• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pengolahan Limbah Dengan Reaksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pengolahan Limbah Dengan Reaksi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

“PENGOLAHAN LIMBAH DENGAN CARA

NETRALISASI”

Di Susun Oleh :

Sirril Mufidah 1209065005

Masriani 1209065006

Erika Wulan Anggrain 1209065023

Aris Kumbara 1209065027

Tri Mulyanto 1209065034

Ummi Kalsum 1209065038

Andi Tri Saputra 1209065039 Arif Alwanatha Denta 1209065041

Teresia Jari 1209065044

TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi akan terus berjalan dan selalu mengalami percepatan. Salah satu bentuk dari kemajuan teknologi adalah kemajuan dalam bidang industri. Perkembangan pembangunan di Indonesia khususnya bidang industri, senantiasa meningkatkan kemakmuran dan dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat kita. Namun di sisi lain, perkembangan industri memiliki dampak terhadap meningkatnya kuantitas dan kualitas limbah yang dihasilkan termasuk di dalamnya adalah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Bila tidak ditangani dengan baik dan benar, limbah B3 akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik yakni mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui sehingga termasuk limbah B3.

(3)

Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengolahan limbah secara netralisasi yang meliputi proses netralisasi dan reaksi yang terjadi dalam pengolahan limbah. Semoga makalah ini dapat berguna dalam menambah ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengolahan limbah secara netralisasi?

2. Bagaimana reaksi yang terjadi pada pengolahan limbah secara netralisasi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui maksud dari proses Netralisasi

2. Mengatahui proses pengolahan limbah secara netralisasi.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Limbah

Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, atau membahayakan lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup.

Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan. Berdasarkan sifat fisiknya limbah dapat dikategorikan atas limbah padat, cair, dan gas.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga metode pengolahan, yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara biologi.

Proses ekualisasi dapat digunakan untuk meredam fluktuasi karakteristik air limbah. Karakter yang berfluktuatif akan menyulitkan pengolahan diproses selanjutnya dan boros dalam pemakaian bahan kimia. Fasilitas yang ada adalah bak dengan volume yang cukup dan mixer sebagai pengaduk. Dengan fasilitas tersebut karakteristik air limbah relatif konstan.

Proses netralisasi, jika diperlukan, diletakkan setelah proses ekualisasi, karena sebagian dari aliran dengan pH yang berbeda akan saling menetralisasi satu sama lainnya di bak ekualisasi. Proses neutralisasi bertujuan untuk menyiapkan kondisi yang sesuai untuk proses berikutnya.

(5)

di setiap industri, maka pengolahan ini dipisahkan pengelompokkannya dari pengolahan fisik-kimia.

Pengolahan fisik-kimia artinya mengolah air limbah secara fisik atau kimia. Dalam proses pengolahan ini, obyek yang akan dibuang, dibuat lebih besar ukurannya sehingga dapat dengan mudah diendapkan (coagulation and flocculation process) di bak sedimentasi (bak pengendap), diapungkan (flotation process) serta disaring (filtration

process). Memperbesar ukuran partikel dengan menambahkan koagulan diproses

koagulasi sehingga terbentuk flok. Agar flok lebih besar lagi ukurannya bisa dengan penambahan flokulan (polymer) di proses flokulasi. Dengan lebih besar ukurannya, pemisahan dapat lebih mudah.

Sebagian besar karakteristik air limbah mengandung kotoran bahan organik yang disebut dengan COD atau BOD. Pengolahan yang paling baik adalah dengan menguraikan bahan organik tersebut dengan bantuan mikroorganisme. Pengolahan secara biologi bisa dilakukan secara aerobik (memerlukan udara) atau secara anaerobik (tidak boleh ada udara). Metoda yang digunakan pada proses pengolahan biologis baik aerobik maupun anaerobik bisa secara tersuspensi (suspended growth) ataupun terlekat

(attached growth). Pada umumnya, proses pengolahan biologis yang digunakan untuk

limbah cair industri di Jawa Barat adalah proses lumpur aktif (activated sludge).

Proses sedimentasi merupakan proses dimana benda-benda halus yang sudah menggumpal dan siap mengendap, sebagai hasil dari proses koagulasi & flokulasi atau dari lumpur biologi, dilewatkan dalam sebuah tanki/bak pengendap dengan waktu detensi tertentu, sehingga dapat mengendap dan tepisah dari air bersihnya.

