DESKRIPSI TINGKAT PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA KELAS V SD KRISTEN 3 KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Desy Tri Astuti NIM: 081114053
PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
DESKRIPSI TINGKAT PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA KELAS V SD KRISTEN 3 KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Desy Tri Astuti NIM: 081114053
PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh kasih skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberkati,
melindungi dan yang selalu berkarya di dalam
penulisan skripsi saya
Kedua orang tua : Bp. Subadi .Alm, & Ibu. Sutari
terima kasih atas doa yang tak pernah putus buat saya
Kakak ku yang terkasih (mas Daniel.Alm, mb Isti, ms
Tris) terima kasih atas dukungan, bimbingan dan
semangat yang tiada henti
Sahabat-sahabatku (Tika, Arum, Putut, Stanis, Agus,
v
MOTTO
Karna itu aku berkata kepadamu:
Apa saja yang kamu minta dan doakan,
Percayalah bahwa kamu telah menerimanya,
Maka hal itu akan diberikan kepadamu. (Markus 11:24)
Berdirilah teguh, jangan goyah,
sebab kamu tahu bahwa dalam
persekutuan dengan Tuhan
jerih payahmu tidak sia-sia
( 1 korintus 15:58)
viii
ABSTRAK
DESKRIPSI TINGKAT PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA KELAS V SD KRISTEN 3 KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Desy Tri Astuti Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei yang bertujuan untuk mengetahui deskripsi tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan klasikal.
Subyek penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 64 orang. Instrument penelitian berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Kuesioner yang disusun terdiri dari 45 item berdasarkan aspek-aspek tugas perkembangan menurut Havighurst. Pengukuran validitas alat ukur menggunakan telaah ahli (professional judgment) dan uji empiris dengan teknik korelasi item-total, sedangkan uji reliabilitas alat ukur menggunakan teknik belah dua gasal-genap (Spearman and Brown) dan bantuan program SPSS (Statistic Programe for Social Science) versi 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran 2014/2015 tergolong tercapai. Diketahui pencapaian tugas perkembangan yang berada pada
kategori “sangat tercapai” 10 siswa (16,1%), sedangkan 33 siswa (53,2%) pencapaian tugas perkembangnnya berada pada kategori “tercapai”, siswa yang masuk dalam ketegori cukup tercapai 17 siswa (27,5%), dan 2 siswa (3,2%) berada pada kategori tidak tercapai. (2) berdasarkan analisis terhadap skor item terdapat 1 item (2,3%) yang masuk dalam kategori “cukup rendah”, 15 item
(33,3%) masuk dalam kategori “tinggi”, 29 item (64,4%) masuk dalam kategori
sangat tinggi dan tidak ada item (0%) yang masuk dalam kategori “sangat rendah”
dan “rendah” berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti
ix
ABSTRACT
THE DESCRIPTION OF THE LEVEL OF ACHIEVEMENT OF STUDENTS’ IMPROVEMENT TASK OF THE FIFTH GRADE
STUDENTS AT SD KRISTEN 3 KLATEN IN 2014/2015 ACADEMIC YEAR
AND THE IMPLICATIONS TO THE COMPILATION OF CLASSICAL GUIDANCE TOPICS compilation of classical guidance topics.
This research was conducted at grade V of SD Kristen 3 Klaten in the 2014/2015 academic year. The number of students is 64 students. The research instrument is in the form of questionnaire prepared by the researcher herself and consulted with the lecturer. The questionnaire consists of 45 items based on aspects of development tasks according to Havighurst. The measurement of validity is using professional judgment and empirical test with total items empirical techinique, whereas the reliability test is using odd-even split technique (Spearman and Brown) and Statistic Programme for Social Science programme version 16.0.
The results of this study showd that: (1) The level of achievement of
students’ improvement task of the fifth grade students V of SD Kristen 3 Klaten in the academic year 2014/2015 is “achieved”. The result indicated that of the fifth grade students V of SD Kristen 3 Klaten is 10 students (16.1%) are
“successfully”, whereas 33 students (53.2%) are “fairly achieved” 17 students (27.5%), and 2 students (3.2%) is “not successfully achieved”. (2) Based on the score analysis, there are 1 item (2.3%) in “quite low” category, 15 items (33.3%)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kemurahan kasih,
karunia dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Penyusunan skripsi ini sebagai wujud dari seluruh pengetahuan dan
pengalaman penulis selama menjadi mahasiswa program studi Bimbingan dan
Konseling di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang tulus kepada:
1. Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin
penelitian.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran
mengarahkan dan membimbing serta senantiasa memberi semangat dan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Seluruh dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan
selama ini sehingga berguna bagi penulis.
5. Mas Moko, yang selalu setia dan sabar membantu penulis dalam hal
surat-menyurat dan administrasi lainnya.
6. Sri Purwanti Juli, S.Pd selaku Kepala sekolah SD Kristen 3 Klaten yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Seluruh siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten atas bantuan dan kerjasamanya
sebagai responden yang bersedia mingisi instrument penelitian ini, sehingga
pengumpulan data dapat berjalan dengan lancar.
8. Orang tua saya tercinta Bapak Subadi.Alm dan ibu Sutari yang telah
memberikan dukungan materi maupun doa, sehingga semua yang telah
xi
9. Kakak ku (Isti Ningtyas Sri Mumpuni, Daniel Setyo Wibowo. Alm, Sutrisno
Adi) yang selalu memberikan motivasi selama penulisan skripsi.
10.Kristian Abriyanto yang selalu setia menemani, mendukung di dalam
penulisan skripsi ini.
11.Keponakan ku Adhyasta Saverio Prasraya, yang selalu memberikan
keceriaan, semangat di dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Sahabat-sahabat saya: Tika, Lilis, Arum, Putut, Agus, Stanis, Leslie, Satrio
yang selalu setia menemani, mendukung dan membantu di dalam penulisan
skripsi.
13.Seluruh teman-teman Prodi Bimbingan Konseling 2008 yang senantiasa
memberi dukungan dan berbagi pengalaman.
