• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pola Pengembangan Usaha Kecil Menengah pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pola Pengembangan Usaha Kecil Menengah pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Chapter III V"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Jenis/ Desain Penelitian

Metodologi merupakan pedoman yang harus digunakan dalam memecahkan berbagai permasalahan dan mengungkapkan dalam perumusan masalah yang ada dalam penelitian. Pedoman ini yang nantinya akan memandu seorang peneliti dalam menulis dan berpikir secara tepat dan objektif dalam mencari kebenaran.

Penelitian ini bersifat kuantitatif, dimana sebahagian besar menggunakan prinsip – prinsip kerja dan memiliki desain pendekatan kuantitatif dengan memaparkan atau menggambarkan melalui tabel tunggal yang kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa strategi SWOT.

(2)

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek dari penelitian yang dapat terdiri dari benda – benda, gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber daya yang memiliki karakteristik dalam sebuah penelitian.

Populasi dari penelitian ini yang menjadi objek adalah persepsi dari usaha kecil menengah (UKM), khususnya usaha kecil yang melaksanakan aktivitasnya di kawasan Pusat Industri Kecil Medan. Rumah Toko yang diperuntukkan dan dimaksudkan untuk usaha kecil yang menjalankan usahanya di PIK sebanyak 99 unit, jadi seharusnya ada 99 unit usaha yang ada di PIK yang bergerak di bidang Konveksi dan kerajinan kulit. Dari data yang diperoleh di lapangan, usaha kecil yang beroperasi di PIK hingga tahun 2006 sebanyak 34 unit dengan kondisi 4 usaha yang telah tutup. Penelitian ini mengambil objek penelitian secara keseluruhan objek sebanyak 30 unit usaha.

3.2.2. Sampel

Dari uraian di atas, penelitian ini menggunakan metode “Total Sampling”, dalam penelitiannya, atau dalam kata lain keseluruhan objek yang akan diteliti sebanyak 30 usaha kecil PIK.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

(3)

dapat digali sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data sesuai dengan kebutuhan. Umumnya pada penelitian kuantitatif, pengumpulan data penelitian dari populasi dan sampel sekaligus juga informan (Key Informan) dilakukan dengan menggunakan alat berupa “kuesioner”.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian Kepustakaan (Library research), yaitu penelitian yang mempelajari dan mengumpulkan data – data dari literatur serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Filed research), yaitu penelitian yang mengumpulkan data – data di lapangan yang meliputi kegiatan survey dilokasi penelitian melalui :

- Wawancara, yaitu proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dengan diwawancarai (Heru Irianto dan Burban Bungin, 2003:109).

(4)

3.4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini menitikberatkan penelitian dilokasi Pemukiman Industri Kecil (PIK) Medan di Kawasan Medan Tenggara, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

3.5. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan melalui hasil penelitian selanjutnya dianalisis dalam bentuk penyajian analisa univariat, yaitu merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan mengkategorikan variabel penelitian, dalam bentuk kategori – kategori atas dasar frekuensi.

Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.

3.6. Metode Analisis

(5)

Dimana diagram mastriks SWOT yang digunakan dapat digambarkan sebagai Sumber : Wahyudi, Agustinus (1996:105)

Beberapa strategi yang diperoleh dari teknik analisa SWOT ini sebagai berikut :

1. Strategi SO (Strenght Opportunity) : memperoleh keuntungan dari peluang yang tersedia di lingkungan eksternal

2. Strategi WO (Weakness Oppurtunity) : memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar

(6)

4. Strategi WT (Weakness Treat) : memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar

Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah. Menurut Bolton (1984:9), proses untuk menganalisa suatu kasus dapat dilihat pada diagram Proses Analisa Kasus. Kasus harus dijelaskan, sehingga pembaca dapat mengetahui permasalahan yang sedang terjadi, caranya adalah dengan memahami secara keseluruhan informasi yang ada, yaitu : Memahami secara detail semua informasi dan melakukan analisa secara numerik.

3.7.Jadwal Penelitian

WAKTU PENELITIAN

NO. KEGIATAN BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan Penelitian

2. Perizinan

3. Pengumpulan Data 4. Analisa Data

5. Penyusunan Penelitian 6. Perbaikan

7. Seminar

8. Revisi Laporan

Penelitian

9. Penyelesaian Akhir

(7)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pusat Industri Kecil (PIK)

Dalam suasana Krisis Moneter yang melanda Indonesia yang diawali pada pertengahan tahun 1997 sampai saat ini masih dirasakan, Kota Medan sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif pada tahun 1998 (- 20,11%), angka tersebut jauh lebih besar dari pertumbuhan negatif yang dialami Provinsi Sumatera Utara hanya minus 11,7% dam Nasional minus 13,68%.

Pertumbuhan ekonomi Kota Medan secara bertahap tumbuh kembali, terlihat pada tahun 2001 terjadi pertumbuhan yang signifikan mencapai 5,22% tahun 2002 menjadi 5,40% hal telah mendekati pertumbuhan ekonomi sebelum Krisis Moneter yakni rata – rata 6,50%.

Sektor Industri dan Perdagangan adalah merupakan sektor yang sangat besar peranannya di dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi Kota Medan yang selama ini terpuruk sebagai akibat krisis yang berkepanjangan tersebut. Era Globalisasi menuntut para pelaku ekonomi terutama sektor Industri Kecil untuk lebih meningkatkan kemampuan dan daya saing yang lebih baik, terutama adanya pembinaan yang berkesinambungan dalam rangka peningkatan kualitas, desain produksi, management pemasaran, pemanfaatan teknologi tepat guna dan informasi.

(8)

telah membangun Perkampungan Industri Kecil (PIK) Menteng Medan sebagai sentra Usaha Kecil Kerajinan Sepatu dan Konveksi dengan jumlah 99 unit ruko sebagai sarana produksi dan sekaligus pemasaran.

Sesuai dengan Program Pembangunan Perkampungan Industri Kecil Kerajinan di Kota Medan adalah sebagai Pusat Kegiatan Produksi, Promosi dan Pemasaran hasil Usaha Kecil Kerajinan khususnya Sepatu dan Konveksi.

Untuk memperjelas gambaran umum tentang PIK, dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan beberapa data – data umum tentang PIK dengan menggunakan tabel tunggal.

Tabel 1. Jenis Kelamin Responden

No. JENIS KELAMIN RESPONDEN PERSENTASE

1. Laki – laki 25 83.33%

2. Perempuan 5 16.67%

Total 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

Data yang didapat dari PIK, menggambarkan jumlah responden atau usaha yang aktif sebanyak 30 usaha (tahun 2006), dimana responden berjenis kelamin pria sebanyak 83,33%, dan responden wanita sebanyak 16,67%.

(9)

Tabel 2. Bidang Usaha

No. BIDANG USAHA RESPONDEN PERSENTASE

1. Konveksi 9 30%

2. Kerajinan Kulit (Sepatu, Tas, dll) 21 70%

Total 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

Usaha kecil PIK memasarkan hasil produknya di sekitar Medan dan Luar Medan sebesar 33,33% dimana usaha kecil tersebut sebahagian besar memasarkannya di pajak tradisional, seperti pasar Petisah, pasar sentral dan sebahagian kecil yang di pasarkan di pasar modern (Supermarket dan Plaza). Usaha kecil yang memasarkan produknya di luar Kota Medan sebanyak 6,67%. Kota – kota faporit yang menjadi andalan usaha kecil tersebut adalah Kota Siantar dan Tebing Tinggi, Kota P. Sidempuan. Sedangkan untuk luar Provinsi, usaha kecil PIK sebahagian besar memasarkan ke Kota Pekan Baru. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Area Pemasaran

No. AREA PEMASARAN RESPONDEN PERSENTASE

1. Medan 18 60%

2. Luar Medan 2 6.67%

3. Medan dan Luar Medan 10 33.33%

Total 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

(10)

Medan sebanyak 56,67% dan sebesar 16,67% membeli bahan baku dari Luar Kota Medan dan Lokal di Kota Medan. Wawancara lebih jauh, di dapat usaha kecil yang langsung membeli bahan baku dari Jakarta dan Bandung adalah usaha kecil yang memiliki kemampuan membeli bahan baku dalam jumlah besar, serta memiliki “contact persons” di daerah tersebut, untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada data – data di bawah ini.

Tabel 4. Asal Bahan Baku

No. ASAL BAHAN BAKU RESPONDEN PERSENTASE

1. Medan 17 56,67%

2. Luar Medan 8 26.67%

3. Medan dan Luar Medan 5 16.67%

Total 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun

(11)

Konveksi di PIK dapat digolongkan terampil dikarenakan mereka rata – rata telah bekerja selama 2 tahun di usaha tersebut.

