• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMPARASI MODEL BISNIS KANVAS S (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KOMPARASI MODEL BISNIS KANVAS S (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARASI MODEL BISNIS KANVAS

SOCIAL ENTERPRISE DAN PUBLIC ENTERPRISE(Studi Kasus Bambooland Sleman Dengan Bumdes Bintang 18 Sardonoharjo)

Lina Af’ida Fataya Helwa Email: 15423091@students.uii.ac.id

Hilda Khilya Arintin

Email: 15423096@students.uii.ac.id

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk menganalisis komparasi model bisnis social enterprise dan public enterprise melalui pendekatan model bisnis kanvas, studi kasus pada perusahaan Bambooland Sleman dan BUMDes Bintang 18 Sardonoharjo. Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif melalui pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan mengunakan teknik wawancara yang meenghasilkan data primer dan studi literatur sehingga menghasilkan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang mempresentasikan, menggambarkan, dan mendeskripsikan hasil wawancara pada dua perusahaan tersebut kemudian membandingkan kematangan konsep dengan sembilan elemen yang ada pada teori model bisnis kanvas. Hasil dari penelitian ini bahwa bisnis didua perusahaan tersebutmempunyai beberapa kesamaan konsep disegmen customer segmen, value proposition, channel, customer relationship,key activity, key resources. Bambooland mempunyai kematang konsep yang lebih dibanding BUMDes karena lebih unggul dibeberapa segmen. Yaitu dari segmen Revenue Stream, Key Partner dan Cost Structure sedangkan untuk segmen yang lain keduanya hampir sama.

Keyword: model bisnis kanvas, Bambooland, dan BUMDes Bintang 18.

A. Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak potensi bisnis. Hal tersebut dikarenakan sumberdaya manusia maupun sumberdaya alamnya yang melimpah. Sudah diketahui bahwa indonesia mempunyai 13.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke[ CITATION Adi10 \l 1033 ] dan jumlah penduduk yang mencapai 237.641.326 jiwa menurut data sensus 2010 (BPS, 2012 ) Dari data tersebut menunjukan bahwa Indonesia sebenarnya adalah kaya sehingga perlu adanya pengembangan dari aset kekayaan tersebut.

(2)

Bisnis merupakan kegiatan ekonomi yang mempunyai peranan sangat penting bagi dari segi sosial, ekonomi, agama, nasional maupun internasional. Selain itu bisnis juga tidak lepas dengan kegiatan interaksi yang mana mampu menjalin hubungan antara satu orang dengan yang lainya[ CITATION Nor15 \l 1033 ].Tujuan utama dalam melakukan bisnis adalah mencari keuntungan. Dari keuntungan tersebut akan digunakan sebagaimana mestinya yakni untuk memenuhi biaya hidup maupun untuk kepentingan yang lainya. Dalam melakukan bisnis juga mempunyai visi dan misi tersendiri sesuai dengan niat dari pemangku bisnis tersebut. Dengan adanya bisnis ini maka setidaknya akan mengurangi pengangguran maupun kemiskinan yang ada di Indonesia, karena dengan bisnis akan berdampak pada kemakmuran dan kesejahteraan lingkungan sekitar baik sumberdaya alamnya maupun sumberdaya manusia. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwasanya jika kalian ingin mencapai kemakmuran hidup maka berdaganglah. Namun perlu digaris bawahi, yakni berbisnis dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syariat Islam.

Dalam usaha bisnis mempunyai basis publik enterprise dan juga ada yang berbasis sosial enterprise. Kedua jenis usaha tersebut mempunyai latar belakang yang berbeda dalam menjalankan usahanya. Usaha yang berbasis publik (Public Enterprise) lebih mengedepankan keuntungan yang prioritasnya adalah untuk pemerintah setempat sedangkan untuk usaha yang berbasis sosial (Social Enterprise) lebih mengedepankan keuntungan yang prioritasnya adalah untuk masyarakat. Dilihat dari latar belakang tersebut maka dapat diketahui bahwa konsep antara keduanya berbeda antara yang satu dengan yang lainya.

Perbedaan konsep yang mendasar mengenai kedua perusahaan tersebut dilandasi dengan perbedaan visi dan misi yang direncanakan. Meskipun keduanya memiliki perbedaan namun pada dasarnya adalah sama dalam hal berbisnis yaitu mencari keuntungan hanya saja beda dalam mengalokasikan keuntungannya. Hasil dari keuntungan kedua perusahaan tersebut menggambarkan salah satu keberhasilan program yang direncanakan.

