LAPORAN KEPANITERAAN ORTODONSIA
PROSEDUR PERAWATAN ORTODONTIK
(PASIEN BARU KE - 1)
NOMOR MODEL
0 9 6
1 4
0
2 0
Nama Pasien : Septiana Indriawan No. Kartu Status : 108814
Operator : Euis Sugiarti NIM : 09/280649/KG/8415
Pembimbing : drg. Sri Suparwitri, S.U., Sp. Ort (K)
BAGIAN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BAGIAN ORTODONSIA I. IDENTITAS
Operator : Euis Sugiarti
No. Mhs : 09/280649/KG/8415
Pembimbing : drg. Sri Suparwitri, S.U., Sp. Ort (K) Nomor Model : 096 14 0 20
Nama Pasien : Septiana Indriawan
Suku : Sunda
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kesehatan Sendowo B39A Telepon : 085643923907
Pekerjaan : Mahasiswi
Nama Ayah : Wawan Abdusakur
Suku : Sunda
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta Nama Ibu : Yayan Yuliana
Suku : Sunda
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat orang tua : Jl. Mayor M. Mahfud No. 9, Sukabumi, Jawa Barat Telepon : 085620647309
II. WAKTU PENDAFTARAN
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis) 1. Keluhan Utama :
Pasien datang atas dasar kemauan sendiri ingin merapikan gigi-gigi depan atas dan bawah yang tidak teratur dan berjejal.
2. Riwayat kesehatan :
Kesehatan umum pasien baik, pasien tidak memiliki riwayat alergi ataupun penyakit menular. Pasien juga tidak sedang dalam perawatan dokter dan tidak memiliki riwayat penyakit yang dapat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi dan penyakit yang dapat menghambat proses perawatan ortodontik.
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi-geligi : a. Periode gigi desidui
Gigi susu lengkap dan tumbuh dengan baik. Tidak ada keluhan apapun saat periode ini.
b. Periode gigi bercampur
Gigi susu yang mulai goyah sebagian dicabut sendiri, dan sebagian pernah di cabut ke dokter gigi. Pada periode ini keluhan pasien belum dirasakan.
c. Periode gigi permanen
Pada periode ini keluhan utama sudah dirasakan pasien. Pasien pernah ke dokter gigi untuk membersihkan karang gigi.
4. Kebiasaan buruk yang berkaitan dengan keluhan pasien : Ada Jenis
kebiasaan
Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan
Menggigit pensil
SMP-sekarang jarang ringan Dilakukan dikedua sisi ke arah
belakang Bernapas
lewat mulut
5. Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien : a. Ayah : susunan gigi rapi
b. Ibu : gigi depan berjejal c. Anak I (Laki-laki) : susunan gigi rapi d. Anak II (perempuan) : pasien
Keterangan : Keluhan pasien kemungkinan karena adanya faktor herediter
B. Pemeriksaan Subjektif 1. Umum
a. Jasmani : Baik, pasien tampak sehat, tidak menderita penyakit sistemik, tidak terdapat kelainan pada rongga mulut secara umum.
b. Mental: Baik, pasien kooperatif, terbuka, dan komunikatif c. Status gizi
Tinggi badan : 1.48 m Berat badan : 48 kg Indeks Masa Tubuh = 48/(1,48)2 = 21,9 kg/m
Status gizi : Normal Kategori : Normal 2. Lokal
a. Ekstraoral : 1) Kepala
Lebar kepala : 114 mm Panjang kepala : 152 mm
Indeks kepala = lebar kepala maksimum x 100 = 114 mm x 100 = 75,0 Panjang kepala maksimum 152 mm
Bentuk kepala : mesosefali 2) Muka
3) Profil Muka: Cembung Normal 4) Garis Simon (Bidang Orbita)
Rahang atas : 1/3 distal gigi C
Rahang bawah : interdental gigi C dan P1
Ket : Posisi rahang terhadap bidang orbita/Garis Simon normal 5 ) Sendi temporomandibular (TMJ) :Normal
Keterangan : tidak terdapat kelainan pada TMJ baik itu pergesaran kondilus, kliking, ataupun krepitasi saat pasien diintruksikan membuka dan menutup mulut.
