• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PEMANFAATAN MEDIA TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PEMANFAATAN MEDIA TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MEDIA TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS

TRI SUCI HARIYANTI

SMP Negeri 6 Bangkalan

Abstrak : Berdasarkan pengalaman di lapangan ternyata banyak siswa kelas IX-A SMP Negeri 6 Bangkalan kurang mampu berbicara Bahasa inggris untuk mengemukakan gagasan secara sistematis, pilihan dan penggunaan kata tidak tepat, bahkan beberapa tidak berani berbicara Bahasa inggris. Upaya melatih kemampuan berbicara Bahasa inggris siswa sudah dilakukan dengan berbagai cara, tetapi belum mencapai hasil yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemanfaatan televisi dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan berbicara Bahasa inggris siswa, serta menemukan cara yang tepat untuk menerapkannya dalam pembelajaran melalui prosedur perencanaan, pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi, sertar efleksi. Untuk mengumpulkan data, pelaksanaan penelitian ini disertai dengan pengamatan, diskusi, dan evaluasi. Data hasil pengamatan dan diskusi dianalisis dengan metode análisis deskriptif, sedangkan hasil evaluasi dengan kriteria penskoran/penilaian dan ketuntasan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemanfaatan media televisi yang disertai cara penerapan yang tepat dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan berbicara Bahasa inggris siswa kelas IX-A. karena pada penelitian ini diterapkan beberapa cara yaitu: 1) melakukan persiapan pembelajaran dengan menugaskan siswa menonton acara televisi yang disukainya, kemudian berlatih mengungkapkan kembali secara lisan dengan bahasanya sendiri. 2) memberi keleluasaan kepada siswa terkait teknik penyampaiannya. 3) materi pembicaraan perlu beragam agar pembelajaran tetap menarik karena informasi yang disimaknya baru dan bervariasi. 4) agar bisa berbicara Bahasa inggris lancar, selain latihan berbicara Bahasa inggris perlu menyiapkan catatan kecil yang berisi garis-garis besar yang akan dibicarakan. 5) agar siswa lebih antusias, pembelajaran perlu diselingi dengan kegiatan resiprokal yaitu dengan bertanya jawab atau memberi tanggapan. Hal ini selain dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam berbicara Bahasa inggris juga dapat meningkatkan kemampuan menyimaknya, mengingat dua kegiatan tersebut selalu berkaitan.

Kata Kunci :Televisi, aktivitas, berbicara, Bahasa Inggris

(2)

analysis method, while the evaluation result with scoring criteria, Based on the results of the study concluded that the use of television media along with the proper application can increase the learning activities and the ability to speak English class IX-A students. Because in this research applied several ways, namely: 1) preparing for the lesson by assigning students to watch the television program they like, then rehearsing verbally in their own language. 2) Give flexibility to students related to delivery techniques. 3) the subject matter needs to be diverse in order to make the lesson interesting because the information is new and varied. 4) In order to speak English fluently, in addition to English speaking practice needs to prepare a small note that contains the outlines to be discussed. 5) Make students more enthusiastic, learning needs to be interspersed with reciprocal activities that are by asking questions or responding. This in addition can increase the activity and ability of students in speaking English can also improve the ability to listen, considering the two activities are always related.

PENDAHULUAN

Bahasa mempunyai peranan yang amat penting. Selain berfungsi sebagai alat komunikasi juga sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Jadi, wajar saja bahasa Inggris selama ini selalu menjadi mata pelajaran utama di setiap jenjang pendidikan. Saat ini pembelajaran bahasa Inggris diarah-kan pada keterampilan siswa menggu-nakan bahasa Inggris sesuai konteks-nya. Artinya, pembelajaran bahasa Inggris bersifat pragmatis-komuni-katif yang lebih menekankan fung-sinya sebagai alat komunikasi dari-pada pengetahuan kebahasaan (Dep-dinas, 2004).

Aswin (1999:12) mengungkap-kan pada setiap jenjang pendidimengungkap-kan ada delapan kompetensi dasar yang perlu dimantapkan. Kedelapan kom-petensi dasar tersebut sangat berman-faat dalam menunjang kegiatan bela-jar mengabela-jar. Dari kedelapan kom-petensi dasar itu, tujuh di antaranya dibelajarkan dalam pembelajaran ba-hasa Inggris. Adapun delapan kom-petensi dasar itu adalah

1. membaca, perlu dilatih untuk me-mantapkan kemampuan pemikiran konsepsional;

2. menulis, guna melatih orang untuk cermat dalam merancang jalan pe-mikiran yang teratur;

3. mendengar, perlu dilatih untuk me-ndengar dan memahami orang lain;

4. menghitung, melatih kemampuan

berpikir dan memanfaatkan nalar, 5. mengamati yaitu menggunakan

in-dera secara terpadu;

6. menghayati yaitu melatih kemam-puan menempatkan diri pada ke-dudukan orang lain;

7. menghayal yaitu melatih daya cip-ta dan visualisasi; dan

8. berbicara bahasa Inggris yaitu me-latih kemampuan berkomunikasi secara lisan.

(3)

berbi-Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

cara bahasa Inggris menyita waktu 30 % dari semua kegiatan berbahasa, urutan kedua setelah menyimak 45 %, membaca 16 % dan menulis 9 %.

Pada setiap pemberlakuan kuri-kulum pembelajaran bahasa Inggris antara lain menekankan pada kete-rampilan berbicara bahasa Inggris siswa. Berdasarkan pengalaman di lapangan ternyata banyak siswa yang kurang terampil berbicara bahasa Inggris dalam arti tidak mampu me-ngemukakan gagasan secara siste-matis, pilihan dan penggunaan kata tidak tepat, bahkan ada di antara me-reka tidak berani tampil untuk ber-bicara bahasa Inggris. Upaya melatih keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa sudah dilakukan dengan berba-gai cara misalnya,

1. memberi arahan dan motivasi,

2. memancing dengan

masalah-masa-lah tertentu agar siswa memberi tanggapan,

3. menugaskan siswa membaca

wa-cana yang menarik baginya kemu-dian mengungkapkan secara lisan. Namun upaya ini belum mencapai hasil yang diharapkan.

Refleksi awal yang dilakukan oleh guru/peneliti menghasilkan be-berapa simpulan.

1. Siswa tidak berani berbicara baha-sa Inggris karena tidak tahu harus mulai dari mana dan bagaimana memulai berbicara bahasa Inggris. 2. Topik pembelajaran kurang mem-buat siswa bergairah dalam belajar. 3. Guru belum menyesuaikan secara optimal metode pembelajaran se-hingga pembelajaran kurang ber-makna bagi siswa.

4. Kurang tersedianya media pembe-lajaran di sekolah (selain buku-buku) sehingga pembelajaran lebih sering bersifat verbal. Ini membuat siswa bosan.

