24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Seting dan Karakterisitik Subjek Penelitian
Pada bab ini berisi tentang waktu, tempat dan subjek penelitian yang akan dilakukan dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi peserta didik laki-laki dan perempuan, latar belakang dan siapa saja yang terlibat dalam penelitian ini.
3.1.1. Seting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02. Lokasi sekolah berada di pinggiran kota dan dekat jalan raya. Beralamatkan di Jl Mardi utomo No 16 Sidorejo kidul. Luas sekolah 3.467 m2 memiliki halaman sekolah dan lapangan.. Berikut denah lokasi sekolah :
Gambar 3.1
25
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu bulan Januari sampai bulan Mei 2015. Bulan Februari persiapan dengan membuat proposal penelitian, bulan Maret merupakan perencanaan tindakan dalam melakukan penelitian dan bulan April merupakan pelaksanaa penelitian siklus I, silklus siklus II. Minggu ketiga bulan April sampai bulan Mei merupakan pengolahan data hasil penelitian, menyusun laporan penelitian, konsultasi laporan serta persiapan ujian.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Keterangan
Waktu
Februari 2015
Maret 2015
April 2015
Mei 2015
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Perencanaan
3 Pelaksanaan I II
4 Pelaporan
3.1.2 Karakterisitik Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga pada tahun pelajaran 2014/2015, jumlah siswa sebanyak 33 siswa, yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Sebagian besar siswa adalah anak buruh dan petani. Banyak siswa yang kurang terpantau dalam perkembangan belajarnya. Secara umum karakteristik taraf kognitif siswa masih rendah. Siswa yang taraf kognitifnya tinggi dengan siswa yang taraf kognitifnya rendah terpaut jauh.
26
3.2. Jenis dan Desain Penelitian
Pada sub judul jenis penelitian dan desain penelitian ini akan diuraikan menjadi dua sub judul yaitu jenis penelitian dan desain penelitian. Jenis penelitian akan membahas mengenai jenis penelitian yang akan peneliti lakukan, sementara desain penelitian lebih kepada model atau rancangan penelitian yang akan di jadikan acuan oleh peneliti di dalam melaksanakan tindakan penelitian.
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), sering disingkat dengan PTK. PTK adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran (Arikunto, 2009). Pada penelitian ini berkolaboratif dengan guru kelas. Guru sebagai pelaksana pembelajaran dan guru sejawat yang ditunjuk sebagai observer.
3.2.2 Desain Penelitian
Desain Penelitian ini direncanakan dengan menggunakan desain penelitian yang dikembangkan Arikunto melalui desain Kemmis dan Taggart yang menggambarkan adanya empat langkah, meliputi: “perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)”. Arikunto (2009:97) melalui desain Kemmis dan Taggart menyatakan bahawa
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakuakan. Penelitian tindakan yang ideal sebenarnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi.
Tahap 2: Pelaksanaan tindakan (Acting)
27
dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan.
Tahap 3: Pengamatan (Observing)
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Tahap 4: Refleksi (Reflecting)
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
Desain bagan dalam penelitian ini menurut Kemmis dan Taggart dalam Arikunto (2009:97) sebagai berikut:
3.3. Rencana Tindakan
Kemmis dan Taggart dalam (Arikunto, 2009:97) yang menggambarkan adanya empat langkah, meliputi: “perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)”. Rencana tindakan penelitian ini dilaksanakan pada siklus I, siklus II, dan dengan dikenai tindakan yang sama.
Pada siklus I melakukan perencanaan meliputi : (a) tahap perencanaan yaitu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menentukan Standar
Gambar 3.2
28
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilakukan peneliti. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam indikator. Indikator kemudian dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran. Merumuskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru dengan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS), menetapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi. Membuat lembar observasi guru dan membuat evaluasi pembelajaran. Tahap kedua yaitu (b) tahap pelaksanaan, merupakan implementasi kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru kelas 5. Tahap ketiga (c) tahap observasi kegiatan pembelajaran dilakukan oleh observer. Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas, kegiatan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran CLIS dan hasil belajar peserta didik dalam evaluasi pembelajaran. Tahap keempat yaitu (d) tahap refleksi, dilakukan selama dan setelah tindakan dilakukan. Semua informasi yang diperoleh dianalisis dan mengkaji hambatan, kekurangan, kelemahan pada siklus pertama sebagai dasar penentuan dan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Untuk mengetahui perubahan atas tindakan yang telah diberikan dengan membandingkan antara hasil belajar IPA setelah diberi tindakan dengan hasil belajar IPA pada tindakan sebelumnya. Berdasar dari hasil tersebut, diadakan tindak lanjut apabila tindakan yang telah dilakukan tidak menghasilkan perubahan yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Kelebihan akan dipertahankan dan kekurangan akan diperbaiki pada tindakan berikutnya yang didiskusikan dengan guru kelas 5.