Adakalanya setelah proses sedimentasi baik dari proses fisika-kimia maupun biologi, masih terdapat materi-materi halus yang tidak dapat mengendap. Pada kasus ini diperlukan fasilitas tambahan yaitu saringan atau filter. Saringan umumnya terbuat dari pasir (single media) dengan diameter yang seragam (uniform), atau pasir dengan diameter yang tidak seragam (un-uniform), ataupun kombinasi dari pasir dan anthrasit (dual media) atau lainnya.

(6)

Proses teknologi membran Reverse Osmosis (RO), Nanofiltration (NF), Ultrafiltration

(UF), Microfiltration (MF) digunakan untuk menghilangkan zat padat koloid, tersuspensi atau solid yang terlarut. Proses penukar ion/resin (Ion Exchange) pada umumnya digunakan untuk menghilangkan logam berat. Metoda denitrifikasi dan dephosphorisasi biologis digunakan untuk menghilangkan zat-zat organik dengan menggunakan mikroorganisma; Proses adsorpsi dengan karbon aktif butiran (granular activated carbon, GAC) digunakan untuk menghilangkan zat organik; dan proses oksidasi secara kimia (chemical oxidation) juga digunakan untuk menghilangkan materi organik.

2.2 Karasteristik Limbah Cair

Karakteristik air limbah cair dapat diketahui menurut sifat-sifat dan karaktersitik fisika, kimia dan biologis. Dalam menentukan karakteristik limbah cair, ada tiga (3) sifat yang harus diketahui, yaitu :

1. Karakteristik Fisika

Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya :

a. Total Solid (TS)

Merupakan padatan di dalam air yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.

b. Total Suspended Solid (TSS)

Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron (Sugiharto, 1987). Total Suspended Solid atau Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen.

(7)

Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman. Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara alami), humus, plankton, tanaman air dan buangan industri.Warna air dibedakan atas dua macam, yaitu:

 Warna sejati (true collor) yang diakibatkan oleh bahan-bahan terlarut.

 Warna semu (apparent collor) yang selain disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, juga karena bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang bersifat koloid.

d. Kekeruhan

Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik yang mengapung dan terurai dalam air. Kekeruhan menunjukan sifat optis air, yang mengakibatkan pembiasan cahaya kedalam air. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya dalam air.

e. Temperatur

Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari-hari. Naiknya suhu atau temperatur air akan menimbulkan akibat berikut :

 Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air

 Meningkatkan kecepatan reaksi kimia

 Mengganggu kehidupan organisme air

f. Bau

Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak. Hal ini disebabkan adanya pencampuran dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.

g. Minyak dan Lemak

(8)

air dan menutup permukaan yang mengakibatkan terbatasnya oksigen masuk ke dalam air.

2. Karateristik Kimia

a. Biological Oxygen Demand (BOD)

Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relativ jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut didalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi.

BOD dapat diterima bilamana jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam waktu lima hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah pada suhu 200C. Hasilnya dinyatakan dengan ppm.

b. Chemical Oxygen Demand (COD)

COD Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984). Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dapat dipecah secara biokimia.

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik. Dalam laboratorium, pengukuran COD dilakukan sesaat dengan membuat pengoksidasi K2Cr2O7 yang digunakan sebagi sumber oksigen.

c. Dissolved Oxygen (DO)

(9)

d. Derajat keasaman (pH)

Keasaman air diukur dengan pH meter.Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi-rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air 6 – 8.

e. Logam Berat

Air sering tercemar oleh berbagai komponan anorganik, diantaranya berbagai jenis logam berat yang berbahaya. Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.

Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni). Logam- logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi.

f. Tembaga (Cu)

Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan.Unsur tembaga di alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau senyawa padat dalam bentuk mineral, seperti dari peristiwa pengikisan (erosi) dari batuan mineral.

Sesuai dengan sifat kelogamannya, Cu dapat membentuk alloy dengan bermacam-macam logam. Dalam bidang industri, senyawa Cu banyak digunakan, seperti pada industri cat sebagai antifoling, industri insektisida dan fungisida, dan lain-lain.

Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur penafasan sebelah atas.

g. Cadmium (Cd)

(10)

mineral spalerite (ZnS). Logam ini bersifat lunak, ductile, berwarna putih seperti putih perak.

Prinsip utama dalam penggunaan cadmium adalah sebagai bahan ”stabilisasi” sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating. Namun sebagian besar dari substansi logam cadmium ini juga digunakan pada baterai.

