• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hadis Kasih Sayang dalam Mia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hadis Kasih Sayang dalam Mia"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Teks Hadis Tentang Kasih Sayang Kepada Anak kami bahwasanya Abu> Hurairah ra. berkata, “Nabi mencium cucunya H{asan bin ‘Ali> ketika al-Aqra’ bin H{a>bis duduk di sisinya.” Al-Aqra’ berkata, “Saya mempunyai sepuluh anak, tetapi tidak ada satu pun yang pernah saya cium.” Beliau menoleh ke arah al-Aqra’ seraya bersabda, ”Barangsiapa yang tidak mengasihi ia tidak dikasihi.”2

B. Syarah Mufradat

1. بق

ل

Kata ini berarti mencium.3 Kata dasarnya terdiri dari 3 huruf

yaitu qaf-ba-lam yang berarti muwa>jahatu al-syai' li al-syai' atau

1Muh}ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdilla>h al-Bukha>ri> al-Ja’f>, S}ah}i>h al-Bukha>ri>, Juz V (Cet. III; Beirut: Da>r Ibnu Kas\i>r, 1987), h. 2235.

(2)

sesuatu yang saling berhadapan.4 Dari kata dasar ini pulalah lahir

kata qiblatun yang berarti arah tempat kita menghadap.

2.رظن

Makna dasar kata ini adalah ta'ammul al-syai' wa mu’a>yanatuhu> atau menyaksikan sesuatu sembari memikirkannya, atau bisa diartikan melihat disertai dengan proses mengamati dan memperhatikan.5

3.اسلاج

Kata di atas berposisi sebagai h}a>lun (menerangkan keadaan), maka ia mansub. Kata tersebut berasal dari kata jalasa

yang berarti naik pada sesuatu6 atau lebih dikenal dengan arti

duduk7. Namun, dalam bahasa arab ada juga kata lain yang berarti

duduk, yaitu qa’ada. Adapun perbedaan di antara keduanya adalah kata jalasa adalah perpindahan dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi, sedangkan qa’ada adalah perpindahan dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, maksudnya kata jalasa

ditujukan untuk menyuruh duduk orang yang sebelumnya dalam keadaan tidur atau berbaring, sedangkan qa’ada ditujukan kepada orang yang posisinya berdiri.8

3Adib Bisri dan Munawwir AF, Kamus al-Bisri (Cet.; Surabaya: Pustaka Progressif, 1999), h. 583.

4Abu> al-H}usain Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariyya>, Maqa>yis al-Lug}ah, Juz V (t.t.: Ittih}ad al-kita>b al-‘Arab, 2002), h. 42.

5Ibid., h. 356. 6Ibid., Juz I, h. 421.

7 Adib Bisri dan Munawwir AF, op. cit., h. 79.

(3)

4.ةرشع

Akar katanya adalah terdiri dari tiga huruf, yaitu ‘ain, syin,

dan ra yang berarti bilangan puluhan. ‘asyaratun untuk muz\akkar

dan ‘asyrun untuk muannas\.9 Dalam Maqa>yis al-Lug}ah, selain

berarti bilangan tertentu, kata ini juga memiliki makna dasar yang lain, yaitu pergaulan dan percampuran. Oleh karena itu dalam al-Quran ada kata ‘asyi>rah yang berarti kerabat atau keluarga contohnya pada QS. Al-Taubah ayat 24:10

م

م ك

ك جكاووزمأووو ممككنكاووخمإإوو ممككؤكانوبمأووو ممككؤكابوآو نواكو نمإإ لمقك

Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

dan juga ada kata ma’syar yang berarti jamaah, golongan, seperti pada QS. al-An’am ayat 130.

9Muh}ammad bin Mukrim bin Manz}u>r al-Afri>qi> al-Mis}ri>. Lisa>n al-‘Arab, Juz IV ( Beirut: Da>r S{adir), h. 568.

(4)

ن

و وببص

ص قكيو م

م ببك

ك نممإ لةببس

ك رك ممك

ك تإأمببيو ممببلوأو س

إ

ببنملم

إ اوو ن

ن ببج

إ لما روش

و عممو ايو

اذوهو ممك

ك مإوميو ءواقولإ ممككنووركذإنميكوو يتإايوآو ممككيملوعو

Terjemahnya:

Hai golongan jin dan manusia, Apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri Kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafr.

