• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Kerentanan Bencana Tsunami di K (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemetaan Kerentanan Bencana Tsunami di K (1)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIK KERJA MAGANG TENTANG PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI KABUPATEN BANTUL DI LABORATORIUM PARANGTRITIS GEOMARITIME SCIENCE PARK (PGSP) DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

PRAKTIK KERJA MAGANG PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh:

RISKA ALFIANI NIM. 135080601111054

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

PRAKTIK KERJA MAGANG TENTANG PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI KABUPATEN BANTUL DI LABORATORIUM PARANGTRITIS GEOMARITIME SCIENCE PARK (PGSP) DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

PRAKTIK KERJA MAGANG PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh:

RISKA ALFIANI NIM. 135080601111054

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(3)

i LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIK KERJA MAGANG PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI KABUPATEN BANTUL DI LABORATORIUM PARANGTRITIS GEOMARITIME SCIENCE PARK (PGSP) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh: RISKA ALFIANI NIM. 135080601111054

Telah dipertahankan di depan pembimbing pada tanggal 30 Novermber 2016 dan di nyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui, Menyetujui,

Sekretaris Jurusan Dosen Pembimbing

(4)

ii PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Praktik Kerja Magang

yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan Praktik Kerja

Magang ini hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, November 2016

(5)

iii UCAPAN TERIMAKASIH

Penyusunan laporan Praktik Kerja Magang ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu, penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Kedua orangtua saya yang selalu memberikan dukungan, doa restu serta

motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Magang

ini dengan baik.

2. Bapak Ir. Bambang Semedi, M.sc., Ph. D selaku dosen pembimbing laporan

Praktik Kerja Magang serta dosen penguji ujian PKM

3. Kepada Mega Dharma Putra selaku pembimbing di Parangtritis Geomaritime

Science Park yang telah memberikan arahan, masukan dan bimbingan selama

magang

4. Keluarga besar Parangtritis Geomaritime Science Park yang telah memfasilitasi

Praktik Kerja Magang saya, serta staff Parangtritis Geomaritime Science Park,

yaitu Bu Retno selaku Kepala instansi, Mas Mega, Mas Farid, Mas Anggara,

Mas Edwin, Mbak Erwin, Mbak Zheny, Mas Tri, Mas Ranto, Mbak Sri, Mbak

Ayu, Mas Yuda

5. Teman – teman seperjuangan selama magang di Yogyakarta Ayu, Mimi, Puspa,

Faizah, Putri, Widya, Izziz, Zul, Tomi, Erik, Ius dan Jenner yang menjadi teman

sekaligus saudara bagi penulis.

6. Sahabat – sahabat yang aku sayangi dan selalu mendukung penulis Anggi,

Putri, Ais, Widya dan Mimi semoga semuanya lancar dan persahabatan ini

dapat terjaga dengan baik.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu karena

(6)

iv RINGKASAN

Riska Alfiani. PKM tentang Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Bantul Di Laboratorium Parangtritis Geomaritime Scince Park (PGSP) Daerah Istimewa Yogyakarta (dibawah bimbingan Ir. Bambang Semedi, M.Sc., Ph. D)

Kawasan pantai selatan Yogyakarta secara tektonik merupakan salah satu daerah dengan seismisitas tinggi dan aktif. Aktivitas seismisitas di kawasan ini dapat menyebabkan gempa bumi dan potensi tsunami, yang dapat berkembang menjadi bencana alam. Perairan pantai selatan Yogyakarta termasuk wilayah dengan pantai terbuka (open sea) dengan pantainya yang berhadapan dengan Samudra Hindia. Tsunami merupakan bencana yang belum bisa diprediksi kapan terjadinya bencana tersebut datang. Sebelum tsunami terjadi dimasa yang akan datang, yang dapat dilakukan adalah mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh tsunami melalui mitigasi. Salah satu cara untuk mendukung mitigasi bencana terhadap tsunami adalah dengan memetakkan tingkat kerentanan bencana tsunami di pesisir Kabupaten Bantul berupa peta tingkat rawan bencana tsunami di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam menentukan jalur evakuasi untuk meminimalisir korban akibat bencana tsunami.

Tujuan penelitian dari Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk mengetahui daerah yang rentan terhadap bencana tsunami, untuk mengetahui penggunaan lahan apa saja yang ditimbulkan akibat tsunami serta untuk mengetahui luasan penggunan lahan yang ditimbulkan akibat tsunami.

(7)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karuna – Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Praktik Kerja Magang ini. Laporan ini merupakan pertanggungjawaban penulis

selama melakukan Praktik Kerja Magang di Parangtritis Geomaritime Science

Park Daerah Isrimewa Yogyakarta dengan judul “Pemetaan Daerah Rawan

Bencana Tsunami Kabupaten Bantul Di Laboratorium Parangtritis Geomaritime

Scince Park (PGSP) Daerah Istimewa Yogyakarta”. Di dalam laporan Praktik

Kerja Magang ini, terdapat beberapa bahasan diantaranya latar belakang,

metodologi, hasil, kendala dan saran serta penutup.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang dari sempurna dan

terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya

masukkan, baik saran maupun kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.

Semoga laporan ini bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi

pembaca secara umum.

Malang, September 2016

(8)

vi

2.1 Lokasi Praktik Kerja Magang ... 5

2.2 Peta Lokasi Penelitian ... 5

2.3 Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Magang ... 6

2.4 Metode Pengambilan Data ... 7

2.5 Alat dan Bahan ... 7

(9)

vii

2.5.2 Bahan ... 10

2.6 Prosedur Praktik Kerja Magang ... 11

3. HASIL ... 14

3.1. Profil Instansi ... 14

3.1.1 Kondisi Umum Laboratorium PGSP Yogyakarta ... 14

3.1.2 Sejarah Laboratorium Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Yogyakarta ... 14

3.1.3 Visi dan Misi PGSP Yogyakarta ... 15

3.1.4 Struktur Organisasi PGSP Yogyakarta ... 16

3.2 PKM Tentang Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Bantul. ... 17

3.2.1 Kondisi Biofisik Kabupaten Bantul ... 18

3.2.2 Proses Pengolahan Data ... 18

3.2.3 Hasil Pengolahan Data ... 23

3.2.4 Upaya Penanggulangan Bencana Tsunami ... 26

3.3 Partisipasi Aktif ... 27

3.3.1 Peta Desa Parangtritis Kecamatan Kretek ... 28

3.3.2 Intepretasi Geoekologi Pesisir Indonesia ... 31

3.3.3 Intepretasi Geoekologi Pesisir DI Yogyakarta ... 34

3.3.4 Penulisan Artikel ... 35

3.3.5 Survei Pesisir Kabupaten Bantul ... 36

3.3.6 Wawancara ... 45

(10)

viii

3.5 Kendala dan Saran ... 46

3.5.1 Kendala ... 46

3.5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(11)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Praktik Kerja Magang ... 5

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian ... 6

Gambar 3. Alur Pelaksanaan PKM ... 12

Gambar 4. Struktur Organisasi PGSP DIY (Laporan Tahunan PGSP, 2015) ... 16

Gambar 5. Hasil Akhir Peta Tingkat Kerentanan Tsunami di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ... 22

Gambar 6. Data Prototype Desa Parangtirits di Ms. Word ... 29

Gambar 7. Data Prototype Desa Parangtritis yang sudah di konversi ke Ms. Excel ... 30

Gambar 8. Attributing Peta Desa Parangtritis menggunakan software ArcMap 10.3 ... 30

Gambar 9. Path dan Row Indonesia bagian barat ... 31

Gambar 10. Path dan Row Indonesia bagian timur ... 32

Gambar 11. Laman artikel Web PGSP ... 35

Gambar 12. Pantai Kuwaru dari atas dengan menggunakan Pesawat Drone DJI Phantom 3 ... 38

Gambar 13. Pantai Kuwaru dengan pasir hitam ... 39

Gambar 14. Pantai Pandansimo yang berasosiasi dengan tanaman cemara udang yang rusak karena terjadi banjir rob ... 40

Gambar 15. Pantai Goa Cemara yang berasosiasi dengan cemara udang yang masih alami ... 41

Gambar 16. Pantai Pandansimo Baru dengan gelombang besar dan angin yang kencang ... 42

Gambar 17. Pantai Samas dengan ciri khasnya yang unik yaitu terdapat laguna ... 43

(12)

x DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat yang digunakan selama PKM... 8

Tabel 2. Bahan yang digunakan selama PKM ... 10

(13)

xi DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Tingkat Kerentanan Tsunami di Kabupaten Bantul ... 24

Grafik 2. Jumlah Landuse yang terkena dampak tsunami Di Kecamatan Kretek,

Kabupaten Bantul ... 25

Grafik 3. Jumlah Landuse yang terkena dampak tsunami Di Kecamatan Sanden,

Kabupaten Bantul ... 25

Grafik 4. Jumlah Landuse yang terkena dampak tsunami Di Kecamatan

(14)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Praktik Kerja Magang ... 49

Lampiran 2. Log Book Praktik Kerja Magang ... 50

Lampiran 3. Form Hasil Wawancara di Pesisir Kabupaten Bantul ... 58

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan ... 68

Lampiran 5. Pengolahan Data ... 69

(15)

1 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap ancaman bencana,

terutama bencana tsunami, karena Indonesia dipertemukan oleh tiga lempeng,

yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo – Australia dan lempeng Samudera Pasifik.

