• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI HAMBATAN ORGANISASI DENGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI HAMBATAN ORGANISASI DENGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI HAMBATAN ORGANISASI DENGAN SISTEM

PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

Adnan Buyung Nasution1

1,2

Sistem Informasi, STMIK Potensi Utama 3

STMIK Potensi Utama, Jl. K.L. Yosudarso Km, 6.5 No.3A Tanjung Mulia-Medan 1

[email protected]

Abstrak

Perkembangan bisnis dan persaingan bebas serta dampak dari krisis moneter yang pernah terjadi membuat suasana pasar di Indonesia semakin sulit. Sebagian besar pengusaha Indonesia bertahan di dalam suasana tersebut dengan cara-cara yang kurang baik yang pada akhirnya menimbulkan masalah atau hambatan di dalam organisasi usahanya, sehingga mengakibatkan kinerja perusahaan tersebut menjadi terhambat. Pakar psikologi meneliti masalah-masalah yang terjadi dan mengelompokkan masalah-masalah yang disebut blockage. Blockage dapat diketahui dan dicari alternatif solusinya dengan Sistem Pendukung Keputusan menggunakan metode Topsis yang diharapkan akan memperbaiki kinerja karyawan yang berdampak pada kelancaran system pada perusahan.

Kata kunci : Blockage, Topsis

1. Pendahuluan

Unjuk kerja organisasi ditentukan antara lain oleh manusia yang berada dalam organisasi tersebut, agar dapat mengembangkan manusia tersebut secara efektif dan efisien, perlu diketahui kekuatan dan kelemahannya sehingga akan lebih mudah menempatkan mereka dengan tugas-tugas yang sesuai atau mengembangkan mereka sesuai dengan tugas-tugas yang telah disandangnya. Pengetahuan akan permasalahan

yang sesungguhnya terjadi pada perusahaan sebagai organisasi menjadi sangat penting sebagai upaya perusahaan dalam memikirkan strategi dan arah perkembangan perusahaan.

Perkembangan bisnis dan persaingan bebas serta dampak dari krisis moneter yang pernah terjadi membuat suasana pasar di Indonesia semakin sulit. Sebagian besar pengusaha Indonesia bertahan di dalam suasana tersebut dengan cara-cara yang kurang baik yang pada akhirnya menimbulkan masalah atau hambatan di dalam organisasi usahanya, sehingga mengakibatkan kinerja perusahaan tersebut menjadi terhambat.

Pakar psikologi meneliti masalah-masalah yang terjadi dan mengelompokkan masalah-masalah yang disebut blockage. Blockage dapat diketahui dan dicari alternatif solusinya dengan menjawab kuesioner yang telah dirancang khusus.

Dengan adanya kuesioner secara terkomputerisasi berbasis web diharapkan masalah-masalah tersebut dapat diketahui dan dapat dicari solusinya sehingga kerja organisasi menjadi lebih optimal.

2. Tinjauan Pustaka

2.1.Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan (manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi perusahaan atau lembaga pendidikan. Menurut Moore and Chang, Sistem Pendukung keputusan dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan mendukung analisis data, dan pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang tidak biasa.

Kegiatan merancang sistem pendukung keputusan merupakan sebuah kegiatan untuk menemukan, mengembangkan dan menganalisis berbagai alternatif tindakan yang mungkin untuk dilakukan. Tahap perancangan ini meliputi pengembangan dan mengevaluasi serangkaian kegiatan alternatif. Sedangkan kegiatan memilih dan menelaah ini digunakan untuk memilih satu rangkaian tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia dan melakukan penilaian terhadap tindakan yang telah dipilih[1].

2.4. Teori Blockage

Sistem ini di analisa dengan menggunakan teori blockage dengan metode deskriptif untuk menganalisa faktor-faktor hambatan dan metode pembobotan untuk menghitung hasil kuesioner. 1. Inadequate Recruitment & Selection.

(2)

dan proses seleksi yang dilakukan perusahaan, menurut persepsi karyawan. Masalah-masalah tersebut antara lain seperti cara perekrutan yang tidak standar, kualifikasi pegawai yang menurun, pegawai yang dijaring ternyata tidak cocok untuk jabatannya, dan kurangnya kemampuan untuk membedakan antara kandidat yang baik dan yang buruk.

2. Confused Organizational Sructure

Merupakan hambatan dalam struktur organisasi yang kurang efisien, kegiatan kurang terkoordinasi dengan baik, kerangka kerja yang kurang jelas, terdapat masalah dan pekerjaan-pekerjaan yang sering tidak terselesaikan, menurut persepsi karyawan di sebuah perusahaan.

