• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian - Strategi Pengembangan Usaha Kecil Tenun Ulos Mutiara Manalu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian - Strategi Pengembangan Usaha Kecil Tenun Ulos Mutiara Manalu"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang dilakukakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian deskriptif adalah analisis data untuk meringkas dan mendiskripsikan

data numerik agar mudah untuk diinterpretasikan (Azuar Juliandi, 2003: 90). Sedangkan

menurut Hadari (1994: 73) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Metode deskriptif memusatkan perhatian kepada penemuan fakta-fakta sebagimana

keadaan sebenarnya.

Dalam buku Sumadi Suryabrata (2003: 75) tujuan penelitian deskriptif adalah untuk

membuat pencandraan secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan

sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usaha kecil tenun ulos Batak toba yang beralamat di Jl.

Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung.

3.2 Informan penelitian

Informan penelitian adalah sumber data yang dapat memberikan informasi dan

keterangan atas keadaan atau permasalahan situasi-situasi dan lingkungannya

(Situmorang 2008: 209). Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah langsung

(2)

3.3 Defenisi Konsep

1. Strategi

Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan

serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai

tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif,

sinergis yang ideal yang berkelanjutan, sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka

panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi.

2. Pengembangan usaha kecil

Upaya ini dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi,

sistem distribusi, dan tempat usaha. Hal ini dilakukan bila perluasan usaha atau

prningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti mencapai skala

ekonomis (economics of scale).

Namun apabila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik paling

efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan, sebab akan mendorong

kenaikan biaya (Suryana 2008: 156).

3. Tenun

Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain dengan azas (prinsip) yang

sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang.

3. 4. Teknik Pengumpulan Data

1. Obervasi

(3)

usaha ini. Dalam kegiatan observasi ini peneliti akan langsung melihat bagaimana situasi

atau kodisi usaha tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah dialog langsung antara peneliti dengan responden penelitian.

Pada penelitian ini peneliti mengadakan wawancara dengan Mutiara Sitanggang. dalam

wawancara ini peneliti akan mewawancarai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan

operasional produksi hingga proses pemasaran.

3. Studi pustaka

Studi pustaka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melihat buku, dan

membaca situs internet sebagai sumber referensi.

3.5.Teknik Analisis Data

3.5.1. Analisis Data Deskriptif

Pendekatan deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode

deskriptif memusatkan perhatian kepada penemuan fakta-fakta sebagimana keadaan

sebenarnya.

3.5.2. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)

Cara-cara penentuan faktor strategi internal:

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam

kolom.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting)

(4)

posisisi perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total

1,00)

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala

mulai dari 4 (outstanding). Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk

kategori kekuatan) di beri nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan

membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan

variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor

pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing

faktor yang lainnya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan nilai 1,0

(poor).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

Nilai total ini menunjukka bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap

faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan

(5)

Tabel 3.1 IFAS

FAKTOR-FAKTOR STRATEGI

INTERNAl BOBOT RATING BOBOT x RATING

1 2 3 4

Peluang

1

2

3

4

5

Ancaman

1

2

3

4

5

Total 1,00

Sumber: (Rangkuti, 2009: 25)

Kriteria Bobot Kriteria Rating

Paling penting = 0,16-0,20 Sangat baik = 4

Penting = 0,11-0,15 baik = 3

Cukup penting = 0,06-0,10 Cukup Baik = 2

Kurang penting =0,01-0,05 Kurang Baik = 1

(6)

3.5.3. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Cara-cara penentuan faktor strategi eksternal:

a) Susunlah kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman)

b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 ( sangat penting)

sampai dengan 0,0 ( tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat

memberikan dampak terhadap faktor strategis.

c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 4 (outstanding). Pemberian nilai rating untuk faktor peluang

bersifat positif (peluang yang maikn besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya

kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

Misalnya, jika niali ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika

nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor

pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nialinyabervariassi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dngan

1,0 (poor).

e) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nlai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini

(7)

Tabel 3.2 EFAS

FAKTOR-FAKTOR STRATEGI

EKSTERNAL BOBOT RATING BOBOT x RATING

1 2 3 4

Peluang

1

2

3

4

5

Ancaman

1

2

3

4

5

Total 1,00

Sumber: (Rangkuti, 2009: 25)

Kriteria bobot Kriteria Rating

Paling penting =0,16-0,20 Sangat baik = 4

Penting = 0,11-0,15 baik = 3

Cukup penting = 0,06-0,10 Cukup Baik = 2

Kurang penting =0,01-0,05 Kurang Baik = 1

(8)

3.5.4. Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan untuk

membantu para perencana strategi dalam proses pembuatan strategi. Teknik ini

menggabungkan SWOT menjadi suatu matriks kemudian diidentifikasikan ke semua

aspek dalam SWOT dari kuadran bertemunya SWOT tersebut Mutiara strategi yang

sesuai dengan aspek-aspek SWOT tersebut. Analisis SWOT terdiri dari identifikasi faktor

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh usaha tenun Ulos Mutiara

Manalu.

menggunakan kekuatan memanfaatkan peluang

(9)

a. Strategi SO

Strategi ini Mutiara dengan memanfatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan

besar, maka perusahaan akan berusaha untuk mampu mengatasinya dan mengubahnya

menjadi suatu peluang.

b. Strategi ST

Strategi ini dalam rangka menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini disarkan pada kegiatan yang bersifat deventif dan berusaha meminimalkan

(10)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Usaha

Usaha tenun ulos Mutiara Manalu merupakan salah usaha kecil yang bergerak

dibidang industri rumah tangga penghasil ulos yang banyak ditekuni oleh warga

masyarakat di kota Tarutung. Usaha tenun ini telah berdiri sekitar kurang lebih 40 tahun.

Usaha ini beralamat di Jl. Farel Rura Pasar Nomor 16 Tarutung.

Usaha ini diawali dari keinginan Mutiara Manalu untuk meneruskan keterampilan

yang didapatkan dari orangtuanya. Ketika masih anak-anak, Mutiara Manalu memiliki

cita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi orang Batak

bahwa pendidikan itu adalah hal yang sangat penting. orang Batak rela menderita demi

mendapatkan pendidikan. Namun keadaan ekonomi keluarga Mutiara Manalu tidak

mendukung cita-cita tersebut dan kedua orangtuanya mengatakan perempuan tidak perlu

melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Demikianlah pada umumnya pemikiran

orang Batak pada zaman dahulu.

Mutiara Manalu sudah mempertimbangkan dengan matang menjadi seorang dan

tidak akan pergi merantau seperti pada umumnya teman sebayanya. Mutiara Manalu

menganggap bahwa pekerjaan yang akan didapatkan dengan pendidikan setara SD tidak

(11)

memaksakan diri karena bisa membuat manajemen waktu sendiri, tidak seperti buruh

pabrik yang harus masuk dan keluar pabrik dengan jam yang sudah ditentukan serta

adanya aturan yang mengikat.

Sejak kecil Mutiara Manalu sudah memperhatikan bagaimana teknik yang

dilakukan orangtuanya untuk bertenun. sehingga Mutiara Manalu tidak begitu kesulitan

ketika ia memutuskan untuk belajar bertenun. Orangtua Mutiara Manalu dulunya adalah

memproduksi beberapa jenis Ulos. Namun, seiring waktu Mutiara Manalu melakukan

variasi produksi, yaitu memproduksi Tenun sarung/stelan dan juga memproduksi bakal

untuk dijadikan jas. Dan yang paling banyak diproduksi untuk jenis ulos adalah ulos

sadum. Menurut Mutiara Manalu bahwa usaha ini cukup membantu untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Identitas Informan

a. Informan utama

Nama : Mutiara Manalu

Umur : 53 Tahun

Pekerjaan : Bertenun

Pendidikan terakhir : SD

b. Informan tambahan

Nama : Lina Sitanggang

Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Bertenun

(12)

4.3 Jenis-Jenis Ulos

Menurut Dr. SHW. Sianipar DL (1991: 222) Ada jenis-jenis ulos sebagai berikut:

1. Ulos Ragi Pamunsai

Ulos ini mempunyai ukuran khusus dengan ragi khusus. Ulos ini dipakai untuk

martonggotonggo pada zaman dahulu, tapi sekarang tidak lagi. Bagi semua orang Batak

ulos pamunsai adalah ulos tertinggi, karena dahulu tidak semua sembarangan

memakainya. Apabila ada suatu acara pesta dan seseorang memakai ulos pamunsai, maka

orang itu sudah dapat dikatakan seorang Mangaraja.