14.Semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, maka
dengan hati yang terbuka dan tulus penulis mengharapkan berbagai kritik dan
saran yang nantinya berguna dalam penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis memohan maaf atas segala kekurangan dan penulis
berharap skripsi ini kelak bermanfaat untuk pengembangan Bimbingan dan
Konseling di dunia pendidikan.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Manfaat Teoritis ... 5
xiii
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Tugas Perkembangan Anak ... 9
E. Bimbingan Klasikal Membantu Pelaksanaan Tugas Perkembangan ... 23
xiv
2.Reliabilitas ... 35
E.Prosedur Pengumpulan Data ... 37
F. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Hasil ... 41
B. Pembahasan ... 44
C. Usulan Topik-topik Bimbingan... 47
BAB V PENUTUP ... 50
A.Kesimpulan ... 50
B.Saran-saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Siswa Kelas V SD Kristen 3 Klaten
Tahun Ajaran 2014/2015 ... 27
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan SD Sebelum Uji Coba ………. 28
Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan SD sesudah Uji Coba ………. 33
Tabel 4 Kriteria Guilford ... 36
Tabel 5 Penggolongan Kategorisasi ... 38
Tabel 6 Pengkategorisasian Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan ... 39
Tabel 7 Pengkategorisasian Skor Item Kuesioner Penelitian ... 40
Tabel 8 Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa Kelas V SD Kristen 3 Klaten ... 41
Tabel 9 Hasil Kategorisasi Skor Item ... 43
Tabel 10 Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategorisasi Cukup Rendah ... 47
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Diagram Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa Kelas V SD Kristen 3 Klaten ... 42
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 54
Lampiran 2: Kuesioner Penelitian Tingakat Pencapaian Tugas
Perkembangan ... 58
Lampiran 3: Hasil Olah Data Pencapaian Tugas Perkembangan... 64
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan individu dari masa pralahir hingga masa dewasa
semakin disoroti oleh berbagai kalangan, terutama para pendidik, ahli psikologi dan
orangtua. Perkembangan individu meliputi berbagai aspek dan melalui
tahapan-tahapan yang mengikuti pola-pola yang dapat diramalkan. Setiap aspek
perkembangan individu baik fisik, emosi, intelegensi, maupun sosial saling
mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Para orangtua juga memberikan
perhatian lebih besar pada perkembangan anak mereka terutama pada fase-fase
awal.
Siswa sekolah dasar pada umumnya berusia 6 sampai 12 tahun dan dalam
tahap perkembangannya sedang berada pada masa akhir anak-anak. Begitu pula
dengan siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran 2014-2015 berada pada
rentang usia 10-11 tahun, yang dalam rentang kehidupan manusia mereka berada
pada masa akhir Anak-anak merupakan usia menyulitkan yaitu suatu masa dimana
anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh
teman-teman sebaya daripada oleh orangtua dan anggota keluarga lain (Hurlock,
1991)
Pada masa awal anak-anak, anak mulai memasuki lingkungan sekolah. Ada
untuk berhubungan dengan kelompok sebaya yang lebih luas dari lingkungan
keluarga. Kedua, dorongan ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Ketiga,
pertumbuhan fisik mendorong anak untuk menyenangi permainan yang dapat
mengarah pada dunia pekerjaan.
Mengingat perkembangan anak yang amat pesat pada usia sekolah ini, dan
mengingat bahwa lingkungan keluarga sekarang tidak lagi mampu memberikan
fasilitas untuk mengembangkan fungsi-fungsi anak, terutama fungsi intelektual
dalam mengejar kemajuan zaman modern, maka anak memerlukan satu lingkungan
sosial baru yang lebih luas berupa sekolahan, untuk mengembangkan semua
potensinya. Misalnya saja, anak bisa belajar secara sistematis, bisa bergaul, bermain
dan bersendau gurau bersama teman-temannya, semua pengalaman ini memberikan
pengaruh yang besar sekali bagi perkembangan anak.
Tugas perkembangan menurut Havighurst (Hurlock, 1991) adalah tugas
yang timbul pada atau sekitar periode kehidupan tertentu dalam rentang kehidupan
individu, keberhasilan melakukannya menimbulkan kebahagiaan dan keberhasilan
tugas lainnya kelak, sedangkan kegagalannya menimbulkan ketidak bahagiaan,
ketidaksetujuan, masyarakat dan keberhasilan pelaksanaan tugas lainnya kelak.
Perkembangan individu terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu.
Setiap anak penting untuk menguasai tugas perkembangan yang sesuai
dengan usia anak dan tingkat perkembangannya. Apabila anak gagal dalam
menguasai tugas perkembangan yang sesuai dengan usianya dan tingkat
perkembangan maka dapat menimbulkan akibat yang serius, misalnya: membuat
mengakibatkan ketidak setujuan sosial, yang sering disertai penolakan sosial, maka
anak dianggap tidak matang dan kekanak-kanakan.
Begitu juga dengan para siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten mempunyai
tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik, pendampingan
dari orangtua, guru, serta orang dewasa sekitarnya sangat mempengaruhi
keberhasilan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Sekolah
merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh besar bagi perkembangan diri
siswa. Pengalaman-pengalaman baru disekolah banyak mempengaruhi dan
membantu proses penyelesaian tugas-tugas perkembangan, meliputi pertumbuhan
fisik, perkembangan jiwa dan sosial. Untuk dapat membantu siswa dalam
penyelesaian tugas perkembangannya, maka dalam kurikulum sekolah dasar perlu
diberikan layanan bimbingan untuk membantu siswa supaya memperoleh
perkembangan secara optimal sesuai bakat dan kemampuannya selama proses
pendidikan di sekolah dasar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Di SD Kristen 3, peneliti melihat beberapa siswa yang belum begitu mampu
dalam membaca cepat, tepat dan lancar.Misalnya saja pada saat pelajaran salah satu
siswa diminta untuk membacakan cepat ia mampu tapi sering kurang tepat ada
beberapa tanda baca yang di lewati begitu saja.Ada juga siswa yang sangat sulit
untuk makan sayur, siswa ini badannya gendut tapi terlihat kurang percaya diri,
dilihat dari badannya gerakkannya untuk melakukan sesuatu juga tidak seperti
teman-teman pada umumnya, ia lebih sering duduk dan melihat teman-temannya
bermain sambil memakan camilan, selain itu siswa ini sering melamun jika sedang
Penelitian ini difokuskan pada siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun
ajaran 2014/2015. Berdasarkan kebutuhan sekolah yang masih kurang layanan
bimbingan dan konseling, maka penulis memilih ‘Deskripsi Tingkat Pencapaian
Tugas Perkembangan Siswa’ sebagai topik dalam penulisan skripsi karena tugas
perkembangan mencakaup berbagai bidang bimbingan yaitu pribadi, sosial, karier
dan belajar. Dari tugas perkembangan ini nantinya diketahui dalam bidang manakah
anak lebih membutuhkan bimbingan. Berdasarkan tugas perkembangan yang belum
dikuasai siswa, maka penulis memberikan usulan topik-topik bimbingan yang
sesuai dengan permasalah dan kebutuhan siswa. Penulis secara khusus mengadakan
penelitian kepada siswa kelas V karena dianggap sudah mengerti mengenai
tugas-tugas yang dihadapinya dan mampu mengungkapkan dirinya baik secara lisan
maupun tulisan.