6 ) Tonus Otot Mastikasi :Normal
Keterangan : tidak dirasakan kondisi otot mastikasi yang terlalu kencang ataupun kendor saat pasien diminta melakukan gerakan pengunyahan.
7) Tonus Otot Bibir :Normal
Keterangan : otot bibir atas maupun bibir bawah tidak terlalu kencang ataupun kendor saat kaca mulut diletakkan diatasnya dan pasien diminta untuk menelan ludah.
8) Bibir Istirahat :Normal, tertutup, kompeten 9) Free Way Space: 2,6 mm
b. Intraoral
1) Higiene mulut :OHI-s : baik 2) Pola atrisi :normal 3) Lingua :sedang
4) Palatum :sedang, terdapat torus palatinus 5) Gingiva :normal, tidak terdapat inflamasi
6) Mukosa :normal, tidak ditemukan peradangan, lesi maupun tumor 7) Frenulum :
Fren. Labii inferior : normal
Fren. Lingualis : normal
8) Tonsila :normal, tidak ada pembengkakan 9) Pemeriksaan gigi geligi
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
Im 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 Im Im 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38 Im
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
Keterangan : X : telah dicabut Im : impaksi
3. Analisis Foto Muka
Keterangan :
A : glabela
B : subnasal
a : glabela
b : upper lip contour
c : lower lip contour
d : pogonion
Tampak depan Bentuk muka : Mesoprosop
4. Analisis Model Studi
a. Bentuk Lengkung gigi : RA : parabola, simetris RB : parabola, simetris b. Malposisi gigi individual
c. Relasi gigi-gigi dan oklusi sentrik
Anterior :overjet : 3,74 mm overbite : 2,14 mm - Palatal bite : tidak ada
- Deep bite : tidak ada
- Open bite : ada, gigi 12 terhadap gigi 43, dan 13 terhadap 44 gigi 23 terhadap gigi 34
- Edge to edge : tidak ada - Cross bite : tidak ada Posterior
- Cross bite : tidak ada - Open bite : tidak ada - Scissor bite : tidak ada - Cup to cup bite : tidak ada
Relasi Molar pertama kanan : Klas I Angle Relasi Molar pertama kiri : Klas I Angle Relasi kaninus kanan : Klas I Angle Relasi kaninus kiri : Klas I Angle
Garis inter insisivi sentral terhadap garis tengah rahang bawah : tidak segaris Penyimpangan : 1,38 mm
d. Lebar mesiodistal gigi-gigi (mm)
Rahang Atas Rahang Bawah
Gigi kanan kiri Normal Ket. kanan Kiri Normal Ket. 1 8,32 8,44 7,40-9,75 N-N 5,60 5,40 4,97-6,60 N-N 2 6,28 6,22 6,05-8,10 N-N 5,52 5,70 5,45-6,85 <kecil-N 3 7,46 7,20 7,05-9,32 N-N 6,20 6,18 6,15-8,15 N-N 4 6,68 6,86 6,75-9,00 <kecil-N 6,68 6,78 6,35-8,75 N-N 5 6,40 6,28 6,00-8,10 N-N 6,84 6,86 6,80-9,55 N-N 6 9,82 10,02 9,95-12,10 <kecil-N 11,38 11,38 10,62-13,05 N-N
7 9,12 8,86 8,75-10,87 N-N 9,30 9,72 8,90-11,37 N-N
Keterangan : terdapat beberapa gigi pada rahang atas dan rahang bawah dengan ukuran yang lebih kecil dari normal, kemungkinan karena adanya malposisi yang dialami pasien.
5. Skema Gigi-gigi dari oklusal
6. Perhitungan-perhitungan a) Metode Pont
Jumlah mesiodistal 12 11 | 21 22 : 29,26 mm Jarak P1- P1pengukuran : 34,32 mm
Jarak P1- P1perhitungan : ΣI x 100 = 36,57 mm
80
Diskrepansi : -2,25 mmïƒ Kontraksi ringan
Jarak M1- M1pengukuran : 47,40 mm
Jarak M1- M1perhitungan : ΣI x 100 = 45,71 mm
64
Diskrepansi : +1,69 mmïƒ Distraksi ringan
Keterangan :
- Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral di regio P1 - P1
mengalami kontraksi ringan sebesar -2,25 yang artinya pertumbuhan lengkung gigi ke arah lateral kurang dari normal.
- Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral di regio M1 - M1
mengalami distraksi ringan sebesar 1,69 artinya pertumbuhan lengkung gigi ke arah lateral lebih dari normal.
b) Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : 17,30 mm
Jarak I- (P1- P1) pengukuran : 15,70 mm
Diskrepansi : -1,60ïƒ Retraksi
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anteropoterior kurang dari normal (mengalami retraksi sebesar 1,60 mm).
c) Metode Howes
Jumlah lebar mesiodistal M1- M1 : 89,98 mm
Indeks P : Jarak P1- P1 x 100% = 43,22% (>43%)
Md M1- M1
Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi :Lebih Jarak Inter Fossa Canina : 37,60 mm
Indeks Fossa Canina: Jarak FC x 100% = 41,78 (<44%) Md M1- M1
Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi :Kurang Inklinasi gigi-gigi regio posterior :Divergen
Keterangan:
- Indeks P > 43% lengkung gigi cukup untuk menampung gigi-geligi dalam kedudukan yang baik.
- Indeks FC < 44 % lengkung basal tidak cukup untuk menampung gigi-geligi dalam kedudukan yang baik.
- Indeks fossa canina < indeks premolar, inklinasi gigi regio posterior divergen.
d) Determinasi Lengkung Gigi Overjet awal : 3,74 mm Retraksi RA : 1,74 mm Overjet akhir : 2,00 mm
Rahang atas:
Panjang lengkung ideal : 70,14 mm Kanan : 35,14 mm Kiri : 35,00 mm Lebar mesiodistal P2-P2 : 77,50 mm Kanan : 38,78 mm Kiri : 45,02 mm Diskrepansi : -7,36 mm Kanan : -3,64 mm Kiri : -3,72 mm
Rahang bawah:
Hasil Penapakan:
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
Kasus maloklusi menyangkut masalah estetik, dental,crowding, dan malposisi individual. Solusi Masalah :
Rahang atas : pencabutan Rahang bawah : pencabutan
V. DIAGNOSIS FINAL
Maloklusi angle Klas I tipe dental, crowding pada gigi anterior rahang atas dan rahang bawah kanan dan kiri, open bite anterior pada gigi 12 terhadap gigi 43, gigi 13 terhadap gigi 44, dan gigi 23 terhadap gigi 34 serta malposisi gigi individual yaitu : 11 labioversi, 12 labioversi, 13 mesiolabiotorsiversi, 21 mesiolabioversi, 22 distolabioversi, 23 mesiolabiotorsiversi, 31 mesiolinguotorsiversi, 41 mesiolinguotorsiversi, 43 mesiolabiotorsiversi. Pasien memiliki kebiasaan buruk menggigit pensil dan bernafas lewat mulut.
Keterangan :
: lengkung awal
VI. ANALISIS ETIOLOGI 1. Maloklusi
Maloklusi pasien adalah maloklusi angle Klas I tipe dental. Disebut tipe dental karena pada kedua rahang terdapat gigi-gigi dalam hubungan abnormal satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pengukuran garis Simon, didapatkan garis Simon pasien, rahang atas berada di 1/3 distal gigi C dan rahang bawah berada di interdental gigi C dan P1.
2. MalrelasiOpenbite
Openbite pada gigi 12 terhadap gigi 43, gigi 13 terhadap gigi 44, dan gigi 23 tehadap gigi 34 disebabkan kemungkinan karena adanya gigi yang malposisi, berdampak pada malrelasi gigi, dan kemungkinan karena kebiasaan pasien mengigit pensil pada kedua sisi dapat memperparah terjadinyaopenbite.
3. Malposisi gigi individual
Crowding yang dialami pasien disebabkan karena faktor ekstrinsik dan instrinsik.
