• Tidak ada hasil yang ditemukan

311201540 Tugas Penilaian Hasil Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "311201540 Tugas Penilaian Hasil Belajar"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PENILAIAN HASIL BELAJAR

Buat paper mengenai Teknik Penilaian Hasil Belajar, yang meliputi Teknik Evaluasi, Teknik konversi nilai.

Dikerjakan dan upload di edmodi

Batas waktu hari selasa jam 10.00 wita

(2)

Konsep Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Posted on

1 Mei 2008

by

Akhmad Sudrajat

71 Komentar

A. Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Tes dan Penilaian (Assessment)

Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara

evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya

memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah

suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat

pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan

nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan

bahwa :

educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful,

information for judging decision alternatif

. Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat

bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan

keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu

kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.

Pengukuran (measurement)

adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi

numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.

Penilaian (assessment)

adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian

untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian

kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang

sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai

kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran

berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

Tes

adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan

tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.

(3)

peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat

keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan

serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.

B. Tujuan Penilaian

Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading,

seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.

1.

Sebagai grading

, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan

hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan

menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang

lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak

dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma

(norm-referenced assessment).

2.

Sebagai alat seleksi

, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang

masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah

tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan

seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.

3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah

menguasai kompetensi

.

4.

Sebagai bimbingan

, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik

dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang

langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun

untuk penjurusan.

5.

Sebagai alat diagnosis

, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami

peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu

guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.

6.

Sebagai alat prediksi

, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat

memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau

dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes

potensi akademik.

Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi,

bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.

Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung

mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai

sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai

jenis penilaian

perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti

unjuk kerja/kinerja

(4)

menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai

criterion referenced assessment

). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan

yang dipakai. Pada penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta

didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian

yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang

mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau

sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah

ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam

kurikulum berbasis kompetensi.

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan

adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini prestasi peserta didik

ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun

demikian, kadang kadang dapat digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus tertentu

sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang

mana, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi

peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.

D. Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar

Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1)

domain

kognitif

(pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika –

matematika), (2)

domain afektif

(sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi

dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3)

domain

psikomotor

(keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial,

dan kecerdasan musikal).

Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses seseorang

dalam pekerjaan dan kehidupan ? Data hasil penelitian multi kecerdasan menunjukkan bahwa

kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang termasuk dalam domain kognitif

memiliki kontribusi hanya sebesar 5 %. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi

yang termasuk domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %. Sedangkan

kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam

domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5 %

(5)

jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi pada

domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran agama dan

kewarganegaraan.

Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi

sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru

perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam

proses belajar-mengajar dan penilaian.

Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut

adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan dalam

melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran

lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif,

yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara,

penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.

Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan

untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian

siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan

aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada

penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.

Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik penilaian

pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu penilaian

(6)

duniamaya...

welcome to dyah maya's blog and let's enjoy it

 Beranda

Senin, 24 November 2014

makalah: Penilaian hasil belajar

BAB 1 PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Penilaian hasil belajar merupakan salah satu kegiatan dalam dunia pendidikan yang penting. Pada satu sisi, dengan penilaian hasil belajar yang dilakukan dengan baik dapat diketahui tingkat kemajuan belajar siswa, kekurangan, kelebihan, dan posiisi siswa dalam kelompok. Pada sisi yang lain, penilaian hasil belajar yang baik akan merupakan feed back bagi guru/dosen untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.

Idiealnya, penilaian pada bidang apapun dilakukan dengan menggunakan prosedur dan instrumen yang standar. Prosedur yang standar adalah suatu prosedur penilaian yang dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan perlakukan yang adil pada siswa dengan mempertimbangankan situasi waktu, tempat, dan berbagai keragaman pada siswa. Sedangkan instrumen yang standar adalah instrumen yang disusun menggunakan prosedur pengembangan instrumen yang baku dan dapat dipertanggungjawabkan tingkat validitas dan reliabilitasnya.