B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Seberapa tercapainya tugas perkembangan anak siswa kelas V SD Kristen
3 Klaten tahun ajaran 2014/2015?
2. Berdasarkan item-iten yang teridentifikasi rendah topik-topik bimbingan
apa yang relevan diusulkan diberikan kepada siswa kelas V SD Kristen 3
Klaten tahun ajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahuitercapainya tugas siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun
ajaran 2014/2015.
2. Mengidentifikasi item-item yang rendah untuk dijadikan dasar
penyusunan topik-topik bimbingan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan studi evaluasi perencanaan program
di bidang Bimbingan dan Konseling.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru pembimbing
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru bimbingan dan
konseling untuk mengembangkan program layanan bimbingan
klasikal, khususnya dalam rangka meningkatkan pencapaian tugas
perkembangan siswa.
b. Bagi peserta didik
Peserta didik semakin sadar akan pentingnya pencapaian tugas
perkembangan bagi dirinya, orang lain dan bagi masa depannya.
Memberikan usulan topik-topik bimbingan klasikal mengenai
pencapaian tugas perkembangan siswa dan sebagai bekal menjadi
guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.
d. Peneliti lain
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti lain sebagai
bahan referensi atau bahan perbandingan ketika ingin melakukan
penelitian mengenai tugas perkembangan siswa dan dapat
dikembangkan menjadi lebih baik.
E. Definisi Operasional
1. Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang menjadi harapan
masyarakat dalam diri siswa SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran
2014/2015dan harus dipenuhi dalam masa periode 6-12 tahun dalam
kehidupan seseorang yang apabila berhasil maka individu tersebut akan
bahagia namun jika gagal akan mengalami ketidak bahagiaan untuk
perkembangan yang selanjutnya.
2. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya siswa SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran
2014/2015 dapat memahami dirinya, sehingga siswa tersebut sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menyajikan kajian pustaka mengenai: Tugas Perkembangan,
Perkembangan anak, Bimbingan di Sekolah Dasar, Bimbingan Klasikal.
A. Tugas Perkembangan
1. Pengertian Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan menurut Ahmadi (2005:67) dipengaruhi oleh
daya dinamis yang mendasari perkembangan anak, sehingga anak mau
secara aktif mengadakan percobaan-percobaan. Ia akan berusaha mencoba
segenap potensi kemampuan untuk mencari pengalaman barunya. Sebab
dengan kekayaan pengalaman yang dimiliki, anak akan tumbuh dan
berkembang jiwanya secara cepat dan sehat.
Tugas perkembangan menurut Havighurst (Husdarta & Nurlan
Kusmaedi, 2010:36) diartikan sebagai suatu tugas yang timbul pada suatu
periode atau masa tertentu dalam kehidupan seseorang. Tugas
perkembangan yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Bila terpenuhi
akan menimbulkan perasan bahagia, sedangkan bila tidak terpenuhi akan
menimbulkan perasaan rendah diri, mendapat kecaman dari masyarakat
dan perasaan sedih.
2. Sumber-sumber Tugas Perkembangan
Yusuf (2011:66) berpendapat bahwa ada 3 sumber tugas
a. Kematangan fisik individu yang bersangkutan
Misalnya, berjalan karena kematangan otot-otot kaki, belajar
bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada
masa remaja karena kematangan organ-organ seksual.
b. Harapan (tuntutan) masyarakat
Masyarakat mengharapkan agar pada masa tertentu individu dapat
berperilaku sesuai dengan tugas perkembangannya. Misalnya,
belajar membaca, belajar menulis, belajar berhitung, dan belajar
berorganisasi.
c. Keinginan, aspirasi dan nilai hidup individu
Setiap individu memiliki keinginan, aspirasi dan nilai hidup. Hal itu
dijadikan individu sebagai pedoman untuk mencapai suatu tujuan
yang ingin dicapai. Misalnya, memilih pekerjaan, memilih sekolah
atau perguruan tinggi dan memilih teman hidup.
3. Tujuan Tugas Perkembangan
Hurlock (1991:9) mengidentifikasikan bahwa tugas-tugas
perkembangan mempunyai tiga tujuan yang sangat berguna, yaitu:
a. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang
diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu.
Misalnya, orang tua dapat dibimbing dalam mengajari anak-anak
mereka yang masih kecil untuk menguasai berbagai keterampilan.
Dengan pengertian bahwa masyarakat mengharapkan anak-anak
tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat dipengaruhi
oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya.
b. Memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang
diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu
sepanjang kehidupan mereka.
c. Untuk menunjukkan kepada setiap individu tentang hal-hal apa yang
akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka
kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Tugas Perkembangan Anak
Havighurst (Hurlock, 1991:11) mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan. Ada faktor yang
menghalangi dan ada faktor yang membantu. Masing-masing akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor yang menghalangi
1) Tingkat perkembangan yang mundur
2) Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas
perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat
menguasainya
3) Tidak ada motivasi
4) Kesehatan yang buruk
5) Catat tubuh
b. Faktor yang membantu
1) Tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselerasikan
2) Kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam
perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya
3) Motivasi
4) Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh
5) Tingkat kecerdasan yang tinggi
6) kreativitas
5. Tugas Perkembangan Anak
Menurut (Yusuf,2011:69) ada 9 tugas perkembangan anak, yaitu:
a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari
semakin stabil, mungkin mantap dan cepat. Pada masa sekolah anak
sudah sampai pada taraf penguasaan otak, sehingga sudah dapat
berbaris, melakukan senam pagi dan permainan-permainan ringan,
seperti sepak bola, loncat tali, berenang, dan sebagainya.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri
sebagai makhluk biologis.
Hakikat tugas perkembangan ini ialah (1) mengembangkan
kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan,
keselamatan diri, dan kesehatan; (2) mengembangkan sikap positif
terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
Yakni belajar menyesuaikan diri dengan dengan lingkungan dan
situasi yang baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan anak
disekolah atau teman sebayanya mungkin diwarnai perasaan senang,
karena secara kebetulan temannya itu berbudi baik, tetapi mungkin
juga diwarnai oleh perasaan tidak senang karena teman
sepermainannya suka mengganggu atau nakal.
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan
semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak
bahwa anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan
mengikuti permainannya yang khas laki-laki, seperti main kelereng,
main bola, dan layang-layang.
e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena
pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup
matang untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam
masyarakat yang berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah
dasar (SD), karena dari sekolah dasar anak sudah memperoleh
keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
Apabila kita telah melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium,
mengenai pengamatan yang telah lalu itu disebut konsep (tangapan).