3. Inadequate Control

Merupakan hambatan dalam kendali akan perusahaan, kurang informasi yang relevan untuk penyelesaian masalah, kurangnya kesempatan untuk melakukan diskusi terbuka dalam rangka penyelesaian masalah, kurangnya peninjauan akan kebijakan yang telah dibuat, siklus kerja yang kurang efektif dan efisien, menurut persepsi karyawan di sebuah perusahaan.

4. Poor Training

Merupakan hambatan dalam pengembangan keterampilan karyawan, kurangnya pelatihan yang tepat sasaran dan sistematis, kurangnya perancangan program pelatihan yang tepat bagi perusahaan, menurut persepsi karyawan di sebuah perusahaan.

5. Low Motivation

Merupakan hambatan kurangnya kepedulian atau komitmen karyawan pada pekerjaan dan perusahaan, tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan karyawan, menurut persepsi karyawan di sebuah perusahaan.

6. Low Creativity

Merupakan hambatan penerimaan ide-ide dari karyawan, perusahaan yang menyukai keseragaman pemikiran, kurang berani mengambil resiko untuk menerapkan ide-ide baru, menurut persepsi karyawan di sebuah perusahaan.

7. Poor Teamwork

Merupakan hambatan dalam penyelesaian pekerjaan secara optimal, banyaknya pertengkaran maupun pertikaian tersembunyi, sikap kerja yang individualis, menurut persepsi karyawan di sebuah perusahaan.

8. Inappropriate Management Philosophy Merupakan hambatan dalam hal kesalahan prinsip kerja yang digunakan oleh atasan

persepsi karyawan di sebuah perusahaan. Pihak atasan hanya menganggap para pegawainya sebagai orang-orang malas yang mementingkan uang, sehingga dengan gaji yang standar para pegawai diharapkan menjadi penghasil uang bagi perusahaan. Pimpinan tidak memikirkan kepuasan kerja, dan kualitas hidup pegawainya.

9. Lack of Succession Planning and Management Development Merupakan hambatan dalam kesulitan penetapan sasaran dan pemilihan cara untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, kesulitan dalam mengorganisasi karyawan dan sumber daya yang ada secara efektif, kesulitan dalam memprediksikan karir karyawan di masa mendatang, menurut persepsi karyawan di sebuah perusahaan.

10. Unclear Aims Merupakan hambatan perumusan tujuan perusahaan, kurangnya pemahaman mengenai tujuan yang harus dicapai, kesenjangan antara kerja yang diharapkan pimpinan dan apa yang dilakukan karyawan, menurut persepsi karyawan di sebuah perusahaan. [2]

2.5. TOPSIS (Technique For Order Preference by Similiarity to Ideal Solution)

TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang (1981). Topsis menggunakan prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan terjauh dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak Euclidean untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan solusi optimal. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi negatif-ideal terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut.

Topsis mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relative terhadap solusi ideal positif. Berdasarkan

perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa dicapai. Metode ini banyak

digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana, mudah dipahami, komputasinya efisien, dan memiliki kemampuan mengukur kinerja relatif dari alternatifalternatif

(3)

3. Pembahasan

3.1. Teknik Scoring

Cara skoring atau penilaian dari Blockage Questionnaire adalah sebagai berikut:

1. Pengisian kuesioner secara komputerisasi. 2. Setiap item yang diberi tanda check (√) akan

dikalkukasikan sesuai dengan pengelompokan setiap area masalah.

3. Setiap tanda check (√) akan diberi skor berdasarkan levelnya seperti level “sangat setuju” akan mendapat skor 5, atau level “setuju” akan mendapat skor 4, dan level “kurang setuju” akan mendapat level 3, dan level “tidak setuju” dengan skor 2, dan level “sangat tidak setuju” akan dengan skor 1, pernyataan dalam kuesioner sesuai dengan persepsi dari karyawan atau partisipan di sebuah perusahaan.

4. Tidak ada tanda check (√) akan diberi skor 0 Dari ke-10 area alternatif yang ada, skor 5. masing-masing area akan dikalkulasikan. Skor

minimum untuk tiap area masalah atau alterntif

3.2. Analisis Permasalahan dan Pemecahan Masalah dengan Metode TOPSIS

Kegiatan dalam mengidentifikasi hambatan atau permasalahan dalam perusahaan dengan menggunakan metode Topsis, dalam hal ini penelitian yang pertama sekali dilakukan adalah dengan memberikan kuisoner kepada responden untuk dijawab berdasarkan aturan diatas lalu selanjutnya hasil kuisoner akan diproses dan dikalkulasi dengan menggunakan metode topsis, fase awal sistem menentukan beberapa kriteria untuk penilaian dalam hal ini kriteria adalah suatu pertanyaan yang akan dijawab oleh responde, semakin banyak responden yang menjawab kuisoner maka banyak nilai skor untuk alternati yang dihasilkan dari kriteria yang dijawab.