Untuk mengatasi masalah ter-sebut diperlukan usaha guru untuk menemukan alternatif pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Inggris. Beberapa alternatif yang dapat dikemukakan antara lain

menyediakan topik pembelajaran

yang lebih variatif atau memanfaat-kan media pendidimemanfaat-kan. Media pendi-dikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan in-teraksi antara guru dan siswa dalam proses dalam proses pembelajaran (http:// www. ekofeum. or.id)

Media pendidikan menyangkut media grafis, media tiga dimensi, me-dia proyeksi, atau pun meme-dia lingku-ngan. Media grafis meliputi gambar, foto, grafik, bagan, diagram, atau pun poster. Media proyeksi meliputi slide, film, televisi, dan OHP. Media ling-kungan meliputi lingling-kungan alam, so-cial, dan budaya. Media tiga dimensi meliputi model / bangun yang memi-liki ukuran panjang, lebar, dan tinggi Sudjana dan Rivai,1981: 3-4).

(4)

beragam. Hal ini kemungkinan besar membuat siswa merasa senang, terke-san, atau mungkin bermakna bagi di-rinya. Perasaan senang, terkesan, ser-ta bermakna ini akan mendorong dan memudahkan siswa belajar berbicara bahasa Inggris. Di samping itu hampir bisa dipastikan setiap keluarga siswa memiliki televisi.

Acara-acara yang ditayangkan di televisi membuat siswa lebih res-ponsif karena apa yang dibahas di ke-las bersinggungan dengan hiburan yang dinikmatinya di rumah. Dengan demikian, akan dapat meningkatkan aktivitas belajarnya. Keaktifan dalam belajar sangat diperlukan bahkan menjadi tuntutan utama untuk bisa medapatkan hasil yang diharapkan yaitu kemampuan berbicara bahasa Inggris.

Kajian Teori

Hakikat Berbicara bahasa Inggris

1. Konsep Dasar Berbicara bahasa Inggris

Berbicara bahasa Inggris adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara li-san dapat dipengaruhi oleh bebera-pa factor yaitu : pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata dan kali-mat, sistematika pembicaraan, isi pembicaraan, cara memulai dan mengakhiri pembicaraan, dan pe-nampilan saat berbicara bahasa Inggris.

Berbicara bahasa Inggris berka-itan erat dengan tiga aspek berba-hasa yang lain seperti menyimak, membaca, dan menulis. Berbicara

bahasa Inggris dan menyimak me-rupakan dua kegiatan yang tak ter-pisahkan yang disebut resiprokal. Di sisi lain bahan pembicaraan se-bagian besar diperoleh melalui ke-giatan membaca. Semakin sering membaca semakin luas informasi dan pengetahuan yang dimiliki. Ini menjadi modal untuk menunjuk-kan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Sedangkan berbicara baha-sa Inggris dan menulis merupakan kegiatan yang bersifat produktif ekspresif. Keduanya berfungsi se-bagai penyampai informasi.

Konsep dasar berbicara bahasa Inggris sebagai sarana berkomuni-kasi mencakup sembilan hal, yak-ni:

a. Berbicara bahasa Inggris dan Menyimak adalah Dua Kegia-tan Resiprokal

(5)

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

tanya jawab, interview, dan se-bagainya.

Dalam komunikasi lisan,

pembicara dan penyimak ber-padu dalam suatu kegiatan yang resiprokal berganti peran spon-tan, mudah, dan lancar dari pembicara menjadi penyimak, dari penyimak menjadi pembi-cara.

b. Berbicara bahasa Inggris ada-lah Proses Individu Berkomuni-kasi

Berbicara bahasa Inggris a-dakalanya digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan ling-kungannya. Bila hal ini dikait-kan dengan fungsi bahasa maka berbicara bahasa Inggris digu-nakan sebagai sarana mempe-roleh pengetahuan, mengadap-tasi, mempelajari lingkungan-nya, dan mengontrol lingku-ngannya.

c. Berbicara bahasa Inggris ada-lah Ekspresi yang Kreatif

Melalui berbicara bahasa Inggris kreatif, sesorang tidak sekadar menyatakan ide, tetapi juga memanifestasikan kepri-badiannya. Tidak hanya meng-gunakan pesona ucapan kata dan dalam menyatakan apa yang hendak dikatakannya, te-tapi juga menyatakan idenya secara murni, fasih, ceria, dan spontan. Perkembangan persep-si dan kepekaan terhadap per-kembangan keterampilan ber-komunikasi menstimulasi se-sorang untuk mencapai taraf

kreativitas tertinggi dan ekspre-si intelektual.

d. Berbicara bahasa Inggris ada-lah Tingkah Laku

Berbicara bahasa Inggris a-dalah ekspresi pembicara. Me-lalui berbicara bahasa Inggris, pembicara sebenarnya menya-takan gambaran dirinya. Berbi-cara bahasa Inggris merupakan simbolisasi kepribadian si pem-bicara. Berbicara bahasa Inggris juga merupakan dinamika da-lam pengertian melibatkan tuju-an pembicara kepada kejadituju-an di sekelilingnya kepada pende-ngarnya, atau kepada objek ter-tentu.

Dalam bahasa Inggris, kita

juga menemui peribahasa “ Bahasa menunjukkan bangsa”.

Makna peribahasa tersebut ialah cara kita berbahasa, berbicara bahasa Inggris, bertingkah laku

menggambarkan kepribadian

kita. Dalam Kepribadian itu su-dah terselip tingkah laku kita. Karena itu tepatlah bila dika-takan berbicara bahasa Inggris adalah tingkah laku.

e. Berbicara bahasa Inggris ada-lah Tingkah Laku yang Dipela-jar

(6)

mengembangkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mere-ka. Keterampilan berbicara ba-hasa Inggris merupakan, kete-rampilan yang mekanistis. Se-makin banyak berlatih berbicara bahasa Inggris, semakin diku-asai keterampilan berbicara ba-hasa Inggris itu.

f. Berbicara bahasa Inggris Disti-mulasi oleh Pengalaman

Berbicara bahasa Inggris a-dalah ekspresi diri. Bila diri si pembicara terisi oleh pengeta-huan dan pengalaman yang ka-ya, maka dengan mudah yang bersangkutan menguraikan pe-ngetahuan atau pengalamannya itu. Bila pembicara miskin pe-ngetahuan dan pengalaman, ma-ka yang bersangkutan ama-kan me-ngalami kesukaran dalam ber-bicara bahasa Inggris.

g. Berbicara bahasa Inggris Alat untuk Memperluas Cakrawala

Paling sedikit, berbicara ba-hasa Inggris dapat digunakan untuk dua hal. Yang pertama untuk mengekspresikan ide, pe-rasaan, dan imajinasi. Kedua, berbicara bahasa Inggris dapat juga digunakan untuk menam-bah pengetahuan dan memper-luas cakrawala pengalaman. Lihatlah bagaimana anak-anak bertanya gencar mengenai adaan sekitarnya. Melalui ke-giatan bertanya, anak mengarah kepada berpikir keras dan pe-nemuan.

h. Kemampuan Linguistik dan Lingkungan

Anak-anak adalah produk lingkungannya, JIka dalam ling-kungan hidupnya ia sering diajak berbicara bahasa Inggris dan segala pertanyaannya diper-hatikan dan dijawab serta ling-kungan itu sendiri menyediakan kesempatan untuk belajar dan berlatih berbicara bahasa Ing-gris maka dapat diharapkan a-nak tersebut terampil berbicara bahasa Inggris. Ini berarti si anak sudah memiliki kemam-puan linguistic yang memadai sebelum mereka memasuki se-kolah.