Siklus II dirancang berdasarkan refleksi pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau kekurangan pada siklus I.
3.4. Variabel Penelitian
29
tentang hal tesebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012:38) Dalam penelitian tindakan kelas terdapat 2 variabel yang digunakan yaitu:
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel independent atau variabel bebas “merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat) (Sugiyono, 2012:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Children Learning In Science ( CLIS ) yaitu model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel dependent adalah “variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas” (Sugiyono, 2012:39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah proses belajar IPA dan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga. Trianto (2014:143) yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses yang diukur dengan penilaian observasi selama pembelajaran. Nawawi (2007 : 39 ) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Dalam penelitian ini hasil belajar yang digunakan adalah aspek kognitif berdasarkan hasil yang diperoleh dari skor evaluasi pada akhir setiap siklus. Hasil belajar IPA diukur menggunakan tes formatif. Nilai keberhasilan siswa dianalisis menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan rata-rata nilai kelas. Sehingga dapat diketahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
3.5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data
30
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik tes. Sedangkan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan butir soal tes dengan bentuk pilihan ganda.
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam PTK ini, teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan observasi dan tes.
a) Observasi
“Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian ketika peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian” dalam Hamzah (2011:90). Observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan pembelajaran IPA model Children Learning In Science(CLIS). Observasi dilakukan dalam tim kolaborator yang terdiri dari guru sebagai pelaksana pembelajaran dan mahasiswa sebagai observer. Penilaian pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk centang atau ceklis meliputi menilai pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, dan mengobservasi keaktifan siswa secara berkelompok.
b) Tes
“Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka” dalam Hamzah (2011:104). Penilaian dilakukan dengan bentuk soal pilihan ganda pada setiap siklus untuk mengukur perkembangan hasil belajar siswa sesudah menerapkan pembelajaran IPA model Children Learning In Science(CLIS).
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi untuk mengukur aktivitas guru dan aktivitas siswa, dan butir soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
a) Lembar Observasi
31
observasi ini dengan memberikan tanda checklist (√) sesuai hasil yang diamati observer terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Adapun kisi-kisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa disajikan dalam tabel 3.2 dan table 3.3.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru
No Aspek Indikator Nomor b. Membuka pembelajaran
1
2
2
2. Orientasi c. Melakukan Orientasi berupa apersepsi.
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
a. Memberikan pertanyaan terbuka tentang materi. b. Meminta siswa menyusun
gagasan atau pendapat. c. Melakukan tanya jawab
untuk menggali gagasan awal
5
6
7
32 d. Meminta membandingkan
gagasannya dengan pengertian ilmiah di buku teks.
e. Meminta siswa melakukan observasi atau praktikum f. Meminta siswa melaporkan
hasil observasi atau praktikum. lingkungan sekitar yang berhubungan dengan
7 Penutup a. Memberikan tindak lanjut b. Menutup pelajaran dengan
salam.
17 18
2
33
Tabel 3.3
Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Aspek Indikator Nomor
a. Menyiapkan perlengkapan pembelajaran.
b. Membuka pembelajaran
1
2
2
2. Orientasi a. menanggapi orientasi yang berupa apersepsi.
b. Memperhatikan secara seksama ketika guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
pertanyaan terbuka yang diberikan guru.
b. Menyusun gagasan atau pendapatnya dalam bentuk tulisan.
c. Menjawab pertanyaan guru untuk menggali gagasan awal.
