• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK LAPORAN OPERAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK LAPORAN OPERAS"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SEMINAR

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

LAPORAN OPERASIONAL

MADE GDE SATRIA BELA

A31115753

S1 STAR-BPKP BATCH 2

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan modul akuntansi forensik ini. Terima kasih

sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dosen Dr. H. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak.

CA yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran komprehensif kepada penulis.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu

tentang akuntansi sektor publik yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai

sumber, khususnya akuntansi pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu

mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari akuntansi

sektor publik secara lebih mendalam sehingga memberikan manfaat dan kontribusi bagi

perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan

jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada

sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Makassar, September 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG... 1

B. RUANG LINGKUP... 2

C. TUJUAN ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. LAPORAN OPERASIONAL... 3

1. Definisi Laporan Operasional... 3

2. Struktur dan Isi Laporan Operasional... 3

3. Penyajian dan Pengungkapan ... 5

B. AKUNTANSI PENDAPATAN-LO ... 8

1. Definisi dan Klasifikasi ... 8

2. Pengakuan ... 8

3. Pengukuran ... 9

4. Sistem Akuntansi Pendapatan di SKPD... 10

5. Penyajian... 14

6. Pengungkapan... 15

C. AKUNTANSI BEBAN... 15

1. Definisi dan Klasifikasi ... 15

2. Pengakuan ... 16

3. Pengukuran dan Penilaian ... 17

4. Sistem Akuntansi Beban Di SKPD ... 17

5. Penyajian dan Pengungkapan ... 21

D. AKUNTANSI TRANSFER... 22

1. Definisi dan Klasifikasi ... 22

2. Pengakuan Gedung dan Bangunan ... 22

3. Pengukuran Gedung dan Bangunan... 22

4. Penilaian... 23

5. Penyajian dan Pengungkapan ... 23

BAB III PENUTUP... 25

A. KESIMPULAN ... 25

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,

yang berbasis akrual, mengatur bahwa pendapatan diakui pada saat timbulnya hak atas

pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi dan beban diakui pada

saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat

ekonomi atau potensi jasa sedangkan belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari

rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.

Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan operasional

keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional

dari suatu entitas pelaporan.

Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional

keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan

surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan

dengan periode sebelumnya.

Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi

pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan,

sehingga Laporan Operasional menyediakan informasi:

a) mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk

menjalankan pelayanan;

b) mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi

kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan

penggunaan sumber daya ekonomi;

c) yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk

mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan

cara menyajikan laporan secara komparatif;

(5)

untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan pemahaman tentang cara

mengindentifikasi, mengukur, dan menyajikan pos pendapatan lo dan beban, baik oleh

penyusun laporan, pengguna laporan, dan institusi yang melakukan audit atas Laporan

Keuangan Pemerintah.

B. RUANG LINGKUP

Makalah Laporan Operasional ini secara khusus mempelajari akuntansi

Pendapatan-LO dan Beban dalam penerapan akuntansi berbasis akrual yang diterapkan dalam penyajian

seluruh pendapatan-LO dan beban dalam laporan operasional untuk tujuan umum, serta

untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk perusahaan

negara/daerah.

C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran

mengenai laporan operasional khususnya akuntansi pendapatan-LO dan beban, serta agar

terdapat kesamaan pemahaman dan persepsi tentang laporan operasional pada lingkungan

pemerintah dan juga sebagai pedoman dalam pengakuan, klasifikasi, pengukuran, penyajian,

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. LAPORAN OPERASIONAL

1. Definisi Laporan Operasional

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah

ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara

langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan

akun-akun luar biasa. Masing- masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan

bersih.

b) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan

bersih.

c) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu

entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan

dana bagi hasil.

d) Akun Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi

karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa,

Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam

situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Operasional

tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih pendek dari satu tahun, entitas harus

mengungkapkan informasi sebagai berikut:

a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;

b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan

catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

2. Struktur dan Isi Laporan Operasional

(7)

a. Pendapatan-LO

Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan

membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah

dikompensasikan dengan pengeluaran).

Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat

variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu

dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.

Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada

peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum. Pengembalian

yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas pendapatan-LO pada periode

penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang

pendapatan.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas

pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai

pengurang pendapatan pada periode yang sama.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas

pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada

periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

b. Beban

Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.Beban Transfer adalah beban

berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan

kepada suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi pada periode

beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama. Apabila diterima pada

periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal

mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.

c. Surplus/Defisit dari operasi

Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban

selama satu periode pelaporan. Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara

pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara

pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari

Kegiatan Operasional.

d. Surplus/Defisit Kegiatan non operasional

Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri dalam

kegiatan non operasional. Termasuk dalam pendapatan/beban dari kegiatan non operasional

antara lain surplus/defisit penjualan aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban

(8)

antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non

operasional merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa.

e. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa

Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara surplus/defisit

kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian luar biasa. Saldo

Surplus/Defisit-LO pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Ekuitas.

f. Pos Luar Biasa

Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional dan

disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa. Pos Luar Biasa memuat kejadian

luar biasa yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran;

2) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan

3) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.

Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam Catatan atas

Laporan Keuangan.

Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam

Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal

transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa

pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang

relevan mengenai bentuk dari pendapatan dan beban.

3. Penyajian dan Pengungkapan

Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber

pendapatan. Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan

Keuangan.

Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis

beban. Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain yang dipersyaratkan

menurut ketentuan perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan

(9)
(10)
(11)

B. AKUNTANSI PENDAPATAN-LO

1. Definisi dan Klasifikasi

Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas

dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.

Pendapatan diklasifikasi berdasarkan sumbernya, secara garis besar ada tiga kelompok

pendapatan daerah yaitu:

a) Pendapatan Asli Daerah (PAD),

b) Pendapatan Transfer,

c) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah,

Dalam Bagan Akun Standar, Pendapatan diklasifikasikan sebagai berikut:

2. Pengakuan

Pendapatan LO diakui pada saat:

(a) timbulnya hak atas pendapatan, kriteria ini dikenal juga dengan earned; atau

(b) pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi baik sudah

diterima pembayaran secara tunai (realized).

Dengan memperhatikan sumber, sifat dan prosedur penerimaan pendapatan maka

pengakuan pendapatan dapat diklasifkasikan kedalam beberapa alternatif:

1) Pengakuan pendapatan ketika pendapatan didahului dengan adanya penetapan

(12)

diserahkan kepada pemerintah daerah. Pendapatan ini diakui pada pendapatan LO

ketika dokumen penetapan tersebut telah disahkan.

2) Pengakuan pendapatan ini terkait pendapatan pajak yang didahului dengan

penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan dilanjutkan dengan

pembayaran oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut. Selanjutnya,

dilakukan pemeriksaan terhadap nilai pajak yang dibayar apakah sudah sesuai,

kurang atau lebih bayar untuk kemudian dilakukan penetapan. Pendapatan ini diakui

pada pendapatan LO ketika wajib pajak melakukan pembayaran pajak. Dan apabila

pada saat pemeriksaan ditemukan kurang bayar maka akan diterbitkan surat

ketetapan kurang bayar yang akan dijadikan dasar pengakuan pendapatan LO.

Sedangkan apabila dalam pemeriksaan ditemukan lebih bayar pajak maka akan

diterbitkan surat ketetapan lebih bayar yang akan dijadikan pengurang pendapatan

LO.

3) Pendapatan ini terkait pendapatan pajak yang pembayarannya dilakukan di muka oleh

wajib pajak untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode ke depan.

Pendapatan LO diakui ketika periode yang bersangkutan telah terlalui.

4) Pengakuan pendapatan ini terkait pendapatan pajak yang didahului dengan

penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan pembayarannya diterima

di muka untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode ke depan. Selanjutnya,

dilakukan pemeriksaan terhadap nilai pajak yang dibayar apakah sudah sesuai,

kurang atau lebih bayar, untuk selanjutnya dilakukan penetapan. Pendapatan LO

diakui setelah diterbitkan penetapan berupa Surat Ketetapan (SK) atas pendapatan

terkait.

5) Pengakuan pendapatan adalah pendapatan yang tidak perlu ada penetapan terlebih

dahulu. Untuk pendapatan ini maka pengakuan pendapatan LO pada saat

pembayaran telah diterima oleh pemerintah daerah.

3. Pengukuran

(13)

4. Sistem Akuntansi Pendapatan di SKPD

a. Pihak Pihak Terkait

Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada SKPD antara lain

Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK SKPD),Bendahara Penerimaan SKPD dan

PA/KPA.

1) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

Dalam sistem akuntansi Pendapatan LO, PPK-SKPD melaksanakan fungsi akuntansi

SKPD, memiliki tugas sebagai berikut:

a) mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO berdasarkan bukti bukti transaksi

yang sah dan valid ke Buku Jurnal LO dan Neraca;

b) melakukan posting jurnal jurnal transaksi/ kejadian pendapatan LO kedalam Buku

Besar masing masing rekening (rincian objek);

c) menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Operasional (LO), Neraca

dan Catatan atas Laporan keuangan.

2) Bendahara Penerimaan SKPD

a) mencatat dan membukukan semua penerimaan pendapatan kedalam buku kas

penerimaan;

b) membuat Rekap Penerimaan Harian yang bersumber dari Pendapatan;

c) melakukan penyetoran uang yang diterima ke kas daerah setiap hari.

3) PA/KPA

a) menandatangani/mensahkan dokumen surat ketetapan pajak/retribusi daerah;

b) menandatangani laporan keuangan yang telah disusun oleh Fungsi Akuntansi

SKPD.

b. Dokumen yang Digunakan

c. Jurnal Standar

1) Pengakuan pendapatan yang didahului dengan adanya penetapan terlebih dahulu

(14)

Ketika diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah, SKPD telah berhak mengakui

pendapatan, meskipun belum diterima pembayarannya dari wajib pajak. Oleh karena itu,

PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan pajak LO dengan menjurnal:

Jurnal LO dan Neraca

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Piutang Pajak xxx

xxx Pendapatan Pajak-LO xxx

Pada saat wajib pajak membayar pajak yang terdapat dalam SKP tersebut, wajib pajak

akan menerima Tanda Bukti Pembayaran (TBP) sebagai bukti telah membayar pajak. TBP

juga menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk mencatat pendapatan pajak tersebut dengan jurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

xxx Piutang Pajak xxx

Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas

Daerah. Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran), PPK

SKPD menjurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx RK PPKD xxx

xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Bila Wajib Pajak membayar langsung ke rekening Kas Daerah, maka berdasarkan Nota

Kredit dari Bank, PPK-SKPD akan menjurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

(15)

Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib pajak atas

pajak yang sudah dilakukan perhitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment),

PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan pajak LO dan pendapatan pajak LRA dengan menjurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

xxx Pendapatan Pajak LO xxx

Saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan ini ke Kas Daerah. Berdasarkan

dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran), PPK SKPD menjurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx RK PPKD xxx

xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Selanjutnya, akan dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, apabila ditemukan

adanya kurang bayar maka akan diterbitkan Surat Keterangan Kurang Bayar. SKPD

mengakui adanya penambahan Pendapatan LO. Berdasarkan Surat Keterangan tersebut

PPK SKPD menjurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Piutang Pajak xxx

xxx Pendapatan Pajak-LO xxx

Apabila ditemukan adanya lebih bayar maka akan diterbitkan Surat Keterangan Lebih

Bayar. SKPD mengakui adanya pengurangan Pendapatan LO. Berdasarkan Surat

Keterangan tersebut PPK SKPD menjurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Pendapatan Pajak-LO xxx

xxx Utang Kelebihan Pembayaran Pajak xxx

3) Pengakuan pendapatan pajak yang pembayarannya dilakukan di muka oleh wajib

pajak untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode ke depan.

Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib pajak atas

pajak yang dibayar untuk periode tertentu, PPK-SKPD mengakui adanya Pendapatan

(16)

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

xxx Pendapatan Diterima Dimuka xxx

Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke Kas Daerah.

Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran), PPK-SKPD

menjurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx RK PPKD xxx

xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Diakhir tahun atau akhir periode akan diterbitkan bukti memorial untuk mengakui

pendapatan LO, PPK SKPD menjurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Pendapatan Diterima Dimuka xxx

xxx Pendapatan Pajak-LO xxx

4) Pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan penghitungan sendiri oleh wajib

pajak (self assessment) dan pembayarannya diterima di muka untuk memenuhi

kewajiban selama beberapa periode ke depan.

Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib pajak atas

pajak yang dibayar untuk periode tertentu, PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan diterima

dimuka dan pendapatan pajak LRA dengan menjurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

(17)

Pada akhir periode SKPD melakukan pemeriksaan. Apabila ditemukan adanya pajak

kurang bayar, SKPD akan mengeluarkan surat ketetapan kurang bayar. Berdasarkan surat

ketetapan tersebut, dicatat dengan jurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

Pengakuan Pendapatan LO pada saat Pemeriksaan

xxx xxx xxx Pendapatan Diterima Dimuka xxx

xxx Pendapatan Pajak LO xxx Pengakuan Piutang Atas Pajak Kurang Bayar

xxx xxx xxx Piutang Pajak xxx

xxx Pendapatan Pajak LO xxx

Apabila ditemukan adanya pajak lebih bayar, SKPD akan mengeluarkan surat ketetapan

lebih bayar atas pajak. Berdasarkan hal tersebut dicatat pengakuan dengan jurnal:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

Pengakuan Piutang Atas Pajak Lebih Bayar

xxx xxx xxx Pendapatan Pajak LO xxx

xxx Utang Kelebihan Pembayaran Pajak xxx

5. Penyajian

(18)

6. Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan

pendapatan adalah:

1) penerimaan pendapatan tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun

anggaran;

2) penjelasan mengenai pendapatan yang pada tahun pelaporan yang bersangkutan

terjadi hal-hal yang bersifat khusus;

3) penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target penerimaan pendapatan daerah;

4) informasi lainnya yang dianggap perlu.

C. AKUNTANSI BEBAN

1. Definisi dan Klasifikasi

Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan

yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau

timbulnya kewajiban. Sedangkan beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih. Beban diklasifikasi menurut:

1) Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri dari beban pegawai, beban

barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban

penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban tak terduga.

2) Klasifikasi beban berdasarkan organisasi adalah klasifikasi berdasarkan unit

organisasi pengguna anggaran.

Sedangkan, berdasarkan PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional (LO), beban

hanya diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, yang pada prinsipnya mengelompokkan

berdasarkan jenis beban. Berikut adalah klasifikasi beban dalam LO menurut PSAP Nomor

(19)

2. Pengakuan

Menurut PSAP Nomor 12 tentang akuntansi beban dalam Peraturan Pemerintah Nomor

71 Tahun 2010, beban diakui pada saat:

1) Timbulnya kewajiban

Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke

pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah. Contohnya tagihan

rekening telepon dan rekening listrikseperti yang tertulis di atas.

2) Terjadinya konsumsi aset

Terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak

didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan

operasional pemerintah.

3) Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa

Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan

nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.

Contohnya adalah penyusutan atau amortisasi.

Dalam rangka pencatatan atas pengakuan beban dapat menggunakan dua pendekatan

yaitu:

a) Metode pendekatan Beban

Dimana setiap pembelian barang dan jasa akan diakui/dicatat sebagai beban jika

pembelian barang dan jasa itu dimaksud untuk digunakan atau konsumsi segera

mungkin.

(20)

Dimana setiap pembelian barang dan jasa akan diakui/dicatat sebagai persediaan jika

pembelian barang dan jasa itu dimaksud untuk digunakan dalam satu periode

anggaran atau untuk sifatnya berjaga jaga.

3. Pengukuran dan Penilaian

Beban diukur dan dicatat sebesar beban yang terjadi selama periode pelaporan. Beban

dinilai sebesar akumulasi beban yang terjadi selama satu periode pelaporan dan disajikan

pada laporan operasional sesuai dengan klasifikasi ekonomi (line item).

4. Sistem Akuntansi Beban Di SKPD

a. Pihak Pihak Terkait

Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja antara lain Pejabat

Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) dan Bendahara Pengeluaran SKPD.

1) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

Dalam sistem akuntansi Beban dan Belanja, PPK-SKPD melaksanakan fungsi

akuntansi SKPD, memiliki tugas sebagai berikut:

a) mencatat transaksi/kejadian beban dan belanja berdasarkan bukti bukti transaksi

yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca.

b) melakukan posting jurnal-jurnal transaksi/kejadian beban dan belanja kedalam

Buku Besar masing masing rekening (rincian objek).

c) menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran

(LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) ,

dan Catatan atas Laporan keuangan.

2) Bendahara Pengeluaran SKPD

a) mencatat dan membukukan semua pengeluaran beban dan belanja kedalam buku

kas umum SKPD.

b) membuat SPJ atas beban dan belanja.

b. Dokumen yang Digunakan

(21)

c. Jurnal Standar

1) Beban Pegawai

Beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS dimana pembayaran

tersebut langsung ditransfer ke rekening masing-masing PNSD. Berdasarkan SP2D LS Gaji

dan Tunjangan, maka jurnal standar:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Beban Gaji Pokok xxx

xxx RK PPKD xxx

Beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS dimana pembayaran

ditransfer ke Bendahara Pengeluaran kemudian oleh bendahara pengeluaran melakukan

pembayaran ke masing masing PNS. Berdasarkan SP2D LS Gaji dan Tunjangan, maka jurnal

standar:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

xxx RK PPKD xxx Beban Gaji Pokok

Kas di Bendahara Pengeluaran

Beban dan Belanja pegawai (misalnya pembayaran lembur) yang pembayarannya

melalui mekanisme UP/GU/TU dimana pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran melakukan

pembayaran ke masing masing PNS, maka jurnal standar:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Beban Uang Lembur PNS xxx

xxx Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

2) Beban dan Belanja Barang dan Jasa

Pembelian barang dan jasa yang pembayarannya melalui mekanisme LS ada 2 (dua)

pendekatan yang digunakan yaitu:

a) Pendekatan Beban

Pembelian Barang dan jasa berupa ATK yang mana ATK tersebut akan langsung

digunakan segera pada kegiatan. Serta Pembelian tersebut belum dilakukan Pembayaran

dan Barang dan jasa yang dibeli telah diterima dengan surat Berita Acara Serah Terima

(22)

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Beban Persediaan ATK xxx

xxx Utang Belanja ATK xxx

Kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D LS maka jurnal standar:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Utang Belanja ATK xxx

xxx RK PPKD xxx

Atau kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D UP/GU/TU maka

jurnal standar:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Utang Belanja ATK xxx

xxx Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Pada akhir periode fungsi akuntansi akan melakukan Penghitungan fisik (Stock

Opname) terhadap barang dan jasa yang dibeli dan belum digunakan dan berdasarkan hasil

stock opname maka jurnal standar:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Persediaan ATK xxx

xxx Beban ATK xxx

b) Pendekatan Aset

Pembelian Barang dan jasa berupa ATK yang mana ATK tersebut tidak langsung akan

digunakan/dikonsumsi segera tapi sifatnya untuk digunakan dalam satu periode atau sifatnya

berjaga-jaga. Serta pembelian tersebut belum dilakukan Pembayaran dan Barang dan jasa

(23)

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Utang Belanja ATK xxx

xxx RK PPKD xxx

Atau kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D UP/GU/TU maka

jurnal standar:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Utang Belanja ATK xxx

xxx Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Apabila perhitungan persediaan menggunakan metode perpetual maka pada akhir

periode akuntansi tidak perlu dilakukan jurnal penyesuaian. Selanjutnya apabila perhitungan

persediaan menggunakan metode periodik, maka fungsi akuntansi melakukan Penghitungan

fisik (Stock Opname) terhadap barang dan jasa yang dibeli dan belum digunakan, dan

berdasarkan hasil stock opname tersebut jurnal standar:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Beban ATK xxx

xxx Persediaan ATK xxx

3) Hibah dan Bantuan Sosial

Beban hibah dan Bantuan Sosial dalam bentuk barang, pengakuannya pada saat

penanda tanganan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD)/Surat Perjanjian Bantuan Sosial/

dokumen yang dipersamakan atau dapat juga pada saatpenyerahan kepada penerima

hibah/bantuan sosial.

4) Beban Penyusutan dan Amortisasi

Beban Penyusutan dan amortisasi adalah alokasi yang sistematis atas nilai aset tetap

yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.

Bebanpenyusutan SKPD jurnal standar:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Beban Penyusutan xxx

xxx Akumulasi Penyusutan xxx

(24)

Beban penyisihan piutang adalah taksiran nilai piutang yang tidak dapat diterima

pembayarannya dimasa yang akan datang dari seseorang dan/atau korporasi dan/atau

entitas lain. Jurnal standar beban penyisihan piutang:

Tanggal Nomor Bukti

Kode

Rekening Uraian Debet Kredit

xxx xxx xxx Beban Penyisihan Piutang xxx

xxx Penyisihan Piutang xxx

(25)

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan

beban adalah:

1) rincian beban per SKPD.

2) penjelasan atas unsur-unsur beban yang disajikan dalam laporan keuangan lembar

muka.

3) informasi lainnya yang dianggap perlu.

D. AKUNTANSI TRANSFER

1. Definisi dan Klasifikasi

Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan

dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Transfer

masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana

perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi. Transfer

keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti

pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah

daerah serta Bantuan Keuangan. Transfer dikategorikan berdasarkan sumbernya

kejadiaannya dan diklasifikasikan antara lain:

a) Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan.

b) Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya.

c) Transfer Pemerintah Provinsi.

d) Transfer/Bagi hasil ke Desa.

e) Transfer/Bantuan Keuangan.

2. Pengakuan Gedung dan Bangunan

a. Transfer masuk diakui pada saat diterimanya PMK/Peraturan Menteri

Keuangan/Peraturan Presiden maka timbul adanya hak daerah terhadap transfer masuk.

b. Transfer keluar diakui pada saat diterbitkannya surat keputusan kepala daerah/peraturan

kepala daerah maka timbul adanya kewajiban pemerintah daerah kepada pihak lain.

3. Pengukuran Gedung dan Bangunan

a. Transfer masuk diukur dan dicatat berdasarkan jumlah uang yang diterima di Rekening

Kas Umum Daerah.

b. Transfer keluar diukur dan dicatat berdasarkan pengeluaran kas yang keluar dari

(26)

4. Penilaian

Transfer masuk dinilai sebagai berikut:

a. Transfer masuk dinilai berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan

penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan

dengan pengeluaran).

b. Transfer masuk dalam bentuk Hibah dalam mata uang asing diukur dan dicatat pada

tanggal transaksi menggunakan kurs tengah Bank Indonesia.

Transfer keluar dinilai sebesar akumulasi transfer keluar yang terjadi selama satu

periode pelaporan dan disajikan pada laporan operasional sesuai dengan klasifikasi ekonomi

(line item).

(27)

d. penjelasan atas unsur-unsur transfer keluar yang disajikan dalam laporan keuangan

lembar muka;

e. penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target penerimaan transfer masuk daerah;

f. penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya target realisasi transfer keluar;

g. informasi lainnya yang dianggap perlu.

Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan transfer, antara lain:

a) penerimaan dan pengeluaran transfer tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya

tahun anggaran;

b) penjelasan sebab-sebab tidak terealisasinya target transfer masuk dan transfer keluar;

c) informasi lainnya yang diangggap perlu.

Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan

dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Transfer

masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana

perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi. Transfer

keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti

pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah

daerah serta Bantuan Keuangan. Transfer dikategorikan berdasarkan sumbernya

kejadiaannya dan diklasifikasikan antara lain:

1) Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan.

2) Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya.

3) Transfer Pemerintah Provinsi.

4) Transfer/Bagi hasil ke Desa.

(28)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Definisi Pendapatan menurut SAP adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum

Negara/Daerah yang menambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan

yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

Berdasarkan SAP (PP No 71 tahun 2010) prinsip-prinsip akuntansi pendapatan-LO

adalah:

1) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas

dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.

2) Klasifikasi pendapatan-LO menurut sumber pendapatan yaitu

a) Pendapatan Pajak-LO

b) Pendapatan Bukan Pajak –LO

c) Pendapatan Hibah-LO

d) Pendapatan Lainnya

3) Pendapatan-LO diakui saat:

a) Timbulnya hak atas pendapatan

Pendapatan-LO yang diakui saat timbulnya hak adalah:

 Pendapatan yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan

 Pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan

b) Pendapatan direalisasi (adanya aliran masuk sumber daya ekonomi)

Untuk mengakui Pendapatan-LO yang berupa hak yang telah diterima oleh pemerintah

tanpa didahului adanya penagihan.

4) Akuntansi Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto.

Pengakuan Pendapatan-LO dalam kaitannya pemda sebagai entias akuntansi

keuangan. Menurut Prof Halim dan Kusufi (2012), pencatatan pendapatan LO dilakukan

(29)

 Beban Barang

 Beban Bunga

 Beban Subsidi

 Beban Hibah

 Beban Bantuan Sosial

 Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi

 Beban Penyisihan Piutang

 Beban Lain-lain 2) Beban Transfer

 Beban Bagi Hasil Pajak

 Beban bagi Hasil Pendapatan lainnya

 Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya

 Beban Transfer Bantuan ke Desa

 Beban Transfer Bantuan Keuangan lainnya 3) Beban Non Operasional

Beban yang sifatnya tidak rutin, misalnya berasal dari:

• Defisit penjualan aset non lancar

• Defisit penyelesaian kewajiban jangka panjang

• Defisit dari kegiatan non operasional lainnya 4) Beban Luar Biasa

Untuk mencatan beban atas kejadian luar biasa. Yang termasuk kejadian luar biasa

adalah:

• Tidak bisa diramalkan pada awal tahun anggaran

• Tidak diharapkan terjadi berulang-ulang

• Kejadiannya diluar kendali pemerintah Beban diakui saat:

a) Timbulnya kewajiban, adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke

pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah.

b) Terjadinya konsumsi aset, adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak

didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan

operasional pemerintah.

c) Terjadinya penurunan manaat ekonomi atau potensi jasa, adalah saat terjadi

penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya

(30)

d) Koreksi atas Beban (penerimaan kembali) yang terjadi pada periode berjalan dicatat

sebagai pengurang beban pada periode berjalan. Penerimaan kembali atas beban

tahun sebelumnya akan dicatat sebagai pendapatan lain-lain pada periode berjalan.

Jurnal atas Beban dibuat dalam kaitannya pemerintah Daerah sebagai entitas

Keuangan, pencatatanya digunakan Double entry yang akan menghasilkan Laporan

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Buku II Sistem Dan Prosedur Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. 2014. Deputi

Pengawasan Bidang Penyelengkaraan Keuangan Daerah. BPKP

Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 21. Akuntansi Transfer Berbasis

Akrual. 2016. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.

Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan.

Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.

Modul 2 Pengantar Ilustrasi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian

Dalam Negeri.

Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam

Negeri.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem

Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan peneliti selama ini dalam pelaksanaan pembelajaran permainan bola voli di SMP Negeri 3 Nglipar masih ditemukan masalah yang mempengaruhi proses belajar siswa

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, hanya karena berkat-Nya lah penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi

Dalam hal terdapat 1 (satu) Tug Boat yang ditawarkan oleh 2 (dua) perusahaan yang berbeda, maka Pertamina memiliki kewenangan penuh untuk memutuskan peserta yang

Pada Struktur bagian dept logistic press & body terdapat empat bagian yaitu, Sheet Material Warehouse, Press Part Warehouse, Body Part Warehouse, Production Planning

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah menganalisa performansi sistem water chiller dengan fluida kerja R12 dengan variasi puli kompresor, sedangkan analisa

Pendidikan di era Globalisasi masa kini dihadapkan kepada tantangan yang semakin berat. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang

Inflasi tahun kalender ibukota provinsi di Pulau Jawa tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 1,02 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 0,67 persen, Kota Bandung