Konsep-konsep itu meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama
(moral), ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan sebagainya. Di sekolah
guru memberikan bimbingan kepada anak misalnya:(1)banyak
melihat, mendengar, dan mengalami sebanyak-banyaknya tentang
sesuatu yang bermanfaat untuk peningkatan ilmu dan kehidupan
bermasyarakat. (2) banyak membaca buku-buku atau media cetak
lainnya.
g. Mengembangkan hati nurani
Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap dan perasaan yang
berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut
penerimaan dan penghargaan terhadap peraturan agama (moral)
disertai dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak
melakukannya. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan
masalah benar-salah, boleh-tidak boleh, seperti jujur itu baik,
bohong itu buruk, dsb.
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi orang yang berdiri
sendiri, dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan
lembaga-lembaga.
Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap sosial yang
demokratis dan menghargai hak orang lain. Misalnya,
mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tenggang rasa, mau
bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang
lain dan menghargai hak orang lain.
B. Perkembangan Anak 1. Pengertian
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif
dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari lahir sampai
mati. Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan-perubahan
yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasannya atau
kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis (Yusuf, 2009:5).
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah
tertentu. Setiap tahapan perkembangan merupakan hasil perkembangan
dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan
selanjutnya. Perkembangan merupakan suatu proses yang menuju kedepan
dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjukkan pada
perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.
Hurlock (1991: 146) berpendapat bahwa akhir masa anak-anak
berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang
secara seksual. Pada awal dan akhir, masa akhir anak-anak ditandai oleh
kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial.
Orangtua, pendidik, dan ahli psikologis memberikan berbagai label
kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari
periode akhir masa anak-anak ini sebagai berikut:
a. Bagi orangtua akhir masa anak-anak merupakan usia yang
menyulitkan, yaitu suatu masa dimana anak tidak mau lagi
menuruti perintah dan di mana ia lebih banyak dipengaruhi oleh
teman-teman sebaya dari pada oleh orangtua dan anggota keluarga
lain. Selain itu orangtua juga memandang usia anak-anak sebagai
usia tidak rapih, yaitu suatu masa di mana anak cenderung tidak
memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya
sangat berantakan. Periode ini sering disebut orangtua sebagai usia
bertengkar, dimana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan
suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
keluarga.
b. Para pendidik memberi label akhir masa anak-anak dengan usia
sekolah dasar. Pada usia tersebut anak di harapkan memperoleh
dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk
mempelajari berbagai ketrampilan kurikuler maupun ekstra
kurikuler. Selain itu periode ini juga disebut sebagai periode krisis
dalam dorongan berprestasi, yaitu suatu masa di mana anak
membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau
sangat sukses
c. Bagi ahli psikologis, masa akhir anak-anak merupakan usia
berkelompok, yaitu suatu masa di mana perhatian utama anak
tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai
anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam
dalam pandangan teman-temannya. Selain itu ahli psikologis juga
menyebut masa anak-anak sebagai usia penyesuaian diri, yaitu
suatu masa dimana anak ingin menyesuaikan dengan standar yang
disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku.
C. Bimbingan di Sekolah Dasar
1. Pengertian Bimbingan di Sekolah Dasar
Bimbingan konseling di sekolah dasar didasarkan atas PP No. 28
Tahun 1990, Bab X pasal 25 ayat (1) yang menyatakan bahwa bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa
para siswa dapat mewujudkan diri sebagai pribadi yang mandiri,
bertanggung jawab, pelajar kreatif, dan pekerja produktif (Furqun, 2005:2)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab tim
yakni konselor, guru, dan pimpinan sekolah. Masing-masing memiliki
peran dalam keterlibatan pada proses bimbingan dan konseling di sekolah
(Pietrofesa, et.al.,1980:21). Di Indonesia saat ini layanan bimbingan dan
konseling di sekolah dasar merupakan tanggung jawab guru dan wali kelas
(guru kelas), karena belum ada personil professional yang diangkat dan
ditugaskan di sekolah dasar. Implikasinya model bimbingan yang
direkomendasikan diterapkan di sekolah dasar, adalah intervensi
bimbingan dan dipadukan dalam keseluruhan sendi pendidikan di sekolah
dasar. Secara spesifik, intervensi dilakukan pada proses belajar mengajar
untuk mengakomodasi pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa.
Faktor utama yang melandasi kebutuhan layanan bimbingan dan konseling
di sekolah dasar adalah karakteristik dan permasalahan perkembangan.
Pendekatan perkembangan yang berorientasi pada penciptaan lingkungan
perkembangan tepat digunakan di sekolah dasar (Muro and Kottman,
1995: 50-51).
2. Karakteristik Bimbingan di Sekolah Dasar
Pemerintah secara formal telah memberikan dasar acuan
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dengan peraturan
pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, sebagai kelanjutan dan
IIIC dan Pedoman Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah Dasar Tahun 1987.
Hal ini dilakukan karena pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar berbeda
dengan SLTP maupun SMA.
Beberapa faktor penting yang membedakan bimbingan dan
konseling di sekolah dasar dengan sekolah menengah, dikemukakan oleh
Dinkmeyer dan Caldwell (1970), yaitu: (1) bimbingan di sekolah dasar
lebih menekankan akan peranan guru dalam fungsi bimbingan, (2) fokus
bimbingan di sekolah dasar lebih menekankan pada pengembangan
pemahaman diri, pemecahan masalah, dan kemampuan berhubungan
secara efektif dengan orang lain, (3) bimbingan di sekolah dasar lebih
banyak melibatkan orang tua murid, mengingat pentingnya pengaruh
orangtua dalam kehidupan anak selama di sekolah dasar, (4) bimbingan di
sekolah dasar hendaknya memahami kehidupan anak secara unik, (5)
program bimbingan di sekolah dasar hendaknya peduli terhadap
kebutuhan dasar anak, seperti kebutuhan untuk matang dalam pemahaman
dan penerimaan diri, serta memahami kelebihan dan kekurangannya, (6)
program bimbingan di sekolah dasar hendaknya menyakini bahwa usia
sekolah dasar merupakan tahapan yang sangat penting dalam tahapan
perkembangan anak.
3. Tujuan Bimbingan di Sekolah Dasar
Pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan bertujuan untuk
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Secara khusus, layanan bimbingan di SD bertujuan untuk membantu
seluruh peserta didik dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan intelektual,
emosional, sosial-personal, agar dapat mengaktualisasikan tugas-tugas
perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, akademik, dan
karier sesuai dengan tuntutan lingkungan. Dalam aspek perkembangan
pribadi-sosial, layanan bimbingan membantu peserta didik agar: (1)
memiliki pemahaman diri, (2) mengembangkan sikap-sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain, (3) membuat pilihan kegiatan secara
sehat, (4) mampu menghargai orang lain, (5) memiliki rasa tanggung
jawab, (6) mengembangkan keterampilan dalam berhubungan antar
pribadi, (7) memiliki keterampilan memecahkan masalah-masalah
sederhana yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, (8) dapat membuat
keputusan sacara baik.
Dalam aspek perkembangan akademik dan pendidikan, layanan
bimbingan membantu peserta didik agar dapat: (1) mengembangkan sikap,
kebiasaan, dan cara-cara belajar yang baik, (2) berlatih menetapkan
cita-cita dan rencana pendidikan (lanjutan), (3) mencapai prestasi belajar
secara optimal sesuai bakat dan kemampuannya, (4) memiliki
keterampilan untuk menghadapi tes ujian. Dalam aspek perkembangan
karier, layanan bimbingan membantu peserta didik agar dapat: (1)
kesadaran dan penghargaan terhadap berbagai jenis pekerjaan yang ada
dalam masyarakat, (3) mengeksplorasi arah pekerjaan, (4)
mengembangkan cita-cita terhadap berbagai pilihan pekerjaaan dan belajar
merencanakan masa depan, (5) menyesuaikan pengembangan
kemampuan, keterampilan, dan minat dengan kecenderungan arah cita-cita
pekerjaan (Kartadinata, 2002).
4. Pengertian Bimbingan
Menurut Rochman Natawidjaja (1981) dalam (Winkel & Sri
Hastuti, 2007: 29), bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat. Dengan demikian dapat mengecap kebahagiaan hidupnya
serta dapat memberikan sumbangan yang berarti. Bimbingan dapat
diartikan sebagai suatu jenis pelayanan kepada individu-individu agar
mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan
menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat memenuhi
tuntutan yang ada di masyarakat (Winkel & Sri Hastuti, 2007: 29).
Menurut Yusuf & Juntika (2010: 6) bimbingan adalah pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, agar
individu dapat memahami dirinya sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan lingkungan
dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan yang
dilakukan oleh guru pembimbing atau konselor secara berkesinambungan
kepada individu agar dapat memahami dirinya, lingkungan dan memahami
tugas-tugasnya sehingga mampu mengarahkan diri, menyesuaikan diri serta
bertindak wajar sesuai dengan tuntutan yang ada dalam keluarga,
pendidikan dan masyarakat (Nurihsan, 2006: 8).
5. Tujuan Bimbingan
Menurut pendapat Nurihsan (2006) tujuan layanan bimbingan ialah
agar individu dapat (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karier, serta kehidupannya pada masa yang akan dating; (2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat, serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan serta
kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan
kesempatan untuk (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, serta
tugas-tugasnya; (2) mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di
lingkungannya; (3) mengenal dan menentukan tujuan, rencana hidupnya,
serta rencana pencapaian tujuan tersebut; (4) memahami dan mengatasi
kesulitan-kesulitan sendiri; (5) menggunakan kemampuannya untuk
kepentingan dirinya, lembaga tempat bekerja dan masyarakat; (6)
mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat,
teratur,dan optimal.
6. Fungsi Bimbingan
Ada empat fungsi bimbingan yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi pengembangan
Fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan
kekuatan yang dimiliki individu.
b. Fungsi penyaluran
Fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih dan
memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
c. Fungsi adaptasi
Fungsi membantu para pelaksana pendidikan, khususnya guru dan
wali kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan, minat, kemampaun, dan kebutuhan individu.
d. Fungsi penyesuaian
Fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan
penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal.
D. Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang
perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat
Kegiatan bimbingan klasikal dilaksanakan dengan memberikan sejumlah
topik-topik bimbingan yang sejalan dengan kebutuhan siswa (Winkel, 1997:
519).
Kegiatan bimbingan klasikal yang diberikan oleh guru pembimbing
kepada siswa meliputi berbagai bidang bimbingan. Menurut Winkel dan Sri
Hastuti (2007: 114 -118) ada 4 bidang bimbingan yaitu:
a. Bimbingan karier
Bertujuan membantu siswa dalam perencanaan dan penyelesaian
masalah karier, misalnya pemahaman terhadap tugas-tugas,
mengenal berbagai macam sekolah lanjutan dan dunia pekerjaan,
mengembangkan keterampilan karier untuk kehidupan di masa
depan.
b. Bimbingan belajar
Bertujuan membantu siswa agar mampu menemukan cara belajar
yang tepat, memilih sekolah lanjutan yang sesuai, dan mampu
mengatasi kesulitan yang timbul dalam proses belajar.
c. Bimbingan pribadi
Bertujuan membantu siswa untuk mengenal, memahami dan
menerima dirinya sendiri secara positif, berkembang menjadi pribadi
yang utuh, mandiri serta sehat jasmani dan rohani.
Bertujuan membantu siswa untuk membangun relasi dengan sesama
teman, guru serta masyarakat di lingkungan sosial.
E. Bimbingan Klasikal Membantu Pelaksanaan Tugas Perkembangan
Hurlock (dalam Yusuf, 2009) mengemukakan bahwa sekolah
merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik
dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku. Sekolah merupakan
lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program
bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar
mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek
moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial.
Pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah dasar lebih tepat bila
menggunakan layanan terpadu. Artinya, layanan bimbingan dilaksanakan
secara terpadu dengan seluruh kegiatan pendidikan di sekolah, baik
kurikuler maupun ekstrakurikuler.
F. Guru Wali Kelas Sebagai Pelaksana BK di Sekolah Dasar
Guru wali kelas berperan besar dalam membantu siswa
melaksanakan tugas perkembangannya. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh
guru wali kelas sekolah dasar antara lain memberikan topik-topik
bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Setiap kegiatan bimbingan
hendaknya dilaksanakan secara sistematik sehingga dapat berlangsung
secara berkala. Oleh karena itu guru wali kelas sekolah dasar harus menjalin
Hal ini bertujuan supaya guru wali kelas memperoleh bantuan dalam
menyusun kegiatan pelayan bimbingan.
Hal di atas sejalan dengan isi Permen Dikbud RI No. 81A Tahun
2013, lampiran IV. Dalam Permen Dikbud tersebut dikatakan bahwa
pelaksana pelayanan BK di SD adalah guru kelas. Guru kelas sebagai
pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling di SD/MI/SDLB
melaksanakan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
dan penguasaan konten dengan cara menginfusikan materi layanan
bimbingan dan konseling tersebut ke dalam pembelajaran mata pelajaran.