2. Ulos Ragi Hidup

Ulos ragi hidup ialah ulos yang dibuat khusus untuk orang tua yang sudah punya

cucu. Idup artinya meminta umur lebih panjang atau ulos ini merupakan jenjang sebelum

bisa memakai ulos pamunsai. Ulos ragi idup adalah ulos laki-laki, karena itu tidak pantas

dibuat menjadi ulos perempuan seperti dibeberapa daerah sebagai ulos tondi, sedangkan

yang menerimanya seorang perempuan, umumnya anak pertama.

3. Ulos Ragi Sibolang

Kata sibolang bersal dari kata Si-bulang. Ulos ini ulos laki-laki. Dulu dalam pesta

perkawinan ulos hela adalah ulos sibolang bukan seperti sekarang Ragi Hotang. Jika

seseoarang anak pergi merantau, diberikanlah kepadanya ulos ragi sibolang dengan

pengharapan sekembalinya nanti anak itu menjadi tumpuan orang tua dan keluarga.

(13)

Ulos ini disebut sitolu tuho karena mempunyai tanda tuho tiga buah yang terdapat

pada kedua ujung ulos dan pertengahan ulos itu. Dan ulos ini khusus untuk perempuan.

Arti ketiga tuho itu adalah:

1. Hormat marhula hula

2. Hormat mardongan tubu atau manat

3. Elek marboru

Artinya yang lebih luas bahwa yang diberi ulos sitolu tuho bisa jadi ibu yang baik

membimbing anak-anaknya dan mengajarinya terhadap ruhut ni adat.

5. Ulos Ragi Bolean

Kata bolean berasal dari kata boi lean menjadi bolean. Ulos ragi bolean berarti ulos

sileanon. Orang yang memakainya atau orang yang diberikan ulos ini adalah orang

membutuhkan pertolongan, bantuan karena musibah atau sesuatu yang diperlukan untuk

membantunya agar Tuhan mengasihi dia dan menolongnya memikul musibah itu.

Apabila seorang ibu yang kematian anak, maka hulahulanya atau orang tuanya datang

membawa ikan mas kerumahnya dan mangulosi borunya itu denga ulos ragi bolean.

6. Ulos Ragi Hotang

Menurut cerita situatua, pada mulanya ulos ragi hotang dibuat sebagai ikat

pinggang kemudian berkembang menjadi ulos umum. Ragi hotang artinya ragi bulus atau

sibulusbulus tidak mempunyai arti khusus atau dikatakan ulos ini adalah ulos netral. Dulu

ulos ini hanya untuk disangkutkan di bahu sebagai pengganti sibolang pada laki-laki dan

(14)

7. Ulos Ragi Mangiring

Ragi mangiring ulos laki-laki. Pada mulanya ragi ulos ini adalah ragi untuk tali-tali

dan ikat pinggang, kemudian berkembang jadi parompa. Dulu setelah seorang anak

melewati masa remajanya dan sudah dapat marmahan pada umur kira-kira 12 s/d 15

tahun orang tua memberikan anak itu hohos dan piso. Kemudian setelah berumah tangga

dan sudah mempelajari ilmu parngoluan dan adat, maka anak itu diberikan tali-tali

sebagai tanda bahwa dia sudah boleh mengikuti pembicaraan adat, tetapi ulosnya masih

ragi hotang walaupun dia belum diterima untuk ikut bicara dalam acara itu.

8. Ulos Bintang Maratur

Sebenarnya melihat ulosnya tidak menunjukkan arti seperti namanya. Mula-mula

ulos bintang maratur tidak disebut punya ragi, tetapi oleh beberapa orang disebut bintang

maratur. karena itu bintang maratur sebenarnya adalah ulos selendang yang disebut ulos

anak-anak.

9. Ulos Ragi Parompa

Ulos ragi parompa adalah ulos yang tidak punya kepala tapi punya rambu pada

kedua ujungnya. Artinya ragi parompa hanya satu yaitu agar anak itu tulus laho

magodang yang diberikan tulangnya kepada berenya pada waktu menerima nama dari

orangtuanya. Sekarang ulos ini tidak dibuat orang lagi, dan sebagai gantinya diberikan

ulos ragi mangiring.

10. Ulos Sadum

Ulos ini mempunyai ragam warna yang cerah. Biasanya ulos ini dipakai dalam

(15)

kepada pejabat/ tokoh masyarakat dengan tujuan sebagai bentuk pemberian rasa hormat

dan rasa kasih sayang.

Gambar 4.1 Gambar ulos sadum

ulos sadum tenun tradisional ulos sadum tenun mesin

Dari beberapa jenis ulos di atas untuk saat ini yang paling banyak diproduksi oleh

Mutiara Manalu adalah ulos sadum. Hal ini dikarenakan bahwa saat ini penggunaan ulos

sadum lebih banyak digunakan untuk acara-acara tertentu yang bisa dijadikan sebagai

kenangan, sebagai hiasan, souvenir atau untuk fungsi lainnya.

4.4 Analisis Lingkungan

Akibat menggejalanya revolusi informasi dan globalisasi, lingkungan kini

mengalami perubahan yang luar biasa dan intensitasnya semakin sering serta sukar sekali

diramalkan. Akibatnya, persaingan menjadi semakin ketat dan permasalahan yang

dihadapi oleh perusahaan semakin rumit. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis

(16)

oleh perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat mewaspadai dan memahami

implikasi-implikasi perubahan untuk kemudian dapat bersaing secara efektif.

4.4.1 Analisis Lingkungan Internal Usaha Tenun Ulos Mutiara Manalu

1. Faktor Produksi dan Operasi

Manajemen produksi dan operasi dapat membantu memutuskan cara peningkatan

perusahaan berkenaan dengan pengembangan rencana produksi, sistem pengendalian

yang diteliti, peningkatan produktivitas, hubungan dengan pemasok, dan keputusan

tentang lokasi usaha yang dapat menuntun pencapaian keunggulan bersaing yang penting

bagi perusahaan.

Pelaksanaan produksi ada aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu: perencanaan

produksi (jenis barang yang diproduksi, kualitas barang, jumlah barang, bahan baku),

pengendalian produksi (menyusun perencanaan, membuat penjadwalan kerja,

menentukan kepada siapa barang akan dipasarkan) dan pengawasan produksi

(menetapkan kualitas, menetapkan standar barang, pelaksanaan produksi tepat waktu).

Dalam kegiatan produksi usaha tenun ulos Mutiara Manalu ini diproses dengan

tangan manusia secara manual. Alat tenun terdiri dari:

1. Tundalan, yaitu sandaran punggung. Selain itu juga berfungsi untuk cantelan

mengikat dan menahan benang.

2. Pagabe, berfungsi nuntuk memegang benang yang dipintal.

3. Baliga, berfungsi untuk menyususn dan mengatur benang.

(17)

6. Anian.

7. Purada.

8. Singer

9. Lidi. Untuk membentuk motif.

10. Hapit

11. Turak

12. Balobas

Produksi yang dilakukan oleh Mutiara Manalu adalah dilakukan mulai hari

senin-jumat. Ada 2 jenis benang yang digunakan untuk memproduksi tenunan, yaitu benang

putar (agak kasar) digunakan untuk pembuatan ulos dan bakal jas sedangkan benang

100 (benang halus) digunakan untuk pembuatan tenun sarung. Usaha ini tetap melakukan

produksi karena permintaan dari penampung atau pelanggan selalu ada. Kegiatan

pembuatan ulos ini memiliki proses yang sedikit rumit dan membutuhkan waktu yang

lama. Untuk menghasilkan 1 ulos petenun harus menghabiskan waktu selama 2 sampai 3

hari.

Jenis tenun ulos sadum terdiri atas 2 yaitu:

a. Ukuran kecil.