5
6
7
34
c. Menyampaikan gagasan. d. Membandingkan
f. Melaporkan hasil observasi atau praktikum.
a. Menganalisis fenomena lingkungan sekitar yang berhubungan dengan materi
14 1
6 Pemantapan Gagasan
a. Menyimpulkan materi yang dipelajari.
b. Merespon refleksi yang diberikan guru
15
16
2
7 Penutup a. Memperhatikan tindak lanjut yang diberikan guru b. Menutup pelajaran
17 18
2
35
b) Butir Soal
Instrumen butir soal tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran dan sebagai pembanding peningkatan hasil belajar antar siklus. Soal tes ini berbentuk pilihan ganda yang diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran tiap siklus. Kisi-kisi soal tes pada siklus I dan siklus II sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kisi-kisi Soal Tes Siklus I dan II
36
3.6. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum dilaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti menguji instrumen soal yang akan digunakan. Instrumen yang akan digunakan sebelumnya harus diuji validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukarannya. Uji validitas dan reabilitas ini di ujikan kepada siswa kelas 5 SD N Tingkir Tengah 01 Salatiga yang berjumlah 28 siswa.
3.6.1 Uji Validitas
37
Uji validitas dilakukan menggunakan acuan toleransi kesalahan sebesar 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95%. Pelaksanaan uji validitas instrumen dilakukan di kelas 5 SD N Tingkir Tengah 01 dengan jumlah peserta tes adalah 28 siswa, dengan jumlah responden (N) = 28, maka nilai rtabel = 0,374 dengan taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2012:333). Nilai rxy ditentukan dengan menghitung nilai corrected item to total correlation menggunakan aplikasi Statistical Package For the Social Science (SPSS) versi 22. Sebelum tindakan jumlah soal dibuat sebanyak 30 butir soal pilihan ganda untuk tiap siklus. Hasil uji validitas siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 3.5 dan table 3.6 berikut ini :
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus 1
Analisis Data
Soal Evaluasi Hasil Belajar Siklus I
Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid
Analisis I
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 30
13, 19, 23 ,28, dan 29
Analisis II
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 30
-
38
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II
Analisis Data
No. Item Soal Evaluasi Hasil Belajar Siklus II Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid
Analisis I
2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 27, 28, 29
1, 8, 10, 22, 25, 26, dan 30
Analisis II
2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 27, 28, 29
-
Berdasarkan hasil uji validitas 30 item soal terdapat 7 item soal yang tidak valid yaitu item soal nomor 1, 8, 10, 22, 25, 26, dan 30. Sedangkan 23 soal yang lainnya terbukti valid setelah di uji menggunakan SPSS versi 22 for Windows. Soal yang valid tersebut kemudian peneliti gunakan sebagai soal evaluasi pada siklus II. Output data statistik hasil uji validtitas intrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Arikunto (2009:178) menyatakan bahwa “ apabila data benar-benar sesuai dengan kenyataannya, maka beberapa kali pun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan“. Uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS 22. Kriteria untuk menentukan tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman yang dikemukakan oleh George dan Marley dalam Wardani, N. S. (2010:35) pada table 3.7 sebagai berikut :
Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas
No Indeks Interprestasi
1 α ≤ 0,7 tidak dapat diterima
2 0,7 ≤ α ≤ 0,8 dapat diterima
3 0,8 ≤ α ≤ 0,9 reliabilitas bagus
39
Hasil perhitungan uji reliabilitas pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 3.8 dan tabel 3.9 sebagai berikut :
Cronbach's Alpha N of Items
,912 25
Cronbach's Alpha N of Items
,910 23
Tabel 3.8 menunjukan bahwa pada siklus I dari 25 butir soal yang valid memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar 0,912 Hal ini menunjukan bahwa reliabilitasnya memuaskan , sehingga soal yang valid dan reliabel sebanyak 25 butir soal dapat digunakan sebagai intrumen dalam penelitian. Tabel 3.9 menunjukan bahwa pada siklus II dari 23 butir soal yang valid memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar 0,910. Hal ini menunjukan bahwa reliabilitasnya bagus, sehingga 23 butir soal tersebut dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian.
3.7. Uji Taraf Kesukaran Instrumen
Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reabilitas juga harus mempertimbangkan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Menurut Sudjana (2014:137) cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II Tabel 3.8
40
Keterangan :
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal;
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal;
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan. Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soaal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai tersebut:
a. 0,0 – 0,30 = soal kategori sukar; b. 0,31 – 0,70 = soal kategori sedang; c. 0,71 – 1,00 = soal kategori mudah.
Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal siklus I dan II dapat dilihat hasil indeks kesukaran intrumen pada table 3.10 sebagai beriku :
Tabel 3.10
Hasil Aalisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus I
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,0 – 0,30 Sukar 4, 8, 14, 20, 21, 22, 27 7 0,31 – 0,70 Sedang 2, 3, 6, 10, 12, 15, 16, 17, 18, 24, 26, 30 12
0,71 – 1,00 Mudah 1, 5, 7, 9, 11, 25 6
Total 25
Dari data tabel 3.10 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus I, dapat diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran item soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 25 soal terdapat 7 soal dengan kategori sukar, 12 soal dengan kategori sedang, dan 6 soal dengan kategori mudah.