Keracunan yang diakibatkan oleh Cd dapat bersifat akut dan kronis.Keracunan akut oleh logam Cd menimbulkan penyakit paru-paru. Sedangkan keracunan kronik yang diakibatkan logam Cd adalah kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh.

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

Limbah dan Unit Proses yang Dibutuhkan :

(11)

Bromine klorida

(12)

Limbah yang dikeluarkan dari setiap kegiatan akan memiliki karakteristik yang berlainan. Hal ini karena bahan baku, teknologi proses, dan peralatan yang digunakan juga berbeda. Namun akan tetap ada kemiripan karateristik diantara limbah yang dihasilkan dari proses untuk menghailkan produk yang sama.

Karakteristik utama limbah didasarkan pada jumlah atau volume limbah dan kandungan bahan pencemarnya yang terdiri dari unsure fisik, biologi, kimia, dan radioaktif. Karakteristik ini akan menjadi dasar untuk menentukan proses dan alat yang digunakan untuk mengolah air limbah.

Pengolahan air limbah biasanya menerapkan 3 tahapan proses, yaitu: pengolahan pendahuluan (pre-treatment), pengolahan utama (primary treatment), dan pengolahan akhir (post treatment). Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk mengkondisikan alitan, beban limbah dan karakter lainnya agar sesuai untuk masuk ke pengolahan utama. Pengolahan utama adalah proses yang dipilih untuk menurunkan pencemar utama dalam air limbah. Selanjutnya pada pengolahan akhir dilakukan proses lanjutan untuk mengolah limbah agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.

Terdapat 3 jenis proses yang dapat dilakukan untuk mengolah air limbah yaitu: proses secara fisik, biologi, dan kimia. Proses fisik dilakukan dengan cara dilakukan memberikan perlakuan fisik pada air limbah seperti menyaring, mengendapkan, atau mengatur suhu proses dengan menggunakan alat screening, grit chamber, settling tank / settling pond, dan lain – lain.

Proses biologi dilakukan dengan cara memberikan perlakuan atau proses biologi terhadap air limbah seperti penguraian atau penggabungan substansi biologi dengan lumpur aktif (active sludge), attached growth filtration, aerobic process dan an-aerobic process.

Proses kimia dilakukan dengan cara membubuhkan bahan kimia atau larutan kimia pada air limbah agar dihasilkan reaksi tertentu. Bahan kimia yang digunakan adalah ferri sulfat, ferri clorida, fero sulfat, poly alumunium clorida, dan poly electroplit. Pemakaian bahan kimia ditentukan oleh kondisi alir limbahnya terutama masalah derajat keasaman atau pH. Beberapa proses pengolahan air limbah secara kimia koagulasi atau flokulasi, netralisasi, pertukaran ion, gas transfer.

2.4 Pengolahan Limbah Secara Netralisasi

(13)

dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+ dan basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan melepaskan ion OH-. Menurut bronsted lowry asam adalah suatu zat yang memberikan proton sedangkan basa adalah akseptor proton. Dalam praktikum netralisasi kita akan menggunakan teori bronsted lowry karena teorinya lebih mendasar.

Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi asam basa. Bila titran digunakan larutan asam baku maka penetapan tersebut dinamakan asidimetri, sedangkan apabila larutan bakunya basa sebagai titran maka penetapan itu disebut alkalimetri. Netralisasi adalah suatu reaksi antara senyawa asam dan senyawa basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk menjadikannya suatu senyawa netral. Pada percobaan netralisasi ini lakukan percobaan asidimetri, alkalimetri dan titrasi bebas air.

Netralisasi merupakan reaksi dimana asam dan basa bereaksi dalam larutan berair untuk menghasilkan garam dan air. Natrium klorida cair yang dihasilkan dalam reaksi disebut garam. Sebuah garam merupakan senyawa ionik yang terdiri dari kation dari basa dan anion dari asam. Sebuah garam pada dasarnya adalah setiap senyawa ionik yang bukan merupakan asam atau basa.

Netralisasi limbah diperlukan jika kondisi limbah masih di luar range pH baku mutu limbah (BML) yang diperlukan (pH 6 – 8), sebab limbah diluar kondisi tersebut dapat bersifat racun atau korosif, termasuk bakteri. Dalam beberapa hal netralisasi dapat dilakukan dengan cara mencampur limbah yang bersifat asam dengan limbah yang bersifat basa. Pencampuran dilakukan di dalam suatu bak equalisasi (bak penstabil) pada level ketinggian tetap. Bak ini juga sering disebut tangki netralisasi. Tangki reaksi netralisasi dilengkapi dengan alat sensor pH untuk mengontrol kondisi hasil reaksi.