Menentukan Kriteria pada sistem, dalam hal ini kriteria adalah para responden itu sendiri, dan kriteria inilah yang akan dijawab oleh responden sehingga alternatif mendapat skor berdasarkan jawaban dari responden, maka kriteria tersebut diberikan maksimal sebanyak 8 kriteria / responden, dan setiap kriteria akan diberikan wewenang untuk memberikan skor pada masing-masing alternatif lihat contoh dibawah

ini :

1. Responden1  sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

2. Responden2  sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Begitu seterusnya sampai responden ke-8. Fase 2.

Menentukan beberapa alternatif yang akan menjadi pilihan atau menjadi hambatan yang telah teridentifikasi yang dialami oleh perusahaan, adapun beberapa alternatif tersebut yang terdiri dari 10(sepuluh) alternatif tersebut meliputi :

Tabel1:Alternatif

NO

ALTERNATIF

1

Inadequate Recruitment &

Selection.

2

Confused Organizational Sructure

3

Inadequate Control

4

Poor Training

5

Low Motivation

6

Low Creativity

7

Poor Teamwork

8

Inappropriate Management

Philosophy

9

Lack of Succession Planning and

10

Management Unclear Aims

Membangun sebuah matriks keputusan. Pada matriks keputusan, kolom matriks menyatakan atribut yaitu kriteria-kriteria yang ada, sedangkan baris matriks menyatakan alternatif. Matriks keputusan mengacu terhadap m alternatif yang akan dievaluasi berdasarkan n kriteria. Matriks keputusan dapat dilihat pada tabel 2.

(4)

Tabel3: Hasil Perhitungan Matriks

Menentukan bobot preferensi untuk setiap kriteria.

Bobot kriteria1 = 4,1 Bobot kriteria2 = 4,6 Bobot kriteria3 = 3,3 Bobot kriteria4 = 2,8 Bobot kriteria5 = 5 Bobot kriteria6 = 3,5 Bobot kriteria7 = 4,6 Bobot kriteria8 = 5 Fase5

Setelah matriks keputusan dan bobot kriteriadibuat, selanjutnya adalah membuat matriks keputusan yang ternormalisasi R yang fungsinya untuk memperkecil range data. Adapun elemenelemennya ditentukan dengan rumus berikut :

Dimana :

r ij adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi R,

x ijadalah elemen dari matriks keputusan, i = 1, 2, 3, ..., m,

j = 1, 2, 3, ..., n.

Matriks keputusan ternormalisasi dapat dilihat pada penyelesaian berikut :

Setelah matriks ternormalisasi dibuat, selanjutnya adalah membuat matriks keputusan ternormalisasi terbobot V yang elemen-elemennya ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :

Dimana :

v ij adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot V,

Bobot w ij(w1, w2, w3, ..., wn) adalah bobot dari kriteria ke-j

r adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi R Dengan i = 1, 2, 3, ..., m ; dan j = 1, 2, 3, ..., n.

Matriks keputusan ternormalisasi terbobot.

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8

X

X

X

X

X

X

X

X

11 12 13 14 15 16 17 18

X

X

X

X

X

X

X

X

2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8

X

X

X

X

X

X

X

X

3 1 3 2 3 3 3 4 3 5 3 6 3 7 3 8

X

X

X

X

X

X

X

X

4 1 4 2 4 3 4 4 4 5 4 6 4 7 4 8

X

X

X

X

X

X

X

X

51 52 53 54 55 56 57 58

X

X

X

X

X

X

X

X

6 1 6 2 6 3 6 4 6 5 6 6 6 7 6 8

X

X

X

X

X

X

X

X

71 72 73 74 75 76 77 78

X

X

X

X

X

X

X

X

8 1 8 2 8 3 8 4 8 5 8 6 8 7 8 8

X

X

X

X

X

X

X

X

9 1 9 2 9 3 9 4 9 5 9 6 9 7 9 8

X

X

X

X

X

X

X

X

10 1 10 2 10 3 10 4 10 5 10 6 10 7 10 8

A10

A7

A8

A9

A1

A2

A3

A4

A5

A6

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8

A1 4 5 4 2 5 3 5 5

A2 4 5 3 2 5 3 5 5

A3 4 3 3 2 5 4 5 5

A4 4 5 4 4 5 3 5 5

A5 4 5 3 2 5 3 5 5

A6 5 5 4 4 5 3 5 5

A7 4 3 3 2 5 3 5 5

A8 4 5 3 4 5 5 5 5

A9 4 5 3 4 5 3 3 5

A10 4 5 3 2 5 5 3 5

(1)