Faktor ekstrinsik berasal dari kebiasaan buruk pasien dan herediter, sedangkan faktor instrinsik berasal dari kurangnya lebar lengkung gigi dan lengkung basal pada pasien. Berdasarkan hasil radiograf, terlihat adanya gigi molar tiga yang impaksi pada semua regio, hal ini kemungkinan menjadi salah satu penyebab keparahancrowding.
Rahang atas
- Gigi 11 labioversi
Kemungkinan I : karena premature loss pada gigi 51 sehingga gigi 11 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 11 bergerak ke arah labial.
Kemungkinan II : karena persistensi pada gigi 51 sehingga gigi 11 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 11 bergerak ke arah labial.
Kemungkinan III : karena kebiasaan buruk pasien bernapas lewat mulut, maksila tumbuh lebih kedepan sehingga gigi 11 tumbuh lebih ke labial.
Kemungkinan III : karena kebiasaan buruk pasien bernapas lewat mulut, maksila tumbuh lebih kedepan sehingga gigi 12 tumbuh lebih ke labial.
- Gigi 13 mesiolabiotorsiversi
Kemungkinan I : karena premature loss pada gigi 53 sehingga gigi 13 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 11 mengalami rotasi dan bergerak ke arah mesial dan labial.
Kemungkinan II : karena persistensi pada gigi 53 sehingga gigi 13 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 13 mengalami rotasi dan bergerak ke arah mesial dan labial.
Kemungkinan III : karena kebiasaan buruk pasien bernapas lewat mulut dan menggigit pensil, gigi 13 mengalami rotasi dan bergerak ke arah mesial dan labial. - Gigi 21 mesiolabioversi
Kemungkinan I : karena premature loss pada gigi 61 sehingga gigi 21 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 21 bergerak ke arah mesial dan labial.
Kemungkinan II : karena persistensi pada gigi 61 sehingga gigi 21 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 21 bergerak ke arah mesial dan labial.
Kemungkinan III : karena kebiasaan buruk pasien bernapas lewat mulut, maksila tumbuh lebih kedepan sehingga gigi 21 tumbuh lebih ke labial.
- Gigi 22 labioversi
Kemungkinan I : karena premature loss pada gigi 62 sehingga gigi 22 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 22 bergerak ke arah labial.
Kemungkinan II : karena persistensi pada gigi 62 sehingga gigi 22 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 22 bergerak ke arah labial.
Kemungkinan III : karena kebiasaan buruk pasien bernapas lewat mulut, maksila tumbuh lebih kedepan sehingga gigi 22 tumbuh lebih ke labial.
- Gigi 23 mesiolabioversi
Kemungkinan I : karena premature loss pada gigi 63 sehingga gigi 23 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 23 bergerak ke arah mesial dan labial.
Kemungkinan III : karena kebiasaan buruk pasien bernapas lewat mulut dan menggigit pensil, gigi 23 tumbuh ke arah mesial dan labial.
Rahang Bawah
- Gigi 31 mesiolinguotorsiversi
Kemungkinan I : karena premature loss pada gigi 71 sehingga gigi 31 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 31 mengalami rotasi dan bergerak ke arah mesial dan lingual.
Kemungkinan II : karena persistensi pada gigi 71 sehingga gigi 31 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 31 mengalami rotasi dan bergerak ke arah mesial dan lingual.
Kemungkinan III : karena kebiasaan buruk pasien menggigit pensil, gigi 31 tumbuh lebih ke arah mesial dan lingual.
- Gigi 41 mesiolinguotorsiversi
Kemungkinan I : karena premature loss pada gigi 81 sehingga gigi 41 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 41 mengalami rotasi dan bergerak ke arah mesial dan lingual.
Kemungkinan II : karena persistensi pada gigi 81 sehingga gigi 41 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 41 mengalami rotasi dan bergerak ke arah mesial dan lingual.
Kemungkinan III : karena kebiasaan buruk pasien menggigit pensil, gigi 41 tumbuh lebih ke arah mesial dan lingual.
- Gigi 43 mesiolabiotorsiversi
Kemungkinan I : karena premature loss pada gigi 83 sehingga gigi 43 kekurangan ruang. Hal ini menyebabkan gigi 43 mengalami rotasi dan bergerak ke arah mesial dan labial.