Tabel 5. Jumlah Karyawan

No. JUMLAH KARYAWAN RESPONDEN PERSENTASE

1. < 5 orang 26 86.67%

2. 6 – 10 orang 4 13.33%

3. > 11 orang 0 -

Total 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

Dari data – data yang dikumpulkan pada tabel 6 di bawah ini, di dapat gambaran, bahwa omzet dari usaha kecil di PIK sangat bervariari, dimana 56,67% beromzet antara Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 per bulan. Usaha kecil PIK yang beromzet Rp. 2.000.000 – Rp. 4.000.000 per bulan sebanyak 26,67%, sedangkan usaha kecil yang beromzet lebih besar dari Rp. 4.000.000 per bulan sebesar 16,67%.

Tabel 6. Omzet Per Bulan

No. GAJI KARYAWAN RESPONDEN PERSENTASE

1. < Rp. 1.000.000 0 -

2. Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 17 56.67% 3. Rp. 2.000.001 – Rp. 4.000.000 8 26.67%

4. > Rp. 4.000.001 5 16.67%

Total 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

(12)

kecil yang mengeluarkan biaya tiap bulannya Rp. 2.000.001 – Rp. 4.000.000 sebesar 13,33% dan usaha yang mengeluarkan biaya operasional lebih dari Rp. 4.000.001 sebesar 3,33%. Biaya operasional yang paling banyak dikeluarkan dalam satu usaha adalah biaya gaji karyawan atau pekerja, kemudian disusul Usaha Kecil yang mengeluarkan biaya pendidikan SDM dan promosi, pemilik usaha secara keseluruhan mengakui tidak ada mengalokasikan biaya kepada kedua item tersebut.

Tabel 7. Biaya Per bulan

No. BIAYA OPERASIONAL RESPONDEN PERSENTASE

1. < Rp. 1.000.000 17 56.67%

2. Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 8 26.67% 3. Rp. 2.000.001 – Rp. 4.000.000 4 13.33%

> Rp. 4.000.001 1 3.33%

Total 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

(13)

Tabel 8. Status Tempat Usaha

No. GAJI KARYAWAN RESPONDEN PERSENTASE

1. Sewa 22 73.33%

2. Beli 8 26.67%

Total 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

4.2. Sarana dan Prasarana yang Tersedia

Luas Areal Pusat Industri Kecil Menteng (PIK) Menteng Medan. Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan terletak di jalan Menteng VII Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, dengan luas areal ± 17.745 M2, di daerah tersebut sangat strategis sebagai lokasi Industri Kecil Kerajinan Sepatu dan Konveksi.

Status tanah lokasi Pusat Industri Kecil Menteng (PIK) Menteng Medan. Bangunan Rumah Toko (RUKO) Pusat Industri Kecil Menteng Medan berdiri di atas tanah hak pengelolaan No. 1/Medan Tenggara atas nama Pemerintah Kota Medan, sehingga status tanah adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah Kota Medan dan kepada Para Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Penghuni Pusat Industri Kecil diberikan Hak Guna Bangunan (HGB) atas nama yang bersangkutan.

(14)

Sarana pendukung lainnya. Dalam rangka pengembangan Pusat Industri Kecil Menteng Medan sebagai Pusat Kegiatan Produksi Sepatu dan Konveksi sekaligus Pemasaran, maka lokasi Pusat Industri Kecil Menteng Medan dilengkapi dengan berbagai sarana yang dapat mendukung kelancaran proses Produksi dan Pemasaran hasil Produksi dan Para Pengusaha Industri Kecil dan Kerajinan yang ada di PIK tersebut antara lain :

1. Jaringan yang sangat baik terbuat dari aspal hotmix dengan lebar jalan 8 m dengan parit beton.

2. Jaringan air bersih dan listrik cukup mendukung proses produksi Para Usaha Kecil Kerajinan

3. Tersedianya 1 (satu) unit bangunan permanen berlantai 2 (dua) yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pertokoan penyediaan bahan baku para Pengusaha Kecil Kerajinan yang ada di Pusat Industri Kecil Kerajinan Menteng Medan sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi/pameran tetap produksi dalam upaya memperkenalkan produksi PIK kepada dunia usaha dan masyarakat konsumen.

4. Tersedianya Kantor Kelurahan di lokasi PIK sehingga akan lebih terwujudnya keamanan dan kenyamanan yang kondusif kawasan penghuni PIK.

4.3. Maksud dan Tujuan Pembangunan PIK Menteng Medan

(15)

peningkatan kualitas Sumber daya Manusianya saja akan tetapi juga penyediaan sarana dan prasarana produksi.

(16)

Data yang digambarkan di atas, menunjukkan upaya menjadikan Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan sebagai Pusat Kecil Kerajinan Sepatu dan konveksi di Sumatera Utara dan sekaligus dalam upaya pengembangan produk unggulan Kota Medan ataupun sebagai salah satu sarana/objek wisata domestik maupun manca negara memerlukan strategi dan perencanaan yang komprehensif.

Upaya Pemerintah Kota Medan untuk menumbuhkembangkan Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan dan meningkatkan kemampuan para pengusaha kecil kerajinan sehingga dapat meningkatkan kualitas produk dalam suasana Era Globalisasi dan Perdagangan Dunia ini, akan lebih baik bila usaha kecil kerajinan tersebut berada pada lokalisasi yang terencana dengan baik di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan.

4.4. Kondisi PIK Menteng Medan

Dilihat dari pengembangannya bahwa pembangunan Perkampungan Industri Kecil Kerajinan yang lebih dikenal dengan Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan tersebut belum dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Para Pengusaha Industri Kerajinan dimaksud, hal tersebut disebabkan karena :

1. Pengelolaan Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng tersebut belum secara intensif/profesional.

(17)

Industri Kecil (PIK) Menteng Medan masih tetap mengalami hambatan dalam meningkatkan persaingan pasar.

3. Kurangnya minat dan motivasi dari Sumber Daya Manusia (SDM) Para Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Sepatu dan Konveksi untuk meningkatkan pengetahuan berbagai aspek tentang teknologi dan bisnis sehingga masih sulit untuk menerapkan teknologi tepat guna di dalam upaya peningkatan kuantitas dan kualitas produksi.

(18)

Dari kajian lebih jauh lagi, usaha kecil yang beroperasi di PIK Medan, maka di dapat, dari 34 usaha yang ruko yang digunakan sebagai tempat usaha, terdapat 4 usaha (12%) dinyatakan tidak lagi menjalankan usahanya, sedangkan yang masih beroperasi sebanyak 30 usaha kecil (88%). Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Penurunan potensi PIK ini sangat disayangkan oleh berbagai kalangan, baik LSM, pemerintah sendiri, maupun swasta. Pemerintah Kota Medan, dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, diharapkan dapat menganalisa dan mengambil langkah – langkah strategis melihat tidak optimalnya potensi PIK. Kesinambungan pembinaan dapat menjadi strategi pengembangan di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan nantinya, sehingga benar – benar PIK dapat berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Sepatu dan Konveksi di Kota Medan khususnya dalam peningkatan kelompok masyarakat dan peningkatan perekonomian Kota Medan.

4.5. Tampilan Isu Strategis

(19)

Dalam perumusan tugas pokok dan fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemko Medan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan nomor 4 Tahun 2001 sebagai berikut :

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang perindustrian dan perdagangan.

2. Melaksanakan pemberian Bimbingan, Pembinaan dalam pelaksanaan kegiatan industri dan perdagangan.

3. Menyelenggarakan Perlindungan Konsumen

4. Menetapkan tera dan tera ulang alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP).

5. Menyelenggarakan pemberian perizinan di bidang perindustrian dan perdagangan.

6. Menyelenggarakan kerjasama di bidang industri dan perdagangan.

7. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.

8. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah. Selanjutnya disebutkan bahwa prioritas pembangunan sektor industri dan perdagangan diarahkan kepada program dan target yang ingin dicapai adalah : a. Meningkatkan peranan pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) yang

diupayakan melalui :

(20)

- Peningkatan pasar melalui pameran/promosi baik tingkat regional nasional maupun internasional.

- Relokasi industri yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Medan.

- Peningkatan mutu dan desain produksi UKM terutama komoditi andalan. b. Peningkatan eksport non migas, diupayakan melalui kegiatan :

- Peningkatan daya saing terhadap komoditi sejenis berasal dari luar negeri. - Peningkatan SDM para pelaku bisnis.

- Peningkatan mutu dan kualitas produk/barang

- Pengembangan Pasar luar negeri yang menguasai informasi dan peluang pasar

- Kelancaran sarana dan prasarana transpormasi/angkutan barang.

- Menghapus biaya/pungutan liar di dalam proses arus keluar/masuk barang yang mengakibatkan biaya tinggi.

c. Meningkatkan mobilisasi industri, diupayakan melalui kegiatan: - Pelaksanaan Achievement Motivation Training (AMT).

- Dukungan dari lembaga perbankan dalam pengembangan IKM

- Meningkatkan aktifitas koperasi, asosiasi dan lembaga yang menjadi wadah IKM dalam memenuhi kebutuhan.

(21)

4.5.2. Visi yang Ingin Diwujudkan

Untuk mengetahui visi terhadap pengembangan sektor usaha kecil menengah di Kota Medan, maka diketahui dari rencana strategis dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan sebagai berikut : Terwujudnya Kota Medan sebagai Pusat Industri, Perdagangan dan Jasa yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan.