5.ادحأ

Kata ini sebenarnya merupakan cabang akar kata wah}ada

yang artinya apa-apa yang menyendiri atau bisa diartikan satu.11

Dikenal pula kata wa>hid yang berarti satu. Dua kata tersebut berbeda meskipun sama-sama berarti satu. Kata wa>hid yang berarti satu dan memungkinkan adanya dua, tiga, dan seterusnya, sedangkan kata ah}ad tidak.

6.دلو

Untuk hadis ini, ada dua versi pembacaan kata

دلو

yang dikemukakan oleh para ulama. Pertama, adalah dengan memberikan baris fath}ah pada huruf wa>wu, dan lam sehingga dibaca al-walad. Kedua, adalah dengan memberikan baris

d}ammah pada huruf wa>wu dan member baris suku>n pada huruf

lam, sehingga dibaca al-wuldu.12

(5)

Akar katanya terdiri dari huruf waw, lam, dan dal yang menunjukkan al-najl wa al-nasl yang berarti keturunan.13

Kata al-walad bisa menunjukkan jamak ataupun mufrad, sebagaimana kata al-wuldu, sekalipun kata al-wuldu juga bisa menjadi bentuk jamak dari al-walad.14 Al-wuldu bisa merupakan

bentuk jamak dari waladun, setara dengan contoh asadun (seekor singa), dan jamaknya adalah usudun.15 Ini merupakan bentuk jamak

dari al-walad selain daripada al-aula>d.16

Dalam bahasa Arab, kita juga mengenal kata al-ibnu yang juga bisa berarti anak. Adapun perbedaan antara keduanya, adalah karena ibnu itu hanya untuk muz\akkar, sedangkan al-walad bisa menunjukkan muz\akkar dan muannas\. Selain itu kata al-walad

erat kaitannya dengan kelahiran, sebagaimana akar katanya. Jadi seseorang anak baru bisa disebut al-walad oleh orang yang memang melahirkannya (orang tua biologisnya), sedangkan al-ibnu

tidak mesti seperti itu. Karena al-ibnu itu juga bisa bermakana penisbatan atau penyandaran terhadaap sesuatu, misalnya ibnu al-sabil adalah sebutan untuk orang yang musafr atau bepergian karena ia identik dengan jalanan.17

13 Abu> al-H}usain Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariyya>, op. cit., Juz VI, h. 110.

14 Al-Jauhari>, Al-S}ah}ah fi> al-Lug}ah, Juz II (t.d.), h. 293.

15 Muh}ammad bin Abi> Bakr bin ‘Abdil Qa>dir Ra>zi>, Mukhta>r al-S}ah}ah (Beirut: <Maktabah Lubana>n Na>syiru>n, 1995), h. 740.

16 Ah}mad bin Muh}ammad bin ‘Ali> al-Maqri> al-Fuyu>mi>, Misba>h} al-Muni>r, Juz II (Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, t.th.), h. 671.

(6)

Dalam hadis ini kata ini berarti anak (secara biologis), baik laki-laki maupun perempuan, besar ataupun kecil.18

7.محري

Kata tersebut adalah bentuk mudhari dari kata rah}ima yang berarti al-riqqah, al-‘atfu, dan al-ra'fah yang kesemuanya berarti kasih sayang. Adapun pengertian kasih sayang adalah rasa belas kasih yang menghendaki kebaikan kepada orang yang dikasihi.19

C. Asba>b al-Wuru>d

Adapun saba>b al-wuru>d hadis tersebut ada pada hadis itu sendiri, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bukhari, Muslim, dan Ahmad, yang diriwayatkan oleh Abu> Hurairah yaitu al-Aqra’ bin H{abis al-Tam>mi> melihat Nabi mencium cucunya, yaitu H{asan bin ‘Ali>. Kemudian al-Aqra menyatakan bahwa ia memiliki sepuluh orang anak, tetapi ia tidak pernah seklipun mencium anak-anaknya. Pernyataan al-Aqra’ itulah yang kemudian menjadi sebab adanya hadis nabi yang berbunyi “ barangsiapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.”20

D. Syarah Kalimat

18

19 Muh}ammad ‘Abdul Rauf al-Mana>wi>, Tauqi>f ‘ala> Mahma>t al-Ta’a>ri>f, Juz I (Cet. I; Beirut: Da>r al-Fikr, 1410), h. 360.

(7)

يلع نب نسحلا ملس و هيلع هللا ىلص هللا لوسر لبق

Rasulullah saw. mencium Hasan bin Al”i

Hasan bin ‘Ali> adalah cucu Rasulullah saw. Rasulullah saw mencium cucunya sebagai salah satu bentuk kasih sayangnya terhadap cucunya. Dalam hadis lain juga dijelaskan bahwa Rasulullah suka mencium putra-putrinya.