VII. PROSEDUR PERAWATAN Rencana perawatan
1. Edukasi dan instruksi untuk menghilangkan kebiasaan buruk (bad habit) 2. Edukasi dan instruksi tentang perawatan ortodontik yang akan dilakukan 3. Pencarian ruang pada rahang atas dan rahang bawah
4. Distribusi ruang dan Koreksi malposisi gigi individual rahang atas dan rahang bawah 5. Penyesuaian oklusi
6. Pemasangan retainer
Jalannya perawatan :
1. Edukasi dan instruksi untuk menghilangkan kebiasaan buruk (bad habit)
Pasien diberi penjelasan tentang akibat yang terjadi apabila kebiasaan buruknya masih tetap dilakukan dan menginstruksikan untuk segera menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Kebiasaan tersebut dapat memperparah kondisi gigi yang berjejal dan apabila masih dilakukan selama perawatan berlangsung dapat mengganggu jalannya perawatan karena menyebabkan gigi yang sudah dirawat kembali ke posisi semula.
2. Edukasi dan instruksi tentang perawatan ortodontik yang akan dilakukan
Edukasi kepada pasien mengenai jalannya perawatan ortodontik yang dilakukan meliputi jalannya perawatan, alat yang digunakan dalam perawatan, prognosis perawatan dan biaya yang harus dikeluarkan pasien. Pasien juga diminta melakukan kontrol rutin demi kelancaran proses perawatan ortodontik yang dilakukan.
a. Jalannya perawatan : pasien diberi pengarahan mengenai berapa lama perawatan berlangsung, aturan pemakaian alat, cara membersihkan dan menegaskan kesediaan pasien untuk patuh melakukan nasihat dan instruksi yang diberikan oleh dokter dan operator.
b. Alat yang digunakan : pasien diberi pengarahan mengenai alat ortodontik yang digunakan serta pengarahan alat tersebut terhadap gigi geligi.
d. Kontrol rutin : pasien diberi pengarahan untuk kesediaanya untuk melakukan control rutin dalam jangka waktu yang telah ditetapkan selama perawatan ortodontik dan banyaknya kunjungan ytang harus dilakukan oleh pasien.
3. Pencarian ruang pada rahang atas dan rahang bawah
Berdasarkan perhitungan metode Howes menunjukkan indeks P sebesar 43,22% (>43%) artinya lengkung gigi cukup untuk untuk menampung gigi-gigi dalam kedudukan yang baik sedangkan indeks fossa canina sebesar 41,78% (<44%) artinya lengkung basal tidak cukup untuk menampung gigi-gigi dalam kedudukan yang baik dan inklinasi gigi regio posterior divergen artinya lengkung basal lebih kecil dibandingkan lengkung gigi sehingga hal ini mendasari untuk dilakukan pencabutan.
Rahang atas :
Pada hasil determinasi lengkung, didapatkan diskrepansi pada rahang atas sebesar -7,36 mm (kanan = -3,64 mm, kiri = -3,72 mm) setelah dilakukan retraksi pada rahang atas sebesar 1,24 mm. Menurut Carey, apabila kekurangan ruang pada tiap sisi lengkung lebih dari ½ dari mesiodistal gigi P1 maka dilakukan pencabutan gigi P1 pada sisi tersebut.
Rahang bawah :
Pada hasil determinasi lengkung, didapatkan diskrepansi pada rahang bawah sebesar -4,86 mm (kanan = -2,88 mm dan kiri = -1,98 mm). Kekurangan ruang pada lengkung sebelah kanan lebih dari 1/4 dan kurang dari 1/2 dari mesiodistal gigi P1 maka dilakukan pencabutan gigi pada P1 kiri karena ada pergeseran midline ke sebelah kanan.
3. Adam klamer Ø 0,7 mm pada gigi 16 dan 26 sebagai retensi plat aktif
4. Bucal rectractor Ø 0,6 mm pada gigi 13 dan 23 untuk menggeser gigi kaninus ke arah distal sampai sisa ruang edentulous gigi 14 sebesar 2,76 mm dan sisa ruang edentulous gigi 24 sebesar 2,40 mm.