Wilayah Indonesia yang rewan akan bencana tsunami adalah pantai barat

Sumatera, pantai selatan pulau jawa, pantai Utara dan Selatan pulau – pulau Nusa

Tenggara, pulau – pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh

pantai di Sulawesi (Triatmadja, 2010).

Gelombang tsunami memang tidak terasa, tetapi gelombang ini berubah

menjadi gelombang yang besar dan dapat menghantam semua benda

dihadapannya. Bencana tsunami kerap mengancam wilayah yang mempunyai

tatanan geologi di sekitar pergerakan lempeng bumi yang masih aktif, alasan lain

adalah Indonesia terletak pada rangkaian Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Tatanan

geologi tersebut telah menempatkan geografis Indoneisa sebagai negara

kepulauan yang sebagian besar luas wilayahnya berupa lautan, dan mempunyai

garis pantai terpanjang kedua di dunia (Pramana, 2015).

Tsunami adalah gelombang air laut yang merambat ke segala arah dan terjadi

karena adanya gangguan pada dasar laut. Gangguan ini terjadi karena perubahan

bentuk dari struktur geologis dasar laut secara vertikal dan terjadi dalam waktu

yang singkat. Perubahan tersebut disebabkan oleh tiga sumber yaitu gempa bumi

tektonik, letusan gunung api atau longsor yang terjadi di dasar laut. Berdasarkan

dari ketiga sumber tersebut, yang paling berpengaruh adalah gempa bumi

(16)

2 sebagian besar tsunami disebabkan oleh gempa bumi. Berikut beberapa kriteria

yang dapat memicu tsunami:

1. Gempa bumi tektonik terjadi di bawah laut

2. Kedalaman (Hiposenter) gempa bumi kurang dari 100 km

3. Kekuatan gempa bumi 7 Skala Richter (SR) atau lebih

4. Pergerakan lempeng tektonik terjadi secara vertikal, mengakibatkan dasar

laut naik/turun dan mengangkat/menurunkan kolom air diatasnya.

Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama daerah –

daerah yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng Eurasia,

Indo-Australia dan Pasifik, antara lain bagian barat Sumatera, Selatan Pulau Jawa,

Nusa Tenggara, bagian utara papua, Sulawesi dan Maluku, serta bagian timur

Pulau Kalimantan (BMKG, 2012).

Kawasan pesisir Kabupaten Bantul merupakan lahan asal marin (aktivitas

gelombang dan arus yang kuat) dan angin yang berada di bagian selatan Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. Pesisir selatan Pulau Jawa merupakan bagian dari

Kepulauan Indonesia yang berbatasan langsung dengan zona sub duksi antara

Lempeng India – Australia dan Lempeng Eurasia, zona subduksi ini terletak di

Samudra Hindia. Hasil dari tumbukan kedua lempeng ini yaitu tenaga endogenik

yang bersifat dinamis. Konsekuensianya, wilayah Kabupaten Bantul mempunyai

tingkat kerentanan yang tinggi terhadap gempa bumi dan ditambah banyaknya

pemukiman di wilayah ini. Gempa bumi yang terjadi di bawah permukaan air laut

dapat terjadi diskolasi pada paparan samudra dan dapat mengahasilkan tsunami

(Sinambela et al., 2014).

Kawasan pantai selatan Yogyakarta secara tektonik merupakan salah satu

daerah dengan seismisitas tinggi dan aktif. Aktivitas seismisitas di kawasan ini

(17)

3 menjadi bencana alam. Perairan pantai selatan Yogyakarta termasuk wilayah

dengan pantai terbuka (open sea) dengan pantainya yang berhadapa dengan

Samudra Hindia. Oleh karena itu Kabupaten Bantul termasuk wilayah yang rawan

terhadap bencana alam lainnya seperti abrasi, longsoran dan gerakan tanah

(Subardjo dan Ario, 2016). Tsunami merupakan bencana yang belum bisa

diprediksi kapan terjadinya bencana tersebut datang. Sebelum tsunami terjadi

dimasa yang akan datang, yang dapat dilakukan adalah mengurangi atau

meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh tsunami melalui mitigasi. Salah satu

cara untuk mendukung mitigasi bencana terhadap tsunami adalah dengan

memetakkan tingkat kerentanan bencana tsunami di pesisir Kabupaten Bantul

berupa peta tingkat rawan bencana tsunami di Kabupaten Bantul, Daerah

Istimewa Yogyakarta, yang selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam menentukan

jalur evakuasi untuk meminimalisir korban akibat bencana tsunami.

Parangtritis Geomaritime Scince Park (PGSP) Daerah Istimewa Yogyakarta

sebagai laboratorium geospasial yang mendorong pemanfaatan dan penyedia

informasi geospasial untuk pengelolaan sumberdaya kemaritiman dan

kepesisiran. Salah satu langkah PGSP untuk memenuhi visinya tersebut yaitu

dengan melakukan riset analisis tipologi pantai, serta pemetaan tentang

kerawanan tsunami yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Langkah ini

merupakan salah satu cara pencegahan untuk meminimalisir akan bencana

tsunami, namun kali ini penulis hanya membatasi pada pemetaan daerah rawan

(18)

4 1.2 Tujuan

Tujuan penelitian dari Praktik Kerja Magang (PKM) di Laboratorium

Parangtritis Geomaritime Scince Parak (PGSP) Daerah Istimewa Yogyakarta ini

adalah:

1. Untuk mengetahui daerah yang rawan terhadap bencana tsunami

2. Untuk mengetahui landuse yang terkena dampak terhadap bencana

tsunami

(19)

5 2. METODOLOGI

2.1 Lokasi Praktik Kerja Magang

Pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) bertempat di Laboratorium

Parangtritis Geomaritime Scince Park yang beralamat di Dusun Depok, Desa

Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2.2 Peta Lokasi Penelitian

Wilayah Kabupaten Bantul terletak pada 110012’34’’ sampai 110031’08’’

Bujur Timur dan 7044’04’’ sampai 8000’27’’ Lintang Selatan. Kabupaten Bantul

merupakan salah satu Kabupaten dari lima Kabupaten/Kota di Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta yang terletak di Pulau Jawa. Bagian Utara dari Kabupaten

Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, Kabupaten

(20)

6 barat dan Samudra Indonesia berada di bagian selatan. Kabupaten Bantul terdiri

dari 17 Kecamatan.

Secara geologis, Kabupaten Bantul terletak di sekitar zona tumbukan

(subduction zone) antara lempeng Indo – Australia yang bergerak ke utara

menunjam Lempeng Benua Eurasian dengan kecepatan ±7 cm/tahun. Jarak zona

ini sekitar 200 – 250 km dari garis pantai selatan Jawa dan berpotensi

menimbulkan gempa bumi. Gempa bumi dapat terjadi di zona tumbukan ini, dan

merupakan salah satu penyebab utama terjadinya tsunami lokal yang dalam waktu

sangat pendek yang dapat berpotensi untuk membawa dampak di wilayah Pantai

Selatan Jawa, termasuk pantai – pantai di Kabupaten Bantul (Usdianto et al., 2008)

2.3 Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Magang

Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) dilakukan pada tanggal 18

Juli – 20 Agustus 2016 selama 34 Hari Orang Kerja (HOK), sesuai dengan

(21)

7 Kerja Magang minimal 30 HOK dan maksimal 40 HOK. Kegiatan magang di

Parangtritis Geomaritime Science Park dalam satu minggu dilaksanakan pada Hari

Senin sampai dengan hari Sabtu, sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu

dilakukan kegiatan diluar kantor, seperti survei dan observasi di pesisir Kabupaten

Bantul.

2.4 Metode Pengambilan Data

Pada saat PKM, teknik pengambilan data yang dilakukan adalah

mendownload langsung citra yang dibutuhkan dalam pengelolaan data tsunami.

