BAB II
KERANGKA TEORI
2.1. Strategi
2.1.1 Pengertian Strategi
Dalam kondisi lingkungan bisnis yang dinamis, semakin cepat terjadi perubahan
maka persaingan usaha juga menjadi semakin ketat. Untuk menghadapi hal itu maka
usaha bisnis perlu membuat suatu strategi agar mampu untuk bersaing dengan
usaha-usaha lain ataupun dapat mampu bertahan dalam persaingan. Proses manajemen strategi
membantu perusahaan mengidentifikasi apa yang ingin dicapai dan bagaimana hasil kerja
yang bernilai sesuai dengan faktor pendorong (sumber daya alam, manusia,) dan faktor
penarik yaitu pembeli. Beberapa pengertian strategi menurut para ahli dalam Anoraga
(1997: 338):
Menurut Alfred Chandler (1962) strategi adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka
panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta lokasi sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai sasaran dan tujuan itu. Menurut Buzzel & Gale (1987) strategi adalah
kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan oleh manajemen, yang memiliki dampak
besar pada kinerja keuangan. Keputusan kebijakan ini biasanya melibatkan komitmen
sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti dengan yang lain. Menurut Kenneth
Andrew (1971) strategi adalah pola sasaran, maksud atau tujuan kebijakan, serta rencana
penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cepat seperti menetapkan
Adapun menurut David (1998: 5) Strategis dapat didefenisikan sebagai keputusan
seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi yang
tersirat dalam defenisi, fokus manajemen strategis terletak pada memadukan manajemen,
pemasaran, keuangan/ akunting, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta
sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Menurut Jack dan
Glueck dalam buku Jatmiko (2003: 5) Strategi adalah rencana yang disatukan,
menyeluruh atau terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan
tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan
dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Sedangkan menurut Porter
(1985) strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing.
Maka dari defenisi di atas, strategi dapat disimpulkan sebagai sekumpulan keputusan
seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan serangkaian rencana
tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran,
dengan memperhatikan keunggulan kompetitif atau keunggulan bersaing.
2.1.2 Jenis-Jenis Strategi
Dalam buku Jatmiko (2003: 115) adapun jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut:
1. Strategi pertumbuhan
Pertumbuhan suatu perusahaan merupakan hasil dari variabel-variabel sumber daya
finansial organisasi, produk atau jasa yang dihasilkan, kondisi lingkungan eksternalnya,
kemampuan dan skill manajemennya. Kemampuan manajemen untuk menilai
variabel-variabel tersebut secara tepat adalah esensi pertumbuhan.
Terdapat beberapa jenis strategi perusahaan yang dikategorikan kedalam strategi
a. Pertumbuhan Konsentrasi
Pertumbuhan konsentrasi adalah strategi untuk meningkatkan penggunaan
produk-produk yang telah ada (produk-produk lama) di dalam pasar yang ada (pasar lama) atau disebut
penetrasi pasar. strategi konsentrasi diterapkan apabila suatu perusahaan
mengkonsentrasikan pada perluasan penjualan pada bisnis semula.
b. Strategi Integral Vertikal
Strategi vertikal ini menunjukkan bahwa suatu bisnis bergerak ke arah yang melayani
pelanggan atau pemakai akhir suatu produk/jasa.
c. Strategi Diversifikasi
Strategi Diversfikasi merupakan alternatif strategi yang mempunyai risiko besar
dan salah satu yang memiliki derajat sinergi paling rendah. Namun demikian, Strategi
Diversifikasi merupakan salah satu yang populer dan seringkali membuahkan hasil yang
memuaskan bagi organisasi.
2. Strategi Stabilitas
Strategi Stabilitas berarti bahwa organisasi tetap melanjutkan pekerjaan atau aktivitas
yang sama dengan sebelumnya. Asumsinya bahwa lingkungan eksternal tidak akan
mengalami perubahan yang signifikan pada jangka pendek. Strategi ini menerapkan sikap
menunggu (wait and see) strategi ini dapat menguntungkan dan merugikan bagi
perusahaan, tergantung pada bagaimana respon perusahaan/organisasi terhadap
lingkungannya.
