RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA
KARYA
Encana pembangunan Infrastruktur Cipta Karya dalam pembahasan
Dokumen RPIJM Kota Solok terdiri atas empat sektor yaitu Pengembangan
Permukiman, Pengembangan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan
Lingkungan Permukiman dan Pengembangan Air minum, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :
7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
engembangan permukiman baik diperkotaan maupun di pedesaan pada hakekatnya
adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni (live able),
aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, pemerintah wajib
memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang
layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial.
Pengembangan permukiman meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar
perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota
serta penciptaan sosial budaya diperkotaan.
Pengembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial
budaya masyarakat setempat, agar pengembangan dapat damai dengan kondisi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan permukiman adalah:
1. Peran Pemerintah Kota dalam pengembangan wilayah
2. Rencana pembangunan kota
3. Memperhatikan kondisi alamiah dan topologi kota seperti struktur dan morfologi
tanah, topografi dsb.
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
5. Menyesuaikan dengan master plan pengembangan permukiman
6. Kerangka logis penilaian kelayakan investasi dalam pengembangan permukiman.
7. Keterpaduan pengembangan permukiman dengan sektor lainnya dalam setiap
tahapan penyelenggaraan pengembangan pembangunan.
8. Memperhatikan peraturan dan aturan yang berlaku.
9. Memperhatikan kelembagaan dalam penyelenggaraan pengembangan
permukiman.
10. Sumber pendanaan dari berbagai sumber, baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta.
Tujuan dari pengembangan permukiman adalah:
1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana & prasarana dasar
permukiman)
2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, sesuai dan
teratur.
3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah
4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.
Adapun sasaran dari pengembangan permukiman adalah:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman
2. Tersedianya perumahan tipe RSH
3. Terarahnya pertumbuhan wilayah
Pengembangan permukimanditujukan pada kelompok susunan masyarakat untuk
pemenuhan rumah yang diutamakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah
mengacu kepada UU no. 4/1992 tentang perumahan dan peraturan lainnya.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan dilakukan dengan:
1. Penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan permukiman .
2. Pemetaan dan peninjauan kawasan
3. Peningkatan kualitas permukiman.
Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Pengembangan permukiman di Kota Solok harus memperhatikan daya dukung fisik
merupakan hasil analisis overlay antara peta kemiringan lahan dengan tingkat
kerawanan bencana gempa bumi. Kota Solok terdiri dari 4 (empat) zona daya dukung
yaitu zona tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Terkait dengan masing-masing
klasifikasi zona tersebut maka, pemanfaatan ruang di Kota Solok dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan karakteristik zona sesuai dengan arahan dari Tabel 7.1
Tabel 7.1
Kebijakan Pembangunan Berdasarkan Daya Dukung Fisik
Zona Kebijakan
Daya Dukung Tinggi Diijinkan untuk rumah tinggal, perkantoran, rumah sakit dan sarana umum lainnya.
Daya Dukung Sedang
Daya Dukung Rendah
Diijinkan untuk rumah tinggal, perkantoran, rumah sakit dan sarana umum lainnya.
Diijinkan adanya bangunan kecil sekolah, Pusat pelayanan
kesehatan, bangunan pemukiman dan sarana umum lainnya, dengan persyaratan khusus
Bangunan eksisting yang tidak sesuai dengan ketentuan
(persyaratan khusus) harus menyesuaikan dengan menggunakan perangkat disinsentif
Daya Dukung Sangat Diijinkan adanya bangunan untuk mendukung fungsi kawasan Rendah
Zona Kebijakan
Dilarang adanya perumahan dan bangunan untuk umum yang baru
Tidak diijinkan adanya pembangunan
Arahan Pengembangan perumahan di Kota Solok adalah sebagai berikut :
a. Perumahan kepadatan tinggi pada kawasan sekitar pusat kota (Pusat Pelayanan
Kota), dengan luas + 352,02 Ha.
b. Perumahan kepadatan sedang pada kawasan yang berdekatan dengan pusat
pelayanan kota dengan luas + 97,99 Ha.
c. Perumahan kepadatan rendah berlokasi pada kawasan yang tidak termasuk
kawasan sekitar pusat pelayanan kota, yaitu dikembangkan ke arah utara, Barat,
dan selatan Kota Solok. Perumahan kepadatan rendah ini mencapai luas yang
dominan, yaitu 1.320,06 Ha.
Kebutuhan pengembangan perumahan di Kota Solok juga lebih difokuskan kepada
kawasan yang diprioritaskan pada kawasan permukiman kumuh di Kota Solok dengan
jumlah sekitar 250-300 unit.
ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING , PERMASALAHAN DAN TANTANGAN 7.1.2.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Isu isu strategis yang berkembang untuk Propinsi Sumbar, yang mungkin juga terjadi
di Kota Solok yaitu
Belum adanya keterpaduan program pembangunan infrastruktur permukiman
kumuh perkotaan di Kabupaten/Kota
Masih diperlukan peningkatan kualitas permukiman kumuh dan nelayan di 17
Kabupaten/Kota
7.1.2.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Data pendukung yang dapat dijadikan kondisi eksisting adalah mengenai kawasan
kumuh, jumlah RSH terbangun dan rusunawa, kawasan potensial, rawan bencana,
dijadikan referensi adalah kawasan kumuh, hal ini beriiringan dengan disusunnya
Rencana kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP) Kota Solok di Tahun 2015
Berikut dapat dilihat Data Kawasan Kumuh di kota Solok
Tabel 7.2
Data Kawasan Kumuh di Kota Solok Tahun 2014
Luas SK No Nama kawasan Nama kelurahan Nama kecamatan kumuh (ha)
1 Padang Galundi, Pincuran Makmur Tanah Garam Lubuk Sikarah 24.55
2 Sawah Piai 10.47
3 Kandang Aur Simpang Rumbio Lubuk Sikarah 6.77
4 Aro IV Korong Aro IV Korong Lubuk Sikarah 9.29
5 Sinapa Piliang Sinapa Piliang 11.05
6 Kampai Tabu Karambia Kampai Tabu 16.03
Karambia
7 IX Korong IX Korong 8.44
8 VI Suku VI Suku 6.05
9 Pasar Pandan Air Mati Pasar Pandan Air Tanjung Harapan 12.20 Mati
10 Koto Panjang Koto Panjang 6.14
11 Permukiman Sepanjang Rel Kereta Tanjung Paku Nan 57.05
Api Balimo
Sumber : SK Kawasan Kumuh Kota Solok No. 185.45-653 Tahun 2014 dan
Verifikasi Survey Lokasi RKPKP Th 2015
7.1.2.3 Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan yang dijumpai dalam hal pembangunan permukiman tinggal di Kota Solok yakni:
Masih terbatasnya pemahaman dan komitmen untuk melaksanakan
permukiman
Keterbatasan anggaran pendanaan Pemerintah Kota Solok untuk fasilitasi
pembangunan dan koordinasi di kawasan andalan strategis dan cepat tumbuh dan
regulasi investasi yang kurang menarik bagi swasta,
Masih lemahnya koordinasi, sinergi, dan kerjasama antara pelaku-pelaku
pengembangan kawasan dalam upaya dalam penentuan kebijakan, agenda
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, koordinasi, pengendalian dan evaluasi
pembangunan sehingga menyebabkan inefisiensi penggunaan anggaran
pembangunan,
Masih adanya masyarakat yang membangun rumah tanpa izin
Keterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi dalam mendukung
pengembangan wilayah permukiman dan produk unggulan,
Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama lintas wilayah untuk
mendukung peningkatan daya saing, produk unggulan dan penyediaan pasokan
sumber daya alam dengen kebutuhan pembangunan,
Inisiatif proaktif yang masih pasif dalam mengatasi ketertinggalan daerah sesuai
potensi, masalah, dan kewenangan yang dimiliki dan masih rendahnya kualitas
SDM serta belum optimalnya pengembangan
potensi SDA, kelembagaan dan keterbatasan penggunaan teknologi,
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Solok termasuk penjabarannya yang
belum dilaksanakan secara tertib karena terbatasnya penyebaran informasi.
Belum lengkapnya Peraturan Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dan belum memadainya pengelolaan data dan
informasi pertanahan untuk pembangunan,
Proporsi penduduk perkotaan yang cenderung bertambah sebagai ukuran tingkat
urbanisasi sebagai gejala normal dalam tahap pembangunan,
Biaya perpajakan yang cukup membebani rakyat dalam membayar pajak bangunan
dan tanah,
Beberapa permasalahan yang timbul dalam pembangunan permukiman perlu dicarikan
pemecahannya agar pembangunan permukiman dapat berhasil dan sinergi dengan
perkembangan kawasan. Dari permasalahan yang ada saat ini, beberapa hal perlu kita
No
1. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya izin mendirikan
bangunan dalam rangka ketertiban dan keamanan bangunan terutama
terhadap bencana baik gempa bumi, banjir maupun kebakaran dan yang
terpenting adalah perumahan yang sesuai dengan standar kesehatan.
2. Perlu dibuat suatau terobosan agar masyarakat mendapatkan kemudahan
dalam pengurusan IMB
3. Dalam pembangunan perumahan baik perumahan formal maupun swadaya,
pemerintah perlu mendukung dengan membangunan PS dasar perumahan
seperti jaringan air minum, jalan lingkungan, listrik, air limbah, drainase dan
sebagainya agar perumahan tersebut benar-benar menjadi kawasan
perumahan yang sehat, aman dan asri.
Beberapa alternatif perlu dijadikan acuan agar permasalahan dapat diselesaikan dengan
tidak merugikan pihak manapun.
Tabel 7.3
Analisa Permasalahan,Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi
Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah
1 Masih terbatasnya pemahaman dan komitmen untuk melaksanakan pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh didaerah dan belum adanya sikap profesionalisme dan kewirausahaan pelaku
pengembang wilayah permukiman
Pengembang jaringan dan kemitraan dengan pihak swasta
Melakukan pembinaan bagi wirausaha pelaku pengembangan permukiman
2
3
Keterbatasan anggaran pendanaan Pemerintah Kota Solok untuk fasilitasi pembangunan dan koordinasi
dikawasan andalan strategis dan cepat tumbuh serta regulasi investasi yang kurang menarik bagi swasta
Masih lemahnya koordinasi sinergi dan kerjasama antara pelaku-pelaku pengembangan kawasan dalam upaya dalam penentuan kebijakan, agenda perencanaan pelaksanaan,
monitoring, koordinasi, pengendalian dan evaluasi pembangunan sehingga menyebabkan inefisiensi dalam penggunaan anggaran pembangunan
Mencari dan mengusahakan dana dari sumber-sumber lain untuk penmgembangan permukiman
Pengembangan jaringan kemitraan dengan pihak swasta
Menyusun regulasi yang saling menguntungkan pelaku pengembangan permukiman
Melakukan koordanasi dan kerjasama untuk
mensinergikan penentuan kebijakan dengan agenda perencanaan pengembangan permukiman
Melakukan efisiensi penggunaan anggaran pengembangan permukiman
4 Keterbatasan jaringan prasarana dan Membangun jaringan prasarana pendukung untuk sarana fisik dan ekonomi dalam percepatan pengembangan wilayah permukiman mendukung pengembangan wilayah
5
6
Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama lintas wilayah untuk mendukung peningkatan daya saing produk unggulan dan penyediaan pasokan sumber daya alam dengan kebutuhan
pembangunan
Inisiatif proaktif yang pasif dalam mengatasi ketertinggalan daerah sesuai potensi, masalah dan
kewenangan yang dimiliki dan masih rendahnya kualitas SDM serta belum optmalnya pengembangan potensi SDA, kelembagaan dan
keterbatasan penggunaan teknologi
Membangun kerjasama lintas wilayah yang intensif dalam berbagai sektor dengan daerah tetangga
Mempersiapkan ketersediaan dan keseimbangan pasokan SDA dengan kebutuhan pembangunan
Melakukan study lebih detil perihal potensi yang dapat dimanfaatkan daerah.
