BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian
Metode yang dilakukakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian deskriptif adalah analisis data untuk meringkas dan mendiskripsikan
data numerik agar mudah untuk diinterpretasikan (Azuar Juliandi, 2003: 90). Sedangkan
menurut Hadari (1994: 73) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Metode deskriptif memusatkan perhatian kepada penemuan fakta-fakta sebagimana
keadaan sebenarnya.
Dalam buku Sumadi Suryabrata (2003: 75) tujuan penelitian deskriptif adalah untuk
membuat pencandraan secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada usaha kecil tenun ulos Batak toba yang beralamat di Jl.
Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung.
3.2 Informan penelitian
Informan penelitian adalah sumber data yang dapat memberikan informasi dan
keterangan atas keadaan atau permasalahan situasi-situasi dan lingkungannya
(Situmorang 2008: 209). Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah langsung
3.3 Defenisi Konsep
1. Strategi
Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan
serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai
tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif,
sinergis yang ideal yang berkelanjutan, sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka
panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi.
2. Pengembangan usaha kecil
Upaya ini dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi,
sistem distribusi, dan tempat usaha. Hal ini dilakukan bila perluasan usaha atau
prningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti mencapai skala
ekonomis (economics of scale).
Namun apabila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik paling
efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan, sebab akan mendorong
kenaikan biaya (Suryana 2008: 156).
3. Tenun
Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain dengan azas (prinsip) yang
sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang.
3. 4. Teknik Pengumpulan Data
1. Obervasi
usaha ini. Dalam kegiatan observasi ini peneliti akan langsung melihat bagaimana situasi
atau kodisi usaha tersebut.
2. Wawancara
Wawancara adalah dialog langsung antara peneliti dengan responden penelitian.
Pada penelitian ini peneliti mengadakan wawancara dengan Mutiara Sitanggang. dalam
wawancara ini peneliti akan mewawancarai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
operasional produksi hingga proses pemasaran.
3. Studi pustaka
Studi pustaka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melihat buku, dan
membaca situs internet sebagai sumber referensi.
3.5.Teknik Analisis Data
3.5.1. Analisis Data Deskriptif
Pendekatan deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode
deskriptif memusatkan perhatian kepada penemuan fakta-fakta sebagimana keadaan
sebenarnya.
3.5.2. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)
Cara-cara penentuan faktor strategi internal:
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam
kolom.
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting)
posisisi perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total
1,00)
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 4 (outstanding). Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) di beri nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan
membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan
variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
faktor yang lainnya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan nilai 1,0
(poor).
e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.
Nilai total ini menunjukka bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap
faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan
Tabel 3.1 IFAS
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI
INTERNAl BOBOT RATING BOBOT x RATING
1 2 3 4
Peluang
1
2
3
4
5
Ancaman
1
2
3
4
5
Total 1,00
Sumber: (Rangkuti, 2009: 25)
Kriteria Bobot Kriteria Rating
Paling penting = 0,16-0,20 Sangat baik = 4
Penting = 0,11-0,15 baik = 3
Cukup penting = 0,06-0,10 Cukup Baik = 2
Kurang penting =0,01-0,05 Kurang Baik = 1
3.5.3. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Cara-cara penentuan faktor strategi eksternal:
a) Susunlah kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman)
b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 ( sangat penting)
sampai dengan 0,0 ( tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat
memberikan dampak terhadap faktor strategis.
c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 (outstanding). Pemberian nilai rating untuk faktor peluang
bersifat positif (peluang yang maikn besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya
kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika niali ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika
nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nialinyabervariassi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dngan
1,0 (poor).
e) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nlai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini
Tabel 3.2 EFAS
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI
EKSTERNAL BOBOT RATING BOBOT x RATING
1 2 3 4
Peluang
1
2
3
4
5
Ancaman
1
2
3
4
5
Total 1,00
Sumber: (Rangkuti, 2009: 25)
Kriteria bobot Kriteria Rating
Paling penting =0,16-0,20 Sangat baik = 4
Penting = 0,11-0,15 baik = 3
Cukup penting = 0,06-0,10 Cukup Baik = 2
Kurang penting =0,01-0,05 Kurang Baik = 1
3.5.4. Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan untuk
membantu para perencana strategi dalam proses pembuatan strategi. Teknik ini
menggabungkan SWOT menjadi suatu matriks kemudian diidentifikasikan ke semua
aspek dalam SWOT dari kuadran bertemunya SWOT tersebut Mutiara strategi yang
sesuai dengan aspek-aspek SWOT tersebut. Analisis SWOT terdiri dari identifikasi faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh usaha tenun Ulos Mutiara
Manalu.
menggunakan kekuatan memanfaatkan peluang
a. Strategi SO
Strategi ini Mutiara dengan memanfatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan
besar, maka perusahaan akan berusaha untuk mampu mengatasinya dan mengubahnya
menjadi suatu peluang.
b. Strategi ST
Strategi ini dalam rangka menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini disarkan pada kegiatan yang bersifat deventif dan berusaha meminimalkan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Usaha
Usaha tenun ulos Mutiara Manalu merupakan salah usaha kecil yang bergerak
dibidang industri rumah tangga penghasil ulos yang banyak ditekuni oleh warga
masyarakat di kota Tarutung. Usaha tenun ini telah berdiri sekitar kurang lebih 40 tahun.
Usaha ini beralamat di Jl. Farel Rura Pasar Nomor 16 Tarutung.
Usaha ini diawali dari keinginan Mutiara Manalu untuk meneruskan keterampilan
yang didapatkan dari orangtuanya. Ketika masih anak-anak, Mutiara Manalu memiliki
cita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi orang Batak
bahwa pendidikan itu adalah hal yang sangat penting. orang Batak rela menderita demi
mendapatkan pendidikan. Namun keadaan ekonomi keluarga Mutiara Manalu tidak
mendukung cita-cita tersebut dan kedua orangtuanya mengatakan perempuan tidak perlu
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Demikianlah pada umumnya pemikiran
orang Batak pada zaman dahulu.
Mutiara Manalu sudah mempertimbangkan dengan matang menjadi seorang dan
tidak akan pergi merantau seperti pada umumnya teman sebayanya. Mutiara Manalu
menganggap bahwa pekerjaan yang akan didapatkan dengan pendidikan setara SD tidak
memaksakan diri karena bisa membuat manajemen waktu sendiri, tidak seperti buruh
pabrik yang harus masuk dan keluar pabrik dengan jam yang sudah ditentukan serta
adanya aturan yang mengikat.
Sejak kecil Mutiara Manalu sudah memperhatikan bagaimana teknik yang
dilakukan orangtuanya untuk bertenun. sehingga Mutiara Manalu tidak begitu kesulitan
ketika ia memutuskan untuk belajar bertenun. Orangtua Mutiara Manalu dulunya adalah
memproduksi beberapa jenis Ulos. Namun, seiring waktu Mutiara Manalu melakukan
variasi produksi, yaitu memproduksi Tenun sarung/stelan dan juga memproduksi bakal
untuk dijadikan jas. Dan yang paling banyak diproduksi untuk jenis ulos adalah ulos
sadum. Menurut Mutiara Manalu bahwa usaha ini cukup membantu untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Identitas Informan
a. Informan utama
Nama : Mutiara Manalu
Umur : 53 Tahun
Pekerjaan : Bertenun
Pendidikan terakhir : SD
b. Informan tambahan
Nama : Lina Sitanggang
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Bertenun
4.3 Jenis-Jenis Ulos
Menurut Dr. SHW. Sianipar DL (1991: 222) Ada jenis-jenis ulos sebagai berikut:
1. Ulos Ragi Pamunsai
Ulos ini mempunyai ukuran khusus dengan ragi khusus. Ulos ini dipakai untuk
martonggotonggo pada zaman dahulu, tapi sekarang tidak lagi. Bagi semua orang Batak
ulos pamunsai adalah ulos tertinggi, karena dahulu tidak semua sembarangan
memakainya. Apabila ada suatu acara pesta dan seseorang memakai ulos pamunsai, maka
orang itu sudah dapat dikatakan seorang Mangaraja.
