• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perencanaan Pembangunan Kawasan ekowisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Perencanaan Pembangunan Kawasan ekowisata "

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pedesaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional. Namun karena sebagian besar aktor utama pembangunan berkedudukan di perkotaan, maka pemerintah cenderung mengutamakan pembangunan perkotaan daripada pedesaan. Pembangunan pedesaan adalah untuk menunjang pembangunan perkotaan sebagai pembangunan yang utama. Salah satu bentuk pembangunan desa adalah dengan mengelola potensi sumber daya alam dengan pemberdayaan masyarakat.

Sumber daya perikanan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai penggerak utama perekonomian nasional saat ini, walaupun sektor perikanan memiliki peran yang sangat penting dn potensi ekonomi nasional, akan tetapi sampai saat ini peran dan potensi terebut masih terabaikan dan belum teroptimalkan dengan baik.

Melihat adanya banyak peluang di bidang perikanan khususnya nila maka pemerintah daerah Kabupaten Malang membuat perencanaan pembangunan kawasan minapolitan yang berpusat di Kecamatan Wajak. Kecamatan Wajak tepatnya di Desa Sukoanyar merupakan kawasan-kawasan perikanan, konsep minapolitan itu mengintegrasikan produksi bahan baku, pengolahan, dan pemasaran. Pembentukan minapolitan akan mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih efektif dan efisien, seperti air bersih, listrik, dan penerangan.

(2)

Total penduduk kecamatan wajak yaitu 81.913 jiwa, mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah petani yaitu 32.681 orang, buruh tani 8.843 orang, baru kemudian peternak sebanyak 6.502 orang. Penduduk dengan mata pencaharian yang lain sebanyak 33.887 orang. Sedangkan luas untuk tanah sawah sekitar 1.502 Ha dari total luas kecamatan wajak 9.785,33 Ha. Selain karena faktor lokasi dan penduduk, alasan pemerintah membangun kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak adalah karena kawasan tersebut mempunyai beberapa sumber mata air di beberapa wilayah desanya yaitu antara lain desa wajak dengan empat sumber mata air, desa blayu dengan mata air ndewo, desa codo dengan dua sumber mata air, desa dadapan dengan tiga sumber mata air dan sebagainya. Dengan beberapa sumber mata air tersebut menjadikan Kecamatan Wajak berlimpah air sehingga memudahkan para pembudidaya dalam mengairi kolam maupun sawahnya sebagai prasyarat penghidupan ikan.

Pemilihan kecamatan wajak sebagai sentra minapolitan karena adanya rumah tangga perikanan budidaya (RTPB) sejumlah 88 dan kelompok usaha budidaya (KUB) sejumlah 16. Data survey yang dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Malang. Tujuan pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang antara lain pengendalian urbanisasi, penanggulangan pengangguran, pengentasan kemiskinan, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Hal ini selaras dengan usaha pemerintah daerah Kabupaten Malang yang ingin meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya dengan berbagai cara salah satunya dengan megolah potensi di beberapa wilayah kecamatan sesuai dengan kondisi potensinya.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang dengan metode analisis SWOT ?

2. Bagaimana proses dan dasar dari perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang yang meliputi: tahapan-tahapan perencanaan dan bentuk perencanaan, persiapan menuju pembangunan kawasan minapolitan, dan perencanaan pendanaan pembangunan ?

1.3 Tujuan

1. Menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang dengan metode analisis SWOT. 2. Mengetahui proses dan dasar dari perencanaan pembangunan kawasan

minapolitan di Kabupaten Malang yang meliputi: tahapan-tahapan perencanaan dan bentuk perencanaan, persiapan menuju pembangunan kawasan minapolitan, dan perencanaan pendanaan pembangunan.

1.4 Manfaat 1. Akademis

Dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan administrasi publik, khususnya pemahaman terkait dengan perencanaan pembangunan sebagai kawasan minapolitan.

2. Praktis

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan

2.1.1 Pengertian Perencanaan

Pada hakikatnya perencanaan adalah usaha yang secara sadar, terorganisasi, yang terus menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik, dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu (Waterston dikutip dalam conyers, 1992 H.4). (Williams (1966) dalam affifuddin (2010) H.95) meneyebutkan proses perencanaan itu meliputi menentukan atau menetapkan dengan jelas maksud dan tujuan, menentukan alternatif, mengatur sumber-sumber yang diperlukan, menentukan organisasi, metode dan prosedur, menentukan dan menetapkan perencanaan itu sendiri. (Arsyad (1999) dalam Tarigan (2009) H.5), berependapat ada 4 elemen dasar perencaaan yaitu: 1) Merencanakan berarti memilih, 2) Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya, 3) Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, 4) Perencanaan berorientasi masa depan.

Oleh sebab itu maka dalam perencaaan seharusnya mengandung unsur-unsur yang lengkap dan menyatu, sebagaimana pendapat yang menyampaikan oleh Riadi dan Bratakusumah (2004 H.3), bahwa unsur-unsur perencanaan yang baik, sebagai berikut :

1. Adanya asumsi-asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada.

2. Adanya alternatif-alternatif atau pilihan-pilihan sebagai dasar penentun kegiatan yang akan dilakukan.

3. Adanya tujuan yang ingn dicapai. Dalam hal ini perencanaan merupakan suatu alat atau sarana untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan kegiatan.

(5)

Selanjutnya (Cokrosmidjoyo (1989) H.57-59) mengemukakan bahwa dalam suatu perencanaan terdiri dari tahapan-tahapan yaitu : 1) Penyususnan rencana, 2) Penyusunan program rencana, 3) Pelaksanaan rencana, 4) Pengawasan atas pelaksanaan rencana, 5) Evaluasi.

2.1.2 Partisipasi dalam Perencanaan

Abe (2005 H.71) menyatakan bahwa pembangunan bebrbasis prakarsa masyarakat adalah perancanaan yang sepenuhnya yang mencerminkan kebutuhan kongkrit masyarakat dan dalam proses penyusunannya benar-benar melibatkan masyarakat. Perencanaan yang demikian disebut perencanaan pertisipatif.

2.1.3 Perencanaan Top-Down dan Bottom-Up

Perencanaan Top-Down dan Bottom Up dalam perencanaan pembangunan dimasa sekarang ini menggunakan pendekatan perencanaan Top Down dan Bottom Up. Dimana perencanaan Top Down dengan perencanaan Bottom Up pembedanya didasarkan atas kewenangan dari institusi yang terlibat. Perencanaan model Top Down dan Bottom Up hanya berlaku apabila terdapat beberapa tingkat atau lapisan pemerintahan atau beberapa jenjang jabatan di perusahaan yang masing-masing tingkatan diberi wewenang untuk melakukan perencanaan (Tarigan, 2009 H. 17).