Untuk memproduksi ulos sadum berukuran kecil diperlukan benang sebanyak 6

gulungan (6 Labean). Dapat diperkirakan modal untuk pembuatan ulos ukuran ini sekitar

kurang lebih Rp30.000,00 dengan harga jual minimal Rp100.000,00. Dan untuk

(18)

memproduksi ulos ukuran besar. Bisanya Mutiara Manalu bisa menghasilkan jenis ulos

ini 3 lembar dalam 1 minggu.

b. Tenun sadum kuran besar

Untuk membuat satu lembar ulos sadum tenun ukuran besar diperlukan benang

sebanyak 9 gulungan (9 labean) dengan harga Rp3.000,00/gulungan. Dan benang untuk

membuat motif/bunga sekitar Rp15.000. Dengan kisaran harga untuk 1 Ulos dijual

dengan harga paling murah yaitu Rp200.000,00. Dalam memproduksi ulos ukuran ini

diperlukan waktu selama 3 hari sehingga dalam seminggu hanya mampu dihasilkan 2

lembar dalam waktu satu minggu.

Biasanya ulos yang sudah siap ditenun kemudian digunting dan langsung dijual

kepada penampung dengan keadaan belum siap pakai karena ujung daripada ulos itu

belum dibordir. Sehingga penampung masih harus membordir ulos tersebut agar bisa

dijual kepada penampung. Untuk membordir ulos tersebut penampung masih harus

mengeluarkan biaya. Sehingga penampung mengambil untung yang lebih banyak jika

dijual kepada konsumen.

Dalam tenun ulos hiasan yang terdapat dalam ulos itu disebut bunga. Ada beberapa

bunga yang biasa ditenun Mutiara Manalu yaitu: Bintang-bintang, Jolma-jolma, ilik-ilik,

pohon beringin, andor gadong, bonggit, tingko-tingko, ucapan selamat (lepper), dan

persitongaan yaitu bunga-bunga khusus biasanya terdiri dari 4 tingkat. Bunga-bunga ini

berfungsi sebagai pembatas untuk mengulangi motif yang sudah dibuat diawal. Untuk

mengulangi bunga-bunga ini diurutkan kembali dari yang paling terakhir sehingga

(19)

tingko-Pada umumnya orang Batak itu mengadakan pesta adat pada bulan-bulan libur atau

musim panen yaitu: bulan Juni-Agustus (masa panen) kemudian antara bulan

Desember-Januari (libur Natal dan Tahun Baru) kecuali adat kematian yang tidak dapat

diprediksikan kapan akan terjadi. Disaat seperti inilah harga tenun ulos mengalami

kenaikan harga yaitu harga tenun ulos sadum kecil dapat dijual dengan harga Rp

150.000,00/lembar dan harga tenun ulos sadum ukuran besar dijual dengan harga

Rp250.000,00. Namun adakalanya bahwa tenun ulos tradisional mengalami penurunan

harga. Hal ini diakibatkan karena kurangnya permintaan dari masyarakat karena tidak

musim pesta adat.

Ketidakstabilan harga yang terjadi pada ulos maka Mutiara Manalu melakukan

variasi produksi yaitu memproduksi tenun sarung stelan dan bakal jas. Untuk

memproduksi tenun sarung satu set dengan selendangnya digunakan benang 100 (halus).

Berbeda dengan pembuatan ulos yang menggunakan benang putar. Pemilihan

penggunaan benang 100 ini adalah karena termasuk dalam benang kategori lembut dan

tidak mudah putus apabila ditenun, sehingga sarung yang dihasilkan nyaman untuk

dipakai oleh pengguna. Harga benang ini lebih mahal dibandingkan dengan benang putar

yaitu sekitar Rp150.000,00/kg.

Pembuatan tenun sarung ini lebih lama daripada pembuatan tenun ulos yaitu sekitar

2- 3 minggu. Jumlah benang yang digunakan adalah sebanyak kurang lebih 8 ons sekitar

Rp120.000,00 dengan tambahan motif Rp50.000,00. Namun harga jual daripada sarung

ini sudah jauh lebih mahal dibandingkan ulos ataupun bakal jas karena proses

(20)

Rp4.000.000,00 juta/set. Dalam sarung ini juga dibuat hiasan yang lebih menarik yang

disebut dengan motif agar kelihatan indah ketika dikenakan.

Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa sarung hasil tenunannya sering dipakai

oleh pengantin atau dipakai oleh masyarakat dengan kalangan ekonomi yang sudah baik.

Karena sarung hasil tenun tradisional termasuk dalam kategori yang mahal bagi

masyarakat yang memiliki ekonomi lemah. Sarung yang ditenun Mutiara Manalu sudah

digunakan dalam pernikahan artis batak.

Untuk memproduksi tenun bakal jas juga digunakan benang saratus. Untuk

pembuatan sebuah jas diperlukan 3 lembar tenunan. Dalam pembuatan tenun bakal jas ini

diperlukan 8 ons benang atau sekitar Rp 120.000,00 dengan bunga sekitar 2 gulungan

purada yaitu seharga Rp50.000,00. Bakal jas ini dapat dijual dengan kisaran harga

Rp600.000,00. Namun untuk benang yang digunakan oleh Mutiara saat ini tidak lagi

mengalami luntur atau pudar warna apabila dicuci. Hal ini dikarenakan warna benang

yang dijual saat ini tidak lagi menggunakan benang dengan pewarna alami.

Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa saat ini ulos yang mereka tenun adalah

bukan ulos yang hanya terdiri dari 3 warna (hitam, merah dan putih) seperti motif warna

zaman dahulu. Pergeseran pemahaman terhadap ulos juga mengalami perubahan kini ulos

dapat diproduksi/ditenun dengan warna yang diinginkan oleh konsumen. Menurut

pengakuan Mutiara Manalu dan juga anaknya bahwa mereka sering menolak pesanan dari

(21)

Adapun proses produksi yang dilakukan yaitu:

1. Pengadaan benang

Usaha tenun ulos mempunyai pemasok dalam pengadaan bahan baku yaitu berupa

benang yang didapatkan di pasar setempat. Benang ini dapat dibeli secara perkilo untuk

benang saratus ataupun secara pergulungan (labean) untuk benang putar. Benang yang

dijual sekarang sudah dijual dengan berbagai warna sehingga bebas memilih warna

sesuka hati. Tidak seperti benang zaman dahulu yang dijual hanya benang warna putih

dan kita yang akan mewarna sendiri. Hal ini merupakan salah satu hal yang membawa

dampak positif bagi para petenun. Menurut Mutiara Manalu bahwa harga benang pada

saat ini berada pada harga normal.

2. Pengolahan bahan baku terdiri dari :

a. Pengkanjian benang

Sebelum benang tersebut diolah menjadi ulos terlebih dahulu dikanji. Caranya

benang yang ingin ditenun dibuka dari gulungannya kemudian dicelupkan hingga merata

kedalam campuran air panas dan kanji. Tujuan dari pengkanjian ini adalah agar benang

tidak mudah putus ketika ditenun.

b. Pengeringan benang

Pengeringan benang yang dilakukan oleh usaha tenun ulos Mutiara Manalu adalah

dengan pengeringan secara alami yaitu dengan sinar matahari. Proses pengeringan ini

memakan waktu sekitar 30 menit. Namun, waktunya bisa lebih apabila matahari tidak

(22)

c. Digulung (ordong)

Setelah benang yang sudah dikanji tersebut dikeringkan maka proses selanjutnya

adalah menggulung (mangordong) masing-masing diordong hingga membentuk 1 labean

dalam gulungan.

d. Proses mangani

Dalam proses mangani ini ada alat khusus yang disebut ani. Di-ani maksudnya

adalah benang yang telah dijemur tersebut disusun dengan rapi untuk membentuk pola

dari pembuatan ulos sifatnya seperti membentuk persilangan dan disisipkan benang nilon

sebagai pembatas.

e. Ditotar

Ditotar maksudnya adalah merapikan kembali benang yang sudah di-ani hingga

membentuk pola tenunan yaitu lebar dan panjangnya.

f. Diputik

Diputik maksudnya pembentukan bunga/motif yaitu dengan menggunakan lidi-lidi

kecil sebanyak 6 untuk pembuatan ulos. namun untuk pembuatan sarung memiliki jumlah

lidi lebih banyak. Dengan hitungan dalam 1 lidi terdapat 3 benang.