وبببأ انثدببح لاببق بببيرك وبببأو ةبيببش يبببأ نببب ركب وبأ انثدح

تلاببق ةببشئاع نببع هببيبأ نببع ماشه نع ريمن نباو ةماسأ

و هببيلع هللا ىلص هللا لوسر ىلع بارعلا نم سان مدق

اولاببقف ملس

نوببلبقتأ

اببنكل اولاببقف مببعن لاببقف ؟ مكنايبببص

ملببس و هببيلع هببللا ىلص هللا لوسر لاقف : لبقن ام هللاو

نببم رببيمن نبا لاقو ةمحرلا مكنم عزن هللا ناك نإ كلمأو

ةمحرلا كبلق

21

Artinya:

Diriwayatkan dari ‘Aisya>h ra, dia berkata, “Beberapa orang badui datang menemui Rasulullah saw, mereka bertanya, “Apakah Anda suka mencium putra-putri Anda? Beliau menjawab, “Ya. Lalu mereka berkata, “Tetapi kami, demi Allah tidak pernah melakukannya. Beliau bersabda, Celakalah kalian! Jika sampai Allah mencabut rasa kasih saying dari hati kalian.

Mencium seorang anak atau anggota keluarga lain yang termasuk dalam kategori al-mah}a>rim atau orang-orang yang

21 Muslim bin al-H}ajjaj> Abu> al-H}usain al-Qusyairi> al-Ni>sabu>ri>,

(8)

haram dinikahi adalah sebuah hal yang diridai oleh Allah untuk menunjukkan rasa kasih sayang, bukan karena dorongan hawa nafsu.22 Dibolehkan mencium seluruh tubuh dari seorang anak

kecil. Adapun masalah mencium anak yang telah dewasa dan anggota keluarga yang lain, para ulama memberikan keringanan, seperti saat baru kembali dari bepergian jauh, maka boleh menciumnya, sekali lagi ditekankan sebagai bukti kasih sayang, bukan dorongan kesenangan pribadi dan hawa nafsu.23

اسلاج يميمتلا سباح نب عرقلا هدنعو

“Dan al-Aqra’ bin H{abis al-Tami>mi> duduk di sisinya.”

Al-Aqra’ bin H{abis al-Tami>mi> adalah seorang muallaf yang telah baik Islamnya. Dia adalah utusan bani Tamim yang datang kepada Rasulullah saw setelah Fath}u Makkah, dan termasuk orang-orang yang terkemuka di kalangan masyarakat jahiliyah dan masyarakat Islam. Salah satu buktinya adalah ketika ‘Abdulla>h bin ‘A>mir mengamanahkannya sebagai tentara persiapan ke daeah Khurasan.24

ادحأ مهنم تلبق ام دلولا نم ةرشع يل نإ

22 Ah}mad bin ‘Aly Ibn H{ajar Al-‘Asqala>ny, Fath}u al-Ba>ri Syarh} S}ah}i>h{ al-Bukha>ri>, Juz X (Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1379), h. 430.

23 Syarh} Ibnu Bat}t}a<>l, Juz XVII, h. 252.

(9)

“Saya mempunyai sepuluh anak, tetapi tidak ada satu pun yang pernah saya cium.”

Pernyataan di atas dikeluarkan oleh Aqra’ bin H{abis al-Tami>mi>, sebagai respon atas kejadian yang dia saksikan, yaitu ketika beliau mencium Hasan bin ‘Ali>.

Boleh jadi al-Aqra’ bin H{abis merasa heran dengan sikap Nabi, karena ia sama sekali tak pernah melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Nabi.

Kata ma> qabbaltu minhum ah}adan di atas, menunjukkan bahwa al-Aqra’ tidak pernah mencium salah seorang pun di antara pun putra-putrinya, baik yang masih kecil ataupun yang sudah dewasa.25 Penjelasan ini sangat tepat dengan penggunaan kata

al-walad untuk menunjukkan makna anak secara umum sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya pada syarah mufradat.

لابق مبث ملبس و هبيلع هبللا ىلبص ه للا لوسر هيلإ رظنف

( محري ل محري ل نم )

“Maka Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda: Barangsiapa yang tidak mengasihi ia tidak dikasihi.”