2. Ulos Ragi Hidup
Ulos ragi hidup ialah ulos yang dibuat khusus untuk orang tua yang sudah punya
cucu. Idup artinya meminta umur lebih panjang atau ulos ini merupakan jenjang sebelum
bisa memakai ulos pamunsai. Ulos ragi idup adalah ulos laki-laki, karena itu tidak pantas
dibuat menjadi ulos perempuan seperti dibeberapa daerah sebagai ulos tondi, sedangkan
yang menerimanya seorang perempuan, umumnya anak pertama.
3. Ulos Ragi Sibolang
Kata sibolang bersal dari kata Si-bulang. Ulos ini ulos laki-laki. Dulu dalam pesta
perkawinan ulos hela adalah ulos sibolang bukan seperti sekarang Ragi Hotang. Jika
seseoarang anak pergi merantau, diberikanlah kepadanya ulos ragi sibolang dengan
pengharapan sekembalinya nanti anak itu menjadi tumpuan orang tua dan keluarga.
Ulos ini disebut sitolu tuho karena mempunyai tanda tuho tiga buah yang terdapat
pada kedua ujung ulos dan pertengahan ulos itu. Dan ulos ini khusus untuk perempuan.
Arti ketiga tuho itu adalah:
1. Hormat marhula hula
2. Hormat mardongan tubu atau manat
3. Elek marboru
Artinya yang lebih luas bahwa yang diberi ulos sitolu tuho bisa jadi ibu yang baik
membimbing anak-anaknya dan mengajarinya terhadap ruhut ni adat.
5. Ulos Ragi Bolean
Kata bolean berasal dari kata boi lean menjadi bolean. Ulos ragi bolean berarti ulos
sileanon. Orang yang memakainya atau orang yang diberikan ulos ini adalah orang
membutuhkan pertolongan, bantuan karena musibah atau sesuatu yang diperlukan untuk
membantunya agar Tuhan mengasihi dia dan menolongnya memikul musibah itu.
Apabila seorang ibu yang kematian anak, maka hulahulanya atau orang tuanya datang
membawa ikan mas kerumahnya dan mangulosi borunya itu denga ulos ragi bolean.
6. Ulos Ragi Hotang
Menurut cerita situatua, pada mulanya ulos ragi hotang dibuat sebagai ikat
pinggang kemudian berkembang menjadi ulos umum. Ragi hotang artinya ragi bulus atau
sibulusbulus tidak mempunyai arti khusus atau dikatakan ulos ini adalah ulos netral. Dulu
ulos ini hanya untuk disangkutkan di bahu sebagai pengganti sibolang pada laki-laki dan
7. Ulos Ragi Mangiring
Ragi mangiring ulos laki-laki. Pada mulanya ragi ulos ini adalah ragi untuk tali-tali
dan ikat pinggang, kemudian berkembang jadi parompa. Dulu setelah seorang anak
melewati masa remajanya dan sudah dapat marmahan pada umur kira-kira 12 s/d 15
tahun orang tua memberikan anak itu hohos dan piso. Kemudian setelah berumah tangga
dan sudah mempelajari ilmu parngoluan dan adat, maka anak itu diberikan tali-tali
sebagai tanda bahwa dia sudah boleh mengikuti pembicaraan adat, tetapi ulosnya masih
ragi hotang walaupun dia belum diterima untuk ikut bicara dalam acara itu.
8. Ulos Bintang Maratur
Sebenarnya melihat ulosnya tidak menunjukkan arti seperti namanya. Mula-mula
ulos bintang maratur tidak disebut punya ragi, tetapi oleh beberapa orang disebut bintang
maratur. karena itu bintang maratur sebenarnya adalah ulos selendang yang disebut ulos
anak-anak.
9. Ulos Ragi Parompa
Ulos ragi parompa adalah ulos yang tidak punya kepala tapi punya rambu pada
kedua ujungnya. Artinya ragi parompa hanya satu yaitu agar anak itu tulus laho
magodang yang diberikan tulangnya kepada berenya pada waktu menerima nama dari
orangtuanya. Sekarang ulos ini tidak dibuat orang lagi, dan sebagai gantinya diberikan
ulos ragi mangiring.
10. Ulos Sadum
Ulos ini mempunyai ragam warna yang cerah. Biasanya ulos ini dipakai dalam
kepada pejabat/ tokoh masyarakat dengan tujuan sebagai bentuk pemberian rasa hormat
dan rasa kasih sayang.
Gambar 4.1 Gambar ulos sadum
ulos sadum tenun tradisional ulos sadum tenun mesin
Dari beberapa jenis ulos di atas untuk saat ini yang paling banyak diproduksi oleh
Mutiara Manalu adalah ulos sadum. Hal ini dikarenakan bahwa saat ini penggunaan ulos
sadum lebih banyak digunakan untuk acara-acara tertentu yang bisa dijadikan sebagai
kenangan, sebagai hiasan, souvenir atau untuk fungsi lainnya.
4.4 Analisis Lingkungan
Akibat menggejalanya revolusi informasi dan globalisasi, lingkungan kini
mengalami perubahan yang luar biasa dan intensitasnya semakin sering serta sukar sekali
diramalkan. Akibatnya, persaingan menjadi semakin ketat dan permasalahan yang
dihadapi oleh perusahaan semakin rumit. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis
oleh perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat mewaspadai dan memahami
implikasi-implikasi perubahan untuk kemudian dapat bersaing secara efektif.
4.4.1 Analisis Lingkungan Internal Usaha Tenun Ulos Mutiara Manalu
1. Faktor Produksi dan Operasi
Manajemen produksi dan operasi dapat membantu memutuskan cara peningkatan
perusahaan berkenaan dengan pengembangan rencana produksi, sistem pengendalian
yang diteliti, peningkatan produktivitas, hubungan dengan pemasok, dan keputusan
tentang lokasi usaha yang dapat menuntun pencapaian keunggulan bersaing yang penting
bagi perusahaan.
Pelaksanaan produksi ada aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu: perencanaan
produksi (jenis barang yang diproduksi, kualitas barang, jumlah barang, bahan baku),
pengendalian produksi (menyusun perencanaan, membuat penjadwalan kerja,
menentukan kepada siapa barang akan dipasarkan) dan pengawasan produksi
(menetapkan kualitas, menetapkan standar barang, pelaksanaan produksi tepat waktu).
Dalam kegiatan produksi usaha tenun ulos Mutiara Manalu ini diproses dengan
tangan manusia secara manual. Alat tenun terdiri dari:
1. Tundalan, yaitu sandaran punggung. Selain itu juga berfungsi untuk cantelan
mengikat dan menahan benang.
2. Pagabe, berfungsi nuntuk memegang benang yang dipintal.
3. Baliga, berfungsi untuk menyususn dan mengatur benang.
6. Anian.
7. Purada.
8. Singer
9. Lidi. Untuk membentuk motif.
10. Hapit
11. Turak
12. Balobas
Produksi yang dilakukan oleh Mutiara Manalu adalah dilakukan mulai hari
senin-jumat. Ada 2 jenis benang yang digunakan untuk memproduksi tenunan, yaitu benang
putar (agak kasar) digunakan untuk pembuatan ulos dan bakal jas sedangkan benang
100 (benang halus) digunakan untuk pembuatan tenun sarung. Usaha ini tetap melakukan
produksi karena permintaan dari penampung atau pelanggan selalu ada. Kegiatan
pembuatan ulos ini memiliki proses yang sedikit rumit dan membutuhkan waktu yang
lama. Untuk menghasilkan 1 ulos petenun harus menghabiskan waktu selama 2 sampai 3
hari.