3. Strategi Penciutan atau Strategi Bertahan
Strategi ini diterapkan oleh perusahaan yang merasa bahwa strateginya tidak sesuai
operasionalnya. Derajat dimana perusahaan harus diciutkan tergantung pada bagaimana
serius tidaknya persoalan atau permasalahan yang dihadapi strategi yang semula
diterapakan organisasi. Strategi bertahan biasanya dipilih untuk jangka pendek
disebabkan tidak adanya strategi alternatif yang lebih baik untuk dipilih . Adapun
Jenis-jenis strategi penciutan yaitu:
a. Cutback dan turnaround yaitu strategi penyehatan perusahaan yang bertujuan
mengeliminasi kerugian dan biaya-biaya tetap, atau memotong biaya-biaya operasi, atau
mengurangi ukuran operasional perusahaan agar beroperasi lebih efisien. Strategi ini
dapat diterapkan apabila perusahaan mengalami penurunan keuntungan secara terus
menerus.
b. Divestasi (Divestment) yaitu strategi penyehatan atau penciutan perusahaan
yang bertujuan mengeliminasi kerugian dan memotong biaya-biaya tetap yang
ditanggung perusahaan dengan cara menjual sebagain aset atau kekayaan yang dimiliki
organisasi perusahaan.
c. Likuidasi (liquidation) yaitu strategi penciutan perusahaan dengan menjual
seluruh aset perusahaan. Terdapat 2 jenis likuidasi, yaitu: 1) likuidasi by choice yaitu
likuidasi yang dilakukan karena memang pilihan yang diambil oleh pihak perusahaan. 2)
likuidasi by force adalah likuidasi yang dilakukan karena memang kondisi keuangan
perusahaan sudah sangat buruk. Untuk melakukan likuidasi biasanya diperlukan
pengetahuan dan keterampilan aspek-aspek penilaian aset, pengetahuan hukum baik
d. Kebangkrutan, berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku di
Indonesia, peraturan dinyatakan bangkrut atau tidak bangkrut harus berdasarkan
keputusan atau vonis pengadilan negri atau pengadilna niaga.
4. Strategi Kombinasi
Strategi ini digunakan apabila suatu korporasi organisasi perusahaan dalam waktu
bersamaan menerapkan strategi yang berada untuk setiap unit bisnis strategi yang
berbeda. Kebanyakan organisasi multi bisnis atau multi produk menggunakan beberapa
jenis strategi kombinasi, khususnya apabila organisasi multi bisnis tersebut melayani
beberapa pasar yang berbeda.
2.2. Pengertian usaha kecil
Dalam Anoraga (1993: 45), berdasarkan UU No. 9/1995 tentang usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahuanan, seperti kepemilikan. Usaha yang dimaksud disini meliputi
usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah
berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara
lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling,
pedagang kaki lima dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang
menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan
atau berkaitan dengan seni dan budaya. Adapun yang menjadi karakteristik usaha kecil
adalah sebagai berikut:
1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah
sulit untuk menilai kinerja usahanya. 2) margin usaha yang cenderung tipis mengingat
persaingan yang sangat tinggi 3) Modal terbatas 4) Pengalaman manajerial dalam
mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
Adapun keunggulan dari usaha kecil adalah sebagai berikut :
1. Usaha kecil beroperasi menyebar di seluruh pelosok dengan berbagai ragam bidang
usaha. Hal ini timbul karena kebanyakan usaha kecil timbul untuk memenuhi
permintaan yang terjadi di daerah regionalnya.
2. Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal untuk aktiva tetap pada tingkat yang
rendah.
3. Sebagian besar usaha kecil dapat dikatakan padat karya yang disebabkan penggunaan
teknologi sederhana.
Sedangkan kelemahan dari usaha kecil adalah:
1. Investasi awal dapat saja mengalami kerugian.
2. Beberapa resiko kendali seperti perubahan peraturan, persaingan, dan masalah tenaga
kerja.
3. Beberapa bisnis cenderung menghasilkan pendapatan yang tidak teratur sehingga
pemilik usaha tidak memperoleh profit.
2.3. Upaya-Upaya Pengembangan Usaha Kecil
Pengembangan usaha kecil dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga
kerja, teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha. Hal ini dilakukan bila perluasan
usaha atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti
yang dihasilkan sudah mencapai titik paling efisien, maka memperluas skala ekonomi
tidak bisa dilakukan, sebab akan mendorong kenaikan biaya (Suryana 2008: 156).
