• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

62

ANALISIS KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Hilda Weny Jayanti*, Rody Putra Sartika dan Rizmahardian Azhari Kurniawan

Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat

*Email: hildaweny@gmail.com

ABSTRAK

Penilaian pembelajaran mencakup tiga aspek kemampuan peserta didik, yakni kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Kemampuan kognitif cenderung disoroti dibandingkan kemampuan afektif dan psikomotorik. Penilaian kemampuan psikomotorik mahasiswa UM Pontianak perlu dilakukan sejak awal. Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukan penelitian tentang analisis kemampuan psikomotorik mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Kimia UM Pontianak. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, terhadap 16 orang mahasiswa menggunakan lembar observasi yang telah divalidasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata kemampuan psikomotorik mahasiswa adalah 73.24%. Sebanyak 1 mahasiswa dengan kategori kemampuan sangat baik dan 15 mahasiswa dengan kategori kemampuan baik. Walaupun demikian, ada beberapa aspek kemampuan psikomotorik mahasiswa dengan kategori kemampuan kurang dan kategori kemampuan sangat kurang.

Kata Kunci: analisis, kemampuan psikomotorik, mahasiswa prodi kimia

ABSTRACT

Learning assessment includes three aspects of learners abilities which are the cognitive ablilities (knowledge), affective abilities(attitude), and psychomotoric abilities(skills). Cognitive abilities tend to be highlighted than affective and psychomotoric abilities. The psychomotoric abilities of student chemistry education department in Muhammadiyah Pontianak University, should be evaluated since the beginning. Therefore, it is necessary to conduct a research about of psychomotoric abilities of the third semester students of Chemistry Education Muhammadiyah Pontianak University. This study was conducted using descriptive qualitative approach on 16 students using validated observation shet and interview. The results showed that students average psychomotoric abilities was 73.24%. About 1 student has an excellent categories and 15 students with good categories. However, there some aspect of students psychomotoric abilities which were categorized as poor and very poor.

(2)

63 PENDAHULUAN

Proses pembelajaran mencakup tiga aspek kemampuan peserta didik, yakni kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Kemampuan kognitif cenderung disoroti, dibandingkan kemampuan afektif dan psikomotorik.

Kemampuan psikomotorik merupakan keterampilan yang lebih berorientasi pada gerak dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik dan keterampilan tangan, keterampilan itu sendiri menunjukan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu (Djajari dan Endra, 2012: 19). Keterampilan psikomotorik merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikuasai mahasiswa, karena mereka dituntut tidak hanya belajar rumus-rumus atau menghapal fakta saja, tetapi juga harus mampu mengembangkan keterampilan individu. Hal ini menjadikan kemampuan psikomotorik mutlak untuk diberikan kepada mahasiswa agar tidak menimbulkan kesenjangan antara pemahaman konsep teoritis dengan gejala nyata yang terkait dengan konsep tersebut. Kemampuan psikomotorik dapat diamati melalui penggunaan alat-alat laboratorium dalam percobaan, mengamati, dan mengkomunikasikan hasil percobaan (Dahniar, 2006: 1).

Salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh mahasiswa prodi pendidikan kimia adalah kemampuan psikomotorik di laboratorium. Kemampuan psikomotorik di laboratorium perlu dimiliki kerena beberapa faktor. Pertama, mahasiswa prodi pendidikan kimia adalah calon guru

kimia yang dapat mengajarkan ketentuan paling dasar di laboratorium kepada siswa-siswanya. Kedua, kemampuan psikomotorik merupakan keterampilan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan kemampuan afektif (Juparyatna, 2014: 44). Ketiga, kemampuan psikomotorik di laboratorium penting agar mahasiswa terhindar dari kecelakaan kerja saat pelaksanaan praktikum (Khamidinal, 2009: 3).

Kemampuan psikomotorik mahasiswa di laboratorium diperoleh melalui berbagai praktikum. Mahasiswa mempelajari mata kuliah tersebut tahun pertama hingga tahun ketiga. Praktikum Kimia Dasar I, Praktikum Fisika Dasar I, Praktikum Biologi Umum, Praktikum Kimia Dasar II dan Praktikum Fisika Dasar II pada tahun pertama. Mahasiswa mempelajari Praktikum Kimia Organik I, Praktikum Kimia Anorganik I, Praktikum Kimia Fisik I, Praktikum Kimia Analitik I, Praktikum Kimia Organik II, Praktikum Kimia Anorganik II, Praktikum Kimia Fisik II, dan Praktikum Kimia Analitik II pada tahun kedua. Mahasiswa mempelajari Praktikum Biokimia pada tahun ketiga.