Kegiatan berbisnis tidak pernah lepas dari aturan yang dirangkum dalam manajemen perusahaan. Baik dari segi perencanaan, pengelolaan, serta mengatur semua jalan nya bisnis mulai dari produksi sampai ke pemasaran. Untuk melihat seberapa baik manajemen perusahaan dapat direpresentasikan melalui analisis model bisnis kanvas. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui lebih terkonsep mana antara perusahaan yang berbasis pubik dan yang berbasis sosial. Peneliti mengambil kasus diperusahaan Bumdes Bintang 18 sebagai perusahaan berbasis publik dan Bambooland sebagai perusahaan yang berbasis sosial.

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan mengenai permasalahanya yaitu apakah sama konsep yang diterapkan dalam bisnis di Bambooland dan BUMDes berdasarkan pendekatan model bisnis kanvas. Selain itu juga ingin mengetahui terkait kematangan konsep yang ada di kedua perusahaan tersebut.

B. Kajian Pustaka

(3)

membahas tentang analisis SWOT model bisnis kanvas di perusahaan Sulis Cake yang terletak di Kota Banjarmasin dengan melalui sembilan elemen dalam model bisnis kanvas, dengan tujuan dapat melakukan evaluasi dan perancangan model bisnisnya. Hal ini berbeda dengan pembahasan yang akan diteliti yaitu penelitian iniberusaha mengkomparasikan kematangan konsep model bisnis kanvas antara perusahaan yang berbasis sosial yakni Bambooland dan perusahaan publik yakni BUMDes Bintang 18 Sardonoharjo. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh [ CITATION Fel15 \l 1033 ] yang membahas mengenai penerapan model bisnis kanvas dalam upaya mengevaluasi model bisnis kanvas di toko Moi Collection melalui analisis SWOT dengan tujuan untuk mengatur strategi di masa yang akan datang.

Berbeda dengan penelitian oleh [ CITATION Muh17 \l 1033 ] penelitian ini menggunakan strategi model bisnis kanvas dalam upaya meningkatkan penjualan dengan tujuan meminimalisir hambatan-hambatan yang dihadapi oleh bisnis Geprek Express Samarinda. Penelitian lainnya dilakukan oleh Setiawan, Zulkarnain, & Djohar 2015 [ CITATION Tem15 \l 1033 ] yakni berkaitan dengan strategi pengembangan model bisnis dengan tujuan untuk memodifikasi perubahan dari beberapa elemen melalui pendekatan model bisnis kanvas. Obyek penelitian di PT Satya Abadi Visimet, yang dilatar belakangi oleh persaingan ketat dan ketergantungan pada alat-alat produksinya.

Dari kajian pustaka yang telah dipaparkan diatas mengenai model bisnis kanvas, bahwa ada sembilan elemen yang menjadi dasar penilaian ataupun instrumen dalam menganalisis model bisnis kanvas [CITATION Ost14 \l 1033 ]dari suatu perusahaan yang menerapkannya, diantaranya:

1. Kategori Pelanggan (Customer segments)

Elemen ini berkaitan dengan pengelompokan dan kategori pelangggan dalam suatu perusahaan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan pelanggan. Dari segi ekonomi di kategorikan dalam kelas bawah menengan dan atas [ CITATION Kos15 \l 1033 ]

2. Penilaian Pelanggan/ Nilai Perusahaan (Value propositions)

Value propositionsfokus pada nilai yang ditawarkan perusahaan terhadap pelanggan, baik itu yang bersifat kualitatif yang meliputi kepuasan dan rasa nyaman dan kuantitatif seperti harga yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan [ CITATION Kos15 \l 1033 ]

3. Saluran Distribusi (Channels)

Dalam segmen ini difokuskan pada cara yang digunakan perusahan untuk memudahkan akses dalam menjangkau komunikasi dengan pelanggan [ CITATION Fel15 \l 1033 ].

4. Hubungan dengan pelanggan(Customer relationships)

Dalam Customer relationships berfokus pada hubungan baik yang dibangun perusahaan dengan para pelangganya [ CITATION Erw16 \l 1033 ]. Bisa dilakukan dengan melakukan berbagai hal diantaranya mengadakan perkumpulan setiap satu bulan sekali antara perusahaan dengan pelanggan.