Untuk siswa kelas IV, V, dan VI dapat diselenggarakan layanan bimbingan
dan konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
Pada satu SD/MI/SDLB atau sejumlah SD/MI/SDLB dapat diangkat
seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam memberikan kegiatan bimbingan guru wali kelas dituntut
untuk kreatif. Guru wali kelas harus mampu menarik perhatian siswa dan
membuat siswa mudah menangkap informasi yang diberikan dan tidak
merasa bosan dalam mengikuti kegiatan. Bentuk kegiatan dalam bimbingan
kelompok misalnya dengan diskusi dalam kelompok, permainan dan
kegiatan lain yang dapat membuat para siswa ikut terlibat dalam kegiatan
26
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi
penelitian, yaitu Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, Validitas
dan Reliabilitas, Prosedur Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh
informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 2005:
447). Penelitian deskriptif dengan metode survey dirancang untuk memperoleh
informasi dengan mengumpulkan data yang relatif besar jumlahnya. Penelitian
ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat pencapaian tugas
perkembangan siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran 2014/2015.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono 2010:14)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pencapaian tugas
perkembangan siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran 2014/2015,
serta menyusun usulan topik-topik bimbingan untuk meningkatkan tugas
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun
ajaran 2014/2015, dengan data sebagai berikut.
Tabel 1.
Data Siswi Kelas V SD Kristen 3 Klaten Tahun Ajaran 20124/2015
No Kelas Jumlah
1 V A 33 siswa
2 V B 31 siswa
Jumlah total 64 siswa
Karena penelitian menggunakan semua subjek penelitian maka
penelitian ini disebut penelitian populasi. Menurut Sugiyono (2010:117)
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
C. Instrumen Penelitian 1. Jenis Alat Ukur
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Instrumen ini digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian
tugas perkembangan siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran
2014/2015. Kuesioner ini menggunakan skala Likert, yaitu suatu ukuran
subyektif yang memuat sejumlah pernyataan. Masing-masing pernyataan
dilengkapi dengan pilihan jawaban yang menunjukkan tingkatan, yaitu
Penelitian ini kuesioner tingkat pencapaian tugas perkembangan
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama mencakup bagian pengantar,
petunjuk pengisian, dan identitas diri. Bagian kedua adalah pernyataan yang
mengungkap aspek-aspek tugas perkembangan dan indikator item.
Kuesioner tugas perkembangan disusun berdasarkan kisi-kisi sebagai
berikut.
Tabel 2.
Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan SD Sebelum Uji Coba
No Aspek Tugas Perkembangan
Indikator Item Jumlah
Favora
teman-No Aspek Tugas Perkembangan
Indikator Item Jumlah
No Aspek Tugas Perkembangan
Indikator Item Jumlah
Favora
perkembangan SD dalam penelitian ini berbentuk pernyataan yang
favorable dan unfavorable dan kuesioner ini bersifat tertutup. Kuesioner
tertutup adalah kuesioner yang berisi pernyataan yang disertai dengan
pilihan jawaban yang telah disediakan dengan empat alternatif. Pilihan
jawaban untuk setiap itemnya adalah Selalu (S), Sering (SR),
Kadang-kadang (KK), Tidak Pernah (TP).
3. Penetapan Skor
Penetapan skor pada setiap jawaban adalah sebagai berikut:
a. Pada setiap item yang favorable, skor yang digunakan pada pilihan
jawaban Selalu (S) Skor 4, Sering (SR) Skor 3, Kadang-kadang (KK)
b. Pada item yang unfavorable, skor yang digunakan pada pilihan jawaban
adalah Selalu (S) Skor 1, Sering (SR) Skor 2, Kadang-kadang (KK) Skor
3, Tidak Pernah (TP) skor 4.
Subyek diminta untuk memilih salah satu alternatif pilihan dari jawaban
dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom alternatif jawaban
yang telah tersedia. Pilihan dari alternatif jawaban tersebut akan
diakumulasikan untuk mengungkap bagaimana pencapaian tugas
perkembangan siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran
2013/2014. Semakin tinggi skor maka pencapaian tugas perkembangan
siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran 2013/2014 akan semakin
tinggi, tetapi sebaliknya semakin rendah skor, maka semakin rendah pula
pencapaian tugas perkembangan siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten
tahun ajaran 2014/2015.
D. Validitas dan Reliabilitas
Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen, maka perlu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. Penjelasan mengenai
validitas dan reliabilitas diuraikan sebagai berikut:
1. Validitas
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment.
Pernyataan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauhmana
diukur” atau “sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak
diukur” (Azwar, 2009: 45). Untuk melakukan pengujian validitas isi,
dilakukan dengan cara konsultasi kepada dosen pembimbing yaitu Juster
Donal Sinaga, S.Pd., M.Pd. Agar mendapat perbaikan pada kalimat
pernyataan. Setelah dilakukan validitas isi melalui professional Judgment,
untuk mendapatkan kepastian kevalidan instrument dilakukan uji
konsistensi internal. Uji konsistensi internal dilakukan dengan mengetahui
nilai koefisien reabilitas yaitu dengan cara mengkorelasikan skor item
terhadap skor totalnya melalui pendekatan analisis korelasi Product
Moment. Adapun rumusnya dapat dilihat sebagai berikut:
XY
r = indeks korelasi validitas item N = jumlah responden
X = skor item yang akan diuji validitasnya
Y = skor total yang memuat item yang diuji validitasnya Tahap pelaksanaannya menggunakan program komputer SPSS 16.
Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau
r = 0,3 (Sugiyono, 2010: 188-189). Bila harga korelasi di bawah 0,30 maka
dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga
Dari hasil pemeriksaan ujicoba kuesioner diperoleh 13 item yang
konsistensi internalnya rendah dari 45 item, maka dari itu terdapat 32 item
yang konsistensi internalnya tinggi. Item yang koefisien korelasinya
rendah tetap dipertahankan sebagai instrument dengan perbaikan
pernyataan.
Berikut adalah tabel kisi-kisi setelah uji coba
Tabel 3
Kisi-kisi kuesioner Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan SD Sesudah Ujicoba
No Aspek Indikator Favora
bel
No Aspek Indikator Favora
Realibilitas adalah suatu alat ukur menunjuk pada “derajat
keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya”
(Furchan, 2005: 310). Realibilitas mempunyai beberapa nama lain seperti
keterpercayaan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya namun
ide pokok yang terkandung di dalam konsep realibilitas adalah sejauhmana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2009: 4).
Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner tingkat pencapaian tugas
dengan menghitung korelasi item ganjil dan item genap dengan
menggunakan teknik product moment dari pearson. Hasil perhitungan
product moment ganjil genap kemudian dikoreksi dengan formula
Spearman-Brown sebagai berikut (Masidjo 1995;218)
α =2[1- S 2
Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria
Guilford (Masidjo, 1995: 209).