(3)

64 Praktikum Kimia Dasar I dan kimia dasar II terbagi menjadi 4 aspek, yaitu pretest 10%, jurnal 20%, laporan 30%, dan UAS 40%. Aspek kemampuan psikomotrik di laboratorium tergambar melalui UAS yang juga memuat aspek kognitif dan afektif.

Evaluasi terhadap kemampuan psikomotorik mahasiswa perlu dilakukan sejak awal. Evaluasi ini perlu dilakukan agar dapat diberikan tindakan perbaikan apabila diketahui kemampuan psikomotorik mahasiswa tersebut rendah. Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2015 terhadap tiga mahasiswa masing-masing dengan kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah, mengindikasikan bahwa kemampuan psikomotorik mahasiswa pada saat praktikum rendah. Hal tersebut menyebabkan hasil praktikum yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang ada.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa dari 27 mahasiswa angkatan 2012 Prodi Pendidikan Kimia UM Pontianak, hanya terdapat 11 orang yang memiliki kemampuan baik pada percobaan titrasi asam basa (Mujari, 2013: 54). Hal ini semakin memperkuat hasil wawancara yang mengindikasikan bahwa kemampuan psikomotorik mahasiswa rendah. Evaluasi kemampuan psikomotorik juga telah dilakukan terhadap siswa kelas 1 SMAN 7 Pontianak pada penelitian sebelumnya. Hasil yang diperoleh dari 39 siswa, hanya 2 siswa yang memiliki kemampuan sangat baik dan 14 siswa memiliki kategori kemampuan baik (Syahbani, 2008). Hasil serupa juga ditunjukkan dari hasil penelitian tentang penilaian kemampuan psikomotorik mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Pontianak dengan menggunakan lembar observasi dalam praktikum biokimia percobaan lipid, bahwa dari 27 mahasiswa masih terdapat 2 mahasiswa yang memiliki kemampuan kurang (Atrisman, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan analisis kemampuan psikomotorik mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Pontianak. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai kemampuan psikomotorik mahasiswa prodi kimia yang nantinya akan menjadi calon-calon guru.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2013: 3). Bentuknya berupa studi kasus, pengolahan data penelitian ini dengan menganalisis kemampuan psikomotorik Mahasiswa Semester III Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UM Pontianak.

(4)

65 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester III Prodi Pendidikan Kimia FKIP UM Pontianak yang telah mengambil mata kuliah praktikum mata kuliah Kimia Dasar I dan Kimia Dasar II. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 16 orang.

Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan didalam penelitian ini adalah :

a. Lembar observasi

Menurut Arifin, (2010: 153) observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Lembar observasi digunakan untuk mencari informasi mengenai

kemampuan psikomotorik

mahasiswa. Kemampuan

psikomotorik mahasiswa yakni kemampuan dalam menggunakan alat-alat praktikum, membaca meniskus, membuat larutan, memanaskan dengan tabung reaksi, melakukan titrasi, dan membersihkan alat praktikum.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi pokok pertanyaan mengenai pemahaman, pengetahuan, pengamatan, dan cara penggunaan setiap indikator yang meliputi:

1) Menggunakan alat-alat praktikum

2) Membaca miniskus 3) Membuat larutan

4) Memanaskan dengan tabung reaksi

5) Melakukan titrasi

6) Membersihkan alat-alat praktikum

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Sebelum dilakukan penelitian, lembar observasi psikomotorik harus valid agar tes tersebut mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi. Arifin, (2010: 247) mengatakan jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes itu dikatakan valid. Pengujian validitas yang digunakan didalam penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Sudijono, (2009: 164) validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil belajar tersebut isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan. Tinggi rendahnya validasi instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2006: 166).

(5)

66 (layak digunakan). Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen layak untuk digunakan dalam penelitian (Lampiran B-2).

Analisis Data

Kemampuan psikomotorik mahasiswa diperoleh dari lembar observasi yang dianalisis lebih lanjut. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis yaitu:

a. Menghitung skor atau nilai mentah terhadap setiap sub kemampuan psikomotorik mahasiswa.

b. Mengubah skor atau nilai mentah menjadi bentuk persentase kemampuan berdasarkan rumus:

Dimana:

Σp = skor mentah (jumlah sub

kemampuan yang telah dilakukan)

Σq = skor maksimum ideal setiap

sub kemampuan

c. Menentukan nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa untuk setiap sub kemampuan psikomotorik yang dilakukan.