Adapaun pengambilan data yang dilakukan dibagi menjadi dua cara, yakni

1) Data Primer

Data Primer merupakan data pokok yang dipakai dalam pengolahan citra.

Data primer yang digunakan adalah data DEM (Data Elevation Model), data

DEM dapat di unduh pada laman http://srtm.csi.cgiar.org. Data DEM dibagi

menjadi dua, yaitu DEM dengan ketinggian 30 meter dan DEM SRTM dengan

ketinggian 90 meter, dalam hal ini, penulis menggunakan data DEM SRTM

dengan ketinggian 90 meter.

2) Data sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang didapatkan dari instansi

terkait. Data pendukung yang digunakan adalah data Peta Rupa Bumi

Indonesia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta data Landuse Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

2.5 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama magang di Parangtritis

(22)

8 2.5.1 Alat

Berikut alat yang digunakan selama magang di Parangtritis Geomaritime

Science Park adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Alat yang digunakan selama PKM

No. Alat Fungsi

1.

Komputer

Sebagai alat pengolahan data tsunami,

konversi data prototype Desa Parangtritis,

pembuatan artikel dan paper serta

intepretasi tipologi pesisir Indonesia dan

tipologi pesisir Daerah Istimewa Yogyarta

dan monitor.

2.

Ms. Word

Sebagai software input data dari Data

Prototype Desa Parangtritis yang dapat

digunakan sebagai data inventaris.

3.

Ms. Excel

Sebagai software input data prototype

agar dapat diolah di Arcmap 10.3.

4.

ArcMap 10.3

Perangkat lunak yang digunakan untuk

konversi data agar didapatkan atribut peta

Desa Paragtritis berdasarkan data

prototype, sebagai intepretasi tipologi

pesisir Indonesia dan pesisir Daerah

Istimewa Yogyakarta serta sebagai

pengolahan data pembuatan peta

(23)

9

No. Alat Fungsi

5.

Envi 4.5

Untuk komposit band atau menyatukan

band pada saat pengolahan tipologi

pesisir Indonesia.

Untuk merekam hasil wawancara dengan

narasumber yang terkait.

8.

Pesawat Drone DJI Phantom 3

Sebagai alat pembantu untuk

mendapatkan dokumentasi daerah pesisir

penelitian dari udara.

9.

Handphone Android

Sebagai server menjalankan pesawat

(24)

10

Untuk menentukan lokasi penelitian

sebelum dilakukan survei.

2.5.2 Bahan

Berikut bahan yang digunakan selama magang di Parangtritis Geomaritime

Science Park adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Bahan yang digunakan selama PKM

No. Bahan Fungsi

1.

Data gambar Landsat 8

Sebagai data untuk interpretasi jenis

tipologi pesisir Indonesia.

2.

DEM (Data Elevation Model)

Sebagai data dalam pengolahan parameter

(25)

11

Sebagai data dalam pengolahan slope,

elevasi dan landuse.

4.

Base Map

Sebagai data dalam intepretasi tipologi

pesisir DI Yogyakarta.

5.

Data Prototype Desa

Parangtritis

Sebagai data hasil wawancara warga yang

digunakan untuk input data ke Ms. Word

2.6 Prosedur Praktik Kerja Magang

Prosedur Praktik Kerja Magang merupakan proses yang dilakukan mulai dari

awal proses pengajuan sampai akhir kegiatan Praktik Kerja Magang secara

(26)

12 Ada beberapa tahap yang dilakukan sebelum kegiatan Praktik Kerja Magang

berlangsung. Berdasarkan alur dari gambar diatas dapat dilihat bahwa langkah

pertama yaitu pengajuan judul dan dosen pembimbing melalui pendaftaran online.

Setelah mendapatkan judul dan Dosen Pembimbing kemudian mengajukan surat

pengantar Praktik Kerja Magang (PKM). Pembuatan proposal PKM berdasarkan

judul yang telah diajukan. Menghubungi Pihak Laboratorium Parangtritis

Geomaritime Science Park (PGSP) DIY untuk melakukan survei dan meminta ijin

persetujuan dari instansi untuk melakukan kegiatan Praktik Kerja Magang. Setelah

mendapatkan ijin dari pihak instansi, tahap selanjutnya ialah menjelaskan

mengenai judul atau kegiatan ynag akan diikuti selama Praktik Kerja Magang

berlangsung.

Praktik Kerja Magang di Laboratorium Parangtritis Geomaritime Scince Park

(PGSP) DIY dimulai pada tanggal 18 Juli 2016. Kegiatan awal yang dilakukan

adalah pengenalan diri dan pengenalan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada

Persetujuan dari

(27)

13 di instansi serta pengenalan lingkungan instansi. Terdapat beberapa target yang

diajukan oleh pihak instansi terhadap mahasiswa Praktik Kerja Magang sebagai

partisipasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan di instansi. Praktik Kerja Magang

dalam satu minggu masuk pada hari Senin – Jumat pukul 7.30 – 16.00 WIB,

sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu terkadang dilakukan survei ke pesisir

(28)

14 3. HASIL

3.1. Profil Instansi

Profil dari instansi Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Yogyakarta

dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1 Kondisi Umum Laboratorium PGSP Yogyakarta

Laboratorium Parangtritis Scince Park (PGSP) merupakan intsansi yang

bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada Fakultas Geografi, Pemerintah

Kabupaten Bantul dan cabang dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Terdapat

gedung kantor sebagai ruang kerja, penelitian, dan pengkajian teknologi terbaru.

Gedung Kerucut (Museum) sebagai museum gumuk pasir serta peralatan lampau.

Ruang studio yang digunakan sebagai pemutaran film proses terjadinya gumuk

pasir untuk pengunjung PGSP dan sebagai ruangan untuk presentasi, Ruang

Dikat sebagai tempat pelatihan atau workshop, Auditorium yang berkapasitas 100

orang yang digunakan untuk acara pertemuan dan seminar, selain itu juga

terdapat rumah singgah. Laboratorium PGSP terletak di Jl. Parangtritis Dusun

Depok Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta.

3.1.2 Sejarah Laboratorium Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP)

Yogyakarta

Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) berdiri pada tahun 2002.

Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis (LGPP) dan Museum Gumuk Pasir,

adalah embrio berdirinya PGSP. Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis

direvitalisasi menjadi Parangtritis Geomaritime Science Park berdasarkan

beberapa hal, yaitu:

(29)

15 b. Sebagai realisasi dari program NAWACITA Jokowi di tahun 2014

c. Sebagai implementasi RPJMN 2015-2019.

Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) difasilitasi oleh Kementerian

Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) dan Pemerintah

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dikelola bersama antara Badan Informasi

Geospasial (BIG), Universitas Gadjah Mada (UGM), Pemerintah dan Pemerintah

Kabupaten Bantul. PGSP diresmikan oleh Menristekdikti, Prof. H. Mohamad Nasir,

Ph.D., Ak. bersama dengan Gubernur DIY, Kepala BIG, Pj. Bupati Bantul dan

Rektor UGM pada tanggal 11 September 2015.

3.1.3 Visi dan Misi PGSP Yogyakarta

Untuk mencapai tujuan dan bertindak, diperukan adanya visi dan misi untuk

PGSP sesuai dengan fungsinya. Berikut adalah visi dan misi dari PGSP DIY :

1) Visi PGSP DIY

Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) memiliki visi untuk

menjadi center of excellent for geospatial information technology,

education, research and innovation di bidang kepesisiran dan kelautan di

Indonesia.

2) Misi PGSP DIY

Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) memiliki misi yang

menjadi landasan tiap kegiatan, yaitu sebagai berikut:

a. Mendorong pemanfaatan informasi geospasial untuk

pengelolaan sumberdaya kemaritiman dan kepesisiran;

b. Meningkatkan layanan dalam penyediaan informasi geospasial

(30)

16 c. Sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi dan informasi

geospasial untuk kesejahteraan masyarakat umum dan

masyarakat pesisir pada khususnya;

d. Melakukan riset kolaboratif dan melakukan komersialisasi hasil

riset kolaboratif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

e. Meningkatkan peran museum gumuk pasir sebagai sarana

pembelajaran.

3.1.4 Struktur Organisasi PGSP Yogyakarta

Segala kegiatan PGSP diketahui dan bina oleh pihak Kraton juga

Pemerintah DIY. Berdasarkan sejarahnya PGSP merupakan instansi yang

difasilitasi oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek

Dikti) dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kemudian pada

pengelolahannya, terdapat Badan Informasi Geospasial (BIG), Universitas Gadjah Gambar 4. Struktur Organisasi PGSP DIY

(31)

17 Mada (UGM), dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Terdapat sekretariat yang

mengurusi segala kegiatan administrasi yang ada di PGSP DIY maupun yang

berhubungan dengan pihak luar. Bagian Perencanaan sebagai perencana

kegiatan yang berhubungan dengan riset yang diakukan oleh PGSP DIY. PGSP

DIY juga menjalin kerja sama dengan Litbang Balai Penelitian dan Observasi Laut.