Lingkungan yang tidak me-nunjang perkembangan lingu-istik anak tergambar sebagai berikut. Lingkungan itu miskin kegiatan linguistik. Dialog an-tara anak dan orang tua serta anggota keluarga lainnya sangat kurang. Perhatian dan perta-nyaan anak tidak digubris atau jarang diperhatikan. Lingku-ngan sepi, buta bicara, tidak ada kesempatan belajar berbahasa sehingga membuat anak tidak tidak berkembang. Bila anak masuk sekolah ia akan kelihatan kaku, kurang bicara, pemalu, dan tidak dapat menyatakan dirinya.

i. Berbicara bahasa Inggris ada-lah Pancaran Kepribadian

(7)

berbi-Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

cara bahasa Inggris adalah in-deks kepribadian.

Pihak yang paling berkom-peten, efektif, berperan dalam mengajari anak berbicara ba-hasa Inggris adalah guru. Guru paling mengetahui, memahami, dan menghayati betapa pen-tingnya keterampilan berbicara bahasa Inggris bagi anak di-diknya. Guru juga tahu ba-gaimana cara menciptakan ling-kungan yang merangsang, wak-tu yang tepat menstimulasi, membimbing, dan melatih sis-wa berbicara bahasa Inggris.

2. Metode Menyampaikan Pembica-raan

Berdasarkan cara penyampai-annya pembicaraan dapat dikla-sifikasikan menjadi empat jenis. Keempat jenis berbicara bahasa Inggris itu disesuaikan namanya dengan metode penyampaiannya, yaitu :

a. Berbicara bahasa Inggris Men-dadak

Berbicara bahasa Inggris

mendadak terjadi karena sese-orang tanpa direncanakan sebe-lumnya harus berbicara bahasa Inggris di depan umum. Hal ini dapat terjadi karena tuntutan situasi. Misalnya karena pem-bicara yang telah direncanakan, berhalangan tampil, maka ter-paksa secara mendadak dica-rikan penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang di-minta secara mendadak mem-berikan sambutan, pidato perpi-sahan, dan sebagainya. Dalam

situasi seperti ini pembicara harus menggunakan pengala-mannya bagi penyusunan or-ganisasi pembicaraannya.

b. Berbicara bahasa Inggris Ber-dasarkan Catatan Kecil

Sejumlah pembicara meng-gunakan catatan kecil dalam kartu, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara bahasa Inggris. Ber-landaskan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar me-ngenai sesuatu hal. Cara seperti ini dapat berhasil apabila pem-bicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum tam-pil di depan umum.

c. Berbicara bahasa Inggris Ber-dasarkan Hafalan

Pembicara yang dalam taraf belajar mempersiapkan bahan pembicaraannya dengan cermat dan dituliskan secara lengkap. Bahan yang sudah ditulis itu dihafalkan kata demi kata , lalu tampil berbicara bahasa Inggris berdasarkan hasil hafalannya. Cara berbicara bahasa Inggris seperti ini memang banyak ke-lemahannya. Pembicara mung-kin lupa akan beberapa bagian dari isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku, dan kurang penyesuaian pada situasi yang ada.

d. Berbicara bahasa Inggris Ber-dasarkan Naskah.

(8)

Berbicara bahasa Inggris ber-landaskan naskah dilaksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi, dan

menyangkut kepentingan

u-mum. Kelemahan berbicara ba-hasa Inggris berdasarkan nas-kah, antara lain

a) perhatian pembicara lebih tertuju pada naskah,

b) suasana terlalu resmi sehing-ga kaku,

c) pembicara kurang kontak de-ngan pendengar.

Televisi sebagai Media Pembela-jaran

1. Pengertian Media

Media adalah setiap alat (baik hardware, maupun software), me-tode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefek-tifkan komunikasi dan interaksi an-tar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran sekolah (Rumampuk,1998;Hamalik, 1994). Dalam penggunaannya media di-integrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran serta metode mengajar, mengingat media adalah bagian integral dalam proses belajar mengajar.

Penggunaan media dalam pe-ngajaran harus diperhatikan fungsi dan kriteria pemilihan media. Fungsi media dalam pengajaran adalah untuk mengurangi ver-balisme, memperbesar perhatian siswa, memberi pengalaman yang nyata, dan membantu tumbuhnya perhatian, dengan demikian

mem-bantu perkembangan kemampuan berbahasa siswa (Hamalik, 1994).

Sebagai sumber pembelajaran,

media pendidikan diperlukan

untuk membantu guru dalam me-numbuhkan pemahaman siswa ter-hadap materi pelajaran. Diver-sifikasi aplikasi media atau multi media, sangat direkomendasikan dalam proses pembelajaran, ter-masuk pembelajaran bahasa Ing-gris, misalnya melalui : penga-laman langsung siswa di ling-kungan masyarakat, dramatisasi, pameran dan kumpulan benda-benda, televisi dan film, radio recording, gambar dan foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi pembelajaran bahasa Inggris, gra-fik, bagan, chart, skema, peta, majalah, surat kabar, buletin, fol-der, pamflet dan karikatur, perpus-takaan, laboratorium bahasa Ing-gris, serta ceramah, tanya jawab, cerita lisan, dan sejenisnya (Ru-mampuk, 1988 : 23-27; Mulyono, 1980 : 10-12, dalam Achmad, Arief 2004)

(9)

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

sumber pembelajarannya. (Adiwi-karta, 1988; Nielsen Media, 1989; Dominguez and Rincon, 1992; Prisloo and Criticos, 1994)

2. Kaitan Pertelevisian Indonesia dengan Pendidikan

Saat ini, stasiun televisi na-sional maupun lokal sudah men-jamur karena perkembangannya jauh melampui media-media massa lain. Di daerah-daerah terpencil sekalipun, pada saat ini dengan mudah dapat mengakses siaran televisi. Untuk itu, televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat. Media yang ber-karakter audio-visual ini memang sedikit mirip dengan budaya lisan yang dimiliki masyarakat kita. Berbeda dengan budaya baca-tulis. Tak heran masyarakat masih ba-nyak yang buta huruf. Keinginan untuk memiliki televisi jauh lebih tinggi daripada keinginan untuk membeli buku bacaan. Bahkan menjadi prasyarat yang harus ada

di tengah-tengah mereka

(http://www.ekofeum.or.id).

Siaran televisi di tanah air saat ini didominasi oleh sinetron, mu-sik, kuis, maupun infotaiment un-tuk menarik pemirsa. Sebaliknya, program-program pendidikan men-dapat porsi tayangan yang sangat kecil. Jika dicermati lebih men-dalam, pada hampir setiap program aspek-aspek pendidikan sudah sa-ngat kurang, bahkan tidak diton-jolkan sama sekali. Begitu pula, dalam program-program tersebut tidak jelas lagi batas-batas antara pendidikan dan seni. Keduanya

sudah campur aduk sehingga sulit dibedakan mana aspek pendidikan dan mana aspek seninya.