Melakukan Study ke daerah lain yang berhasil dalam mengejar ketertinggalan dalam membangun daerah teringgal di wilayahnya.
Melakukan pembinaan dan pelatihan pengembangan SDM masyarakat Kota Solok.
Penyempurnaan Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) Kota Solok termasuk penjabaran yang belum dilaksanakan secara tertib karena terbatasnya penyebaran infgormasi. Masih lemahnya penerapan kepastian hukum dan koordinasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Belum lengkapnya Peraturan Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) dan belum memadainya pengelolaan data dan informasi pertanahan untuk pembangunan
Proporsi penduduk perkotaan yang cenderung bertambah sebagai ukuran tingkat urbanisasi sebagai gejala normal dalam tahap pembangunan
Biaya perpajakan yang cukup membebani rakyat dalam membayar pajak banngunan dan tanah
Mengusahakan percepatan Penyempurnaan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Solok setelah revisi. Sosialisasi PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRW) dan Norma Standard Produksi Manual (NSPM)
Meminta Pemerintah Pusat segera melengkapi Peraturan Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA)
Melakukan pengelolaan data dan informasi pertanahan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pembangunan
Melakukan pemerataan pembangunan di perdesaan dan daerah tertinggal sebagai upaya untuk menahan laju urbanisasi
Melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi perihal tata cara pembayaran pajak dan upaya untuk memperoleh insentif kemudahan pajak untuk beberapa sektor sebagai upaya memancing
percepatan pengembangan wilayah permukiman. Rekomendasi Pemecahan Masalah
Dari beberapa alternatif pemecahan masalah direkomendasikan beberapa cara
pemecahan masalah yang mungkin dapat dilaksanakan yakni:
Penyusunan RDTR dan RTBL
Penciptaan lapangan kerja baru terutama di daerah perkotaan untuk
Mengupayakan pembebasan lahan bagi pembangunan permukiman baru,
Pengadaan subsidi untuk pengadaan rumah tinggal bagi keluarga yang relatif
miskin,
Bantuan stimulan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, baik pada perumahan
formal maupun perumahan swadaya.
Mempermudah ijin pendirian rumah tinggal di kawasan pengembangan
permukiman,
Revisi Perda tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan,
Pemabangunan rumah susun bagi PNS, Polri dan TNI serta bagi masyarakat
berpenghasilan rendah,
Kerjasama pemerintah dengan pengembang dan perbankan dalam merealisasikan
rumah murah bagi MBR.
USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
Mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan prasarana dan sarana
dasar bagi kawasan permukiman dan dengan kemampuan keuangan pemerintah daerah
yang terbatas, maka Pemerintah Kota Solok mengusulkan realisasi pembangunan
permukiman khususnya bagi masyarakat tertinggal dan terisolir agar dapat dibantu oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.
Sistem yang diusulkan bagi pengembangan permukiman yaknisuatu sistem
Infrastruktur Permukiman yang pembangunan prasarana dan sarana dasar yang layak,
sehat, berwawasan lingkungan yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung seperti
rumah ibadah, sekolah, rumah sakit/puskesmas, dan didukung tersedianya prasarana
dan sarana transportasi.
7.1.5.1 Usulan dan Prioritas Program Pembangunan PS Permukiman
Untuk mewujudkan Pembangunan Prasarana dan Sarana Permukiman maka
Pemerintah Kota Solok telah memprogramkan pembangunan permukiman yang
meliputi:
Pengembangan Perkotaan;
Penyusunan Masterplan PS seperti Masterplan drainase, Air Bersih dan Air
Penyusunan RTBL, RDTR.
Pengembangan kawasan permukiman MBR; Kawasan Permukiman Hinterland;
Kasiba/Lisiba, Rumah Sederhana Sehat (RsH), PSD-PU, Rumah Susun
Sederhana Sewa (RUSUNAWA);
Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Kota (KTP2K);
7.1.5.2 Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman
Usulan dan prioritas program pembangunan permukiman disusun berdasarkan
paket-paket fungsional dan sesuai dengan prioritas penanganan yang meliputi kegiatan:
Pembangunan PSD Permukiman di Perumahan PNS,
Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Untuk Asrama
Mahasiswa,
Pembangunan Jalan Lingkungan, Saluran LIngkungan, Pembangunan SANIMAS
Pembangunan Prasarana dan sarana Air Minum
Pembangunan Prasarana PLP ( Persampahan dan Air Limbah ) Penataan Bangunan dan Lingkungan serta RTH
Bantuan stimulan perumahan.
Tabel 7.4
Matrik Rencana Pembangunan Permukiman
No
1
2
3
4
5
6
7
Kegiatan APBN APBD Prov APBD Kota
Pembangunan PSD Permukiman V V
di Perumahan PNS
Pembangunan Rumah Susun V V
Sederhana Sewa (RUSUNAWA)
Pembangunan Jalan Lingkungan, V V V
Saluran LIngkungan
Pembangunan SANIMAS V V
Pembangunan Prasarana dan V V V
sarana Air Minum
Pembangunan Prasarana PLP V V
(Persampahan dan Air Limbah)
Penataan Bangunan dan V V
7.1.5.3 Contoh Kerangka Dasar Permukiman
Analisis Kelayakan Program Pembangunan Permukimanmemuat a.l :
Program : Pengembangan Perkotaan
Kegiatan :
Pembangunan PSD Permukiman di Perumahan PNS di Kecamatan Lubuk Sikarah Pembangunan PSD Permukiman di Perumahan PNS di Kecamatan Tanjung
Harapan
Program : Kasiba/Lisiba,RSH, PSD-PU,RUSUNAWA
Kegiatan:
Pembangunan RumahSusun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Bantuan stimulan perumahan formal
Bantuan stimulan perumahan swadaya
Peningkatan PS permukiman seperti pembangunan jalan lingkungan, sarana air
bersih, sarana persampahan
Sosialisasi Perda IMB
7.1.5.4 Kerangka Dasar Permukiman Kumuh berdasarkan hasil Baseline data KOTAKU
Berdasarkan Baseline data KOTAKU, pada dua kecamatan yang ada di Kota Solok Kawasan kumuh berada di sembilan kelurahan yaitu : Kelurahan Simpang Rumbio,
Sinapa Piliang, VI Suku,Aro IV korong, IX Korong, KTK dan Tanah Garam yang berada di
Kecamatan Lubuk Sikarah. Dan Kelurahan Pasa Pandan Air Mati , Tanjung Paku , Nan
Balimo
Berikut dapat dilihat profil secara umum tentang kawasan kumuh berdasarkan Baseline data KOTAKU.
A. Kecamatan Lubuk Sikarah 1. Kelurahan Simpang Rumbio,
Penduduk Kawasan kumuh Jumlah Penduduk: 1.990 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga: 475 KK
Komposisi Penduduk :
Laki-laki: 1.029 jiwa
Total Luas
Kawasan Kumuh : 9,29 Ha
Non Kumuh : 44,24 Ha
Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana
dimaksud, berada di dataran rendah
Karakter lahan dalam kawasan : lahan datar
Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota: Kawasan Terminal Regional dan Kawasan Perdagangan
3 Kelayakan Fisik Bangunan
34% Bangunan Hunian tidak memiliki keteraturan
18% Bangunan hunian memiliki Luas Lantai < 7,2 m2 per orang
2% Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Dinding, Lantai tidak sesuai persyaratan teknis
No
KRITERIA / INDIKATOR
0% Kawasan permukiman tidak terlayani jaringan jalan lingkungan yang memadai
9% Kondisi Jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki kualitas buruk
39% Kawasan permukiman terjadi genangan/banjir
19% Kondisi jaringan drainse pada lokasi permukiman memiliki kualitas buruk
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak 4% terlayani jaringan Air Bersih/Baku perpipaan atau non
perpipaan terlindungi yang layak
6% Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal 60liter/org/hari (Mandi, Minum, Cuci)
8%
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki akses Jamban/MCK Komunal
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak 24% memiliki kloset (Leher Angsa) yang terhubung
dengan tangkiseptik 100%
Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga tercampur dengan Drainase Lingkungan
Sampah domestik rumah tangga pada kawasan 83% permukiman terangkut ke TPS/TPA kurang dari 2 kali
seminggu 100%
Kawasan permukiman tidak memiliki Ketersediaan prasarana/sarana Proteksi Kebakaran
53% Bangunan Hunian tidak memiliki IMB 48% Lahan Bangunan Hunian tidak Memiliki SHM/HGB/Surat yang diakui pemerintah
284
Jiwa/Ha
Mata pencaharian utama rumah tangga adalah 81% Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel,
dll) (Unit rumah tangga)
88% Mayoritas rumah tangga menggunakan daya listrik 900 Watt (Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman 79% menggunakan fasilitas kesehatan di
Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 71% 9 Tahun (SD-SMP) memperoleh akses pendidikan
Penduduk Kawasan kumuh
Jumlah Penduduk: 1.157 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga: 365 KK
Komposisi Penduduk :
Laki-laki: 570 jiwa
Perempuan: 587 jiwa
Jumlah Penduduk Miskin/MBR: 617 jiwa
Total Luas
Kawasan Kumuh : 9,29 Ha
Non Kumuh : 44,24 Ha
Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana dimaksud, terdiri dari:
di tepi air;
di dataran rendah;
di daerah rawan bencana.
Karakter lahan dalam kawasan : lahan datar
Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota: kawasan perkantoran
A Nama Kawasan Pemukiman rawan banjir
B Kelurahan Sinapa piliang
C Kecamatan Lubuk sikarah
D Nama BKM Beringin jaya
E Status Keberdayaan BKM Mandiri
F Luas Kawasan (Ha) 10,328
H Tipologi/Karakteristik Perdagangan dan jasa
I Koordinat S.O⁰.47’40.831”
E.100⁰39’18.862”
KATEGORI KUMUH SEDANG
A FISIK
Kelayakan Fisik
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Pendidikan
15% Bangunan hunian memiliki Luas Lantai < 7,2 m2 per orang
15% Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Dinding, Lantai tidak sesuai persyaratan teknis
0% Kawasan permukiman tidak terlayani jaringan jalan lingkungan yang memadai
6% Kondisi Jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki kualitas buruk
11% Kawasan permukiman terjadi genangan/banjir
43% Kondisi jaringan drainse pada lokasi permukiman memiliki kualitas buruk
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak terlayani 1% jaringan Air Bersih/Baku perpipaan atau non perpipaan
terlindungi yang layak
2% Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal 60liter/org/hari (Mandi, Minum, Cuci)
5%
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki akses Jamban/MCK Komunal
13%
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki kloset (Leher Angsa) yang terhubung dengan tangkiseptik
100%
Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga tercampur dengan Drainase Lingkungan
Sampah domestik rumah tangga pada kawasan 3% permukiman terangkut ke TPS/TPA kurang dari 2 kali
seminggu 80%
Kawasan permukiman tidak memiliki Ketersediaan prasarana/sarana Proteksi Kebakaran
38%
Bangunan Hunian tidak memiliki IMB
36%
Lahan Bangunan Hunian tidak Memiliki SHM/HGB/Surat yang diakui pemerintah
129
Jiwa/Ha
Mata pencaharian utama rumah tangga adalah 71% Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll)
(Unit rumah tangga)
67% Mayoritas rumah tangga menggunakan daya listrik 900 Watt (Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman 58% menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu
(Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 73% Tahun (SD-SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di
3. VI Suku,
Penduduk Kawasan kumuh : 1.034 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga: 285 KK
Komposisi Penduduk :
Laki-laki: 511 jiwa
Perempuan: 523 jiwa
Jumlah Penduduk Miskin/MBR: 386 jiwa
Total Luas
Kawasan Kumuh : 6,66 Ha
Non Kumuh : 297,55 Ha
Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana
dimaksud, berada di dataran rendah dan kawasan tepi sungai
Karakter lahan dalam kawasan : lahan datar
Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota: Kawasan Perkantoran dan Kawasan Pasar
Informasi Fisik :
A Nama Kawasan Rawan banjir
B Kelurahan Vi suku
C Kecamatan Lubuksikarah
D Nama BKM Maju bersama
E Status Keberdayaan Mandiri BKM
F Luas Kawasan (Ha) 305
H Tipologi/Karakteristik Jasa dan perdagangan
I Koordinat -0.472719
100.391048
No
KRITERIA / INDIKATOR
1 Legalitas pendirian bangunan
Kepadatan penduduk
Bangunan Hunian tidak memiliki keteraturan
Bangunan hunian memiliki Luas Lantai < 7,2 m2 per orang
Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Dinding, Lantai tidak sesuai persyaratan teknis
Kawasan permukiman tidak terlayani jaringan jalan lingkungan yang memadai
Kondisi Jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki kualitas buruk Kawasan permukiman
terjadi genangan/banjir
Kondisi jaringan drainse pada lokasi permukiman memiliki kualitas buruk
Bangunan hunian pada lokasi
permukiman tidak terlayani jaringan Air Bersih/Baku perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal 60liter/org/hari (Mandi, Minum, Cuci)
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki akses Jamban/MCK Komunal Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki kloset (Leher Angsa) yang terhubung dengan tangkiseptik
Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga tercampur dengan Drainase Lingkungan
Sampah domestik rumah tangga pada kawasan permukiman terangkut ke TPS/TPA kurang dari 2 kali seminggu Kawasan permukiman tidak memiliki Ketersediaan prasarana/sarana Proteksi Kebakaran
Bangunan Hunian tidak memiliki IMB Lahan Bangunan Hunian tidak Memiliki SHM/HGB/Surat yang diakui pemerintah
Jiwa/Ha
No
KRITERIA / INDIKATOR
PARAMETER
4 Penggunaan Daya Listrik 50% Mayoritas rumah tangga menggunakan daya listrik 900 Watt (Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga dikawasan
5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan 64% permukiman menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah
tangga)
Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib
Fasilitas Pelayanan belajar 9 Tahun (SD-SMP) memperoleh
6 63% akses pendidikan dasar di Dalam
Pendidikan
kelurahan/kecamatan yang sama (Unit
4. Aro IV korong,
Penduduk Kawasan kumuh : 732 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga: 200 KK
Komposisi Penduduk :
Laki-laki: 360 jiwa
Perempuan: 372 jiwa
Jumlah Penduduk Miskin/MBR: 279 jiwa
Total Luas
Kawasan Kumuh : 5,12 Ha
Non Kumuh : 109,87 Ha
Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh terdiri dari:
di tepi air;
di dataran rendah;
di daerah rawan bencana.
Karakter lahan dalam kawasan : lahan datar
Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota: Kawasan pasar dan kawasan industri (pabrik
H
Tipologi/Karakteristik Jasa dan Perdagangan
1. Keteraturan Bangunan 2. Kepadatan Bangunan 1. Kelayakan Fisik Bangunan
2. Aksesibilitas Lingkungan
3. Drainase Lingkungan
4. Pelayanan Air Minum/Baku
5. Pengelolaan Air Limbah
6. Pengelolaan Persampahan
7. Pengamanan Bahaya Kebakaran
B NON FISIK
Legalitas pendirian bangunan
Kepadatan penduduk
Mata pencarian penduduk
Penggunaan Daya Listrik
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Bangunan Hunian tidak memiliki keteraturan
Bangunan hunian memiliki Luas Lantai < 7,2 m2 per orang Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Dinding, Lantai tidak sesuai persyaratan teknis
Kawasan permukiman tidak terlayani jaringan jalan lingkungan yang memadai
Kondisi Jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki kualitas buruk
Kawasan permukiman terjadi genangan/banjir Kondisi jaringan drainse pada lokasi
permukiman memiliki kualitas buruk
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak terlayani jaringan Air Bersih/Baku perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak
Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal 60liter/org/hari (Mandi, Minum, Cuci) Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki akses Jamban/MCK Komunal
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki kloset (Leher Angsa) yang terhubung dengan tangkiseptik
Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga tercampur dengan Drainase Lingkungan
Sampah domestik rumah tangga pada kawasan permukiman terangkut ke TPS/TPA kurang dari 2 kali seminggu
Kawasan permukiman tidak memiliki Ketersediaan prasarana/sarana Proteksi Kebakaran
Bangunan Hunian tidak memiliki IMB Lahan Bangunan Hunian tidak Memiliki SHM/HGB/Surat yang diakui pemerintah
Jiwa/Ha
Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga)
Mayoritas rumah tangga menggunakan daya listrik 900 Watt (Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman menggunakan fasilitas kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Pendidikan
Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 71% Tahun (SD-SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di
Penduduk Kawasan kumuh : 1239 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga: 338. KK
Komposisi Penduduk :
Laki-laki: 616 jiwa
Perempuan: 623 jiwa
Jumlah Penduduk Miskin/MBR: 108 KK
Total Luas
Kawasan Kumuh : 13,370 Ha
Non Kumuh : 105 Ha
Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana dimaksud, terdiri dari:
Di tepi Sungai;
Di dataran rendah;
Di daerah rawan bencana. : Ditepi Sungai
Karakter lahan dalam kawasan : Lahan datar
Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota: pusat Pemerintahan
C Kecamatan Lubuksikarah
D Nama BKM Sapakek basamo
E Status Keberdayaan BKM Mandiri
F Luas Kawasan (Ha) 118.45
H Tipologi/Karakteristik Jasa dan perdagangan
I Koordinat Latitude -0.481492
Koordinat Longitude
1
Keteraturan Bangunan 50% Bangunan Hunian tidak memiliki keteraturan
Kepadatan Bangunan
Kelayakan Fisik Bangunan
Aksesibilitas Lingkungan
Drainase Lingkungan
Pelayanan Air Minum/Baku
Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan Persampahan
Pengamanan Bahaya Kebakaran
B NON FISIK
1 Legalitas pendirian bangunan
Kepadatan penduduk
Mata pencarian penduduk
Penggunaan Daya Listrik
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Pendidikan
Kawasan permukiman memiliki Kepadatan Rendah (29 unit/Ha)
5%
Bangunan hunian memiliki Luas Lantai < 7,2 m2 per orang
6%
Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Dinding, Lantai tidak sesuai persyaratan teknis
20%
Kawasan permukiman terjadi genangan/banjir
45%
Kondisi jaringan drainse pada lokasi permukiman memiliki kualitas buruk
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak terlayani
1% jaringan Air Bersih/Baku perpipaan atau non perpipaan
terlindungi yang layak
1%
60liter/org/hari (Mandi, Minum, Cuci) Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal
1%
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki
akses Jamban/MCK Komunal
3%
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki
kloset (Leher Angsa) yang terhubung dengan tangkiseptik
100%
Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga
tercampur dengan Drainase Lingkungan
Sampah domestik rumah tangga pada kawasan
5% permukiman terangkut ke TPS/TPA kurang dari 2 kali
seminggu
83%
Kawasan permukiman tidak memiliki Ketersediaan
prasarana/sarana Proteksi Kebakaran
Mata pencaharian utama rumah tangga adalah
51% Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll)
(Unit rumah tangga)
64% Mayoritas rumah tangga menggunakan daya listrik 900
Watt (Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman
63% menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu
(Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9
71% Tahun (SD-SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di
6. KTK
Penduduk Kawasan kumuh : 894 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga: 255KK
Komposisi Penduduk :
Laki-laki: 497 jiwa
Perempuan: 497 jiwa
Jumlah Penduduk Miskin/MBR: 134 KK/ 687 jiwa
Karakter lahan dalam kawasan : lahan datar
Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota: pusat pertokoan dan terminal
Informasi Fisik
PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN
A Nama Kawasan
B Kelurahan Kampai tabu kerambil
C Kecamatan Lubuksikarah
D Nama BKM Sawah solok
E Status Keberdayaan BKM Mandiri
F Luas Kawasan (Ha) 127.833
H Tipologi/Karakteristik Jasa dan perdagangan
2
Kepadatan Bangunan
5%
Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Dinding, Lantai tidak sesuai persyaratan teknis
4
Aksesibilitas Lingkungan 0%
Kawasan permukiman tidak terlayani jaringan
jalan lingkungan yang memadai
26%
Kondisi Jaringan jalan pada kawasan
permukiman memiliki kualitas buruk
16%
Kawasan permukiman terjadi genangan/banjir
5 Drainase Lingkungan
51%
Kondisi jaringan drainse pada lokasi
Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan
Bangunan hunian pada lokasi permukiman
tidak memiliki akses Jamban/MCK Komunal
Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga
tercampur dengan Drainase Lingkungan
9 Pengamanan Bahaya Kebakaran 100% Ketersediaan prasarana/sarana Proteksi
Kebakaran
B
NON FISIK
1 Legalitas pendirian bangunan
Kepadatan penduduk
Mata pencarian penduduk
Penggunaan Daya Listrik
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Pendidikan
40%
Bangunan Hunian tidak memiliki IMB Lahan Bangunan Hunian tidak Memiliki SHM/HGB/Surat yang diakui pemerintah
Jiwa/Ha
Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga)
Mayoritas rumah tangga menggunakan daya listrik 900 Watt (Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga dikawasan
permukiman menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga)
7. Tanah Garam
Penduduk Kawasan kumuh : 2972 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga: 728. KK
Komposisi Penduduk :
Laki-laki: 1488 jiwa
Perempuan: 1484 jiwa
Jumlah Penduduk Miskin/MBR: 334 KK
Total Luas
Kawasan Kumuh : 25,43 Ha
Non Kumuh : 2502,72 Ha
