan dan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, tindakan pembinaan dan/atau tindakan tegas dari perusahaan;

2) Pelanggaran yang mengakibatkan timbulnya proses hukum dugaan perkara tipikor tetap berhak mendapatkan bantuan hukum dari perusahaan;

3) Jika putusan hukum telah berkekuatan tetap, maka yang bersangkutan wajib menanggung segala konsekuensi hukum secara pribadi, termasuk mengganti segala biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses hukum tersebut.

F. Peran Auditor Internal 1. Komite Audit

Komite Audit Dewan Komisaris memiliki tugas, fungsi, hak, dan kewajiban sebagai berikut:

1) Menilai kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian intern, kecukupan pelaporan dan pengungkapan laporan keuangan serta tugas-tugas lain seperti yang tercantum dalam Piagam Komite Audit;

2) Pelaksanaan tugas Komite Audit didasarkan pada kebijakan, sasaran dan program kerja yang disahkan oleh Dewan Komisaris;

(62)

61 4) Melakukan kajian atas rencana, metodologi, dan hasil audit yang dilaksanakan

oleh SPI dan KAP untuk meyakinkan efektivitas pelaksanaan audit;

5) Meminta penjelasan Direksi/pejabat terkait atas rekomendasi hasil audit yang belum ditindaklanjuti.

2. Satuan Pengawas Internal

Satuan Pengawas Internal (SPI) memiliki tugas, fungsi, hak, dan kewajiban sebagai berikut:

1) Bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama;

2) Memastikan sistem pengendalian intern perusahaan telah berjalan efektif; 3) Berwenanga mengakses dokumen dan data ke seluruh unit kerja Perusahaan; 4) pelaksanaan audit didasarkan pada kebijakan, sasarn, dan program kerja yang

dijabarkan dalam Rencana Induk Audit dan Program Kerja Audit Tahunan yang ditetapkan oleh Direktur Utama;

5) SPI berpedoman kepada kode etik, standar audit, Piagam SPI, peraturan lainnya yang berkaitan dengan SPI dan senantiasa menunjung tinggi prinsip-prinsip objektivitas, kerahasiaan, ketelitian, dan kehati-hatian;

6) Metodologi yang dikembangkan dan diterapkan harus meliputi audit atas dasar risiko pada proses bisnis perusahaan serta kepatuhan pada ketentuan perundang-undangan dan standar yang berlaku;

(63)

62 8) Melakukan pemantauan secara intensif atas pelaksanaan tindak lanjut dari temuan hasil audit SPI dan Kantor Akuntan Publik serta melaporkan kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris melalui Komite Audit secara berkala.

3. Pola Hubungan Komite Audit, SPI, dan Auditor Eksternal

1) Hubungan Kerja Komite Audit dengan Satuan Pengawas Internal

(1) Pola hubungan dan mekanisme penyampaian laporan antara Komite Audit dengan SPI harus dituangkan dalam Piagam Komie Audit dan Piagam SPI; (2) SPI menyampaikan Rencana Induk Audit (RIA) dan Program Kerja Audit

Tahunan (PKAT) yang ditetapkan oleh Direktur Utama kepda Komite Audit; (3) Komite Audit melakukan kajian atas RIA dan PKAT yang disampaikan SPI; (4) Secara berkala Komite Audit melakukan rapat koordinasi untuk membahas

efektivitas pengendalian intern, penyajian laporan keuangan, kebijakan akuntansi, laporan hasil audit, program kerja audit dan hambatan pelaksanaan audit.

2) Hubungan Komite Audit dengan Kantor Akuntan Publik

(1) Komite Audit bersama dengan SPI melakukan pembahasan terhadap sasaran dan ruang lingkup audit yang akan dilakukan KAP dan untuk memastikan semua risiko yang penting telah dipertimbangkan;

(64)

63 (3) Komite Audit bersama dengan SPI melakukan pemantauan atas pelaksanaan

tugas KAP.

3) Hubungan SPI dengan KAP

(1) SPI bersama dengan Komite Audit melakukan pembahasan terhadap sasaran dan ruang lingkup audit yang akan dilakukan Kantor Akuntan Publik dan untuk memastikan semua risiko yang penting telah dipertimbangkan;

(2) SPI melaksanakan koordinasi dan memfasilitasi pelaksanaan tugas Kantor Akuntan Publik;

(3) SPI bersama dengan Komite Audit melakukan pemantauan atas pelaksanan tugas Kantor Akuntan Publik.

G. Efektivitas Penerapan Instrumen Pencegahan Fraud

Pada tahun 2013, PT Angkasa Pura II melaksanakan Assessment GCG yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan didampingi tim internal perusahaan. Proses assessment dilaksanakan pada seluruh kegiatan direksi, manajemen, dewan komisaris, dan stakeholder lainnya di kantor pusat serta melakukan sampling di 4 lokasi kantor cabang menggunakan parameter sesuai keputusan Sekretaris Kementerian BUMN Nomor SK-16/S.MBU/2012.

Atas hasil assessment tersebut, PT Angkasa Pura II melakukan perbaikan regulasi internal serta inovasi program sebagai berikut:

(65)

64 2. Melaksanakan Program Pengendalian Gratifikasi (PPG) bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Program ini diawali dengan sosialisasi dan penandatanganan kerjasama dengan KPK dalam penerapan PPG di seluruh lini/fungsi perusahaan pada tanggal 14 Februari 2013.