Dalam buku Anoraga (2002: 229) menurut pasal 15 dan 16 UU tentang usaha kecil
dirumuskan bahwa pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan
pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan dengan a)
meningkatkan kemampuan manajemen serta teknik produksi dan pengolahan; b)
meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan; c) memberikan
kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan, bahan
baku, bahan penolong, dan kemasan. Dalam pasal 17 UU tentang usaha kecil dirumuskan
langkah-langkah tentang pembinaan dan pengembangan di bidang sumber daya manusia
dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) memasyarakatkan dan membudayakan
kewirausahaan (2) meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial (3) Membentuk dan
mengembangkan lembaga pendidikan, pelatihan dan konsultan usaha kecil (4)
Menyediakan tenaga penyuluhan dan konsultasi Usaha Kecil.
2.4. Pengertian Tenun
Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dengan azas (prinsip) yang
sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang.
Teknik ikat dalam tenun Batak berasal dari kebudayaan Dongson yang berkembang di
kawasan Indochina. Kain tenun sejatinya merupakan selimut pemberi kehangatan.Tenun
merupakan salah satu sarana seni yang patut dilestarikan sebagai salah satu budaya suku
Bertenun atau dalam Bahasa Batak disebut Martonun, adalah keahlian yang
diturunkan nenek moyang yang begitu dianggungkan ratusan tahun, keahlian itu
perlahan-lahan sudah semakin langka dari permukaan tanah Batak, karena tak jarang
pekerjaan bertenun ini diasosiasikan dengan pekerjaan buruh rendah, orang-orang yang
tidak berpendidikan. Pengertian dan pengakuan bahwa orang Batak itu semua “anak ni
raja” atau “boru ni raja”, maka orang-orang sering salah pengertian akan arti kata-kata
itu, sehingga semua ingin jadi anak dan boru ni raja di kampung halaman sendiri, dan
menganggap pekerjaan yang tidak intelektual seperti bertenun ini dianggap pekerjaan
buruh atau pekerjaan rendah.
2.5. Ulos
Secara harafiah ulos adalah selimut atau kain yang dapat diselimutkan untuk
menghangatkan badan. Ulos merupakan salah satu sarana adat yang cukup potensial
karena apabila ada acara yang berbau adat, maka ulos itu selalu terlihat. (Richard Sinaga,
2012: 52).
Ulos mengandung banyak nilai-nilai peradaban masyarakat Batak. Keberadaannya
menunjukkan berbagai pesan mulai dari fungsinya sebagai penanda tingkatan di
masyarakat hingga fungsi busana yang cantik dan penuh karakter
Secara garis besar ada 3 nilai seni yang diambil dari kain ulos yaitu : pertama,
merupakan manifestasi dan pengetahuan lokal masyarakat Batak.
Kondisi geografis tanah Batak menjadikan matahari dan api tidak cukup sebagai sumber
panas. Oleh karenanya kapas sebagai bahan baku utama pembuatan ulos bukan suatu
pewarna kain yang dibuat dari bahan-bahan alami. Kedua, pengetahuan lokal tersebut
terus berkembang dan akhirnya menjadi sebuah falsafah hidup orang Batak. Matahari, api
dan kain ulos sebagai sumber hangat. Eksistensi kain ulos semakin kuat ketika menjadi
bagian penting dari upacara-upacara adat yang dilakukan oleh orang Batak sebagai
simpul keyakianan kepada Tuhan . Ketiga, Kain ulos sebagai sumber tertib sosial.
Keempat, kain ulos sebagai pertanda kehangatan (kasih sayang).
Ada 10 jenis ulos menurut Dr.SHW. Sianipar (1991: 222) yaitu: (1) Ulos Ragi
Pamunsai (2) Ulos Ragi Hidup (3) Ulos Ragi sibolang (4) Ulos Sitolu Tuho (5) Ulos Ragi
Bolean (6) Ulos Ragi Hotang (7) Ulos Ragi Mangiring (8) Ulos Bintang Maratur (9)
Ulos Ragi Parompa dan (10)Ulos Sadum.
2.6. Analisis SWOT
2.6.1. Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
memaksimalkan kekuatan atau strengths dan peluang atau opportunities, namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan atau Weakness dan ancaman atau threats.
Kekuatan (Stregths) yaitu kekuatan atau keunggulan yang dimiliki untuk menghadapi
tantangan yang ada, sehingga pada akhirnya usaha dapat bertahan dan berkembang.