Tabel 4 Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi 2 0,71 – 0,90 Tinggi 3 0,41 – 0,70 Cukup 4 0,21 – 0,40 Rendah 5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan instrument final (45 item), diperoleh perhitungan melalui
koefisien realibitas Alpha Cronbach sebesar 0,886. Demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas instrument masuk dalam kriteria tinggi. Artinya
E. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap persiapan
Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa hal sebagai persiapan sebelum
melaksanakan penelitian, yaitu:
a. Penyiapan kuesioner
Untuk penyiapan alat ukur ini dilakukan beberapa usaha sebagai
berikut:
1) Peneliti mengidentifikasi aspek-aspek pencapaian tugas
perkembangan menurut para ahli
2) Peneliti merumuskan item-item yang mengungkapkan berbagai
aspek pencapaian tugas perkembangan
3) Peneliti mengkonsultasikan kuesioner kepada dosen pembimbing
4) Peneliti melakukan prosedur perizinan ke sekolah yang hendak
digunakan sebagai tempat pelaksanaan penelitian
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa SD
Langkah yang ditempuh untuk analisis data adalah sebagai berikut :
1. Memberi skor pada tiap-tiap item pada setiap kuesioner yang telah diiisi
oleh responden dengan mengacu pada norma skoring dari tiap-tiap
2. Mentabulasikan seluruh data ke dalam komputer dengan bantuan program
Microsoft Excel kemudian menjumlah total skor dari masing-masing
responden.
3. Mengelompokkan tingkat minat subjek penelitian ke dalam lima kategori
dengan mengacu pada pedoman Azwar (2007: 108). Adapun norma
kategori tersebut dapat dilihat pada tabel seperti berikut:
Tabel 5
Penggolongan Kategorisasi
Perhitungan Skor Kategori
µ+1.5σ < X Sangat Tercapai
µ+0.5σ < X ≤ µ+1.5σ Tercapai
µ-0.5σ < X ≤ µ+0.5σ Cukup Tercapai
µ-1.5σ < X ≤ µ-0.5σ Kurang Tercapai
X ≤ µ-1.5σ Sangat Kurang Tercapai
X maksimum teoritik : skor tertinggi yang diperoleh subjek
penelitian dalam skala
X minimum teoritik : skor terendah yang diperoleh subjek
penelitian dalam skala
σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran.
µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum
Kategori di atas dijadikan sebagai patokan dalam pengelompokkan
dalam tinggi rendah tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa dengan
jumlah item 45, diperoleh unsur perhitungan sebagai berikut:
X maksimum teoritik : 4 x 45 = 80
X minimum teoritik : 1 x 45 = 45
Luas jarak : 180– 45 =135
σ (standar deviasi) : 135 : 6 = 22,5
µ (mean teoritik) : (180+45) : 2 =112,5
Hasil perhitungan kategorisasi tingkat pencapaian tugas perkembangan
siswa dapat dilihat ditabel berikut:
Tabel 6
Pengkategorisasian Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan
Perhitungan Skor Rerata Skor Kategori
µ+1.5σ < X 146,25<X Sangat Tercapai
µ+0.5σ < X ≤ µ+1.5σ 123,75< X ≤ 1146,25 Tercapai
µ-0.5σ < X ≤ µ+0.5σ 101,25< X ≤ 123,75 Cukup Tercapai
µ-1.5σ < X ≤ µ-0.5σ 78,75< X ≤ 101,25 Tidak Tercapai
X ≤ µ-1.5σ X ≤ 78,75 Sangat Tidak Tercapai
Selanjutnya mengkategorisasikan skor item secara keseluruhan dengan
jumlah subyek sebanyak 62 siswa, diperoleh unsur perhitungan skor item
sebagai berikut:
X minimum teoritik : 1 x 62 = 62
Luas jarak : 248 - 62 = 186
(σ) Standar deviasi : 186 : 6 = 31
µ (mean teoritik) : (186+62) : 2 = 124
Hasil perhitungan kategorisasi skor item dapat dilihat ditabel berikut:
Tabel 7
Pengkategorisasian Skor Item Kuesioner Penelitian
Perhitungan Skor Rerata Skor Kategori
µ+1.5σ < X 170,5<X Sangat Tinggi
µ+0.5σ < X ≤ µ+1.5σ 139,5< X ≤ 170,5 Tinggi µ-0.5σ < X ≤ µ+0.5σ 108,5< X ≤ 139,5 Cukup Rendah
µ-1.5σ < X ≤ µ-0.5σ 77,5< X ≤ 108,5 Rendah
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai
tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten Tahun
ajaran 2014/2015 dan imlikasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan
mengenai tugas perkembangan.
A. Hasil
1. Tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas V SD Kristen 3
Klaten tahun ajran 2014/1015
Berdasarkan perolehan data diketahui tingkat pencapaian tugas
perkembangan siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten Tahun Ajaran
2014/2015 seperti tampak pada table 7
Tabel 8
Tingkat Pencapain Tugas PerkembanganSiswa Kelas V SD Kristen 3 Klaten
Rerata Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
<146,25 Sangat Tercapai 10 16,1% 123,75-146,25 Tercapai 33 53,2% 101,25-123,75 Cukup Tercapai 17 27,5% 78,75-101,25 Tidak Tercapai 2 3,2%
>78,75 Sangat Tidak Tercapai 0 0%
Berikut adalah diagram tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas
V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran 2014/2015
Gambar 1. Diagram Tingkat Pencapain Tugas Perkembangan Siswa Kelas V SD Kristen 3 Klaten
Berdasarkan tabel 8 serta gambar 1 tampak bahwa tidak terdapat
siswa yang memiliki tingkat pencapain tugas perkembangan kategori
sangat tidak tercapai. Terdapat 2 siswa (3,2%) memiliki tingkat
pencapaian tugas perkembangan kategori tidak tercapai, 17 siswa
(27,5%)memiliki tingkat pencapain tugas perkembangan kategori cukup
tercapai, 33 siswa (53,2%)memiliki tingkat pencapaian tugas
perkembangan kategori tercapai, 10 siswa (16,1) memiliki tingkat
pencapaian tugas perkembangan sangat tercapai.
Jadi, sebagian besar (53,2%) siswa SD Kristen 3 Klaten kelas V
memiliki tingkat pencapaian tugas pekembangan dalam ketegori tercapai
2. Analisis butir-butir instrument tugas perkembangan
Dari hasil analisis butir-butir instrumen penelitian diperoleh data
sebagai berikut.