d. Menentukan kategori kemampuan untuk masing-masing mahasiswa berdasarkan skala kategori kemampuan dilihat berdasarkan Tabel 1 skala kategori kemampuan berikut (Arikunto, 2011: 245):

Tabel 1. Skala Kategori Kemampuan

Nilai Kategori Kemampuan

81 –100

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini merupakan gambaran mengenai kemampuan psikomotorik terhadap mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak yang telah mengambil mata kuliah praktikum Kimia Dasar I dan Kimia Dasar II. Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 16 orang. Kemampuan psikomotorik mahasiswa dapat dilihat dalam Tabel 2, sedangkan hasil perhitungan data observasi kemampuan psikomotorik mahasiswa secara lengkap terdapat dalam tabel rekapitulasi hasil perhitungan kemampuan psikomotorik mahasiswa.

Tabel 2. Hasil Persentase Tiap-tiap Aspek Kemampuan Psikomotorik Mahasiswa Berdasarkan Kategori

(6)

67

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan kemampuan psikomotorik mahasiswa di laboratorium, kemampuan dengan persentase tertinggi terdapat pada aspek membersihkan alat-alat praktikum. Aspek tersebut mendapat persentase tertinggi karena mahasiswa sudah memahami dengan baik cara membersihkan alat-alat praktikum yang mana selalu dilakukan pada praktikum sebelumnya. Kemampuan dengan persentase terendah yaitu pada aspek menggunakan alat-alat praktikum dan memanaskan dengan tabung reaksi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dalam menggunakan alat-alat tersebut sehingga tidak memahami dalam pemakaiannya.

Gambar 1. Kemampuan Psikomotorik Mahasiswa Dalam Menggunakan Alat-alat Praktikum

Gambar 1 menunjukkan

kemampuan psikomotorik mahasiswa dalam menggunakan alat-alat praktikum.

(7)

68 Kemampuan psikomotorik mahasiswa dalam menggunakan alat-alat seperti pipet tetes, gelas ukur, lumpang dan alu, pembakar spiritus, dan thermometer sudah sangat baik. Hal ini disebabkan alat-alat tersebut mudah untuk digunakan.

Kemampuan psikomotorik mahasiswa dalam penggunaan alat-alat seperti, pipet ukur dan tabung reaksi masing-masing sudah cukup dan baik, karena hampir semua mahasiswa memahami cara penggunaan alat-alat tersebut. Namun masih terdapat beberapa mahasiswa yang kurang tepat dalam penggunan pipet ukur dikarenakan kurangnya pemahaman dalam mengenal katup A (balon karet), katup C (untuk menyedot cairan kedalam pipet ukur), dan katup E (untuk mengeluarkan cairan). Beberapa mahasiswa juga ada yang kurang tepat dalam menggunakan tabung reaksi dikarenakan cara penggunaan tabung reaksi yang masih belum tepat, seperti memasukkan tidak menggunakan corong dan tidak mereaksikan larutan/cairan secara konstan.

Aspek penggunaan alat seperti oven dan pH-meter terlihat bahwa saat penelitian berlangsung ada 13 mahasiswa tidak bisa dalam alat ukur seperti pH-meter. Hal ini terbukti dari hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa yang menyatakan tidak mengetahui cara penggunaan alat tersebut karena belum pernah menggunakannya. Akan tetapi, masih ada 3 mahasiswa lainnya mengetahui cara penggunaannya walaupun hanya mengetahui cara membuka pintu oven dan memasukkan bahan yang akan dikeringkan, kemudian pintu oven di tutup kembali seperti pada rubrik penilaian psikomotorik mahasiswa.

Kemampuan psikomotorik pada aspek membaca miniskus berdasarkan analisis kemampuan psikomotrik mahasiswa pada saat penelitian dengan memberikan penilaian pada lembar observasi oleh observer. Rata-rata aspek kemampuan membaca miniskus yaitu 70.83% dengan kategori baik. Namun masih ada 2 orang mahasiswa dengan kategori kemampuan kurang dan 1 orang mahasiswa dengan kategori kemampuan sangat kurang. Cara membaca miniskus mahasiswa masih rendah karena mahasiswa yang masuk kategori kurang dan sangat kurang melihat batas permukaan air pada tepi lengkunganya. Mahasiswa seharusnya melihat batas permukaan air pada lengkungan yang berada di bagian batas skala. Hal ini terbukti dari hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa tersebut yang menyatakan tidak begitu memahami dengan cara membaca miniskus dan hanya memahami bahwa membaca miniskus dengan melihatnya hingga tanda batas yang ditentukan saja.

(8)

69 larutan harus di capai dengan menambahkan akuades hingga tanda batas labu takar (Mulyono, HAM, 2009: 203). Akan tetapi, pada aspek menimbang bahan terdapat 1 mahasiswa yang memperoleh skor 1 pada penilaian lembar observasi. Mahasiswa tersebut tidak menimbang massa gelas arloji kosong sebelum memasukkan bahan, hal ini belum sesuai dengan tata cara penimbangan bahan berdasarkan rubrik penilaian psikomotorik mahasiswa.

Hasil penelitian dan wawancara terhadap mahasiswa dapat diketahui bahwa mahasiswa mengetahui cara membuat larutan yaitu menimbang bahan yang akan dilarutkan menggunakan neraca analitis digital lalu dimasukkan dalam gelas kimia dan dilarutkan dengan akuades. Mengencerkan larutan dengan menggunakan labu takar, masukkan larutan kedalam labu takar selanjutnya menambahkan akuades hingga tanda batas dan di kocok hingga homogen.

Memanaskan dengan tabung reaksi merupakan aspek kemampuan psikomotorik yang dinilai dengan menggunakan lembar observasi oleh observer. Selanjutnya diolah ke dalam bentuk persen oleh peneliti yang terlihat pada Tabel 1 dengan nilai rata-rata aspek kemampuan memanaskan dengan tabung reaksi yaitu 64.58% dengan kategori kemampuan baik, namun ada 3 mahasiswa dengan kategori kemampuan kurang. Hal ini dikarenakan mahasiswa tersebut melakukan pemanasan dengan cara posisi tabung reaksi tegak diatas pembakar spiritus tanpa menggerakkan tabung reaksi mendekat dan menjauh.

Kemampuan psikomotorik pada aspek melakukan titrasi dibagi dalam 3 aspek kemampuan yaitu kemampuan

merangkai alat titrasi, melakukan titrasi, dan mengamati titik akhir titrasi. Berdasarkan analisis kemampuan psikomotrik mahasiswa pada saat penelitian berlangsung dengan memberikan penilaian pada lembar observasi oleh observer. Selanjutnya diolah ke dalam bentuk persen oleh peneliti yang terlihat pada Tabel 2 dengan kategori kemampuan baik (77.08%).

Aspek melakukan titrasi secara keseluruhan sudah masuk dalam kategori kemampuan baik, namun dalam merangkai alat titrasi terdapat satu orang mahasiswa dengan skor terendah yaitu 1, karena tidak begitu memahami cara memasang buret pada klem dan tidak meletakkan erlenmeyer di bawah buret. Sedangkan dalam melakukan titrasi terdapat satu orang mahasiswa dengan skor 1, mahasiswa ini hanya memasukkan larutan standar ke dalam buret dan larutan sampel ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan corong gelas dan hanya melihat proses terjadinya titrasi, tetapi tidak menambahkan indikator ke dalam erlenmeyer, tidak meletakkan kertas putih di bawah erlenmeyer, dan tidak mengontrol serta menggoyangkan erlenmeyer dengan menggunakan tangan kanan atau kiri hingga terjadi perubahan warna. Aspek mengamati titik akhir titrasi terdapat dua orang mahasiswa dengan skor terendah, hal ini dikarenakan mahasiswa tersebut tidak mengamati perubahan warna yang terjadi dan tidak melanjutkan titrasi sebelum terjadinya perubahan warna.

(9)

70 oleh setiap mahasiswa dihitung. Kemudian diubah dalam bentuk persentase dan dikategorikan berdasarkan kategori kemampuan psikomotorik mahasiswa yang terlihat pada Tabel 2 dengan nilai rata-rata aspek kemampuan membersihkan alat-alat praktikum yaitu 100%, dengan jumlah 16 orang mahasiswa dengan kategori kemampuan sangat baik.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat kemampuan psikomotorik mahasiswa dalam membersihkan alat-alat praktikum sudah sangat terampil dengan kategori kemampuan sangat baik. Hal ini terlihat bahwa cara membersihkan alat-alat praktikum mahasiswa sudah sesuai dengan rubrik penilaian psikomotorik mahasiswa. Seluruh mahasiswa sangat terampil dalam membersihkan alat-alat praktikum terbukti dari hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa yang menyatakan paham dengan cara membersihkan alat-alat praktikum yang dikarenakan sejak semester awal, mahasiswa sudah mendapat pembelajaran membersihkan alat, sehingga mahasiswa dalam setiap pasca praktikum akan selalu membersihkan alat-alat praktikumnya.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari 6 aspek kemampuan psikomotorik, di antaranya kemampuan menggunakan alat-alat praktikum, kemampuan membaca miniskus, kemampuan membuat larutan, kemampuan memanaskan dengan tabung reaksi, kemampuan melakukan titrasi, dan kemampuan membersihkan alat-alat praktikum, terhadap mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Kimia

Universitas Muhammadiyah Pontianak adalah:

1. Kemampuan psikomotorik

mahasiswa dalam menggunakan alat-alat praktikum, terdapat 8 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan sangat baik, 8 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan baik, dengan persentase rata-rata keseluruhan 63.88%.