(7)

bidang seni tari pada umumnya objeknya adalah perilaku yang sangat kompleks (multidimensi), dan penampilan yang diamati relatif panjang durasi waktunya, sehingga apabila dilakukan penilaian terhadapnya akan membutuhkan instrumen yang sangat panjang. Jenis-jenis seni pertunjukan kehadirannya untuk dinilai hanya sesaat dan tidak dapat diulang kembali. Sekalipun bisa diulang misalnya dengan rekaman audio visual, situasinya sudah berubah dari situasi yang sesungguhnya. Di samping itu menikmati seni sesungguhnya adalah penikmatan emosional. Oleh penilaian. Akibatnya objektifitas penilaian sulit dipertanggung-jawabkan, lebih-lebih bila beberapa jenis karya tari yang dinilai tersebut sangat beraneka ragam bentuk, aliran, dan latar belakang budayanya.

Penilaian hasil belajar seni tari di perguruan tinggi atau di sekolah selama ini lebih banyak menggunakan pendekatan intuitif. Hal ini didasarkan pada pertimbangan efesiensi. Sesungguhnya pendekatan ini dalam praktiknya kadang-kadang sudah disertai dengan kompromi-kompromi tertentu oleh para penilai sebelum melakukan penilaian bersama. Hal-hal yang disepakati biasanya adalah aspek yang dinilai, prioritas (bobot) yang diutamakan, dan rentang nilai. Hal ini sesungguhnya sudah memasuki wilayah pendekatan objektif. Akan tetapi hal-hal yang disepakati tersebut biasanya tidak didokumentasikan, tidak diwujudkan dalam suatu instrument yang formal.

B. Rumusan Masalah

(8)

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makala ini adalah:

1. Menjelaskan pengertian penilaian

2. Menjelaskan ruang lingkup penilaian

3. Menjelaskan tujuan penilaian

4. Menjelaskan pendekatan dalam penilaian

5. Menjelaskan teknik penilaian

6. Menjelaskan prinsip dalam penilaian

7. Menjelaskan penilaian dalam KTSP

8. Menjelaskan penilaian dalam Kurikulum 2013

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian

Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan (Weeden, Winter, dan Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi: 2004).

(9)

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

Menurut Mardapi, (2004), penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian.

Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.

Pada saat membicarakan masalah penilaian, kita sering menggunakan beberapa istilah seperti tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi yang digunakan secara tumpang tindih (over lap). Untuk itu berikut ini akan disajikan beberapa pengertian dari istilah-istilah tersebut.

1. Tes

Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.

(10)

tersebut telah mencapai tujuan embelajaran yang kita ukur melalui butir soal tersebut tetapi jika respons yang diberikan salah, berarti mereka belum dapat mencaai tujuan pembelajaran yang kita ukur. Apabla ada seperangkat tugas atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa tetapi tidak ada jawaban yang benar atau salah maka itu buka tes, (Zainul dan Nasoetion, 1997).

2. Pengukuran

Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur. Gronlund dan linn (1990) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai “measurement is limited quantitative descriptions of pupil behavior, that is result of measurement are always expressed in number”. (pengukuran adalah uraian kuantitatif yang terbatas dari perilaku murid, yang hasil dari pengukuran selalu berbentuk jumlah). Penetapan angka ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Untuk dapat menghasilkan angka (yang merupakan hasil pengukuran) maka diperlukan alat ukur.

Dalam melakukan pengukuran kita harus berupaya agar kesalahan pengukurannya sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliable. Jika dalam melakukan engukuran kita tidan banyak melakukan kesalahan, maka hasil pengukuran tidak dapat menggambarkan skor yang sebenarnya dari objek yang kita ukur.

(11)

3. Assessment

Kenyataan menunjukan bahwa banyak guru yang belum mengetahui dengan benar konsep assessment dan evaluasi. Satu istilah yang sering digunakan untuk mewadahi kegiatan assessment dan evaluasi adalah penilaian. Penggunaan istilah penilaian untuk mewadahi kedua kegiatan tersebut sebenarnya tidak terlalu salah karena dalam konsep assessment tersebut sebenarnya tidak terlalu salah karena dalam konsep assessment dan evaluasi mengandung unsur pengambilan kesimpulan.

Menurut Hanna (1993) “assessment is the process of collecting, interpreting, and synthesizing information to aid in decision making. Assessment synonymous with measurement plus observation. It concerns drawing inferences from these data sources. The primary purpose of assessment is to increase student”s learning and development rather than simply to grade or rank student performance” (Morgan & O’reilly, 1999).

Jadi assessment merupakan kegiatan pengumpulan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan dalam assessment antara lain : kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir semester, laporan kerja, dsb.

4. Evaluasi

(12)

produktivitas maka kegiatan evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan assessment.

Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa evaluasi merupakan peroses penetuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Banyak definisi evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli tetapi pada hakekatnya evaluasi selalu memuat masalah informasi dan kebijakan yaitu informasi tentang pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebijakan selanjutnya, kalau seorang guru mengevaluasi program pembelajaran yang telah ia lakuakan, maka ia harus mengevaluasi pelaksanan dan keberhasilan dari program pembelajaran dapat mendorong guru untuk mengejar lebih baik mendorong siswa untuk belajar lebih baik.

B. Ruang lingkup

Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:

1. Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan

kecerdasan logika–matematika).

2. Domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan

kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional).

3. Domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,

kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).

(13)

Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.

Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.

Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.

Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.

(14)

C. Tujuan Penilaian

Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.

1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan

kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).

2. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik

yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.

3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai

kompetensi.

4. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta

didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.

5. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang

dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.

6. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang

(15)

kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.

D. Pendekatan Penilaian

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterion referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.

(16)

E. Teknik Penilaian

Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

1. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau

salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benarsalah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/ mendemonstasikan/menampilkan keterampilan. Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah.

2. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta

didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Penilaian observasi dilakukan antara lain sebagai penilaian akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

3. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan

(17)

kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau produk.

4. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karyakarya peserta didik dalam bidang

tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama karyakarya atau tugastugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melakukan diskusi untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat menentukan karyakarya yang akan dinilai, melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik yang dinilai sedikit.

5. Proyek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu

tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian proyek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.

6. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan

informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.

9. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta

didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.

10. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta

didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal secara jujur.

11. Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian di atas akan memberikan

(18)

F. Prinsip Penilaian

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik antara lain:

1. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

2. Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi

peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.

3. Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

4. Hasil penilaian ditindak lanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang

pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.

5. Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

Agar dalam melakukan penilaian atau evaluasi benar-benar dapat memberi gambaran yang sebenarnya tentang pencapaian hasil belajar siswa, maka dalam melakukan penilaian guru perlu memperhatikan prinsi-prinsip penilaian sebagai berikut:

keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua

aspek kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor) dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai. Penilaian yang dilakukan harus terencana, bertahap, teratur, terus menerus dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.

7. Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan

mengikuti langkahlangkah yang baku;

8. Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

(19)

9. Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,

prosedur, maupun hasilnya.

G. Penilaian dalam KTSP

Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.

Penilaian dalam KTSP menggunakan acuan kriteria. Maksudnya, hasil yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Apabila peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum mencapai standar, ia harus mengikuti program remedial/perbaikan sehingga mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan.

(20)

latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.

Ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan penilaian merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik profesional. Seorang pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan.

H. Penilaian Dalam Kurikulum 2013

Berubahnya kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 ini merupakan salah satu upaya memerbaharui setelah dilakukannya penelitian untuk pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui konsep itu keseimbangan antara hardskill dan softskill dimulai dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian dapat diwujudkan.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk sema mata pelajaran. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(21)

Standar penilaian pendidikan kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud no.66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan, yaitu kriteria mengenai mekanisme, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengeolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, yang mencakup penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Penilaian dalam kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian autentik. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai masukan, proses dan hasil pembelajaran. Bila pada kurikulum KTSP, penilaian lebih ditekankan pada aspek kognitif yang menjadikan tes sebagai cara penilaian yang dominan, maka kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif, afektif, psikomotor secara proporsional sesuai dengan karakteristik peserta didik dan jenjangnya yang sistem penilaiannya berdasarkan tes dan portofolio yang saling melengkapi.