3. Proses Tenun.

Keadaan ini dimana benang-benang telah di-ani dan sudah dihitung siap untuk

dibentuk sesuai pesanan penampung/konsumen.dalam proses tenun ini digunakan

balobas untuk merapatkan/merapikan benag-benang yang disisipkan sabagai ipahan

tenun. Kemudian lidi yang sudah diletakkan pada tenunan secara bergantian ditarik

(23)

2. Pemasaran

Secara umum petenun tidak mengerti masalah pemasaran dan menganggap bahwa

pemasaran tidak terlalu penting karena tidak secara langsung terjun untuk memasarkan

hasil tenun. Biasanya para petenun menjual hasil tenunannya kepada penampung atau

kepada konsumen yang memesan langsung. Kelamahan penjualan langsung kepada

penampung adalah bahwa penampung dapat mengendalikan harga dari produsen. Bahkan

adanya yang dimodali oleh penampung. Maka para petenun tidak mengerti bagaimana

perkembangan pasar dan fluktuasi harga yang terjadi di pasar.

Salah satu hal yang tidak diperhatikan oleh pemerintah Tapanuli Utara adalah

ketersediaan pasar tradisional khusus untuk para ulos untuk memasarkan hasil tenun

mereka kepada konsumen. Sehingga bisa mengetahui bagaimana perkembangan harga

yang terjadi di pasar.

Pengembangan akses pasar yang lebih luas bertujuan untuk mendapatkan

pelanggan yang lebih banyak agar mampu mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.

Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan program promosi secara langsung melalui

selebaran-selebaran ataupun melalui media sosial yang saat ini sudah banyak digunakan

para pengusaha pada umumnya. Penggunaan media sosial sebagai sarana

memperkenalkan hasil tenun ke pasar dapat menghemat waktu dan biaya promosi. Saat

ini bahwa keberadaan tenun termasuk songket Batak sudah semakin dikenal oleh

masyarakat luas, bahkan sudah tidak jarang artis Batak yang menggunakan pakaian

pernikahan menggunakan songket Batak yang dihasilkan oleh petenun dari daerah

(24)

mengembangkan usaha tenun sebagai salah satu aspek bisnis yang akan semakin

mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan teknologi dan kreativitas para

pebisnis.

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan potensi yang merupakan asset dan berfungsi

sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat

diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan

eksistensi organisasi. Usaha kecil yang bersifat rumahan pada umumnya tidak terlalu

banyak mengandalkan tenaga kerja/karyawan. Namun pada umumnya usaha rumahan

hanya memaksimalkan tenaga yang mereka miliki tanpa merekrut karyawan. Seperti

usaha tenun ulos Mutiara Manalu yang hanya mengandalkan tenaga sendiri dan anaknya

untuk membantunya dalam menjalankan usaha ini.

Keputusan untuk tidak merekrut karyawan adalah karena terbatasnya modal yang

mereka miliki. Selama ini pendapatan dari penjualan ulos hanya bisa membantu suami

memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Mutiara Manalu sering kewalahan untuk

memenuhi permintaan. Sementara Mutiara tidak memiliki karyawan untuk membantu

menenun ulos. Sehingga hanya menerima pesanan sesuai dengan batas kemampuannya

dalam menenun ulos. Menurut hasil pengamatan peneliti bahwa manajemen waktu yang

dilakukan Mutiara Manalu belum efektif. Terkadang mereka memulai pekerjaan dengan

sesuka hati meskipun banyak pesanan yang mereka dapat dari penampung.

(25)

yang berkualitas dan tetap mampu bersaing di tengah persaingan yang semakin ketat.

Faktor sumber daya manusia yang baik dan berkualitas akan menghasilkan produk yang

berkualitas juga. Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa biasanya yang

menggunakan sarung dan ulos tenunannya adalah kalangan orang yang memiliki

ekonomi yang sudak lebih baik. Hal ini disebabkan bahwa pelanggan memilih hasil tenun

tradisional yang dilihat dari sisi kualitasnya bukan dari segi harganya. Adapun

perbandingan harga antara tenun mesin dengan tenun tradisional sudah jauh berbeda,

yakni tenun tradisional memiliki harga yang lebih mahal. Untuk mendapatkan sumber

daya manusia yang berkualitas Mutiara Manalu dapat mengikuti pelatihan di luar.

4. Faktor Keuangan dan Akuntansi

Adapun sistem keuangan pada usaha Mutiara Manalu belum melakukan pencatatan

keuangan dan tidak pernah melakukan pinjaman dana untuk proses jalannya usaha.

Mutiara Manalu juga tidak pernah mencatat atau membukukan jumlah produksi,

pendapatan dan pengeluaran untuk setiap bulannya. Mutiara Manalu beranggapan tidak

perlu untuk melakukan pencatatan keuangan atau melakukan pemisahan keuangan usaha

dan rumah tangga sebab usaha ini satu-satunya pekerjaan untuk menghidupi keluarga.

Segala keuntungan yang didapatkan dari hasil menenun dijadikan sebagai dana untuk

(26)

4.4 Analisis Faktor Eksternal a. Analisis Lingkungan Mikro 1. Faktor Fisik

Analisis lingkungan diperlukan untuk menilai lingkungan usaha kecil tenun ulos di

JL. Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung secara keseluruhan yang meliputi faktor-faktor

yang berada di dalam (internal) dan berada di luar (eksternal) yang dapat mempengaruhi

pengembangan usaha tersebut. Lingkungan fisik yang dimaksud disini adalah faktor

ketersediaan sumber daya untuk mendukung jalannya usaha ini.

2. Faktor Ekonomi

Dalam hal ini yang dimaksud faktor ekonomi adalah faktor pasar. Sesuai dengan

hasil wawancara bahwa faktor ekonomi/pasar sangat mempengaruhi perjalanan produksi

usaha. Kadang kala apabila harga BBM naik maka terjadi juga kenaikan harga pada

benang sebagai bahan dasar pembuatan Ulos. Biasanya untuk benang saratus harga

normalnya adalah sekitar Rp150.000/ Kg.

3. Faktor Politik dan Hukum

Adanya kebijakan pemerintah kabupaten Tapanuli Utara tentang pemberdayaan

koperasi sebagai salah satu wadah untuk menampung kreativitas masyarakat di Kota

tarutung, serta adanya pinjaman koperasi yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten

Tapanuli Utara. Namun, hal ini belum berjalan efektif dan tidak terlalu diminati oleh

masyarakat. Hal ini perlu disikapi oleh pemerintah supaya masyarakat dapat

memanfaatkan kesempatan tersebut.

(27)

namun karena anggota yang lain tidak begitu serius mengurusi hal ini sehingga sampai

saat ini pinjaman tersebut tidak dapat mereka nikmati. Petenun yang lain beranggapan

bahwa proses yang akan mereka ikuti akan sangat lama dan membuang waktu.

Sebenarnya dengan adanya kebijakan pemerintah dengan bantuan pinjaman

koperasi Rp5.000.000/tahun ini cukup membantu bagi para petenun karena pinjaman ini

murni tanpa bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Tetapi karena didaerah ini

tidak begitu serius mengurusnya sehingga pinjaman itu hanya dapat dirasakan oleh

petenun di daerah lain.

4. Faktor Sosial Budaya, dan Demografi

Faktor sosial budaya dan demografi merupakan faktor yang memberikan dampak

positif bagi keberlangsungan usaha kecil tenun Ulos Mutiara Manalu. Dimana daerah

Tarutung adalah mayoritas jumlah penduduknya adalah suku Batak yang memiliki pola

pandang yang positif terhadap Ulos. Sebagai masyarakat Batak, yang memiliki system

keterikatan dan memegang teguh adat istiadat maka pada umumnya masyarakat di daerah

Tarutung masih menggunakan ulos dalam berbagai acara/kegiatan yang mereka lakukan.

