• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pola Pengembangan Usaha Kecil Menengah pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pola Pengembangan Usaha Kecil Menengah pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian yang pernah diadakan mengenai usaha kecil menengah ini baik

di Jakarta maupun dibeberapa kota besar lainnya di Asia, mengungkapkan bahwa usaha kecil menengah merupakan penyanggah perekonomian yang tidak bisa dianggap kecil. Studi ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi di usaha kecil menengah cukup stabil, dan seperlima dari usaha kecil menengah yang bekerja lebih dari sepuluh tahun. Namun usaha kecil mengetahui kendalanya adalah modal dan yang secara signifikan menyangkut kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada usaha kecil.

Arah kebijakan pengembangan usaha kecil di Indonesia dinyatakan secara

eksplisit di dalam Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004. Pedoman kebijakan negara ini menggarisbawahi 28 butir mengenai arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional untuk periode 1999-2004. Kerangka kerja kebijakan terdiri dari tiga kebijakan terdiri dari tiga kebijakan utama (Menegkop & UKM,2000), yaitu:

(2)

kesempatan bisnis dan kesempatan kerja yang sama, perlindungan konsumen dan perlakuan yang adil terhadap masyarakat (GBHN 1999), Kebijakan Ekonomi, butir 1). Dibawah kerangka kerja kebijakan ini, memberdayakan KUKM menjadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi nasional (GBHN, misi, butir 7 dan kebijaksanaan ekonomi, butir 11). Usaha-usaha mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan dapat ditunjukkan dengan: (a) adanya suatu sistem persaingan adil yang menjamin kesempatan bisnis dan kerja yang sama (b) peranan pemerintah yang efektif dalam menyempurnakan sistem pasar termasuk pengurangan pajak; (c) kebijaksanaan ekonomi yang menciptakan kesempatan berusaha bagi KUKM; (d) suatu pertumbuhan kemitraan usaha antar pengusaha UKM dan; (e) meningkatkan penerimaan positif dari rnasyarakat dalam bisnis dan peningkatan dalam penerimaan dari masyarakat.

(3)

3. Kebijaksanaan peningkatan kapasitas KUKM yang bertujuan untuk membuat KUKM mampu bersaing di pasar bebas dengan pelaku-pelaku bisnis lainnya. Pada dasarnya, kebijaksanaan ini bertujuan untuk menghilangkan segala kendala yang dihadapi KUKM, seperti keterbatasan modal, pasar dan input - input untuk berproduksi, kekurangan dalam kapabilitas manajemen, kekurangan pekerja dengan keahlian-keahlian teknis, bisnis, teknologi dan keterbatasan akses informasi dan mitra usaha. GBHN tahun 1999 menekankan bahwa dukungan dari pemerintah terhadap penguatan KUKM harus dilaksanakan secara selektif dalam bentuk perlindungan terhadap persaingan yang tidak adil, pengembangan SDM lewat pendidikan dan pelatihan, disemeninasi informasi mengenai bisnis dan teknologi, penyediaan finansial, lokasi usaha dan kemitraan usaha dengan BUMN dan perusahaan-perusahaan besar swasta (GBHN 1999, kebijaksanaan Ekonomi, butir 11 dan 13), penyediaan fasilitas-fasilitas untuk agribisnis, IK dan IRT (handicrafts), penyempurnaan dari pembangunan kapasitas dari lembaga-lembaga lokal dan utilisassi SDA (GBHN 1999, Kebijaksanaan Ekonomi, butir 1d).

(4)

sampai saat ini masih saja terjadi tumpang tindih antara kebijaksanaan UKM dan kebijaksanaan – kebijaksanaan penciptaan kesempatan kerja, pembangunan ekonomi dan masyarakat pedesaan, pengurangan kemiskinan. Bahkan, di dalam pengembangan Propinsi Sumatera Utara dan Kota Medan, peranan dari UKM dalam pembangunan atau usaha – usaha penyempurnaan daya saing dari industri nasional tidak dinyatakan secara eksplisit; tidak ada peranan spesifik yang diberikan kepada UKM.

Upaya Pemerintah kota Medan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan Usaha Kecil Menengah dan sekaligus dalam upaya pengembangannya adalah dengan menyediakan ruang yang memadai. Hal ini dilakukan untuk mendorong usaha kecil mengembangkan diri ke sektor formal sehingga akses-akses yang selama ini tak tersentuh akan semakin terbuka untuk usaha kecil. Pemerintah kota Medan telah menetapkan daerah-daerah sentra industri kecil dalam konsep pengembangan inti kota menuju pinggiran kota. Pemgembagan Usaha Kecil Menengah di pusat kota telah direncanakan dengan membuka daerah lokasi usaha yaitu:

(5)

8. Deli River Cafe (Dalam Proses Pembangunan) 9. Restoran Putar (Dalam Proses Pembangunan)

Inventaris berbagai masalah dan kendala yang ada dalam Usaha Kecil Menengah beserta derivasinya menjadikan sektor ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius, sistematis, dan komprehensif di dalam mencari upaya atau strategi yang jitu, sehingga Usaha Kecil Menengah diharapkan mampu menggerakkan roda perekonomian daerah maupun nasional, serta mendatangkan devisa bagi penerimaan kas pemerintah daerah. Berbagai masalah Usaha Kecil Menengah tersebut juga terkait dengan competetiveleadership, dimana daerah membutuhkan pimpinan birokrasi yang mampu berpikir kedepan secara lebih nyata dan mampu menerapkan semangat entrepreunershif untuk menggerakkan ekonomi daerah melalui srategi yang terencana di bidang perekonomian.

Pada saat Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997, yang menyelamatkan perekonomian Indonesia, kontribusi terbesar berasal dari Small Medium Enterprises (Dewi Hanggreini 2005:49). Bersamaan dengan pelaksanaan otonomi luas yang menitikberatkan penyelenggaraan pemerintah pada daerah kabupaten dan wilayah kota maka masing – masing daerah mau tidak mau harus berbenah dan menyiapkan diri menuju era yang baru ini. Kota Medan, pun harus bersiap diri untuk memacu dalam derap pembangunan.

(6)

dikenal sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD), hanya dapat diperoleh jika ada kegiatan pembangunan atau kegiatan perekonomian didalamnya. Kegiatan perekonomian ini bukan saja penting bagi penerimaan PAD, melainkan juga memiliki fungsi ganda mensejahterakan masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut, karena tersedianya lapangan usaha akibat bergeraknya roda perekonomian daerah.

Usaha Kecil Menengah dapat menjadi sektor unggulan dalam pergerakan perekonomian daerah jika dikelola, deprogram dan direncanakan secara matang dan komprehensif. Keunggulan letak geografis yang dimiliki kota Medan dapat menjadi nilai tambah tersendiri bagi pengembangan Usaha Kecil Menengah. Berangkat dari banyaknya sektor industri kecil yang perlu dibina Pemko Medan pada jaman Walikota Medan Backhtiar Djafar membangun satu sentra industri kecil di atas sebidang tanah dikawasan Medan Tenggara Kawasan ini adalah salah satunya kawasan industri kecil di daerah Medan Tenggara, atau yang lazim disebut Menteng. Berbagai pengerajin ada disana dari mulai pengerajin tangan hingga pekerjaan mesin. Pengembangan Usaha Kecil Menengah di daerah Pusat Industri Kecil (PIK) di Medan Denai yang mengakses usaha kecil sepatu, garmen yang merupakan ciri khas daerah disekitarnya seperti Medan Area dan Medan Amplas.

(7)

pelaku usaha kecil berada disana. Berbagai produk, seperti konveksi, sepatu dan tas dengan biaya sewa yang relatif ringan.

Pada saat ini, para pengerajin mengeluhkan keberadaan usaha mereka di kawasan PIK, dikarenakan semakin sulitnya mereka berkembang, disamping tidak adanya strategi yang baik dari pemerintahan, pengerajin juga semakin tidak mampu menghadapi persaingan yang semakin tajam.

Sayangnya sentra industri ini telah beralih fungsi. Kini kegiatan produksi disana tidak lebih dari 40 persen saja, sedangkan lainnya telah beralih fungsi menjadi tempat tinggal. (Bitra Indonesia, Lilitan Masalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UKMK) & Kontroversi Kebijakan, Medan, 2005). Salah satu faktor lain yang dirasakan oleh pergerajin adalah dengan banyaknya produk yang sama membanjiri pasar Medan dari berbagai daerah, bahkan luar negeri.