Jadi, semakin rendah tingkat perkembangan dan jenjang pendidikan peserta didik, maka penguasaan pengetahuan dan keterampilan memiliki proporsi yang semakin kecil. Penanaman sikap memiliki proporsi yang besar pada tingkat perkembangan dan jenjang pendidikan yang rendah. Semakin tinggi tingkat perkembangan dan jenjang pendidikan peserta didik, maka semakin besar proporsi pengetahuan dan keterampilannya karena diasumsikan bahwa sikap telah tertanam pada jenjang pendidikan sebelumnya.

Menurut lampiran Permendibud no.66 tahun 2013 tentang standar penilaian, prinsip penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai berikut.

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi oleh faktor

subjektivitas penilai.

2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu

dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,

(22)

4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal

sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Karakteristik Penilaian Menurut Kurikulum 2013

1. Belajar Tuntas

Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah siswa dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Siswa yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan siswa pada umumnya.

2. Penilaian Autentik

Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian autentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh siswa.

Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.

5. Berdasarkan acuan kriteria

(23)

Ranah Penilaian

Tujuan penilaian hasil belajar, yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didiksesuai rencana pembelajaran. Ditinjau dari

c. Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan dalam menerapkan rumus atau prinsip

terhadap kasus-kasus yang terjadi di lapangan.

d. Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan,

memerinci dan mengurai suatu objek.

e. Tingkatan sintesis meliputi kemampuan untuk memadukan berbagai unsur atau

komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis, dan menggambar.

f. Tingkatan evaluasi atau penilaian mencakup kemampuan menilai terhadap objek

studi menggunakan kriteria tertentu.

2. Ranah Psikomotor

Penilaian terhadap pencapaian kompetensi ini sebagai berikut:

a. Persepsi: kemampuan memilah hal-hal secara khas setelah menyadari adanya

perbedaan.

b. Kesiapan: mencakup kemampuan penemparan diri dalam gerakan jasmani dan

rohani.

c. Gerakan terbimbing : kemampuan melakukan gerakan yang sesuai dengan contoh

dari guru.

d. Gerakan yang terbiasa: kemampuan melakukan gerakan tanpa bimbingan karena

sudah terbiasa dilakukan.

e. Gerakan kompleks: kemampuan melakukan sikap moral caramembantu teman

(24)

f. Penyesuaian pola gerakan: mencakup kemampuan mengadakan penyesuaian

dengan lingkungan dan menyesuaikan diri denganhal-hal yang baru.

g. Kreativitas: kemampuan berperilaku yang disesuaikan dengan sikap dasar yang

dimilikinya sendiri (Rumini, 2007:3-28-29)

3. Ranah Afektif

Dalam ranah afektif ada dua hal yang perlu dinilai, yaitu (1) kompetensi afektif dan (2) sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran serta proses belajar. Kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.

Berbagai jenis tingkatan ranah afektif yang dinilai, yaitu kemampuan siswa dalam:

a. Penerimaan: memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan

kepadanya.

b. Partisipasi: menikmati atau menerima nilai,norma, dan objek yang mempunyai

nilai etika dan estetika.

c. Penilaian dan penentuansikap: menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk,

adil-tidak adil, indah-adil-tidak indah terhadap objek studi.

d. Organisasi: menerapkandan mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam

perilaku sehari-hari.

e. Pembentukan pola hidup: penilaian perlu dilakukan terhadap daya tarik, minat,

motivasi, ketekunan belajar, sikap siswa terhadap matapelajaran tertentu beserta proses pembelajarannya.

Cakupan Penilaian

Penilaian berdasarkan lampiran Permendikbud no. 66 tahun 2013 mencakup penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut:

1. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk

menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.

2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara

reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya, dengan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai

(25)

perseorangan atau kelompok di dalam atau di luar kelas, khususnya pada sikap atau perilaku dan keterampilan.

4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai

kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

7. Ulangan akhir semestermerupakankegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yangmerepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

8. Ujian tingkat kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan

pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendididkan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah KD yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

9. Ujian mutu tingkat kompetensiyang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan

pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah KD yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

10. Ujian nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran

kompetensi tertentu yang dicapai oleh peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.

11. Ujian sekolah/madrasahmerupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di

luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.