Perawatan selanjutnya apabila gigi 13 dan 23 sudah bergeser ke distal dengan posisi gigi sudah baik, dilakukan retraksi gigi anterior untuk mengoreksi overjet dan menutup celah yang ada akibat terjadi pergerakan gigi.
Rahang Bawah 1. Plat dasar akrilik
2. Labial arch Ø 0,7 mm dengan U-loop pada edentulous gigi 34 dan pada gigi 44. 3. Adam klamer Ø 0,7 mm pada gigi 36 dan 46 sebagai retensi plat aktif
4. Buccal rectractor Ø 0,6 mm pada gigi 33 untuk menggerakan gigi kaninus ke distal
5. Simple continous spring Ø 0,6 mm pada gigi 31 dan 41 untuk mengoreksi gigi insisvus sentralis kearah labial.
Perawatan selanjutnya apabila gigi 33 sudah bergerak ke distal dan gigi 31 dan 41 sudah terkoreksi, gigi sebelahnya yaitu gigi sebelahnya (gigi 32, 33, 41,42,43) digerakkan secara bertahap sampai sisa ruang tertutup dan pergeseran midline rahang atas terhadap rahang bawah seminimal mungkin.
5. Penyesuaian oklusi
Dilakukan pengecekan denganarticulating paper:
- Pasien diinstruksikan untuk menggigit articulating paper dalam posisi oklusi sentrik.
- Kemudian diinstruksikan untuk melakukan gerakan mastikasi
- Articulating paper diperiksa apakah masih terdapat tonjol oklusal atau incisal yang terlihat berwarna sangat biru, bila ada maka terjadi traumatik oklusi dan dilakukan grinding pada bagian tersebut.
6. Pemasangan retainer
Untuk mencegah hasil perawatan relaps atau untuk mempertahankan lengkung yang telah dikoreksi maka untuk RA dan RB dipasang retainer yang berupa labial arch Ø 0,8 mm dengan U loop pada sisa ruang gigi 14, dan 24 serta pada gigi 35 dan 44 untuk menahan lengkung gigi anterior dan adam klamer Ø 0,7 mm yang dipasang pada gigi 16 26 dan 36 46.
Intruksi prosedur penggunaan retainer pada pasien : 1. Pemakaian 3 bulan pertama
Retainer dipakai siang dan malam, dan pada waktu tidur, baru dilepas pada waktu sikat gigi dan sehabis makan untuk dibersihkan, dengan waktu kontrol sebulan sekali untuk pengecekan apakah hasil perawatan berjalan dengan baik. 2. Pemakaian 3 bulan kedua
Jika dalam 3 bulan pertama masih terdapat kegoyahan gigi atau alat terasa sesak, maka pemakaian rutin diperpanjang selama 3 bulan lagi.
3. Pemakaian 3 bulan ketiga
Setelah sudah tidak terdapat kegoyahan dan sesak pada gigi, pasien tetap menggunakan retainer pada saat tidur malam saja dan kontrol rutin 1 bulan sekali.
4. Pemakaian 3 bulan keempat
VIII. DESAIN/GAMBAR ALAT PLAT AKTIF
Rahang Atas
Rahang Bawah
Keterangan : 1. Plat akrilik
2. Labial arch Ø 0,7 mm 3. Adam klamer Ø 0,7 mm 4. Buccal rectractor Ø 0,7
Keterangan : 1. Plat akrilik
2. Labial arch Ø 0,7 mm 3. Adam klamer Ø 0,7 mm 4. Buccal rectractor Ø 0,7
RETAINER
IX. PROGNOSIS
Prognosis baik, karena pasien kooperatif, komunikatif dan memiliki motivasi yang tinggi untuk merapikan giginya. Selain itu pasien masih muda sehingga kesehatan gigi dan jaringan periodontal baik dan memungkinkan untuk keberhasilan jalannya perawatan serta kasusnya relatif ringan dan bisa dikoreksi menggunakan alat orthodontik lepasan.
Indikasi perawatanïƒ kuratif.
Yogyakarta, April 2014
Pembimbing Operator
Rahang atas Rahang bawah
Keterangan :
1. Labial arch Ø 0,8 mm 2. Adam klamer Ø 0,7 mm 3. Plat akrilik
Keterangan :