2.5 Reaksi Pengolahan Limbah Secara Netralisasi

Secara umum reaksi netralisasi tersebut sebagai berikut:

Asam + Basa Garam + Air (kondisi lebih netral)

(14)

dinetralkan dengan larutan kapur (Ca(OH)2), soda kostik (NaOH) atau natrium karbonat

(Na2CO3).

Air limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam kuat seperti H2SO4, HCl atau

dengan gas CO2. Netralisasi dengan CO2 dapat dilakukan dengan memasukkan gas CO2

melalui bagian bawah tangki netralisasi. Gas akan membentuk gelembung – gelembung gas yang akan bereaksi dengan basa yang ada sehingga dihasilkan asam karbonat (H2CO3).

Netralisasi dapat dilakukan dengan 2 sistem, yaitu: batch atau continue, tergantung pada aliran air limbah. Netralisai sistem batch biasanya digunakan jika aliran sedikit dan kalitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi sistem continue digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu dilengkapi dengan alat kontrol otomatis.

Ketika jumlah yang sama dari asam kuat seperti asam klorida dicampur dengan basa kuat seperti natrium hidroksida, hasilnya adalah larutan netral. Produk reaksi tidak memiliki karakteristik baik asam atau basa. Berikut adalah persamaan reaksi keseimbangan molekul.

HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)

Reaksi kimia yang terjadi dalam larutan air yang lebih akurat diwakili dengan persamaan reaksi ion bersih. Persamaan ionik lengkap untuk netralisasi asam klorida dengan natrium hidroksida ditulis sebagai berikut:

H+ + Cl+ Na+ + OH → Na+ + Cl + H 2O

Karena asam dan basa keduanya kuat, mereka sepenuhnya terionisasi dan seterusnya ditulis sebagai ion, seperti NaCl terbentuk sebagai produk. Ion-ion natrium dan ion klorida adalah ion spektator dalam reaksi, sehingga menghasilkan reskai berikut sebagai reaksi ionik bersih.

H+ + OH → H 2O

(15)

Persamaan molekul yang setimbang sekarang melibatkan rasio 01:02 antara asam dan basa.

H2SO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Na2SO4 + 2H2O (l)

Agar reaksi menjadi netralisasi penuh, mol NaOH dua kali lebih banyak harus bereaksi dengan H2SO4. Garam natrium sulfat larut, dan seterusnya reaksi ionik bersih sama lagi.

Rasio mol yang berbeda terjadi karena asam poliprotik lainnya atau basa dengan beberapa hidroksida seperti Ca(OH)2.

2.6 Macam – Macam Proses Netralisasi

a. Mengalirkan air limbah yang bersifat asam pada media batu kapur

Ini merupakan sistem aliran ke bawah atau ke atas. Dimana maksimum kecepatan hidrolik untuk sistem aliran ke bawah adalah 1 gal/min.ft2 (4,07 x 10-2 m3/min.m2).

Konsentrasi asam dibatasi hingga 0,6 % H2SO4 jika H2SO4 ada dan melapisi butiran

kapur dengan bahan CaSO4 & CO2. Kecepatan hydrolik loading dapat bertambah dengan

(16)

Gambar2.1 Sistem pengaliran limbah

b. Mencampur air limbah yang bersifat asam dengan bahan-bahan yang bersifat basa

Jenis netralisasi ini tergantung dari macam – macam bahan basa yang digunakan Magnesium adalah bahan basa yang sangat reaktif dalam asam kuat dan digunakan pada pH di bawah 4,2.

