• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peran Sektor Industri Wilayah Medan Bagian Utara Terhadap Perekonomian Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peran Sektor Industri Wilayah Medan Bagian Utara Terhadap Perekonomian Kota Medan Chapter III V"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu

mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh beberapa variabel yang sudah

ditetapkan, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan

(explanatory) yaitu penelitian yang menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel

penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

3.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah bagian utara Kota Medan.

Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan pertimbangan wilayah bagian utara Kota

Medan memiliki potensi daerah industri seperti adanya Kawasan Industri Medan

(KIM), pelabuhan Belawan yang merupakan tempat arus barang maupun orang

keluar masuk di Provinsi Sumatera Utara, dan memiliki luas wilayah sekitar

40,58% dari luas wilayah Kota Medan yang dapat menarik minat investor untuk

pengembangan sektor industri dan pengolahan.

3.3.Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis peran sektor

industri wilayah Medan Bagian Utara terhadap perekonomian Kota Medan adalah

data sekunder. Data sekunder bersumber dari Badan Pusat Statistik Kota Medan

selama kurun waktu 8 tahun yaitu dari 2003 – 2010, dan sumber-sumber lainnya,

(2)

3.4.Model dan Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis perumusan masalah pertama kontribusi wilayah

Medan Bagian Utara dalam perekonomian Kota Medan menggunakan analisis

deskriptif dengan menghitung persentase kontribusi sektor industri wilayah medan

bagian utara terhadap sektor industri Kota Medan.

Untuk menganalisis peran sektor industri wilayah Medan Bagian Utara

dalam perekonomian Kota Medan menggunakan analisis location quotient (LQ)

dan analisis deskriptif. Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sektor industri

merupakan basis di wilayah Medan Bagian Utara. Perhitungan LQ menggunakan

rumus sebagai :

Si/S LQ = ---

Ni/N

Keterangan :

LQ : Nilai Location Quotient

Si : Nilai sektor industri di kecamatan wilayah Medan Bagian Utara

S : Nilai sektor seluruhnya di setiap kecamatan wilayah Medan Bagian Utara

Ni : Nilai industri di Kota Medan

N : Nilai sektor seluruhnya di Kota Medan

Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka

ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh (Bendavid-Val dalam

Kuncoro, 2004) dan Tarigan (2009), yaitu:

1. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa nilai sektor industri di kecamatan wilayah

(3)

Memperlihatkan kecamatan wilayah Medan Bagian Utara memiliki sektor

industri yang sama sehingga kecamatan tersebut menjadi basis daerah sendiri.

2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa nilai sektor industri di kecamatan wilayah

Medan Bagian Utara lebih besar dibandingkan dengan nilai sektor industri di

Kota Medan. Memperlihatkan kecamatan wilayah Medan Bagian Utara

memiliki sektor industri yang lebih baik sehingga kecamatan tersebut menjadi

basis daerah sendiri dan di Kota Medan.

3. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa nilai sektor industri di kecamatan Medan

Bagian Utara lebih rendah dibandingkan dengan nilai sektor industri di Kota

Medan. Memperlihatkan kecamatan wilayah Medan Bagian Utara memiliki

sektor industri yang sama sehingga kecamatan tersebut bukan menjadi basis

daerah sendiri maupun di Kota Medan.

Untuk mengetahui peran sektor industri wilayah Medan Bagian Utara terhadap

penyerapan tenaga kerja menggunakan analisis deskriptif.

Untuk menganalisis perumusan masalah ketiga dan hipotesis penelitian

menggunakan metode analisis regresi linier berganda, yang merupakan metode

statistik deskriptif dan infrensial yang digunakan untuk menganalisa data lebih

dari dua variabel.

3.4.1. Perumusan model

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan metode regresi linier

berganda. Analisis ini berguna mengetahui pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen yang diteliti. Model persamaan regresi yang

digunakan untuk menguji hipotesis sektor industri wilayah Medan Bagian Utara

(4)

berpengaruh signifikan terhadap perekonomian Kota Medan yang diproxy dengan

kontribusi sektor industri Kota Medan, adalah sebagai berikut :

KSI = a + b1 KSIMd + b2 KSIMl + b3 KSIMm + b4 KSIMb + e

Keterangan :

KSI = Perekonomian Kota Medan diproxy dengan kontribusi sektor

industri Kota Medan (%)

KSIMd = Kontribusi Sektor Industri Medan Deli (%)

KSIMl = Kontribusi Sektor Industri Medan Labuhan (%)

KSIMm = Kontribusi Sektor Industri Medan Marelan (%)

KSIMb = Kontrubusi Sektor Industri Medan Belawan (%)

a = konstanta

b1,2,3,4 = Koefisien regresi

e = error

3.4.2. Analisis Deskriptif

Data statistik yang diperoleh dalam penelitian perlu diringkas dengan baik

dan teratur. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas

tentang sekumpulan data yang diproleh baik mengenai sampel atau populasi.