Jenis tenun ulos sadum terdiri atas 2 yaitu:
a. Ukuran kecil.
Untuk memproduksi ulos sadum berukuran kecil diperlukan benang sebanyak 6
gulungan (6 Labean). Dapat diperkirakan modal untuk pembuatan ulos ukuran ini sekitar
kurang lebih Rp30.000,00 dengan harga jual minimal Rp100.000,00. Dan untuk
memproduksi ulos ukuran besar. Bisanya Mutiara Manalu bisa menghasilkan jenis ulos
ini 3 lembar dalam 1 minggu.
b. Tenun sadum kuran besar
Untuk membuat satu lembar ulos sadum tenun ukuran besar diperlukan benang
sebanyak 9 gulungan (9 labean) dengan harga Rp3.000,00/gulungan. Dan benang untuk
membuat motif/bunga sekitar Rp15.000. Dengan kisaran harga untuk 1 Ulos dijual
dengan harga paling murah yaitu Rp200.000,00. Dalam memproduksi ulos ukuran ini
diperlukan waktu selama 3 hari sehingga dalam seminggu hanya mampu dihasilkan 2
lembar dalam waktu satu minggu.
Biasanya ulos yang sudah siap ditenun kemudian digunting dan langsung dijual
kepada penampung dengan keadaan belum siap pakai karena ujung daripada ulos itu
belum dibordir. Sehingga penampung masih harus membordir ulos tersebut agar bisa
dijual kepada penampung. Untuk membordir ulos tersebut penampung masih harus
mengeluarkan biaya. Sehingga penampung mengambil untung yang lebih banyak jika
dijual kepada konsumen.
Dalam tenun ulos hiasan yang terdapat dalam ulos itu disebut bunga. Ada beberapa
bunga yang biasa ditenun Mutiara Manalu yaitu: Bintang-bintang, Jolma-jolma, ilik-ilik,
pohon beringin, andor gadong, bonggit, tingko-tingko, ucapan selamat (lepper), dan
persitongaan yaitu bunga-bunga khusus biasanya terdiri dari 4 tingkat. Bunga-bunga ini
berfungsi sebagai pembatas untuk mengulangi motif yang sudah dibuat diawal. Untuk
mengulangi bunga-bunga ini diurutkan kembali dari yang paling terakhir sehingga
tingko-Pada umumnya orang Batak itu mengadakan pesta adat pada bulan-bulan libur atau
musim panen yaitu: bulan Juni-Agustus (masa panen) kemudian antara bulan
Desember-Januari (libur Natal dan Tahun Baru) kecuali adat kematian yang tidak dapat
diprediksikan kapan akan terjadi. Disaat seperti inilah harga tenun ulos mengalami
kenaikan harga yaitu harga tenun ulos sadum kecil dapat dijual dengan harga Rp
150.000,00/lembar dan harga tenun ulos sadum ukuran besar dijual dengan harga
Rp250.000,00. Namun adakalanya bahwa tenun ulos tradisional mengalami penurunan
harga. Hal ini diakibatkan karena kurangnya permintaan dari masyarakat karena tidak
musim pesta adat.
Ketidakstabilan harga yang terjadi pada ulos maka Mutiara Manalu melakukan
variasi produksi yaitu memproduksi tenun sarung stelan dan bakal jas. Untuk
memproduksi tenun sarung satu set dengan selendangnya digunakan benang 100 (halus).
Berbeda dengan pembuatan ulos yang menggunakan benang putar. Pemilihan
penggunaan benang 100 ini adalah karena termasuk dalam benang kategori lembut dan
tidak mudah putus apabila ditenun, sehingga sarung yang dihasilkan nyaman untuk
dipakai oleh pengguna. Harga benang ini lebih mahal dibandingkan dengan benang putar
yaitu sekitar Rp150.000,00/kg.
Pembuatan tenun sarung ini lebih lama daripada pembuatan tenun ulos yaitu sekitar
2- 3 minggu. Jumlah benang yang digunakan adalah sebanyak kurang lebih 8 ons sekitar
Rp120.000,00 dengan tambahan motif Rp50.000,00. Namun harga jual daripada sarung
ini sudah jauh lebih mahal dibandingkan ulos ataupun bakal jas karena proses
Rp4.000.000,00 juta/set. Dalam sarung ini juga dibuat hiasan yang lebih menarik yang
disebut dengan motif agar kelihatan indah ketika dikenakan.
Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa sarung hasil tenunannya sering dipakai
oleh pengantin atau dipakai oleh masyarakat dengan kalangan ekonomi yang sudah baik.
Karena sarung hasil tenun tradisional termasuk dalam kategori yang mahal bagi
masyarakat yang memiliki ekonomi lemah. Sarung yang ditenun Mutiara Manalu sudah
digunakan dalam pernikahan artis batak.
Untuk memproduksi tenun bakal jas juga digunakan benang saratus. Untuk
pembuatan sebuah jas diperlukan 3 lembar tenunan. Dalam pembuatan tenun bakal jas ini
diperlukan 8 ons benang atau sekitar Rp 120.000,00 dengan bunga sekitar 2 gulungan
purada yaitu seharga Rp50.000,00. Bakal jas ini dapat dijual dengan kisaran harga
Rp600.000,00. Namun untuk benang yang digunakan oleh Mutiara saat ini tidak lagi
mengalami luntur atau pudar warna apabila dicuci. Hal ini dikarenakan warna benang
yang dijual saat ini tidak lagi menggunakan benang dengan pewarna alami.
Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa saat ini ulos yang mereka tenun adalah
bukan ulos yang hanya terdiri dari 3 warna (hitam, merah dan putih) seperti motif warna
zaman dahulu. Pergeseran pemahaman terhadap ulos juga mengalami perubahan kini ulos
dapat diproduksi/ditenun dengan warna yang diinginkan oleh konsumen. Menurut
pengakuan Mutiara Manalu dan juga anaknya bahwa mereka sering menolak pesanan dari
Adapun proses produksi yang dilakukan yaitu:
1. Pengadaan benang
Usaha tenun ulos mempunyai pemasok dalam pengadaan bahan baku yaitu berupa
benang yang didapatkan di pasar setempat. Benang ini dapat dibeli secara perkilo untuk
benang saratus ataupun secara pergulungan (labean) untuk benang putar. Benang yang
dijual sekarang sudah dijual dengan berbagai warna sehingga bebas memilih warna
sesuka hati. Tidak seperti benang zaman dahulu yang dijual hanya benang warna putih
dan kita yang akan mewarna sendiri. Hal ini merupakan salah satu hal yang membawa
dampak positif bagi para petenun. Menurut Mutiara Manalu bahwa harga benang pada
saat ini berada pada harga normal.
2. Pengolahan bahan baku terdiri dari :
a. Pengkanjian benang
Sebelum benang tersebut diolah menjadi ulos terlebih dahulu dikanji. Caranya
benang yang ingin ditenun dibuka dari gulungannya kemudian dicelupkan hingga merata
kedalam campuran air panas dan kanji. Tujuan dari pengkanjian ini adalah agar benang
tidak mudah putus ketika ditenun.
b. Pengeringan benang
Pengeringan benang yang dilakukan oleh usaha tenun ulos Mutiara Manalu adalah
dengan pengeringan secara alami yaitu dengan sinar matahari. Proses pengeringan ini
memakan waktu sekitar 30 menit. Namun, waktunya bisa lebih apabila matahari tidak
c. Digulung (ordong)
Setelah benang yang sudah dikanji tersebut dikeringkan maka proses selanjutnya
adalah menggulung (mangordong) masing-masing diordong hingga membentuk 1 labean
dalam gulungan.
d. Proses mangani
Dalam proses mangani ini ada alat khusus yang disebut ani. Di-ani maksudnya
adalah benang yang telah dijemur tersebut disusun dengan rapi untuk membentuk pola
dari pembuatan ulos sifatnya seperti membentuk persilangan dan disisipkan benang nilon
sebagai pembatas.
e. Ditotar
Ditotar maksudnya adalah merapikan kembali benang yang sudah di-ani hingga
membentuk pola tenunan yaitu lebar dan panjangnya.
f. Diputik
Diputik maksudnya pembentukan bunga/motif yaitu dengan menggunakan lidi-lidi
kecil sebanyak 6 untuk pembuatan ulos. namun untuk pembuatan sarung memiliki jumlah
lidi lebih banyak. Dengan hitungan dalam 1 lidi terdapat 3 benang.