2. Kemampuan psikomotorik

mahasiswa dalam membaca miniskus, terdapat 6 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan sangat baik, 7 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan baik, 2 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan kurang, dan 1 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan sangat kurang, dengan persentase rata-rata keseluruhan 70.83%.

3. Kemampuan psikomotorik

mahasiswa dalam membuat larutan, terdapat 10 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan sangat baik, dan 6 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan baik, dengan persentase rata-rata keseluruhan 85.41%.

4. Kemampuan psikomotorik

mahasiswa dalam memanaskan dengan tabung reaksi, terdapat 2 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan sangat baik, 11 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan baik, dan 3 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan kurang, dengan persentase rata-rata keseluruhan 86.36%.

5. Kemampuan psikomotorik

(10)

71 memiliki kemampuan sangat baik, 9 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan baik, dan 3 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan cukup, dengan persentase rata-rata keseluruhan 77.08%.

6. Kemampuan psikomotorik mahasiswa dalam membersihkan alat-alat praktikum, terdapat 16 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan sangat baik, dengan persentase rata-rata keseluruhan 100%.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2010). Evaluasi

Pembelajaran. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan (Edisi

Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Atrisman. (2015). Analisis Kemampuan Psikomotorik Dalam Praktikum Biokimia Percobaan Lipid Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Dahniar, N. (2006). Pertumbuhan Aspek

Psikomotorik dalam

Pembelajaran Fisika Berbasis Observasi Gejala Fisis pada

Siswa SMP.

(Online).(http://jurnalipi.fiks.word press.com.20070902.nanidahniar. pdf.

Djazari, M. dan Endra, M. (2012).

Evaluasi Prestasi Belajar

Mahasiswa Program Kelanjutan

Studi Jurusan Pendidikan

Akuntansi Ditinjau dari IPK D3 dan Asal Perguruan Tinggi. Vol. IX. No: 2-tahun 2011.

Juparyatna, E. (2014). Pengaruh Implementasi Video Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar dalam Praktikum Percobaan Pembuatan BaSO4 pada Mahasiswa Program

Studi Pendidikan Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak. Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Khamidinal. (2009). Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mujari, J. (2013). Deskripsi Kemampuan Psikomotorik pada Percobaan Titrasi Asam Basa Mahasiswa Angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Univeritas Muhammadiyah Pontianak.

Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Mulyono, HAM. (2009). Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumia Aksara.

Nawawi, H. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial (Edisi Revisi). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Syahbani. (2008). Deskripsi Kemampuan Menggunakan Alat pada Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Pontianak dalam Praktikum Kimia. Skripsi:

Universitas Tanjungpura.

(11)

72 Sugiyono. (2012). Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan

Gambar

Tabel 2. Hasil Persentase Tiap-tiap Aspek Kemampuan Psikomotorik Mahasiswa Berdasarkan Kategori
Gambar 1. Kemampuan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penetapan kelulusan seleksi Wawancara, Leaderless Grup Discussion (LGD) dan On the Spot Essay Writing Beasiswa Pendidikan Indonesia disampaikan kepada

Pada menu transaksi admin dapat melakukan proses peminjaman bagi anggota yang ingin meminjam buku, adapun cara.. menggunakan menu ini adalah

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei yang bertujuan untuk mengetahui deskripsi tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas V SD

e Penyedia yang ditunjuk berkewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Addendum Dokumen Pengadaan Barang untuk pekerjaan

SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS PEMBELAJARAN/BIMBINGAN DAN TUGAS TERTENTU Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Hj. MUSTAMINAH, S.Pd.

Mata Pelajaran Nilai Rata-rata Rapor.. Nilai Ujian

• Antioksidan adalah senyawa yang menunda atau mencegah pembusukan makanan yang disebabkan proses / mekanisme oksidatif.. • Antimicrobial agents mencegah pertumbuhan

- Struktur, fungsi, proses pada sistem organ serta kelainan/penyakit pada hewan dan manusia, meliputi: sistem gerak, sistem peredaran darah, sistem pencernaan makanan,