Pendek kata, sebagai primadona media, televisi telah memberikan imbas yang luar biasa besar bagi

kehidupan masyatakat. Secara

langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada perilaku dan po-la pikir masyarakat Indonesia. Dan peranan ideal media televisi se-bagai salah satu media yang ber-fungsi sebagai serana pembelaja-ran dan pendidikan agar masyara-kat kian memiliki sikap kritis, mandiri, dan kedalaman berfikir tidak sepenuhnya bisa terwakili. Tetapi malah membuat masyarakat menjadi bodoh, tidak kritis, apatis, eskapis, terlena, pemimpi, pelupa, pemistik, dan skeptis. Perkemba-ngan media televisi yang tanpa kontrol semakin marak di Indone-sia.

Oleh karena itu, para orang tua dan pendidik, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, diharapkan dapat memini-malisasikan pengaruh negatif me-dia massa dan mengoptimalkan dampak positifnya. Sebagai kon-sekuensi logis dari pemanfaatan media massa termasuk televisi se-bagai sumber pembelajaran menu-rut Rakhmat (1985 : 216-258), terdapat paling tidak empat buah efek pemanfatan media massa ter-sebut, yaitu :

(10)

b. Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi siswa;

c. Efek afektif, yaitu berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang dirasakan, dise-nangi, atau dibenci siswa; dan d. Efek behavioral, yaitu berkaitan

pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang mencakup pola-pola tindakan kegiatan, atau ke-biasaan berperilaku siswa.

Sekilas tentang Pendekatan CBSA Pengertian CBSA secara harfiah diungkapkan oleh Tabrani dan Hami-jaya (1990:7) seperti berikut :CBSA dapat diartikan sebagai suatu system belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna mem-peroleh hasil belajar yang berupa per-paduan antara matra (domain) kogni-tif, afekkogni-tif, dan psikomotorik. CBSA sangat penting dalam proses belajar mengajar karena sangat menunjang kreativitas dan aktivitas belajar siswa serta menunjang pula kreativitas dan aktivitas guru.Baik guru maupun sis-wa perlu meningkatkan kreativitasnya dalam pembelajaran agar proses dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan sehingga mutu pendidikan yang di-harapkan dari tuntutan kurikulum akan terpenuhi. Aktivitas guru ter-cermin dalam strategi pengajaran, sedangkan siswa dalam memecahkan masalah dan menyatakan gagasan de-ngan bahasa sendiri. Guru perlu me-nyusun rencana mengenai berbagai sumber yang digunakan dalam

pem-belajaran. Di sini guru bertugas mem-beri kemudahan kepada siswa untuk belajar. Kegiatan utama guru adalah memberi rangsangan, bimbingan, pe-ngarahan, dan dorongan belajar. Ben-tuk keaktifan siswa beraneka ragam. Keaktifan itu meliputi dalam

pe-nginderaan (mendengar, melihat,

mencium, merasa, dan meraba), me-ngolah ide-ide, menyatakan ide, dan melakukan latihan-latihan yang ber-kaitan dengan pembentukan kete-rampilan jasmaniah (Tabrani dan Ha-mi-jaya, 1990:5).

Sriyono (1991) melihat terwu-judnya CBSA dalam proses belajar mengajar dengan indikator CBSA. Melalui indicator ini dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul da-lam suatu proses belajar-mengajar berdasarkan apa yang dirancang oleh guru. Indikator itu, misalnya dalam proses belajar-mengajar adanya ak-tivitas berupa keinginan, keberanian, dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar. Maksudnya pada saat kegiatan belajar-mengajar siswa menunjukkan adanya :

1) Keinginan siswa untuk belajar se-cara sungguh-sungguh tanpa ada-nya unsur paksaan;

2) Keberanian siswa menjawab per-tanyaan yang diajukan oleh guru maupun oleh siswa yang lain;

3) Keberanian siswa mengajukan

(11)

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

Dalam pelaksanaan kegiatan be-lajar-mengajar, guru agar senantiasa berusaha mendorong, membina gairah belajar siswa dan tidak mendoninasi kegiatan proses belajar. Guru hen-daknya menghargai pendapat siswa terlepas dari benar dan salah, dan tidak diperkenankan membunuh atau menekan pendapat siswa di depan siswa lainnya. Guru bahkan harus mendorong siswa agar selalu meng-gunakan pendapatnya secara bebas tanpa rasa takut atau malu (Sriyono, 1991).

Metode Penelitian

Penelitian tindakan ini dilak-sanakan di kelas IX-A SMP Negeri 6 Bangkalan. Pelaksanaannya pada se-mester II tahun pelajaran 2015-2016. Subjeknya adalah siswa kelas IX-A SMP Negeri 6 Bangkalan dan pene-liti/guru mata pelajaran bahasa Ing-gris.

Keduanya perlu dijadikan sub-jek penelitian karena pada hakikatnya ada keterkaitan yang sangat menen-tukan antara kedua subjek tersebut di dalam belajar mengajar. Secara umum kondisi siswa kelas IX-A adalah se-bagai berikut

1. Jumlahnya 35 orang, laki-laki 18 orang dan perempuan 17 orang. 2. Kelas IX-A secara umum kurang

berani dan kurang mampu berbi-cara bahasa Inggris seberbi-cara formal. Satu dua orang yang berani berbi-cara bahasa Inggris, pembiberbi-caraan- pembicaraan-nya kurang sistematis, kurang lan-car, dan tidak lengkap.

3. Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran secara umum bisa

dika-takan cukup, tetapi bila dis-ban-dingkan dengan kelas lainnya ter-golong kurang.

4. Hubungan siswa di kelas IX-A cu-kup akrab.

Atas pertimbangan kondisi ke-las yang demikian penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas IX-A. Ke-aktifan dan suasana yang cukup akrab di kelas ini mendorong siswa lain memperhatikan siswa yang berbicara bahasa Inggris. Ini membawa keunt-ungan kedua pihak. Siswa yang ber-bicara bahasa Inggris mempunyai pe-luang untuk meningkatkan kualitas pembicaraannya. Siswa yang lainnya dapat belajar dari siswa itu.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Ada dua siklus yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mem-peroleh data tentang pemanfaatan media televisi dan cara menerap-kannya dalam pembelajaran agar da-pat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa. Masing-masing siklus memanfaatkan tayangan acara tele-visi. Pelaksanaan tindakan pada tiap siklus disertai dengan pengamatan, diskusi, dan evaluasi. Hasilnya disa-jikan pada uraian berikut.

A.Tindakan I

1. Pelaksanaan Tindakan

(12)

sekelompoknya terkait dengan ta-yangan acara televisi yang diton-tonnya. Pada kesempatan itu pe-nelititi juga mengadakan kesepaka-tan dengan siswa mengenai acara televisi yang akan ditonton oleh siswa untuk bahan pembicaraan saat pembelajaran/ penelitian.

Kesepakatan ini dimaksudkan agar guru juga menonton tayangan acara yang dipilih siswa sehingga saat penelitian dapat memberikan penilaian yang tepat. Selain itu, peneliti juga memberikan arahan pada siswa mengenai metode/cara berbicara bahasa Inggris yang da-pat dilakukan siswa (dada-pat dilihat pada dan aspek-aspek yang akan dinilai dari kegiatan berbicara ba-hasa Inggris tersebut.

Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 Januari 2016. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat pelaksanaan tindakan siklus I disertai dengan pengamatan, evaluasi, dan diskusi antara peneliti dengan siswa dan peneliti dengan pengamat. Pelak-sanaan tindakan siklus I diamati oleh dua orang pengamat dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan. Pengamat I menggunakan lembar pengamatan 1 untuk mengamati perilaku /kegi-atan guru, dan pengamat II meng-gunakan lembar pengamatan 2 un-tuk mengamati aktivitas siswa.

2. Hasil Pengamatan

a. Hasil Pengamatan Pengamat I Pengamatan didasarkan lem-bar pengamatan 1 (lampiran 4 pada lampiran pelaksanaan

tin-dakan siklus I). Hasil pengama-tan pengamat I terhadap aktivi-tas guru selama pembelajaran siklus I sebagai berikut.

1. Apersepsi guru baik sekali. 2. Penguasaan guru terhadap

materi pembelajaran baik. 3. Sistematika penyajian baik. 4. Cara guru bertanya baik

se-kali.

5. Cara guru menjelaskan mate-ri pembelajaran baik sekali. 6. Cara guru memotivasi siswa

baik sekali.

7. Cara guru menanggapi perta-nyaan atau jawaban siswa baik

8. Cara guru membimbing sis-wa yang mengalami kesu-litan dalam mengikuti pem-belajaran baik sekali.

9. Usaha guru mendapat respon siswa baik.

10. Kesesuaian penyajian ma-teri dengan tujuan pembe-lajran yang ingin dicapai baik/sesuai sekali.

11. Kesesuian tugas yang di-berikan dengan tingkat ke-mampuan siswa baik/ se-suai.

12. Ketepatan metode dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai baik/tepat se-kali.

13. Manfaat sarana

pembela-jaran dalam menumbuhkan motivasi dan memudahkan siswa memahami materi pelajaran baik.

(13)

kai-Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

dah bahasa dan mudah di-mengerti) baik sekali (ko-munikatif).

b. Hasil Pengamatan Pengamat II

Pengamatan menggunakan

lembar pengamatan 2 (lampiran 5 pada lampiran instrumen pe-laksanaan tindakan siklus I). Hasil pengamatan pengamat II terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus I penilaiannya dila-kukan secara kuantitatif dan kualitatif dan bersifat klasikal. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Nilai Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I

No. Aktivitas Nilai Kategori

1. Partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan

terhadap uraian guru

90 baik

3. Respon siswa

terhadap uraian temannya

75 hampir

cukup

4. Aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran

dalam belajar

85 lebih

dari cukup 7. Perhatian siswa

terhadap kegiatan pembelajaran

Setelah mengamati setiap komponen pada tabel 4.1, untuk komponen 3 (respon siswa ter-hadap uraian temannya) oleh pengamat diberi nilai 75 kate-gori hampir cukup dan kompo-nen 7 (perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran) diberi nilai 80 berkategori cukup, te-tapi komponen yang lain jauh lebih baik. Untuk siklus I pe-ngamat menyimpulkan aktivitas belajar siswa dalam pembela-jaran lebih dari cukup atau bila nilainya dinyatakan secara ku-antitatif hasilnya 83,6.

3. Hasil Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan dengan berpedoman pada kriteria pens-koran/ penilaian (lampiran 3, pada lampiran instrumen tindakan siklus I). Berdasarkan hasil evaluasi ter-hadap keterampilan berbicara ba-hasa Inggris siswa pada pelaksa-naan tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

4. Hasil Diskusi

Hasil Diskusi Peneliti dengan Siswa (N = 35 orang)

1)Sebagian besar siswa, 37 orang (90,24 %) menyatakan senang belajar berbicara bahasa Inggris dengan memanfaatkan tayangan acara di televisi karena hal yang dibicarakan sesuai dengan selara siswa sehingga penyampaian in-formasi menjadi lancar.

(14)

3)Hal-hal yang menarik dari pem-belajaran berbicara bahasa Ing-gris ini adalah:

a. Hal yang disampaikan mem-berikan informasi baru se-hingga dibutuhkan oleh sis-wa lainnya.

b. Bisa lancar menyampaikan informasi karena pada dasar-nya hadasar-nya bersifat mengu-lang atau menirukan infor-masi yang disimak dari sia-ran televisi.

c. Yang paling menarik adalah kegiatan resiprokalnya yaitu pada saat tanya jawab atau pemberian tanggapan. Dari setiap penyampaian informa-si memancing informa-siswa untuk bertanya atau menanggapi. 1. Kekurangan dari

pembe-lajaran berbicara bahasa Inggris ini dibandingkan pembelajaran sebelumnya adalah setiap siswa dalam

kelompok bersangkutan

membicarakan hal yang sama sehingga yang

men-dapat perhatian hanya

pembicara pertama. Ini memberi dampak kurang baik pada semangat bela-jar berbicara bahasa Ing-gris siswa selanjutnya. 2. Kelebihan dari

pembela-jaran berbicara bahasa Inggris ini dibandingkan pembelajaran sebelumnya adalah:

a. Guru memberi

kelelua-saan pada siswa untuk memilih materi

pembi-caraan dan teknik me-nyampaikan informasi.

b. Materi pembicaraan

bisa didapatkan secara langsung tanpa harus menganalisis dulu dari bacaan sehingga lebih mudah dan lebih cepat.

c. Guru memberikan

ke-sempatan untuk ber-tanya atau menanggapi informasi yang disam-paikan.

3. Hal-hal yang diharapkan siswa dari guru untuk pembelajaran berikutnya adalah:

a. Hendaknya sistem

pe-nyampaian informasi

tidak harus berkelom-pok.

b. Siswa yang memilih

cara berkelompok per-lu mengatur diri de-ngan sedemikian rupa sehingga tidak setiap

orang membicarakan

hal yang sama.

c. Ciptakan situasi santai, humor, dan tidak te-gang.

4. Kendala yang dihadapi

oleh siswa saat berbicara bahasa Inggris adalah:

a. Merasa grogi saat

berbicara bahasa Ing-gris di depan kelas. b. Kesulitan memilih kata

/diksi yang tepat

se-hingga pembicaraan

(15)

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

Hasil Diskusi Peneliti dengan Pe-ngamat

1. Pembelajaran berbicara bahasa

Inggris dengan memanfaatkan ta-yangan acara televisi secara umum dapat menumbuhkan aktivitas dan

kemampuam berbicara bahasa

Inggris siswa, walaupun banyak di antara mereka belum lancar ber-bicara bahasa Inggris. Ketidak-lancaran tersebut tampaknya ka-rena penguasaan kosakata siswa kurang.

2. Saat evaluasi atau saat siswa ber-bicara bahasa Inggris di depan kelas banyak siswa yang ribut dan kurang memperhatikan uraian te-mannya. Beberapa orang siswa tampak sibuk menghapal materi pembicaraan.