3. Proses Tenun.
Keadaan ini dimana benang-benang telah di-ani dan sudah dihitung siap untuk
dibentuk sesuai pesanan penampung/konsumen.dalam proses tenun ini digunakan
balobas untuk merapatkan/merapikan benag-benang yang disisipkan sabagai ipahan
tenun. Kemudian lidi yang sudah diletakkan pada tenunan secara bergantian ditarik
2. Pemasaran
Secara umum petenun tidak mengerti masalah pemasaran dan menganggap bahwa
pemasaran tidak terlalu penting karena tidak secara langsung terjun untuk memasarkan
hasil tenun. Biasanya para petenun menjual hasil tenunannya kepada penampung atau
kepada konsumen yang memesan langsung. Kelamahan penjualan langsung kepada
penampung adalah bahwa penampung dapat mengendalikan harga dari produsen. Bahkan
adanya yang dimodali oleh penampung. Maka para petenun tidak mengerti bagaimana
perkembangan pasar dan fluktuasi harga yang terjadi di pasar.
Salah satu hal yang tidak diperhatikan oleh pemerintah Tapanuli Utara adalah
ketersediaan pasar tradisional khusus untuk para ulos untuk memasarkan hasil tenun
mereka kepada konsumen. Sehingga bisa mengetahui bagaimana perkembangan harga
yang terjadi di pasar.
Pengembangan akses pasar yang lebih luas bertujuan untuk mendapatkan
pelanggan yang lebih banyak agar mampu mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan program promosi secara langsung melalui
selebaran-selebaran ataupun melalui media sosial yang saat ini sudah banyak digunakan
para pengusaha pada umumnya. Penggunaan media sosial sebagai sarana
memperkenalkan hasil tenun ke pasar dapat menghemat waktu dan biaya promosi. Saat
ini bahwa keberadaan tenun termasuk songket Batak sudah semakin dikenal oleh
masyarakat luas, bahkan sudah tidak jarang artis Batak yang menggunakan pakaian
pernikahan menggunakan songket Batak yang dihasilkan oleh petenun dari daerah
mengembangkan usaha tenun sebagai salah satu aspek bisnis yang akan semakin
mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan teknologi dan kreativitas para
pebisnis.
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan potensi yang merupakan asset dan berfungsi
sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan
eksistensi organisasi. Usaha kecil yang bersifat rumahan pada umumnya tidak terlalu
banyak mengandalkan tenaga kerja/karyawan. Namun pada umumnya usaha rumahan
hanya memaksimalkan tenaga yang mereka miliki tanpa merekrut karyawan. Seperti
usaha tenun ulos Mutiara Manalu yang hanya mengandalkan tenaga sendiri dan anaknya
untuk membantunya dalam menjalankan usaha ini.
Keputusan untuk tidak merekrut karyawan adalah karena terbatasnya modal yang
mereka miliki. Selama ini pendapatan dari penjualan ulos hanya bisa membantu suami
memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Mutiara Manalu sering kewalahan untuk
memenuhi permintaan. Sementara Mutiara tidak memiliki karyawan untuk membantu
menenun ulos. Sehingga hanya menerima pesanan sesuai dengan batas kemampuannya
dalam menenun ulos. Menurut hasil pengamatan peneliti bahwa manajemen waktu yang
dilakukan Mutiara Manalu belum efektif. Terkadang mereka memulai pekerjaan dengan
sesuka hati meskipun banyak pesanan yang mereka dapat dari penampung.
yang berkualitas dan tetap mampu bersaing di tengah persaingan yang semakin ketat.
Faktor sumber daya manusia yang baik dan berkualitas akan menghasilkan produk yang
berkualitas juga. Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa biasanya yang
menggunakan sarung dan ulos tenunannya adalah kalangan orang yang memiliki
ekonomi yang sudak lebih baik. Hal ini disebabkan bahwa pelanggan memilih hasil tenun
tradisional yang dilihat dari sisi kualitasnya bukan dari segi harganya. Adapun
perbandingan harga antara tenun mesin dengan tenun tradisional sudah jauh berbeda,
yakni tenun tradisional memiliki harga yang lebih mahal. Untuk mendapatkan sumber
daya manusia yang berkualitas Mutiara Manalu dapat mengikuti pelatihan di luar.
4. Faktor Keuangan dan Akuntansi
Adapun sistem keuangan pada usaha Mutiara Manalu belum melakukan pencatatan
keuangan dan tidak pernah melakukan pinjaman dana untuk proses jalannya usaha.
Mutiara Manalu juga tidak pernah mencatat atau membukukan jumlah produksi,
pendapatan dan pengeluaran untuk setiap bulannya. Mutiara Manalu beranggapan tidak
perlu untuk melakukan pencatatan keuangan atau melakukan pemisahan keuangan usaha
dan rumah tangga sebab usaha ini satu-satunya pekerjaan untuk menghidupi keluarga.
Segala keuntungan yang didapatkan dari hasil menenun dijadikan sebagai dana untuk
4.4 Analisis Faktor Eksternal a. Analisis Lingkungan Mikro 1. Faktor Fisik
Analisis lingkungan diperlukan untuk menilai lingkungan usaha kecil tenun ulos di
JL. Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung secara keseluruhan yang meliputi faktor-faktor
yang berada di dalam (internal) dan berada di luar (eksternal) yang dapat mempengaruhi
pengembangan usaha tersebut. Lingkungan fisik yang dimaksud disini adalah faktor
ketersediaan sumber daya untuk mendukung jalannya usaha ini.
2. Faktor Ekonomi
Dalam hal ini yang dimaksud faktor ekonomi adalah faktor pasar. Sesuai dengan
hasil wawancara bahwa faktor ekonomi/pasar sangat mempengaruhi perjalanan produksi
usaha. Kadang kala apabila harga BBM naik maka terjadi juga kenaikan harga pada
benang sebagai bahan dasar pembuatan Ulos. Biasanya untuk benang saratus harga
normalnya adalah sekitar Rp150.000/ Kg.
3. Faktor Politik dan Hukum
Adanya kebijakan pemerintah kabupaten Tapanuli Utara tentang pemberdayaan
koperasi sebagai salah satu wadah untuk menampung kreativitas masyarakat di Kota
tarutung, serta adanya pinjaman koperasi yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten
Tapanuli Utara. Namun, hal ini belum berjalan efektif dan tidak terlalu diminati oleh
masyarakat. Hal ini perlu disikapi oleh pemerintah supaya masyarakat dapat
memanfaatkan kesempatan tersebut.
namun karena anggota yang lain tidak begitu serius mengurusi hal ini sehingga sampai
saat ini pinjaman tersebut tidak dapat mereka nikmati. Petenun yang lain beranggapan
bahwa proses yang akan mereka ikuti akan sangat lama dan membuang waktu.
Sebenarnya dengan adanya kebijakan pemerintah dengan bantuan pinjaman
koperasi Rp5.000.000/tahun ini cukup membantu bagi para petenun karena pinjaman ini
murni tanpa bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Tetapi karena didaerah ini
tidak begitu serius mengurusnya sehingga pinjaman itu hanya dapat dirasakan oleh
petenun di daerah lain.
4. Faktor Sosial Budaya, dan Demografi
Faktor sosial budaya dan demografi merupakan faktor yang memberikan dampak
positif bagi keberlangsungan usaha kecil tenun Ulos Mutiara Manalu. Dimana daerah
Tarutung adalah mayoritas jumlah penduduknya adalah suku Batak yang memiliki pola
pandang yang positif terhadap Ulos. Sebagai masyarakat Batak, yang memiliki system
keterikatan dan memegang teguh adat istiadat maka pada umumnya masyarakat di daerah
Tarutung masih menggunakan ulos dalam berbagai acara/kegiatan yang mereka lakukan.
Usaha tenun Ulos Mutiara Manalu tidak terlalu jauh dari sarana transportasi, dekat
dengan pemasok yaitu pasar Tarutung. Dimana setiap harinya di pasar Tarutung ada
penjual benang dan perlengkapan lainnya. Sesuai dengan hasil wawancara dengan
beberapa pemasok benang, bahwa benang yang mereka jual adalah benang yang berasal
5. Faktor Teknologi
Faktor teknologi yang semakin berkembang dapat memudahkan para pengusaha
tenun untuk dapat melakukan kegiatan bisnis sampai ke luar daerah bahkan sampai ke
luar negeri tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat asalkan ada jaringan untuk
memanfaatkan media internet.
a. Analisis Lingkungan Industri
Analisis lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal usaha
tenun ulos Mutiara Manalu yang menghasilkan komponen yang secara normal memiliki
implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional usaha.
1. Ancaman Masuknya pendatang Baru
Pada umumnya masyakakat di daerah Tarutung sejak kecil sudah diwariskan
keterampilan bertenun. Mutiara manalu adalah seorang petenun senior. Mutiara Manalu
dipercayai oleh masyarakat sekitar untuk mengajari cara bertenun dan telah bergerak di
bidang usaha yang sama. Pendatang baru yang sangat berpengaruh dalam usaha tenun
ulos adalah pendatang yang bertenun dengan menggunakan tenun mesin. Dimana
kedatangan usaha tenun mesin ini mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk
membeli ulos hasil tenun tradisional yang diakibatkan oleh keadaan ekonomi. Masyarakat
cenderung untuk memilih mengunakan tenun mesin karena ulos hasil tenun mesin lebih
murah dibandingkan ulos hasil tenun tradisional.
Untuk menghadapi hal tersebut maka usaha Mutiara Manalu selalu berusaha
membuat kualitas hasil tenun yang lebih baik dan lebih rapi dibandingkan dengan tenun
dan menggunakan tenun mesin. Sehingga tidak terlalu memperhatikan mutu hasil tenunan
secara detail.
2. Persaingan diantara Perusahaan yang Sama
Banyaknya petenun di daerah Tarutung dan khususnya di daerah Rura Pasar tidak
ditanggapi terlalu serius walaupun hal tersebut bisa menjadi ancaman langsung bagi
tenun ulos Mutiara Manalu. Karena Mutiata merupakan seorang petenun senior yang
telah mengajari banyak orang untuk bertenun di lingkungannya dan sejak dahulu sudah
mempunyai langganan yaitu penampung ulos Usaha Kembar. Persaingan yang dirasakan
oleh para petenun adalah bagaimana membuat hasil tenunan menjadi lebih rapi dan lebih
menarik supaya harganya lebih mahal dibeli oleh penampung.
3. Ancaman Produk substitusi atau Jasa Pengganti
Produk substitusi maksudnya adalah produk-produk yang dapat menjadi alternatif.
Produk substitusi dari usaha tenun ulos adalah sarung. Masyarakat Batak modern
beranggapan bahwa lebih baik membeli sarung dibandingkan membeli Ulos. Produk
substitusi ini muncul karena adanya pergeseran pola pandang terhadap ulos. Dari segi
pemakaiannya, masyarakat lebih sering memakai sarung. Ulos hanya dipakai dalam
acara-acara tertentu. Ada istilah yang familiar dalam masyarakat bahwa ‘’ulos itu yang
memakai adalah lemari karena lebih sering disimpan dalam lemari dibandingkan dipakai
dalam kehidupan sehari-hari”. Namun disisi yang lain, keberadaan produk substitusi ini
juga dapat menjadi peluang untuk dapat mengembangkan usaha tenun bukan untuk
4. Kekuatan Penawaran Pembeli
Dalam dunia usaha tenun ulos, kekuatan penawaran pembeli itu berasal dari
penampung karena pada umumnya petenun termasuk Mutiara Manalu tidak mengerti
masalah pemasaran sehingga penampung bebas menentukan harga kepada produsen. Ada
beberapa petenun yang sudah dikendalikan oleh penampung karena tersebut diberikan
modal untuk membuka usaha tenun. Apabila tidak menjual langsung kepada penampung
maka mereka akan kewalahan untuk menjual hasil tenun mereka. Apabila misalnya tidak
laku, maka mereka akan rela rugi dengan menjual kepada penjual ulos dipasar dengan
harga yang sangat rendah.
5. Kekuatan Pemasok
Pemasok yang dimaksud disini adalah penjual benang yang berada di pasar
Tarutung. Masalah pemasok sangat mempengaruhi keadaan suatu usaha. Adapun benang
yang dijual di pasar Tarutung sebagai bahan pasokan untuk para petenun adalah benang
yang berasal dari Bandung. Mutiara Manalu sejak dahulu sudah memiliki langganan
khusus sebagai pemasok yang bersumber dari pasar Tarutung. Mereka sudah lama
menjalin hubungan kerjasama yang baik. Pembayaran boleh dilakukan dengan
memberikan panjar atau pelunasan dikemudian hari setelah kain tenun sudah terjual.
4.6 Analisis SWOT
Dalam penelitian ini peneliti menganalisis dengan menggunakan SWOT sebagai
alat untuk membantu dalam mengembangkan usaha tenun ulos. analisis SWOT
merupakan suatu analisis untuk dapat mengidentifikasi berbagai faktor ancaman dan
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh tenun
Mutiara Manalu.
4.6.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman
Berdasarkan hasil analisis internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan
usaha kecil tenun ulos. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :
a. Identifikasi faktor kekuatan
Usaha tenun ulos Mutiara Manalu merupakan salah satu usaha tenun yang sudah
termasuk lama berdiri di Jalan Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung. Adapun lokasi usaha ini tidak terlalu jauh dari pinggir jalan raya sehingga dekat dengan akses transportasi
sehingga mudah untuk mendapatkan bahan produksi dan juga daerah ini merupakan
daerah yang aman.
Kualitas benang yang digunakan usaha tenun Mutiara Manalu adalah benang yang
memiliki kualitas baik yang disebut dengan benang saratus. Berbeda dengan benang
yang digunakan petenun lainnya. Untuk menghasilkan sebuah tenun yang baik Mutiara
Manalu mempunyai kreativitas dalam memadupadankan warna.
b. Identifikasi faktor kelemahan
Usaha tenun ulos Mutiara manalu masih memiliki pola pikir yang dimanajemen
sebagai petenun. Mutiara Manalu tidak mau menggunakan pinjaman koperasi sebesar
Rp5.000.000,00/tahun yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang mata
diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Usaha ini merasa selalu kekurangan modal
dalam melakukan pengembangan usaha.
Usaha ini juga belum mempunyai manajemen waktu yang baik dalam melakukan
kegiatan produksi. Biasanya mereka bekerja tergantung keinginan mereka yang
mengakibatkan akan adanya penolakan permintaan. Dari segi pencatatan keuangan, usaha
ini belum melakukan pencatatan keuangan tidak pernah mencatat apapun yang terjadi
didalam proses perjalanan usaha.
Untuk dapat memperoleh pasar yang lebih luas maka seharusnya usaha ini
mempunyai sistem pemasaran. Namun hal ini tidak dilakukan oleh Mutiara Manalu
Tabel 4.1
Matriks IFAS
Faktor Strategi Internal Bobo Rat Bobot x Rating
Kekuatan
1. Menghasilkan produk berkualitas.
2. Keterampilan yang sudah matan kreativitas dalam memadupad warna.
3. Suasana lingkungan kerja yang a 4. Produk yang dihasilkan bernila
tinggi.