5. Sumber Pendapatan (Revenue streams)

Revenue streams yakni sumber pendapatan yang diperoleh perusahaan melalui berbagai hal diantaranya penjualan produk dan donasi[ CITATION Erw16 \l 1033 ].

(4)

Sumberdaya yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahanya, baik dari sumberdaya alam ataupun manusianya. Harapan yang ingin dicapai perusahaan adalah memiliki sumberdaya yang berkualitas tinggi dan berwawasan luas [ CITATION Ben16 \l 1033 ].

7. Aktivitas Perusahaan (Key activities)

Key activities fokus terhadap aktivitas utama yang dijalankan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dengan prinsip efektifitas dan produktivitas [ CITATION Ell15 \l 1033 ].

8. Mitra Perusahaan (Key partnerships)

Mitra perusahaan berkaitan dengan pemasok sumberdaya yang digunakan perusahaan dalam mengelolah aktivitas bisnisnya [ CITATION Ell15 \l 1033 ]dan pihak - pihak yang menjalin hubungan bekerjasama dengan perusahaan [ CITATION Fel15 \l 1033 ].

9. Struktur Biaya (Cost structure)

Cost structureberkaitan dengan biaya - biaya yang muncul sebagai akibat dari operasional bisnis [ CITATION Erw16 \l 1033 ], yang berfokus pada dua hal yaitu

value driven dan cost driven. value drivenberhubungan dengan nilai dari kualitas produk, sedangkan cost driven berfokus pada meminimalisir biaya dengan tujuan agar produk yang dijual dapat dibeli dengan harga yang terjangkau oleh konsumen [ CITATION Set15 \l 1033 ]

Peneliti akan menguraikan mengenai kerangka teori yang akan dibahas dalam penelitian ini. Yaitu dengan mengkonsep mengenai bisnis model kanvas dengan mengkomparasikan dua jenis perusahaan berbasis sosial maupun publik. Analisis menggunakan bisnis model kanvas mempunyai sembilan elemen yang menjadi acuan yaitu Segmen pelanggan(Customer Segments),proposisi nilai(Value Proposition), saluran menuju pelanggan(Channel), hubungan dengan pelanggan (Customer Relationship), sumber daya utama(Key Resources), Pendapatan(Revenue Stream)mitra utama(Key Partner), kegiatan utama(Key Activities), struktur biaya(Cost). Berikut mengenai kerangka teori dalam penelitian ini

Analisis model bisnis perusahaan menggunakan model bisnis kanvas SEMBILAN SEGMEN MODEL BISNIS KANVAS

PERUSAHAAN BABMBOOLAND

PERUSAHAAN BUMDes Bintang 18

Customer

(5)

C. Metodelogi Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparasi melalui pendekatan kualitatif. Penelitian ini berusaha membandingkan kematangan konsep dalam model bisnis kanvas di dua perusahan yang memiliki basis yang berbeda yakni perusahaan yang berkosentrasi pada social yakni Bambooland Sleman dan perusahaan yang dimiliki pemerintah yang berfokus pada publik yakni BUMDes Bintang 18 Sardonoharjo. 2. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah pimpinan, penanggung jawab, dan pegawai pada perusahaan Bambooland Sleman dan BUMDes Bintang 18 Sardonoharjo.

3. Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah komparasi dari kematangan konsep model bisnis kanvas pada perusahaan Bambooland Sleman dan BUMDes Bintang 18 Sardonoharjo melalui sembilan elemen model bisnis kanvas.

4. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitaif. 5. Sumber data dan Teknik pengumpulan data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh melalui observasi secara langsung dan wawancara. Wawancara dilakukan secara langsung kepada sumbernya yaitu kepada tiga narasumber. Dua narasumber dari Bambooland yang dilaksanakan pada 18 Mei 2018 berlokasi di Dusun Ngepring, Cangkringan. Satu narasumber dari BUMDes Bintang 18 Sardonoharjo yang dilaksanakan pada 24 Mei 2018. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh melalui studi literatur yang berasal dari berbagai sumber seperti, jurnal, buku, dan web resmi.