Rasulullah saw menoleh karena terkejut atau bahkan marah dengan pernyataan al-Aqra’, lalu kemudian beliau bersabda: man la> yarh}am la> yurh}am. Susunan kalimat di atas terdiri dari satu

25 Abu> al-‘Ala> Muh}ammad ‘Abdu al-Rah}ma>n bin ‘Abdi al-Rahi>m,

(10)

kata pokok yang sama yaitu rah}ima-yarh{amu, yang pada frase pertama berbentuk ma’lu>m, sedangkan pada frase kedua berbentuk majhu>l.

Kata yarh}am (frase yang pertama) bermakna perbuatan atau amal dan fa>’ilnya adalah manusia, sedangkan frase yang kedua (yurh}amu ) adalah bermakna balasan, dan fa>ilnya sebenarnya adalah Allah, namun karena hal tersebut telah dapat dimaklumi walaupun tidak disebutkan secara eksplisit, maka pada kalimat ini berbentuk majhul, karenanya tidak perlu disebut fa>’ilnya. 26

Adapun baris akhir kedua frase tersebut adalah bisa marfu untuk menunjukkan huruf man adalah mausu>lah, dan bisa pula

majzu>m untuk menjadikannya susunan kalimat syart}iyyah.27 Di

bawah ini dijelaskan beberapa pandangan ulama mengenai hal tersebut.

1. Al-H{afz\ bin H{ajar mengatakan bahwa kedua frase tersebut adalah menunjukkan khabar atau sekedar kalimat berita atau pernyataan, sehingga keduanya dibaca rafa, yaitu man la> yarh}amu la> yurh}amu. Dan Iyad berkata bahwa kabar tersebut menunjukkan keumuman lafaznya, meskipun sabab al-wuru>dnya adalah spesifk.

2. Abu> al-Baqa> mengatakan bahwa huruf man yang ada pada kalimat tersebut adalah man penghubung dan

26 Al-Mana>wi>, Abdul Ra'uf, Faid}ul Qadi>r, Juz VI (t.d.), h. 310.

(11)

susunan kalimatnya menunjukkan syarat, bahwa siapa yang ingin disayangi, maka syaratnya adalah orang itu harus menyayangi terlebih dahulu. Maka keduanya

majzu>m, yaitu man la> yarh}am la> yurh}am. Man

adalah termasuk salah satu dari sembilan ism yang menjazamkan dua fi’il muda>ri’ ketika susunan kalimatnya adalah syart}iyyah, fungsinya adalah sebagai pengganti bagi yang berakal. I’rabnya adalah man sebagai ismu syart}in, fi’il yang pertama (yarh}am ) sebagai fi’lu syart}in, dan fi’il yang kedua (yurh}am ) adalah jawa>bu syart}in.28

3. Al-T{ayyibi>

Dijelaskan bahwa kalimat tersebut bisa marfu>’ dan

majzu>m, karena huruf man pada kalimat tersebut bisa berfungsi sebagai mausulah ataupun syart}iyyah. Dan penggunaan kata yarh}am pada awal kalimat tersebut bertujuan untuk menyamakan dan menyepadankannya dengan kata yurh}am, karena makna sebenarnya adalah barangsiapa yang tidak menyayangi anak-anak, maka ia tidak akan disayangi oleh Allah.

E. Hikmah-Hikmah

(12)

Adapun hikmah yang dapat dipetik dari hadis tersebut antara lain:

1. Setiap orang harus siap menerima konsekuensi dari perbuatannya sendiri. Orang yang tidak mengasihi orang lain, tidak akan dikasihi oleh Allah.

2. Rasulullah saw. adalah orang yang sangat penyayang. 3. Diperbolehkan mencium anak kecil sebagai bentuk kasih

sayang, dan bukan karena nafsu.

4. Orang tua harus mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang, untuk membentuk kepribadian seorang anak.

5. Salah satu ajaran islam adalah tentang berkasih sayang antara sesama manusia.

6. Islam sangat memperhatikan akhlak kepada sesama manusia.

7. Islam agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, sampai hal terkecil sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA

(13)

‘Abdu al-Rah}ma>n, Abu> al-‘Ala> Muh}ammad. Tuh}fatu al-Ahwaz\i>. Juz IV, Kairo: Syirkatu Quds li Nasyri wa al-Tauz\i>’, 2009 M.

Al-‘Askari>, Abu> Hila>l. al-Furu>q al-Lug}awiyah. Juz I.