3. Langkah-langkah pembelajaran su-dah sesuai dengan rencana, tidak perlu diganti, tetapi perlu ditambah dengan saran-saran dari diskusi dengan pengamat.

4. Saran-saran pengamat:

a. Untuk mengatasi agar siswa tidak ribut dan tetap respon terhadap informasi yang disam-paikan oleh temannya, mungkin akan lebih baik kalau materi pembicaraan lebih beragam. Siswa tidak harus berkelompok. Kalaupun berkelompok, teknik-nya diatur dengan sedemikian rupa. Misalnya, satu materi pembicaraan dibagi-bagi dan berikan variasi cara penyampai-annya.

b. Saat memberi tanggapan terha-dap isi pembicaraan temannya, siswa tampak sangat antusias.

Sayangnya, itu rata-rata hanya terjadi pada pembicara pertama di kelompok bersangkutan. Hal ini karena isi pembicaraan sa-ma. Jadi, perlu dipikirkan cara yang lain agar aktivitas siswa tersebut dapat berkembang. c. Perbanyaklah memberikan

pu-jian terhadap keberhasilan siswa karena akan dapat memberi mo-tivasi belajar yang lebih baik pada siswa bersangkutan mau-pun siswa lainnya.

5. Hasil Pelaksanaan Tindakan Sik-lus I

Aktivitas belajar siswa pada pe-laksanaan tindakan siklus I tampak lebih baik dibandingkan dengan aktivitas pembelajaran berbicara bahasa Inggris sebelumnya (per-bandingan nilai aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.5). Walaupun demikian, masih ada beberapa kekurangan yaitu: 1) respon siswa terhadap uraian te-mannya, 2) banyak siswa ribut saat

evaluasi sehingga berpengaruh

proses berbicara bahasa Inggris siswa yang sedang menyampaikan informasi di depan kelas, 3) beberapa siswa tidak memperha-tikan uraian temannya karena si-buk menghapal materi yang akan disampaikannya, 4) kelancaran berbicara bahasa Inggris siswa karena kurangnya penguasaan ko-sakata.

(16)

bahasa Inggris sebelumnya (per-bandingan nilai hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.6). Wa-laupun demikian, masih terdapat 6 orang siswa nilainya di bawah KKM. Dari hasil analisis nilai hasil belajar siswa (tabel 4.2) dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas 81,05 tergolong lebih dari cukup, ketuntasan belajar 80,48 (KKm = 76), nilai tertinggi 95 dan terendah 70.

Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa persentase perolehan nilai siswa pada komponen 2 (ke-tepatan memilih dan menggunakan kata dan kalimat) 66,7% (hampir cukup), komponen 3 (kelancaran berbicara bahasa Inggris) 68,5% (hampir cukup), dan komponen 9

(pertanyaan/tanggapan) 44,9%

(kurang sekali), hal itu karena pada komponen 9 banyak nilai siswa yang kosong.

Berdasarkan hasil evaluasi, ha-sil pengamatan, dan haha-sil diskusi peneliti dengan siswa dan penga-mat, selanjutnya dilakukan refleksi

terhadap pelaksanaan tindakan

siklus I. Dari hasil refleksi di-simpulkan penyebab dari keku-rangan-kekurangan tersebut seba-gai berikut.

a. Karena siswa dalam satu ke-lompok membicarakan materi yang sama, umumnya yang

men-dapat perhatian adalah

pembicara pertama saja. Siswa kurang merespon pembicara selanjutnya. Akibatnya, kesem-patan bertanya jawab atau me-nanggapi umumnya hanya

ter-jadi pada pembicara pertama saja.

b. Banyaknya nilai siswa yang kosong pada komponen 9 (per-tanyaan/tanggapan) antara lain disebabkan kurang beragamnya materi pembicaraan sehingga , kesempatan bertanya jawab atau menanggapi juga kurang.

c. Siswa kurang menguasai per-bendaharaan kata-kata sehingga pembicaraan kurang lancar. Dari hasil refleksi peneliti membuat rancangan atau persiapan pembelajaran untuk penyempur-naan terhadap langkah-langkah pe-laksanaan tindakan yang akan diterapkan pada pelaksanaan tin-dakan siklus II. Adapun rancangan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.

a. Menugaskan kepada siswa un-tuk menyiapkan materi pembi-caraan dari tayangan acara di televisi. Pada kesempatan ini siswa diberikan kebebasan ber-kelompok atau individual. b.Siswa yang memilih cara

ber-kelompok disarankan agar

membagi materi pembicaraan dan mendiskusikan cara pe-nyampaiannya.

c. Menyarankan agar memilih

acara yang bervariasi untuk menghidupkan suasana kelas, misalnya ada tayangan berupa cerita, berita, humor, olahraga, entertaiment, dan sebagainya. d. Menugaskan kepada siswa

(17)

Ing-Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

gris dengan lancar. Di samping itu, agar siswa respon terhadap uraian temannya dan tidak si-buk menghapal, disarankan juga agar membuat catatan kecil yang berisi garis-garis besar materi yang akan dibicarakan e. Memberikan motivasi dan

pe-nekanan lagi tentang cara-cara berbicara bahasa Inggris yang

baik dengan contoh-contoh

yang kurang baik sebagaimana dilakukan oleh beberapa siswa saat evaluasi pada siklus I. f. Memberikan arahan agar siswa

meningkatkan aktivitas bela-jarnya, juga menyimak uraian temannya agar dapat menga-jukan pertanyaan ataupun tang-gapan.

g. Mengingatkan siswa akan hal-hal yang dinilai dari pembela-jaran berbicara bahasa Inggris tersebut. Pada siklus II aspek penilaian nomor 1 (kelengkapan informasi/isi pembicaraan) diti-adakan karena siswa menentu-kan sendiri acara yang dijadimenentu-kan materi pembicaraan. Jadi, dalam hal ini guru kemungkinan tidak menonton acara tersebut.

h. Menyampaikan rencana kegia-tan pembelajaran dengan mem-perhatikan usulan siswa.

B.Tindakan II

1. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 Februari 2016 berpedoman pada rancangan / persiapan yang sudah dilakukan. Seperti halnya pada siklus I,

tin-dakan siklus II ini pun disertai dengan evaluasi, diskusi, dan pe-ngamatan. Pengamatan masih dila-kukan oleh dua orang pengamat menggunakan lembar pengamatan yang sama dengan siklus I.

2. Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan pengamat I Hasil pengamatan pengamat I dapat disajikan sebagai berikut. 1. Apersepsi guru baik sekali. 2. Penguasaan guru terhadap

ma-teri pembelajaran baik. 3. Sistematika penyajian baik. 4. Cara guru bertanya baik sekali. 5. Cara guru menjelaskan materi

pembelajaran baik sekali. 6. Cara guru memotivasi siswa

baik sekali.