2.2 Pembangunan

2.2.1 Pengertian Pembangunan

Menurut Siagian (2008 H. 4) pembangunan didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang di tempuh oleh suatu Negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Sedangkan menurut Kartasasmita (1996) dalam Safe’i (2009 H. 1) mengatakan pembangunan adalah usaha meningkatkan harkat martabat masyarakat yang dalam kondisinya tidak mampu melepaskan diri dari perngkat kemiskinan dan keterbelakangan. Membangun masyarakat berarti memampukan atau memandirikan mereka.

(6)

Berdasarkan undang-undang no. 32 tahun 2004, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang/urusan pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu, daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Muluk, 2007 H. 41).

Tujuan otonomi daerah adalah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintah daerah. Tujuan ini mengandung makna adanya perubahan kepada kehidupan pemerintah daerah yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Selain itu, untuk mewujudkan terciptanya good governance yang bersifat terbuka, jujur, adil, berorientasi kepada kepentingan rakyat serta bertanggung jawab.

2.2.3 Pembangunan Desa

Pembangunan desa dan kota yang tidak seimbang akan berakibat buruk secara sosial dan ekonomi terhadap kehidupan di kedua wilayah hidup masyarakat tersebut. Pertama, kota akan mengalami kepadatan penduduk yang semakin tinggi, disebabkan terbukanya kesempatan kerja dibidang produksi dan pelayanan. Kedua, desa semakin kehilangan tenaga untuk mengolah pertanian. Merubah keadaan tersebut adalah dengan berbagai strategi yang bertujuan antara lain dengan mendekatkan pedesaan dan perkotaan secara fisik dalam bentuk perhubungan dan komunikasi, membentuk karakter kota di pedasaan dan mendorong terjadinya “change” dan “rapid growth”, kemudian mentransfer kekuatan kehidupan perkotaan ke pedesaan dalam bentuk permodalan, skill serta menghubungkan kekuatan pasar kota dengan potensi sumber produksi di pedesaan (Maskun, 1993 h. 1-3).

Menurut adisasmita (2006 h. 221), masalah-masalah yang dihadapi dalam pembangunan pedesaan, diantaranya adalah:

(7)

2) Desa-desa yang jarang penduduknya, dimana potensi pertanian masih luas, maka disamping usaha peningkatan produktivitas masih dimungkinkan pembukaan areal tanah pertanian baru, tetapi diperlukan penambahan tenaga kerja (resettlement)

3) Desa-desa terpencil atau terisolasi termasuk desa-desa pantai pada umumnya keadaan lingkungan dan tingkat pendapatannya jauh lebih rendah dari pedesaan lainnya.

2.3 Perencanaan Pembangunan

2.3.1 Perencanaan Pembangunan Menurut Administrasi Publik

Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, berhubungan dengan kepentingan orang banyak atau publik yang ditangani oleh administrasi publik. Menurut Siagian (2008 H.49), bahwa pemerintah bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan berbagai pembangunan nasional, tetapi merupakan kenyataan bahwa peranan pemerintah dengan seluruh jajarannya bersifat dominan.

Menurut sudut pandang ilmu administrasi publik, terdapat 3 asumsi agar perencanaan pembangunan dapat berlanngsung dengan baik, yaitu :

1. Kepemimpianan pembangunan

2. Manajemen sumber daya pembangunan. 3. Prosedur perencanaan.

2.3.2 Ciri-Ciri Perencanaan Pembangunan

(8)

1. Usaha yang dicerminkan dalam rencana meningkatkan pendapatan perkapita. Laju pertumbuhan ekonomi yang positif, yaitu setelah dikurangi dengan laju pertumbuhan penduduk menunjukkan pula kenaikan pendapatan per kapita

2. Usaha mengadakan perubahan struktur ekonomi yang mendorong peningkatan struktur ekonomi agraris menuju struktur industri.

3. Adanya perluasan kesempatan kerja

4. Adanya pemerataan pembangunan yang meliputi pemerataan pendapatan dan pembangunan antara daerah

5. Adanya usaha pembinaan lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan pembangunan

6. Upaya membangun secara bertahap dengan berdasar kemampuan sendiri/nasional

7. Usaha terus menerus menjaga stabilitas ekonomi

Semua ciri-ciri perencanaan pembangunan tersebut menunjukkan pula peranan daripada Pemerintah sebagai pendorong pembangunan (agent of development) bagi banyak negara-negara baru berkembang.

2.3.3 Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Proses perencanaan pembangunan memerlukan keterlibatan masyarakat, diantaranya melalui konsultasi publik atau musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). Musyawarah perencanaan pembangunan adalah suatu forum konsultasi para pemangku kepentingan untuk menghasilkan kesepakatan perencanaan pembangunan di daerah yang bersangkutan sesuai dengan tingkatan wilayahnya yang dilakukan secara berjenjang melalui mekanisme “bottom-up planning”. Musrenbang merupakan wahana utama konsultasi publik yang digunakan pemerintah dalam penyusunan rencana pembangunan nasional dan daerah di Indonesia.

(9)

kebutuhan masyarakat yang dirumuskan melalui pembahasan di tingkat desa/kelurahan, dilanjutkan tingkat kecamatan, dikumpulkan berdasarkan urusan wajib dan pilihan pemerintah daerah dan selanjutnya diolah dan dilakukan prioritas program/kegiatan di tingkat kabupaten/kota oleh Bappeda bersama para pemangku kepentingan disesusaikan dengan kemampuan pendanaan dan kewenangan daerah.

Pada tingkat desa/kelurahan fungsi musrenbang adalah menyepakati isu prioritas wilayah desa/kelurahan, program dan kegiatan yang dapat dibiayai dari Alokasi Dana Desa, diusulkan ke APBD, maupun yang akan dilaksanakan melalui swadaya mesyarakat dan APBDesa, serta menetapkan wakil/delegasi yang akan mengikuti musrenbang kecamatan. Musrenbang Desa/Kelurahan dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah desa, kelurahan.

2.4 Konsep Pengembangan Kawasan Minapolitan

Minapolitan merupakan bagian dari kawasan agropolitan. Dalam pedoman umum Pengembangan Kawasan Minapolitan, kata Minapolitan berasal dari kata mina dan politan. Mina berarti ikan dan politan berarti kawasan. Pengertian dari kawasan minapolitan berdasarkan turunan kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistemn permukiman dan sistem minabisnis.