Usaha tenun Ulos Mutiara Manalu tidak terlalu jauh dari sarana transportasi, dekat

dengan pemasok yaitu pasar Tarutung. Dimana setiap harinya di pasar Tarutung ada

penjual benang dan perlengkapan lainnya. Sesuai dengan hasil wawancara dengan

beberapa pemasok benang, bahwa benang yang mereka jual adalah benang yang berasal

(28)

5. Faktor Teknologi

Faktor teknologi yang semakin berkembang dapat memudahkan para pengusaha

tenun untuk dapat melakukan kegiatan bisnis sampai ke luar daerah bahkan sampai ke

luar negeri tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat asalkan ada jaringan untuk

memanfaatkan media internet.

a. Analisis Lingkungan Industri

Analisis lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal usaha

tenun ulos Mutiara Manalu yang menghasilkan komponen yang secara normal memiliki

implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional usaha.

1. Ancaman Masuknya pendatang Baru

Pada umumnya masyakakat di daerah Tarutung sejak kecil sudah diwariskan

keterampilan bertenun. Mutiara manalu adalah seorang petenun senior. Mutiara Manalu

dipercayai oleh masyarakat sekitar untuk mengajari cara bertenun dan telah bergerak di

bidang usaha yang sama. Pendatang baru yang sangat berpengaruh dalam usaha tenun

ulos adalah pendatang yang bertenun dengan menggunakan tenun mesin. Dimana

kedatangan usaha tenun mesin ini mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk

membeli ulos hasil tenun tradisional yang diakibatkan oleh keadaan ekonomi. Masyarakat

cenderung untuk memilih mengunakan tenun mesin karena ulos hasil tenun mesin lebih

murah dibandingkan ulos hasil tenun tradisional.

Untuk menghadapi hal tersebut maka usaha Mutiara Manalu selalu berusaha

membuat kualitas hasil tenun yang lebih baik dan lebih rapi dibandingkan dengan tenun

(29)

dan menggunakan tenun mesin. Sehingga tidak terlalu memperhatikan mutu hasil tenunan

secara detail.

2. Persaingan diantara Perusahaan yang Sama

Banyaknya petenun di daerah Tarutung dan khususnya di daerah Rura Pasar tidak

ditanggapi terlalu serius walaupun hal tersebut bisa menjadi ancaman langsung bagi

tenun ulos Mutiara Manalu. Karena Mutiata merupakan seorang petenun senior yang

telah mengajari banyak orang untuk bertenun di lingkungannya dan sejak dahulu sudah

mempunyai langganan yaitu penampung ulos Usaha Kembar. Persaingan yang dirasakan

oleh para petenun adalah bagaimana membuat hasil tenunan menjadi lebih rapi dan lebih

menarik supaya harganya lebih mahal dibeli oleh penampung.

3. Ancaman Produk substitusi atau Jasa Pengganti

Produk substitusi maksudnya adalah produk-produk yang dapat menjadi alternatif.

Produk substitusi dari usaha tenun ulos adalah sarung. Masyarakat Batak modern

beranggapan bahwa lebih baik membeli sarung dibandingkan membeli Ulos. Produk

substitusi ini muncul karena adanya pergeseran pola pandang terhadap ulos. Dari segi

pemakaiannya, masyarakat lebih sering memakai sarung. Ulos hanya dipakai dalam

acara-acara tertentu. Ada istilah yang familiar dalam masyarakat bahwa ‘’ulos itu yang

memakai adalah lemari karena lebih sering disimpan dalam lemari dibandingkan dipakai

dalam kehidupan sehari-hari”. Namun disisi yang lain, keberadaan produk substitusi ini

juga dapat menjadi peluang untuk dapat mengembangkan usaha tenun bukan untuk

(30)

4. Kekuatan Penawaran Pembeli

Dalam dunia usaha tenun ulos, kekuatan penawaran pembeli itu berasal dari

penampung karena pada umumnya petenun termasuk Mutiara Manalu tidak mengerti

masalah pemasaran sehingga penampung bebas menentukan harga kepada produsen. Ada

beberapa petenun yang sudah dikendalikan oleh penampung karena tersebut diberikan

modal untuk membuka usaha tenun. Apabila tidak menjual langsung kepada penampung

maka mereka akan kewalahan untuk menjual hasil tenun mereka. Apabila misalnya tidak

laku, maka mereka akan rela rugi dengan menjual kepada penjual ulos dipasar dengan

harga yang sangat rendah.

5. Kekuatan Pemasok

Pemasok yang dimaksud disini adalah penjual benang yang berada di pasar

Tarutung. Masalah pemasok sangat mempengaruhi keadaan suatu usaha. Adapun benang

yang dijual di pasar Tarutung sebagai bahan pasokan untuk para petenun adalah benang

yang berasal dari Bandung. Mutiara Manalu sejak dahulu sudah memiliki langganan

khusus sebagai pemasok yang bersumber dari pasar Tarutung. Mereka sudah lama

menjalin hubungan kerjasama yang baik. Pembayaran boleh dilakukan dengan

memberikan panjar atau pelunasan dikemudian hari setelah kain tenun sudah terjual.

4.6 Analisis SWOT

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis dengan menggunakan SWOT sebagai

alat untuk membantu dalam mengembangkan usaha tenun ulos. analisis SWOT

merupakan suatu analisis untuk dapat mengidentifikasi berbagai faktor ancaman dan

(31)

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi

perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh tenun

Mutiara Manalu.

4.6.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan

usaha kecil tenun ulos. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :

a. Identifikasi faktor kekuatan

Usaha tenun ulos Mutiara Manalu merupakan salah satu usaha tenun yang sudah

termasuk lama berdiri di Jalan Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung. Adapun lokasi usaha ini tidak terlalu jauh dari pinggir jalan raya sehingga dekat dengan akses transportasi

sehingga mudah untuk mendapatkan bahan produksi dan juga daerah ini merupakan

daerah yang aman.

Kualitas benang yang digunakan usaha tenun Mutiara Manalu adalah benang yang

memiliki kualitas baik yang disebut dengan benang saratus. Berbeda dengan benang

yang digunakan petenun lainnya. Untuk menghasilkan sebuah tenun yang baik Mutiara

Manalu mempunyai kreativitas dalam memadupadankan warna.

b. Identifikasi faktor kelemahan

Usaha tenun ulos Mutiara manalu masih memiliki pola pikir yang dimanajemen

sebagai petenun. Mutiara Manalu tidak mau menggunakan pinjaman koperasi sebesar

Rp5.000.000,00/tahun yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang mata

(32)

diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Usaha ini merasa selalu kekurangan modal

dalam melakukan pengembangan usaha.

Usaha ini juga belum mempunyai manajemen waktu yang baik dalam melakukan

kegiatan produksi. Biasanya mereka bekerja tergantung keinginan mereka yang

mengakibatkan akan adanya penolakan permintaan. Dari segi pencatatan keuangan, usaha

ini belum melakukan pencatatan keuangan tidak pernah mencatat apapun yang terjadi

didalam proses perjalanan usaha.

Untuk dapat memperoleh pasar yang lebih luas maka seharusnya usaha ini

mempunyai sistem pemasaran. Namun hal ini tidak dilakukan oleh Mutiara Manalu

(33)

Tabel 4.1

Matriks IFAS

Faktor Strategi Internal Bobo Rat Bobot x Rating

Kekuatan

1. Menghasilkan produk berkualitas.

2. Keterampilan yang sudah matan kreativitas dalam memadupad warna.

3. Suasana lingkungan kerja yang a 4. Produk yang dihasilkan bernila

tinggi.

5. Dekat dengan sarana transportas

0, 20

1. Tidak mau mengikuti pelatiha menggunakan dana koperasi. 2. Belum memiliki karyawan. 3. Tidak memiliki sistem penc

keuangan.