Kelemahan (Weakness) kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat
diminimalkan dengan nilai lebih yang dimiliki perusahaan. Peluang (Opportunities)yang
ada sehingga dapat mengambil kesempatan yang terdapat di pasar serta dapat mengatasi
kelemahan yang ada. Ancaman (Threat)yaitu kecenderungan yang tidak menguntungkan
Proses pengambilan keputusan stategis selalui berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikiaan perencanaan strategis harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model
yang paling populer untuk menganalisis adalah analisis SWOT.
Diagram 2.1 Kuadran Analisis SWOT
Sumber: Rangkuti (2013: 20)
Kuadran I: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif.
BERBAGAI PELUANG
KELEMAHAN INTERN KEKUATAN INTERN
BERBAGAI ANCAMAN ANCAMAN II. MENDUKUNG STRAT
TURN-AROUND
IV.MENDUKUNG STRATEGI DIVERSIFIKASI I.MENDUKUNG STRATEGI AGRESIF
III.MENDUKUNG
Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang
dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).
Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain
pihak, ia menghadapi beberapa kendala/ kelemahan internal.
Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.6.2. Analisis Faktor-Faktor Internal
Menurut Jauch (1998: 165) ada beberapa faktor-faktor internal yang dianalisis
yaitu:
a) Faktor pemasaran
Pemasaran dan distribusi berarti memindahkan barang dari produsen ke konsumen.
Ini dimulai dengan mencari hal-hal yang diinginkan konsumen dan dapat tidaknya produk
dijual. Hal ini memerlukan riset pasar, pengidentifikasian pasar, pengembangan produk,
pengujian reaksi konsumen, perhitungan produksi dan biayanya, penentuan keperluan
distribusi dan pelayanan, dan memutuskan cara pengiklanan dan promosi.
b) Faktor Manajemen Produksi dan Operasi
Manajemen produksi dan operasi dapat membantu memutuskan cara peningkatan
perusahaan berkenaan dengan pengembangan rencana produksi, sistem pengendalian
yang diteliti, pengingkatan produktivitas, hubungan dengan pemasok, dan keputusan
tentang lokasi usaha yang dapat menuntun pencapaian keunggulan bersaing yang penting
c) Faktor Sumber Daya Manusia
Merupakan
perannya sebagai
dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya
kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam
pengertian praktis sehari-hari, SDM (Sumber Daya Manusia) lebih dimengerti sebagai
bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi.
d) Faktor Keuangan dan Akuntansi
Analisis kondisi keuangan berbagai perusahaan dilakukan untuk menentukan
apakah perusahaan tersebut mampu melaksanakan strategi tertentu, atau apakah mereka
dianjurkan untuk melaksanakannya. Akuntansi merupakan hal yang berkaitan dengan
angka-angka yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis, dan memperkirakan masa depan.
Biasanya dalam akuntansi ini dilakukan pencatatan tentang laporan keuangan agar dapat
tinjauan kembali apa yang telah terjadi serta mencari sumber dana baik dari pemerintah,
bank atau lembaga lainnya.
2.6.3. Analisis Faktor-Faktor Eksternal
Menurut Jatmiko (2003: 36) Faktor-faktor eksternal makro terdiri dari :
a) Lingkungan Fisik
Lingkungan merupakan hubungan timbal balik antara perusahaan dengan
lingkungan hidupnya atau ekologinya (hubungan antara kehidupan manusia dan
b) Lingkungan Ekonomi
Faktor ekonomi berhubungan dengan sifat dan arah ekonomi dimana suatu
perusahaan beroperasi. Sebab pola konsumsi masyarakat secara relatif dipengaruhi oleh
trend sektor ekonomi dan pasar, sehingga dalam perencanaan strateginya setiap
organisasi perusahaan harus mempertimbangkan arah trend ekonomi dari setiap sektor
pasar yang mempengaruhi industri atau pasar.
c) Lingkungan Politik dan Hukum
Lingkungan politik dan hukum mencakup faktor-faktor yang dikendalikan oleh
pemerintah. Peraturan perundangan dapat membatasi atau memberikan peluang bagi
operasi perusahaan.
d) Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya yang dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja
perusahaan mencakup keyakinan, nilai-nilai sikap, pandangan, serta gaya hidup manusia.