Menurut Friedmann (1978), konsep agropolitan/minapolitan terdiri dari distrik-distrik agropolitan/minapolitan dan distrik agropolitan/minapolitan didefinisikan sebagai kawasan pertanian pedesaan yang memiliki kepadatan penduduk rata-rata 200 jiwa per km2 dengan penduduk yang mayoritas bekerja di sektor pertanian/perikanan.

(10)

kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.

Berdasarkan isu dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi, pengembangan kawasan minapolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah perdesaan. Kawasan minapolitan dicirikan sebagai kawasan perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis di pusat minapolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan pembangunan perikanan (minabisnis) di wilayah sekitarnya.

Pentingnya pengembangan kawasan minapolitan di Indonesia diindikasikan oleh ketersediaan lahan perikanan dan tenaga kerja yang murah, terbentuknya kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge), jaringan (network) terhadap sektor hulu dan hilir yang telah terjadi, dan kesiapan pranata (institusi). Menurut Pedoman Umum Minapolitan Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011), bahwa suatu kawasan dapat ditetapkan dan dikembangkan sebagai kawasan minapolitan apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: a) Kesesuaian dengan Renstra Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan atau

Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3K) kabupaten/kota, serta Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah Daerah (RPIJMD) yang telah ditetapkan.

b) Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan nilai ekonomi tinggi.

c) Letak geografis yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan

d) Terdapat unit produksi, pengolahan dan atau pemasaran dan jaringan usaha yang aktif berproduksi, mengolah dan atau memasarkan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dan mempunyai matarantai produksi pengolahan dan atau pemasaran yang saling terkait.

(11)

Pengembangan kawasan minapolitan diharapkan dapat mendukung terjadinya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan keterkaitan antar kota dalam bentuk pergerakan barang, modal dan manusia, melalui dukungan infarstruktur yang memadai. Oleh keran itu perlu disusun masterplan pengembangan kawasan minapolitan yang akan menjadi acuan program pembangunan yaitu:

Penetapan pusat agropolitan/minapolitan yang berfungsi sebagai: 1. Pusat perdagangan dan transportasi perikanan

2. Penyedia jasa pendukung perikanan dan Penyedia pekerja non perikanan 3. Pusat industri dan produksi perikanan

4. Pusat minapolitan dan hinterland-nya terkait dengan sistem permukiman nasional, propinsi dan kabupaten (RTRW Propinsi/Kabupaten).

5. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai: Intensifikasi perikanan, pusat pendapatan perdesaan dan permukiman untuk barang-barang dan jasa non perikanan, penetapan sektor unggulan: 6. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh

sektor hilirnya.

7. Kegiatan minabisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyrakat paling besar serta mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan orientasi ekspor.

8. Dukungan sistem infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung pengembangan kawasan minapolitan diantaranya: jaringan jalan, irigasi, sumber-sumber air, dan jaringan utilitas.

9. Dukungan sistem kelembagaan:

Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan minapolitan yang merupakan bagian dari pemerintah daerah dengan fasilitas pemerintah pusat dan pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan kawasan minapolitan (Douglas, 1986).

(12)

studi kelayakan proyek tersebut dijalankan. Tujuan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu: 1) menghindari resiko kerugian, 2) memudahkan perencanaan, 3) memudahkan pelaksanaan pekerjaan, 4) memudahkan pengawasan, 5) memudahkan pengendalian (kasmir dan jakfar, 2009 h. 12-13).

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Fokus

1. Perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang yang meliputi: tahapan-tahapan perencanaan dan bentuk perencanaan, persiapan menuju pembangunan kawasan minapolitan, penilaian kelayakan menjadi kawasan minapolitan, dan perencanaan pendanaan pembangunan.

2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang dengan menggunakan metode analisis SWOT.

3.2 Lokasi

Penulis mengambil lokasi di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Dengan alasan penulis telah mengenal kondisi daerah, selain itu program minapolitan di Kabupaten Malang khususnya di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak merupakan sebuah program baru sehingga banyak yang perlu dikaji lebih lanjut dalam pelaksanaannya. Dengan demikian diharapkan dapat memperoleh data dan mengumpulkan informasi dengan mudah.

3.3 Sumber Data

(13)

Dalam hal menjawab fakus penelitian diatas yaitu faktor pendukung dan penghambat dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan, penulis menggunakan analisis SWOT.

Proses analisis SWOT diawali dari penilaian mengenai kondisi masyarakat pada suatu saat dikaitkan dengan perumusan strategi jangka panjang untuk mencapai tujuan dan manfaat serta dalam proses penyusunan rencana. Analisis ini dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan eksternal maupun lingkungan internal yang mempengaruhi proses penyusunan pembangunan. Yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah peluang dan ancaman dalam proses penyusunan rencana pembangunan sedangkan yang dimaksud kondisi internal adalah kekuatan dan kelemahan yang ada dalam proses penyusunan rencana (Adisasmita, 2006 h.48).

Dalam hal ini penulis membatasi hanya dalam lingkup Kabupaten Malang saja khususya Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak sehingga faktor internal hanya faktor dari dalam wilayah dan perdesaan di Kabupaten Malang seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, organisasi serta dananya, sedangkan untuk faktor eksternalnya adalah faktor yang berada diluar Kabupaten Malang dan desa tersebut atau faktor alam yang bukan merupakan kekuasaan manusia seperti kondisi sosial politik budaya, teknologi, alam, lingkungan serta supra struktur. Kemudian dari faktor internal muncul kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Desa Sukoanyar dan Kabupaten Malang sendiri dalam perencanaan pembangunan minapolitan serta faktor eksternal berupa peluang dan ancaman dalam perencanaan pembanungan minapolitan di Kabupaten Malang.

(14)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Malang

Kabupaten Malang secara geografis terletak pada wilayah dataran tinggi bagian tengah Propinsi Jawa Timur. Kawasan ini dikelilingi oleh pegunungan, yaitu pegunungan Tengger di sebelah timur, Kabupaten Blitar dan Gunung Kelud di sebelah barat serta Gunung Arjuna dan Welirang di bagian utara.