5. Dekat dengan sarana transportas
0, 20
1. Tidak mau mengikuti pelatiha menggunakan dana koperasi. 2. Belum memiliki karyawan. 3. Tidak memiliki sistem penc
keuangan.
4. Tidak mempunyai manajemen baik.
5. Kelangsungan usaha terga penampung.
6. Tidak memiliki system pemasara
0,10
Sumber: Data diolah peneliti, 2014
Dari table 4.2 menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar daripada
kelemahannya. Adapun subtotal untuk kekuatan adalah 1,75 sedangkan kelemahannya
adalah 1,1. Selisih daripada kekuatan dan kelemahan adalah sebesar 0,65. Skor total
matriks IFAS sebesar 2,85 menunjukkan posisi usaha kecil berada pada posisi baik dalam
b. Faktor Peluang
Perkembangan usaha tenun merupakan peluang besar bagi pemilik modal yang
cukup. Adanya bentuk kepedulian pemerintah dalam memperkenalkan hasil-hasil tenun
ulos dapat menjadi peluang bagi usaha tenun Mutiara Manalu karena secara tidak
langsung pemerintah berperan dalam mendukung petenun.
Perkembangan zaman juga mempengaruhi pola pikir masyarakat bahwa saat ini ulos
digunakan bukan hanya dalam acara adat Batak. tetapi dalam berbagai acara, dapat
digunakan sebagai bentuk kenangan, penghargaan, dan penghormatan, juga digunakan
untuk acara religi bahkan sudah digunakan sebagai busana dengan desain yang indah.
Dari segi teknologi, usaha ini seharusnya mampu memasarkan produk yang mereka
hasilkan supaya dikenal oleh masyarakat luas. Saat ini tenun Batak sudah mulai
diperkenalkan hingga ke luar negeri. Mutiara Manalu memiliki kemampuan dalam
menghasilkan berbagai bentuk tenun lainnya, seperti sarung, bakal jas, dan selendang.
Seiring dengan berjalannya waktu usaha ini berjalan sudah cukup lama yaitu sekitar
40tahun, dan sudah mempunyai memiliki penampung khusus, sehingga hasil tenun tidak
pernah tertahan.
c. Identifikasi faktor ancaman
Ketidakstabilan perekonomian dapat menjadi ancaman, karena dengan naiknya
harga bahan bakar minyak maka secara otomatis juga akan mempengaruhi kenaikan
harga pada berbagai hal termasuk kenaikan harga benang yang digunakan sebagai bahan
pokok dalam bertenun.
daripada menggunakan tenun tradisional. Namun, jika dibandingkan dari segi kualitas,
tenun tradisional jauh lebih baik hasilnya dibandingkan tenun mesin.
Perubahan pola pandang masyarakat terhadap ulos juga termasuk menjadi salah
satu ancaman bagi usaha tenun ulos Mutiara Manalu. Pada zaman dahulu, dalam adat
Batak itu dikenal dengan adanya pemberian ulos sebagai bentuk kado kepada yang
menikah, namun seiring pergeseran pola pikir saat ini sudah tidak jarang lagi digunakan
sarung atau benda bentuk lain sebagai pengganti ulos.
Usaha tenun Mutiara Manalu tidak begitu dikenal oleh masyarakat secara umum,
sehingga langganan tetap mereka adalah penampung. Menurut pengakuan Mutiara
Manalu bahwa dalam menjual suatu produk terhadap penampung terdapat penawaran
yang kuat oleh penampung. Hal ini tidak dapat dibantah sebab apabila tidak sesuai
dengan permintaan oleh penampung, hasil tenun mereka tidak akan laku dan tentunya
Table 4.2 Matriks EFAS
FAKTOR STRATEGI EKSTERN BOBOT RATING BOBOT x RATING
Peluang
1. Pinjaman koperasi.
2. Permintaan yang selalu ada. 3. Acara-acara Pesta/adat. 4. Memiliki pelanggan tetap.
5. Semakin canggihnya
8. Tenun Batak sudah semakin terkenal
1. Hadirnya tenun mesin.
2. Produk substitusi.
3. Kekuatan tawar pembeli.
4. Kenaikan harga bahan baku 5. Pergeseran pola pandang
terhadap ulos.
6. Hadirnya pemasok ulos tenun mesin dari daerah lain
0,05
Sumber: Data diolah peneliti, 2014
Tabel 4.2 Matriks faktor eksternal usaha tenun ulos Mutiara Manalu menunjukkan
bahwa peluang yang dimiliki lebih besar daripada ancaman. Peluang memiliki subtotal
1,8 dan ancaman yang dimiliki sebesar 0,80. Dari hasil tersebut dapat selisisihnya sebesar
Diagram Cartesius
Dari hasil analisis diatas bahwa strategi pengembangan usaha dapat dilihat didalam
diagram berikut.
Diagram 4.1 Diagram Analisis SWOT
Sumber : diolah oleh peneliti (2014)
Dari diagram diatas menunjukkan bahwa posisi usaha tenun ulos berada pada
kuadran I yaitu posisi ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang perlu diterapkan adalah strategi agresif. Usaha tenun ini perlu melakukan strategi
agresif yang dapat disesuaikan dengan kondisi usaha yaitu: strategi pengembangan pasar,
dan strategi diversifikasi.
0,9
0,65
S (1,75) W (1,1)
T (0,8) O (1,75)
IV. Strategi Diversivikasi II.Strategi Turn-Around
III.Strategi Defensif
4.5Matriks SWOT Usaha Kecil Tenun Ulos
Tabel 4.3
Matriks SWOT Usaha Tenun Ulos
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S)
1. Menghasilkan produk
berkualitas.
2. Keterampilan yang sudah m dan kreativitas memadupadankan warna. 3. Suasana lingkungan kerja
aman.
4. Produk ya ng dihasilkan b seni yang tinggi.
5. Dekat dengan sarana transpo
Kelemahan (W)
1. Tidak mau mengikuti pelat 2. Tidak memiliki karyawan. 3. Tidak memiliki s
pencatatan keuangan 4. Tidak mempunyai mana
waktu yang baik
5. Kelangsungan usaha terga pada penampung.
Peluang (O)
1. Pinjaman koperasi.
2. Permintaan yang selalu a 3. Acara-acara Pesta.
8. Tenun Batak semakin ter
SO
1. Mempertahankan kualitas tenun untuk menjaga hub baik dengan penampung m konsumen.
2. Manfaatkan pinjaman ko untuk mengembangkan usah 3. Menjalin hubungan baik d pemerintah juga pada pemas 4. Berusaha memenuhi permin
WO
1. Mengikuti pelatihan menggunakan dana ko yang disediakan pemerintah.
2. Melakukan pembelian bahan baku.
3. Memanfaatkan teknologi media sosial untuk memp mesin dari daerah lain.
ST
1. Tingkatkan kreativitas dan
mempertahankan kualitas tenun.
Dari tabel diatas, strategi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Strategi SO
Strategi ini dengan memanfatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan
besar, maka perusahaan akan berusaha untuk mampu mengatasinya dan mengubahnya
menjadi suatu peluang.
1. Mempertahankan kualitas hasil tenun untuk menjaga hubungan baik dengan
penampung maupun konsumen
Dengan adanya kualitas yang baik yang dihasilkan maka penampung akan tetap
membeli hasil tenun dari Mutiara Manalu. Selain itu, Mutiara Manalu juga mendapatkan
permintaan dari konsumen langsung sehingga Mutiara Manalu seharusnya memberikan
kualitas produk yang terbaik. Dengan demikian biasa saja permintaan akan terus
meningkat karena adanya komunikasi konsumen melalui mulut ke mulut.