Selanjutnya untuk data hasil analisis tingkat kesukaran item soal siklus II hasilnya sebagai berikut:
I=
𝐵
41
Tabel 3.11
Hasil Aalisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus II
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,0 – 0,30 Sukar 5, 14, 18, 19, 21, 27 6
0,31 – 0,70 Sedang 2, 4, 6, 9, 12, 13, 16, 17, 20, 28 11
0,71 – 1,00 Mudah 3, 7, 11, 15, 23, 24, 6
Total 23
Dari data tabel 3.11 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus I, dapat diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran item soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 23 soal terdapat 6 soal dengan kategori sukar, 11 soal dengan kategori sedang, dan 6 soal dengan kategori mudah.
Mendasakan dari hasil uji validitas, reliabilitas dan kesukaran instrumen maka pada penelitian ini ditetapkan 20 butir soal pada siklus I dan 20 butir soal pada siklus II yang digunakan sebagai instrument penelitian.
3.8. Teknik Analisis Data
Data kualitatif yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa dan refleksi dari tiap-tiap siklus, sedangkan data kuantitatif menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan kondisi sebelum tindakan, nilai tes setelah siklus I, nilai tes setelah siklus II.
3.8.1 Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. “Langkah pertama dalam proses pengolahan hasil belajar adalan pengskoran dari data mentah berdasarkan hasil belajar siswa (Arifin, 2009:221)”. Selanjutnya angka-angka hasil penilaian diubah menjadi nilai-nilai untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai hasil belajar siswa.
42
a. Penskoran soal bentuk pilihan ganda
Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda menurut Zaenal Arifin (2009:229) ada tiga macam yaitu “penskoran tanpa koreksi, penskoran ada koreksi, dan pengskoran dengan butir beda bobot”. Peneliti menggunakan teknik penskoran tanpa koreksi yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung pada bobot butir soal). Skor peserta didik diperoleh dengan cara menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar dengan menggunakan rumus:
(Arifin, 2009:229) Keterangan :
B = jumlah jawaban benar N = jumlah soal
Skala = 0-100
b. Menghitung rata-rata hasil belajar menggunakan rumus:
(Sudjana, 2014) keterangan :
X = rata-rata (mean). ∑X = jumlah seluruh skor. N = banyaknya subjek.
Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Children Learning In Science dapat digolongkan menjadi lima kriteria. Kriteria ketuntasan belajar secara klasikal adalah sebagai berikut:
Skor =
𝐵𝑁
X
100
X =
∑ 𝑋43
Tabel 3.12
Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal
(%) Kualifikasi
90% - 100% Sangat baik
80% - 89% Baik
70% - 79% Cukup
60% - 69% Kurang
<59% Kurang sekali
c. Menentukan batas minimal ketuntasan belajar
Dalam penelitian ini setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65.
3.8.2 Data Kualitatif
44
(Purwanto, 2013) Keterangan :
S = skor yang dicari
R = skor mentah yang diperoleh
N = skor maksimum-ideal dari tes yang bersangkutan
SM = Standard Mark (besarnya skala penilaian yang dikehendaki) 1-100 (%) Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, maka kriteria hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Children Learning In Science dapat digolongkan menjadi lima kriteria. Kriteria hasil observasi secara klasikal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.12
Kriteria Hasil Observasi Klasikal Aktivitas Guru dan Siswa
(%) Kualifikasi
90% - 100% Sangat baik
80% - 89% Baik
70% - 79% Cukup
60% - 69% Kurang
<59% Kurang sekali
3.9. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga melalui model pembelajaran Children Learning in Sciense pada pembelajaran IPA meliputi indikator proses dan hasil. Indikator proses dan hasil dijabarkan sebagai berikut:
S =
𝑅45
3.9.1 Indikator Proses
Indikator proses merupakan indikator keberhasilan dari proses pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa melalui penerapan model pembelajaran Children Learning in Sciense. Pada penelitian ini aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Children Learning in Sciense dapat dikatakan berhasil apabila mengalami peningkatan secara signifikan minimal 10%.
3.9.2 Indikator Hasil