Kabupaten Malang dibatasi oleh enam wilayah administratif kabupaten dan Samudera Indonesia. Letak Kabupaten Malang terhadap Propinsi Jawa Timur di sebelah selatan. Secara administratif Kabupaten Malang terbagi dalam 33 kecamatan yang terdiri dari 12 kelurahan dan 378 desa serta 3.125 Rukun Tetangga, dan 14.352 Rukun Warga. Berdasarkan BPS Kab.Malang, 2013, data penduduk terdiri dari laki-laki kurang lebih sebanyak 1.305.377 jiwa dan perempuang kurang lebih sebanyak 1.247.949. Dengan luas wilayah sekitar 324.423 Ha. Batas Administratif Kabupaten Malang antara lain:

1. Sebelah Utara : Kota Batu, Kab. Jombang, Mojokerto, dan Pasuruan

2. Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo dan Lumajang 3. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

4. Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kediri

4.1.2 Kondisi Geografis Kecamatan Wajak

(15)

180/399/Kep/421.013/2009 tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Minapolitan. Lokasi Kecamatan Wajak berdekatan dengan lereng gunung menyebabkan kemungkinannya dikembangkan minapolitan. Konsep dasar minapolitan adalah dengan mengembangkan lokasi yang strategis, penetapan lokasi inilah yang nantinya dapat mempengaruhi hasil dari pengolahan kawasan minapolitan.

Kecamatan Wajak terletak disebelah barat lereng Gunung Semeru yang merupakan salah satu dari 33 Kecamatan di Kabupaten Malang, yang terletak di bagian Timur Kabupaten Malang dan merupakan pusat pengembangan kawasan Malang Timur, yang berbatasan dengan Kecamatan Poncokusumo di sebelah utara, sebelah timur dengan Kecamatan Tirtoyudo & kawasan hutan, sebelah selatan dengan Kecamatan Turen dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bululawang.

Wilayah Kecamatan Wajak secara administratif dibagi menjadi 13 desa dengan 39 dusun, 142 RW dan 501 RT. Mempunyai luas kira-kira 9.785,33 hektar yang terdiri dari:

1. Tanah sawah : 1.502 hektar 2. Tanah ladang : 2.363 hektar 3. Pekarangan & Perumahan : 969,20 hektar

4. Hutan : 2.813 hektar

5. Perkebunan : 1.581,13 hektar

6. Lain-lain : 490 hektar

Wilayah Kecamatan Wajak adalah termasuk wilayah potensial yaitu merupakan wilayah atau daerah agraris yang berbasis pada persawahan, sayuran dan pertanian, serta adanya lahan kering dan buah-buahan (papaya dan alpokat).

4.1.3 Jumlah Penduduk

(16)

perempuan sebanyak 46.035 jiwa. Tabel luas desa, jumlah penduduk Kecamatan

sumber.: Badan perencanaan pembangunan kabupaten malang, 2013

4.1.4 Kondisi Geografis Desa Sukoanyar

Desa sukoanyar merupakan salah satu desa ke tiga belas desa di wilayah kecamatan wajak. Desa sukoanyar direncanakan sebagai sentra kawasan minapolitan di kecamatan wajak. Desa sukoanyar terletak di tengah wilayah kecamatan wajak dengan batas-batas yaitu :

1. Sebelah utara :Desa Ngembal Wajak, serta Desa Ngawonggo Tajinan

2. Sebelah selatan : Desa Sukolilo Wajak 3. Sebelah barat : Desa Kidangbang Wajak 4. Sebelah timur : Desa Wajak

Total luas wilayah Desa Sukoanyar adalah 439 hektar dengan rincian lahan sebagai berikut:

(17)

7. Lain-lain : 2,1 hektar

4.1.5 Penduduk

Berdasarkan data sensus penduduk pada tahun 2013 menyebutkan bahwa Desa sukoanyar memiliki jumlah penduduk sekitar 6332 jiwa. Perempuan : 3323 jiwa dan laki-laki : 3009 jiwa

Desa sukoanyar berada di ketinggian sekitar 495 meter dari permukaan laut. Jadi desa ini merupakan wilayah di dataran sedang. Luas datarannya 412,6 h dan untuk tanah perbukitan sekitar 26,2 h. Di Kecamatan Wajak dimana ibukota kecamatannya adalah Desa Wajak. Jarak antara Desa Sukoanyar dengan ibukota kecamatan sekitar 1 km dengan jarak tempuh sekitar 10 menit. Dan jarak antara Desa Sukoanyar dengan ibukota kabupaten yaitu kota malang sekitar 27 km dengan jarak tempuh sekitar 1 jam.

Nantinya diperkirakan untuk luas lahan minapolitan sekitar 10-15 hektar. Macam ikan yang dibudidayakan antara lain: ikan mas, mujaer, lele, nila, dan tombro. Dimana ikan perairan tawar tersebut selain dibudidayakan di kolam juga di budidayakan di area persawahan dengan istilah minamendong. Luas lahan minamendong sekitar 20 hektar, sedangkan untuk kolam sekitar 0,4 hektar.

4.2 Potensi Sumber Daya Alam

Kodisi topografi wilayah Kecamatan Wajak yang terdiri dari daerah dataran, tata letak, daerah ini sangat mendukung pelaksanaan program pembangunan kawasan lingkungan permukiman. Demikian halnya dengan kondisi tanah yang sangat subur tentunya akan mendukung pembangunan dan laju kegiatan perekonomian, yaitu pertanian, perikanan, peternakan, pariwisata, agrobisnis, serta jasa-jasa dan sebagainya.

Tabel potensi sumberdaya alam

No Potensi Jumlah

1 Pertanian sawah 545,180 Ha

2 Perkebunan 94 Ha

3 Pertanian ladang kering 2.592,660 Ha

4 Pemandian alam 1 buah

5 Hutan 905,8 Ha

(18)

Potensi lahan yang tersedia di kecamatan Wajak belum dioptimakan sepenuhnya untuk kegiatan perekonomian berbasis agribisnis. Pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan secara efisien, akan dapat mendorong upaya peningkatan pendapatan daerah yang pada gilirannya masyarakat akan terdorong untuk melakukan kegiatan ekonomi lainnya secara sinergis untuk meningkatkan kesejahteraan. Tabel potensi sumberdaya air dikecamatan wajak

Desa Nama

Patok picis Suko 45 35 30 Irigasi

Aran-aran 10 5 8 Irigasi

Dari tabel terlihat bahwa kecamatan wajak mempunyai sumber-sumber air yang melimpah ruah yang ada hampir disetiap desa di kecamatan wajak, hal ini tentu saja sangat mendukung untuk pemeliharaan ikan yang merupakan syarat utama dalam pembangunan minapolitan.

Tabel potensi hutan (wil. Kprh bambang utara dan selatan)

(19)

.