“Masih banyak pengerajin lain yang nasibnya hampir terpuruk dengan melonjaknya bahan baku pasca BBM dan banjirnya produk yang sama beberapa bulan ini, meskipun masih terlihat berproduksi, namun modal dan pemasaran mereka mengalami kemacetan (Waspada, 23 Nopember 2005”

Untuk menuju ke tujuan pengembangan Usaha Kecil Menengah yang terintegrasi, terencana dan komprehensif, berbagai kendala serta permasalahan yang ada perlu mendapat perhatian, perhitungan serta pemecahan tersendiri melalui strategi - strategi pengembangan usaha kecil pada PIK Medan.

1.2. Perumusan Masalah

(8)

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dituangkan dalam konsep Visi dan Misi pembangunan kota Medan.

Posisi Usaha Kecil Menengah dalam kaitan ini tampaknya “terpinggirkan” oleh program-program pengembangan kota yang diarahkan menuju kota Medan Metropolitan. Akibatnya dapat diprediksi bahwa Usaha Kecil Menengah akan menjadi “penghalang” bagi penciptaan kondisi yang kondusif karena secara Top Down, Usaha Kecil Menengah merupakan faktor Social Problem di kota Medan.

Oleh sebab itu perlu dirumuskan strategi pengembangan Usaha Kecil Menengah yang dapat menampung semua persoalan diatas dalam suatu konsep Manajemen strategis yang terencana dan komprehensif.

Berdasarlean situasi di atas permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimana Strategi Pola Pengembangan Usaha Kecil Menengah Pada Pusat Industri Kecil (PIK) di Kota Medan melalui Analisa SWOT”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Pada uraian sebelumnya penelitian ini teleh memuat tujuan dan manfaat, namun untuk lebih memperjelas tujuan dan manfaat dari penelitian ini, maka dipadang perlu untuk menguraikan bentuk perincian berikut ini:

(9)

2. Mengetahui isue stratejik terbaik dalam upaya membuat agenda stratejik secara terpadu dan komprehensif.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Keluaran (output) penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat berbagai kalangan diantaranya:

1. Pemerintah kota Medan dapat mengetahui pemasalahan yang dihadapi Usaha Kecil Menengah dan upaya strategi pengembangan yang komprehensif dan faktor – faktor mana yang mempengaruhi untuk dapat merumuskan strategi dalam pengembangan Usaha Kccil Menengah di perkotaan.

2. Dijadikan bahan referensi bagi pengembangan dalam penggunaan pendekatan SWOT dalam merumuskan strategi kebijakan di sektor publik khususnya dalam Usaha Kecil Menengah serta penelitian lain yang mungkin akan dilaksanakan oleh peneliti lainnya pada masa yang akan datang.

1.3. Kerangka Pemikiran

(10)

Gambar

Gambar

Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Mulai dari penggunaan untuk kontrol sederhana sampai kontrol yang cukup kompleks, mikrokontroler dapat berfungsi jika telah diisi sebuah program, pengisian program ini dapat

Tabel IV.5 Tabel Hasil Titik Optimum Dari Perhitungan Persamaan Regresi Pengaruh Waktu (Menit) terhadap Variasi Suhu ( o C) Dan Pengaruh Suhu ( o C) Terhadap Variasi Waktu

a. Metode Penilaian Kategori. Metode ini digunakan untuk menilai kinerja karyawan dengan menggunakan formulir khusus yang dibagi dalam kategori-kategori kinerja. Dalam

Karena media pembelajaran dengan menggunakan media lagu daerah Sumbawa dapat membuat tampilan pembelajaran lebih menarik yang bisa membuat mata pelajaran bahasa

aspek percaya diri yang menjelaskan bahawa individu masalah pendengaran ini mempunyai keyakinan dan kekuatan dalaman yang rendah terhadap diri sendiri dan faktor

Metode Pelaksanaan yang diterapkan untuk mencapai tujuan yaitu (1) Sosialisasi Pertanian: Penggunaan pupuk organik dan bahaya penggunaan pupuk kimia, (2)

Hasil analisis kromatogram daun, dahan bagian atas dan akar tanaman torbangun ( Coleus amboinicus Lour) menunjukkan kadar senyawa kimia n.Hexadecanoic acid (C 16 H 32 O 2 )

2.1 Pola Difraksi Hasil Refinement menggunakan MAUD (Material Analysis Using Diffraction).