N o

Jenis Penilaian Penilai Waktu

1 Penilaian autentik Guru Berkelanjutan

2 Penilaian diri Siswa Tiap kali sebelum

ulangan harian

(26)

akhir tema pelajaran

4 Ulangan harian Guru Terintegrasi dalam

proses pembelajaran 5 Ulangan tengah dan akhir

semester

Guru Semesteran

6 Ujian tingkat kompetensi Sekolah (kisi-kisi dari pemerintah)

Setiap kompetensi yang tidak bersamaan dengan UN

7 Ujian mutu tingkat kompetensi

Pemerintah Setiap akhir kompetensi (yang bukan akhir jenjang sekolah)

8 Ujian sekolah Sekolah Akhir jenjang sekolah

9 Ujian nasional sebagai ujian tingkat kompetensi pada akhir jenjang satuan pemdidikan

Pemerintah Akhir jenjang sekolah

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

(27)

belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.

Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu domain kognitif, domain afektif , dan domain psikomotor.

Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.

Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

Prinsip-prinsip penilaian antara lain sahih (valid), objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, menggunakan acuan kriteria, dan akuntabel.

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

http://anak-mp.blogspot.com/2013/08/penilaian-dalam-pembelajaran.html

http://bintangkecildelapan.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Sunarti dan Selly Rahmawati. 2014. Penilaian Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Andi.

http://dyahmayarikawati.blogspot.com/2014/11/makalah-penilaian-hasil-belajar.html

Peringatan!!!

Monggo kepada teman-teman pengunjung Blog Rujak untuk browse informasi, makalah,artikel apapun yang teman-teman inginkan. Kepada teman-teman yang mau copy paste dan re blog, dimohon untuk menyertakan sumber, baik sumber asli dari referensi yang saya ambil maupun dari Blog Rujak. dan jangan lupa tinggalkan komentar

Terima Kasih :)

Tuesday, 25 November 2014

METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR

METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN

(29)

A. Pendahuluan

Perlu diketahui bahwa dalam proses penilaian hasil belajar peserta didik diperlukan metode atau teknik serta instrumen yang perlu diperhatikan dan disiapkan, agar nantinya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Teknik dan instrumen yang digunakan ini yang akan memberikan informasi kepada guru terhadap keadaan dan prestasi yang dicapai oleh peserta didik.

Teknik dan instrumen penilaian hasil belajar yang dapat dikembangkan oleh guru dapat berupa penilaian jenis tes, non-tes, penilaian berbasis kelas, penilaian kinerja, dan juga penilaian portofolio. Berikut ini akan kami paparkan sedikit gambaran teknik, metode, dan instrumen penilaian yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengevaluasi peserta didiknya. Sebagai seorang guru nantinya dituntut tidak hanya mampu untuk membuat instrumen penilaian hasil belajar peserta didik, tetapi mampu mengaplikasikan dan menggunakan instrumen penilaian tersebut.

B. Metode, Teknik, dan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan guru sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar siswa. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan siswa dan banyaknya/jumlah materi pelajaran yang sudah disampaikan.[1]

Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan belajar dan prestasi peserta didik. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan oleh guru antara lain:

1. Teknik Tes

(30)

keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh sesesorang atau kelompok.

Dilihat dari bentuknya, maka penilaian jenis tes ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1.) Tes Bentuk Uraian

Bentuk uraian dapat digunakan untuk mengatur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:

a.) Uraian Terbatas (Restricted Respons Items)

Dalam menjawab soal bentuk uraian ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikendaki dalam soalnya. Contoh:

 Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer!

 Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!

b.) Uraian Bebas (Extended Respons Items)

(31)

sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti. Contoh:

 Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan secara singkat!

 Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan!

Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya guru mengikuti petunjuk praktis berikut ini.

(1) Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan

mudah dipahami.

(2) Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa

soal dari sejumlah soal yang diberikan, sebab cara demikian tidak memungkinkan untuk memperoleh skor yang dapat dibandingkan.

(3) Instrumen soalnya dapat berupa: menjelaskan, menelaah, mendeskripsikan,

membandingkan, mengemukakan kritik, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.

Terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada soal bentuk uraian,. Adapun kelebihan bentuk soal uraian antara lain:

 Proses penyusunan soal relatif mudah.

 Memberikan kebebasan luas kepada peserta didik untuk menyatakan tanggapannya.

 Dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran.

 Mengurangi faktor menebak dalam menjawab.

Sedangkan kelemahan bentuk soal uraian antara lain:  Proses pengoreksian membutuhkan waktu yang relatif lama.

 Ada kecenderungan dari guru bersikap subjektif.

 Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan

tulisannya.

2.) Tes Bentuk Objektif

Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:

(32)

Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan unyuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.

Ada beberapa teknik/petunjuk praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:

(1) Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.

(2) Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat

sederhana.

(3) Hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

b.) Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan jawaban (option) terdiri atas jawaban yang benar atau paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails).[2]

Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu:  Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.

 Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah

dipelajari peserta didik.

 Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.

 Harus diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.

 Bila perlu beri jawaban pengecohnya.

(33)

c.) Menjodohkan (Matching)

Soal tes bntuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal seperti ini sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi hubungan antara dua hal.

Untuk penyusunan soal bentuk ini perlu memperhatikan teknik berikut: (1) Sesuaiakan dengan kompetensi dasar dan indikator.

(2) Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, dan jawaban di sebelah kanan.

(3) Gunakan kalimat singkat dan terarah pada pokok persoalan.

d.) Melengkapi (Completion)

Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang tidak lengkap. Contoh:

 Tempat sampah daur ulang dalam komputer disebut . . .

 Program dan data dapat disimpan dalam . . . atau . . .

Beberapa petunjuk teknis dalam penyusunan soal bentuk melengkapi (completion), antara lain:

(1) Hendaknya tidak mengambil pernyataan langsung dari buku (textbook).

(2) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan di akhir kalimat.

(3) Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak.

(4) Jika perlu, dapat diberi gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.[3]

b. Tes Lisan

Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara sebagai berikut.

1.) Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik,

sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.

2.) Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering

mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.

(34)

Sedangkan kelemahan dari tes lisan adalah sebagai berikut. 1.) Subjektivitas guru sering mencemari hasil tes

2.) Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.

c. Tes Perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.

Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok.[4]

2. Teknik Non-Tes

Teknik non-tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik non-tes, yakni: pengamatan (observation), wawancara (interview), kuesioner/angket (quetionaire).

a. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi disebut pedoman observasi.[5]

(35)

Mata Pelajaran : Biologi

Konsep/Subkonsep: 1.1 Vegetatif Buatan 1.1.1. Mencangkok Kelas : VII

Hari/tanggal : Minggu, 15 Juli 2013 Jam pelajaran : 1-2

Nama Siswa : Ardi Anggoro Saputra

NO KEGIATAN/ASPEK YANG DINILAI NILAI KET

1 Langkah persiapan (penyiapan alat dan bahan)

….

2 Cara mengelupas kulit bagian luar ….

3 Cara mengelupas kulit bagian dalam ….

4 Cara membersihkan getah/lendir ….

5 Cara menaburkan tanah ….

6 Cara membungkus dan mengikat ….

Jumlah ….

Rata-rata ….

Catatan:

Pemberian nilai dapat menggunakan angka 1 – 10 atau A, B, C, D

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ada beberapa teknik atau cara yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yaitu:

1.) Pewawancara harus mempunyai background tentang apa yang akan ditanyakan.

2.) Dalam mewawancarai jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bersahabat,

(36)

3.) Hilangkan prasangka-prasangka yang tidak baik.

4.) Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dan denan bahasa yang sederhana.

5.) Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.

6.) Batasi waktu wawancara.

c. Angket (Quetioner)

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran, media, dan lain- lain. Angket umumnya dipergunakan pada ranah afektif.

Contoh kuisioner

 Pada waktu melihat sampah bertebaran di jalan, saya berusaha untuk membuang ke

tempat sampah:

a. sangat sering

b. sering

c. kadang-kadang

d. jarang

e. tidak pernah

d. Daftar Cek (Check List)

Daftar cek adalah deretan pertanyaan singkat dimana responden yang dievaluasi tinggal membubukan tanda centang (√) pada aspek yang diamati sesuai dengan hasil penilaiannya.[6]

Contoh:

Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

No .