(5)

Demikian seterusnya sampai didapat hasil perhitungan matriks keputusan ternormalisasi. Selanjutnya menetukan matriks solusi ideal positif(A+) dan solusi ideal negatif (A-)

Tabel 5 : Solusi Ideal Positif

Tabel 6 : Hasil Penentuan Solusi Ideal Positif

Tabel 7 : Solusi Ideal Negatif

Tabel 8 : Hasil Penentuan Solusi Negatif

Selanjutnya menghitung jarak alternatif dari solusi ideal positif (S+) dan jarak alternatif dari solusi ideal negatif (S-). Perhitungan jarak alternatif dari solusi ideal positif (S+)

Tabel 9 : Separasi Positif

Tabel 10 : Hasil Perhitungan Separasi Positif

Alternatif S+

A1 0.9334

A2 0.8789

A3 0.6932

A4 1.0617

A5 0.8789

A6 1.1511

A7 0.6215

A8 1.2264

A9 0.8608

A10 1.0573

Setelah menghitung jarak alternatif dari solusi ideal positif (S+) dan jarak alternatif dari solusi ideal negatif (S-), selanjutnya adalah menghitung kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif.

(6)

Tabel 14 : Hasil Perhitungan Kedekatan Relatif

Alternatif S+

A1 0.5059

A2 0.4759

A3 0.4055

A4 0.6061

A5 0.4769

A6 0.6522

A7 0.3514

A8 0.7338

A9 0.4675

A10 0.5218

Berikutnya alternatif diurutkan dari nilai C+ terbesar ke nilai C+terkecil. Alternatif dengan nilai C+terbesar merupakan solusi yang terbaik.

Tabel 15 : Hasil Pengurutan Alternatif

Alternatif Nilai

A8 0.7338

A4 0.6061

A10 0.5218

A1 0.5059

A5 0.4769

A2 0.4759

A9 0.4675

A3 0.4055

A7 0.3514

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa alternatif yang menempati urutan pertama alternatif A8 yaitu “Training – (Unclear Aims)” dengan Nilai 0.7338, Selanjutnya alternatif yang menempati urutan kedua yaitu A6 “Rekrutmen dan seleksi yang tidak tepat – (Inadequate Recruitment and Selection)” dengan nilai 0.6522, dan dilanjutkan sampai urutan ke 10. Dengan nilai terendah yaitu 0.3514.

3. Penutup

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode TOPSIS yang merupakan metode sistem pendukung keputusan yang bisa memecahkan berbagai masalah pengambilan keputusan multikriteria dapat juga digunakan untuk memecahkan masalah hambatan organisasi.

2. Hasil perhitungan metode TOPSIS yang didapatkan secara manual sama dengan hasil perhitungan yang didapatkan secara komputerisasi.

4.1 Saran

Berikut adalah beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut terhadap penelitian ini:

1. Metode TOPSIS diharapkan dapat diimplementasikan ke dalam perangkat lunak yang lebih userfriendly, dimana user dapat lebih mudah menggunakannya.

Daftar Pustaka

[1]. Kadarsah S, 1998, Sistem Pendukung Keputusan, Jakarta.

[2]. Makmur, Syarif. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi, Jakarta

Gambar

Tabel 10 : Hasil Perhitungan Separasi Positif
Tabel 15 : Hasil Pengurutan Alternatif

Referensi

Dokumen terkait

Bagi pelajar yang membesar di dalam kawasan yang sama seumur hidup mereka, inilah peluang untuk melangkaui lingkaran sosial dan berjumpa dengan orang lain yang

2) Biaya produksi yang mahal. Bahan yang digunakan untuk membuat suatu produk sangat tinggi, sehingga Rakabu Furniture melakukan negosiasi kembali dalam harga

Meskipun penggunaan perekat dalam sambungan merupakan bahan pengikat yang lebih baik dalam kaitannya dengan luasan permukaan kayu yang di sambung di banding paku, baut dan

Pengujian secara bersama- sama (simultan) juga menunjukkan hasil yang signifikan sehingga diperlukan peningkatan variabel kepribadian, komitmen organisasi dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penerapan pendekatan RME dengan media model bangun ruang yaitu:(a) memahami masalah kontekstual mrnggunakan media

But I don’t think it’s the whole story.” Quinn glanced at Cybil, and her eyes held sorrow and apology.. “Destroying the demon was—is—Dent’s

Dengan pendekatan Scientific dan Model Pembelajaran Problem Based Learning serta menggunakan Metode pembelajaran Cooperative Learning (Think-Pair Share) melalui

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang