• Tidak ada hasil yang ditemukan

https pulauherbal.com jurnal 3678 inform

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "https pulauherbal.com jurnal 3678 inform"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

https://pulauherbal.com/jurnal/3678-informasi-penting-seputar-step-kejang-demam-pada-anak.

 HOME

 Bukti Kirim

 Cara Pemesanan

 Profil

 Tanya-Jawab

 Kontak

 Jurnal

Jurnal » Info Penyakit » Informasi Penting Seputar Step / Kejang Demam Pada Anak

Informasi Penting Seputar Step / Kejang

Demam Pada Anak

Kejang pada bayi dan balita harus mendapat perhatian ekstra dari para orang tua karena kondisi tersebut dapat berakibat fatal; kejang dapat terjadi dengan disertai ataupun tanpa diserta dengan demam. Memberikan pertolongan pertama dengan tepat dan secepat mungkin akan mengurangi resiko yang mungkin terjadi pada bayi dan balita yang mengalami kejang. Segera bawa bayi atau balita yang mengalami kejang ke rumah sakit atau dokter sedini mungkin guna mendapatkan perawatan yang optimal.

Penyebab Kejang

Kejang pada dasarnya terjadi karena adanya kontraksi otot yang kuat dan diluar kendali sehingga tarikan otot yang terjadi menjadi berlebihan. Kejang pada bayi dan balita biasanya terjadi mengiringi demam tinggi; ini merupakan salah satu penyebab kejang yang paling umum terjadi. Step atau tulp merupakan istilah umum untuk menyebut convasio febrilis atau deman yang disertai dengan demam tinggi pada bayi dan balita.

Sensitivitas Anak Terhadap Kejang

(2)

terjadi ketika suhu tubuh meningkat hingga 39 derajat Celcius ataupun lebih dari suhu tersebut.

Oleh karenanya; jika balita mengalami demam dengan suhu tubuh mencapai 39 derajat Celcius maka sebaiknya anak tersebut segera dibawa ke rumah sakit atau dokter karena selalu ada resiko mengalami kejang atau convasio febrilis.

Efek Dari Convasio Febrislis

Bagaimana efek dari convasio febrislis setelah seorang bayi atau balita mengalami kejang yang disertai demam akan dipengaruhi oleh daya tahan dan toleransi tubuh terhadap kondisi tersebut. Hal ini menyebabkan efek yang timbul pada satu orang anak dapat berbeda dengan efek yang dialami oleh anak yang lain.

Penanganan Pertama Untuk Kejang Pada Anak

Memberikan pertolongan pertama pada balita yang mengalami deman menjadi sangat penting guna mencegah terjadinya kejang; usahakan untuk tidak menunda membawa balita ke rumah sakit dan jangan menyepelekan kejang karena hanya terjadi beberapa detik atau menit saja karena setiap detik sangatlah berharga guna mencegah efek negatif yang dapat saja timbul akibat kondisi kejang tersebut.

Dalam perawatan dokter di rumah sakit ataupun klinik; balita biasanya akan mendapat obat penurun panas dan juga obat anti kejang guna menghindari balita kembali mengalami kejang jika nanti sudah kembali pulang ke rumah.

Untuk kondisi balita yang mengalami kejang karena demam; pertolongan pertama yang terbaik adalah membawanya ke rumah sakit atau klinik terdekat dan tidak perlu memilih rumah sakit terlengkap jika memang jarak yang harus ditempuh lebih jauh dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Semakin lambat anak mendapat pertolongan akan menimbulkan semakin banyak resiko berbahaya sehingga pertolongan pertama di lokasi terdekat dan secepat mungkin mutlak diberikan.

Resiko Kejang

Salah satu resiko besar dari kejang karena demam tinggi dan tidak mendapatkan perawatan yang semestinya adalah retardasi mental atau keterbelakangan mental. Resiko tersebut dapat terjadi karena kejang akibat demam tinggi dapat membuat jaringan dan sel – sel otak

mengalami kerusakan.

Kejang dalam jangka waktu yang lama karena tidak mendapat perawatan semestinya berupa obat anti kejang dan penurun panas akan semakin meningkatkan resiko sel – sel otak balita yang masih berkembang mengalami kerusakan. Kerusakan sel otak dapat membuat

perkembangan otak menjadi tidak optimal dan kecerdasan mengalami penurunan yang drastis.

(3)

memberikan pertolongan pertama sebaik mungkin guna menghindari resiko – resiko yang sangat merugikan anak tersebut. Selain itu; orang tua juga dituntut lebih waspada di waktu mendatang karena dalam jangka waktu kurang lebih satu tahun dari kejadian kejang demam tinggi pertama maka selalu ada resiko kejadian tersebut terulang dan bahkan dengan kondisi kejang yang lebih hebat dari kejang yang sebelumnya.

Salah satu cara orang tua mengantisipasi resiko kembali mengalami kejang karena demam tinggi adalah dengan menyediakan obat penurun panas di rumah dan juga obat anti kejang yang telah diresepkan oleh dokter anak yang kompeten. Di sisi lain; orang tua juga tidak perlu paranoid dan terlalu khawatir karena kejang karena demam tinggi yang terjadi sesaat dan segera mendapat pertolongan yang tepat biasanya tidak berdampak apapun pada fungsi dan kondisi otak anak.

Ciri Kejang Karena Demam Tinggi

Penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mendeteksi ciri dari seorang balita atau anak yang mengalami kejang karena demam tinggi. Beberapa ciri berikut cukup mudah untuk dideteksi dan diamati.

1. Tangan dan kaki menjadi tegang dan kaku serta diikuti dengan gerakan kejang berupa gerakan kejut dan kuat selama kurang lebih 5 menit.

2. Bola mata biasanya membalik ke posisi atas sehingga mata hanya terlihat berwarna putih

3. Mulut juga mengalami kejang dengan gigi atas dan bawah berada dalam kondisi menggigit

4. Nafas terkadang berhenti sejenak selama terjadi kejang

5. Kegagalan mengontrol buang air kecil atau buang air besar dapat terjadi 6. Pada kejadian kejang yang berat maka kesadaran akan sepenuhnya hilang

Intensitas dan durasi waktu anak mengalami kejang dapat bervariasi tergantung dari kondisi dan tingkat kejang yang dialami dari beberapa detik hingga puluhan menit.

Beberapa Tips Menangani Kejang Karena Demam Tinggi

Pengetahuan mengenai teknik pertolongan pertama pada kondisi demam karena demam tinggi merupakan hal lain yang juga tidak kalah penting untuk dimiliki orang tua agar dapat meminimalisir resiko dari efek anak yang mengalami kejang karena demam tinggi. Suhu tubuh manusia normal berada di kisaran 36 hingga 37 derajat Celcius.

Seorang anak dikatakan mengalami demam jika suhu tubuh menunjukkan angka 37,2 dengan pengukuran di ketiak; 37,8 dengan pengukuran di mulut atau telinga; dan 38 derajat Celcius dengan pengukuran di rektum. Ketika terpantau suhu tubuh anak meningkat; maka pemberian obat penurun panas sebaiknya segera dilakukan guna mencegah peningkatan suhu yang lebih tinggi lagi.

Gunakan Termometer

(4)

termometer raksa ataupun digital juga merupakan hal yang mutlak. Pengukuran suhu tubuh anak dengan menggunakan tangan yang ditempelkan pada dahi mungkin merupakan metode yang paling umum dan mudah; namun cara ini tidak dapat memberikan pengukuran suhu yang akurat untuk menentukan seorang anak mengalami demam ataupun tidak.

Kepekaan dan suhu tubuh orang yang mengukur suhu menggunakan telapak tangan sangat menentukan temperatur yang terdeteksi sehingga tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan seorang anak mengalami demam atau masih memiliki suhu tubuh yang normal.

Termometer air raksa merupakan alat yang paling mudah dan akurat untuk digunakan

mengukur suhu manusia. Penggunaan termometer air raksa ini juga tidak dapat sembarangan diletakkan di bagian tubuh tertentu. Mengukur suhu tubuh dengan meletakkan termometer di ketiak merupakan cara yang paling lazim; namun cara ini tidak dapat memberikan

pengukuran suhu tubuh yang paling akurat. Cara terbaik menggunakan termometer air raksa untuk mengukur suhu tubuh adalah dengan menempatkan termometer di dalam rongga mulut atau pada anus.

Tetaplah Bersikap Tenang

Selain pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi kondisi demam dan kejang karena demam tinggi; ketenangan orang tua merupakan hal penting lain yang dapat mengurangi resiko – resiko yang mungkin dialami oleh anak atau balita. Panik tidak akan membuat keadaan menjadi lebih mudah; bahkan karena ketidaktenangan dan kepanikan orang tua maka penderitaan anak yang tengah demam dan kejang dapat menjadi semakin parah.

Perhatikan Cara Mengompres Demam

Salah satu metode menurunkan panas demam yang sebaiknya dihindari adalah dengan menggunakan alkohol atau air dingin. Metode ini cukup populer di masa lalu; namun kenyataannya ada beberapa resiko dan masalah kesehatan yang dapat timbul karena penggunaan cara tersebut untuk menurunkan suhu tinggi akibat demam. Alkohol dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan jika digunakan pada dahi dapat membuat mata mengalami iritasi; disamping itu juga ada resiko keracunan atau intoksinasi yang mungkin terjadi.

Cara menurunkan suhu yang lebih aman adalah dengan menggunakan air biasa yang dikompreskan pada bagian ketiak, lipatan paha dan dahi. Penggunaan kompres air biasa ini bermanfaat untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh; hal tersebut terjadi karena panas tubuh akan digunakan untuk menguapkan air yang dikompreskan. Cara ini akan menurunkan suhu tubuh secara perlahan; penurunan suhu dengan cepat secara drastis sebaiknya dihindari dan tidak dianjurkan.

Perhatikan Obat Yang Digunakan

Hal penting lain yang juga wajib diketahui orang tua adalah larangan menggunakan aspirin

dan obat lain yang memiliki kandungan salisilat karena zat tersebut diduga memicu terjadinya

sindrom Reye. Sindrom ini merupakan suatu penyakit yang langka dan berdampak pada gangguan fungsi otak, darah dan juga liver.

(5)

Setelah anak sadar dari kejang karena demam tinggi; ajak untuk lebih banyak minum dan makan buah – buahan ataupun makan makanan dengan kuah yang banyak. Meminum susu,

jus buah atau teh sangat dianjurkan agar cairan tubuh yang menguap karena naiknya suhu tubuh akibat demam segera tergantikan.

Pemilihan Pakaian

Hal penting lain yang sering dilupakan dan tidak diketahui adalah penggunaan selimut atau baju yang tebal. Ketika anak mengalami demam; selimut dan baju tebal akan menyebabkan penguapan menjadi terhalang dan meningkatkan suhu tubuh. Kenakan pakaian biasa yang longgar agar lebih nyaman dan pakaian yang mengikat atau terlalu ketat sebaiknya dilepas dan diganti dengan pakaian yang longgar.

Beberapa Anjuran Bagi Orang Tua Dalam Menangani

Kejang Akibat Demam Tinggi

1. Jika pengukuran dengan termometer air raksa menunjukkan suhu tubuh anak di atas normal atau melewati angka 37,5 maka segera beri anak obat penurun panas.

2. Kompres dengan lap dan air hangat yang memiliki suhu kurang lebih sama dengan suhu tubuh anak. Jangan menggunakan kompres dingin karena pertemuan suhu badan yang panas dan suhu kompres yang dingin dapat memicu benturan suhu di otak yang hanya akan membahayakan kesehatan anak.

3. Jika anak mengalami kejang; bersihkan lingkungan sekeliling tempat anak tidur dari benda keras dan tajam agar resiko cedera karena mengenai benda keras atau tajam ketika kejang dapat dihindari.

4. Menjaga mulut tetap terbuka ketika anak kejang dengan cara mengganjal atau menggigitkan anak pada suatu benda juga tidak perlu dilakukan. Memiringkan posisi tidur ketika terjadi kejang lebih penting agar anak tidak menelan atau tersedak cairan jika muntah yang beresiko mengganggu sistem pernapasan.

5. Beri jeda beberapa saat setelah kejang selesai sebelum memberi minum atau makan pada anak agar resiko tersedak atau batuk menjadi lebih sedikit.

Kondisi Kejang Tanpa Disertai Demam

Kejang pada anak dan balita ternyata juga dapat terjadi tanpa disertai dengan demam. Penyebab jenis kejang ini bisa bermacam – macam; kejang jenis inipun sebaiknya dicegah berlangsung lama dan juga berulang – ulang agat tidak merusak sel – sel otak. dr Merry C. Siboro, Sp.A yang bertugas di RS Metro Medical Center, Jakarta memberikan deskripsi kejang sebagai kontraksi otot tanpa kendali atau di luar kehendak yang erjadi dengan kondisi yang berlebihan.

Kondisi kejang tanpa diserta demam dapat terjadi pada semua anak dengan gejala yang serupa berupa otot badan yang kaku dan mata yang berbalik posisi mengarah ke atas.

(6)

Proses kelahiran yang sulit dapat memicu terjadinya kekurangan pasokan oksigen pada bayi yang dilahirkan; bayi dengan kelainan ukuran kepala terlalu besar atau terlalu kecil juga memiliki resiko mengalami kejang yang lebih tinggi. Bayi yang memiliki berat lebih dari 4 kilogram juga memiliki resiko mengalami kejang selama menjalani masa neonatus atau 28 hari setelah dilahirkan. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada bayi dengan ibu yang memiliki riwayat diabetes sehingga anak mengalami hipoglemi sehingga kejang dapat terjadi tanpa disertai demam.

Keterlambatan memberi ASI dapat memicu terjadinya kejang pada bayi hipoglemi. Di sisi lain; bayi yang terlahir prematur justru sangat jarang mengalami kejang. Kondisi tersebut diduga disebabkan karena perkembangan sistem syaraf yang belum sempurna pada bayi prematur.

Pentingnya Mencegah Kejang Agar Tidak Terulang

Seorang anak yang pernah mengalami kejang memiliki resiko kembali mengalami kejang di masa mendatang. Secara medis; kejang tidak boleh terjadi berulang atau dialami dalam durasi yang lama atau melebihi 5 menit. Setiap kali terjadi kejang maka asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah juga terjadi; kelambatan aliran oksigen ke otak dapat mengakibatkan kerusakan sel otak yang kekurangan oksigen. Kerusakan sel otak dapat mengakibatkan epilepsi, lumpuh hingga retardasi atau ketertinggalan mental.

Orang tua wajib memantau dengan teliti kondisi anak jika beresiko kembali mengalami kejang. Resiko kejang yang berulang dipengaruhi oleh jenis kejang yang terjadi serta adanya kelainan syaraf yang dapat dideteksi dengan EEG atau elektroensefalografi. Monitoring selama 3 tahun penting untuk dilakukan guna mencegah terulangnya kejang; dokter yang menangani kejang pertama biasanya akan membantu menangani monitoring ini.

Kejang tanpa demam dapat dipicu oleh berbagai sebab seperti kelainan pada otak ataupun faktor penyebab yang tidak berasal dari otak hingga karena faktor genetis atau keturunan.

 Kelainan neurologis ataupun jenis penyakit lain yang berdampak pada gangguan fungsi otak dapat memicu terjadinya kejang tanpa demam seperti trauma lahir, tumor otak, trauma kepala hingga hipoksia atau kekurangan oksigen yang mengalir ke otak.  Sebab selain kelainan neurologis dapat berupa elektrolit darah yang tidak normal

seperti diare, muntah ataupun penurunan gula darah karena menderita sakit tertentu dalam jangka waktu yang lama. Bahkan kekurangan nutrisi yang parah juga dapat mengakibatkan kejang tanpa demam.

 Faktor keturunan juga patut diwaspadai; orang tua dengan riwayat kejang pada masa kecil memiliki peluang menurunkannya pada anak.

Terjadinya kejang tanpa demam pada anak berusia kurang dari 6 bulan patut mendapat perhatian yang serius; terutama jika kasus kejang tersebut berulang karena ada kemungkinan anak tersebut menderita epilepsi.

Penatalaksanaan Kejang

(7)

mg/kgBB/dosis rektal suppositoria. Pemberian Diazepam dapat diulang setelah 20 menit jika kejang belum dapat diatasi.

2. Menurunkan demam dengan memberi anti piretik berupa Paracetamol 10 mg/kgBB/dosis per oral sebanyak 3 hingga 4 kali per hari.

3. Kompres dengan air hangat jika suhu lebih tinggi dari 39 derajat Celcius dan kompres dengan air biasa jika suhu lebih tinggi dari 38 dejarat Celsius namun masih di bawah 39 derajat Celcius.

4. Pengobatan penyebab demam berupa antibiotika sesuai dengan indikasi penyakit yang memicu terjadinya demam.

5. Penanganan sportif seperti memberi oksigen dan membebaskan jalan nafas hingga menjaga keseimbangan air dan elektrolit serta tekanan darah juga sebaiknya dilakukan jika pasien memang membutuhkan.

Pencegahan kejang secara berkala atau intermiten untuk kasus kejang karena demam dapat dilakukan dengan memberi Diazepam 0,3 mg.kgBB/dosis per oral dan pemberian anti piretika jika anak masih mengalami demam. Sedangkan pencegahan kontinyu kasus demam komplikata dapat dilakukan dengan pemberian Asam vaproat 15 hingga 40 mg/kgBB/dosis per oral yang terbagi dalam 2 hingga 3 dosis.

Anak dengan resiko epilepsi yang lahir dari keluarga dengan riwayat epilepsi ataupun anak dengan gangguan neurologis yang telah diketahui sebelum mengalami kejang pertama (dengan atau tanpa demam) harus menjalani pemeriksaan rutin atau kontrol setiap 3 bulan sekali. Anak dengan frekuensi kejang yang sering memiliki resiko mengalami epilepsi; namun anak dengan epilepsi juga tetap dapat berkembang dan tumbuh serta berprestasi seperti anak – anak yang tidak mengidap epilepsi.

Search

Categories

Archives

Our Network

Ibu Bidan

Khusus Suami

Hajar Jahannam Paket Xtra Lama Paket Xtra Besar Minyak Bulus

(8)

Pengencang Payudara Pembesar Payudara Joss Vagina

Gurah Vagina

Kecantikan

Pemutih Tubuh Pemutih Wajah

Pemutih Ketiak dan Selangkangan

Penghilang Bekas Luka dan Bekas Jerawat

Kesehatan

Penggemuk Badan Pelangsing Badan Peninggi Badan Penyubur Suami-Istri

Cara Mengobati Haid Yg Berkepanjangan, Berapa Lama Penyakit Campak Akan Hilang,

Meredakan Batuk Dengan Jahe, Cara Melancarkan Haid Dengan Pijat, Cara Meningkatkan Hormon, Penyebab Terlambatnya Menstruasi Pada Remaja, Fungsi Yusimox, Obat Peredam Sakit Gigi, Hilang Keseimbangan Saat Berdiri, Obat Kimia Sakit Tifus, Kandungan

Ganggang Hijau, Tanda Tanda Kena Cacar, Cara Mengobati Kelumpuhan, Sakit Bawah Payudara Kanan, Mengaktifkan Hormon Pertumbuhan, Ciri2 Air Kencing Wanita Hamil,

Ampicilin Dan Amoxicilin, Ciri2 Cacar Air, Manfaat Alat Usg, Cara Memperbesar Payudara Dalam Seminggu

Copyright 2017 - Pulau Herbal

Referensi

Dokumen terkait

Semua pertimbangan dan estimasi yang dibuat manajemen seperti yang diungkapkan di atas dapat dipertanyakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (“DJP”). Sebagai akibatnya,

terbesar (≥ 90%) keluarga contoh memiliki kelentingan keluarga (sistem kepercayaan keluarga, pola organisasi keluarga, dan proses komunikasi keluarga) termasuk pada

selaku ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis

Bentuk layanan informasi keperawatan melalui telepon dan bentuk telephone nursing service yang resmi dan dimiliki provider yang memiliki aspek legalitas bukan hal yang tidak

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan lebar lengkung gigi pada maloklusi klasifikasi Angle yang berbeda di SMPN I Salatiga

Berikut adalah fungsi dari saliva yaitu membantu dalam mastikasi dan bicara sebagai lubrikasi oral, membantu indera pengecap sebagai pelarut ion dan protein, menjaga kesehatan

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyertakan semua sampel yang ada di Bursa Efek Indonesia, sehingga hasil analisis yang dilakukan benar-benar menggambarkan situasi

39/PDT.B/2015/ PN.BDG., yang dibuat oleh Panitera Pengadilaan Negeri Bandung yang menyatakan bahwa pada tanggal 1 April 2015 pihak Kuasa Tergugat I telah