(37)

1 Ardi Maulana √

2. Erlin Roslina √

3. Arie Apriadi N. √

4. Angga Zalindra √

5. Diandra Rasya √

Keterangan:

SB: Sangat Baik C: Cukup SK: Sangat Kurang B:Baik K: Kurang

3. Asesmen Berbasis Kelas

Asesmen atau penilaian berbasis kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis kompetensi. Asesmen berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Proses ini mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.[7]

Asesmen berbasis kelas terdiri dari beberapa macam, yaitu:

a. Asesmen portofolio (portfolio) - (pembahasan tersendiri)

b. Asesmen kinerja (performance) - (pembahasan tersendiri)

c. Penilaian melalui tes tertulis - (sudah dijelaskan sebelumnya)

d. Penilaian afektif siswa

Secara umum, ada dua hal yang perlu dinilai dalam kaitannya dengan ranah afektif, yakni (1) kompetensi afektif, dan (2) sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan pembelajaran. Kompetensi afektif yang dicapai dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan siswa dalam:

 memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya;

(38)

 menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah

terhadap objek studi; dan

 menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam kehidupan

sehari-hari.

Sikap siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Sikap positif terhadap sesuatu menyebabkan perasaan mampu. Minat berkaitan dengan kecenderungan hati terhadap sesuatu yang akan mendorong tindakan positif untuk menekuni dan meningkatkan intensitas kegiatan pada objek tertentu.[8]

4. Asesmen Kinerja

Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

Asesmen ini digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja, proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat dirancang.[9]

Asesmen kinerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi, kemampuan siswa menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik, dan sebagainya.

Dalam melakukan asesmen kinerja dapat 2 metode yang dapat digunakan, yaitu:

a. Asesmen kinerja yang berorientasi pada masa lalu (past oriented appraisal

(39)

b. Asesmen kinerja yang berorientasi ke masa depan (future oriented appraisal

methods). Yaitu penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi seseorang untuk melakukan kinerja di masa yang akan datang.

Penilaian hasil kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala. Skala merupakan alat untuk mengukur sikap, nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun dalam bentuk pertanyaan untuk menilai responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai dengan kreteria yang telah ditentukan.[10]

5. Asesmen Portofolio

Portofolio berasal dari bahasa Inggris “portfolio” yang berarti dokumen aau surat-surat. Penilaian portofolio (portofolio assesment) merupakan salah satu bentuk “performance assesment”. Portofolio (portfolio) adalah kumpulan hasil tugas/tes atau hasil karya siswa yang dikaitkan dengan standar atau kriteria yang telah ditentukan. Dengan kata lain, model penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu pekerjaan/tugas atau karya melalui pengumpulan (collection) hasil karya siswa yang sistematis dalam satu periode.[11]

Prinsip dalam penilaian portofolio (portfolio assesment) adalah dokumen atau data hasil pekerjaan siswa, baik berupa pekerjaan rumah, tugas atau tes tertulis seluruhnya digunakan untuk membuat inferensi kemampuan dan perkembangan kemampuan siswa. Informasi ini juga digunakan untuk menyusun strategi dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran.[12]

Contoh Format Penilaian Portofolio:  Format penilaian Portofolio Proses

Sebagaimana isi dan kriteria penialain, maka format penilaian pun harus mengacu pada tujuan.format penilaian banyak modelnya. Salah satunya bisa menggunakan model skala dengan tiga kriteria, seperti: baik, cukup, kurang.