Kerja sama ini nantinya akan menjadi bahan acuan dalam penyusunan naskah

kerjasama antara Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama BIG dengan P3SDLP,

sebagai pusat dari Balai Penelitian dan Observasi Laut. Parangtritis Geomaritime

Science Park merupakan salah satu UPT di bawah Pusat Penelitian, Promosi dan

Kerjasama - Badan Informasi dan Geospasial yang saat ini sedang

mengembangkan sarana pendidikan dan penelitian.

Tedapat Kelompok Kerja yang dilakukan PGSP dengan Badan Informasi

Geospasial (BIG), Universitas Gadjah Mada (UGM), sera pemerintah Kabupaten

Bantul yang pada struktur organisasi merupakan pengelola PGSP. Dengan

adanya kelompok kerja ini, PGSP mengembangkan kontribusinya untuk aspek

pendidikan, promosi dan pengabdian masyarakat, serta adanya Musium yang

berfungsi sebagai tempat belajar mengenai Gumuk Pasir dan alat penelitiannya.

3.2 PKM Tentang Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten

Bantul.

Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Yogyakarta merupakan

instansi yang berada di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Instansi ini merupakan instansi dibuat untuk perlindungan atau

konservasi gumuk pasir, pemetaan daerah rawan tsunami, interpretasi tipologi

pantai pesisir Indonesia dan pesisir DIY serta pembuatan Prototype Desa. Karena

lokasi yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa, PGSP Yogyakarta menjadi

(32)

18 perlindungan gumuk pasir, manfaat pentingnya gumuk pasir sebagai penghalang

tsunami dan lain – lain. Selain itu PGSP Yogyakarta merupakan sarana edukasi

bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat di luar Yogyakarta.

3.2.1 Kondisi Biofisik Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul terletak di Provinsi Yogyakarta, Kabupaten ini memiliki 17

Kecamatan, karena kondisi geografisnya yang berada di laut terbuka (open sea)

maka tidak heran pesisir pantai Kabupaten Bantul memiliki arus yang kuat,

gelombang yang besar serta angin yang kencang. Kondisi umum pantai di

Kabupaten Bantul, yaitu memiliki pasir hitam yang berasal dari material vulkan

gunung Merapi dan gunung Slamet yang kemudian mengalir melalui sungai Opak

dan sungai Progo dan terbawa sampai ke laut, karena faktor angin dan gelombang,

maka material vulkan ini, lama kelamaan akan terakumulasi dan menjadi

gundukan pasir atau yang disebut sebagai gumuk pasir. Pentingnya gumuk pasir

bagi Kabupaten Bantul yaitu sebagai penghalang jika sewaktu – waktu terjadi

gelombang besar atau tsunami, sehingga laju pergerakan gelombang akan

melambat.

3.2.2 Proses Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan di software ArcMap 10.3, terdapat 3

parameter yang akan diolah, yaitu slope, elevasi dan landuse. Berikut proses

pengolahan untuk ketiga parameter tersebut:

1. Clip

Clip merupakan proses memotong satu dataset dengan dataset yang

lain untuk mendapatkan dataset baru dengan bidang luasan sama dengan

dataset pemotongannya. Analisis ini dilakukan misalnya untuk mendapatkan

(33)

19 atau juga bisa deigunakan pada saat kita ingin memotong data citra dengan

potongan yang sama dengan daerah yang mau diolah (Satar, 2015).

Proses pertama yang dilakukan sebelum mengolah ketiga parameter

tersebut adalah dengan clip atau crop data DEM dengan shp Kabupaten

Bantul dengan buka Arc Toolbox - Data Management

Tools > Raster > Raster Processing > Clip, tunggu sampai proses selesai,

setelah proses selesai, pengloahan dilanjutkan ke slope.

2. Slope

Langkah selanjutnya yaitu slope atau kemiringan. Pengolahan ini

menggunakan data DEM yang sudah di clip/crop tadi. Buka arc Toolbox

3D analysist Tools > Raster Surface > Slope. Tunggu sampai proses selesai,

jika proses sudah selesai, langkah selanjutnya yaitu reclassify, tujuan dari

reklasifikasi ini yaitu mengkelaskan masing – masing parameter

berdasarkan kriteria yang dibutuhkan terkait dengan kerawanan bencana

tsunami (Sinambela et al., 2014), karena pada pengolahan ini menggunakan

lima kelas, maka pada saat reclassify menggunakan perbandingan angka

yaitu 0-2, 2-6, 6-13, 13-20 dan > 20. Jika proses ini sudah selesai, maka

proses selanjutnya yaitu proses elevasi.

3. Elevasi

Elevasi merupakan ketinggian dari suatu titik tertentu, untuk melakukan

proses elevasi, langkah pertama untuk elevasi, reclassifikai data DEM yang

telah di clip tadi dengan cara arc Toolbox > Spatial Analysist Tools > Reclass

> Reclassify. Proses elevasi menggunakan lima kelas juga dengan

menggunakan perbandingan angka 0-5, 5-10, 10-15, 15-20 dan >20. Jika

proses ini sudah selesai maka, proses selanjutnya yaitu overlay kedua

(34)

20 4. Overlay

Langkah pertama pada proses overlay yaitu dengan cara klik arc

Toolbox > Spatial Analysist Tools > Overlay > Weighted Overlay. Untuk

proses overlay ini perbandingan antara slope dan elevasi yaitu slope 40%

dan elevasi 60%, diasumsikan nilai elevasi lebih berpengaruh dari nilai slope.

Setelah proses overlay selesai, langkah selanjutnya adalah digitasi.

5. Digitasi

Proses digitasi ini bertujuan untuk memperhalus tampilan citra dan agar

lebih mudah dalam hal identifikasi. Langkah pertama yaitu membuat shp

baru dengan koordinat WGS 1984. Setelah membuat shp baru, digitasi

masing – masing kelas dengan menggunakan cut polygon tools, setelah

proses digitasi selesai, langkah selanjutnya adalah attributing peta, dengan

cara klik kanan data shp tadi dan klik open attribut table, klik add field dan

beri nama “Kelas” dan ganti type menjadi “text”, jika add field tidak muncul,

maka stop editing terlebih dahulu dan baru klik add field. Jika kolom kelas

ada di attribut table, maka klik star editing dan mulai mengisi masing –

masing kolom sesuai kelas kerentanan. Setelah selesai attributing, langkah

selanjutnya adalah klik kanan pada data shp dan pilih “symbologi”

tambahkan semua nilai, dengan add values. Langkah selanjutnya adalah

landuse

6. Landuse

Langkah pertama dalam mengola data landuse yaitu buka arctoolbox >

analysist tools > Extract > Clip. Pilih landuse yang ada di Kabupaten Bantul,

data dalam landuse ini menggunakan peta Penutupan Lahan Provinsi Jawa

(35)

21 tsunami maka klik kanan pada masing – masing landuse pilih open attribut

table dan pilih pada area, klik kanan, pilih statistik kemudian pilih sum.

(36)
(37)

23 3.2.3 Hasil Pengolahan Data

Dari proses pengolahan data (Gambar 5), didapatkan hasil bahwa

Kecamatan yang sangat rawan berada di pesisir Kecamatan Srandakan,

Kecamatan Sanden dan kecamatan Kretek. Kelas Rentan berada di Kecamatan

Srandakan, Kecamatan Sanden dan Kecamatan Kretek. Kelas cukup rentan

berada di kecamatan Pandak, Bambanglipuro, sebagian kecamatan Pundong,

kecamatan Bantul, kecamatan Jetis, sebagian kecamatan Imogiri, Kecamatan

Sewon, sebagian kecamatan Pleret, kecamatan Banguntapan, sebagian

kecamatan Piyungan dan sebagian lagi di kecamtan Kasihan dan kecamatan

Sedayu. Kelas kurang rentan terletak di sebagian kecamatan Sedayu, kecamatan

Kasihan dan kecamatan Pajangan. Kelas tidak rentan terletak di kecamatan

Dlingo. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik 1. Berikut adalah standar

kerentanan menurut Islam et al., (2014):

Tabel 3. Standar Kerentanan (Islam et al., 2014).