Pengimplementasian visi tersebut untuk menjadi sebuah program yang strategis dan berkesinambungan tentunya sangat tergantung pada sebesar jauh visi tersebut dapat dipahami oleh seluruh stake holder yang ada di PIK. Dari data yang di dapat sehubungan dengan pengimplementasian visi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan kepada usaha kecil yang ada di Pusat Industri Kecil, di dapat bahwa dari seluruh usaha kecil yang ada, maka usaha kecil yang mengetahui visi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan adalah 0% (tidak ada), sedangkan yang tidak mengetahui visi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan sebesar 100%. Hal yang sama juga dialami oleh implementasi visi dari Kota Medan yang tertuang di dalam Peraturan Daerah Kota Medan, dimana usaha kecil yang mengetahui visi Pemerintah Kota Medan sebesar 0% (tidak ada), sedangkan yang tidak mengetahui sebesar 100% pemahaman visi ini sangat penting dalam menentukan pengembangan stratejik yang akan dibuat, terencana dan diimplementasikan.

(22)

dan daya saing akan semakin tajam dimana AFTA 2003 merupakan tantangan bagi perekonomian global yang telah diambang pintu dalam pengembangan perdagangan internasional terutama IMT-GT sangat mendukung perekonomian Kota Medan sebagai pusat perindustrian dan perdagangan Indonesia Wilayah Barat.

Kerjasama antara Sister City Medan-Penang, Ichikawa, Medan-Kwangju dan Medan-Chingdu telah menunjukkan adanya bentuk bisnis dan adanya investor yang menanamkan modal di Medan.

Dampak dari semua kegiatan bisnis ini akan dapat merangsang dan memotivasi serta mobilisasi para pengusaha kecil di kota Medan dalam meningkatkan mutu, daya saing, desain dan produktifitas industri kecil dan menengah sebagai penggerak pembangunan serta pemberdayaan ekonomi rakyat yang menjadikan sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi kota Medan menuju Kota Metropolitan.

Pembentukan Pusat Industri Kecil (PIK) merupakan salah satu solusi melalui sentra – sentra industri ini nantinya akan dapat dimobilisasi dan diberdayakan dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing industri kecil menuju terwujudnya Kota Medan sebagai Pusat Industri, Perdagangan dan Jasa yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan.

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut perlu dilakukan tindakan terhadap Pusat Industri Kecil (PIK) Medan yaitu :

(23)

b. Pendayagunaan potensi industri di PIK sebagai penarik konsumen maupun investor.

c. Pemanfaatan potensi ekonomi regional untuk memperkuat kapasitas kota Medan.

4.5.3. Misi yang Ingin Dicapai

Dari latar belakang masalah analisis ini telah dijabarkan berbagai persoalan, potensi dan kendala yang memiliki oleh Kota Medan dalam pengembangan usaha kecil menengah yang dimilikinya, dan melalui kolaborasi dokumen dan program yang ingin dikembangkan terhadap Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng, maka dapat ditemukan misi yang ingin dicapai khususnya dalam pengembangan sektor industri kecil dan menengah ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas SDM pengusaha kecil menengah sebagai upaya untuk mempercepat proses pertumbuhan di sektor industri dan perdagangan.

2. Menjadikan sektor usaha kecil dan menengah sebagai salah satu andalan dalam roda perekonomian daerah yang pada muaranya adalah tersedianya lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan masyarakat.

3. Sektor usaha kecil dan mencegah dapat dijadikan salah satu komponen penerimaan daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). 4. Meningkatkan mutu produk usaha kecil dan menengah di Kota Medan

(24)

5. Peningkatan sarana dan prasarana yang menjadi tulang punggung dan penunjang pengembangan sektor usaha kecil dan menengah secara keseluruhan.

4.5.4. Analisis Lingkungan Eksternal

Untuk memperoleh hasil yang optimal dari analisis SWOT, maka fenomena lingkungan eksternal perlu dikemukakan untuk memperoleh detail dan dimensi yang nantinya berguna untuk mengetahui faktor ancaman yang datangnya dari lingkungan eksternal maupun peluang yang diberikan oleh lingkungan eksternal itu. Sebagaimana kita ketahui bahwa faktor – faktor eksternal yang perlu dan strategis diperhitungkan adalah faktor politik yang terjadi, perkembangan faktor ekonomi, perkembangan dan kondisi sosial yang terjadi di masyarakat, dan yang terakhir adalah perkembangan dan kemajuan teknologi yang terjadi pada lingkungan eksternal itu.

Pada analisis lingkungan eksternal ini akan diidentifikasi berbagai peluang (oppurtunities) yang perlu dikembangkan pada sektor Usaha Kecil dan Menengah di Kota Medan, serta bermacam ancaman (threats) yang perlu diantisipasi dan dicari jalan keluarnya pada masa yang akan datang.

(25)

berdampak atau menghasilkan suatu Konsekuensi sebagai peluang ataupun sebaliknya sebagai ancaman.

Melihat perkembangan akhir – akhir ini, setelah arus reformasi yang melanda bangsa dan negara Indonesia, maka implementasi yang terjadi adalah masa penyesuaian atau transisi dari suatu kondisi masyarakat yang sebelumnya terkekang menjadi masyarakat yang memiliki kebebasan. Kebebasan politik yang terjadi saat ini banyak melahirkan situasi yang menjurus pada kebebasan yang tidak berlandaskan hukum, sehingga kekacauan atau kerusuhan hampir melanda semua bagian di wilayah Indonesia.

Secara nasional kerusuhan telah terjadi, mulai dari kerusuhan di Ambon (Maluku), di Sambas (Kalimantan Barat), di Mataram (Nusa Tenggara Barat), di Sampang (Kalimantan Tengah), maupun maraknya aksi demonstrasi yang terjadi secara luas baik di Indonesia, maupun di beberapa kota besar dan strategis seperti Bandung, Medan, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta dan Solo.

Dengan adanya titik – titik kerusuhan yang berpangkal dari masalah politik, maka akan terjadi penurunan investasi dan perdagangan karena faktor keamanan ternyata sangat berpengaruh terhadap dunia usaha, karena ancaman ketertiban dan keamanan yang menjurus pada ancaman hilangnya nyawa dan harta benda privat yang dimiliki perorangan maupun sekelompok masyarakat mengabibatkan kehancuran sarana dan prasarana sosial ekonomi yang ada.

(26)

meningkat, yang jika tidak diantisipasi secara dini oleh Pemerintah Kota Medan, maka akan menjadi batu sandungan bagi proses pembangunan, khususnya juga bagi pengembangan sektor Usaha Kecil dan Menengah di masa yang akan datang.

Hasil wawancara dengan salah satu pengusaha di sektor Usaha Kecil dan Menengah, di Kota Medan, mengemukakan perkembangan politik yang berhubungan dengan faktor keterlibatan dan keamanan sebagai berikut :

“Sesungguhnya perkembangan Kota Medan saat ini telah diperkirakan sebelumnya, sebagai akibat dari euphoria reformasi dan demokrasi yang diterima secara dadakan. Namun yang dibutuhkan dunia usaha saat ini adalah jaminan keamanan dan ketertiban di tengah – tengah masyarakat, sehingga ketenangan berusaha dapat berjalan dengan semestinya. Apalagi dunia Usaha Kecil dan Menengah yang merupakan aktivitas mobilisasi manusia dari suatu tempat lain, mutlak membutuhkan rasa aman dan ketertiban yang berkesinambungan”.

Aspek ekonomi berhubungan dengan keterkaitan sektor Usaha Kecil dan Menengah di Kota Medan pada mekanisme pasar dengan daerah sekitar atau wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Medan. Dalam hal ini perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Kota Medan dianggap bersaing melalui mekanisme pasar dengan wilayah lainnya dalam merebut pangsa pasar melalui tarik – menarik proses nilai jual produk, model dan trend yang ada.

(27)

Sementara itu sektor usaha kecil yang juga dikelola oleh daerah atau kota lain di sekitar atau yang berbatasan dengan Kota Medan, berpotensi menjadi tantangan bagi sektor Usaha Kecil di Medan, seperti Daerah Binjai dan Deli Serdang dengan produk konveksinya, namun hal itu belum begitu mengkhawatirkan karena industri sepatu dan Konveksi di Sumatera Utara masih dikuasai industri oleh Medan.

Pada aspek sosial terlihat adanya keinginan dari masyarakat setempat di daerah PIK untuk terlibat dan mengembangkan kehidupannya di sektor Usaha Kecil ini secara total. Hal ini didasarkan atas pengalaman yang dialami bahwa sektor ini mampu memberikan kehidupan yang lebih baik dan terjadi peningkatan pendapatan yang positif dan berarti.

Ada beberapa sentra industri sepatu dan Konveksi yang tersebar di kecamatan Medan Denai dan Medan Area dimana volume produksi dan pemasaran mereka ternyata justru lebih besar dan memiliki daya tarik tersendiri dibanding berhubungan dengan pengusaha di lokasi PIK itu sendiri.