4. Tidak mempunyai manajemen baik.

5. Kelangsungan usaha terga penampung.

6. Tidak memiliki system pemasara

0,10

Sumber: Data diolah peneliti, 2014

Dari table 4.2 menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar daripada

kelemahannya. Adapun subtotal untuk kekuatan adalah 1,75 sedangkan kelemahannya

adalah 1,1. Selisih daripada kekuatan dan kelemahan adalah sebesar 0,65. Skor total

matriks IFAS sebesar 2,85 menunjukkan posisi usaha kecil berada pada posisi baik dalam

(34)

b. Faktor Peluang

Perkembangan usaha tenun merupakan peluang besar bagi pemilik modal yang

cukup. Adanya bentuk kepedulian pemerintah dalam memperkenalkan hasil-hasil tenun

ulos dapat menjadi peluang bagi usaha tenun Mutiara Manalu karena secara tidak

langsung pemerintah berperan dalam mendukung petenun.

Perkembangan zaman juga mempengaruhi pola pikir masyarakat bahwa saat ini ulos

digunakan bukan hanya dalam acara adat Batak. tetapi dalam berbagai acara, dapat

digunakan sebagai bentuk kenangan, penghargaan, dan penghormatan, juga digunakan

untuk acara religi bahkan sudah digunakan sebagai busana dengan desain yang indah.

Dari segi teknologi, usaha ini seharusnya mampu memasarkan produk yang mereka

hasilkan supaya dikenal oleh masyarakat luas. Saat ini tenun Batak sudah mulai

diperkenalkan hingga ke luar negeri. Mutiara Manalu memiliki kemampuan dalam

menghasilkan berbagai bentuk tenun lainnya, seperti sarung, bakal jas, dan selendang.

Seiring dengan berjalannya waktu usaha ini berjalan sudah cukup lama yaitu sekitar

40tahun, dan sudah mempunyai memiliki penampung khusus, sehingga hasil tenun tidak

pernah tertahan.

c. Identifikasi faktor ancaman

Ketidakstabilan perekonomian dapat menjadi ancaman, karena dengan naiknya

harga bahan bakar minyak maka secara otomatis juga akan mempengaruhi kenaikan

harga pada berbagai hal termasuk kenaikan harga benang yang digunakan sebagai bahan

pokok dalam bertenun.

(35)

daripada menggunakan tenun tradisional. Namun, jika dibandingkan dari segi kualitas,

tenun tradisional jauh lebih baik hasilnya dibandingkan tenun mesin.

Perubahan pola pandang masyarakat terhadap ulos juga termasuk menjadi salah

satu ancaman bagi usaha tenun ulos Mutiara Manalu. Pada zaman dahulu, dalam adat

Batak itu dikenal dengan adanya pemberian ulos sebagai bentuk kado kepada yang

menikah, namun seiring pergeseran pola pikir saat ini sudah tidak jarang lagi digunakan

sarung atau benda bentuk lain sebagai pengganti ulos.

Usaha tenun Mutiara Manalu tidak begitu dikenal oleh masyarakat secara umum,

sehingga langganan tetap mereka adalah penampung. Menurut pengakuan Mutiara

Manalu bahwa dalam menjual suatu produk terhadap penampung terdapat penawaran

yang kuat oleh penampung. Hal ini tidak dapat dibantah sebab apabila tidak sesuai

dengan permintaan oleh penampung, hasil tenun mereka tidak akan laku dan tentunya

(36)

Table 4.2 Matriks EFAS

FAKTOR STRATEGI EKSTERN BOBOT RATING BOBOT x RATING

Peluang

1. Pinjaman koperasi.

2. Permintaan yang selalu ada. 3. Acara-acara Pesta/adat. 4. Memiliki pelanggan tetap.

5. Semakin canggihnya

8. Tenun Batak sudah semakin terkenal

1. Hadirnya tenun mesin.

2. Produk substitusi.

3. Kekuatan tawar pembeli.

4. Kenaikan harga bahan baku 5. Pergeseran pola pandang

terhadap ulos.

6. Hadirnya pemasok ulos tenun mesin dari daerah lain

0,05

Sumber: Data diolah peneliti, 2014

Tabel 4.2 Matriks faktor eksternal usaha tenun ulos Mutiara Manalu menunjukkan

bahwa peluang yang dimiliki lebih besar daripada ancaman. Peluang memiliki subtotal

1,8 dan ancaman yang dimiliki sebesar 0,80. Dari hasil tersebut dapat selisisihnya sebesar

(37)

Diagram Cartesius

Dari hasil analisis diatas bahwa strategi pengembangan usaha dapat dilihat didalam

diagram berikut.

Diagram 4.1 Diagram Analisis SWOT

Sumber : diolah oleh peneliti (2014)

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa posisi usaha tenun ulos berada pada

kuadran I yaitu posisi ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha tersebut

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

yang perlu diterapkan adalah strategi agresif. Usaha tenun ini perlu melakukan strategi

agresif yang dapat disesuaikan dengan kondisi usaha yaitu: strategi pengembangan pasar,

dan strategi diversifikasi.

0,9

0,65

S (1,75) W (1,1)

T (0,8) O (1,75)

IV. Strategi Diversivikasi II.Strategi Turn-Around

III.Strategi Defensif

(38)

4.5Matriks SWOT Usaha Kecil Tenun Ulos

Tabel 4.3

Matriks SWOT Usaha Tenun Ulos

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S)

1. Menghasilkan produk

berkualitas.

2. Keterampilan yang sudah m dan kreativitas memadupadankan warna. 3. Suasana lingkungan kerja

aman.

4. Produk ya ng dihasilkan b seni yang tinggi.

5. Dekat dengan sarana transpo

Kelemahan (W)

1. Tidak mau mengikuti pelat 2. Tidak memiliki karyawan. 3. Tidak memiliki s

pencatatan keuangan 4. Tidak mempunyai mana

waktu yang baik

5. Kelangsungan usaha terga pada penampung.

Peluang (O)

1. Pinjaman koperasi.

2. Permintaan yang selalu a 3. Acara-acara Pesta.

8. Tenun Batak semakin ter

SO

1. Mempertahankan kualitas tenun untuk menjaga hub baik dengan penampung m konsumen.

2. Manfaatkan pinjaman ko untuk mengembangkan usah 3. Menjalin hubungan baik d pemerintah juga pada pemas 4. Berusaha memenuhi permin

WO

1. Mengikuti pelatihan menggunakan dana ko yang disediakan pemerintah.

2. Melakukan pembelian bahan baku.

3. Memanfaatkan teknologi media sosial untuk memp mesin dari daerah lain.

ST

1. Tingkatkan kreativitas dan

mempertahankan kualitas tenun.

(39)

Dari tabel diatas, strategi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Strategi SO

Strategi ini dengan memanfatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan

besar, maka perusahaan akan berusaha untuk mampu mengatasinya dan mengubahnya

menjadi suatu peluang.

1. Mempertahankan kualitas hasil tenun untuk menjaga hubungan baik dengan

penampung maupun konsumen

Dengan adanya kualitas yang baik yang dihasilkan maka penampung akan tetap

membeli hasil tenun dari Mutiara Manalu. Selain itu, Mutiara Manalu juga mendapatkan

permintaan dari konsumen langsung sehingga Mutiara Manalu seharusnya memberikan

kualitas produk yang terbaik. Dengan demikian biasa saja permintaan akan terus

meningkat karena adanya komunikasi konsumen melalui mulut ke mulut.

2. Manfaatkan pinjaman koperasi untuk mengembangkan usaha

Adanya modal yang disediakan oleh pemerintah setempat memberikan peluang

kepada Mutiara Manalu untuk menambah Modal agar dapat mengembangkan usaha.

Modal yang diberikan pemerintah setempat tidak mendapat bunga sebesar Rp5.000.000

juta/tahun.

3. Menjalin hubungan baik dengan pemerintah juga pada pemasok

Hubungan yang baik dengan pemasok ini diperlukan untuk menjaga

keberlangsungan kegiatan usaha tenun apabila sewaktu-waktu Mutiara Manalu tidak

(40)

memberikan peluang kepada Mutiara Manalu untuk mengikuti acara pameran di daerah

Tapanuli Utara ataupun di luar daerah.

4. Berusaha memenuhi permintaan

Permintaan yang datang dari penampung dan konsumen seharusnya dipenuhi. Hal

ini memberi peluang bahwa hasil produksi Mutiara Manalu semakin dikenal oleh

masyarakat.

Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

1. Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan pemerintah

Sebagai bentuk kepedulian pemerintah daerah Tapanuli Utara dalam mendukung

dan membangun para petenun maka dilaksanakanlah program pelatihan dan

pengembangan usaha tenun dalam waktu tertentu untuk setiap tahunnya. Program ini

dilaksanakan di Sopo Partukkoan tanpa pemungutan biaya yang diselenggarakan oleh

dinas perindustrian dan dinas koperasi Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam program ini

terdapat 2 bagian kegiatan yaitu: (1) program pelatihan dalam rangka peningkatan

pemahaman para petenun dengan mengundang para petenun senior. Pelatihan ini

bertujuan bagaimana supaya para petenun itu mampu menghasilkan tenun dengan

kualitas yang lebih baik (2) pemahaman pengembangan usaha, yang dilaksanakan dengan

mengundang para pembicara dari luar kota.

Dalam hal ini diajarkan para petenun agar memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat

(41)

pikir hanya sebagai petenun. Selain itu, pemerintah juga menyediakan pinjaman sebesar

Rp5.000.000/tahun untuk para petenun dengan tidak dibebankan biaya bunga pinjaman

serta pemerintah juga mengadakan program untuk memberikan sumbangan kepada

petenun dengan memberikan bantuan benang. Dengan adanya program ini, maka

seharusnya dapat membantu agar usaha tenun Mutiara Manalu semakin mampu untuk

bertahan ditengah ancaman yang berasal dari luar usaha serta dapat mengambangkan

usahanya agar mendapat untung yang lebih besar.

2. Melakukan pembelian stok bahan baku

Adanya ketidakstabilan harga bahan baku yang disebabkan oleh kenaikan harga

bahan bakar minyak menyebabkan kenaikan harga. Seiring dengan hal itu pula dibarengi

dengan kenaikan harga bahan baku pembuatan tenun ulos dan pembuatan tenun lainnya.

Adapun kenaikan harga ini sangat berdampak untuk kegiatan produksi ulos. Terutama

untuk kenaikan harga benang yang menjadi dasar dalam pembuatan tenun ulos.

Pembelian stok bahan baku ini diperlukan apabila sewaktu-waktu harga bahan baku

mengalami kenaikan harga. Ada kalanya petenun tidak memiliki uang yang cukup

apabila terjadi kenaikan harga bahan baku yang mengakibatkan petenun merasa

kebingungan untuk membeli bahan baku persediaan tenun. Sehingga apabila dilakukan

pembelian stok bahan baku maka dampak kenaikan harga bahan bahan bakar minyak

tidak menggangu aktivitas bertenun seperti biasanya.

3. Menyarankan supaya pemerintah memperkaya informasi tentang ulos.

Program ini dimaksudkan agar para generasi muda dan masyarakat semakin

mengetahui bahwa ulos itu mempunyai nilai yang tinggi. Rendahnya partisipasi para

(42)

permasalahan yang harus dicari jalan keluarnya. Hal ini diakibatkan bahwa generagi

muda pada umumnya menganggap bahwa ulos itu sesuatu yang tidak begitu penting

kecuali digunakan dalam acara adat saja.

Dalam upaya membangkitkan partisipasi generasi muda dalam melestarikan ulos

sebagai budaya suku Batak, pemerintah dapat melaksanakan program seminar di kampus

atau sekolah-sekolah menengah pertama atau sekolah menengah ke atas, pameran hasil

tenun dan membuat acara fashion show dengan menggunakan rancangan-rancangan

pakaian dari hasil tenun.

Rangkaian acara dapat dilaksanakan seperti air yang mengalir dari hulu ke hilir

yakni membahas asal-usul ulos, bagaimana teknik pembuatan ulos, jenis-jenis ulos, apa

yang menjadi fungsi ulos, bagaimana keberadaan ulos saat ini, serta apa saja yang dapat

dilakukan untuk mengembangkan tenun ulos sebagai produk kesenian Indonesia yang

berasal dari tanah Batak.

Strategi ST

Strategi ini dalam rangka menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan.

1. Tingkatkan kreativitas dan tetap mempertahankan kualitas hasil tenun

Hasil tenun yang berkualitas akan memberikan kepuasan tersendiri bagi seorang

konsumen. Kualitas hasil tenu dapat dilihat dari benang yang digunakan, serta kerapian

tenun ulos. Adapun kreativitas yang dapat dilakukan oleh Mutiara Manalu adalah dengan

membuat hasil tenun ulos dengan lebih rapi dan membuat motif-motif yang lebih menarik

(43)

Karena menurut observasi yang pernah saya lakukan bahwa konsumen dalam pembelian

ulos cenderung melihat padanan warna ulos yang cocok, motif, tekstur, dan lebar ulos.

Strategi ini dilakukan guna mempertahankan posisi keberadaan tenun ulos Mutiara

Manalu dan mampu bersaing dengan hasil tenun lainnya.

2. Mempertahankan nilai seni dalam ulos

Dalam bertenun diharapkan bahwa para petenun tetap memelihara nilai seni yang

terkandung didalam ulos itu sendiri termasuk proses pembuatannya harus tetap dipelihara

dari alat tradisional dan walaupun prosesnya agak rumit.

3. Mengembangkan strategi pemasaran

Pemasaran yang tidak dipahami oleh Mutiara Manalu membuat penampung sesuka

hati dalam menentukan harga. Sementara penampung memberikan harga yang jauh lebih

mahal kepada konsumen. Akibat dari kurangnya pemasaran maka usaha Mutiara Manalu

tidak mengalami peningkatan.

Strategi pemasaran diperlukan untuk memperluas jaringan kepada konsumen.

Dengan tujuan agar tidak lagi menggantungkan diri kepada penampung. Pengembangan

strategi pemasaran ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial seperti

internet agar usaha Mutiara Manalu semakin dikenal oleh masyarakat luas. Pada media

internet dapat dicantumkan foto-foto hasil tenun agar dapat dilihat oleh masyarakat.

Seiring dengan hal tersebut, Mutiara Manalu dapat mengembangkan ide untuk membuat

(44)

Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat devensif dan berusaha meminimalkan

kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

1. Tetap menghasilkan produk yang bermutu tinggi.

Sebagai salah satu karya seni yang dinilai memiliki seni yang tinggi maka

sebaiknya juga dibarengi dengan kualitas yang tinggi. Hal ini supaya pelanggan tetap

percaya kepada Mutiara Manalu. Mutu tersebut dapat dilihat dari kualitas benang yang

digunakan. Saat ini masyarakat menginginkan agar tenun itu terbuat dari benang yang

memiliki warna benang yang beragam yang dapat dipadukan untuk menghasilkan tenun

yang memiliki warna menarik dan tidak luntur.

Saat ini Mutiata Manalu tidak hanya menghasilkan tenun ulos. Tetapi ada juga

dalam bentuk lain yaitu tenun sarung dan selendangnya, dan tenun bakal jas. Sehingga

apabila hasil tenun berada dalam kualitas yang baik, maka apabila digunakan dalam

bentuk lain (bukan ulos) maka pengguna merasa nyaman, dan apabila dicuci warna tenun

tersebut tidak langsung luntur dan pudar. Sehingga dapat digunakan berkali-kali karena

dapat dicuci.

2. Mengikuti pelatihan dan melakukan pembelian stok bahan baku

Bentuk kepedulian pemerintah kabupaten Tapanuli Utara terwujud dalam

pengadaan pelatihan kepada masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai petenun, serta

memberikan pinjaman koperasi tanpa bunga. Hal ini bertujuan untuk membantu para

petenun agar mampu mengembangkan usahanya. Pinjaman koperasi termasuk membantu

(45)

3. Memenuhi permintaan penampung/konsumen untuk menjaga hubungan yang baik.

4. Sesuai dengan kondisi yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa adanya

ketidakmampuan Mutiara Manalu dalam memenuhi permintaan konsumen dengan

adanya penolakan pesanan yang dilakukan oleh penampung adalah salah satu hal yang

memiliki dampak buruk bagi keberlangsungan usaha Mutiara Manalu. Sehingga pesanan

tersebut dapat dialihkan kepada petenun lain. Hal ini menjadi salah satu faktor yang

membatasi dalam mengembangkan usaha.