No. Indeks Kerentanan Derajat Kerentanan

1. 0-0,157 Tidak Rentan

2. 0,157-0,472 Kurang Rentan

3. 0,472-0,945 Cukup Rentan

4. 0,945-1,312 Rentan

(38)

24 Grafik 1. Tingkat Kerentanan Tsunami di Kabupaten Bantul

Landuse yang terkena dampak dari bencana tsunami adalah agrukultur

ladang, sawah, semak belukar, pemukiman perkebunan dan alang-alang. Untuk

mengetahui luasan landuse yang terkena dampak tsunami, dapat dilihat pada

Grafik 2-4. 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Grafik Tingkat Kerentanan Tsunami di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

(39)

25 Grafik 2. Jumlah Landuse yang terkena dampak tsunami Di Kecamatan Kretek,

Kabupaten Bantul

Grafik 3. Jumlah Landuse yang terkena dampak tsunami Di Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul

Jumlah Landuse yang Terkena Dampak Tsunami Di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta

Jumlah Area yang terkena dampak tsunami

265

Jumlah Landuse yang Terkena Dampak Tsunami Di Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta

(40)

26 Grafik 4. Jumlah Landuse yang terkena dampak tsunami Di Kecamatan

Srandakan, Kabupaten Bantul

3.2.4 Upaya Penanggulangan Bencana Tsunami

Mitigasi dalam bencana tsunami merupakan langkah pertama dalam

penanggulangan bencana tsunami, Pemerintah Kabupaten Bantul telah

melakukan beberapa langkah awal dalam membangun kesiapsiagaan pemerintah

maupun masyarakat, berikut beberapa kegiatan pemerintah Kabupaten Bantul

dalam upaya penanggungan bencana tsunami menurut Usdianto et al., (2008):

a. Alat peringatan dini tsunami (Pengeras suara/sirene)

Paska tsunami di Pangandaran, Jawa Barat, pada tahun 2006 Pemerintah

Kabupaten Bantul, bersama dengan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta,

memasang 1-unit repeater sentral dan pengeras suara/sirine yang dapat

dikendalikan jarak jauh yang berada di delapan titik di Pantai Parangtritis,

Pantai Pandansimo, Pantai Samas, Pantai Parang Kusumo, Pantai Depok,

Pantai Tritohargo dan Pandansari.

403

Jumlah Landuse yang Terkena Dampak Tsunami Di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta

(41)

27 b. Pengerjaan peralatanya memperhatikan pemanfaatan sumberdaya

setempat seperti: komponen alat yang mudah diperoleh, teknisi lokal dan

biaya rendah sehingga dapat memungkinkan keberlangsungan

pengoperasian alat peringatan dini tersebut.

c. Pemanfaatan Ulang Lahan Pantai

Pemerintah Kabupaten Bantul telah melakukan penataan ruang sepanjang

pantai di Bantul dengan membebaskan area yang berjarak 500 meter dari

garis pantai dari hunian dan berbagai kegiatan masyarakat.

d. Gladi tsunami

Latihan gladi tsunami diselenggarakan pemerintah Proponsi DI Yogyakarta

dan pemerintah Kabupaten Bantul di wilayah kecamatan Kretek. Gladi ini

melibatkan beberapa elemen seperti Bupati, BMG, Institusi pemerintah

terkait, pemangku kepentingan masyrakat dan sekitar 200 warga.

e. Kampanye penyadaran Masyarakat

Beberapa kegiatan sosialisasi untuk memberi pemahaman tentang kondisi

alam dan sekitarnya, bahaya gempa bumi yang disusul dengan tsunami

serta cara bagaimana menghadapi bahayanya. Sosialisasi diadakan dalam

beberapa cara yaitu menyelenggarakan pertemuan dan dialog dengan

warga bersama dengan narasumber yang sesuai (BMG), penyebaran

leaflet, dan dialog interaktif di lembaga siaran swasta.

3.3 Partisipasi Aktif

Pada Prakrik Kerja Magang (PKM) mahasiswa dituntut untuk selalu aktif

selama Praktik Kerja Magang (PKM). Berbeda dengan Praktik Kerja Lapang

(PKL), Praktik Kerja Magang (PKM) merupakan kegiatan gabungan dari Praktik

Kerja Lapang (PKL) dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN), sehinggga dalam

(42)

28 kegiatan instansi dan juga harus aktif pada kegiatan yang berbasis masyarakat

selama Praktik Keja Magang (PKM) berangsung. Selama Praktik Kerja Magang,

aktifitas kami dibagi dalam beberapa kegiatan yang pertama kegiatan instansi

yang kedua adalah kegiatan survei lapang yang bertujuan untuk mengenalkan alat

– alat yang dipakai dalam penginderaan jauh.

3.3.1 Peta Desa Parangtritis Kecamatan Kretek

Kegiatan Peta Desa Parangtritis Kecamatan Kretek bertujuan untuk

penambahan data inventaris untuk instansi maupun pemerintah. Sebelumnya

telah dilakukan survei di lapangan terhadap penduduk yang kemudian kartu data

protoype tersebut menjadi bahan dasar informasi. Berikut adalah langkah

pengolahan data pada kegiatan Peta Desa Parangtritis :

1. Input Data Prototype ke Ms. Word

Kegiatan ini dimulai pada tanggal 19 Juli 2016, tepatnya hari kedua

magang. Kartu data prototype berupa data tiap kepala keluarga (KK) dan data

infrastruktur yang terdapat pada wilayah pesisir Desa Parangtritis. Desa

Parangtritis terbagi menjadi beberapa dusun, yaitu Dusun Depok, Dusun

Grogol VII, Dusun Grogol VIII, Dusun Grogol XI, Dusun Grogol X, Dusun

Samiran, Dusun Kretek, Dusun Parangtritis, Dusun Mancingan, Dusun

Bungkus, Dusun Sono, Dusun Duwuran. Kartu Data Prototype mencakup

identitas KK (Kepala Keluaraga) serta anggota keluarga. Setiap dusun

memiiki blok yang berbeda. Sedangkan kartu data insfrastrukrur mencakup

data identitas infrastruktur yang dibangun, seperti masjid, sekolah, rumah

(43)

29 Data pada kartu data prototype di input ke Ms. Word dengan format yang

sama persis pada kartu data. Hal ini bertujuan agar dapat menjadi data

inventaris dalam bentuk softfile. Langkah selanjutnya data softfile tersebut

akan di konversi pada Ms. Excel untuk dapat dilakukan atributing pada

langkah selanjutnya.

2. Input Data ke Ms. Excel

Setelah data prototype diinput ke Ms. Word, maka langkah selanjutnya

data dikonversi ke Ms. Excel. Data diinput sesuai dengan point-point yang ada

pada kartu data prototype dan diinput sesuai block keterangan pada kartu

(44)

30 3. Attributing Peta Desa Parangtritis

Attributing peta Desa Parangtritis menggunakan software ArcMap 10.3,

dimana attributing Peta Desa Parangtrtitis ini digunakan untuk prototype

Desa Parangtritis setelah data Ms. Word di konversi ke MS. Excel, lalu

kemudian data Ms. Excel di input ke arcgis 10.3. Data ini digunakan sebagai

data penduduk di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul,

D. I. Yogyakarta.

Gambar 7. Data Prototype Desa Parangtritis yang sudah di konversi ke Ms. Excel

(45)

31 3.3.2 Intepretasi Geoekologi Pesisir Indonesia

Pada kegiatan ini analisis dilakukan untuk data inventarisasi dan sebagai

melengkapi draft buku Geoekologi Indonesia. Draft ini dibuat sebagai salah satu

langkah terciptanya Buku Geoekologi Indonesia yang dapat menjadi media

informasi mengenai geoekologi Indonesia dari Sabang sampai Marauke.

Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan untuk interpretasi

tipologi pantai Indonesia yaitu dengan mendownload band Landsat Archive di

seluruh Indonesia dengan Citra Landsat 8. Kemudian data citra akan dikomposit

di ENVI sebelum dilakukan digitasi di ArcGis. Setelah dilakukan analisis tipologi

pantai, maka langkah selanjutnya yaitu studi literatur. Studi literatur pada

Geoekologi Indonesia mencakup aspek Geologi, ekologi, budaya serta kondisi

iklim pesisir tersebut. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini adalah langkah-langkah

interpretasi tipologi pantai Indonesia:

1. Download Landsat 8

Landsat merupakan satelit Earthexplore milik situs United States

Geological Survey (USGS). Untuk mendapatkan data yang akan dioalah, maka

dibutuhkan file band Landsat Archive wilayah yang akan di analisis. Band

wilayah seluruh Indonesia dapat didownload di alamat web

(46)

32 http://earthexplorer.usgs.gov/. Untuk mendapatkan hasil wilayah yang benar,

maka harus mengisi path dan row sesuai daerah yang diinginkan seperti yang

ada di gambar 9 dan gambar 10.