Al-Asqala>ni>, Ah}mad bin ‘Aly Ibn H{ajar. Fath}u al-Ba>ri Syarh} S}ah}i>h{ al-Bukha>ri>. Juz X, Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1379 H.

Bisri, Adib dan Munawwir AF. Kamus al-Bisri. Cet. I; Surabaya: Pustaka Progressif, 1999 H.

Al-Fat}a>ni>, Ah}mad bin Muh}ammad Zain bin Mus}t}afa>.

Tashi>l al-Nail al-Ama>ni>. t.t: Maktabah al-Syaikh Sa>lim bin Sa’ad Nabha>n, t.th.

Al-Fuyu>mi>, Ah}mad bin Muh}ammad bin ‘Ali> al-Maqri>.

Misba>h} al-Muni>r, Juz II. Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, t.th.

Ibnu Bat}t}a>l. Syarh} Ibnu Bat}t}a<>l, Juz XVII.

Al-Isfaha>ni>, al-Ra>g}ib. Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur'a>n.

Beirut: Da>r al-Ma’rifah, t.th.

Al-Ja’f>, Muh}ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdilla>h al-Bukha>ri>. S}ah}i>h al-Bukha>ri>. Juz V, Beirut: Da>r Ibnu Kas\i>r, 1987 M.

(14)

Makki , Muh}ammad bin ‘Alla>n Siddi>qi> Sya>f’i> al-Asy’ari> . Dali>l Fa>lih}i>n li Turu>q Riya>d} al-S}a>lih}i>n, Juz II . Beirut: Da>r al-Fikr, t.th.

Al-Mana>wi>, Muh}ammad ‘Abdul Rauf. Al-Tauqi>f ‘ala> Mahma>t al-Ta’a>ri>f. Cet. I; Beirut: Da>r al-Fikr, 1410 H.

_______________________________, Faid}ul Qadi>r Syarh} Ja>mi’ al-S}ag}i>r. Juz VI, Mesir: al-Maktabah al-Tija>riyyah al-Kubra>, 1356 H.

Al-Mis}ri>, Muh}ammad bin Mukrim bin Manz}u>r al-Afri>qi>.

Lisa>n al-‘Arab. Juz IV. Beirut: Da>r S{adir, t.th.

Al-Nawawi>, Abu> al-Zakariyya> bin Syarf. Riya>d} al-Sa}lih}i>n, Menggapai Surga dengan Rahmat Allah, diterjemahkan oleh Abdul Rasya>d al-S{iddi>qi>. Cet. V; Jakarta: Akbar Media, 2011 M.

Al-Ni>sabu>ri>, Muslim bin H}ajjaj> Abu> H}usain al-Qusyairi>. S}ah}i>h Muslim. Juz IV, Beirut: Da>r Ihya>' al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.

Al-Qa>ri>', Al-Mala> ‘Ali. Marqa>tu al-Mafa>ti>h Syarh}u Misyka>ti al-Mas}a>bi>hi, Juz VIII. Cet. I; Beirut: Da>r al-Fikr, 1992 M.

Al-Ra>zi>, Muh}ammad bin Abi> Bakr bin ‘Abdi al-Qa>dir.

(15)

Al-Suyu>t}i>, Jala>l al-Di>n. Al-Lam’u fi> Asba>b Wuru>d al-Hadi>s, Juz I.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Karena keberhasilan budidaya rumput laut sangat erat kaitannya dengan ketepatan dalam pemilihan dan penentuan lokasi yang tepat (Puja et al.,2001). Olehnya

Bahan pangan yang kini banyak diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasanya menarik, tetapi juga harus memiliki

Produsen kita harus lebih berpandangan futuristik dan menerapkan teknologi tepat guna dengan berpijakan pada prinsip agroindustri bahwa keseluruhan

(3) Terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, segera dilakukan tindakan penagihan pajak dengan surat paksa, surat

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan jerami padi tanpa fermentasi dan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio terhadap pertumbuhan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pakan menggunakan jerami terfermentasi dengan MOD-71 dengan berbagai level (2 cc, 4 cc, dan 6 cc) dalam pakan domba lokal

Data primer meliputi (1) sosial ekonomi responden, umur, jenis kelamin, pendidikan, jumlah anak, pendapatan dan pengeluaran per-bulan (2) aktifitas fisik (kemampuan

Pada awalnya batik Belanda tidak menampilkan pola-pola buketan. Namun demikian, seiring dengan adanya perkembangan polanya, maka batik Belanda pun menampilkan ragam hias