• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

I. KASUS (MASALAH UTAMA):

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Definisi

Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).

(2)

B. Tanda dan Gejala

a. Mengejek dan mengkritik diri.

b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.

c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat.

d. Menunda keputusan. e. Sulit bergaul.

f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.

g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi. h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri hidup. i. Merusak atau melukai orang lain.

j. Perasaan tidak mampu.

r. Tidak berani menatap lawan bicara. s. Lebih banyak menunduk.

t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

C. Predisposisi

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri

Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor yang mempengaruhi peran.

(3)

obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.

Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,

d. Faktor biologis

Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.

D. Presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi komponen.

(4)

bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.

b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

(5)

Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.

2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi.

3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptif.

4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.

5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

F. Pohon Masalah

Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Gangguan citra tubuh

2. Kesiapan meningkatkan konsep diri

(6)

4. Ketidakefektifan performa peran 5. Gangguan identitas pribadi

H. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping menurut Deden (2013) : Jangka pendek :

1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.

2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan, politik.

3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes popularitas.

4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan obat-obatan.

Jangka Panjang :

1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.

2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.

Mekanisme Pertahanan Ego:

(7)

III. STRATEGI PELAKSANAAN

1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

A. Orientasi

“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa Keperawtan UPH. Saya yang akan merawat bapak dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti ya pak”

“Bagaimana keadaan Ibu T hari ini? Ibu T terlihat segar“

”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah Ibu T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat Ibu T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. Bagaimana menurut Ibu T?”

”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu saja bu? Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah cukup 20 menit? Oke cukup ya bu 20 menit”

B. Kerja

(8)

”Sekarang, coba Ibu T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.

” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ibu T? Mari kita lihat tempat tidur Ibu T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus bu T. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”

” Ibu T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”

C. Terminasi

“Bagaimana perasaan Ibu T setelah berbincang-bincang dan latihan merapihkan tempat tidur? Iya benar bu. Ibu T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur yang sudah Ibu T praktekkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang ya bu.”

(9)

”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu T masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi selama 20 menit, menurut ibu bagaimana? Oke ibu, Sampai jumpa ya”

2. SP-2 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.

A. Orientasi

“Selamat pagi, Ibu T masih ingat dengan saya? Iya benar sekali bu, saya perawat Sinta yang akan merawat Ibu dari jam 8 sampai jam 3 sore nanti ya bu”

“Bagaimana perasaan Ibu T pagi ini? Wah, tampak cerah”

”Bagaimana Ibu T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua ya bu?. Masih ingat apa kegiatan itu Ibu T?” ”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini, Waktunya sekitar 20 menit. Bagaimana menurut ibu T?”

B. Kerja:

“Ibu T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring dan air untuk membilas. Ibu T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini ya? Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan”

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

(10)

yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut. Setelah itu Ibu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai ibu”

“Sekarang coba Ibu T praktekkan kembali seperti yang saya contohkan tadi bu”

“Bagus sekali, Ibu T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya bu”

C. Terminasi :

”Bagaimana perasaan Ibu T setelah latihan cuci piring?”

“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari Ibu T? Mau berapa kali Ibu T mencuci piring? Bagus sekali Ibu T mencuci piring tiga kali setelah makan. “ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan” ”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel. Mau jam berapa bu kita melakukan latihan mengepel nya? Oke baik besok jam 9 pagi ya bu setelah ibu selesai merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Dimana kita akan melakukan latihannya bu? Oke baik bu, kita muali dari ruangan ini saja ya bu. Kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Sampai jumpa”

(11)

A. Orientasi

“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat sinta yang merawat ibu T dari jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”

“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Ibu T? Berapa lama waktu Bapak/Ibu butuhkan? 30 menit saja? Baik pak/bu. Kita berbincang-bincangnya diruang wawancara saja bagaimana pak/bu? Oke, mari kita keruangan wawancara”

B. Kerja

“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Ibu T”

“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Ibu T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ibu T, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, Ibu T memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu T ini terus-menerus seperti itu, Ibu T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya Ibu T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”

“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?” “Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”

“Setelah kita mengerti bahwa masalah Ibu T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Ibu T”

(12)

” Ibu T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Ibu T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya ya Pak/Bu dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.

”Selain itu, bila Ibu T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan Ibu T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Ibu T ke puskesmas”

”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Ibu T”

”Temui Ibu T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”

”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus” C. Terminasi:

”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”

“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara merawatnya?”

(13)

4. SP-4 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

A. Orientasi

“Selamat pagi Bapak/Ibu?”

” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

”Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat Ibu Bapak/Ibu seperti yang kita pelajari dua hari yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Ibu T, Waktunya 20 menit. Bagaimana menurut bapak/ibu? Oke kalau begitu, sekarang mari kita temui Ibu T”

B. Kerja:

”Selamat pagi Ibu T. Bagaimana perasaan Ibu T hari ini?”

”Hari ini saya datang bersama anak Ibu T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, anak Ibu T juga ingin merawat Ibu T agar cepat pulih.”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

(14)

C. Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”

(15)

IV. DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC

Mulyono, Andri,.2013. Asuhan Keperawatan dengan HArgaDiri Rendah diakses dari http://eprints.ums.ac.id/25936/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Pada 12 Juni 2018

Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori diakses dari http://repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH%20BAB%20II.pdf pada 12 Juni 2018

Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah diakses dari http:// digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-eliniasury-8333-2-babii.pdf pada 12 Juni 2018

Referensi

Dokumen terkait

//Dalam modus double-buffered, perintah menggambar pada layar, tetapi menggambar pada buffer

1.Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan organisasi tentang system 1.Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan organisasi tentang system dan mekanisme pelaksanaan program

Ekstrak biji cerakin disemprotkan pada hama ulat daun bawang yang tersedia dalam tiap wadah (10 ekor tiap wadah) untuk masing-masing konsentrasi dan dilakukan 3 kali

Pada metode granulasi kering, granul dibentuk tanpa campuran pelembab bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat, tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya

Memberikan kuasa kepada Direksi untuk menyatakan keputusan rapat sehubungan dengan perubahan Pasal 4 ayat (3) Anggaran Dasar Perseroan, dan memberi wewenang kepada Dewan Komisaris

Ada pun yang menjadi bagian atau elemen-elemen dari sistem sosial yang turut mereka adaptasi di Desa Balinuraga, Lampung Selatan, yang menjadi identitas

Memasukkan unsur-unsur spiritualitas, budaya, dan kearifan lokal seperti konsep tri hita karana, catur purusa artha, manyama braya, paras paros, dan sagilig

Agar dalam penulisan skripsi ini tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan pada pengambilan keputusan evaluasi dan seleksi