3. Pembentukan Satuan Tugas penyusunan aturan PPG dan menetapkan Biro Manajemen Risiko dan Kepatuhan sebagai Unit Pengelola dan Pengendalian Gratifikasi.

4. Melakukan Penguatan SDM melalui bimbingan teknis dan Training of Trainer (ToT) yang dibimbing secara langsung oleh KPK serta diseminasi ketentuan PPG secara online di media internal PT Angkasa Pura II.

5. Pengesahan Pedoman Sistem Pengaduan Pelanggaran (Whistle Blowing System) dan penetapan Unit SPI sebagai Unit Pengelola Sistem Pengaduan Pelanggaran.

6. Mengikuti program pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI) Award tahun 2013 yang dilaksanakan oleh Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Dalam program tersebut, PT Angkasa Pura II dianugerahi sebagai Ïndonesia Trusted Company” dan termasuk kategori “Terpercaya”dengan capaian nilai 78,60.

(66)

65 1. Implementasi Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik dan Pedoman Perilaku

secara Konsisten

Direksi agar menginstruksikan kepada para karyawan untuk menandatangani secara berkala pernyataan kepatuhan terhadap Pedoman Perilaku.

2. Koordinasi Pengelolaan dan Administrasi LHKPN

1) Direksi agar menetapkan ketentuan batas waktu penyampaian LHKPN pada administrator.

2) Direksi agar menetapkan sanksi bagi Pejabat yang ditetapkan untuk menyampaikan LHKPN namun tidak menyampaikan.

3. Program Pengendalian Gratifikasi sesuai Ketentuan yang Berlaku

Direksi agar melaksanakan sosialisasi dan pendistribusian pedoman gratifikasi kepada Stakeholder.

4. Kebijakan atas Sistem Pelaporan atas Dugaan Penyimpangan pada Perusahaan

1) Direksi agar segera melaksanakan sosialisasi kebijakan whistle blowing system kepada seluruh Stakeholder.

2) Agar dilakukan pencatatan seluruh kasus atas dugaan penyimpangan pada perusahaan (whistle blowing system) dan evaluasi atas kebijakan WBS berikut laporan hasil evaluasinya.

5. Proses Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi oleh RUPS

(67)

66 2) Kepada RUPS/Pemilik Modal agar dapat menyampaikan SK Tim yang dibentuk untuk melaksanakan uji kelayakan dan kepatutan kepada tim Asesor GCG pada periode penilaian berikutnya.

6. Proses Pengangkatan dan Pemberhentian Dewan Komisaris/Dewan Pengawas oleh RUPS

1) Kepada RUPS/Pemilik Modal agar dapat menyampaikan dokumen penilaian calon anggota Dewan komisaris kepada tim Asesor GCG pada periode penilaian berikutnya.

2) Kepada RUPS/Pemilik Modal agar dapat menyampaikan Berita Acara hasil penilaian calon Dewan komisaris kepada tim Asesor GCG pada periode penilaian berikutnya.

7. Persetujuan Dewan Komisaris atas rancangan RJPP dan RKAP yang disusun Direksi Dewan Komisaris agar memuat rencana telaah/pembahasan rancangan RJPP/Perubahannya dalam Rapat Kerja Tahunan.

8. Pengarahan Dewan Komisaris kepada Direksi atas implementasi Rencana dan Kebijakan Perusahaan

1) Menyusun mekanisme bagi Dewan Komisaris untuk merespon/menindaklanjuti keluhan atau saran dari Stakeholder.

2) Menginstruksikan kepada komite untuk membuat telaah mengenai saran, permasalahan atau keluhan dari Stakeholder.

Gambar

Gambar II.1. Fishbone Diagrams
Gambar II.2. The “5-Whys”
Gambar II.3. Step to Root Cause Analysis

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun pada dasarnya protes yang dilakukan masyarakat global tidak menghapuskan seluruh kegiatan pengrusakan hutan di Indonesia, namun setidaknya hal ini

Kompensasi (upah/gaji) yang diberikan oleh organisasi kepada karyawannya akan dapat menarik dan mempertahankan serta memberikan motivasi kerja kepada mereka

Skripsi adalah salah satu bahagian dari Kurikulum Pendidikan Dokter Gigi dengan beban sebesar 4 (empat) satuan kredit semester (SKS), yang merupakan sebuah hasil karya

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dari perhitungan diatas maka dapat dijelaskan pengaruh antara variabel budaya organisasi(X1) danstruktur organisasi (X2)

Sebagai produk yang adiluhung yang berasal dari nenek moyang dapat diintegrasikan di dalam pendidikan formal di Sekolah Menengah Pertama yang ada di Daerah

pengajaran dengan tahap pencapaian menunjukkan pelajar pencapaian rendah yang mengikuti pengajaran mengguna.kan PG dapat meningkatkan prestasi yang Iebih baik dalam

Secara garis besar seperti yang digambarkan pada Gambar 3.2, prinsip kerja dari alat yang telah dibuat adalah dengan memanfaatkan tekanan dalam fluida (air sungai)

Perseroan yang tidak melaksanakan kewa- jiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenal sanksi sesua ketentuan peraturan perundangan-undangan. Ketentuan lebih lanjut