1 Hutan produksi 756,8 Ha Hutan produksi 1.148,1 Ha 2 Hutan lindung 305,5 Ha Hutan lingdung 81,2 Ha

3 magersari 8,6 Ha Magersari 4,4 Ha

(Dalam sengketa) 2,4 Ha Sumber. profil kecamatan wajak, 2013.

Potensi sumberdaya alam tersebut diatas sangat mendukung pengembangan wilayah Kecamatan Wajak dalam rangka mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Malang bagian timur, hal ini antara lain wilayah wajak merupakan kawasan penyangga objek wisata menuju gunung semeru.

4.3 Potensi Perhubungan

Perhubungan yang merupakan salah satu faktor infrastruktur yang sangat menunjang dalam peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat, di Kecamatan Wajak terdapat jalan kabupaten sepanjang 364,25 kilometer dan jalan desa sepanjang 18,8 kilometer, adapun potensi dimaksud adalah sebagai berikut:

Sumber. Profil kecamatan wajak,2013.

Dari uraian tersebut diatas, beberapa ruas jalan di kecamatan wajak yang masih perlu mendapatkan perhatian adalah masih adanya sekitar ±35,1 kilometer jalan masih berupa jalan tanah yang memerlukan pembangunan, serta sepanjang ± 141,095 kilometer masih berupa jalan makadam. Berikut ini tabel jenis dan kondisi jalan desa kecamatan wajak :

(20)

. Poros Mix

3 Bambang Semeru 0 4,5 2 14 Tidak

Ada

4 Bringin Semeru 3 6 4 7 Tidak

Ada

5 Dadapan Dadapan 3 4,5 6 6 Tidak

Ada 6 Patok Picis Patok Picis 0 9,3 3,5 11,7 Tidak

Ada 9 Sukolilo Raya sukolilo 0 9,5 5,5 5,6 Tidak

Ada

13 Ngembal Ngembal 0 3,7 5,5 4,1 Tidak

Ada

Jumlah 15 77,6 59,5 88,2

Sumber. profil kecamatan wajakdata diolah 2013.

4.3.1 Sarana Penerangan Jalan

(21)

No. Nama

3 Bambang Ada 12 576 315 891 315

4 Bringin Ada 26 982 327 1309 327

5 Dadapan Ada 21 898 438 1336 438

6 Patok Picis Ada 18 983 298 1281 298

7 Blayu Ada 34 846 485 1331 485

8 Codo ada 53 1209 666 1875 666

9 Sukolilo Ada 29 939 417 1356 417

10 Kidangban g

Ada 49 984 259 1243 259

11 Sukoanyar Ada 56 1253 97 1350 92

12 Wajak Ada 107 3136 157 3293 157

13 Ngempal Ada 29 439 579 1018 579

Jumlah 459 13413 4379 17792 4374

Sumber : badan penerangan pembangunan kabupaten malang, 2013.

Jadi secara ringkas alasan pemilihan lokasi minapolitan dikecamatan wajak dikarenakan beberapa hal antara lain:

1. Tingkat dukungan pemerintah wajak terhadap rencana kawasan minapolitan, yaitu pelaksanaan program penyediaan fasilitas sebagai dukungan terhadap program minapolitan, berupa rehabilitasi desa, perbaikan jalan desa, pembuatan jaringan irigasi, serta pembuatan jembatan.

2. Potensi perikanan kecamatan wajak yaitu terdapatnya pembudidaya sejumlah 118 orang, terdapatnya produktifitas ikan, kolam seluas 18050 m2, serta hasil ikan yang bervariasi seperti lele, tombro, koi, dan nila 3. Lokasi terdapat daerah lain yang mendukung penyediaan tenaga kerja,

(22)

Keterkaitan antara sentra dan hinterland tersebut sangat diperlukan dalam pembangunan kawasan minapolitan agar memudahkan dalam penyediaan bahan baku dan tenaga kerjanya. Serta kemudahan untuk transportasi dalam pemasaran.

4.4 Analisis

Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang dapat dibagi didalam dua kelompok utama yakni perikanan darat yang dikembangkan di kolam atau di sungai, waduk, tambak, keramba, dan minapadi, dan perikanan laut. Adapaun pengembangan perikanan darat adalah perikanan kolam dan sungai, perikanan waduk, perikanan tambak, perikanan minapadi, serta perikanan karamba. Unuk lokasi desa sukoanyar perikanan yang ada untuk kawasan darat adalah mina padi, menamendong, serta kolam.

Sedangkan minapolitan memiliki konsep kawasan yang membentuk kota perikanan, yang memudahkan masyarakat untuk bisa membudidayakan ikan darat, dengan kemudahan memperolah benih melalui unit perbenihan rakyat, pengolahan ikan, pasar ikan dan mudah mendapatkan pakan ikan, yang dikelola oleh salah satu kelompok yang dipercaya oleh pemerintah selain itu untuk memenuhi persyaratan menjadi minapolitan, harus tersedia infrastruktur yang memadai baik lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, infrastrukturnya mendukung sperti jalan dan kelembagaan kelompok pembudidaya perikanan, lembaga perbankan dan koperasi perikanan serta pasar ikan.

(23)

berupa renstra Kabupaten Malang dan Visi RPJMD Kabupaten Malang tahun 2010 – 2015 yang berbunyi Terwujudnya masyarakat kabupaten Malang yang mandiri, Agamis, Demokratis, Produktif, maju, Aman, Tertib dan Berdaya Saing (MADEP MANTEB) karena program minapolitan tersebut dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak untuk menuju kemandirian masyarakat di sekitar.

Bedasarkan RTRW Kabupaten Malang tentang penetapan kawasan strategis wilayah sesuai dengan pasal 5 yang mengatakan bahwa terdapat beberapa kawasan strategis di Kabupaten Malang, salah satunya adalah kawasan strategis ekonomi yaitu ditetapkannya program kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak

Kecamatan Wajak dijadikan sebagai lokasi kawasan menapolitan karena kecamatan yang memiliki 13 desa ini mempunyai potensi budidaya ikan yang lebih menonjol dibandingkan dengan 32 kecamatan lainnya. Kecamatan wajak memiliki prestasi yang membanggakan pada tahun 2012 dari segi penyediaan fasilitas , antara lain stabilitas desa, perbaikan jalan desa melalui penyemiran jalan, pembuatan jembatan, dan jaringan irigasi. Hal ini mengindikasikan bahwa ada keseriusan dari pihak pemerintah kecamatan wajak dalam melaksanakan program minapolitan. Hal ini juga didukung oleh potensi perikanan kecamatan wajak yang dinilai lebih baik dibandingkan dengan potensi lain. Kemudian sebagai lokasi terdekat dengan ibukota kecamatan adalah Desa Sukoanyar yang merupakan desa dengan infrastruktur yang lebih baik dan keadaan kontur lahan yang datar.

(24)

4.5 Tahapan Perencanaan

Perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang dimulai sekitar tahun 2010-2011 dan realisasi perencanaannya pada tahun 2012. Dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan terdapat dua macam bentuk perencanaan yaitu perencanaan top down dan bottom up.

Dalam perencanaan top down yang berperan aktif membentuk perencanaan adalah pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan. Perencanaannya masih berupa konsep (grand design) minapolitan yang belum ada penjabarannya untuk dapat diterapkan ke setiap daerah karena mempunyai latar belakang wilayah yang berbeda-beda kondisinya. Selanjutnya untuk memudahkan pelaksanaan di daerah maka dibuatkan perencanaan lagi yang lebih mendetail oleh setiap pemerintah daerah yang berkenan dan mempunyai potensi terhadap program minapolitan.

Sedangkan perencanaan bottom up yang berperan aktif membuat perencanaan adalah pihak pemerintah daerah sendiri berdasar pedoman dan ketentuan yang telah diperuntukkan dalam program minapolitan. Dalam hal ini kabupaten malang dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan berusaha melibatkan pihak masyarakat.

4.5.1 Tahap Pra-rencana

Dimulai dari tawaran Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan yang menyatakan adanya pembuatan konsep minapolitan untuk daerah yang mempunyai potensi budidaya perikanan, kemudian pemerintah kabupaten Malang membuat masterplan bayangan berdasarkan potensi budidaya perikanan di Kabupaten Malang dalam hal ini kecamatan Wajak, setelah sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan dalam pembuatan konsep minapolitan dan disetujui serta terjadi kesepakatan antara pemerintah pusat dengan daerah maka turunlah Surat Keputusan Menteri tentang penetapan lokasi minapolitan.

4.5.2 Tahap Perencanaan Pembangunan

(25)

peran masyarakat disini sangat diperlukan dalam hal kesediaan masyarakat untuk membantu pemerintah memberikan data-data tentang keadaan serta kondisi pembudidaya ikan di kecamatan Wajak pada saat melaksanakan survey wilayah untuk menetapkan lokasi sentra minapolitan yang dilakukan oleh pemerintah pusat yaitu Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dengan pemerintah kabupaten Malang yang diwakilkan oleh konsultan ahli perikanan yang berasal dari perguruan tinggi.

Setelah persyaratan untuk menjadi kawasan minapolitan terpenuhi barulah pemerintah maju ke tahap selanjutnya yaitu tahap pembuatan masterplan. Masterplan dirumuskan tentang rincian kegiatan setiap tahun sampai dengan lima tahun mendatang dengan perencanaan biaya dan sumber pembiayaan. Setelah itu dilakukan penetapan kawasan minapolitan dengan Surat Keputusan Bupati. Setelah dibuatkannya surat keputusan baru kemudian terbentuk RTRW, hal ini terjadi karena waktu pembentukan RTRW belum dicantumkan mengenai adanya program minapolitan.

Selanjutnya dari dokumen yang terbentuk dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan adalah masterplan saja tidak ada pembuatan renstra. Jadi untuk melihat bagaimana perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang akan dilaksanakan hanya terbatas dalam dokumen perencanaan induk yaitu masterplan.

4.5.3 Persiapan Perencanaan

Dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang dalam hal ini Kecamatan Wajak sebelum dibangun fasilitas Pusat Pengelelolaan Minapolitan (PPM) perlu membenahi beberapa sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kawasan minapolitan. Terdapat beberapa kriteria yang harus ada, yaitu:

a. SDM, karena kondisi pembudidaya masih pemula maka diperlukan peningkatan pengetahuan melalui pembinaan dan pelatihan teknis budidaya.

(26)

c. Sarana prasarana, dari kondisi yang masih terbatas keadaannya sehingga perlu perbaikan atau penambahan.

d. Permodalan, dari semula swadaya pembudidaya atau kelompok, dengan minapolitan diharapkan ada dukungan pendampingan dari pihak perbankan.

Sedangkan untuk pembangunan pusat pengelolaan minapolitan (PPM) di kecamatan wajak pemerintah Kabupaten Malang telah menyiapkan lahan tepatnya di Desa Sukoanyar yang nantinya akan dibangun kolam beserta gedung prasarana pengolahan ikan dan tempat pemasaran dengan lahan seluas kira-kira 20 Ha.

4.5.4 Tahap Pelaksana Rencana

Pembangunan kawasan minapolitan di Desa Sukoanyar Kecamatan Wajak Kabupaten Malang dimulai sekitar tahun 2010-2011. Untuk tahap implementasi pada tahun 2012 yang sudah dikerjakan antara lain pemberian bantuan benih maupun indukan bagi petani ikan, pemberian pelatihan budidaya bagi petani ikan, pelatihan tentang cara pembuatan kolam, pelatihan mengolah hasil budaya, serta telah dijalankannya usaha simpan pinjam dari P2SLBK yaitu Program Pengembangan Sumber Daya Lokal Berbasis Kawasan. P2SLBK berasal dari APBD Provinsi. Usaha simpan pinjam ini dipergunakan untuk peningkatan ekonomi selain itu juga untuk pembangunan fisik desa.

4.6 Perencanaan dan Sumber Pendanaan Pembangunan

Karena terbatasnya sumber dana yang dimiliki, untuk pelaksanaan kegiatan yang menjadi program dalam pembangunan kawasan minapolitan di Desa Sukoanyar Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, sumber pembiayaannya berasal dari beberapa sumber yaitu antara lain (APBD Provinsi), APBD II (Kabupaten), serta APBN.

(27)

227.000.000 berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Sementara untuk pembangunan lahan parkir seluas 200 m sebesar Rp 20.000.000,- berasal dari APBD Daerah.

Kemudian untuk tahun 2012 direncanakan tentang pengadaan lahan seluas 10 hektar yaitu dengan membebaskan tanah di Desa Sukoanyar untuk lokasi Pusat Pengelolaan Minapolitan (PPM) dengan dana sebesar Rp 10.000.000.000,-bersumber dari Pemerintah Kabupaten Malang. Pembangunan Jembatan masuk ke lokasi PPM dengan ukuran 4x7 meter membutuhkan dana sebesar Rp 150.000.000,- dana dari Pemerintah Kabupaten Malang. Pembangunan sistem kelistrikan Rp 150.000.000,- dana dari Pemerintah Kabupaten Malang.

4.7 Konsep Pembangunan Kawasan Minapolitan di Desa Sukoanyar

Kawasan minapolitan dicirikan sebagai kawasan perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis di pusat minapolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan perikanan (minabisnis) di wilayah Desa Sukoanyar dan sekitarnya.

Perencanaan pembangunan kawasan minapolitan yang dilaksanakan di Kabupaten Malang sebagai tindak lanjut dari upaya pemerintah daerah untuk mencapai beberapa misi yang dicanangkan oleh pemerintah kabupaten Malang yaitu “mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan percepatan pembangunan infrastruktur, serta mewujudkan pengentasan kemiskinan, penganggurann kesenjangan, perbaikan iklim ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan”. Minapolitan sebagai konsep pembangunan yang baru diharapkan dengan adanya program minapolitan tersebut, dapat mengangkat perekonomian desa terutama dari sektor perikanan.

Sebagai pusat minapolitan di Kabupaten Malang adalah Kecamatan Wajak tepatnya di Desa Sukoanyar, yang nantinya akan berfungsi sebagai Proyek Manajemen Unit (PMU) atau Pusat Pengelolaan Minapolitan (PPM). PMU atau PPM sendiri berfungsi sebagai berikut:

(28)

3. Bertanggung jawab atas kemajuan dan kesuksesan bisnis usaha pengembangan minapolitan.

4. Menyusun rencana kegiatan bisnis di lokasi unit usaha atas dasar rencana pengelolaan bisnis yang telah ditetapkan.

5. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan usaha kelompok pembudidaya.

6. Melaporkan perkembangan usaha kepada pengelola usaha pengembangan minapolitan.

Kecamatan wajak sebagai bagian dari pengembangan kawasan minapolitan yang mempunyai peranan cukup penting dalam kontribusi sebagai sentranya minapolitan yakni sebagai pusat pengembangan minapolitan dengan komoditi perikanan air tawar. Pada kecamatan Wajak sebagai sentra nantinya akan didirikan Pusat Pengelolaan Minapolitan tepatnya di Desa Sukoanyar dengan sarana dan prasarana penunjangnya yang meliputi pengadaan kolam induk, kolam pemijahan, kolam pendederan, dan pembesaran, gudang, kantor, gedung pengolahan hasil, lahan parkir, warung ikan dan kolam pemancingan serta fasilitas ruangan untuk pendidikan dan pelatihan pembudidaya ikan nila.

Pemilihan Desa Sukoanyar menjadi lokasi PPM merupakan hasil dari pendekatan partisipatif berbagai pihak. Desa Sukoanyar Kecamatan Wajak mempunyai antara lain kelayakan teknis berupa 3 (tiga) sumber air yang tidak mengalami penurunan pada saat musim kemarau, air tidak terkontaminasi bahan kimia dan tidak mengalami polusi, kecerahan air tinggi, dan tanah tidak poros. Kemudian aksesibilitas desa bagus karena terlewati jalan aspal hotmix yang menghubungkan Desa Sukoanyar dengan Ibukota Kecamatan Wajak dan Kota Malang yaitu melalui Kecamatan Bululawang.

4.8 Stakeholder Perencanaan Pembangunan Kawasan Minapolitan

(29)

kepentingan namun tidak memiliki kekuasaan adalah SKPD yang terlibat peran secara langsung, selanjutnya stakeholder yang memiliki kepentingan akan tetapi tidak mempunyai legitimasi dan kekuasaan adalah masyarakat, yaitu pembudidaya ikan dan kelompok pembudidaya ikan.

4.9 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Malang mengemban fungsi sebagai perencana, coordinator dan pengendali pelaksanaan. Bappekab harus mampu memanfaatkan peluang dan kesempatan untuk memperbaiki segala bentuk kekurangan dan kelemahan dalam mengkoordinasikan perencanaan di lingkup Kabupaten Malang dan dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas perencanaan termasuk mensinergikan perencanaan agar SKPD sesuai tupoksinya dapat membantu kebutuhan masyarakat dalam mendukung pembangunan kawasan minapolitan.

SKPD di lingkup Kabupaten Malang yang terkait langsung dengan pembangunan kawasan minapolitan yang termuat dalam Pokja adalah Bappekab Malang, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Dinas Bina Marga, Dinas Pengairan, Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM), Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian dan Perkebunan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Diperindag pasar, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), serta kantor Kecamatan Wajak.

4.10 Kelompok Pembudidaya Ikan

Berdasarkan dari data Dinas Perikanan Kabuapten Malang, di Kabupaten Malang pada tahun 2012 terdapat sekitar 47 kelompok budidaya perikanan air tawar, sedangkan untuk kelompok budidaya pembenihan nila ukuran 3-5 cm ada 21 KUB dan 105 rumah tangga pembudidaya, dan untuk kelompok budidaya pendederan nila ukuran 8-12 cm ada 67 KUB dan 304 rumah tangga pembudidaya.

(30)

dengan pusat pengelolaan minapolitan secara baik dan saling menguntungkan sehingga dapat menumbuhkan ekonomi berbasis kerakyatan di tingkat pedesaan.

Kelompok budidaya ikan dalam hal ini berfungsi sebagai wadah koordinasi para petani ikan dalam merumuskan berbagai masalah yang kemudian mencari solusinya, selain itu membuat perencanaan program dengan kegiatannya untuk meningkatkan kemajuan kelompoknya.

4.11 Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pembangunan Minapolitan Di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak, dalam melakukan pembangunan minapolitan ada beberapa faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhinya, antara lain:

Faktor pendukung yang mempengaruhi pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang khususnya di Desa Sukoanyar adalah potensi perikanan yang dimiliki, serta sudah adanya kekuatan hukum untuk program minapolitan, dan adanya dukungan SKPD terkait untuk pelaksanaan program minapolitan, adanya peluang pasar untuk perikanan, kekuatannya pada sumber air, didukung pula oleh pemerintah provinsi. Sedangkan faktor yang menghambatnya adalah petani belum mempunyai teknologi pemeliharaan ikan, para petani kekurangan modal, sedangkan faktor yang melemahkan adalah kemampuan petani terbatas dalam mencukupi target pasar benih di kabupaten. Kelemahannya di irigasi sungai, peluangnya petani kecil mendapat kesempatan membuat benih ikan dari kelompok tani besar, sedang ancaman bagi petani adalah waktu musim yang tidak tepat induk nila tidak bertelur.