6. Teknik analisis data

Untuk analisis data, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yakni dengan cara mempresentasikan, menggambarkan, dan mendeskripsikan hasil wawancara pada dua perusahaan tersebut kemudian membandingkan kematangan konsep dengan sembilan elemen yang ada pada teori model bisnis kanvas, yakni

customer segments, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resoursces, key activities, key partnerships, dan cost structure.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai analisis bisnis model kanvas yang diterapkan di perusahaan Bambooland dan perusahaan BUMDes Bintang 18 Sardonoharjo yang keduanya berada di daerah Sleman. Kedua perusahaan tersebut akan dianalisis berdasarkan Sembilan segmen yang telah ditentukan. Berikut analisis yang telah didapat oleh peneliti berdasarkan wawancara dengan direktur perusahaannya. 1. Analisis Model Bisnis Kanvas Bambooland

Customer Segmen

Costumer Segmen adalah pelanggan utama dalam mengkonsumsi sebuah produk dari perusahaan [ CITATION Tji15 \l 1033 ]. Customer ini adalah tujuan atau sasaran utama yang diprioritaskan oleh perusahaan. Pelanggan atau konsumen dari bisnis bambooland ini adalah masyarakat luas akan tetapi lebih priorotas untuk saat ini adalah Bamboo Bos. Bamboo bos adalah perusahaan bambu yang sudah relatif besar, yang berada di Maguwoharjo, dimana pasarnya sudah mencapai taraf internasional.

(6)

Perusahaan ini memproduksi bambu mentah yang kemudian diolah menjadi produk bambu yang baru.

Value Proposition

Value proposition adalah nilai lebih dari produk yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Menurut Hartono (2018) sebagai direktur utama bambooland mengatakan bahwa bambooland ini mempunyai kualitas bambu yang seratnya lebih kuat dibanding yang lainya sedangkan menurut Prihatmaji Yulianto (2018) menyatakan bahwa bambu yang ada di bambooland ini sama dengan bambu - bambu yang lainya hanya saja yang membedakan adalah cara masyarakat mengapresiasi adanya program tersebut. Dengan demikian menurut masyarakat dusun Ngepring, bambu adalah barang yang dulunya kurang dianggap penting sekarang menjadi barang yang sangat bernilai. Dengan demikian banyak yang lebih memperhatikan mengenai pemanfaatan bambu yang ada di lahan sekitar rumah mereka.

Channel

Channel adalah sarana yang digunakan perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Untuk melakukan komunikasi dengan pelanggan, perusahaan menggunakan metode marketing/ pemasaran semenarik mungkin untuk mengambil hati para pelanggan.Marketing yang dilakukan perusahaan bambooland ini hanya melalui pak Aji (inisiator pembuat bambooland) yang kemudian disalurkan ke Bamboo Bos. Untuk sementara penjualan bamboo masih berupa mentahan, dalam artian belum menjadi barang jadi. Oleh karena itu apabila ada masyarakat yang ingin membeli bambu dalam bentuk barang jadi maka harus memesannya terlebih dahulu. Metode pemasaran bambooland masih bersifat offline karena fasilitas yang belum cukup rapi dan memang belum siap untuk di online kan.

Customer Relationship

Customer relationship merupakan jenis hubungan yang ingin dibangun perusahaan dengan masing-masing customer segments tertentu. Jenis hubungan tersebut bisa berupa kegiatan rutinan atupun cara menjaga hubungan antara perusahaan dengan costumer segments dalam berinteraksi jual beli.Di Bambooland belum ada kegiatan secara khusus dengan pelanggan nya karena belum begitu banyak. Perusahaan ini hanya melakukan interaksi dengan pelangganya ketika terjadi pembelian.

Revenue Stream

Revenue stream merupakan pendapatan yang diperoleh perusahaan. Bambooland mempunyai pendapatan dari berbagai pintu yaitu didapat dari hasil penjualan bamboo. Penjualan ini biasanya bisa berupa bambu mentah maupun berupa barang yang sudah jadi berupa furniture dan lain sabagainya. Barang yang dijual adalah tergantung pemesanan dari pembeli. Selain itu pendapatan dari perusahaan ini didapat dari hasil dana yang dilakukan dalam sarana belajar terkait pembelajaran bambu (pembibitan, penanaman dan perawatan). Jadi misalkan ada orang yang menginginkan edukasi mengenai bamboo dari proses pembibitan sampai dengan pemanenan bisa belajar dibambooland tersebut dengan dikenai biaya edukasi. Di tempat bambooland juga disediakan tempat yang digunakan untuk diskusi mengenai perawatan bamboo.