7. Cara guru menanggapi perta-nyaan atau jawaban siswa baik sekali

8. Cara guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan da-lam mengikuti pembelajaran baik sekali.

9. Usaha guru mendapat respon siswa baik sekali.

10. Kesesuaian penyajian materi dengan tujuan pembelajran yang ingin dicapai baik/sesuai sekali.

11. Kesesuian tugas yang dibe-rikan dengan tingkat kemam-puan siswa baik/sesuai sekali. 12. Ketepatan metode dengan

tu-juan pembelajaran yang ingin dicapai baik/tepat sekali. 13. Manfaat sarana pembelajaran

(18)

14. Bahasa yang dipergunakan gu-ru (memperhatikan kaidah ba-hasa dan mudah dimengerti) baik sekali (komunikatif).

Hasil Pengamatan Pengamat II Hasil pengamatan pengamat II terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus II penilaiannya dila-kukan secara kuantitatif kualitatif dan bersifat klasikal . Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

No. Aktivitas Nilai Kateg

ori

1. Partisipasi siswa dalam

mengikuti kegiatan

pembelajaran

91 Baik

sekali

2. Respon siswa terhadap

uraian guru

90 baik

3. Respon siswa terhadap

uraian temannya

90 baik

4. Aktivitas siswa dalam

mengikuti pelajaran

90 baik

5. Aktivitas siswa dalam

berdiskusi

92 baik

sekali

6. Ketekunan siswa dalam

belajar

90 baik

7. Perhatian siswa

terhadap kegiatan

pembelajaran

90 baik

Jumlah 633 -

Rata-Rata 90,4 baik

Berdasarkan data pada tabel 4.3, hampir semua komponen ni-lainya meningkat, bahkan untuk komponen nomor 3 (respon siswa terhadap uraian temannya) pening-katannya sangat tajam, yaitu 15 nilai, menjadi 90 kategori baik. Untuk siklus II pengamat menyim-pulkan aktivitas siswa dalam pem-belajaran baik sekali atau bila nilainya dirata-ratakan secara ku-antitatif hasilnya 90,4.

3. Hasil Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan dengan berpedoman pada kriteria pens-koran dan kriteria penilaian yang telah mengalami perubahan de-ngan menghilangkan aspek ’ke -lengkapan informasi / isi

pem-bicaraan’ (terlampir pada lampiran

instrumen tindakan siklus II ). Hasil evaluasi terlihat pada tabel berikut.

4. Hasil Diskusi

Hasil Diskusi Peneliti dengan Siswa (N = 35 orang)

a. Sebagian besar siswa, 35 orang (95,12 %) menyatakan senang belajar berbicara bahasa Inggris dengan memanfaatkan tayangan acara di televisi karena: 1) hal yang dibicarakan sesuai dengan selara siswa sehingga penyam-paian informasi menjadi lancar, 2). hal yang disampaikan mem-berikan informasi baru sehingga dibutuhkan oleh siswa lainnya, 3). lancar menyampaikan infor-masi karena pada dasarnya ha-nya bersifat mengulang infor-masi yang disimak dari siaran televisi juga karena telah ber-latih secara intensif di rumah, 4) karena ada kesempatan tanya jawab, 5) situasi belajar tidak terlalu serius.

(19)

menggu-Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

nakan kata yang tepat, 2) tidak bisa mengatakan alasannya

Hasil Diskusi Peneliti dengan Pe-ngamat

a. Pelaksanaan tindakan siklus II lebih baik dari siklus I

b. Pembelajaran berbicara bahasa Inggris dengan memanfaatkan tayangan acara televisi secara umum dapat menumbuhkan ak-tivitas dan kemampuam berbi-cara bahasa Inggris siswa. c. Saat evaluasi atau saat siswa

berbicara bahasa Inggris di de-pan kelas, siswa yang lain rata-rata antusias mendengarkan. d. Keberanian siswa dalam

berbi-cara bahasa Inggris baik di de-pan maupun saat bertanya jawab dan menanggapi mening-kat.

5. Hasil Pelaksanaan Tindakan Sik-lus II

Aktivitas belajar siswa pada pe-laksanaan tindakan siklus II lebih baik dibandingkan dengan aktivi-tas pembelajaran berbicara bahasa Inggris pada siklus I. Peningkatan aktivitas ini menyebabkan mening-kat pula hasil belajar siswa.

Peningkatan tersebut disebab-kan: 1) memberi keleluasaan kepa-da siswa memilih acara televisi yang disukainya sebagai bahan pembicaraan juga keleluasaan ter-kait dengan teknik penyampaian-nya, 2) memberi arahan dan pene-kanan cara-cara berbicara bahasa Inggris yang baik, 3) siswa berlatih berbicara bahasa Inggris di rumah,

4) kegiatan resiprokal yang dapat mengasah kemampuan berbicara bahasa Inggris dalam hal bertanya jawab maupun menanggapi. Mes-kipun demikian, kekurangan masih tetap ada yaitu dua orang siswa

mengalami kesulitan berbicara

bahasa Inggris karena kurang mampu menggunakan kata-kata secara tepat.

Walaupun masih ada kekura-mgan yang dijumpai pada pene-litian ini, permasalahan yang dia-jukan tentang dapat atau tidaknya pemanfaatan media televisi me-ningkatkan aktivitas dan kemam-puam berbicara bahasa Inggris sis-wa serta cara-cara yang harus di-lakukan sudah terjawab. Dengan demikian, melalui refleksi dipu-tuskan mengakhiri penelitian ini sampai siklus kedua.

C.Hasil Pelaksanaan Siklus I dan II beserta Pembahasannya

Pada bagian ini akan dibahas tentang temuan-temuan yang dapat dirangkum melalui pengamatan, diskusi, dan evaluasi pada pelak-sanaan siklus I dan II. Berdasarkan pengamatan dapat diuraikan bahwa pemanfaatan media televisi ternya-ta dapat memotivasi semangat be-lajar (berbicara bahasa Inggris) siswa kelas IX-A sehingga ak-tivitas belajarnya meningkat. Pe-ningkatan itu dapat dilihat pada tabel 4.5.

(20)

me-ningkat pula. Pada awalnya, siswa tidak mampu berbicara bahasa Inggris secara sistematis, pilihan kata tidak tepat, tidak lancar, bahkan ada beberapa siswa tidak berani berbicara bahasa Inggris secara formal. Setelah meman-faatkan tayangan acara pada media televisi sebagai sumber belajar, kemampuan berbicara bahasa Ing-gris siswa meningkat. Pada tabel berikut disajikan perbandingan ni-lai yang diperoleh siswa dari pem-belajaran pratindakan sampai tin-dakan siklus II.

Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa dari Pratindakan

(21)

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

peningkatan daya seraf sebesar 6,78% dan ketuntasan sebesar 19,52%.

Walaupun demikian masih ada lima orang siswa yang mempero-leh nilai berkategori cukup. Terha-dap lima orang ini akan dilakukan bimbingan individual lebih inten-sif. Dalam hal ini perlu diperhati-kan nilai yang diperoleh lima orang siswa ini merupakan nilai yang sudah mengalami peningka-tan dari sebelumnya.