4.12 Analisis SWOT

Faktor Internal dari dalam wilayah Kabupaten Malang sebagai berikut : Kekuatan (Strength):

 Adanya dasar hukum yang memayungi kegiatan dalam pembangunan kawasan minapolitan seperti SK Menteri Perikanan dan Kelautan

 Dukungan SKPD yang terkait langsung dalam pelaksanaan pembangunan kawasan minapolitan.

 Potensi budidaya ikan nila yang bagus

 Potensi sumber air yang bersih dan berlimpah

(31)

 Terdapat 2 balai benih ikan di Sukorejo dan Jatiguwi

 Secara geografis Desa Sukoanyar mempunyai kawasan yang strategis yaitu berada di tengah-tengah Kecamatan Wajak yang memudahkan distribusi perikanan ke luar Malang

 Infrastruktur transportasi yang lebih baik dari desa maupun kecamatan yang lain di sekitarnya.

Kelemahan (weaknesses) :

 Alokasi APBD Kabupaten dibagi antar SKPD sehingga pembiayaan minapolitan dilakukan bertahap

 Pola pikir masyarakat akan makna pembangunan kawasan minapolitan masih kurang.

 Teknologi pembudidaya ikan nila di desa Sukoanyar masih tradisional

 Rawan pencurian ikan

 Petani dan pembudidaya kurang modal dalam pembelian benih ikan

 Irigasi desa yang belum sepenuhnya baik

Faktor eksternal dari luar wilayah kabupaten Malang yang berupa: Peluang (Opportunities):

 Dukungan dari pemerintah pusat dan propinsi teradap pembangunan minapolitan di Kabupaten Malang khususnya di Desa Sukoanyar Kabupaten Malang

 Peluang pasar ikan di luar wilayah Malang

 Akan dibangunnya Kawasan Pusat Pengelolaan Minapolitan (PPM) di Desa Sukoanyar yang dapat meningkatkan distribusi, pengembangan dan pemasaran minapolitan tersebut.

 Kawasan minapolitan di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak berpeluang dapat menjadi kawasan minapolitan terbesar di Jawa Timur bahkan di Indonesia.

 Petani kecil mendapat kesempatan membuat benih ikan dari kelompok tani besar

Ancaman (Threats) :

(32)

 Ancaman wabah penyakit yang menyebabkan terisolasinya Kabuapten Malang dari jalur pemasaran.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam pembangunan kawasan minapolitan tersebut. Faktor pendukung sekaligus kelebihan pembangunan minapolitan adalah kekuatannya pada sumber air, kelemahannya di irigasi sungai, peluangnya petani kecil mendapat kesempatan membuat benih ikan dari kelompok tani besar, sedang ancaman bagi petani adalah pada waktu musim yang tidak tepat induk nila tidak bertelur. Sedangkan faktor yang menghambatnya adalah petani belum mempunyai teknologi pemeliharaan ikan dan para petani kekurangan modal.

(33)

sebelum dibangun fasilitas PPM perlu membenahi beberapa sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan pembangunan minapolitan antara lain: SDM, teknologi pembenihan, sarana prasarana, permodalan. Untuk pembangunan PPM di Desa Sukoanyar pemerintah Kabupaten Malang telah mempersiapkan lahan seluas kira-kira 10-20 Ha yang merupakan gabungan tanah milik masyarakat. Dan terakhir tahap pelaksana rencana yang sudah dikerjakan antara lain pemberian bantuan benih maupun indukan bagi petani ikan, pemberian pelatihan budidaya bagi petani ikan, pelatihan tentang cara pembuatan kolam, pelatihan mengolah hasil budaya, serta telah dijalankannya usaha simpan pinjam dari P2SLBK yaitu Program Pengembangan Sumber Daya Lokal Berbasis Kawasan. Sedangkan perencanaan dan sumber pendanaan pembangunan kawasan minapolitan ini antara lain bersumber dari APBD (Provinsi), APBD II (Kabupaten), Dana Alokasi Khusus (DAK), APBN.

5.2 Saran

1. Dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan ini terdapat faktor pendukung dan penghambat dari pembangunan itu sendiri. Dari faktor pendukung pembangunan kawasan minapolitan tersebut pemerintah pusat, pemerintah daerah dan perangkat desa diharapkan dapat mempertahankan, mengembangkan, mengelola dan memaksimalkan sumber daya alam atau sumber daya manusia yang sudah ada agar tetap menjadi kelebihan dari potensi desa tersebut karena dari faktor pendukung dan kelebihan tersebut akan dapat meningkatkan hasil pendapatan masyarakat sekitar bahkan dapat menambah hasil APBD dan pemerataan ekonomi di desa tersebut dapat terwujud. Sedangkan dari faktor penghambat tersebut diharapkan semua stakeholder dalam pembangunan kawasan minapolitan tersebut dapat bekerja sama untuk menutupi kekurangan atau memperbaiki kekurangan agar tidak terdapat ancaman dari luar. Semua stakeholder harus berupaya semaksimal mungkin agar ancaman, kekurangan tersebut dapat menjadi sebuah peluang, kelebihan yang dapat menghasilkan pendapatan bagi masyarakat sekitar.

(34)

lahan lokasi sehingga dapat terealisasi lokasi pengelolaan, pengembangan dan pemasaran sentra minapolitan di Desa Sukoanyar tersebut.

(35)

Gambar

Tabel potensi sumberdaya alam
Tabel potensi sarana perhubungan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan, kendala yang dihadapi, serta memberikan solusi atas kendala yang terjadi dalam proses

Dari hasil penelitian dan wawancara terhadap responden didapatkan informasi bahwa jumlah ganti rugi yang diterima oleh petani termasuk dalam kategori rendah, hal

nanopartikel MgFe 2 O 4 yang bisa digunakan dalam aplikasi yang sesuai. Universitas

[r]

Dengan internal audit yang dilakukan secara berkala selama 2 minggu sekali diharapkan perusahaan mampu mengurangi cacat produk dan segera mengam- bil tindakan jika ternyata

(0,0016 g /30 g daun bambu ater) hal ini ditunjang oleh posisi lokasi sampling pada tempat terbuka sehingga mendapatkan paparan intensitas cahaya yang paling

Perbedaan mendasar di antara keduanya ialah proses biologis menghasilkan gas- bio yang kemudian dibarak untuk menghasilkan tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan.

Dokumentasi adalah metode untuk mencari data melalui benda- benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.