(7)

tersebut tergantung luas tanah yang dilewati sebagai lahan area bikepark. Sebelum menjadi tanah area bikepark warga sudah dimintai persetujuan untuk dijadikan mitra kerjasama untuk memajukan perekonomian warga melalui bambooland ini yang didalamnya mencakup bikepark. Selain dari hasil bikepark, uang yang didapat berasal dari donasi para volunteer yaitu para relawan yang ingin membantu masyarakat didaerah dusun ngepring tersebut. Mereka membantu dengan senang hati dan tidak meminta imbalan yang harus dikembalikan. Donasi ini juga ada yang berasal dari dana yang diajukan / proposal yang diajukan kepada pemerintah Australia. Dan bambooland merupakan salah satu dari 25 proposal yang diajukan kepada pemerintah Australia (Sasongko, 2017).

Dari berbagai pendapatan yang ada maka dapat memberikan tambahan dana yang kemudian digunakan untuk menunjang kemajuan dari perusahaan bambooland itu sendiri.

KeyActivity

Adalah aktifitas utama yang dilakukan perusahaan untuk menunjang kemajuan dan mempertahankan suatu bisnis tersebut agar tetap berjalan.Untuk aktifitas utama yang dilakukan adalah penanaman dan perawatan bambu serta penyewaan lokasi bike park yang biasaya digunakan sebagai tempat para pengunjung dengan tujuan agar tetap menarik untuk para pengunjung. Selain itu aktifitas utama yang lainya adalah melakukan penjualan. Dengan melakukan penjualan maka akan mendapatkan pendapatan yang mampu memenuhi kebutuhan perusahaan tersebut.

Key Resources

Sumberdaya utama dalam pelaksanaan bisnis ini adalah bambu, masyarakat sekitar, dan pengawas. Bamboo adalah produk utama yang ditawarkan dalam perusahaan ini sedangkan masyarakat sekitar adalah sebagai stakeholder yang berperan sangat penting dalam menjalankan bisnis, dan tanpa mereka bambooland tidak akan bisa berjalan karean kontribusi mereka yang begitu signifikan. Sedangkan pengawas adalah seorang yang tugasnya mengawasi dari berjalan nya bisnis ini mulai dari manajemen pengolahan sampai dengan manajemen keuangan dan kegiatan manajemen yang lainya. Dengan adanya pengawasan maka akan lebih terkontrol.

Key Partnership

Untuk memperlancar bisnis ini, bambooland bermitra dengan beberapa instansi yaitu masyarakat sekitar, bamboo bos, serta UII. Masyarakat sebagai subjek penjalan bisnis, bamboobos sebagai pembeli tangan pertama sedangkan instansi UII sebagai salah satu donatur. Pak Aji yang merupakan dosen UII juga sebagai salah satu aktor yang berperan dalam bambooland karena beliau penyumbang ide untuk sebuah kebijakan yang diambil dalam melakukan keputusan.

Cost Structure

Dalam penelitian kami lebih berfokus pada alur perputaran uangnya. Di bambooland modal berasal dari berbagai sumber yakni dari masyarakat, volunteer, dan investor. Setelah mendapatkan uang tersebut kemudian diolah oleh masyarakat yang kemudian hasilnya dibagi kepada masyarakat, dusun, desa, pemuda serta pengelola. Salah satu contohnya keuntungan yang diperoleh dari hasil bikepark. Masyarakat mendapatan penghasilan dari seluas tanah yang dilewati berdasarkan lokasi sepeda track.

2. Model Bisnis Kanvas Bumdes Bintang 18

(8)

Sejak awal berdirinya BUMDes Bintang 18 pada tanggal 18 Januari 2018, Pelanggan atau konsumen dari bisnis mentimun baby ini adalah mencakup dari keseluruhan masyarakat luas dari semua kelas tanpa adanya perbedaan baik dari penjualan jenis harga maupun dari bentuk buahnya. Ada dari kelas menengah kebawah yang biasanya dipasarkan di pasar - pasar tradisional dan ada juga dari kelas menengah keatas, pemasaranya di supermarket, mall, dan swalayan lainnya. Namun, menjadi catatan bahwa untuk konsumen dari buah mentimun baby ini lebih berfokus pada pengepul dan pasar tradisional. Pengepul dalam bisnis ini adalah pembeli utama karena memang sudah bermitra sejak awal.