Melalui penelitian ini, berdasar-kan hasil pengamatan dan diskusi peneliti dengan siswa maupun ngamat dapat diuraikan bahwa pe-ningkatan aktivitas dan kemam-puan siswa dalam berbicara bahasa Inggris disebabkan oleh beberapa faktor.

1. Melakukan persiapan pembela-jaran dengan cara menugaskan siswa menonton acara televisi

yang disukainya, kemudian

berlatih mengungkapkan kem-bali secara lisan dengan baha-sanya sendiri.

2. Memberi keleluasaan kepada

siswa terkait teknik penyam-paiannya.

3. Mengingatkan siswa sedapat

mungkin menyampaikan materi pembicaraan yang beragam agar pembelajaran tetap menarik ka-rena informasi yang disimak-nya baru dan bervariasi.

1. Agar bisa berbicara bahasa Ing-gris dengan lancar, selain lati-han berbicara bahasa Inggris perlu juga menyiapkan catatan

kecil yang berisi garis-garis be-sar yang akan dibicarakan.

Kesimpulan dan Saran A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terha-dap hasil yang diperoleh dari pe-laksanaan siklus I dan II, dapat ditarik simpulan bahwa hipotesis

yang menyatakan ”jika proses

pembelajaran berbicara bahasa

Inggris memanfaatkan media te-levisi sebagai sumber belajar dan disertai dengan prosedur penera-pan yang tepat , aktivitas belajar siswa akan meningkat sehingga akan meningkat pula kemampuan

berbicara bahasa Inggrisnya” ter -capai atau dapat dibuktikan kebe-narannya. Pemanfaatan media tele-visi yang disertai cara penerapan yang tepat terbukti dapat mening-katkan aktivitas belajar dan ke-mampuan berbicara bahasa Ing-gris siswa.

Peningkatan aktivitas belajar berbicara bahasa Inggris terjadi pada setiap komponen penilaian aktivitas. Aktivitas yang diberi penilaian secara klasikal dan ber-sifat kuantitatif saat pratindakan hanya 65,7 dikategorikan hampir cukup, sedangkan siklus I 83,6 (lebih dari cukup), dan siklus II 90,4 (baik). Jadi ada peningkatan 17,9 pada siklus I dari pratindakan dan 6,8 pada siklus II dari siklus I.

(22)

Peningkatan daya seraf belajar sis-wa dari pratindakan ke siklus I sangat signifikan yaitu sebesar 12,22%, lebih-lebih ketuntasan be-lajar sebesar 51,21%, sedangkan dari siklus I ke siklus II ada pe-ningkatan daya seraf sebesar 6,78% dan ketuntasan sebesar 19,52%.

Aktivitas belajar dan kemam-puan berbicara bahasa Inggris sis-wa meningkat karena peneliti telah menerapkan beberapa cara dalam

pembelajaran berbicara bahasa

Inggris ini yaitu sebagai berikut. 1. Melakukan persiapan

pembela-jaran dengan cara menugaskan siswa menonton acara televisi yang disukainya, kemudian ber-latih mengungkapkan kembali secara lisan dengan bahasanya sendiri.

2. Memberi keleluasaan kepada

siswa terkait teknik penyampai-annya.

3. Mengingatkan siswa sedapat

mungkin menyampaikan materi pembicaraan yang beragam agar pembelajaran tetap menarik ka-rena informasi yang disimaknya baru dan bervariasi.

4. Agar bisa berbicara bahasa Ing-gris dengan lancar, selain lati-han berbicara bahasa Inggris perlu juga menyiapkan catatan kecil yang berisi garis-garis besar yang akan dibicarakan. 5. Agar siswa lebih antusias dalam

belajar, pembelajaran perlu di-selingi dengan kegiatan resipro-kal yaitu dengan bertanya jawab atau memberi tanggapan. Hal

ini selain dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Inggris juga dapat meningkatkan ke-mampuan menyimaknya, me-ngingat dua kegiatan tersebut selalu berkaitan.

B.Saran-saran

1. Aktivitas belajar Sangat berpe-ngaruh pada kemampuan berbi-cara bahasa Inggris siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diupayakan agar aktivitas belajar siswa tinggi sehingga tinggi pula hasil belajarnya. 2. Pemanfaatan media televisi

ter-bukti dapat meningkatkan ak-tivitas belajar dan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa. Agar acara di televisi tidak sekadar menjadi tontonan oleh siswa, maka para guru, khusus-nya guru bahasa Inggris diha-rapkan memanfaatkan acara-acara di televisi sebagai salah satu sumber pembelajaran de-ngan mengikuti cara-cara seper-ti yang dikemukakan pada sim-pulan penelitian ini.

3. Pembelajaran hendaknya tidak hanya berfokus pada kegiatan tatap muka di kelas, tetapi juga sejak tahap persiapan pembela-jaran di rumah.

Daftar Pustaka

Achmad, Arief. 2004. Pemanfaatan Media Massa Pembelajaran IPS di Tingkat Persekolahan.

Aswin. 1999. “Pentingnya Delapan Kompetensi Dasar dalam Pen-didikan Menjelang Millenium

(23)

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

Depdiknas.go.id./Jurnal/34/Editorial.

Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus

Pengembangan Sistem Penilai-an Berbasis Kompetensi SMP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Dep-diknas.

Hamalik, Umar. 1994. Media Pendi-dikan. Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti.

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi : Se-buah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa Indah.

Rumapuk, Dietje Borman. 1988. Me-dia Instruksional IPS. Jakarta: Depdiknas.

Sriyono dkk. 1991. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Renika Cipta.

Sujana, Nana dan Ahmad Rivai. 1991. Media Pengajaran. Ban-dung: Sinar Baru.

Suwarsono. 2002. “Kompromi de-ngan Acara Televisi: Upaya Menghidupkan Proses

Pembe-lajaran Sastra di Kelas”. Dalam Gerbang Majalah Pen-didikan. Edisi 2 TH. II, Agustus 2002 (hlm. 36-38)

Tabrani R, A dan ES Hamijaya. 1990.

Pedoman Pelaksanaan CBSA dalam Proses Belajar Meng-ajar. Jakarta: Nine Karya Jaya.

Tarigan dkk. 1998. Pengembangan

Ketrampilan Berbicara bahasa Inggris. Jakarta: Depdikbud.

Gambar

Tabel 4.1 Nilai Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada data penelitian, maka dapat penulis simpulkan bahwa Perkembangan Industri Kreatif Berbasis Syariah di Wilayah Propinsi Banten masih dalam tahap penyusunan

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu ataupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik, melalui berbagai kegiatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan arti penting dalam mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan dari berkurangnya hutan mangrove sebagai sistem

Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, untuk menguji pengaruh kompensasi dan konflik kerja terhadap kinerja Hasil penelitian mendapatkan

sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model

Strategi untuk WO (Weaknesses dan Opportunities) BUMNag Rangkiang Maimbau Nagari Sungayang berbasis Syariah yaitu pertama BUMNag perlu melakukan pelatihan dan sosialiasi

Format Fisik Dokumen  (GMD) Tabel 4.13b Perbandingan penggunaan istilah (lanjutan) Sumber: Pengolahan data, 2009 Desain lama Desain Baru IV ­ 62..

[r]