Selain sepatu dan Konveksi, masyarakat Kota Medan juga memiliki keahlian dalam seni sumpit bambu, anyaman tikar, perhiasan emas. Kelambu, sulam/border, dan gerabah keramik yang telah berkembang menjadi industri rumah tangga (home industry).

(28)

tentunya akan berlawanan atau berbenturan dengan aktivitas yang terjadi di sektor Usaha Kecil. Misalnya adanya kebutuhan produk dalam jumlah besar serta ketidakmampuan pengusaha untuk mengikuti selera pasar.

Untuk itu perlu adanya pendekatan atau penyuluhan secara khusus untuk menjembatani persoalan ini sehingga tidak merugikan konsumen maupun Usaha Kecil itu sendiri. Pendekatan pelembagaan atau memperkenalkan nilai – nilai manajemen usaha kecil kepada masyarakat menjadi penting melalui tokoh masyarakat atau institusi yang memiliki legitimasi di masyarakat. Juga koridor hukum juga harus diperhatikan, karena untuk menjembatani pasar regional ataupun global dengan Industri Kecil dan Menengah menjadi sangat strategis mengingat transaksi dengan pasar nasional dan internasional harus dilengkapi dengan dokumen – dokumen perundangan yang berlaku di Republik Indonesia ini.

Untuk aspek teknologi yang merupakan tuntutan dan perkembangan dunia modern juga telah merasuki dunia Industri Kecil dan Menengah secara global dan mendunia. Karena itu aspek ini perlu diperhatikan agar mampu memberikan kontribusi yang positif kepada dunia Usaha Kecil. Keterlibatan institusi negara menjadi penting untuk mensukseskan hal ini, seperti misalnya jaringan atau fasilitas listrik, telepon, internet dan lainnya.

(29)

Teknologi tentunya berkaitan dengan sumber daya manusia yang ada juga (brain-ware), sebagai operator atau pemakai (end user) dari perangkat teknologi itu. Dengan tingkat perkembangan Medan ini, maka dibutuhkan peningkatan sumber daya manusia yang memadai untuk menunjang kegiatan atau aktivitas Industri Kecil dan Menengah yang ada. Kendala sumber daya manusia harus cepat diatasi agar tidak terjadi stragnasi dari perkembangan sektor Usaha Kecil ini sendiri.

4.5.5. Analisis Lingkungan Internal

Dalam analisis lingkungan internal yang akan menjadi titik perhatian adalah tiga aspek utama yaitu sumber daya apakah yang dimiliki oleh Kota Medan dalam sektor atau Usaha Kecil, khususnya pada Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan, strategi apa sajakah yang telah dilakukan oleh institusi yang berkompeten, dalam hal ini pemerintah daerah Kota Medan yang diwakili oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, serta terakhir adalah kinerja apa sajakah yang telah dicapai selama ini.

Berbicara mengenai sumber daya yang dimiliki dalam rangka analisis stratejik manajemen, maka akan dianalisis adalah sumber daya yang menentukan dalam rantai nilai (value chain) dan dianggap berpengaruh secara positif terhadap perkembangan Usaha Kecil di Kota Medan.

Sumber daya yang ada dan dimiliki oleh Pusat Industri Kecil (PIK) Medan, dapat diringkas pada tabel berikut ini :

(30)

luas Areal ± 17.745 M2, di daerah tersebut sangat strategis sebagai lokasi Industri Kecil Kerajinan Sepatu dan Konveksi. Status tanah lokasi Pusat Industri Kecil Menteng (PIK) Menteng Medan. Bangunan Rumah Toko (RUKO) Pusat Industri Kecil Menteng Medan berdiri di atas tanah hak pengelolaan No. 1/Medan Tenggara atas nama Pemerintah Kota Medan, sehingga status tanah adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah Kota Medan dan kepada Para Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Penghuni Pusat Industri Kecil diberikan Hak Guna Bangunan (HGB) atas nama yang bersangkutan.

2. Jumlah Sarana Bangunan Pusat Industri Kecil Menteng Medan. Bangunan Rumah Toko (RUKO) yang ada dilokasi Pusat Industri Kecil Menteng Medan berjumlah 99 unit Rumah Toko (RUKO) berlantai 2 (dua), bangunan permanen dengan ukuran tanah masing-masing 4 x 12 M2 dan 1 unit bangunan Toko/Supermarket dengan bangunan dan lokasi tanah yang cukup luas.

3. Sarana pendukung lainnya. Dalam rangka mendukung pengembangan Pusat Industri Kecil Menteng Medan sebagai Pusat Kegiatan Produksi Sepatu dan Konveksi sekaligus Pemasaran, maka lokasi Pusat Industri Kecil Menteng Medan dilengkapi dengan berbagai sasaran yang dapat mendukung kelancaran proses Produksi dan Pemasaran hasil Produksi dan Para Pengusaha Industri Kecil dan Kerajinan yang ada di PIK tersebut antara lain :

(31)

- Jaringan air bersih dan listrik cukup mendukung proses produksi para industri kecil kerajinan.

- Tersedianya 1 (satu) unit bangunan permanen berlantai 2 (dua) yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pertokoan penyediaan bahan baku ara Pengusaha Industri Kecil Kerajinan yang ada di Pusat Industri Kecil Kerajinan Menteng Medan sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi/pameran tetap produksi dalam upaya memperkenalkan produksi PIK kepada dunia usaha dan masyarakat konsumen.

- Tersedianya Kantor Kelurahan dilokasi PIK sehingga akan lebih terwujudnya keamanan dan kenyamanan yang kondusif kawasan penghuni PIK.

Sarana angkutan untuk menunjang kegiatan Usaha Kecil di Kota Medan cukup memadai dengan jumlah trayek sebagai berikut :

Tabel 9.

Jalur Trayek Dan Kebutuhan Angkutan Penumpang Umum Serta Realitasnya

NO. JALUR TRAYEK KEBUTUHAN REALISASI

1. Kota Medan – Amplas 6 6

2. Belawan – Amplas 4 2

Sumber : Dari berbagai sumber

(32)

Strategi yang telah dilakukan pada waktu yang lalu oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan sebagai lembaga yang secara juridis berkompeten dalam mengelola perkembangan sektor Industri Kecil dan Menengah ini sebagai berikut :

Tabel 10.

Strategi Yang Telah Dilakukan Oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Medan

NO. BIDANG KEBIJAKAN

Kebijakan dibidang Publik

• Melaksanakan penelitian dan penyuluhan kepada produsen dan masyarakat dunia usaha.

• Membuat program yang lebih tajam yang dapat menyentuh pemberdayaan UKM Kebijakan dibidang

Teknis

• Meningkatkan fasilitas yang mendukung operasional perkembangan teknologi dan informasi

• Meningkatkan komunikasi dan informasi dan perdagangan dalam perekonomian di kota Medan.

Kebijakan dibidang kemasyarakatan

• Mengembangkan kontribusi sektor industri dan perdagangan dalam perekonomian di Kota Medan.

Kebijakan dibidang Industri

• Mengembangkan industri yang ramah lingkungan

• Pengembangan produk unggulan

• Menerapkan standar kualitas produksi

• Pembentukan kawasan PIK Menteng Medan Kebijakan dibidang

perdagangan

• Menciptakan iklim usaha yang kondusif

• Menarik investor ke Kota Medan

• Mencari peluang eksport

• Pameran dan promosi komoditi yang orientasi eksport

Sumber : Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan 2002 – 2006

(33)

perkembangan dari adanya sarana dan prasarana, serta kinerja promosi yang telah dilakukan selama ini.

Perkembangan sektor Usaha Kecil dilihat dari sudut pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah Kota Medan terlihat mengalami peningkatan. Pada tabel 3 di bawah ini menggambarkan perbandingan perolehan penerimaan eksport non migas Kota Medan, seperti berikut ini :

Tabel 11.

Data Eksport Non Migas Medan

TAHUN SEKTOR NO-MIGAS NILAI (US $) PERSENTASE

2000

Hasil Pertanian dan Perikanan

1.245.303 62,95

Hasil Industri 725.421 36,67

Hasil Kerajinan 1.583 0,08

2001

Hasil Pertanian dan Perikanan

1.105.522.850 56,22

Hasil Industri 647.543.000 32,93

Hasil Kerajinan 213.356.865 10,85

2002

Hasil Pertanian dan Perikanan

1.116.790.666 44,75

Hasil Industri 690.415.000 27,66

Hasil Kerajinan 688.542.000 27,59

(34)

4.6. Analisis SWOT

Berdasarkan analisis dan temuan isu strategis di atas, maka dapatlah diidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang dimiliki Kota Medan dalam upaya pengembangan sektor Industri Kecil dan Menengah yang dilihat dari sisi peluang (opportunity) dan ancaman (threat) bagi lingkungan eksternal, maupun kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki dari sisi lingkungan internalnya. Dimensi - dimensi inilah yang akan dipadukan dalam teknik analisis matriks SWOT untuk memperoleh isu strategis sektor Usaha Kecil bagi penemuan strategi yang tepat dan handal di masa yang akan datang.

4.6.1. Faktor Eksternal

Pada bagian sebelumnya telah dilakukan pendalaman serta elaborasi terhadap faktor – faktor eksternal yang dianggap relevan dan secara positif mempengaruhi perkembangan sektor Usaha Kecil di Kota Medan secara menyeluruh (comprehensive). Kemudian pada bagian berikut ini akan dipaparkan secara ringkas faktor – faktor eksternal yang diidentifikasi sebagai peluang (opportunity) yang dapat memberikan kontribusi bagi arah kemajuan sektor Industri Kecil dan Menengah ini, dan juga beberapa ancaman (threat) yang dapat direkam untuk diantisipasi secara dini dalam upaya mencari strategi yang jitu untuk mengatasi dan memenangkan tingkat persaingan yang terjadi pada lingkungan eksternal yang kadang sulit untuk diduga sebelumnya.

(35)

aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek teknologi yang telah dimiliki oleh Kota Medan, maka analisis berikut ini akan diletakkan pada sisi peluang maupun ancaman yang ada.

4.6.2. Peluang

Aspek politik yang muncul sebagian peluang adalah arus reformasi yang menghasilkan UU No. 22 tahun 1999 dan diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004, sebagai landasan gerak kemandirian daerah dalam pengelolaan program pembangunan secara keseluruhan, dan secara khusus dalam sektor Industri Kecil dan Menengah bagi kesejahteraan masyarakat, yang dalam hal ini adalah masyarakat yang berdomisili di Kota Medan.

Peluang dalam aspek politik ini menghasilkan kewenangan dari pemerintah daerah untuk membuat kawasan PIK yang terintegrasi dengan pengembangan Industri dan perdagangan, sehingga potensi Industri Kecil dan menengah dapat dikembangkan secara optimal.

Aspek ekonomi, dari elaborasi dan analisis yang dilakukan seperti di atas diketahui bahwa terdapat peluang yang besar dari sektor usaha kecil untuk dikembangkan secara maksimal. Potensi dan sumber daya yang ada amat memadai untuk dikembangkan, mengingat hampir semua usaha kecil yang ada belum digarap secara penuh. Investasi sektor swasta dalam pembangunan kawasan industri dalam bentuk sentra industri dan perdagangan secara signifikan belum menggerakkan sektor Industri Kecil dan Menengah secara positif.

(36)

1. Sementara letak geografis yang merupakan ibu kota menciptakan gaya hidup masyarakat yang mudah untuk bergaul secara majemuk dengan etnik – etnik pendatang lainnya. Disamping itu, wilayah Kota Medan adalah wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang besar.

2. Aspek teknologi yang telah dimiliki oleh Kota Medan sesungguhnya cukup memadai dengan tersedianya sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan oleh dunia Industri Kecil dan Menengah. Sarana perhubungan dan telekomunikasi dimiliki secara memadai.

3. Pasar lokal, regional dan nasional yang masih luas dan besar serta potensi daya serap masyarakat akan produk sepatu dan Konveksi yang masih besar. 4. Pengusaha kecil yang bernaung di bawah PIK merupakan usaha kecil yang

diprioritaskan oleh Pemerintah Kota Medan untuk menerima berbagai pembinaan dan bantuan dari berbagai institusi/lembaga.

5. Besarnya potensi dana bantuan pembinaan yang berasal dari instansi pemerintah/BUMN, dll yang dapat disalurkan menjadi modal tambahan.

6. Potensi jumlah tenaga kerja yang banyak dan upah tenaga kerja yang relatif masih kecil.

(37)

disalurkan ke usaha kecil sebesar 43,33%, dan usaha kecil menganggap murahnya upah tenaga kerja sebagai peluang sebanyak 6,67%, untuk melihat lebih jauh dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 12.

Faktor – faktor Peluang Dalam Pengembangan PIK

NO. URAIAN RESP. %

1. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan oleh dunia usaha kecil, khususnya sarana perhubungan dan telekomunikasi dimilik secara memadai.

1 3.33%

2. Pasar lokal, regional dan nasional yang masih luas dan besar serta potensi daya serap masyarakat akan produk sepatu dan Konveksi yang masih besar

7 23.33%

3. Pemerintah Kota Medan melakukan kerja sama regional dengan kota – kota besar di negara luar atau yang dikenal dengan “kota kembar” seperti IMT-GT, Twins City, dll, yang dapat mendukung luasnya potensi pasar.

2 6.67%

4. Pengusaha kecil yang bernaung di bawah PIK merupakan usaha kecil yang diprioritaskan oleh Pemerintah Kota Medan untuk menerima berbagai pembinaan dan bantuan dari berbagai institusi/lembaga.

5 16.67%

5. Besarnya potensi dana bantuan pembinaan yang berasal dari instansi pemerintah/BUMN, dll yang dapat disalurkan menjadi modal tambahan

13 43.33%

6. Potensi jumlah tenaga kerja yang banyak dan upah tenaga kerja yang relatif masih kecil.

2 6.67%

7. Lain – lain - -

Total 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006 4.6.3. Ancaman

(38)

kesadaran hukum di masyarakat sehingga berakibat pada tingginya kerawanan sosial berupa ancaman ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat. Ketegasan pimpinan atau pemerintahan menjadi lemah dalam menekan angka kriminalitas yang secara signifikan, sehingga akan mengganggu kenyamanan berusaha yang berdampak pada penurunan aktivitas sektor Industri Kecil dan Menengah.

2. Aspek ekonomi yang muncul sebagai ancaman sesungguhnya merupakan mekanisme pasar yang datang secara alamiah, dengan adanya persaingan dalam menjual produk industri yang dimiliki oleh Kota Medan dengan wilayah – wilayah yang ada disekitarnya, seperti Binjai, Deli Serdang, dan Langkat. Jika diamati dan disimak secara mendalam, Pertumbuhan Pusat Perbelanjaan, pasar tradisional dan kawasan Square ini dapat dianggap sebagai suatu ajang persaingan secara sehat dalam mempromosikan dan menjual produk andalan yang dimiliki oleh masing-masing wilayah dalam menjaring konsumen lokal maupun regional.

(39)

tuntutan manajemen, teknologi dan pelayanan (services) usaha kecil secara luas.

4. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan faktor biaya produksi, seperti minyak, listrik, dan air.

5. Pemerintah Kota Medan (khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang tidak memiliki strategi yang jelas, komitmen yang kuat, serta koordinasi yang berkesinambungan antara stake holder yang memiliki dampak langsung terhadap perkembangan PIK (Investor Besar, perbankan, PIK, Swasta, dll).

6. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang fungsi PIK serta kesetiaan masyarakat akan produk lokal yang tidak kuat dan berubah-ubah.

7. Masuknya produk – produk yang sama dari Negeri China serta masuknya produk bekas yang sama (sepatu, pakaian) dengan harga murah.

(40)

Tabel 13.

Faktor – Faktor Ancaman Dalam Pengembangan PIK

NO. URAIAN RESP. %

1. Aspek politik yang berpotensi muncul sebagai suatu ancaman ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial

1 3.33%

2. Aspek ekonomi yang muncul sebagai ancaman sesungguhnya merupakan mekanisme pasar yang datang secara alamiah, dengan adanya persaingan dalam menjual produk industri yang dimiliki oleh Kota Medan dengan wilayah – wilayah yang ada disekitarnya, seperti Binjai, Deli Serdang, dan Langkat. Jika diamati dan disimak secara mendalam, pertumbuhan Pusat perbelanjaan, pasar tradisional dan kawasan Square ini dapat dianggap sebagai suatu ajang persaingan secara sehat dalam mempromosikan dan menjual produk andalan yang dimiliki oleh masing-masing wilayah dalam menjaring konsumen lokal maupun regional.

2 6.67%

3. Aspek sosial yang ada di masyarakat yang dapat menjadi ancaman bagi pengembangan sektor Usaha Kecil di Kota Medan adalah faktor pandangan skeptic terhadap produk buatan PIK yang hidup di tengah masyarakat, dimana produk hasil buatan PIK yang selalu dicap tidak “modies” tidak tahan lama/tidak kuat, dan memandang rendah hasil karya yang dikeluarkan oleh PIK dengan lebel “AS (Ajo Sukaramai)”. Aspek teknologi yang dapat berkembang sebagai ancaman adalah kesiapan sumber daya manusianya (brain-ware) untuk mengoperasikan suatu tuntutan manajemen, teknologi dan pelayanan (services) usaha kecil secara luas.

1 3.33%

4. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan faktor biaya produksi, seperti minyak, listrik, dan air.

10 33.33% 5. Pemerintah Kota Medan (khususnya Dinas Perindustrian dan

Perdagangan yang tidak memiliki strategi yang jelas, komitmen yang kuat, serta koordinasi yang berkesinambungan antara stake holder yang memiliki dampak langsung terhadap perkembangan PIK (Investor Besar, perbankan, PIK, Swasta, dll).