Value Proposition

Nilai yang diinginkan para pelanggan terhadap produk ini adalah harga yang relatif stabil. Sehingga menjadikan pelanggan mudah untuk mengakses mentimun baby. Di pasaran mentimun baby di jual dengan harga Rp 4000 setiap Kilogram. Berbeda dengan mentimun yang biasa dijual dipasaran, dimana harganya terkadang tidak stabil naik dan turunnya, dengan perhitungan harga semisal harga lagi naik bisa mencapai Rp 4500, dan kalau sedang turun bisa mencapai Rp 500.Selain keuntungan yang didapat dari pelanggan, perusahaan juga mendapatkan nilai lebih yakni keuntungan produk mentimunbaby dengan kesetabilan harganya dan memiliki pasar yang lebih terbuka.

Channel

Kemudahan akses komunikasi antara pelanggan dan perusahaan dalam BUMDes Bintang 18 masih menerapkan sistem offline, hal ini dikarenakan untuk memenuhi permintaan dari pengepul saja masih sangat kurang Hasil panen mentimun baby perhari diperkirakan mencapai 2 – 3 Kwintal, sedangkan permintaan dari para pengepul setiap harinya mencapai 6 Kwintal

Hal ini menjadikan sistem yang manual itu akan lebih efektif, dibandingkan dengan sistem online. Namun, tidak menjadi masalah jika suatu saat nanti usaha mentimun baby di BUMDes Bintang 18 sudah mencukupi kebutuhan pelanggan, kemungkinan besar menggunakan sistem online akan lebih efektif. Untuk rencana kedepan mempunyai target menyupplay kurang lebih 1 Ton perhari.

Customer Relationship

Dari hasil wawancara menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang intim antara para pelanggan dengan BUMDes Bintang 18. Namun, berbeda dengan para mitra BUMDes Bintang 18, yakni antara para petani dengan BUMDes Bintang 18sering melakukan kegiatan seperti evaluasi program, pelatihan terkait penanaman mentimun baby yang baik dan kegiatan lainnya.

Revenue Stream

Sumber pendapatan BUMDes Bintang 18ini diperoleh dari hasil penjualan mentimun baby tersebut, yang dijual langsung kepada pengepul maupun dijual di pasar tradisional.

Key Activity

(9)

Key Resources

Sumberdaya utama untuk menunjang bisnis di BUMDes Bintang 18 adalah terdiri dari dua unsur sumberdaya yaitu sumberdaya alam yaitu mentimun dan lahan petani yang dimiliki petani, dan sumberdaya manusian yang terdiri dari petani sebagai pekerjaserta pengurus BUMDes Bintang 18 sebagai pengelola dan pengawas dalam menjalankan bisnis tersebut. Selain itu juga pengepul juga sebagai distributor dalam penjualan mentimun baby.

Key Partnership

Untuk melakukan bisnis tentunya memerlukan mitra baik itu dari instansi, donasi, pekerja, dan pihak-pihak lainya yang berkepentingan. Tidak terkecuali dengan bisnis mentimun baby tentunya BUMDes Bintang 18 mempunyai mitra sebagai rekan kerja untuk melancarkan bisnisnya. BUMDes Bintang 18 ini sementara hanya bermitra dengan pengepul yang bekerjasama dalam mendistribusikan mentimun baby ke pasar. Sedangkan petani berkerjasama dalam memproduksi (menanam buah mentimun baby). Bumdes ini belum mempunyai banyak mitra seperti pembeli, hal ini dikarena hanya dengan pengepul saja stok barang/produk mentimun baby masih sangat kekurangan.

Cost Structure

Dalam struktur biaya pada BUMDes Bintang 18 Modal di fokuskan padaperputaran uangnya.Modalawal yaitu dana berasal dari pemerintah desa , kemudian dialokasikan ke BUMDes Bintang 18 yang selanjutnya dioperasionalkan untuk bisnis mentimun baby tersebut.Hasil dari penjualan petani timun baby akan dikembalikan ke modal awal BUMDes Bintang 18. Sisa uang yang dikembalikan ke BUMDes Bintang 18 kemudian digunakan untuk petani sendiri.