Tabel 9
Hasil Kategorisasi Skor Item
Rerata Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
Berikut adalah diagram mengenai skor item tingkat pencapain tugas
perkembangan:
Gambar 2. Diagram Item Tingkat Pencapain Tugas Perkembangan Siswa
Dari tabel 9 dan gambar 2 menunjukkan tidak terdapat item (0%) yang
teridentifikasi masuk dalam kategori sangat rendah dan rendah, terdapat 1 item
(2,3%) yang teridentifikasimasuk dalam kategoricukup rendah, 15 item (33,3%)
yang teridentifikasi masuk dalam kategori tinggi, 29 item (64,4%) yang
teridentifikasi masuk dalam kategori sangat tinggi
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pencapaian tugas perkembangan
siswa pada tabel 8 menunjukkan bahwa ada 2 siswa (3,2%) memiliki tingkat
pencapaian tugas perkembangan kategori tidak tercapai, 17 siswa (27,5%)
memiliki tingkat pencapain tugas perkembangan kategori cukup tercapai, 33
siswa (53,2%) memiliki tingkat pencapaian tugas perkembangan kategori
tercapai, 10 siswa (16,1) memiliki tingkat pencapaian tugas perkembangan
sangat tercapai.
Siswa yang termasuk dalam kategori tingkat pencapaian tugas
perkembangannya tercapai berarti merekaakan merasa bahagia. Hal ini sejalan
dengan pendapat Havighurst (Husdarta&Nurlan Kusmaedi, 2010:36) yang
menyatakan bahwa orang yang mampu memenuhi tugas perkembangannya
akan menimbulkan perasaan bahagia, sedangkan bila tidak terpenuhi akan
menimbulkan perasaan rendah diri, mendapat kecaman dari masyarakat dan
Menurut Havighurst (Hurlock, 1991:11) ada beberapa faktor yang
kiranya mempengaruhi keberhasilan siswa dalam melaksanakan tugas
perkembangnnya, antara lain:
1. Adanya bimbingan dari orang tua dan guru, misalnya dilatih untuk
belajar bergaul dengan teman-teman sebaya dan menguasai beberapa
keterampilan.
2. Memiliki kesehatan yang baik dan tidak cacat tubuh, misalnya siswa
yang kondisi tubuhnya sehat lebih mudah untuk melakukan kegiatan
yang membutuhkan gerakan fisik.
3. Adanya motivasi yang kuat untuk belajar, siswa yang memiliki
motivasi yang kuat akan mudah melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan sehingga mencapai kesuksesan.
4. Lingkungan yang memberikan kesempatan untuk belajar, sekolah
merupakan lingkungan yang memberikan kesempatan siswa untuk
belajar banyak hal.
5. Berani untuk tampil menjadi diri sendiri, percaya pada kemampuan
yang dimiliki percaya bahwa dibalik kekurangan pasti ada kelebihan.
Keberhasilan siswa dalam melaksanakan tugas perkembangannya
memberikan dampak positif bagi individu yang bersangkutan. Dampak positif
yang ditimbulkan yaitu individu yang bersangkutan akan merasa bahagia, tidak
rendah diri, tidak mendapatkecaman dari masyarakat, mampu menjadi pribadi
yang lebih baik, dan akan lebih berhasil dalam menghadapi dan melaksanakan
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh siswa, orang tua dan guru untuk
membantu meningkatkan keberhasilan dalam melaksanakan tugas
perkembangan adalah sebagai berikut:
1. Siswa sendiri
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh siswa untuk meningkatkan
keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangannya, antara lain:
belajar untuk lebih memahami peran sosial; belajar untuk lebih mandiri;
semakin mampu untuk menerima keadaan fisik apa adanya; menjalin
kerjasama yang baik dengan orang lain; dan belajar untuk lebih bisa
menghargai orang lain.
2. Orang tua
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mendukung
siswa agar lebih berhasil dalam melaksanakan tugas perkembangannya,
antara lain: memberikan pendampingan dan perhatian kepada siswa;
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan memotivasi
siswa dalam belajarnya.
3. Guru
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendukung siswa
agar lebih berhasil dalam melaksanakan tugas perkembangannya,
antara lain: melatih siswa untuk belajar bekerjasama dengan orang lain
dalam setiap kegiatan; melatih siswa agar memiliki sikap toleran
terhadap orang lain, misalnya menolong teman yang membutuhkan
mengikuti pelajaran di kelas ataupun ada teman yang mengungkapkan
pendapat maka siswa yang lain diajarkan untuk tetap tenang dan
mendengarkan siswa yang sedang berbicara; siswa juga dilatih untuk
belajar bertanggung jawab pada tugas atau pekerjaan yang diberikan,
misalnya menjaga kebersihan lingkungan, mengerjakan PR, dan belajar
bertanggung jawab.
C. Usulan Topik-topik Bimbingan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Tingkat Pencapaian Tugas
Perkembangan Siswa SD Kriaten 3 Klaten Tahun Ajaran 2014/2015”, peneliti
menyusun usulan topik-topik bimbingan yang dapat digunakan oleh guru wali
kelas maupun kepala sekolah dalam rangka membantu siswa memahami setiap
tugas perkembangannya sendiri.
Topik-topik bimbingan disusun berdasarkan item-item yang
teridentifikasi tidak tercapai dan cukup tercapai. Berdasarkan hasil penelitian,
item yang teridentifikasi cukup rendah adalah sebagai berikut:
Tabel 10
Item-item Pernyataan yang tergolong dalam Kategori Cukup Rendah No No Item Item Pernyataan
1 14 Saya mampu membaca dengan cepat dan lancar 2 21 Saya setiap bangun tidur membereskan tempat
tidurku
3 36 Saya menyusun rencana kegiatan untuk mengisi waktu senggang
4 42 Saya membantu korban bencana alam 5 5 Saya membentuk kelompok belajar bersama
teman-teman
Item-item yang teridentifikasi cukup rendah kemudian dijadikan dasar
Tabel 11
Usulan Topik-topik Bimbingan yang Dapat Meningkatkan Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa Kelas V SD Kristen 3 Klaten Tahun Ajaran 2014/2015
50
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan hasil-hasil penelitian dan saran-saran
terhadap guru pembimbing, siswa serta peneliti lain.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Siswa kelas V SD Kristen 3 Klaten tahun ajaran 2014/2015 berpendapat
bahwa mereka berhasil dalam melaksanakan tugas perkembangannya.
2. Ada satu tugas perkembangan yang belum berhasil dilaksanakan. Sejalan
dengan tugas-tugas perkembangan yang belum berhasil dilaksanakan
inilah diusulkan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan
keberhasilan siswa dalam melaksanakan tugas perkembangannya.
B. Saran-saran
Berikut ini dikemukakan saran-saran bagi pihak-pihak yang terkait sesuai
dengan hasil penelitian
1. Guru Pembimbing
Guru pembimbing hendaknya menindaklanjuti hasil penelitian
ini dengan memberikan atau membahas topik-topik bimbingan
yang diusulkan dalam skripsi, dengan metode yang menarik dan
bervariasi siswa akan lebih mudah dan senang dalam mengikuti