3 10%

6. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang fungsi PIK serta kesetiaan masyarakat akan produk lokal yang tidak kuat dan berubah-ubah.

2 6.67%

7. Masuknya produk – produk yang sama dari Negeri China serta masuknya produk bekas yang sama (sepatu, pakaian) dengan harga murah.

11 36.67

8. Dan lain – lain - -

(41)

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

4.6.4. Faktor Internal

Faktor internal dalam analisis teknik Matriks SWOT meliputi pendalaman pada aspek sumber daya yang dimiliki Kota Medan dalam pengembangan usaha kecil, strategi yang selama telah dilakukan, dan yang terakhir adalah kinerja atau output yang telah dihasilkan dari keseluruhan interaksi antara strategi dan implementasi yang telah dilakukan. Ketiga aspek ini akan diletakkan pada aras kekuatan yang dapat digunakan pada masa yang akan datang, dan kelemahan yang harus diantisipasi serta dilakukan pembenahan bagi kemajuan usaha kecil di PIK, khususnya Kota Medan.

Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas (rangkuman) semua aspek yang ada baik sumber daya, strategi, maupun kinerja pada level kekuatan dan kelemahan dalam rangka analisis SWOT itu.

4.6.2.1. Kekuatan

1. Aspek sumber daya yang dimiliki oleh Kota Medan

- lokasi yang masih dapat dioptimalkan penggunaannya, jika dikelola dengan baik. Luas lokasi yang didukung kebijakan Pemerintah Kota sebagai daerah usaha kecil merupakan potensi di masa yang akan datang jika dikelola secara terpadu pada profesional, melalui Penataan dan promosi yang berkesinambungan.

2. Aspek strategi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan sebagai institusi yang berkompeten :

(42)

- Pengembangan sektor usaha kecil secara terpadu baik dari segi lingkungan hidup, koordinasi dengan sektor terkait lainnya, serta kepentingan masyarakat lokal sekitarnya.

3. Aspek kinerja (performance result) yang telah ada selama ini :

- Tersedianya sarana dan prasarana penunjang usaha kecil adanya sarana perhubungan (transportasi), jalan raya yang di aspal hotmix serta dilewati oleh beberapa kendaraan umum.

- Adanya kontribusi yang nyata dari sektor usaha kecil dalam menyumbang pemasukan kas daerah sebagai pendapatan asli daerah (PAD).

4. Tenaga kerja ada merupakan tenaga kerja yang terampil dan memiliki pengalaman membuat produk yang baik dan bermacam – macam.

5. Jumlah karyawan yang kecil/sedikit, sehingga ongkos produksi masih dapat bersaing dengan harga produk lainnya.

6. Tidak adanya “uang kutipan” maupun pajak illegal, sehingga aman dan tidak adanya gangguan dalam memproduksi.

7. Usaha kecil di PIK telah memiliki jaringan pemasaran yang luas, sampai ke daerah – daerah diluar Kota Medan.

8. Dapat membeli bahan baku yang berkualitas dengan harga bersaing langsung kepada pabrik pembuatannya di Jakarta dan Bandung.

(43)

untuk bersaing sebesar 23,33% diasumsikan sebagai kekuatan oleh usaha kecil, sedangkan tidak adanya “uang kutipan” sebesar 16,67%, memiliki jaringan sampai ke desa – desa sebesar 20,00%, ketersediaan bahan baku untuk dibeli kepada pusat penjualannya sebesar 10%, sedangkan lain – lain sebesar 3,33%.

Tabel 14.

Faktor Kekuatan Dalam Pengembangan PIK Di Kota Medan

NO. URAIAN RESP. %

1. Tenaga kerja yang ada merupakan tenaga kerja yang terampil dan memiliki pengalaman membuat produk yang baik dan bermacam – macam

9 30%

2. Jumlah karyawan yang kecil/sedikit, sehingga ongkos produksi masih dapat bersaing dengan harga produk

6 23.33% 3. Tidak adanya “uang kutipan” maupun pajak illegal, sehingga

aman dan tidak adanya gangguan dalam memproduksi

5 16.67% 4. Usaha kecil di PIK telah memiliki jaringan pemasaran yang

luas, sampai ke daerah – daerah diluar Kota Medan

6 20%

5. Dapat membeli bahan baku yang berkualitas dengan harga bersaing langsung kepada pabrik pembuatannya di Jakarta dan Bandung

3 10%

6. Dan lain – lain 1 3.33%

Total 30 100%

Sumber : hasil Penelitian Tahun 2006 4.6.2.2. Kelemahan

1. Usaha kecil PIK yang tidak memiliki data dan bekerja berdasarkan data yang akurat bagi perencanaan dan pengembangan usaha kecil, terutama berkaitan dengan pasar dan kekuatan pesaing.

(44)

3. Lokasi yang tidak strategis bagi pasar dan konsumen dan tidak didukung oleh promosi lokasi yang baik dan berkesinambungan. Lokasi terkesan menakutkan untuk konsumen berbelanja atau melihat produk – produk yang dihasilkan. 4. Tidak berfungsinya koperasi sebagaimana yang diharapkan dan sikap

sebahagian usaha kecil PIK yang apastis terhadap komitmen pemerintah. Sikap Pengurus koperasi yang pilih kasih dalam menyalurkan bantuan dengan adanya usaha kecil “anak emas”.

5. Tingkat SDM pekerja dan pemilik usaha kecil yang tidak memiliki kreativitas menciptakan desain sendiri yang menarik dan mampu memenuhi selera pasar. 6. Bangunan Ruko yang ada di PIK sebahagian besar tidak berfungsi seperti

yang diharapkan menjadi kawasan usaha kecil.

7. Produk tidak memiliki standarisasi mutu dan segmentasi produk di pasar yang tidak ada.

Tabel 15.

Faktor Kelemahan Dalam Pengembangan PIK

NO. URAIAN RESP. %

1. Usaha kecil PIK yang tidak memiliki data dan bekerja berdasarkan data yang akurat bagi perencanaan dan pengembangan usaha kecil terutama berkaitan dengan pasar dan kekuatan pesaing.

2 6.67%

2. PIK maupun usaha kecil tidak memiliki perencanaan usaha yang baik, serta memiliki keterbatasan modal usaha dan teknologi produksi yang masih menggunakan teknologi lama.

4 13.33%

3. Lokasi yang tidak strategis bagi pasar dan konsumen dan tidak didukung oleh promosi lokasi yang baik dan berkesinambungan. Lokasi terkesan menakutkan untuk konsumen berbelanja atau melihat produk – produk yang dihasilkan.

4 13.33%

4. Tidak berfungsinya koperasi sebagaimana yang diharapkan dan sikap sebahagian usaha kecil PIK yang apastis terhadap komitmen pemerintah. Sikap Pengurus koperasi yang pilih kasih dalam menyalurkan bantuan dengan adanya usaha kecil “anak emas”.

(45)

5. Tingkat SDM pekerja dan pemilik usaha kecil yang tidak memiliki kreativitas menciptakan desain sendiri yang menarik dan mampu memenuhi selera pasar.

3 10%

6. Bangunan Ruko yang ada di PIK sebahagian besar tidak berfungsi seperti yang diharapkan menjadi kawasan usaha kecil.

7 23.33% 7. Produk tidak memiliki standarisasi mutu dan segmentasi produk

di pasar yang tidak ada

1 3.33%

8. Dan lain – lain - -

Total 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

4.7. Ringkasan SWOT (SWOT Summary)

Bertolak dari analisis dan alur logika yang dibangun melalui narasi tersebut di atas dalam kerangka pikir stratejik manajemen dan teknik analisis SWOT (summary SWOT) dalam upaya pengembangan sektor usaha kecil di Kota Medan sebagai tergambar pada bagan 1 berikut ini :

Tabel 16. Ringkasan SWOT

Faktor – Faktor Strategi Eksternal Faktor – Faktor Strategi Internal

Peluang Kekuatan

1. Aspek teknologi yang telah dimiliki Kota Medan sesungguhnya cukup memadai dengan tersedianya sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan oleh dunia Industri Kecil dan Menengah. Sarana perhubungan dan telekomunikasi dimiliki secara memadai.

2. Pasar lokal, regional dan nasional yang masih luas dan besar serta potensi daya serap masyarakat akan produk sepatu dan Konveksi yang masih besar. Letak geofrafis yang merupakan Ibu Kota Provinsi menciptakan gaya hidup masyarakat yang mudah untuk bergaul secara majemuk.

3. Pemerintah Kota Medan melakukan kerjasama regional dengan kota-kota besar di negara luar atau yang dikenal dengan “kota kembar” seperti IMT-GT,

1. Tenaga kerja yang ada merupakan tenaga kerja yang terampil dan memiliki pengalaman membuat produk yang baik dan bermacam – macam.

2. Jumlah karyawan yang kecil/sedikit sehingga ongkos produksi masih dapat bersaing dengan harga produk lainnya.

3. Tidak adanya “uang kutipan” maupun pajak illegal, sehingga aman dan tidak adanya gangguan dalam memproduksi.

4. Usaha kecil di PIK telah memiliki jaringan pemasaran yang luas, smapia ke daerah – daerah diluar Kota Medan.

(46)

Twins City, dll, yang dapat mendukung luasnya potensi pasar.

4. Pengusaha kecil yang bernaung di bawah PIK merupakan usaha kecil yang diprioritaskan oleh Pemerintah Kota Medan untuk menerima berbagai pembinaan dan bantuan dari berbagai institusi/lembaga.

5. Besarnya potensi dana bantuan pembinaan yang berasal dari instansi pemerintah/BUMN, dll yang dapat disalurkan menjadi modal tambahan.

6. Potensi jumlah tenaga kerja yang banyak dan upah kerja yang relatif masih kecil.

langsung kepada pabrik pembuatannya di Jakarta dan Bandung

Peluang Kekuatan

1. Aspek politik yang berpotensi muncul sebagai suatu ancaman ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial 2. Aspek ekonomi yang muncul sebagai

ancaman sesungguhnya merupakan mekanisme pasar yang datang secara alamiah, dengan adanya persaingan dalam menjual produk industri yang dimiliki oleh Kota Medan dengan wilayah – wilayah yang ada disekitarnya, seperti Binjai, Deli Serdang dan Langkat. Jika diamati dan disimak secara mendalam, Pertumbuhan Pusat perbelanjaan, pasar tradisional, dan kawasan Square ini dapat dianggap sebagai suatu ajang persaingan secara sehat dalam mempromosikan dan menjual produk andalan yang dimiliki oleh masing-masing wilayah dalam menjaring konsumen lokal maupun regional.

3. Aspek sosial yang ada di masyarakat yang dapat menjadi ancaman bagi pengembangan sektor Usaha Kecil di Kota Medan adalah faktor pandangan skeptic terhadap produk buatan PIK yang hidup di tengah masyarakat, dimana produk hasil hidup di tengah masyarakat, dimana produk hasil buatan PIK yang

1. Usaha kecil PIK yang tidak memiliki data dan bekerja berdasarkan data yang akurat bagi perencanaan dan pengembangan usaha kecil, terutama berkaitan dengan pasar dan kekuatan pesaing.

2. PIK maupun usaha kecil tidak memiliki perencanaan usaha yang baik, serta memiliki keterbatasan modal usaha dan teknologi produksi yang masih menggunakan teknologi lama.

1. Lokasi yang tidak strategis bagi pasar dan konsumen dan tidak didukung oleh promosi lokasi yang baik dan berkesinambungan. Lokasi terkesan menakutkan untuk konsumen berbelanja atau melihat produk – produk yang dihasilkan.

2. Tidak berfungsinya koperasi sebagaimana yang diharapkan dan sikap sebahagian usaha kecil PIK yang apatis terhadap komitmen pemerintah. Sikap Pengurus komitmen koperasi yang pilih kasih dalam menyalurkan bantuan dengan adanya usaha kecil “anak emas”. 3. Tingkat SDM pekerja dan pemilik

(47)

selalu di cap tidak “modies” tidak tahan lama/tidak kuat, dan memandang rendah hasil karya yang dikeluarkan oleh pihak PIK dengan lebel “AS (Ajo Sukaramai)”. Aspek teknologi yang dapat berkembang sebagai ancaman adalah kesiapan sumber daya manusianya (brain-ware) untuk mengoperasikan suatu tuntutan manajemen, teknologi dan pelayanan (services) usaha kecil secara luas. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang fungsi PIK serta kesetiaan masyarakat akan produk lokal yang tidak kuat dan berubah – ubah.

4. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan faktor biaya produksi, seperti minyak, listrik dan air.

5. Pemerintah Kota Medan (Khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang tidak memiliki strategi yang jelas, komitmen yang kuat, serta koordinasi yang berkesinambungan antara stake holder yang memiliki dampak langsung terhadap perkembangan PIK (Investor Besar, perbankan, PIK, swasta, dll).

6. Masuknya produk – produk yang sama dari Negeri China serta masuknya produk bekas yang sama (sepatu, pakaian) dengan harga murah.

menciptakan desain sendiri yang menarik dan mampu memenuhi selera pasar

4. Bangunan Ruko yang ada di PIK sebahagian besar tidak berfungsi seperti yang diharapkan menjadi kawasan usaha kecil.

5. Produk tidak memiliki standarisasi mutu dan segmentasi produksi di pasar yang tidak ada.

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

4.7.1. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Menindaklanjuti isu – isu strategis yang telah diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan wawancara, baik kepada key informan maupun usaha kecil yang berada dalam wawasan PIK, maka disusunlah matriks faktor strategi eksternal yang mencakup peluang dan ancaman.

(48)

yang disusun untuk merumuskan faktor – faktor strategis eksternal tersebut tahapannya adalah :

a. Tentukan faktor – faktor yang menjadi peluang dan ancaman (5-10 peluang dan ancaman) pada kolom 1

b. Beri masing-masing bobot faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap kondisi usaha kecil yang berada dalam wawasan PIK. Faktor – faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (out standing) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha kecil yang berada dalam wawasan PIK. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluang kecil diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar ratingnya adalah 1, bila ancamannya sedikit maka diberi rating 4. Untuk lebih jelasnya rating adalah 1 = peluang sangat kecil, 2 = peluang kecil, 3 = peluang besar, 4 = peluang sangat besar. Untuk ancaman nilai 1 = ancaman sangat besar, 2 = ancaman besar, 3 = ancaman kecil, 4 = ancaman sangat kecil. d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

(49)

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (out standing) sampai 1,0 (poor).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi usaha kecil yang berada dalam wawasan PIK. Nilai total ini menunjukkan bagaimana usaha kecil yang berada dalam wawasan PIK terhadap faktor eksternalnya. Total skor ini dapat menjadi perbandingan dengan industri lain yang sama.

Hasil penyusunan EFAS Matrix usaha kecil yang berada dalam wawasan PIK berdasarkan brainstorming dapat pada Halaman lampiran berikutnya (lampiran 1).

4.7.2. Matriks Faktor Strategi Internal

Menindaklanjuti isu – isu strategis yang telah diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan wawancara, baik kepada key informan maupun usaha kecil yang berada dalam wawasan PIK, maka disusunlah matriks faktor strategi internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan.

Sebelum membuat mastriks faktor strategi eksternal perlu diketahui dahulu analisa faktor strategi internal (internal strategic Factors Analysis Summary = IFAS) yang disusun untuk merumuskan faktor – faktor strategis internal tersebut tahapannya adalah :

a. Tentukan faktor – faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan (5-10 peluang dan ancaman) pada kolom 1

(50)

tersebut terhadap kondisi usaha kecil yang berada dalam wawasan PIK. Faktor – faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (out standing) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha kecil yang berada dalam kawasan PIK. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating + 4, tetapi jika peluang kecil diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar ratingnya adalah 1, bila ancamannya sedikit maka diberi rating 4. Untuk lebih jelasnya rating tersebut adalah 1 = peluang sangat kecil, 2 = peluang kecil, 3 = peluang besar, 4 = peluang sangat besar. Untuk ancaman nilai 1 = ancaman sangat besar, 2 = ancaman besar, 3 = ancaman kecil, 4 = ancaman sangat kecil.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilaianya bervariasi mulai dari 4,0 (out standing) sampai 1,0 (poor).

(51)

Hasil penyusunan IFAS Matrix usaha kecil yang berada dalam wawasan PIK berdasarkan brainstorming dapat dilihat pada Halaman lampiran berikutnya (lampiran 2).

4.7.3. Matriks SWOT dan Indentifikasi Isu Strategis

Dalam keseluruhan hasil analisis yang dilakukan di atas dengan berfokus pada teknik analisis SWOT dari atas berpikir stratejik manajemen, maka dapat dibuat atau ditampilkan isu – isu strategis yang ditemukan, serta Ringkasan strategi yang dapat diambil dari analisis teknik SWOT tersebut. Berdasarkan elaborasi dan analisis terhadap fakta yang ada dan berdasarkan asumsi yang dibangun dari kerangka berpikir stratejik manajemen, maka dapat ditemukan strategi – strategi yang tepat untuk digunakan dimasa yang akan datang dalam rangka pengembangan sektor usaha kecil di Kota Medan.

Pada bagan 2 akan ditampilkan secara keseluruhan hasil teknik analisis SWOT baik lingkungan eksternal untuk peluang dan ancaman, maupun lingkungan internal untuk kekuatan dan kelemahan, sekaligus interaksi antar dimensi – dimensi tersebut dalam menemukan strategi jitu bagi pengembangan sektor industri Kecil dan Menengah di Kota Medan dalam mengantisipasi segala kemungkinan pelaksanaan otonomi daerah secara luas di masa yang akan datang bagi kesejahteraan rakyat Kota Medan.

4.7.4. Analisa Posisi Strategis Usaha Kecil PIK Medan

(52)

dan untuk Y maka nilai total skor peluang harus dikurangi dengan total skor nilai ancaman.

Usaha Kecil PIK Medan memiliki total skor kekuatan 0,95 dan total skor kelemahan 2,0 sehingga untuk sumbu X didapatkan nilai -1,05. Dari hasil analisis faktor eksternal didapatkan nilai total skor peluang sebesar 1,20 dan nilai total skor ancaman sebesar 1,35 sehingga sumbu Y didapatkan nilai sebesar -1,05. Dengan hasil ini maka posisi laboratorium Ilmu Kesejahteraan Sosial berada pada koordinat (-1,05, -0,15). Hasil ini menunjukkan posisi strategi Usaha Kecil PIK Medan berada dalam kuadran IV. Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana Usaha Kecil PIK Medan menghadapi ancaman dan kelemahan internal.

Strategi yang dapat dipakai saat ini adalah strategi bertahan hidup atau Weakness-Threat Strategis (meminimalkan kelemahan dan menghindarkan ancaman). Diagram Dartesius menunjukkan posisi strategi Usaha Kecil PIK Medan berada dalam kuadran IV (bertahan hidup) dimana faktor kelemahan dan ancaman lebih besar dari pada faktor kekuatan dan peluang. Posisi Usaha Kecil PIK Medan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4.

(53)

Dalam posisi seperti ini Usaha Kecil PIK Medan tidak memiliki pilihan lain selain menerapkan strategi bertahan hidup atau Weakness-Threat

Strategis (meminimalkan kelemahan dan menghindarkan ancaman). Adapun jalan

yang dapat diambil pada saat menerapkan strategi bertahan hidup tersebut adalah dengan cara meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada, sehingga posisi usaha kecil PIK akan bergerak menuju kuadran yang lebih baik. Hasil pada analisis tahap matching menunjukkan bahwa pihak usaha kecil PIK dapat menggunakan strategi Weakness-Threats (W-S) yaitu :

1. Melakukan penanganan yang komprehensif dan menata kembali kehidupan usaha kecil dengan memperhatikan kebutuhan konsumen dan ancaman yang datang dari produk yang datang dari luar daerah. Hal ini dapat dilakukan bila seluruh stake holder mampu menjalankan komitmen dan koordinasi.

(54)

pemerintah sangat diharapkan untuk melakukan pembinaan usaha kecil PIK Medan dapat memenuhi standart pasar.

3. Memindahkan lokasi usaha kecil ke tempat yang lebih strategis

4. Sikap skeptic masyarakat terhadap produk harus segera dihilangkan dengan menghasilkan produk yang bermutu, penuh inovasi, kreatif, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna produk.

5. Menekan biaya produksi dan mencari substitusi sumber faktor produksi dalam artian usaha kecil PIK Medan memproduksi produk dengan bahan baku alternatif yang lebih murah, sehingga dapat menekan biaya produksi Namun, perlu diwaspadai dalam menekan biaya produksi, dimana usaha kecil PIK umumnya menggunakan biaya langsung sebagai dasar penentuan harga jual kepada konsumen. Keterbatasan kemampuan mereka memperhitungkan biaya tidak langsung ke dalam komponen harga jual menyebabkan pendapatan yang diperoleh tidak mampu meningkatkan tarif hidup mereka.

6. Melakukan proganda, penyebaran informasi dan sosialisasi tentang usaha kecil untuk merubah opini masyarakat mengenai usaha kecil.

(55)

produsen untuk menambah jalur distribusi dari produknya, sehingga Pembukaan pasar alternatif keluar daerah akan semakin sulit.

(56)

Hasil penelitian yang dilakukan di dapat beberapa hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka, di dapat beberapa kesimpulan penting dalam penelitian ini. Strategi Pola pengembangan Usaha Kecil Menengah pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan yang dikaji menggunakan analisa SWOT, menunjukkan keadaan saat ini dari PIK berada dalam kuadran IV.

Situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana Usaha Kecil PIK Medan menghadapi ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang dapat dipakai saat ini adalah strategi bertahan hidup atau Weakness-Threat Strategies (meminimalkan kelemahan dan menghindarkan ancaman).

Strategi yang paling menonjol dalam IV yang berfokus pada strategi bertahan hidup, yaitu melakukan berbagi perbaikan dalam Penataan ulang kembali fungsi dari PIK, dengan melibatkan seluruh komponen yang terkait untuk menjadikan PIK menjadi lokalisasi usaha kecil yang solid. Keberadaan PIK yang akan lebih banyak menghadapi berbagai ancaman dari berbagai produk – produk luar, menyebabkan PIK memerlukan bantuan manajerial maupun teknik yang dapat difasilitasi oleh Pemerintah Kota Medan maupun swasta.

(57)

tempat yang menghasilkan produk – produk yang mengambil segmentasi pasar menengah ke bawah. Produk – produk yang berorientasi segmentasi pasar menengah ke bawah lebih bersaing kepada keterjangkauan harga oleh masyarakat dan suasana lingkungan PIK yang mampu menjadi tempat familiar bagi konsumen.

Penerapan strategi bertahan hidup yang lebih berfokuskan kepada perbaikan intern, dapat berupa strategi corporate governance, dimana corporate governance dapat diartikan sebagai serangkaian ukuran yang diambil dalam

entitas sosial, yakni sebuah institusi untuk unit – unit usaha/ekonomi untuk mengambil bagian dalam proses produksi, dengan tujuan untuk memberikan surplus bagi institusi dan memberikan kontribusi yang fair antara pihak – pihak yang berkepentingan.

Aspek terpenting lainnya untuk mendorong kebersihan pengembangan usaha kecil PIK Medan adalah peran Pemerintah Kota Medan. Peran tersebut mencakup bidang yang sangat luas pendanaan, pembinaan keterampilan dan pengetahuan SDM hingga kepada proteksi dan penjaminan serta pengawasan yang wajar dan transparan.

5.2. Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian dan rumusan kesimpulan, maka beberapa saran penting dari hasil penelitian ini, yaitu :

(58)

kajian seperti yang dilakukan penelitian ini. Kajian – kajian strategis yang dilakukan secara bertahap dan mendalam akan lebih menghasilkan pola strategi yang dapat dijalankan secara berkesinambungan dan bertahap dalam perbaikan PIK Medan.

2. Posisi usaha kecil yang berada dalam kuadran IV dan ditambah dominasi produk luar di pasar nasional, secara teori dapat menerapkan salah satu strategi dan pola – pola dasar strategi pemasaran berdasarkan Generik Market Entry Strategy, yaitu : (1) Strategi Penetrasi Pasar atau menurunkan harga pokok yang ada untuk pasar yang sudah ada, (2) Strategi Pengembangan Produk atau produk yang sudah ada ditawarkan pada pasar yang baru atau dilokasi lain, (3) Strategi Difersikasi (memasarkan produk baru di pasar yang baru.

3. Keberadaan PIK pada awalnya yang merupakan salah satu bentuk program Pemerintah Kota Medan untuk membantu pengembangan usaha kecil Kota Medan, sangatlah berarti bagi kemajuan usaha kecil Medan. Untuk itu dukungan pemerintah dan masyarakat penting artinya dalam pengembangan PIK sebagai ujung tombak pembangunan ekonomi masyarakat Kota Medan. 4. Pentingnya keberadaan PIK dalam pembangunan ekonomi rakyat Kota

Gambar

Tabel 1. Jenis Kelamin Responden
Tabel 3. Area Pemasaran
Tabel 4. Asal Bahan Baku
Tabel 6. Omzet Per Bulan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk (1) menganalisis penerapan manajemen inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha PIK Menteng Medan (2) mengidentifikasi faktor-faktor

Penelitian ini juga sejalan dengan Munizu (2010) bahwa Faktor-faktor internal yang terdiri atas aspek sumber daya manusia, aspek keuangan, aspek teknik

Peran Sektor Industri Pengolahan Wilayah Medan Bagian Utara Dalam Perekonomian Kota

Rendahnya promosi produk yang mampu dilakukan dan rendahnya pengetahuan pelaku usaha terhadap pemasaran secara online merupakan beberapa hal yang membatasi akses pelaku

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar jumlah modal yang dibutuhkan pengusaha pada sektor industri rumah tangga di kawasan pik menteng dan sekitarnya

Berdasarkan hal ini dirumuskna masalah utama yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen inovasi oleh pelaku usaha di Pusat Industri Kecil

JUDUL : PENGARUH FAKTOR INTERNAL, ESKTERNAL DAN STRATEGI TERHADAP DAYA SAING USAHA KECIL MENENGAH PADA PENGUSAHA BIKA AMBON DI MEDAN.. Tanggal

Berdasarkan masalah yang ditemukan dari ha- sil survei, yaitu aspek internal yang dihadapi dalam UMKM, dan aspek eksternal yang ber- asal dari luar UMKM, maka dilakukan analisis