2. Manfaatkan pinjaman koperasi untuk mengembangkan usaha
Adanya modal yang disediakan oleh pemerintah setempat memberikan peluang
kepada Mutiara Manalu untuk menambah Modal agar dapat mengembangkan usaha.
Modal yang diberikan pemerintah setempat tidak mendapat bunga sebesar Rp5.000.000
juta/tahun.
3. Menjalin hubungan baik dengan pemerintah juga pada pemasok
Hubungan yang baik dengan pemasok ini diperlukan untuk menjaga
keberlangsungan kegiatan usaha tenun apabila sewaktu-waktu Mutiara Manalu tidak
memberikan peluang kepada Mutiara Manalu untuk mengikuti acara pameran di daerah
Tapanuli Utara ataupun di luar daerah.
4. Berusaha memenuhi permintaan
Permintaan yang datang dari penampung dan konsumen seharusnya dipenuhi. Hal
ini memberi peluang bahwa hasil produksi Mutiara Manalu semakin dikenal oleh
masyarakat.
Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
1. Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan pemerintah
Sebagai bentuk kepedulian pemerintah daerah Tapanuli Utara dalam mendukung
dan membangun para petenun maka dilaksanakanlah program pelatihan dan
pengembangan usaha tenun dalam waktu tertentu untuk setiap tahunnya. Program ini
dilaksanakan di Sopo Partukkoan tanpa pemungutan biaya yang diselenggarakan oleh
dinas perindustrian dan dinas koperasi Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam program ini
terdapat 2 bagian kegiatan yaitu: (1) program pelatihan dalam rangka peningkatan
pemahaman para petenun dengan mengundang para petenun senior. Pelatihan ini
bertujuan bagaimana supaya para petenun itu mampu menghasilkan tenun dengan
kualitas yang lebih baik (2) pemahaman pengembangan usaha, yang dilaksanakan dengan
mengundang para pembicara dari luar kota.
Dalam hal ini diajarkan para petenun agar memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat
pikir hanya sebagai petenun. Selain itu, pemerintah juga menyediakan pinjaman sebesar
Rp5.000.000/tahun untuk para petenun dengan tidak dibebankan biaya bunga pinjaman
serta pemerintah juga mengadakan program untuk memberikan sumbangan kepada
petenun dengan memberikan bantuan benang. Dengan adanya program ini, maka
seharusnya dapat membantu agar usaha tenun Mutiara Manalu semakin mampu untuk
bertahan ditengah ancaman yang berasal dari luar usaha serta dapat mengambangkan
usahanya agar mendapat untung yang lebih besar.
2. Melakukan pembelian stok bahan baku
Adanya ketidakstabilan harga bahan baku yang disebabkan oleh kenaikan harga
bahan bakar minyak menyebabkan kenaikan harga. Seiring dengan hal itu pula dibarengi
dengan kenaikan harga bahan baku pembuatan tenun ulos dan pembuatan tenun lainnya.
Adapun kenaikan harga ini sangat berdampak untuk kegiatan produksi ulos. Terutama
untuk kenaikan harga benang yang menjadi dasar dalam pembuatan tenun ulos.
Pembelian stok bahan baku ini diperlukan apabila sewaktu-waktu harga bahan baku
mengalami kenaikan harga. Ada kalanya petenun tidak memiliki uang yang cukup
apabila terjadi kenaikan harga bahan baku yang mengakibatkan petenun merasa
kebingungan untuk membeli bahan baku persediaan tenun. Sehingga apabila dilakukan
pembelian stok bahan baku maka dampak kenaikan harga bahan bahan bakar minyak
tidak menggangu aktivitas bertenun seperti biasanya.
3. Menyarankan supaya pemerintah memperkaya informasi tentang ulos.
Program ini dimaksudkan agar para generasi muda dan masyarakat semakin
mengetahui bahwa ulos itu mempunyai nilai yang tinggi. Rendahnya partisipasi para
permasalahan yang harus dicari jalan keluarnya. Hal ini diakibatkan bahwa generagi
muda pada umumnya menganggap bahwa ulos itu sesuatu yang tidak begitu penting
kecuali digunakan dalam acara adat saja.
Dalam upaya membangkitkan partisipasi generasi muda dalam melestarikan ulos
sebagai budaya suku Batak, pemerintah dapat melaksanakan program seminar di kampus
atau sekolah-sekolah menengah pertama atau sekolah menengah ke atas, pameran hasil
tenun dan membuat acara fashion show dengan menggunakan rancangan-rancangan
pakaian dari hasil tenun.
Rangkaian acara dapat dilaksanakan seperti air yang mengalir dari hulu ke hilir
yakni membahas asal-usul ulos, bagaimana teknik pembuatan ulos, jenis-jenis ulos, apa
yang menjadi fungsi ulos, bagaimana keberadaan ulos saat ini, serta apa saja yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan tenun ulos sebagai produk kesenian Indonesia yang
berasal dari tanah Batak.
Strategi ST
Strategi ini dalam rangka menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan.
1. Tingkatkan kreativitas dan tetap mempertahankan kualitas hasil tenun
Hasil tenun yang berkualitas akan memberikan kepuasan tersendiri bagi seorang
konsumen. Kualitas hasil tenu dapat dilihat dari benang yang digunakan, serta kerapian
tenun ulos. Adapun kreativitas yang dapat dilakukan oleh Mutiara Manalu adalah dengan
membuat hasil tenun ulos dengan lebih rapi dan membuat motif-motif yang lebih menarik
Karena menurut observasi yang pernah saya lakukan bahwa konsumen dalam pembelian
ulos cenderung melihat padanan warna ulos yang cocok, motif, tekstur, dan lebar ulos.
Strategi ini dilakukan guna mempertahankan posisi keberadaan tenun ulos Mutiara
Manalu dan mampu bersaing dengan hasil tenun lainnya.
2. Mempertahankan nilai seni dalam ulos
Dalam bertenun diharapkan bahwa para petenun tetap memelihara nilai seni yang
terkandung didalam ulos itu sendiri termasuk proses pembuatannya harus tetap dipelihara
dari alat tradisional dan walaupun prosesnya agak rumit.
3. Mengembangkan strategi pemasaran
Pemasaran yang tidak dipahami oleh Mutiara Manalu membuat penampung sesuka
hati dalam menentukan harga. Sementara penampung memberikan harga yang jauh lebih
mahal kepada konsumen. Akibat dari kurangnya pemasaran maka usaha Mutiara Manalu
tidak mengalami peningkatan.
Strategi pemasaran diperlukan untuk memperluas jaringan kepada konsumen.
Dengan tujuan agar tidak lagi menggantungkan diri kepada penampung. Pengembangan
strategi pemasaran ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial seperti
internet agar usaha Mutiara Manalu semakin dikenal oleh masyarakat luas. Pada media
internet dapat dicantumkan foto-foto hasil tenun agar dapat dilihat oleh masyarakat.
Seiring dengan hal tersebut, Mutiara Manalu dapat mengembangkan ide untuk membuat
Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat devensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
1. Tetap menghasilkan produk yang bermutu tinggi.
Sebagai salah satu karya seni yang dinilai memiliki seni yang tinggi maka
sebaiknya juga dibarengi dengan kualitas yang tinggi. Hal ini supaya pelanggan tetap
percaya kepada Mutiara Manalu. Mutu tersebut dapat dilihat dari kualitas benang yang
digunakan. Saat ini masyarakat menginginkan agar tenun itu terbuat dari benang yang
memiliki warna benang yang beragam yang dapat dipadukan untuk menghasilkan tenun
yang memiliki warna menarik dan tidak luntur.