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana dimaksud, terdiri dari:
Di tepi Sungai;
Di dataran rendah Dan Berbukit;
Di daerah rawan bencana. : Ditepi Sungai
Karakter lahan dalam kawasan : Lahan datar Dan Berbukit
Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota: kawasan Perntanian Dan Perkebunan
Informasi Fisik
PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN A Nama Kawasan Sawah piyai dan padang galundi
B Kelurahan Tanah garam
C Kecamatan Lubuksikarah
D Nama BKM Tagarso
E Status Keberdayaan BKM Mandiri
F Luas Kawasan (Ha) 2528.15
H Tipologi/Karakteristik Perkebunan
I Koordinat Latitude -0.472625
Koordinat Longitude 100.382426
KATEGORI KUMUH SEDANG
A
FISIK
Bangunan Hunian tidak memiliki keteraturan
Bangunan hunian memiliki Luas Lantai < 7,2 m2 per orang
Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Dinding, Lantai tidak sesuai persyaratan teknis
Kawasan permukiman tidak terlayani jaringan jalan lingkungan yang memadai
Kondisi Jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki kualitas buruk
Kawasan permukiman terjadi genangan/banjir
Kondisi jaringan drainse pada lokasi permukiman memiliki kualitas buruk
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak terlayani jaringan Air Bersih/Baku perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak
Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal 60liter/org/hari (Mandi, Minum, Cuci)
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki akses Jamban/MCK Komunal
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki kloset (Leher Angsa) yang terhubung dengan tangkiseptik
Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga tercampur dengan Drainase Lingkungan
Sampah domestik rumah tangga pada kawasan permukiman terangkut ke TPS/TPA kurang dari 2 kali seminggu
Kawasan permukiman tidak memiliki Ketersediaan prasarana/sarana Proteksi Kebakaran
Bangunan Hunian tidak memiliki IMB
Lahan Bangunan Hunian tidak Memiliki SHM/HGB/Surat yang diakui pemerintah
Jiwa/Ha
Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga)
Mayoritas rumah tangga menggunakan daya listrik 900 Watt (Unit rumah tangga)
B. KECAMATAN TANJUNG HARAPAN
Jumlah Penduduk Miskin/MBR: 1.130 jiwa
Informasi Fisik
PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN
Nama Kawasan
I Koordinat Latitude
Koordinat Longitude
Kelayakan Fisik Bangunan
Aksesibilitas Lingkungan
85% Bangunan Hunian tidak memiliki keteraturan Kawasan permukiman memiliki Kepadatan Rendah (57 unit/Ha)
58% Bangunan hunian memiliki Luas Lantai < 7,2
m2 per orang
14% Bangunan hunian memiliki kondisi Atap,
Dinding, Lantai tidak sesuai persyaratan teknis
44% Kawasan permukiman tidak terlayani
jaringan jalan lingkungan yang memadai
Drainase Lingkungan
Pelayanan Air Minum/Baku
Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan Persampahan
Pengamanan Bahaya Kebakaran
B NON FISIK
1 Legalitas pendirian bangunan
Kepadatan penduduk
Mata pencarian penduduk
Penggunaan Daya Listrik
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Pendidikan
64%
Kondisi Jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki kualitas buruk
Kawasan permukiman terjadi genangan/banjir
Kondisi jaringan drainse pada lokasi permukiman memiliki kualitas buruk
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak terlayani jaringan Air Bersih/Baku
perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak
Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal 60liter/org/hari (Mandi, Minum, Cuci)
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki akses Jamban/MCK Komunal
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki kloset (Leher Angsa) yang terhubung dengan tangkiseptik
Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga tercampur dengan Drainase Lingkungan
Sampah domestik rumah tangga pada kawasan permukiman terangkut ke TPS/TPA kurang dari 2 kali seminggu
Kawasan permukiman tidak memiliki Ketersediaan prasarana/sarana Proteksi Kebakaran
Bangunan Hunian tidak memiliki IMB Lahan Bangunan Hunian tidak Memiliki SHM/HGB/Surat yang diakui pemerintah
Jiwa/Ha
Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga)
Mayoritas rumah tangga menggunakan daya listrik 900 Watt (Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga dikawasan
permukiman menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 Tahun (SD -SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di Dalam
2. PPA
PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN
A Nama Kawasan Permukiman pusat kota
B Kelurahan Pasar pandan air mati
C Kecamatan Tanjung harapan
H Tipologi/Karakteristik Jasa dan perdagangan
Kelayakan Fisik Bangunan
PARAMETER
27% Bangunan Hunian tidak memiliki keteraturan Kawasan permukiman memiliki Kepadatan Rendah (27 unit/Ha)
13% Bangunan hunian memiliki Luas Lantai < 7,2 m2
per orang
18% Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Dinding,
Aksesibilitas Lingkungan
Drainase Lingkungan
Pelayanan Air Minum/Baku
Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan Persampahan
Pengamanan Bahaya Kebakaran
BNON FISIK
1 Legalitas pendirian bangunan
Kepadatan penduduk
Mata pencarian penduduk
Penggunaan Daya Listrik
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Pendidikan
30%
Kawasan permukiman tidak terlayani jaringan jalan lingkungan yang memadai Kondisi Jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki kualitas buruk
Kawasan permukiman terjadi genangan/banjir Kondisi jaringan drainse pada lokasi permukiman memiliki kualitas buruk
Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak terlayani jaringan Air Bersih/Baku perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal 60liter/org/hari (Mandi, Minum, Cuci) Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki akses Jamban/MCK Komunal Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki kloset (Leher Angsa) yang terhubung dengan tangkiseptik
Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga tercampur dengan Drainase Lingkungan
Sampah domestik rumah tangga pada kawasan permukiman terangkut ke TPS/TPA kurang dari 2 kali seminggu
Kawasan permukiman tidak memiliki Ketersediaan prasarana/sarana Proteksi Kebakaran
Bangunan Hunian tidak memiliki IMB Lahan Bangunan Hunian tidak Memiliki SHM/HGB/Surat yang diakui pemerintah Jiwa/Ha
Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga) Mayoritas rumah tangga menggunakan daya listrik 900 Watt (Unit rumah tangga) Mayoritas Rumah tangga dikawasan
permukiman menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga)
2.Nan Balimo
Penduduk Kawasan kumuh
Jumlah Penduduk : 1.652 jiwa Jumlah Kepala Keluarga : 465 KK Jumlah Rumah Tangga : 368 KRT
Komposisi Penduduk
Laki-laki : 815 jiwa
Perempuan : 837 jiwa Jumlah Rumah Tangga Non MBR : 256 KRT Jumlah Rumah Tangga MBR : 112 KRT Jumlah Penduduk Miskin/MBR : 519 jiwa
Kawasan Kumuh : 11,73 Ha Non Kumuh : 455,27 Ha
Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh dataran rendah dan merupakan
permukiman kumuh berat dengan lahan dalam kawasan berkarakter datar
kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Nan Balimo berdekatan
dengan fasillitas/sarana kota yaitu pusat perdagangan.
Informasi Fisik
PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN
A Nama Kawasan
B Kelurahan Nan balimo
C Kecamatan Tanjung harapan
D Nama BKM Tunas muda mandiri
E Status Keberdayaan BKM Mandiri
F Luas Kawasan (Ha) 467
H Tipologi/Karakteristik Jasa dan perdagangan
I Koordinat Latitude -0,783009
Koordinat Longitude 100,665024
No
KRITERIA / INDIKATOR
PARAMETER
A
FISIK
1
Keteraturan Bangunan 13% Bangunan Hunian tidak memiliki keteraturan
2 Kepadatan Bangunan Kawasan permukiman memiliki Kepadatan Rendah (35
unit/Ha)
3 Kelayakan Fisik Bangunan 19% Bangunan hunian memiliki Luas Lantai < 7,2 m2
per orang
Aksesibilitas Lingkungan
Drainase Lingkungan
Pelayanan Air Minum/Baku
Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan Persampahan
Pengamanan Bahaya Kebakaran
BNON FISIK
1 Legalitas pendirian bangunan
Kepadatan penduduk
Mata pencarian penduduk
Penggunaan Daya Listrik
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Pendidikan
16%
Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Dinding, Lantai tidak sesuai persyaratan teknis
Kawasan permukiman tidak terlayani jaringan jalan lingkungan yang memadai Kondisi Jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki kualitas buruk
Kawasan permukiman terjadi genangan/banjir Kondisi jaringan drainse pada lokasi
permukiman memiliki kualitas buruk Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak terlayani jaringan Air Bersih/Baku perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak
Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal 60liter/org/hari (Mandi, Minum, Cuci) Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki akses Jamban/MCK Komunal Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki kloset (Leher Angsa) yang terhubung dengan tangkiseptik Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga tercampur dengan Drainase Lingkungan
Sampah domestik rumah tangga pada kawasan permukiman terangkut ke TPS/TPA kurang dari 2 kali seminggu
Kawasan permukiman tidak memiliki Ketersediaan prasarana/sarana Proteksi Kebakaran
Bangunan Hunian tidak memiliki IMB Lahan Bangunan Hunian tidak Memiliki SHM/HGB/Surat yang diakui pemerintah Jiwa/Ha
Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga)
Mayoritas rumah tangga menggunakan daya listrik 900 Watt (Unit rumah tangga) Mayoritas Rumah tangga dikawasan
permukiman menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga)
Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 Tahun (SD -SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di Dalam
Penduduk Kawasan kumuh
Jumlah Penduduk : 2.677 jiwa Jumlah Kepala Keluarga : 646 KK Jumlah Rumah Tangga : 572 KRT Komposisi Penduduk
Laki-laki : 1.298 jiwa
Perempuan : 1.379 jiwa
Jumlah Rumah Tangga Non MBR : 328 KRT Jumlah Rumah Tangga MBR : 244 KRT
Jumlah Penduduk Miskin/MBR : 1.148 jiwa Kawasan Kumuh : 37,60 Ha Non Kumuh : 254,4 Ha
Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh :Tipologi kawasan permukiman
Kumuh Kelurahan Tanjung Paku ini terdapat di dataran rendah
dengan karakteristik kawasan berada disekitar pusat kota/ kawasan
perkotaan yang berdekatan dengan fasillitas/sarana kota yaitu pusat
7.2.SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 7.2.1ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan
peraturan antara lain:
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan
amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang
telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,
penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya,
serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada
RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan
gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.
Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,
kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan
bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan
peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005
tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan
fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan
bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah
daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung
dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen
RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut,
dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun
perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari
Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan
walikota/bupati.
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan
dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut
dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010)
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan,
penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang
penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan
rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan
dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan
dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan
bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana
kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam
penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan
bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor
PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan
bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam
penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 6.1
Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Gambar 7.1 Lingkup Tugas PBL
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga
terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan
pemukiman tradisional.
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.
7.2.2 ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda
Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL.
Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang
menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam
pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan
Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Untuk agenda internasional diantaranya terkait dengan pencapaian MDG’s 2015 yaitu
menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum
layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang
signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020,
isu Pemanasan Global (Global Warming), dan agenda habitat yang mengurusi