Agar hubungan baik dengan penampung dan konsumen tetap terjalin baik maka

Mutiara Manalu seharusnya memenuhi permintaan. Hal ini dapat dilakukan dengan

membuat manajemen yang baik dan melakukan penambahan karyawan. Manajemen

waktu yang baik dapat memberikan nilai positif bagi Mutiara Manalu contohnya : mampu

menyelesaikan target pesanan, tidak banyak waktu yang terbuang sia-sia, dan mampu

(46)

4.7 Pembahasan

Usaha tenun merupakan salah satu usaha yang termasuk dalam usaha kecil. Usaha

tenun Mutiara Manalu dapat menghasilkan beberapa jenis tenun yaitu tenun ulos, tenun

sarung, tenun selendang, dan tenun bakal jas.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha Mutiara Manalu yaitu

analisis terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang

dan ancaman) bahwa pada tabel 4.3 yaitu matriks internal Analysis Summary (IFAS),

adapun subtotal untuk faktor kekuatan mendapat 1,75 sedangkan kelemahannya adalah

1,1. Sedangkan pada tabel 4.4 Matriks Eksternal Analysis Summary (EFAS) mendapat

hasil bahwa faktor peluang memiliki subtotal 1,8 dan ancaman yang dimiliki sebesar

0,80. Sehingga dapat disimpulkan bahwa posisi Usaha Tenun Ulos pada diagram analisis

SWOT terletak dikuadran I dengan strategi agresif yaitu strategi pertumbuhan.

Penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yaitu Yulie A.C. Hutagalung

(2013) dengan judul “ Strategi pengembangan Bisnis Studi pada RM Minang Setia Jalan

Jamin Ginting No. 326, Medan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi

yang perlu diterapkan untuk pengembangan bisnis RM Minang Setia Jalan Jamin Ginting

No. 326, Medan adalah strategi agresif yang menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang.

Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu

Muttaqin dengan judul skripsiAnalisis SWOT pada Pelaku Usaha Kerajinan Khas Daerah di Area Komplek Citra Niaga Samarinda”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

(47)

terlihat bahwa pelaku usaha berada dalam tahap perkembangan maju karena faktor

peluang dan kekuatan yang sangat berpengaruh terhadap usaha ini meskipun ancaman

dan kelemahan yang selalu ada dalam usaha ini. Strategi yang digunakan pelaku usaha

kerajinan khas daerah pada kuadran I adalah strategi Growth Oriented Strategy, dimana

dalam strategi ini pelaku usaha diharapkan agar bisa mempertahankan keadaaan usaha

yang sudah mulai berkembang dengan tetap menawarkan produk-produk yang unik dan

juga harga yang terjangkau serta saling bekerja sama dengan pihak pemerintah dan

pengelola untuk bersama-sama memajukan usaha kerajinan khas daerah

Menurut Rangkuti (2009), Strategi agresif merupakan merupakan situasi yang

sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga

dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam situasi ini

adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi ini didesain untuk

mencapai pertumbuhan baik dari penjualan, aset, profit atau kombinasi dari ketiganya.

Hal ini dicapai dengan cara, mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk

atau jasa, atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas.

Sedangkan menurut Jatmiko (2004: 116), strategi agresif atau strategi ekspansi

merupakan suatu keadaan dimana saatnya suatu usaha untuk melakukan pertumbuhan

dengan sasaran yang beragam. Adapun alasan untuk tumbuh adalah bahwa pertumbuhan

menjamin kelangsungan suatu uasaha/organisasi dalam jangka panjang, atau dengan kata

lain organisasi harus tumbuh jika ingin mendapatkan survive. Adapun jenis strategi yang

(48)

1. Strategi pertumbuhan konsentrasi (penetrasi pasar)

Strategi pertumbuhan konsentrasi adalah strategi perusahaan yang memfokuskan

pada bisnis produk/ jasa tunggal, yang sangat berkaitan.terdapat 3 pendekatan dasar untuk

menerapkan strategi konsentrasi, yaitu: Pengembangan pasar.

2. Strategi diversifikasi.

Strategi diversifikasi merupakan salah satu strategi yang populer dan seringkali

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis internal faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam

pengembangan usaha tenun ulos Mutiara Manalu adalah:

1. Kekuatan yang dimiliki oleh usaha tenun ulos Mutiara Manalu yaitu kualitas

benang yang baik, keterampilan yang sudah matang dan kreativitas dalam

memadupadankan warna, suasana lingkungan kerja yang aman, produk yang

dihasilkan bernilai seni tinggi, dekat dengan sarana transportasi.

2. Kelemahan yang dimiliki yaitu tidak mau mengikuti pelatihan dan menggunakan

dana koperasi,belum memiliki karyawan, tidak memiliki sistem pencatatan

keuangan, tidak mempunyai manajemen yang baik, sering menolak pesanan dari

penampung.

2. Berdasarkan hasil analisis eksternal faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam

pengembangan usaha tenun ulos Mutiara Manalu adalah:

1. Peluang yaitu : Pinjaman koperasi, permintaan yang selalu ada, acara-acara

pesta/adat, memiliki pelanggan tetap, semakin canggihnya teknologi, kepedulian

pemerintah dalam memperkenalkan tenun ulos, kemampuan dalam memproduksi

berbagai jenis tenun lain.

2. Ancaman yaitu : Hadirnya tenun mesin, produk substitusi, kekuatan penawaran

(50)

3. Strategi yang digunakan pada usaha tenun Mutiara Manalu sesuai hasil analisis

adalah strategi agresif. Dengan strategi alternatif yaitu : (1) Strategi pertumbuhan

konsentrasi (penetrasi pasar) adalah strategi perusahaan yang memfokuskan pada

bisnis produk/ jasa tunggal, yang sangat berkaitan. pendekatan dasar untuk

menerapkan strategi konsentrasi, yaitu: Pengembangan pasar. (2) Strategi

diversifikasi merupakan salah satu strategi yang populer dan seringkali

membuahkan hasil yang memuaskan bagi organisasi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan hasil analisis yang dilakukan faktor-faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam merumuskan strategi pengembangan Usaha Tenun Ulos Mutiara

Manalu adalah:

1. Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten

Tapanuli Utara.

2. Menambah modal untuk merekrut karyawan agar dapat memenuhi permintaan

penampung dan konsumen.

3. Membuat manajemen yang baik, dari segi waktu, keuangan, stok bahan baku serta

bidang yang lainnya.

4. Usaha Mutiara Manalu sebaiknya melakukan pemasaran agar hasil tenun dikenal

oleh masyarakat, serta tidak tergantung kepada penampung.

5. Pemerintah membuat pelatihan yang efektif dan menarik serta memperhatikan

Gambar

Tabel 3.1 IFAS
Tabel 3.2 EFAS
Tabel 3.3 MATRIK SWOT
Gambar 4.1 Gambar ulos sadum
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kekuatan yang dimiliki oleh sentra kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop Handycraft yaitu Produk UKM ini telah banyak dikenal dan memiliki mutu baik, hal ini dapat

Hal ini menunjukkan faktor peluang yang dimiliki lebih besar dari faktor ancaman, sehingga disimpulkan bahwa alternatif strategi yang digunakan untuk pengembangan usaha abon sapi

Penelitian usaha kecil Cok Ko Tengok Pematang Siantar ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan, mengetahui faktor

Tentukan bobot dan rating dari masing-masing faktor internal dan eksternal di bawah ini yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil tempe di JL... Kualitas tempe yang

Strategi ini guna dapat digunakan UD Bintang Timur Sumberpakem dalam menjaga kekuatan yang dimiliki UD Bintang Timur Sumberpakem serta menjaga kualitas produk

Tes adalah serangkaian pernyataan atau latihan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, kemampuan atau bakat intelegensia keterampilan yang dimiliki individu atau

Dalam analisis lingkungan internal yang akan menjadi titik perhatian adalah tiga aspek utama yaitu sumber daya apakah yang dimiliki oleh Kota Medan dalam sektor atau Usaha

Strategi yang berasal dari faktor kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh Usaha Batu Bata Desa Kota Agung merupakan strategi yang diciptakan dengan menggunakan