Faktor sosial, budaya adalah Faktor yang berkaitan dengan kultur masyarakat yang
berupa persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan.
e) Lingkungan Teknologi
Penggunaan teknologi telah memfasilitasi meningkatnya globalisasi. Teknologi
yang semakin berkembang telah meliputi berbagai bidang, diantaranya adalah
peralatan-peralatan mesin dalam usaha dan perkembangan teknologi. Dua jenis teknologi internet
dan komunikasi tanpa kabel telah berpengaruh besar pada cara-cara bisnis dilakukan di
seluruh dunia.
Saat ini internet memungkinkan komunikasi dan koordinasi yang cepat dan efektif
misalnya: antara pemasok dan pelanggan (Robert E. Hoskisson: 2002).Teknologi
merupakan pendorong utama dibalik pengembangan berbagai produk dan pasar baru,
tetapi kadang juga menjadi alasan utama menurunnya berbagai produk dan pasar.
f) Lingkungan Demografi
Demografi adalah studi kependudukan manusia menyangkut ukuran, kepadatan,
lokasi, usia, jenis kelami
demografi menjadi minat utama perusahaan karena lingkungan demografis menyangkut
masyarakat, dan masyarakat membentuk pasar.
Perubahan populasi penduduk merupakan faktor kunci bagin suatu perusahaan.
Penduduk secara langsung berdampak pada pasar konsumen dan mempengaruhi
Menurut Michael Porter dalam ada 5 kekuatan-kekuatan yang memacu persaingan
industri, yaitu:
Sumber: Hunger (2003: 123)
Keterangan:
1. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru dalam industri biasanya dapat mengancam pesaing yang ada karena
adanya hambatan masuk atau keluar dari pasar serta faktor-faktor yang menarik dalam
bidang usaha tertentu. Ancaman dapat timbul karena pendatang baru sering membawa
kapasitas baru, keinginan untuk merebut pangsa pasar, dan memiliki sumber daya yang
besar sehingga dapat menurunkan harga atau justru meningkatkan biaya dan akibatnya
dapat mengurangi kemampulabaan.
Pendatang baru yan potensial
Pendatang baru ya potensial Pemasok
Produk Pengganti
(substitusi) Pendatang baru yan
potensial
Secara sederhana, kemungkinan perusahaan akan memasuki suatu industry
ditentukan oleh 2 faktor, yaitu hambatan memasuki industri dan reaksi dari perusahaan
yang sudah ada. Apabila hambatan-hambatan untuk masuk tinggi dan pendatang baru
mendapatkan reaksi yang tajam dari pemain lama industry, tentu pendatang baru
mendapatkan rekasi tajam dari pemain lama industry, tentu pendatang baru tersebut tidak
akan menimbulkan ancaman masuk yang serius.
2. Persaingan Di Antara Perusahaan yang Telah Ada
Persaingan yang digerakkan oleh suatu perusahaan dapat dipastikan mempengaruhi
para pesaingnya, dan mungkin menyebabkan pembalasan atau usaha-usaha perlawanan.
Artinya bahwa perusahaan-perusahaan tersebut saling bergantungan satu sama lain
(mutually dependent).
3. Ancaman Produk Atau Jasa Pengganti
Produk pengganti muncul dalam bentuk berbeda, tetapi dapat memuaskan
kebutuhan yang sama dari produk lain. Dalam pengertian luas, semua perusahaan dalam
suatu industri bersaing dengan produk pengganti yang terkait dengan hal baru dan
kemunculan teknologi baru.
4. Kekuatan Penawaran Pembeli
Pembeli mempengaruhi industri melalui kemampuan mereka untuk menekan
turunnya harga, permintaan terhadap kualitas atau jasa yang lebih baik, dan memainkan
peran untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Para pembeli biasanya akan membeli
barang dengan harga termurah yang dapat diperolehnya.untuk mengurangi biayanya,
lebih penting adalah harga yang lebih murah. Tindakan ini akan menyebabkan persaingan
yang kuat antara perusahaan yang ada dalam suatu industri yang sama.
5. Kekuatan Penawaran Pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan kemampuan mereka untuk
menaikkan harga atau menurunkan harga atau menurunkan kualitas barang atau jasa yang
dibeli. Pemasok membentuk hubungan penting dalam keseluruhan sistem penghantar
nilai perusahaan. Pemasok menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan
untuk menghasilkan barang dan jasanya. Pemasok dapat menekan perusahaan yang ada
dalam suatu industri dengan cara menaikkan dan menurunkan mutu barang yang
dijualnya. Jika perusahaan tidak dapat menutupi kenaikan biaya melalui struktur