Data yang akan didownload merupakan path dan row yang memiliki garis

pantai dan merupakan data dengan tutupan awan yang kurang dari 20%.

Terdapat path dan row pada kawasan pesisir Indonesia yang harus didownload.

Data dengan tutupan awan yang minim akan memudahkan pengamatan pada

garis pantainya. Jika telah menemukan gambar yang tepat, lakukan ekstrak file

sehingga terbentuk folder, pada umumnya data dengan band yang lengkap

mencapai hampir 2 GB. Di dalam folder terdapat 13 file, terdiri atas 11 file band

(kanal), 1 file BQA dan 1 file txt. Semua file citra yang sudah diunduh perlu

di-stacking dengan software ENVI.

(47)

33 2. Stacking Pada ENVI

Tujuan stacking adalah menyatukan komposit band dari 11 band hasil

download Landsat 8. Mengkomposit band bertujuan untuk memperolah hasil

gambaran visual yang lebih baik dan jelas. Data Landsat Archive di ekstrak di

locadisk komputer, kemudian mengimport 11 band pada software ENVI. Untuk

melihat data hasil Layer Stacking RGB yang digunakan yaitu band 5, 4, dan 3

karena kombinasi warna yang didapatkan lebih jelas sehingga lebih mudah

diidentifikasi daerah garis pantainya (coastal line). Jika telah mendapatkan hasil

Layer Stacking, maka data disimpan untuk proses selanjutnya pada software

Arcmap 10.3.

3. Pengelolaan Citra Landsat 8 Pada Arcgis

Pengelolaan citra Landsat di Arcgis bertujuan untuk mengetahui tipe garis

pantai yang ada di pesisir Indonesia, terdapat tiga tipe garis pantai, yaitu pantai

berpasir, pantai berlumpur dan pantai berbatu. Terdapat beberapa proses

dalam pembuatan tipologi pesisir Indonesia, diantaranya:

a. Digitasi Garis Pantai

Digitasi pada ArcGis merupakan langkah untuk menentukan tipe garis

pantai suatu wilayah. File hasil stacking seluruh wilayah Indonesia di ENVI

di input ke ArcGis. Untuk memulai digitasi, langkah pertama yang

dilakukan adalah add data Garis Pantai Indonesia, setelah itu digitas

menggunakan cut polygon, untuk menentukan masing – masing tipe

pantai, maka klik kanan pada garis pantai Indonesia dan klik attribut table

dan mulai menentukan tipe garis pantai.

Penentuan digitasi sesuai dengan jenis tipologi pantai terbagi menjadi

tiga, Pantai Berpasir, Pantai Berbatu dan Pantai Berlumpur. Bila dilihat

(48)

34 kontras rapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki tipologi pantai

berbatu. Apabila kontras warna halus, maka menunjukkan wilayah tersebut

memiliki tipologi pantai berpasir, sedangkan apabila kontras warna blur

tidak merata, maka menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki tipologi

pantai berlumpur. Digitasi dilakukan secara rapat dengan skala 1:150.000.

b. Layouting

Setelah proses digitasi, maka langkah selanjutya adalah layouting peta

tersebut. Peta hasil interpretasi di layout mencakup wilayah yang terkait.

Kemudian diberi keterangan pada peta yang bertujuan untuk membantu

membaca dan memahami peta, hal ini mencakup judul, tempat lokasi,

koordinat, skala, inset, arah mata angin dan juga legenda.

4. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk data penunjang dalam pembuatan buku

Geoekologi Pesisir Indonesia. Terdapat beberapa konten yang dicari dalam

studi literatur, yaitu geologi, sosial, kekayaan alam dan budaya pada tiap

provinsi di seluruh Indonesia. Hal ini bertujuan untuk melengkapi draft buku

Geoekologi Indonesia agar tidal hanya terdapat aspek geoekologinya, namun

juga keseluruhan aspek yang mempengaruhinya.

3.3.3 Intepretasi Geoekologi Pesisir DI Yogyakarta

Pada kegiatan ini analisis dilakukan untuk data inventarisasi dan sebagai

melengkapi draft buku Geoekologi DI Yogyakarta. Draft ini dibuat sebagai salah

satu langkah terciptanya Buku Geoekologi DI Yogyakarta yang dapat menjadi

media informasi mengenai geoekologi pesisir DI Yogyakarta

Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan untuk interpretasi

tipologi pantai Indonesia yaitu dengan menggunakan software ArcMap 10.3 yang

(49)

35 terdapat pada ArcMap 10.3, setelah mendapatkan base map, langkah selanjutnya

yaitu add data garis pantai Indonesia dan digitasu dengan menggunakan cut

polygon dengan skala 1:25.000, dan masukkan tipe – tipe pantai pada attribut

table. Setelah dilakukan analisis tipologi pantai, maka langkah selanjutnya yaitu

studi literatur. Studi literatur pada Geoekologi Pesisir DI Yogyakarta mencakup

aspek Geologi, ekologi, budaya serta kondisi iklim pesisir tersebut.

3.3.4 Penulisan Artikel

Web resmi PGSP DIY http//pgsp.go.id// menyediakan informasi-informasi

terbaru yang berisi mengenai pengetahuan umum, kegiatan PGSP DIY, fenomena

alam, maupun riset bagi masyarakat umum. Pada setiap hari kamis, PGSP DIY

secara rutin mempublikasikan artikel mengenai pengetahuan umum yang

berhubungan dengan geologi, kemaritiman, maupun hal mengenai geospasial.

Untuk itu sebagai mahasiswa magang kami juga dituntut untuk melakukan

penelitian untuk penyusunan artikel, yang nantinya artikel tersebut akan diterbitkan

seminggu sekali di laman web resmi PGSP.

(50)

36 3.3.5 Survei Pesisir Kabupaten Bantul

Mengingat sedang disusunnya draft buku Geoekologi Pesisir DIY maka

dibutuhkan survei pada sepanjang daerah pesisir DIY, salah satunya adalah survei

pesisir Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten pesisir yang

terletak di tengah antara Kabupaten Gunung Kidul disebelah Timur dan Kabupaten

Kulonprogo disebelah Barat. Kabupaten Bantul memiliki topografi yang sebagian

besar daratan dengan sebagian daratan yang berbentuk curam. Dalam kegiatan

survei ini, ada beberapa langkah yang dilakukan sebelum survei dilakukan, ketika

survei dan sesudah dilakukan survei.

Jadwal kegiatan Survei Bantul dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2016

pada pukul 10.00 WIB. Hal yang dilakukan setiba di lokasi survei tim terbagi

menjadi 3, tim dokumentasi, wawancara dan observasi. Berikut adalah

langkah-langkah yang dilakukan pada survei pesisir Kabupaten Bantul:

1. Menentukan Lokasi Survei

Sebelum melakukan survei maka hal pertama yang dilakukan adalah

menentukan lokasi survei. Pemiihan lokasi survei melalui Google Earth.

Menentukan Survei dan persiapan alat-alat yang akan dibawa dipersiapkan

malam hari sebelum keberangkatan, yaitu pada tanggal 9 Agustus 2016.

Lokasi yang dipilih adalah pantai atau daerah pesisir yang berada di

Kabupaten Bantul, yaitu Pantai Pandansimo, Pantai Pandansimo Baru,

Pantai Kuwaru, Pantai Samas, Pantai Pandansari dan Pantai Goa Cemara.

Lokasi survei dipilih berdasarkan perbedaan morfologi dan penampang

alamnya, seperti pada pantai Samas dan Pantai Kuwaru, walaupun dilihat

secara kasat mata hampir sama, tetapi perbedaan dari kedua pantai ini

adalah Pantai Samas memiliki laguna dari muara sungai Opak, sedangkan

untuk vegetasi dari Pantai Kuwaru lebih banyak dari pada Pantai Samas.

(51)

37 geokeogi dan pengaruhnya terhadap pembentukan morfologi pantai dan

kegiatan hidrologinya.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan, pendapat buku, atau hukum-hukum dan pengambilan

gambar kegiatan. Untuk melengkapi laporan survei pesisir Kabupaten

Bantul, penulis mendokumentasikan setiap kegiatan dan kondisi alam yang

dilakukan saat di lapang. Dokumentasi gambar terbagi menjadi 2, yaitu

mengunakan kamera SLR dan kamera UAV (Unmanned Aeria Vehicle).

Untuk pengaplikasian kamera SLR, yaitu mengambil gambar kondisi

alam pada lokasi survei dari 8 arah mata angin, yaitu Selatan, Timur, Utara,

Barat. Kemudian pengambilan gambar pada setiap kegiatan ketika di lokasi

survei, tipologi pantai, kegiatan masyarakat setempat. Sedangkan

pengambilan gambar menggunakan kamera UAV dilakukan dengan

pesawat drone DJI Phantom 3. Pengambilan gambar dilakukkan dengan

ketinggian 100 dengan luas 300m2 sepanjang garis pantai lokasi survei.

3. Observasi

Observasi merupakan pengataman dan pencatatan secara sistimatik

terhadap unsur – unsur yang tampak dalam suatu gejala objek penelitian.

Hasil dari observasi akan dilaporkan dalam sebuah laporan yang disusun

secara sistematis sesuai dengan aturannya (Nawawi dan Hadari, 1991).

Seperti halnya yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan sebelumnya,

kegiatan Survei Pesisir Kabupaten Bantul diperlukan adanya observasi.

Terdapat dua cara untuk melakukan observasi yaitu observasi sistmatis dan

non sistematis. Observasi sistematis yaitu pengamatan dengan

(52)

38 dilakukan tanpa menggunakan alat pengamatan. Pada observasi yang

dilakukan pada survei ini merupakan observasi non sistematis. Observasi

dilakukan di semua lokasi survei. Mulai dari morfologi pantai, tipologi pantai,

substrat pantai dan kegiatan masyarakat. Berikut adalah hasil observasi :

a. Pantai Kuwaru

Pantai Kuwaru merupakan pantai yang terletak di sebelah timur dari

pantai Pandansimo baru dan terletak di bagian barat dari pantai Depok

Yogyakarta. Secara administratif, Pantai Kuwaru termasuk pada dusun

Srandakan, Kabupaten Bantul. Pasir di pantai Kuwaru berwarna hitam

dengan lereng yang landai. Angin yang kencang, gelombang yang tinggi

serta arus yang kencang di pantai Kuwaru yang menyebabkan sering pantai

ini terasa sejuk. Vegetasi yang ada di pantai Kuwaru yaitu cemara udang. Gambar 12. Pantai Kuwaru dari atas dengan menggunakan Pesawat

(53)

39 Pantai Kuwaru merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana

pesisir, di antaranya tsunami dan abrasi dan dapat dikategorikan sebagai

wilayah yang rawan bencana. Dampak abrasi di wilayah Pantai Kuwaru

merupakan salah satu yang terparah di antara pantai-pantai lain di

Kabupaten Bantul. Banjir rob yang terjadi periodik setiap tahunnya juga

merupakan salah satu bencana yang terjadi di Pantai Kuwaru.

Upaya mitigasi bencana yang telah dilakukan adalah dengan melakukan

sosialisasi kepada masyarakat pesisir mengenai jalur evakuasi jika terjadi

tsunami. Sosialisasi yang dilakukan perlu ditingkatkan karena tidak merata

menjangkau seluruh masyarakat sehingga beberapa di antaranya masih

awam terhadap jalur evakuasi ini.

b. Pantai Pandansimo

Pantai Pandansimo berbeda dengan pantai – pantai yang berada di

Kabupaten Bantul, yaitu adanya kincir angin di pantai ini. Vegetasi yang ada

di pantai ini yaitu cemara udang dan pandan laut. Pasir yang terdapat pada

(54)

40 Pantai Pandansimo dan Pantai Kuwaru merupakan pantai yang lebih

dulu dibuka sebagai tujuan wisata dan telah mendatangkan banyak

wisatawan pada masa lalu. Pada saat ini Pantai Pandansimo dan Pantai

Kuwaru telah ditinggalkan oleh wisatawan karena beberapa sebab, yaitu

pada saat ini wisatawan dan masyarakat telah mengenal Pantai Pandansimo

sebagai tempat prostitusi, hal ini menyebabkan citra yang buruk terhadap

Pantai Pandansimo sehingga tidak lagi diminati oleh wisatawan, Pantai

Kuwaru maupun Pantai Pandansimo saat ini telah mengalami kerusakan

yang diakibatkan oleh abrasi pantai, pembangunan fasilitas pariwisata yang

tidak memperhatikan keadaan lingukungan yang mengakibatkan beberapa

fasilitas pariwisata mengalami kerusakan karena akibat dari abrasi air laut

(Raharjo dan Rosyidie, 2015).

c. Pantai Goa Cemara

Pantai Goa Cemara terletak di Desa Gadingsari, Kabupaten Bantul.

Pantai Goa Cemara merupakan pantai yang terletak di sebelah timur dari Gambar 14. Pantai Pandansimo yang berasosiasi dengan tanaman

(55)

41 pantai Pandansimo dan terletak di sebelah barat dari pantai Parangtritis.

Pantai ini memiliki keunikan, yaitu di sekitar pantai Goa Cemara ditumbuhi

oleh ribuan pohon cemara yang membentuk lereng – lereng seperti

terowongan dan seperti berbentuk Goa.

Pantai Goa Cemara merupakan salah satu pantai yang disukai oleh

penyu hijau. Pantai ini berhadapan langsung dengan Samudra Hindia yang

merupakan laut lepas dan memiliki kondisi fisik panyai yang sesuai serta

mendukung bagi peneluran penyu hijau. Kawasan Pantai Goa Cemara juga

dikembangkan sebagai kawasan wisata oleh Pemerintah Kabuapaten Bantul

dan sering dikunujungi oleh wisatwan. Hal ini myenyebabkan perubahan fisik

daerah peneluran penyu hijau. Sebagai salah satu uoaya pelestarian penyu

hijau di Pantai Goa Cemara dibangun temapat konservasi penyu hijau yang

digunakan sarang alam dan pemeliharaan tukik sampai akhirnya dilepas

kembali ke laut (Listiani et al., 2015).

(56)

42 d. Pantai Pandansimo Baru

Pantai Pandansimo Baru terletak di Desa Ngantak, Kecamatan

Srandakan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Pantai Pandansimo baru

berbatasan dengan Pantai Kuwaru di bagian Timur dan Pantai Pandansimo

di bagain barat. Warna pasir di Pantai Pandansimo Baru berwarna hitam

dengan lereng yang landai. Dulunya Pantai Pandansimo Baru ini hanyalah

lahan pasir yang kosong, tetapi seiring berkembangnya masyarakat dan

adanya swadaya masyarakat, pantai ini berkembang menjadi tempat wisata.

Banyak kios – kios serta penjual makanan khas ikan laut di pantai ini. Akan

tetapi setiap tahun pantai ini selalu terjadi banjir rob yang menyebabkan garis

pantai di Pantai Pandansimo Baru mendekati daratan.

Pantai Pandansimo Baru merupakan kawasan percontohan untuk

mengembangkan energi alternatif yaitu pembangkit tenaga angin dan

pembangkit tenaga surya sehingga paket wasata ini dapat dikembangkan

untuk kawasan pertanian dan lahan pasir yang cukup berhasil dengan Gambar 16. Pantai Pandansimo Baru dengan gelombang besar dan angin

(57)

43 penanaman bauh naga, cabai dan palawija. Untuk keberadaan tambak

udang galah di sekitar pantai sebaiknya dilarang karena dapat merusak

keberadaan dan kelestarian ekologi yang ada di kawasan pantai

(Purwantara et al., 2015).

e. Pantai Samas

Pantai Samas terletak di Desa Srigading, Sanden, Kabupaten Bantul.

Pantai ini memiliki ciri khas yang unik yaitu adanya laguna di Pantai Samas.

Laguna ini berasal dari dua sungai yang mengalir di Kabupaten Bantul, yaitu

sungai Opak dan sungai Progo. Tetapi karena adanya laguna ini, jika terjadi

pasang akan menyebabkan banjir disekitar Pantai Samas.

Kawasan Pantai Samas merupakan pantai berpasir dengan dijumpai

gundukan – gundukan pasir. Struktur tanahnya lepas – lepas dengan

porositas tinggi dan pHnya sedikit alkalus. Suhu dan kelembaban udara di

siang hari tinggi bersamaan dengan intensitas sinar matahri yang tinggi

disertai angin laut yang kencang. Angin laut kencang kemungkinan besar

menyebabkan kandungan garam pada tanah dan udara tinggi. Vegetasi di Gambar 17. Pantai Samas dengan ciri khasnya yang unik yaitu terdapat

(58)

44 kawasan Pantai Samas tentunya sudah menyesuaikan dengan kondusi

lingkungan yang demkian antara lain tidak menutup seluruh kawasan

(kurang dari 50%) (Djuwanto et al., 2015).

f. Pantai Pandansari

Pantai Pandansari terletak di Desa Patehan, Kelurahan Srigading,

Kabupaten Bantul. Pantai Pandansari merupakan pantai denga cemara

udang yang cukup lebat, angin yang kencang, gelombang yang tinggi serta

arus yang cukup kuat. Selain itu, disamping Pantai Pandansari, terdapat

mercusuar yang tingginya sekitar 50 meter. Di dalam mercusuar tersebut

terdapat tangga melingkar yang akan mengantarkan wisatawan naik ke atas.

Dari atas mercusuar, wisatawan dapat melihat pemandangan yang sangat

indah, yaitu pantai di kawasan Bantul terlihat semua, mulai dari garis pantai,

sawah, serta bangunan bisa dilihat dari sini.

(59)

45 3.3.6 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui komunikasi verbal dengan cara mengadakan tanya jawab langsung

maupun tidak langung dengan responden atau narasumber (Soendari, 2016).

Wawancara merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan pada saat

peserta Praktik Kerja Magang melakukan survei. Wawancara dilakukan di setiap

pantai. Wawancara dilakukan bersama masyarakat sekitar pantai. Alat yang

digunakan dalam wawancara yaitu sebuah tape recorder. Dalam survei ke Pesisir

Bantul narasumber diajukan beberapa pertanyaan, secara garis besar

pertanyaannya adalah tentang ekologi, bencana yang sering terjadi di Pesisir

Kabupaten Bantul, kebudayaan daerah setempat, konservasi yang ada di pantai

tersebut, tidak hanya menggunakan tape recorder, tetapi wawancara juga

menggunakan form yang nantinya akan diisi pada saat wawancara. Berikut

merupakan salah satu hasil dari wawancara di Pantai Pandansimo Baru atau

Pantai Baru, Pantai Baru berasosiasi dengan cemara udang, pada bulan Juni, Juli,

Agustus, Pantai Baru mengalami abrasi, abrasi paling parah terjadi pada tahun

2016 dengan ketinggian hingga 6-meter yang menyebabkan garis pantai mundur

hingga 100 meter, banjir rob terjadi selama 2-3 hari, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada lampiran 3.

3.4 Kesimpulan

Berdasarkan Praktik Kerja Magang yang dilaksanakan di Parangtritis

Geomaritime Science Park (PGSP), didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil dari pengolahan data didapatkan bahwa wilayah yang rentan

terhadap tsunami berada di kecamatan Srandakan, Kecamatan Sanden

(60)

46 2. Landuse yang terkena dampak dari bencana tsunami adalah agrikultur

ladang, sawah, semak belukar, pemukiman dan perkebunan.

3. Luasan landuse yang terkena dampak dari bencana tsunami yaitu untuk

agrikultur ladang 157,39 ha, sawah 28.864 ha, semak belukar 1805 ha,

pemukiman 18.501 rumah tangga, dan perkebunan 17.757 ha.

3.5 Kendala dan Saran

3.5.1 Kendala

Kendala yang terjadi pada saat Praktik Kerja Magang di Parangtritis

Geomaritime Science Park adalah:

1. Kurangnya ketersediaan data dalam mengelola parameter, sehingga

hasil yang didapatkan kurang beragam.

3.5.2 Saran

Saran yang kami berikan yang dilihat dari kendala yang kami hadapi selama

melakukan kegiatan Praktik Kerja Magang di Parangtritis Geomaritime Science

Park adalah:

1. Perlu adanya beberapa proses lagi agar data yang dihasilkan lebih

beragam, tidak hanya daerah yang rentan, tetapi dilihat juga dari segi

(61)

47 DAFTAR PUSTAKA

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012. Pedoman Pelayanan

Peringatan Dini Tsunami, 2nd ed. Pusat Gempa Bumi dan Tsunami

Kedeputian Bidang Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika, Jakarta Pusat.

Djuwanto, Suyitno, Sudarsono, Ratnawati, 2015. Karakteristik Vegetasi Di

Kawasan Pantai Samas Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, in: Seminar

Nasional MIPA 2006. Presented at the Penelitian, Pendidikan, dan

Penerapan MIPA serta Peranannya dalam Peningkatan Keprofesionalan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Islam, F., Subiyanto, S., Sabri, L.M., 2014. Penentuan Resiko Dan Kerentanan

Tsunami Di Kebumen Dengan Citra Alos. J. Geod. Undip 3, 141–154.

Listiani, F., Mahardhika, H.R., Prayogo, N.A., 2015. Pengaruh Karakteristik Pasir

Dan Letak Sarang Terhadap Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia

Mydas) Di Pantai Goa Cemara, Bantul XIV, 63–68.

Nawawi, Hadari, M., 1991. Intrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Pramana, B.S., 2015. Pemetaan Kerawanan Tsunami Di Kecamatan Pelabuhan

Ratu Kabupaten Sukabumi. Sosio-Didakt. Soc. Sci. Educ. J. 2, 76–91.

Purwantara, S., Sugiharyanto, Khotimah, N., 2015. Model Pengelolaan Wilayah

Pesisir Kabupaten Bantul Berdasarkan Karakteristik Spasial, in: Penelitian

Dan PPM Untuk Mewujudkan Insan Unggul. Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Yogyakarta,

(62)

48 Raharjo, I.R., Rosyidie, A., 2015. Kesesuaian Kegiatan Wisata di Pantai Baru

Pandansimo Sebagai Tujuan Ekowisata. Bdg. Tesis Program Studi PWK

ITB.

Satar, M., 2015. Draft Manual Arcgis. The Nature Conservancy.

Sinambela, C., Pratikto, I., Subardjo, P., 2014. Pemetaan Kerentanan Bencana

Tsunami Di Pesisir Kecamatan Kretek Menggunakan Sistem Informasi

Geografi, Kabupaten Bantul DIY. J. Mar. Res. 3, 415–419.

Soendari, T., 2016. Observasi & Wawancara. Universitas Pembangunan

Indonesia, Jakarta.

Subardjo, P., Ario, R., 2016. Uji Kerawanan Terhadap Tsunami Dengan Sistem

Informasi Geografis (SIG) Di Pesisir Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul,

Yogyakarta. J. Kelaut. Trop. 18.

Triatmadja, R., 2010. Tsunami : kejadian, penjalaran, daya rusak, dan mitigasinya,

Cet.1. ed. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2010, Yogyakarta.

Usdianto, B., Pristiyanto, D., Daryanto, D., Kelompok Kerja Gempa Bumi dan

Tsunami Kabupaten Bantul, 2008. Pedoman Pelaksanaan Gladi Tsunami

(63)

49 LAMPIRAN

(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)

58 Lampiran 3. Form Hasil Wawancara di Pesisir Kabupaten Bantul

(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)

68 Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

Foto pada saat survei Lapang, (a) Mangrove Baros (b) Kabupaten Bantul dan (c) Gumuk Pasir, (d) Foto dengan staf Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) D. I. Yogyakarta, (e) Foto dengan peserta magang dan pembimbing

magang PGSP (f) Foto dengan peserta Magang PGSP

a b

c d

(83)

69 Lampiran 5. Pengolahan Data

Langkah – langkah dalam pembuatan tsunami:

- Clip data DEM

1. Buka arcgis

2. Buka data DEM dan base map peta Kabupaten Bantul

3. Buka Arc Toolbox - Data Management Tools > Raster > Raster

Gambar

Gambar 1. Lokasi Praktik Kerja Magang
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1. Alat yang digunakan selama PKM
Tabel 2. Bahan yang digunakan selama PKM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pegadaian Syariah Cabang Simpang Sekip Kota Bengkulu untuk lebih meningkatkan jumlah nasabah produk ARRUM dengan dengan cara memaksimalkan kekuatan untuk meraih

Djati dalam jurnal manajemen ekonomi (2000:25), menjelaskan bahwa “Guna lebih meningkatkan prestasi tenaga kerja dapat diusahakan melalui pemberian motivasi dengan melihat

[r]

Dari hasil analisis pengujian dengan rancangan acak kelompok dan rancangan acak lengkap di peroleh nilai Pr < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan menggunakan

Faktor lingkungan dan prilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Panyabungan adalah perilaku tidak menggunakan kelambu pada malam hari, tidak

Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi dimulai oleh dosen dengan membuat evaluasi diri terkait semua kegiatan yang dilaksanakan baik pada bidang (1) pendidikan

Pemberian intervensi pada kondisi sprain ankle tidak hanya dengan menggunakan modalitas fisioterapi tetapi juga dapat dikombinasikan dengan pemberian latihan baik aktif maupun

Pendekatan Picture Exchange Communication System (PECS) terhadap kemampuan bicara dan komunikasi program kebutuhan khusus pada siswa autis, dengan perhitungan