Saat ini Mutiata Manalu tidak hanya menghasilkan tenun ulos. Tetapi ada juga
dalam bentuk lain yaitu tenun sarung dan selendangnya, dan tenun bakal jas. Sehingga
apabila hasil tenun berada dalam kualitas yang baik, maka apabila digunakan dalam
bentuk lain (bukan ulos) maka pengguna merasa nyaman, dan apabila dicuci warna tenun
tersebut tidak langsung luntur dan pudar. Sehingga dapat digunakan berkali-kali karena
dapat dicuci.
2. Mengikuti pelatihan dan melakukan pembelian stok bahan baku
Bentuk kepedulian pemerintah kabupaten Tapanuli Utara terwujud dalam
pengadaan pelatihan kepada masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai petenun, serta
memberikan pinjaman koperasi tanpa bunga. Hal ini bertujuan untuk membantu para
petenun agar mampu mengembangkan usahanya. Pinjaman koperasi termasuk membantu
3. Memenuhi permintaan penampung/konsumen untuk menjaga hubungan yang baik.
4. Sesuai dengan kondisi yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa adanya
ketidakmampuan Mutiara Manalu dalam memenuhi permintaan konsumen dengan
adanya penolakan pesanan yang dilakukan oleh penampung adalah salah satu hal yang
memiliki dampak buruk bagi keberlangsungan usaha Mutiara Manalu. Sehingga pesanan
tersebut dapat dialihkan kepada petenun lain. Hal ini menjadi salah satu faktor yang
membatasi dalam mengembangkan usaha.
Agar hubungan baik dengan penampung dan konsumen tetap terjalin baik maka
Mutiara Manalu seharusnya memenuhi permintaan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat manajemen yang baik dan melakukan penambahan karyawan. Manajemen
waktu yang baik dapat memberikan nilai positif bagi Mutiara Manalu contohnya : mampu
menyelesaikan target pesanan, tidak banyak waktu yang terbuang sia-sia, dan mampu
4.7 Pembahasan
Usaha tenun merupakan salah satu usaha yang termasuk dalam usaha kecil. Usaha
tenun Mutiara Manalu dapat menghasilkan beberapa jenis tenun yaitu tenun ulos, tenun
sarung, tenun selendang, dan tenun bakal jas.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha Mutiara Manalu yaitu
analisis terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang
dan ancaman) bahwa pada tabel 4.3 yaitu matriks internal Analysis Summary (IFAS),
adapun subtotal untuk faktor kekuatan mendapat 1,75 sedangkan kelemahannya adalah
1,1. Sedangkan pada tabel 4.4 Matriks Eksternal Analysis Summary (EFAS) mendapat
hasil bahwa faktor peluang memiliki subtotal 1,8 dan ancaman yang dimiliki sebesar
0,80. Sehingga dapat disimpulkan bahwa posisi Usaha Tenun Ulos pada diagram analisis
SWOT terletak dikuadran I dengan strategi agresif yaitu strategi pertumbuhan.
Penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yaitu Yulie A.C. Hutagalung
(2013) dengan judul “ Strategi pengembangan Bisnis Studi pada RM Minang Setia Jalan
Jamin Ginting No. 326, Medan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi
yang perlu diterapkan untuk pengembangan bisnis RM Minang Setia Jalan Jamin Ginting
No. 326, Medan adalah strategi agresif yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang.
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu
Muttaqin dengan judul skripsi “Analisis SWOT pada Pelaku Usaha Kerajinan Khas Daerah di Area Komplek Citra Niaga Samarinda”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
terlihat bahwa pelaku usaha berada dalam tahap perkembangan maju karena faktor
peluang dan kekuatan yang sangat berpengaruh terhadap usaha ini meskipun ancaman
dan kelemahan yang selalu ada dalam usaha ini. Strategi yang digunakan pelaku usaha
kerajinan khas daerah pada kuadran I adalah strategi Growth Oriented Strategy, dimana
dalam strategi ini pelaku usaha diharapkan agar bisa mempertahankan keadaaan usaha
yang sudah mulai berkembang dengan tetap menawarkan produk-produk yang unik dan
juga harga yang terjangkau serta saling bekerja sama dengan pihak pemerintah dan
pengelola untuk bersama-sama memajukan usaha kerajinan khas daerah
Menurut Rangkuti (2009), Strategi agresif merupakan merupakan situasi yang
sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam situasi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi ini didesain untuk
mencapai pertumbuhan baik dari penjualan, aset, profit atau kombinasi dari ketiganya.
Hal ini dicapai dengan cara, mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk
atau jasa, atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas.
Sedangkan menurut Jatmiko (2004: 116), strategi agresif atau strategi ekspansi
merupakan suatu keadaan dimana saatnya suatu usaha untuk melakukan pertumbuhan
dengan sasaran yang beragam. Adapun alasan untuk tumbuh adalah bahwa pertumbuhan
menjamin kelangsungan suatu uasaha/organisasi dalam jangka panjang, atau dengan kata
lain organisasi harus tumbuh jika ingin mendapatkan survive. Adapun jenis strategi yang
1. Strategi pertumbuhan konsentrasi (penetrasi pasar)
Strategi pertumbuhan konsentrasi adalah strategi perusahaan yang memfokuskan
pada bisnis produk/ jasa tunggal, yang sangat berkaitan.terdapat 3 pendekatan dasar untuk
menerapkan strategi konsentrasi, yaitu: Pengembangan pasar.
2. Strategi diversifikasi.
Strategi diversifikasi merupakan salah satu strategi yang populer dan seringkali
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis internal faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam
pengembangan usaha tenun ulos Mutiara Manalu adalah:
1. Kekuatan yang dimiliki oleh usaha tenun ulos Mutiara Manalu yaitu kualitas
benang yang baik, keterampilan yang sudah matang dan kreativitas dalam
memadupadankan warna, suasana lingkungan kerja yang aman, produk yang
dihasilkan bernilai seni tinggi, dekat dengan sarana transportasi.
2. Kelemahan yang dimiliki yaitu tidak mau mengikuti pelatihan dan menggunakan
dana koperasi,belum memiliki karyawan, tidak memiliki sistem pencatatan
keuangan, tidak mempunyai manajemen yang baik, sering menolak pesanan dari
penampung.
2. Berdasarkan hasil analisis eksternal faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam
pengembangan usaha tenun ulos Mutiara Manalu adalah:
1. Peluang yaitu : Pinjaman koperasi, permintaan yang selalu ada, acara-acara
pesta/adat, memiliki pelanggan tetap, semakin canggihnya teknologi, kepedulian
pemerintah dalam memperkenalkan tenun ulos, kemampuan dalam memproduksi
berbagai jenis tenun lain.
2. Ancaman yaitu : Hadirnya tenun mesin, produk substitusi, kekuatan penawaran
3. Strategi yang digunakan pada usaha tenun Mutiara Manalu sesuai hasil analisis
adalah strategi agresif. Dengan strategi alternatif yaitu : (1) Strategi pertumbuhan
konsentrasi (penetrasi pasar) adalah strategi perusahaan yang memfokuskan pada
bisnis produk/ jasa tunggal, yang sangat berkaitan. pendekatan dasar untuk
menerapkan strategi konsentrasi, yaitu: Pengembangan pasar. (2) Strategi
diversifikasi merupakan salah satu strategi yang populer dan seringkali
membuahkan hasil yang memuaskan bagi organisasi.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian dan hasil analisis yang dilakukan faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam merumuskan strategi pengembangan Usaha Tenun Ulos Mutiara
Manalu adalah:
1. Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten
Tapanuli Utara.
2. Menambah modal untuk merekrut karyawan agar dapat memenuhi permintaan
penampung dan konsumen.
3. Membuat manajemen yang baik, dari segi waktu, keuangan, stok bahan baku serta
bidang yang lainnya.
4. Usaha Mutiara Manalu sebaiknya melakukan pemasaran agar hasil tenun dikenal
oleh masyarakat, serta tidak tergantung kepada penampung.
5. Pemerintah membuat pelatihan yang efektif dan menarik serta memperhatikan