(40)

2008

 Format Penilaian Tugas Terstruktur

(41)

01

Nilai Akhir: (Jumlah Nilai x Bobot) : Jumlah Bobot

Catatan: ……… metode atau teknik atau cara yang di dalamnya mencangkup instrumen penilaian. Teknik penilaian hasil belajar tersebut dapat kami sajikan dalam peta konsep

(42)

b. Tes Lisan

c. Tes Perbuatan

2. Teknik Non-Tes

a. Observasi

b. Wawancara

c. Angket (Quetioner)

d. Daftar Cek (Check List)

3. Asesmen Berbasis Kelas

4. Asesmen Kinerja

5. Asesmen Portofolio

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Fajar, Arnie. 2004. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Thamrin. 2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Surakarta: FKIP UNS

Karyadi, Didit. 2011. Penilaian Berbasis Kelas. (http://didot4com. wordpress.com/2011/01/24/penilaian-berbasis-kelas/)

Alimudin. 2009. Penilaian Berbasis kelas. (http://penilaianhasilbelajar. blogspot.com/)

(43)

http://zaenalabidin1357.blogspot.com/2013/04/assesment-kinerja- danassesment.html

http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/05/instrumen-evaluasi-hasil-belajar

http://atthamimy.blogspot.com/2014/11/metode-teknik-dan-instrumen-penilaian.html

Makalah Bentuk Penilaian Hasil Belajar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(44)

pandangan-pandangannya yang ilmiah akan mampu membebaskan manusia dari belenggu kebodohan dan ketertinggalan menuju tatanan hidup yang lebih baik dan beradab. 1[1]

Selama manusia berada di bumi, maka selama itu pula manusia akan membicarakan tentang pendidikan, temasuk masalah-masalah pendidikan. Salah satunya masalah pendidikan yang terus dan akan selalu dibicarakan adalah masalah mutu pendidikan yang rendah. Para pakar pendidikan dan psikologi banyak memberikan pandangan dan analisis terhadap mutu pendidikannya, tetapi hingga saat ini tidak pernah tuntas, bahkan muncul masalah-masalah pendidikan yang baru. 2[2]

Masalah mutu pendidikan yang banyak dibicarakan adalah rendahnya hasil belajar peserta didik . padahal kita tahu , bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai factor , antara lain, sikap dan kebiasaan belajar, fasilitas belajar, motivasi, minat, bakat, pergaulan, lingkungan baik lingkungan keluarga, teman maupun lingkungan fisik kelas dan yang tak kalah pentingnyaadalah kemampuan profesional guru dalam melakukan penilaian hasil belajar itu sendiri. 3[3]

Dalam proses belajar seorang anak di sekolah tentunya memiliki daya tangkap ( daya serap ) yang berbeda terhadap setiap pelajaran yang diberikan oleh bapak dan ibu gurunya. Perbedaan daya tangkap inilah yang mempengaruhi penilaian hasil belajar siswa.

Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) Yyang didasarkan atas Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) ini, akan berdampak pada perubahan dalam paradigm penilaian hasil belajar, pada kurikulum sebelumnya meskipun sudah dimunculkan wacana penilaian proses belajar namun dalam pelaksanaannya penilaian hasil belajar hanyalah dipusatkan pada penilaian hasil belajar yang biasanya dilihat dari perolehan skor ulangan, baik ulangan harian maupun ulangan umum. Dengan perubahan paradigma ini penilaian dipusatkan pada penilaian proses belajar disamping penilaian hasil belajar. 4[4]

Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada pandangan sebagai berikut :5[5]

Referensi

Dokumen terkait

selama proses penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Aktualisasi Diri

Perlu adanya peningkatan mekanisme data dan informasi yang terintegrasi untuk pengolahan data balita pada bidan praktek mandiri yang dibawah naungan puskesmas sebagai

Equity REITs and REOCs are types of publicly traded real estate securities, whereas bank debt is an example of private debt.. Publicly traded equity real estate

PENERAPAN KONSELING KETERAMPILAN HIDUP (LIFESKILLS COUNSELLING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER (Penelitian dilakukan pada siswa kelas XII IPA 3

4.9 Profil Tingkat Pengetahuan Guru TK di Kecamatan Sukasari Mengenai Kompetensi Pedagogik dengan Pengalaman Mengajar 2 s/d 5 tahun

Kewajiban menghormati hak asasi manusia tersebut, tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjiwai keseluruhan pasal dalam batang tubuhnya, terutama

Lingkup tugas Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Pamekasan tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pamekasan Nomor 15 tahun 2013 tentang Pembentukan

(1) Kemandirian belajar adalah usaha individu mengandalkan kemampuan atau kekuatan dalam diri untuk menyelesaikan proses belajar dengan baik yang bercirikan memiliki