Netralisasi dengan menggunakan bahan basa dapat didefinisikan berdasarkan faktor titrasi dalam 1 gram sampel dengan HCl yang dididihkan selama 15 menit kemudian dititrasi lagi dengan 0,5 N NaOH dengan menggunakan phenolpthalen sebagai buffer. Mencampurkan bahan-bahan basa dapat dilakukan dengan pemanasan maupun pengadukan secara fisik. Untuk bahan yang sangat reaktif, reaksi terjadi secara lengkap selama 10 menit. Bahan – bahan basa lainya yang dapat digunakan sebagai netralisasi adalah NaOH, Na2CO3 atau NH4OH.

c. Air limbah yang bersifat basa

Banyak bahan asam kuat yang efektif digunakan untuk menetralkan air limbah yang bersifat basa, biasanya yang digunakan adalah sulfaric atau hydrochloric acid. Asap gas yang terdri dari 14% CO2 dapat digunakan untuk netralisasi dengan melewatkan

gelembung-gelembung gas melalui air limbah CO2 ini terbentuk dari carbonik acid yang

mana dapat bereaksi dengan basa. Reaksi ini lambat tapi cukup untuk mendapatkan pH antara 7 hingga 8. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan spray tower.

(17)

 Sistem Batch, yang digunakan untuk aliran air limbah hingga 380 m3/hari (limbah

industri makanan/pangan).

 Sistem continouse, dengan pH control dimana dibutuhkan udara untuk pengadukan dengan minimum aliran air 1-3 ft3/mm, ft2 atau 0,3-0,9 m3/mm, m2 pada kedalaman 9

ft (2,7 m) (atau kebanyakan digunakan pada industri pengolahan kopi).

Gambar2.2SistemContinous

 Sistem pengadukan mekanis, dimana daya yang digunakan 0,2-0,4 hp/thausand gal ( 0,04 - 0,08 kW/m3 ) (digunakan pada limbah – limbah cair yang mengandung bahan

(18)

Gambar 2.3 Sistem pengadukan mekanis

2.7 Keunggulan dan Kelemahan Proses Netralisasi

Keunggulan dari proses netralisasi dengan proses lainnya adalah sebagai berikut :

 Bahan – bahan yang digunakan mudah didapat

 Prosesnya mudah dilakukan

 Biaya yang digunakan tidak terlalu mahal

Sedangkan kelemahan dari proses netralisasi adalah sebagai berikut :

 Proses ini hanya bisa dilakukan pada jenis limbah cair

2.8 Undang-Undang Baku Mutu Air

(19)

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Netralisasi merupakan reaksi dimana asam dan basa bereaksi dalam larutan berair untuk menghasilkan garam dan air. Natrium klorida cair yang dihasilkan dalam reaksi disebut garam. Sebuah garam merupakan senyawa ionik yang terdiri dari kation dari basa dan anion dari asam. Sebuah garam pada dasarnya adalah setiap senyawa ionik yang bukan merupakan asam atau basa.

2. Netralisasi dapat dilakukan dengan 2 sistem, yaitu: batch atau continue, tergantung pada aliran air limbah. Netralisai sistem batch biasanya digunakan jika aliran sedikit dan kalitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi sistem continue digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu dilengkapi dengan alat kontrol otomatis.

3. Secara umum reaksi netralisasi tersebut sebagai berikut:

Asam + Basa Garam + Air (kondisi lebih netral)

Netralisasi mengunakan bahan kimia dilakukan dengan menambahkan bahan yang bersifat asam kuat atau basa kuat. Air limbah yang bersifat asam pada umumnya dinetralkan dengan larutan kapur (Ca(OH)2), soda kostik (NaOH) atau natrium karbonat

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Model Intuition Based Learning (IBL) dengan Scientific Approach Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menemukan konstruksi Islamisasi pengetahuan tentang filsafat dari Ismail Raji’ Al-Faruqi, (2) Menemukan konstruksi

erdasarkan hasil )a)an/ara dengan %era)at yang dilakukan %ada tanggal  'uli #91; diruang dra'at dida%atkan $ah)a %asien masuk $isa melalui ID! atau %oli a%a$ila %asien

Bila mengacu pada konsep semiotika Saussure, tujuan yang ingin dicapai oleh pembuat iklan adalah bagaimana tanda (makna pesan) yang disampaikan dengan mentransfer nilai-

User dapat mengetahui nama anggota beserta alamat anggota yang belum mengembalikan buku beserta tanggal buku tersebut harus di kembalikan Sistem harus dapat melakukan

5) Anjar Permana (2012) Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Kredit Yang Diberikan Terhadap Rentabilitas. Dari hasil Uji Hipotesis dapat ditarik kesimpulan bahwa Dana pihak

Jumlah pestisida yang digunakan dalam waktu penyemprotan akan menimbulkan efek keracunan yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan satu jenis pestisida karena

Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan janin mengalami hambatan pertumbuhan seperti pseudomature, small for date, dysmature, fetal malnutrition syndrome,