Berdasarkan uraian analisis model bisnis kanvas diatas dapat diperoleh beberapa informasi mengenai model bisnis yang diterapkan di dua perusahaan baik sosial enterprise maupun publik enterprise. Dengan diketahuinya model bisnis kedua perusahaan tersebut maka ada persamaan maupun perbedaan [ CITATION Har182 \l 1057 ].

Adapun persamaan dan perbedaan tersebut adalah sebagai berikut

No Segmen Model Bisnis

2 ValueProposition Memiliki nilai dari

(10)

masyarakat yang

6 Key Activity Aktivitas yang

dilakukan oleh

(11)

sumberdaya

8 Key Partnership Mitra di

Bambooland terdiri

9 Cost Structure Modal awal berasal

dari berbagai

Hasil komparasi dari perusahaan publik dan sosial berdasarkan analisis model bsinis kanvas dapat disimpulkan bahwasanya bisnis di Bambooland (Sosial Enterprise) mempunyai kematang konsep yang lebih dibanding BUMDes karena lebih unggul dibeberapa segmen. Yaitu dari segmen Revenue Stream, Key Partner dan Cost Structuresedangkan untuk segmen yang lain keduanya hampir sama.

Dalam segi konsep Bambooland memang lebih unggul dan lebih baik namun dari segi pendapatan, BUMDes lebih banyak menghasilkan keuntungan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pendapatan perbulan nya yaitu Bambooland pada bulan pertama menghasilkan pendapatan RP.16.000.000 Sedangkan BUMDes Bintang 18 dalam sebulan sekitar RP.27.000.000. Hal tersebut karena hasil penjualan dari BUMDes jangka waktunya relatif pendek yaitu setiap hari bisa memanen produknya sedangkan untuk bambu bersifat jangka panjang.

(12)

Setijawibawa (2015) bahwa pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan X dengan analisis model bisnis kanvas didapat dari penjualan produk dan permintaan khusus dari pelanggan.

Menurut penelitian yang telah dikaji oleh [ CITATION Kos15 \l 1057 ] tentang key resources bahwa didalam sumberdaya utama yang menjadi acuan ada empat unsur yaitu sumberdaya manusia, SDA serta bentuk fisik dari tempat bisnis tersebut/ tempat operasional bisnis dan dari segi intelectual sedangkan dalam peniltian kami hanya ada tiga unsur saja yaitu physical, human, dan financial sedangkan segi intelectual nya tidak ada.Dalam penelitian lainnya yang berkaitan dengan channel yakni kemudahan akses komunikasi antara pelanggan dengan perusahaan. Menurut Setiawan, Zulkarnain, & Djohar (2015) channeldi PT SAV dilakukan dengan cara mempromosikan brand dan produknya, dengan kata lain dilakukan komunikasi tidak langsung. Sedangkan hasil penelitian ini berbeda yaitu dengan melakukan komunikasi kepada para pelanggan dengan sistem komunikasi offline, makna lainnya yakni komunikasi langsung satu arah.

Peneilitian yang dilakukan oleh [ CITATION Fel15 \l 1057 ] mengenai analisis model bisnis kanvas di sebuah perusahaan, tepatnya di segmen key activity bahwa Toko Moi Collection tidak melakukan aktivitas produksi akan tetapi hanya melakukan aktivitas distribusi kepada para customer. Yang dilakukan toko ini hanyalah memesan, menunggu, menata yang kemudian dijual sedangkan dalam penelitian kami baik dari Bambooland maupun BUMDes ada kegiatan produksi yaitu memproduksi bambu dan mentimun. Penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Muh17 \l 1057 ] mengenai mitra yang berhubungan dengan perusahaan bisnis Geprek Express yaitu: orang/ masyarakat, uang (investor), alat (supplier) serta bahan baku (supplier). Hal ini sama dengan penelitian kami yang mempunyai mitra dari berbagai sumber yaitu baik dari masyarakat sekitar maupun investor, bahkan dipenelitian kami ada pihak volunteer yang memang membedakan dengan penelitian sebelumnya.

E. Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwasanya komparasi antara perusahaan sosial dan publik mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan dalam segi konsepnya berdasarkan analisis bisnis model kanvas. Adapun konsep yang sama dintara keduanya adalah segmen yaitu customer segmen, value proposition, channel, customer

relationship,key activity, key resources. Sedangkan untuk segmen yang lain ada perbedaan yang mana menunjukan keunggulan konsep di Bambooland/ sosial enterprise dibanding BUMDes Bintang 18. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa bisnis sosial enterprise yang digambarkan oleh Bambooland mempunyai kematangan konsep yang lebih baik dibanding perusahaan publik berupa BUMDes Bintang 18 Saronoharjo. Tapi meskipun bagus dalam segi konsepnya hasil pendapatan yang diperoleh BUMDes lebih banyak karena penjualan produk tergolong jangka pendek sehingga lebih sering melakukan transaksi penjualan dibanding dengan penjualan bambu yang jangka panen nya relatif cukup lama.

Saran untuk Bambooland maupun BUMDes bahwa sistem marketingnya lebih ditingkatnkan lagi yaitu dengan cara online karena dengan online akan lebih diketahui oleh khalayak umum tentang keberadaanya.

(13)

Benedictus Permadi, R. N. (2016, Maret Vol 14, No 01). Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) , hal. 88-97.

BPS. (2018). Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, dan Garis Kemiskinan Tahun 1970-2017. Jakarta: Badan Pusat Statistika.

BPS. (2012). Penduduk Indonesia Menurut Provinsi 1971, 1980,1990, 2000, 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistika.

Hartono. (2018). Analisis Model Bisnis Kanvas Social Enterprise di Bambooland Sleman.

Yogyakarta: Lina AFH & Hilda KA, Interviewer.

Jabbar, M. H. (2017). Analisis Model Bisnis Kanvas Geprek Express Samarinda. eJurnal Administrasi Bisnis , Vol 05, No. 02, Hal 309-323.

Kosasi, V. M. (2015). Analisis dan Evaluasi Model Bisnis Pada Pantai Seafood Resturant dengan Pendekatan Business Model Canvas. AGORA , Vol 03, No. 01, Hal 314-323.

Kurniawan, E. (2016). Analisis SWOT dan Model Bisnis Kanvas. Manajemen dan Bisnis Sriwijaya , Vol 14, No. 02, Juni, Hal 278-286.

Norvadewi. (2015). Bisnis Dalam Perspektif Islam. AL-TIJARY , Vol 01, No. 01, Desember, Hal 33-46.

Osterwalder, P. (2014). Business Model Generation (Natalia Ruth Sih Andini). Jakarta: Elex Media Komputindo.

Priyono, F. (2015). Analisis Penerapan Business Model Canvas Pada Toko Moi Collection.

AGORA , Vol 03, No 02, Hal 358-363.

Purwanta, H. (2018). Analisis Model Bisnis Kanvas Publik Enterprise di BUMDes Bintang 18 Sardonoharjo. Yogyakarta: Lina AFH & Hilda KA, Interviewer.

Radja, A. M. (2010, Agustus 17). Hasil Survei Terbaru Jumlah Pulau di Indonesia.

ANTARANEWS .

Sasongko, A. (2017). Ada Bambooland di Sleman. Yogyakarta: Republika.

Setijawibawa, M. (2015). Evaluasi Model Bisnis pada Perusahaan X Menggunakan Business Model Canvas. AGORA , 305-315.

Temy Setiawan, R. Z. (2015). Rencana Strategis Pengembangan Bisnis PT. Satya Abadi Visimed Periode 2014-2016 dengan Menerapkan Model Bisnis Kanvas. Journal of Management and Business Review , 57 - 76.

Tjitardi, E. C. (2015). Evaluasi dan Perancangan Model Bisnis Berdasarkan Business Model Canvas. AGORA , 8-16.

Yulianto, P. (2018). Analisis Model Bisnis Kanvas Social Enterprise di Bambooland Sleman.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif- analisis, yaitu memaparkan atau

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei eksplanasi dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif inferensial, adapun teknik

38 Metode yang digunakan dalam analisis data adalah deskriptif, yaitu peneliti berusaha mendeskripsikan dan menggambarkan masalah yang ada pada akad ija>rah

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, dengan teknik pengumpulan data melalui angket, wawancara dan observasi.Teknis analisis data menggunakan

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis, yaitu teknik analisis dengan cara menggambarkan data sesuai dengan apa

Kemudian, data disusun dan dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis yakni menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah diperoleh dari lapangan terkait

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan