• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KADAR GARAM DAN PENGUJIAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA PEMBUATAN TELUR ASIN BERBASIS DEHIDRASI OSMOSIS BERTEKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KADAR GARAM DAN PENGUJIAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA PEMBUATAN TELUR ASIN BERBASIS DEHIDRASI OSMOSIS BERTEKANAN"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KADAR GARAM DAN PENGUJIAN SIFAT ORGANOLEPTIK

PADA PEMBUATAN TELUR ASIN

BERBASIS DEHIDRASI OSMOSIS BERTEKANAN

(Studi Kasus: Industri Telur Asin Desa Sidodadi, Karang tengah, Sragen)

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

REZKI ADHISTA DIAN PRATIWI

I 1306059

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, Al Amin

suri tauladan kita.

Pada kesempatan yang sangat baik ini, dengan segenap kerendahan hati dan

rasa yang setulus-tulusnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT, yang telah melimpahkan segala berkah dan rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar.

2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Hariadi dan Ibu Sri Hartini, yang selalu

mendoakan, memberikan kasih sayang dan dukungan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3. Kakak Rika Puspitasari, kakak ipar Hariyanes Rubiyantoro, adik Rosana

angga kusuma dan keponakan Raihan Raditya Pratama, yang telah

mendoakan serta memberikan dukungan.

4. Hafidh Indra Permana, yang selalu mendoakan, mendukung, menyemangati

dan membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Noegroho Djarwanti, MT, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT, selaku Ketua Program S-1 Nonreguler

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Bapak Ilham Priadythama, ST., MT., selaku dosen pembimbing skripsi I dan

Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST., MT selaku dosen pembimbing skripsi II

yang telah sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

9. Bapak Ir. R. Hari Setyanto, Msi, selaku dosen penguji skripsi I, dan Bapak

Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT, selaku dosen penguji skripsi II yang

(7)

commit to user

10. Ibu Rahmaniyah D.A, ST., MT,, selaku pembimbing akademik.

11. Para staf dan karyawan Jurusan Teknik Industri, atas segala kesabaran dan

pengertiannya dalam memberikan bantuan dan fasilitas demi kelancaran

penyelesaian skripsi ini.

12. Industri kecil telur asin Nyonya Siam yang telah meluangkan waktu untuk

penelitian dan membantu proses penyelesaian skripsi ini.

13. Seluruh keluarga-keluargaku atas dukungan dan doanya.

14. Sahabat-sahabatku yang selalu menyemangatiku Erva Septyana, Rofiatin dan

Lia Iwan Efendi. Terima kasih atas segala bantuan dan kebersamaan

kenangan bersama kalian tak pernah terlupakan. Semoga persahabatan kita

selalu abadi.

15. Seluruh teman-teman anggota RCM, Ida Susanti, Heru Crisnanto,

Muhammad Nurdin, Edi Sumarso, dan Angger Oscar Arista. Terima kasih

atas segala kebersamaan menanti dosen dan bantuanya.

16. Seluruh temen-temen Lap APK Rosvita, Hapsari, Asti, Bayu, Sigit, Sarah

beserta Amrina. Terima kasih dukunganya.

17. Keluarga besar kontrakan The Keppind’s Community, Tira Budi Utomo,

Miftahudin, Testiyan Wijaya, Sultra Renawan. dan Febri Sigit W. Terima

kasih atas segala bantuannya.

18. Rekan-rekan satu kelas lainnya, Sheilma Puspita Ranni, Novian Rizky P,

Brian Joko, Anung, Hary Prastowo, Eko Kurniawan, Hendro Dwi K., Dwi

Sundari, Erika Fauziah, Ani Lestari, Erlyna Dian, Kumbara Prima Putra, FX.

Swasto, Didik Priyadi, Edy Wiranata, Hendra, Kumbara Prima, Arif

As’ari,Fiko Erisa, Nur Farida, Wakhid, Witarso, Taufik, Edi Sumarso,

Sofyan, Ferdi Nugroho, dan Danang Setiya Nugroho buat Terima kasih

persahabatannya, kebersamaann dan dukungannya. Luph U all J.

19. Teman-taman rekprod Ardian Ultahar dan Hanry Pallas buat bantuan dan

kerjasama menyelesaikan tugas.

20. Seluruh teman-teman Gudang Skill, Dwi Samto, Dinar B Prayogo, , Asti

21. Seluruh teman-teman seperjuangan Teknik Industri angkatan 2006 yang

(8)

commit to user

persahabatan kita selalu terjaga dalam ikatan ukhuwah yang indah.

Terimakasih buat semua kenangan yang berharga.

22. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas

segala bimbingan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan tugas akhir

ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun

siapa saja yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir

ini masih jauh dari sempurna, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima

segala saran dan kritik yang membangun.

Surakarta, 28 April 2011

(9)

commit to user

ABSTRAK

Rezki Adhista Dian Pratiwi. NIM : I1306059. PENGARUH TEKANAN DAN

WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KADAR GARAM DAN

PENGUJIAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA PEMBUATAN TELUR ASIN BERBASIS DEHIDRASI OSMOSIS BERTEKANAN (Studi Kasus: Industri Telur Asin Desa Sidodadi, Karang tengah, Sragen). Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2011.

Pembuatan telur asin Nyonya Siam menggunakan metode dehidrasi osmosis tradisional. Proses ini memakan waktu pemeraman 10-12 hari, sehingga Nyonya Siam tidak dapat memenuhi permintaan pada hari-hari libur besar. Masalah ini dapat diselesaikan dengan menggunakan metode dehidrasi osmosis bertekanan untuk mempersingkat proses waktu pemeraman. Dehidrasi osmosis bertekanan dapat menghasilkan rasa yang berbeda dibandingkan dengan proses dehidrasi tradisional, sehingga penelitian ini menguji karakteristik organoleptik dari telur asin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh tekanan dan waktu pemeraman terhadap kadar garam dan karakteristik organoleptik dari telur yang dihasilkan dari proses dehidrasi osmosis bertekanan.

Regresi digunakan untuk model kuantitatif hubungan kadar garam antara tekanan, waktu pemeraman dan interaksi antara tekanan dan waktu pemeraman. Model regresi digunakan untuk menentukan tekanan dan waktu pemeraman yang menghasilkan kadar garam 64,5 mg / L sesuai metode dehidrasi tradisional. Dalam penelitian ini diperoleh perlakuan waktu pemeraman 72 jam, tekanan 50 psi dan waktu pemeraman 60 jam, tekanan 60 psi yang mirip kadar garam metode tradisional

Dapat disimpulkan bahwa tekanan, waktu pemeraman dan interaksi secara signifikan mempengaruhi kadar garam metode dehidrasi osmosis bertekanan. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan karakteristik organoleptik antara dehidrasi tradisional dan proses dehidrasi bertekanan osmosis.

Kata kunci: Telur asin, pemeraman, Dehidrasi osmosis bertekanan xviii + 91 halaman; 10 gambar; 40 tabel; 1 lampiran

(10)

commit to user

ABSTRACT

Rezki Adhista Dian Pratiwi. NIM: I1306059.EFFECT OF PRESSURE AND CURING TIME ON SALT CONCENTRATION AND ORGANOLEPTIC PROPERTIES TESTING OF MAKING SALTED EGGS BASED OSMOTIC PRESSURIZED DEHYDRATION (Case Study: Salted Egg Industry sidodadi village, Karang Tengah, Sragen). Thesis. Surakarta: Industrial Engineering Department, Faculty of Technique, Sebelas Maret University, April 2011.

Mrs siam produced salted eggs using traditional osmotic dehydration. The process takes 10-12 days of curing time, so Mrs siam can not meet the demand on peak season oftenly on major holidays. The problem can be solved using pressurized osmotic dehydration which applies pressure to curing process so it can shortened the curing time. The pressurized osmotic dehydration may resulted in different taste comparing to traditional dehydration process, so we investigate the organoleptic characteristics of the salted eggs. The aims this research are to study the effect of pressure and curing time to salt concentration and organoleptic characteristics of the eggs resulted from pressurized osmotic dehydration process.

Regression was used to quantitatively model the relationships between salt concentration and pressure, curing time and the interaction of pressure and curing time. The regression model is used to find pressure and curing time which resulted in salt concentration of 64,5 mg/L which is the concentration of traditional dehydration process. We obtained 70 hours, 50 psi and 60 hours, 60 psi as pairs of curing time and pressure resulting in such salt concentration.

It could be concluded that the pressure, curing time and the interaction significantly influence the salt concentration pressurized osmotic dehydration method. The result of organoleptic test shows that there is a significant difference of organoleptic characteristics between traditional dehydration and pressurized osmotic dehydration process.

Keyword: Salted eggs, Curing, pressurized osmotic dehydration xviii + 91 pages, 10 pictures, 40 tables, 1 appendix

(11)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR VALIDASI... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH ... iv

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-2

1.2 Perumusan Masalah ... I-3

1.3 Tujuan Penelitian ... I-4

1.4 Manfaat Penelitian ... I-4

1.5 Batasan Masalah ... I-4

1.6 Asumsi Penelitian ... I-4

1.7 Sistematika Penulisan ... I-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1

2.1 Landasan Teori ... II-1

2.1.1 Telur ... II-1

2.1.2 Telur Asin ... II-9

2.1.3 Penggaraman ... II-9

2.1.4 Osmosis ... II-10

2.1.5 Uji Telur Asin ... II-11

2.1.6 Perancangan Experimen ... II-13

2.1.7 Regresi ... II-22

(12)

commit to user

2.1.9 Uji Organoleptik ... II-29

2.2 Tinjauan Pustaka ... II-30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... III-1

3.1 Kerangka Metodologi ... III-1

3.2 Perancangan Penelitian ... III-2

3.2.1 Studi Pustaka ... III-2

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... III-2

3.3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... III-2

3.3.2 Perancangan Eksperimen ... III-2

3.3.3 Pembuatan Spesimen ... III-6

3.3.4 Langkah-langkah Pembuatan Adonan ... III-7

3.3.5 Uji Kadar Garam ... III-8

3.4 Penggolahan Data ... III-8

3.4.1 Uji Asumsi ... III-8

3.4.2 Uji ANOVA Faktorial Design ... III-11

3.4.3 Uji Pembanding Ganda Menggunakan Student

Newman-Keuls... III-13

3.4.4 Regresi ... III-14

3.4.5 Uji Nilai Rata-rata ... III-14

3.4.6 Uji Organoleptik ... III-15

3.5 Analisis... III-15

3.6 Kesimpulan dan Saran ... III-15

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... IV-1

4.1 Pengumpulan Data ... IV-1

4.2 Pengolahan Data ... IV-2

4.2.1 Metode Tradisional ... IV-3

4.2.2 Metode Dehidrasi Osmosis Bertekanan ... IV-4

4.2.3 Regresi ... IV-17

4.2.4 Uji Nilai Rata-rata ... IV-20

4.2.5 Uji Organoleptik ... IV-26

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL ... V-1

(13)

commit to user

5.1.1 Analisis Nilai Kadar Garam Perbandingan Antara

Pemeraman metode tradisional dengan metode

Dehidrasi Osmosis Bertekanan ... V-1

5.1.2 Analisis Uji Organoleptik AntaraPemeraman

metode tradisional dengan metode Dehidrasi

Osmosis Bertekanan ... V-8

5.2 Interpretasi Hasil Penelitian ... V-8

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VI-1

6.1 Kesimpulan ... VI-1

6.2 Saran... VI-1

DAFTAR PUSTAKA

(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skema Umum Daftar Analisis Ragam Uji Homogenitas .... II-18

Tabel 2.2 Anova Eksperimen Faktorial 3 Faktor Desain

Acak Sempurna ... II-20

Tabel 3.1 Factorial Experiment Completely Randomized Design2x3. III-4

Tabel 3.2 Urutan eksperimen factorial Experiment Completely

Randomized Design 2x3 ... III-4

Tabel 3.3. Skema Daftar Analisis Ragam Uji Homogenitas... III-11

Tabel 3.4 Skema data sampel eksperimen faktorial 2x3 dengan 3

observasi tiap sel ... III-12

Tabel 3.5 Anova Eksperimen Faktorial 3 Faktor Desain Acak

Sempurna Rancangan ... III-13

Tabel 4.1 Data Kadar Garam Telur Asin Metode Tradisional (mg/L) . IV-1

Tabel 4.2 Data Kadar Garam Telur Asin Metode Dehidrasi Osmosis

Tekanan (mg/L) ... IV-2

Tabel 4.3 Data Rata-rata Kadar Garam Telur Asin Metode Dehidrasi

Osmosis Tekanan (mg/L) Untuk Regresi Linear …………. IV-2

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan SPSS ANOVA Kolmogorof-Smirnov

Data Kadar Garam Metode Tradisional ... IV-3

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan SPSS ANOVA uji Kolmogorof-Smirnov

Data Kadar Garam Metode Dehidrasi Osmosis Tekanan .... IV-5

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan SPSS ANOVA Uji Homogenitas Data

Nilai Kadar Garam, Dikelompokkan Berdasarkan Tekanan IV-6

Tabel 4.7. Hasil Perhitungan SPSS ANOVA Uji Homogenitas Data

Nilai Kadar Garam, Dikelompokkan Berdasarkan Waktu ... IV-6

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan SPSS ANOVA Nilai Kadar Garam ... IV-8

Tabel 4.9. Rata-rata Nilai Kadar Garam Eksperimen Dikelompokkan

Berdasarkan Tekanan ... IV-10

Tabel 4.10. Significant rangeFaktor Tekanan ... IV-11

Tabel 4.11. Least Significant range Faktor Tekanan ... IV-11

(15)

commit to user

dengan Nilai LSR Faktor Tekanan ... IV-11

Tabel 4.13. Rata-rata Nilai Kadar Garam Eksperimen Dikelompokkan

Berdasarkan Waktu Pemeraman ... IV-12

Tabel 4.14. Significant range Faktor Waktu Pemeraman ... IV-12

Tabel 4.15. Least Significant range Faktor Waktu Pemeraman ... IV-12

Tabel 4.16. Perbandingan Selisih Antar Level Secara Berpasangan

dengan Nilai LSR Faktor Waktu Pemeraman ... IV-13

Tabel 4.17. Rata-rata Nilai Kadar Garam Eksperimen Dikelompokkan

Berdasarkan Tekanan dan Waktu Pemeraman ... IV-13

Tabel 4.18. Significant range Faktor Tekanan dan Waktu Pemeraman . IV-14

Tabel 4.19. Least Significant range Faktor Tekanan dan Waktu

Pemeraman ... IV-14

Tabel 4.20. Perbandingan Selisih Antar Level Secara Berpasangan

dengan Nilai LSR Faktor Tekanan dan Waktu Pemeraman . IV-15

Tabel 4.21. Hasil Perhitungan SPSS untuk Regresi Nilai Kadar Garam IV-17

Tabel 4.22. Hasil Perhitungan SPSS Uji F untuk Regresi Nilai Kadar

Garam ... IV-17

Tabel 4.23. Hasil Perhitungan SPSS Uji T untuk Regresi Nilai Kadar

Garam ... IV-17

Tabel 4.24 Data Kadar Garam Telur Asin Metode Dehidrasi Osmosis

Tekanan (mg/L) dengan 72 jam Waktu Pemeraman dengan

Tekanan 50 psi . ... IV-19

Tabel 4.25 Data Kadar Garam Telur Asin Metode Dehidrasi Osmosis

Tekanan (mg/l) dengan 60 jam Waktu Pemeraman dengan

Tekanan 60 psi ... IV-19

Tabel 4.26. Hasil Perhitungan SPSS Nilai Kadar Garam 72 jam dan

50 psi Metode Dehidrasi oOmosis Bertekanan ... IV-22

Tabel 4.27. Hasil Perhitungan SPSS uji Nilai Rata-rata Berdasarkan

Kadar Garam 72 jam dan 50 psi Metode Dehidrasi

Osmosis Bertekanan ... IV-22

Tabel 4.28. Hasil Perhitungan SPSS Nilai Kadar Garam 60 jam dan 60

(16)

commit to user

Tabel 4.29. Hasil Perhitungan SPSS Uji Nilai Rata-rata Berdasarkan

Kadar garam 60 jam dan 60 psi Metode Dehidrasi Osmosis

Bertekanan ... IV-23

Tabel 4.30. Pernyataan ... IV-26

Tabel 4.31. Rekapitulasi Hasil Panelis Pelakuan Pertama Metode

Dehidrasi Osmosis Bertekanan dengan Metode Tradisional IV-27

Tabel 4.31. Rekapitulasi Hasil Panelis Pelakuan Kedua Metode

(17)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penampang Telur dan Bagian-bagian Telur ... II-1

Gambar 2.2 Beberapa Posisi Telur Dalam Air ... II-7

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi... III-1

Gambar 3.2 Alat pemeraman metode dehidrasi osmosis ... III-6

Gambar 3.3 Timbangan digital ... III-6

Gambar 4.1 Plot Nilai Kadar Garam Berdistribusi Normal Metode

Tradisional ... IV-4

Gambar 4.2 Plot Nilai Kadar Garam Berdistribusi Normal Metode

Dehidrasi Osmosis Bertekanan ... IV-5

Gambar 4.3 Plot Residual Data Nilai Kadar Garam Metode Dehidrasi

Osmosis Bertekanan ... IV-7

Gambar 5.1 Grafik Nilai Kadar Garam Berdasarkan Tekanan

Metode Dehidrasi Osmosis Bertekanan ... IV-3

Gambar 5.2 Grafik Nilai Kadar Garam Berdasarkan Lama Waktu

(18)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

(19)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Industri telur asin yang dimiliki oleh Nyonya Siam merupakan industri kecil

berskala rumah tangga yang terletak di desa Sidodadi, Kecamatan Karangtengah,

Sragen. Sampai saat ini, industri telur asin Nyonya Siam telah memiliki konsumen

dari Sragen, Surakarta, Sukoharjo dan Karanganyar. Berdasarkan wawancara yang

dilakukan dengan Nyonya Siam, rata-rata produksi telur asin adalah 3.000 butir

perhari dengan omset pejualan perbulan sekitar 60-72 juta rupiah. Jumlah

produksi ini tidak dapat menutupi peningkatan permintaan hingga 2 kali lipat

yang terjadi pada hari-hari besar seperti pada waktu bulan Ramadhan, karena lama

produksi telur asin pada proses pemeraman yang tepat mencapai sekitar 12 hari.

Lamanya proses pemeraman telur asin tersebut disebabkan oleh dehidrasi

osmosis secara alamiah yang memang berlangsung lambat. Dehidrasi osmosis

merupakan proses perpindahan massa secara simultan antara keluarnya air dari

bahan dan zat terlarut yang berpindah dari larutan ke dalam bahan, perpindahan

massa osmosis dinyatakan sebagai kehilangan air dan penambahan padatan (Khin

dkk., 2005). Terjadinya proses pemeraman telur asin disebabkan adanya prinsip

dehidrasi osmosis yang digunakan pada proses pengasinan telur pada waktu

pengurangan air dari telur dengan cara membenamkan telur tersebut ke dalam

suatu larutan berkonsentrasi tinggi yang mempunyai tekanan osmosis tinggi

(Saputra, 2000). Sehingga mengakibatkan berat dan ukuran telur bertambah besar

disebabkan karena keluarnya air dari dalam telur bersamaan dengan masuknya

larutan garam ke dalam telur (Kastaman dkk., 2008). Secara alamiah proses

pemeraman dehidrasi osmosis hingga menghasilkan telur asin dengan rasa asin

yang cukup membutuhkan waktu yang lama. Pemeraman telur yang masih

tradisional biasanya dikerjakan selama 7-14 hari dengan cara melapisi telur

dengan suatu bahan yaitu campuran garam dan pasir (Suprapti, 2002).

Proses dehidrasi osmosis secara alamiah pada pengasinan telur asin

memberikan permasalahan pemenuhaan kebutuhan telur asin pada saat

(20)

commit to user

yang lebih modern yaitu dehidrasi osmosis bertekanan. Dehidrasi osmosis

bertekanan merupakan proses perpindahan massa secara simultan antara

keluarnya air dari bahan dan zat terlarut berpindah dari larutan ke dalam bahan

dengan tekanan yang telah diatur (Kastaman, dkk. 2008). Dehidrasi osmosis

bertekanan membutuhkan waktu yang lebih singkat yaitu sekitar 50 jam

(Kastaman, dkk. 2008). Faktor yang dapat divariasikan untuk memperoleh tingkat

kadar garam tertentu proses pemeraman metode dehidrasi osmosi bertekanan

adalah media pengasinan, karakteristik telur, tekanan pemeraman dan waktu

pemeramaan.

Permasalahan terhadap penerapan metode pengasinan dehidrasi osmosis

bertekanan adalah kemungkinan untuk menimbulkan perbedaan rasa dibanding

metode tradisional. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kaewmanee,

dkk., (2008) bahwa perbedaan metode pengasinan telur asin akan berdampak pada

perbedaan sifat organoleptik telur asin tersebut (Kaewmanee, dkk., 2008).

Organoleptik adalah sifat sensori dari makanan tertentu terhadap rasa, warna dan

bau. Dengan berubahnya rasa, industri telur asin Nyonya Siam berpotensi untuk

kehilangan konsumen loyalnya. Sebagai usaha untuk menjaga kemiripan sifat

organoleptik, media pengasinan dan telur yang digunakan dapat dikondisikan

sama dengan metode tradisional. Namun demikian, kepastian terhadap kemiripan

sifat organoleptik ini tetap harus diuji. Uji organoleptik atau uji indera atau uji

sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai

alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk (Soekarto, 2008).

Adanya batasan yang berupa usaha untuk menjaga kemiripan rasa tersebut

menyebabkan faktor yang dapat divariasikan hanya tinggal tekanan dan waktu

pemeraman.

Berdasarkan situasi permasalahan yang telah dijelaskan, maka perlu

dilakukan penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh tekanan dan waktu

pemeraman terhadap kadar garam telur asin. Selain itu, diperlukan pengujian lebih

lanjut untuk mengetahui apakah tingkat kadar garam tersebut dapat mendekati

sifat organoleptik telur asin produksi Nyonya Siam sehingga dapat diketahui

apakah pemeraman metode dehidrasi osmosis bertekanan dapat mengganti

(21)

commit to user

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian

ini adalah bagaimana pengaruh tekanan dan waktu pemeraman terhadap kadar

garam dan sifat organoleptik telur asin dengan metode dehidrasi osmosis

bertekanan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh tekanan dan waktu pemeraman terhadap kadar garam

telur asin dengan metode dehidrasi osmosis bertekanan.

2. Menentukan tekanan dan waktu pemeraman telur asin dengan metode

dehidrasi osmosis bertekanan yang dapat menghasilkan kadar garam yang

mendekati ukuran kadar garam telur asin metode tradisional.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Memberi informasi ilmiah mengenai alternatif metode pemeraman yang lebih

cepat dari metode tradisional.

2. Merekomendasikan parameter proses yang menghasilkan ukuran kadar garam

yang mirip metode tradisional.

1.5 PEMBATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini, batasan permasalahannya adalah sebagai berikut :

1. Bahan baku telur asin diperoleh di desa Sidodadi Karangtengah Kabupaten

Sragen.

2. Perbandingan volume adonan bahan baku pengasinnya 3:3:2 yaitu

pencampuran tanah merah, garam, dan air karena sesuai dengan metode

tradisional yang ada di desa Sidodadi.

1.6 ASUMSI

Asumsi yang digunakan umtuk penelitian ini, yaitu:

1. Tekanan dan temperatur dianggap tidak mengalami perubahaan selama proses

(22)

commit to user

temperatur yang ada di dalam alat akan mempengaruhi tekanan. Tekanan dan

temperatur tidak bisa dikendalikan dengan melakukan pembuatan alat

pemeraman yang terisolasi dari dunia luar perubahan temperatur dan tekanan

dapat diminimalkan.

2. Tekanan di setiap titik di dalam alat pemeramaan dianggap sama pada saat

proses pemeraman. Tekanan pada alat pemeraman tidak sama maka telur asin

diatur posisinya seragam dengan level yang sama sehingga seminimal

mungkin perbedaan tekanan dapat diperkecil.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang

diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya.

Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti

dijelaskan, di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan

sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar

belakang penelitian sehingga dapat memberi masukan sesuai dengan tujuan

penelitian dengan batasan-batasan, serta menjelaskan manfaat dari penelitian.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini berisi mengenai landasan teori yang mendukung dan terkait

langsung dengan penelitian yang akan dilakukan dari buku, jurnal penelitian, dan

sumber literatur lain, serta berisi studi pustaka terhadap penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang uraian kerangka berpikir dan langkah-langkah

penelitian yang dilakukan meliputi kerangka penelitian, waktu dan tempat

penelitian, alat dan bahan, perancangan penelitian, pengolahan data, analisis dan

kesimpulan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini menyajikan pelaksanaan pengumpulan data, pengolahan data

(23)

commit to user BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini membahas tentang analisis dari output yang didapatkan dan

interpretasi hasil penelitian.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan

simpulan-simpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Bab

juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian yang telah

(24)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang kajian teori dan landasan teori yang digunakan

untuk menunjang penelitian yang dilakukan. Pengetahuan tentang karakteristik

telur, proses penggaraman, osmosis dan teori konsep dasar desain eksperimen

faktorial, ANOVA, regresi, nilai rata-rata dan uji organoleptik yang diperlukan

dalam proses pengolahan data dan analisis hasil penelitian.

2.1 LANDASAN TEORI

Pada subbab berikut dibahas teori-teori mengenai karakteristik telur,

penggaraman, osmosis, uji kadar garam telur asin, perancangan eksperimen,

ANOVA, regresi, nilai rata-rata dan uji Organoleptik.

2.1.1. Telur

Secara umum, telur terdiri atas 3 komponen pokok, yaitu: kulit telur atau

cangkang (± 11% dari berat total telur), putih telur (± 57% dari berat total telur)

dan kuning telur (± 32% dari berat total telur). Adapun bagain-bagian telur secara

rinci (Suprapti, 2002):

Gambar 2.1. Penampang telur dan bagian-bagian telur

Sumber: Suprapti (2002)

Keterangan:

1. Kulit luar (shell) dengan lapisan tipis di bagian luar (mucus).

2. Selaput tipis yang menempel pada shell dan selaput tipis yang melekat pada putih telur (membrane).

3. Lapisan putih telur (egg white) pada 2 tempat dekat dengan kulit (3a) dan yang dekat dengan kuning telur (3b) kondisinya lebih encer.

4. Lapisan putih telur kental (diapit 2 lapisan putih telur encer). 5. Kuning telur (yolk).

6. Titik benih (lembaga) atau germ spot. 7. Tali pengikat kuning telur (chalozeoe). 8. Rongga udara (air space).

(25)

commit to user

Pada subbab telur ini akan dibahas tentang jenis telur, manfaat telur,

sifat-sifat telur, kualitas telur, penyimpan telur, perubahan Kualitas telur karena

bertambahnya waktu penyimpanan, penyebab kerusakan telur, tanda-tanda

kerusakan telur dan pengawetan telur.

1. Jenis dan manfaat telur

a. Jenis telur

Banyak jenis telur unggas yang dapat kita jumpai di sekitar kita secara

umum. Ada 5 macam telur unggas yang paling sering dimanfaatkan oleh

masyarakat yaitu telur ayam kampung, ayam ras, itik/bebek, entok, dan

puyuh (Suprapti, 2002).

1). Telur ayam kampung, umumnya berwarna putih atau putih

kecokelatan dengan berat berkisar antara 25 gram – 35 gram per butir.

2). Telur ayam negeri/ras, umumnya berwarna cokelat pastel hingga

cokelat merah, dengan berat berkisar anatara 50 gram- 70 gram per

butir.

3). Telur itik/bebek umumnya berwarna biru hijau, dengan berat berkisar

antara 60 gram - 70 gram per butir.

4). Telur entok umumnya berwarna putih, dengan berat berkisar antara 70

gram - 80 gram per butir.

5). Telur puyuh umumnya berwarna putih bertotol-totol cokelat

kehitaman, dengan berat ± 10 gram per butir.

b. Manfaat telur

Telur dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai macam

keperluan, antara lain adalah sebagai bahan penambah cita rasa (masakan

dan kerupuk), bahan pengembang (roti dan kerupuk), bahan pengempuk

(gorengan), bahan pengental (sup), bahan perekat/pengikat (masakan

perkedel dan kue kering), bahan penambah unsur gizi, bahan atau zat

pembentuk emulsi, bahan penstabil suspensi dan bahan penggumpal

(26)

commit to user 2. Sifat-sifat telur

Protein yang terkandung didalam telur secara umum sangat

mempengaruhi sifat telur. Adapun beberapa sifat telur tersebut adalah sebagai

berikut (Suprapti, 2002):

a. Sangat pekat terhadap pengaruh asam dan pemanasan (terjadi koagulasi

dan denaturasi).

b. Bila dikocok akan berbuih dan mengembang namun bila pengocokan

berlebihan maka akan terjadi denaturasi sehingga mengempis kembali.

c. Dalam putih telur mentah dan setengah matang, terkandung beberapa jenis

protein diantaranya adalah iysozyne, yang bila dimakan akan terserap

langsung ke dalam darah akan berfungsi sebagai zat anti-gizi (merusak

gizi).

d. Jenis protein lain yang terdapat dalam telur mentah adalah Avidin. Avidin

tersebut bersifat racun dan akan hilang apabila telur tersebut dimasak

(digoreng, direbus dan dikukus).

3. Kualitas telur

Kualitas telur ditentukan oleh beberapa hal, antara lain oleh faktor

keturunan, kualitas makanan, sistem pemeliharaan, iklim dan umur telur.

Unggas yang dihasilkan dari keturunan yang baik, umumnya mampu

menghasilkan telur berkualitas baik. Makanan yang berkualitas (komposisi

bahan tempat, baik dari jumlah maupun kandungan nutrisinya)

mempengaruhi laju pertumbuhan dan kesehatan unggas. Sehingga unggas

tersebut akan mampu memberikan atau menghasilkan telur yang berkualitas

pula (Suprapti, 2002).

Sistem pemeliharaan antara lain berkaitan dengan kebersihan atau

sanitasi kandang dan lingkungan disekitar kandang serta kualitas makanan.

Sanitasi kandang yang baik, didukung dengan kualitas makanan yang baik

akan meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan oleh unggas yang

bersangkutan. Iklim disekitar lokasi kandang mempengaruhi kehidupan

unggas yang dipelihara. Iklim yang cocok dengan persyaratan hidup unggas

(27)

commit to user

unggas. Unggas yang sehat menghasilkan telur yang berkualitas baik

(Suprapti, 2002).

Umur telur yang dimaksud disini adalah umur telur setelah dikeluarkan

oleh unggas. Secara umum, telur memiliki masa simpan 2-3 minggu. Telur

yang disimpan melebihi jangka waktu penyimpanan tersebut tanpa

mendapatkan pengawetan akan mengalami penurunan kualitas yang menuju

kearah pembusukan. Kualitas telur secara keseluruhan ditentukan oleh

kualitas isi telur dan kualitas kulit telur. Kualitas isi telur dapat dikategorikan

baik jika tidak adanya bercak darah atau bercak lainya, belum pernah dierami

yang ditandai dengan tidak adanya bercak calon embrio, kondisi putih

telurnya kental dan tebal serta kuning telurnya tidak pucat. Untuk

menentukan kualitas isi telur dapat dilakukan dengan peneropongan cahaya

atau alat teropong khusus. Kualitas telur itik dapat dilihat dari

karakteristiknya sebagai berikut (Suprapti, 2002):

a. Bentuk telur: telur itik yang baik memiliki bentuk oval, salah satu

ujungnya tumpul dan ujung yang lain runcing.

b. Warna kulir telur: kulit telur berwarna hijau umumnya lebih disukai

konsumen dibanding kulit telur warna putih.

c. Berat telur: yang terbaik adalah telur itik dengan berat 60 – 70 gram.

d. Keadaan kulit telur, menyangkut keutuhan, ketebalan, halus, dan kasarnya

kulit telur.

Beberapa cara dalam menguji kualitas telur itik yaitu sebagai berikut

(Suprapti, 2002):

a. Penilaian luar yaitu penilaian berdasarkan penampilan luar telur itik,

menyangkut bentuk, berat, warna dan ada tidaknya kotoran yang

menempel pada kulit telur.

b. Peneropongan yaitu penilaian terhadap keadaan kulit telur, yang

menyangkut ketebalan, keutuhan kulit telur dan ukuran kantong udara

(besarnya kantong udara menunjukan kualitas kuning telur dan putih

telur). Keadaan putih telur yang cair menandakan mutu telur rendah.

Kuning telur yang baik terletak ditengah dan kedudukannya statis bila telur

(28)

commit to user

c. Pemecahan adalah penilaian yang secara langsung dapat mengetahui baik

buruknya kualitas telur itik. Telur yang baik, kuning dan putih telurnya

tebal dan berdiri menbukit. Tapi telur yang jelek kualitasnya, kuning dan

putih telur meluber dan tipis.

d. Analisa kimia adalah penilaian untuk mengetahui kandungan gizi telur.

e. Penilaian mikrobiologi yaitu penilaian untuk mengetahui ada tidaknya

bakteri pada isi telur.

f. Uji fungsional yaitu penilaian terhadap proses kimia atau emulsi kuning

telur.

4. Penyimpanan telur

Penyimpanan telur memegang peranan penting dalam menjaga kualitas

telur. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan telur adalah

lama dan suhu penyimpanan serta bau yang terdapat disekitar tempat

penyimpanan. Telur akan mengalami perubahan kualitas seiring dengan

lamanya penyimpanan. Semakin lama waktu penyimpanan akan

mengakibatkan pengaruh udara semakin besar. Suhu optimum penyimpanan

telur antara 12-15 ºC dan kelembapan 70-80%. Di bawah atau di atas suhu

tersebut berpengaruh kurang baik terhadap kualitas telur (Suprapti, 2002).

Dalam penyimpanan telur skala besar perlu diperhatikan benda-benda

lain yang terdapat dalam ruang penyimpanan. Bau yang menyengat dari

benda-benda tersebut ikut terbawa telur yang disimpan di dekatnya.

Sebaiknya ruang penyimpanan dibersihkan dari benda-benda lain, terutama

benda-benda yang berbau tajam (Suprapti, 2002).

5. Perubahan kualitas telur karena bertambahnya waktu penyimpanan

Telur mengalami perubahan kualitas seiring dengan semakin lamanya

waktu penyimpanan. Menurunnya kualitas telur terjadi hampir di semua

bagian telur. Secara keseluruhan, telur yang mengalami penurunan kualitas

mempunyai ciri-ciri berat telur berkurang, specific gravity berkurang dan

timbulnya bau busuk terutama jika telur telah rusak. Selain secara

keseluruhan telur yang menurun kualitasnya dapat dilihat dari ciri-ciri bagian

telur yang mengalami penurunan kualitas yaitu ruang udara tambah melebar,

(29)

commit to user

Telur yang segar memiliki ruang udara yang lebih kecil dibandingkan

telur yang sudah lama. Di luar negeri, kualitas telur dapat dikelompokkan

berdasarkan ukuran kedalaman ruang udaranya yaitu : kualitas AA memiliki

kedalaman ruang udara 0,3 cm, kualitas A memiliki kedalaman ruang udara

0,5 cm dan kualitas B memiliki kedalaman ruang udara lebih dari 0,5 cm

(Suprapti, 2002).

Kuning Telur akan mengalami penurunan volume, pH bertambah besar,

kadar fosfor (P) berkurang, kadar amoniak bertambah dan letak kuning telur

bergesar. Pada putih telur kadar air berkurang karena mengalami evaporasi,

berkurangnya kemampuan dalam mengikat protein, kadar fosfor bertambah,

menjadi lebih encer, terjadi penguapan CO2 dari dalam telur dan kulit telur

biasanya timbul titik-titik dan warna cenderung berubah (Suprapti, 2002).

6. Penyebab kerusakan telur

Beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan atau penurunan

kualitas pada telur, antara lain dibiarkan atau disimpan di udara terbuka

melebihi batas waktu kesegaran (lebih dari 3 minggu), pernah jatuh atau

terantuk benda kasar sehingga kulit luarnya retak atau pecah, mengalami

guncangan keras, terserang penyakit, pernah dierami namun tidak sampai

menetas dam terendam cairan cukup lama(Suprapti, 2002).

7. Tanda-tanda kerusakan telur

Telur yang telah mengalami penurunan kualitas ditandai dengan adanya

perubahan-perubahan antara lain isi telur yang semula terbagi dua (kuning

dan putih) dan kental berubah menjadi cair dan tercampur, timbul bau busuk,

bila diguncang berbunyi, timbul keretakan atau pecah pada kulit luarnya dan

bila dimasukkan ke dalam air akan mengapung atau melayang mendekati

(30)
[image:30.595.122.513.203.485.2]

commit to user

Gambar 2.2. Beberapa posisi telur dalam air Sumber : Suprapti (2002)

Keterangan gambar: a. Telur terapung b. Telur melayang c. Telur tenggelam

Telur yang tenggelam hingga menyentuh dasar wadah, menunjukkan

bahwa kondisi telur masih sangat bagus (masih baru). Apabila telur tersebut

digoyang-goyang dan terasa adanya guncangan atau pukulan benda berat di

dalamnya, berarti telur tersebut sudah pernah dierami beberapa waktu dan

sudah terbentuk janin di dalamnya. Telur yang melayang menunjukkan

bahwa telur mulai mengalami penurunan kualitas, semakin mendekati

permukaan menunjukkran bahwa tingkat kerusakannya semakin tinggi. Telur

yang sudah terapung menunjukkan bahwa telur sudah rusak parah (Suprapti,

2002).

8. Pengawetan telur

Sebagai bahan pangan, telur tergolong bahan yang mudah sekali rusak.

Kerusakan bisa terjadi secara fisik maupun secara kimia. Untuk menjaga

kesegaran dan mutu telur perlu dilakukan teknik penanganan yang tepat.

Selama dalam penyimpanan telur akan mengalami perubahan secara

terus-menerus, sehingga kualitas telur akan menurun. Kecepatan penurunan

dipengaruhi oleh kualitas awal, suhu lingkungan dan keadaan yang relatif

lembab. Kejadian umum yang terjadi pada telur selama penyimpanan antara

lain (Suprapti, 2002):

a. Terjadinya penguapaan air dan gas asam arang.

b. Kantong udara pada telur makin besar.

c. Berat jenis telur makin berkurang.

d. Terjadinya pemecahan protein dalam telur.

e. Terjadinya pergerakan kuning telur.

(31)

commit to user

Sebelum diawetkan telur perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan

tujuan untuk menghilangkan kotoran dari permukaan kulit telur. Yang perlu

diperhatikan dalam pencucian ini adalah sifat pori-pori kulit sifat

mengembang dan kontraks isi telur. Setalah dilakukan pembersihan barulah

dilakukan pengawetan pada telur. Pengawetan telur prinsipnya adalah

menutup pori-pori kulit telur agar tidak dimasuki mikroba dan untuk

mencegah keluarnya air dan gas dari dalam telur (Suprapti, 2002).

Pengawetan pada telur dapat dilakukan dengan beberapa cara

diantaranya melapisi kulit telur dengan pembungkus kering (dry peacking),

perendaman (immersion liquit), penutupan kulit telur dengan bahan pengawet

(shell sealling), dan penyimpanan pada ruangan dingin (cool store) (Suprapti,

2002).

a. Drypeacing

Prinsip dari pengawetan ini adalah melapisi telur dengan suatu

bahan. Bahan yang digunakan untuk melapisi biasanya berupa campuran

garam dan pasir, kapur dengan soda serbuk gergaji, abu tanah liat dan

jerami. Karena pengawetan ini menggunakan garam maka telurnya

mengalami pengasinan disebut telur asin.

b. Immersion liquit

Pengawetan ini dikerjakan dengan cara merendam telur dengan

cairan yang dapat menutup pori-pori kulit telur, sekaligus juga bersifat

antiseptik. Lebih bagus bila ditempatkan pada suhu rendah. Cairan yang

digunakan pada pengawetan ini antara lain larutan air garamola rutan air

kapur, ekstrak daun jambu biji.

c. Shell sealing

Prinsip pengawetan ini adalah penutupan permukaan kulit telur

dengan pengawet. Sehingga uap air dan gas CO2 tidak menguap.

Pengawetan ini dinamakan juga penutupan pori-pori. Bahan-bahan yang

digunakan pada pengawetan ini antara lain minyak kelapa, parafin dan

(32)

commit to user d. Cool store

Pengawetan ini disimpan pada suhu -0,5 sampai -2,2ºC dengan

kelembaban jangan sampai terlalu tinggi karena dapat menyebabkan

pertumbuhan jamur, tapi bila lebih dari 80% akan menyebabkan

penguapan air dalam telur, untuk mencegah pertumbuhan jamur dapat

digunakan bahan-bahan seperti phenol, sodium borax dan cupri sufat. Cara

pengawetan yang lain adalah dijadikan telur bubuk dan dijadikan berbagai

bentuk olahan. Yang salah satunya dapat diolah menjadi telur asin.

2.1.2. Telur Asin

Telur asin merupakan pengawetan telur cara immersion liquit. Biasanya

telur diawetkan dengan cara ini dapat bertahan sampai 3 minggu. Telur yang

diawetkan dengan cara ini selain awet juga memiliki rasa yang khas. Fungsi

garam pada pengawetan ini adalah untuk menerobos kecabang hingga menembus

pori-pori kulit telur bagian dalam, putih telur dan kuning telur sehingga

bagian-bagian tadi menjadi asin (Suprapti, 2002).

Telur yang biasa dibuat telur asin adalah telur itik. Telur ayam sukar

dibuat telur asin, hal ini disebabkan karena telur ayam memiliki kulit yang lebih

tipis daripada kulit telur bebek. Keuntungan pengawetan telur asin adalah

(Suprapti, 2002):

1. Telur yang diasinkan bersifat stabil, dapat disimpan tanpa mengalam proses

perusakan.

2. Dengan pengasinan rasa amis telur akan berkurang tidak berbau busuk, dan

rasanya enak.

2.1.3. Penggaraman

Pada subbab penggaraman dibahas mengenai garam dapur (NaCl), fungsi

penggaraman dan cara penggaraman.

1. Garam dapur (NaCl)

NaCl sangat berhubungan erat baik sebagai bahan makanan maupun

fungsinya dalam tubuh. Sebagaian besar Natrium didapat dalam plasma darah

dan dalam cairan di luar sel (ekshaseluler). Beberapa diantaranya juga

(33)

commit to user

dengan klorida membentuk garam meja, yaitu Natrium klorida. Sebagai

bagian terbesar dari cairan ekshaseluler, Natrium dan klorida juga membantu

mempertahankan tekanan osmosis, disamping membantu menjaga

keseimbangan asam dan basa. Natium bersama dengan kalsium dan

magnesium, serta kalium dalam cairan ekshaseluler mempunyai reaksi

alkalis, sedangkan klorida bersama fosfat karbonat, sulfat, asam-asam

organik, dan protein mempunyai reaksi asam (Suprapti, 2002).

2. Fungsi penggaraman

Garam sudah lama digunakan sebagai bahan pengawet makanan.

Garam ditambahkan dalam bahan makanan yang diolah sebagai penambah

cita rasa, sebagai bahan bantu dalam formula dan pengolahan serta untuk

melemaskan adonan pada industri roti. Fungsi utama garam selain sebagai

pengawet juga sebagai antiseptik serta untuk menghilangkan sejumlah air

yang digunakan mikroorganisme untuk pertumbuhan. Pada umumnya

konsentrasi garam 10-15% sudah cukup untuk membunuh sebagian besar

jenis bakteri, kecuali bakteri halofilik yaitu bakteri yang tahan terhadap

konsentrasi garam yang tinggi seperti Staphylococcus aurerus, yang dapat

tumbuh pada larutan garam 11-15% bila pH 5-7 (Suprapti, 2002).

3. Cara Penggaraman

Bahan utama pada pembuatan telur asin adalah garam. Tahap-tahap

dalam pembuatan telur asin yaitu pemilihan kualitas telur, pembenihan dan

penggaraman sekaligus pengawetan. Pengawetan telur yang masih tradisional

hanya dikerjakan dengan cara perendaman dalam larutan garam selama 7-14

hari (Suprapti, 2002).

2.1.4. Osmosis

Osmosis adalah peristiwa perpindahan massa dari lokasi dengan potensi

solvent tinggi, menuju lokasi berpotensi solvent rendah, melalui membran

semi-permeable. Umumnya yang disebut sebagai solvent di sini adalah air. Dapat

dikatakan bahwa peristiwa osmosis adalah transfer solvent dan bukan solute.

Sedangkan peristiwa transfer solut, dikenal sebagai dialysis (arah aliran dari titik

(34)

commit to user

tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi

dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan

konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer.

Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui

membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih

pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat

koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan

bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Contoh peristiwa osmosis (Hakikah,

2008):

1. Masuk dan naiknya air mineral dalam tubuh pepohonan.

2. Air dalam tanah memiliki kandungan solvent lebih besar (hypotonic)

dibanding dalam pembuluh, sehingga air masuk menuju sel tanaman.

3. Ikan air tawar yang ditempatkan di air laut akan mengalami penyusutan

volume tubuh.

4. Air laut adalah hypertonic bagi sel tubuh manusia, sehingga minum air laut

justru menyebabkan dehidrasi.

5. Kentang yang dimasukkan ke dalam air garam akan mengalami penyusutan.

6. Proses pengasinan telur asin.

2.1.5. Uji Telur Asin

Tahapan pengujian ini menentukan kadar garam telur asin dengan

menggunakan metode argentometri (mohr) sesuai dengan SNI 06-6989.19.2004.

Pengujian ini dilakukan sesuai dengan langkah berikut:

1. Bahan

a. Air suling bebas klorida

b. Larutan natrium Klorida (NaCl) 0,0141 N

c. Kertas saring bebas klorida berukuran pori 0,45µm

d. Larutan indikator kalium kromat (K2CrO4) 5% b/v

e. Larutan baku perak nitrat (AgNO3)

2. Peralatan

a. Buret 50 ml atau alat titrasi dengan skala yang jelas

(35)

commit to user c. Gelas ukur 100ml

d. Pipet ukur 25 ml dan 50 ml

e. Spatula

f. Pengaduk magnet

g. Timbangan analitik

h. Oven

i. Desikator

j. Botol cokelat

3. Persiapan bahan uji

a. Menyediakan bahan yang akan diuji

b. Mengunakan volume contoh uji air maksimum 100 ml atau jumlah yang

sesuai dan diencerkan hingga volume 100ml.

4. Persiapan pengujian

a. Pipet 25 ml larutan NaCl 0,0141 N di masukkan kedalam labu elenmeyer

100ml. membuat larutan blanko menggunakan 25ml air suling.

b. Tambahkan 1ml larutan indikator kalium kromat (K2CrO4) 5% dan diaduk

c. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi warna merah kecoklatan.

d. Mencatat volume larutan AgNO3 yang digunakan untuk bahan uji (A ml)

dan blanko (B ml).

e. Menghitung normalitas larutan baku AgNO3 dengan cara sebagai berikut:

ǴƼĖǴ =

.

î ...(2. 1)

Keterangan:

N AgNO3 : Normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/ml)

VA : Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi NaCl (ml)

VB : Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (ml)

N1 : Normalitas larutan NaCl yang digunakan(mgrek/ml)

V1 :Volume larutan NaCl yang digunakan(ml)

5. Prosedur pengujian

a. Menggunakan 100ml bahan uji dan memasukkan ke dalam labu

elemmeyer 250ml.

(36)

commit to user

c. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai

terjadinya endapan warna merah kecoklatan dari AgCrO4. Mencatat

volume AgNO3 yang digunakan.

d. Melakukan titrasi blanko, seperti langkah a sampai c terhadap 100 ml air

suling bebas klorida.

6. Perhitungan

Menghitung kadar klorida dalam bahan uji dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

ƅ ƅ N.î Ė⁄ = î r,ĸrO

× i A C

OO ...(2. 2)

Keterangan:

A : Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi bahan uji (ml)

B : Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (ml)

N : Normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/ml)

V : Volume bahan uji (ml)

Menghitung kadar garam

Ė ǴƅN.⁄ = ( Ė N.⁄ î) 1,65...(2. 3)

2.1.6. Perancangan eksperimen

Desain eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu

diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya

diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisis objektif dan

kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas (Sudjana, 1995).

Beberapa istilah atau pengertian yang perlu diketahui dalam desain

eksperimen (Sudjana, 1995):

1. Experimental unit (unit eksperimen)

Objek eksperimen dimana nilai-nilai variabel respon diukur.

2. Variabel respon (effect)

Disebut juga dependent variable atau ukuran performansi, yaitu output yang

ingin diukur dalam eksperimen.

3. Faktor

Disebut juga independent variable atau variabel bebas, yaitu input yang

(37)

commit to user 4. Level (taraf)

Merupakan nilai-nilai atau klasifikasi-klasifikasi dari sebuah faktor.

Taraf (levels) faktor dinyatakan dengan bilangan 1, 2, 3 dan seterusnya.

Misalkan dalam sebuah penelitian terdapat faktor-faktor :

a = jenis kelamin

b = cara mengajar

taraf untuk faktor a adalah 1 menyatakan laki-laki, 2 menyatakan perempuan

(a1,a2). Bila cara mengajar ada tiga, maka dituliskan dengan b1, b2, dan b3.

5. Treatment (perlakuan)

Sekumpulan kondisi eksperimen yang digunakan terhadap unit

eksperimen dalam ruang lingkup desain yang dipilih. Perlakuan merupakan

kombinasi level-level dari seluruh faktor yang ingin diuji dalam eksperimen.

6. Replikasi

Pengulangan eksperimen dasar yang bertujuan untuk menghasilkan

taksiran yang lebih akurat terhadap efek rata-rata suatu faktor ataupun

terhadap kekeliruan eksperimen.

7. Faktor Pembatas/ Blok (Restrictions)

Sering disebut juga sebagai variabel kontrol (dalam Statistik

Multivariat). Yaitu faktor-faktor yang mungkin ikut mempengaruhi variabel

respon tetapi tidak ingin diuji pengaruhnya oleh eksperimenter karena tidak

termasuk ke dalam tujuan studi.

8. Randomisasi

Yaitu cara mengacak unit-unit eksperimen untuk dialokasikan pada

eksperimen. Metode randomisasi yang dipakai dan cara mengkombinasikan

level-level dari fakor yan berbeda menentukan jenis disain eksperimen yang

akan terbentuk.

9. Kekeliruan eksperimen

Merupakan kegagalan daripada dua unit eksperimen identik yang

dikenai perlakuan untuk memberi hasil yang sama.

Langkah-langkah dalam setiap proyek eksperimen secara garis besar

terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap perancangan dan tahap

(38)

commit to user 1. Tahap perencanaan

Tahapan dalam planning phase adalah :

a. Membuat problem statement sejelas-jelasnya.

b. Menentukan variabel bebas (dependent variables), yaitu efek yang ingin

diukur, sering disebut sebagai kriteria atau ukuran performansi.

c. Menentukan independent variables.

d. Menentukan level-level yang akan diuji, tentukan sifatnya, yaitu :

a. Kualitatif atau kuantitatif?

b. Fixed atau random?

e. Tentukan bagaimana cara level-level dari beberapa faktor akan

dikombinasikan (khusus untuk eksperimen dua faktor atau lebih).

2. Tahap perancangan

Tahapan dalam design phase adalah :

a. Menentukan jumlah observasi yang diambil.

b. Menentukan urutan eksperimen (urutan pengambilan data).

c. Menentukan metode randomisasi.

d. Menentukan model matematik yang menjelaskan variabel respon.

e. Menentukan hipotesis yang akan diuji.

3. Tahap analisis

Tahapan dalam analysis phase adalah :

a. Pengumpulan dan pemrosesan data.

b. Menghitung nilai statistik-statistik uji yang dipakai.

c. Menginterpretasikan hasil eksperimen.

Adapun tahap-tahap dalam pengolahan data hasil eksperimen meliputi uji

asumsi, uji ANOVA uji pembanding ganda dan regresi linear berganda.

1. Uji asumsi

Apabila menggunakan analisis variansi sebagai alat analisa data

eksperimen, maka seharusnya sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan

uji asumsi-asumsi ANOVA berupa uji homogenitas variansi, dan

(39)

commit to user a. Uji normalitas

Untuk memeriksa apakah populasi berdistribusi normal atau tidak,

dapat ditempuh uji normalitas dengan menggunakan metode

kolmogorov-smirnov atau dengan normal probability–plot. Uji Kolmogorov-Smirnov

ini dilakukan pada tiap threatment/perlakuan, dimana pada tiap perlakuan

terdiri dari n buah data (replikasi). Persyaratan dalam melakukan uji

Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:

1). Data berskala interval atau ratio (kuantitatif)

2). Data tunggal / belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi

3). Dapat digunakan untuk n besar maupun n kecil.

Langkah - langkah uji Kolmogorov-Smirnov (Sudjana, 1995) yaitu:

1). Urutkan data dari yang terkecil sampai terbesar.

2). Hitung rata-rata (x) dan standar deviasi (s) data tersebut.

n x

x n

i i÷÷

ø ö ç ç è æ =

å

=1 ...(2.4)

(

)

1 2 2 -=

å

å

n n x x s i i ...(2.5) Keterangan: xi = data ke-i

n = banyaknya data

3). Transformasikan data tersebut menjadi nilai baku (z).

(

x x

)

s

zi = i- / ...(2.6)

Keterangan: xi = data ke-i

x = rata-rata s = standar deviasi

4). Berdasarkan nilai baku (z), tentukan nilai probabilitasnya P(z)

berdasarkan sebaran normal baku, sebagai probabilitas pengamatan.

Gunakan tabel standar luas wilayah di bawah kurva normal.

5). Tentukan nilai probabilitas harapan kumulatif P(x) dengan rumus,

sebagai berikut:

n i x

(40)

commit to user Keterangan:

i = data ke- n = jumlah data

6). Tentukan nilai maksimum dari selisih absolut P(z) dan P(x) yaitu:

maks | P(z) - P(x)| , sebagai nilai L hitung.

Tahap berikutnya adalah menganalisis apakah data observasi dalam n

kali replikasi berdistribusi normal. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : Sampel data observasi berasal dari populasi yang berdistribusi

normal

H1 : Sampel data observasi berasal dari populasi yang tidak

berdistribusi normal

7). Memilih taraf nyata a, dengan wilayah kritik Lhitung > La(n). Apabila

nilai Lhitung < Ltabel, maka terima H0 dan simpulkan bahwa data

observasi berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas bertujuan menguji apakah variansi error dari tiap

level atau perlakuan bernilai sama. Alat uji yang sering dipakai adalah uji

bartlett. Namun uji bartlett dapat dilakukan setelah uji normalitas

terlampaui. Untuk menghindari adanya kesulitan dalam urutan proses

pengolahan, maka alat uji yang dipilih adalah uji levene test. Uji levene

dilakukan dengan menggunakan analisis ragam terhadap selisih absolut

dari setiap nilai pengamatan dalam sampel dengan rata-rata sampel yang

bersangkutan.

Prosedur uji homogenitas levene (Wijaya, 2000) sebagai berikut :

1). Kelompokkan data berdasarkan faktor yang akan diuji.

2). Hitung selisih absolut nilai pengamatan terhadap rata-ratanya pada

tiap level.

3). Hitung nilai-nilai berikut ini :

· Faktor Koreksi (FK) =

(

xi

)

n

2

å

...(2. 8)

Dimana: xi = data hasil pengamatan

i = 1, 2, . . ., n (n banyaknya data)

· JK-Faktor =

FK k

xi ÷÷

-ø ö ç

ç è æ

÷ ø ö ç è

æ

å

2
(41)

commit to user

Dimana: k = banyaknya data pada tiap level

[image:41.595.141.484.237.498.2]

· JK-Total (JKT) =

(

å

yi

)

-FK 2

...(2.10)

Dimana: yi = selisih absolut data hasil pengamatan dengan

rata-ratanya untuk tiap level

· JK-Error (JKE) = JKT – JK(Faktor)...(2.11)

Nilai-nilai hasil perhitungan di atas dapat dirangkum dalam sebuah

daftar analisis ragam sebagaimana tabel 2.1.

Tabel 2.1 Skema umum daftar analisis ragam uji homogenitas

Sumber

Keragaman Db JK KT F

Faktor F JK(Faktor) JK(Faktor) / db

) (

) (

error KT

faktor KT

Error n-1-f JKE JKE / db

Total n-1 JKT

Sumber : Wijaya 2000

4). Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 :

2 6 2 5 2 4 2 3 2 2 2

1 s s s s s

s = = = = =

H1 : Ragam seluruh level faktor tidak semuanya sama

5). Taraf nyata yang dipilih adalah α = 0.01

6). Wilayah kritik : F > F α (v1 ; v2) atau F > F0.01 (3 ; 36)

c. Uji independensi

Salah satu upaya mencapai sifat independen adalah dengan melakukan

pengacakan terhadap observasi. Namun demikian, jika masalah acak ini

diragukan maka dapat dilakukan pengujian dengan cara memplot residual

versus urutan pengambilan observasinya. Hasil plot tersebut akan

memperlihatkan ada tidaknya pola tertentu. Jika ada pola tertentu, berarti

ada korelasi antar residual atau error tidak independen. Apabila hal

tersebut terjadi, berarti pengacakan urutan eksperimen tidak benar

(eksperimen tidak terurut secara acak).

2. Experimen faktorial

Eksperimen faktorial digunakan bilamana jumlah faktor yang akan diuji

lebih dari satu. Eksperimen faktorial adalah eksperimen dimana semua

(42)

commit to user

semua (hampir semua) taraf (levels) faktor lainnya yang terdapat dalam

eksperimen. (Sudjana, 1995).

Di dalam eksperimen faktorial, bisa terjadi hasilnya dipengaruhi oleh

lebih dari satu faktor, atau dikatakan terjadi interaksi antar faktor. Secara

umum interaksi didefinisikan sebagai perubahan dalam sebuah faktor

mengakibatkan perubahan nilai respon, yang berbeda pada tiap taraf untuk

faktor lainnya, maka antara kedua faktor itu terdapat interaksi (Sudjana,

1995).

Adapun model matematik yang digunakan untuk pengujian data

eksperimen yang menggunakan tiga faktor adalah sebagai berikut :

) ( ij j i

jkl A B AB

Yi =m+ + + +elijk ...(2.12)

Dengan:

Yijkl : variabel respon

Ai : faktor A

Bj : faktor B

ABij : interaksi faktor A dan faktor B el(ijk) : random error

I : jumlah faktor A, i = 1, 2....,n

J : jumlah faktor B, j = 1, 2,...,n

L : jumlah observasi l = 1, 2, ...,n

Berdasarkan model persamaan (2.1), maka untuk keperluan ANOVA

dihitung harga-harga (Hicks, 1993) sebagai berikut :

a. Jumlah kuadrat total (SStotal) :

nAB T....

A i B j n k 2

to ta l

SS =

ååå

y

2

-IJK

...(2.13)

b. Jumlah kuadrat nilai pengamatan yang terdapat dalam taraf ke-i faktor A

(SSA):

na b T....

a

1 i

2

A

SS

å

-= =

nb Ti2

...(2.14)

c. Jumlah kuadrat nilai pengamatan yang terdapat dalam taraf ke-j faktor B

(SSB):

na b T....

b

1 j

2

B

SS

å

(43)

commit to user

d. Jumlah kuadrat nilai pengamatan yang terdapat dalam interaksi taraf ke-ij

antara faktor A dan faktor B (SSAxB)

nab T b j na j T a i nb i T 2 ... 2 2 + -=

ååå

å å

= = = n

Tij.k a 1 i b 1 j n 1 k 2 AXB SS ...(2.16)

e. Jumlah kuadrat error (SSE):

SS -SS -SS -SS

[image:43.595.117.513.127.552.2]

SSE = total A B AB ...(2.17) Tabel ANOVA untuk eksperimen faktorial dengan tiga faktor (a, b dan

c), untuk menghitung harga F yang digunakan sebagai alat pengujian statistik,

maka perlu diketahui model mana yang diambil. Model yang dimaksud

ditentukan oleh sifat tiap faktor, apakah tetap atau acak. Model tetap

menunjukkan di dalam eksperimen terdapat hanya m buah perlakuan,

sedangkan model acak menunjukkan bahwa dilakukan pengambilan m buah

perlakuan secara acak dari populasi yang ada.

Tabel 2. 2. ANOVA Eksperimen Faktorial 2 Faktor Desain Acak Sempurna

Sumber Variansi Derajat Bebas (df) Jumlah Kuadrat (SS) Kuadrat

Tengah (MS) F

Faktor A a –1 SSA SSA/dfA MSA/MSE

Faktor B b – 1 SSB SSB/dfB MSB/MSE

Interaksi AxB (a – 1)(b – 1) SSAxB SSAxB/dfAxB MSAxB/MSE

Error ab(n - 1) SSE SSE/dfE

Total Abn SSTotal

Sumber: Hicks, 1993

3. Uji Pembanding Ganda

Uji pembanding ganda dilakukan apabila ada hipotesis nol (H0) yang

ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan antar level faktor, blok, atau

interaksi faktor-faktor. Uji pembanding ganda bertujuan untuk menjawab

manakah dari rata-rata taraf perlakuan yang berbeda.

Alat uji yang biasa digunakan adalah contras orthogonal, uji rentang

Student Newman-Keuls, uji Dunnett dan uji Scheffe. Apabila ingin

(44)

commit to user

harus ditentukan sejak awal (sebelum eksperimen dilakukan), termasuk model

perbandingan rata-rata perlakuan. Adapun tiga alat uji lainnya dapat

digunakan apabila perlu setelah hasil pengolahan data menunjukkan adanya

perbedaan yang berarti antar perlakuan.

Uji Student Newman-Keuls (SNK) lebih tepat digunakan dibandingkan

uji dunnett ataupun scheffe, untuk melihat pada level mana terdapat

perbedaan dari suatu faktor yang dinyatakan berpengaruh signifikan oleh uji

ANOVA. Pemilihan uji dunnett atau scheffe tidak tepat untuk melihat pada

level mana terdapat perbedaan terhadap suatu faktor, karena uji dunnett hanya

digunakan untuk membandingkan suatu kontrol dengan perlakuan lainnya,

sedangkan uji scheffe lebih ditujukan untuk membandingkan antara dua

kelompok perlakuan (bukan level tunggal).

Prosedur uji Student Newman-Keuls (SNK) (Hicks, 1993) terhadap

suatu level yang pengaruhnya dinyatakan cukup signifikan adalah sebagai

berikut :

a. Susun rata-rata tiap level yang diuji dari kecil ke besar.

b. Ambil nilai mean squareerror dan dferror dari tabel ANOVA.

c. Hitung nilai error standar untuk mean level dengan rumus berikut :

k SY.j = MSe rro r

...(2.18)

d. dimana k = jumlah level

e. Tetapkan nilai a dan ambil nilai-nilai significant ranges dari Tabel

Stundentized range dengan n2 = dferror dan p = 2, 3, … ,k sehingga

diperoleh significant range (SR).

f. Kalikan tiap nilai significant range (SR) yang diperoleh dengan error

standar sehingga diperoleh least significant range (LSR).

LSR = SR x SY.j ………(2.19)

g. Hitung beda (selisih) mean antar dua level (akan terbentuk kK2 = k(k – 1)/2

pasang), dimulai dari mean terbesar dengan sampai dengan mean terkecil.

Bandingkan kembali beda second largest dan next smallest dengan LSR

(45)

commit to user

2.1.7. Regresi

Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing

variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai

variabel dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan

dua tujuan sekaligus, meminumkan penyimpangan antara nilai aktual dan nilai

estimasi dependen berdasarkan data yang ada (Tabachnick, 1996 dalam Ghozali,

2006).

1. Regresi linier ( meliputi pengertian dan hal lain mengenai regresi linier )

Pertama kali data diplot dalam sebuah grafik sehingga menghasilkan

apa yang disebut diagram pencar. Dengan mengamati diagram pencar ini,

terlihat bahwa titik-titiknya mengikuti suatu garis lurus, menunjukkan bahwa

kedua peubah tersebut saling berhubungan secara linier. Bila hubungan linier

demikian itu ada, maka kita berusaha menyatakan secara matematik dengan

sebuah persamaa garis lurus yang disebut garis regresi linier (Walpole, 1995).

Sebuah garis lurus dapat dinyatakan dengan persamaan

bx a

yˆ= + ...(2.20)

dimana :

a= menyatakan intersep atau perpotongan dengan sumbu tegak y dan garis fungsi linear atau besarnya nilai y kalau x = 0. Disebut juga sebagai “intercept coefficient.”

b = kemiringan atau gradiennya.

Lambang yˆ digunakan di sini untuk membedakan antara nilai ramalan

yang dihasilkan garis regresi dan nilai pengamatan y yang sesungguhnya

untuk nilai x tertentu. Bila nilai dugaan titik bagi a dan b telah diperoleh dari

data contoh, maka garis regresinya dapat digunakan untuk meramalkan nilai

yˆ padanan suatu nilai x tertentu. Nilai ramalan yˆ ini merupakan nilai titik

bagi yˆ , sehingga kecil sekali kemungkinannnya persis sama. Tetapi tentu

saja kita berharap keduanya berdekatan (Walpole, 1995).

Untuk membuat garis regresi dapat digunakan dua cara, yaitu metode

Free Hand dan metode Least Square (Walpole, 1995).

a. Metode Free Hand

Pada cara ini regresi yang berupa garis lurus dibuat dengan dikira–kira

(46)

commit to user

terpengaruh oleh unsur subyektif dari pembuatnya, oleh karena itu

hasilnya kurang cermat.

b. Metode Least Square

Metode ini berusaha untuk membuat garis yang mempunyai jumlah selisih

(jarak vertikal) kuadrat antara data dengan garis regresi yang kecil.

Langkah–langkah penyusunan garis regresi linear dengan metode ini :

a. Menyusun nilai–nilai dependent variable (Y) dan independent variable

(

Gambar

Gambar 2.2. Beberapa posisi telur dalam air
Tabel 2.1  Skema umum daftar analisis ragam uji homogenitas
Tabel ANOVA untuk eksperimen faktorial dengan tiga faktor (a, b dan
Gambar 3.1 commit to user Kerangka Metodologi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengasinan pada telur juga memberikan citarasa yang berbeda dengan telur segar dan juga menyebabkan aroma amis dari komponen Omega 3 dan asam lemak tidak jenuh

Pada uji organoleptik yaitu nilai tekstur dan aroma yang diasinkan dengan konsentrasi garam yang berbeda yaitu tidak berpengaruh nyata, sedangkan nilai rasa dan warna

Kesimpulan dari penelitian adalah semakin tinggi penambahan telur asin pada pembuatan kerupuk telur asin maka kadar garam semakin meningkat, pembuatan kerupuk telur

Hasil penelitian kadar air produk dengan ANAVA (α=5%) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi garam tidak memberikan perbedaan nyata terhadap kadar air putih

Hasil analisis organoleptik mutu hedonik menunjukkan bahwa penyimpanan telur asin abu serabut kelapa tidak berpengaruh terhadap warna, aroma, dan tekstur, tetapi

Hasil analisis organoleptik mutu hedonik menunjukkan bahwa penyimpanan telur asin abu serabut kelapa tidak berpengaruh terhadap warna, aroma, dan tekstur, tetapi

Perbedaan Kadar Garam, Kadar Protein Putih Telur, dan Kesukaan Telur Asin dengan Variasi Lama Perendaman; Nency Dwi Wardani Ilmah, 072110101083; 2011; 107 halaman; Bagian

Kesimpulan dari penelitian ini, konsentrasi garam yang digunakan pada proses pembuatan telur asin dan lama periode penyimpanan secara nyata menurunkan kadar protein