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis

regresi maka diperlukan pengujian asumsi klasik meliputi :

3.4.3.1.Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina, 2008). Data

(5)

distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilihat

melalui normal probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan

distribusi normal. Data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan

ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah

normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti

garis diagonalnya. Uji statistik dilakukan uji one sample Kolmogorov Smirnov

Test, jika nilai Kolmogorov Smirnov signifikannya di atas α = 0,05, maka Ho

diterima yang berarti data residual berdistribusi normal (Ghozali, 2006).

3.4.3.2.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang

memiliki kesamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan

pengamatan yang lain, atau homokesdastisitas, dengan kata lain tidak terjadi

heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada

suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatter plot model tersebut. Bila

titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta

tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Uji statistik dilakukan dengan uji Glejser, jika variabel

independen tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai

Absolut Ut (AbsUt), maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

3.4.3.3. Uji Multikolinieritas

Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel

(6)

yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independen. Uji

Multikolinieritas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat VIF

(Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF > 10 dan nilai tolerance

< 0,10 maka terjadi gejala Multikolinieritas (Ghozali, 2006).

3.4.4. Pengujian Hipotesis

Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh simultan

variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang

digunakan adalah jika probability value (p value) < 0,05, maka Ha diterima dan

jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan

adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha

ditolak.

3.5. Definisi Variabel Operasional Penelitian

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto

(gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu

wilayah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga konstan. (milyar

rupiah).

2. Sektor industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah

atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah

untuk mendapatkan keuntungan.

3. Kontribusi sektor industri Kota Medan dalam penelitian ini dilihat dari berapa

besar persentase sektor industri Kota Medan dalam perekonomian Kota

(7)

4. Kontribusi sektor industri wilayah Medan Bagian Utara dalam penelitian ini

dilihat dari berapa besar persentase sektor industri wilayah Medan Bagian

Utara dalam perekonomian Medan Bagian Utara (%).

5. Sektor basis merupakan sektor yang memiliki peranan relatif besar dibanding

sektor-sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah (PDRB) Medan Bagian

Utara.

6. Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha sector industri atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha sektor industri (Orang).

7. Jumlah usaha industri adalah banyaknya usaha industri yang ada di Kota Medan (unit)

Tabel 3.1.Definisi Variabel Operasional Penelitian

Jenis Variabel

Nama

Variabel Definisi Operasional Variabel

Indiktor

Seberapa besar persentase sektor industri Kota Medan dalam perekonomian Kota Medan

Seberapa besar persentase sektor industri Kecamatan Medan Deli dalam perekonomian Kecamatan

Seberapa besar persentase sektor industri Kecamatan Medan

(8)

Independen Kontribusi Sektor industri

Medan Belawan

(X4)

Seberapa besar persentase sektor industri Kecamatan Medan Belawan dalam perekonomian Kecamatan Medan Belawan

PDRB sektor industri Medan Belawan tahun 2003-2000

(9)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Wilayah Penelitian

4.1.1.1. Gambaran Umum Kota Medan

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang

panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru

Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang

diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan

Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutanya ditandai dengan perpindahan

ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis Ke Medan, tahun 1887, sebelum

akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang

Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan kota medan sejak awal

memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak

di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli

yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembanganya, telah

mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan

(ekspor-impor) sejak masa lalu. Sedang dijadikanya Medan sebagai ibukota Deli juga

telah medorong kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai

saat ini, di samping merupakan salah satu daerah Kota, juga sekaligus Ibukota

(http://www.pemkomedan.go.id/mdnbar.php)

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota, kedudukan, fungsi dan

(10)

Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam

pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota

Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat

Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih

maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga

secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa

yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif

besar dimana tahun 2010 telah mencapai 2.109.339 jiwa. Demikian juga secara

ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder,

Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan

keuangan regional/nasional.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi

Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951,

Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951,

yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan

dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul

keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21

September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota

Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri

dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang

sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor

140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran

Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat

(11)

tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya

Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya

Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali,

dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan

perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis,

demografis dan sosial ekonomis.

Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan

berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan

dan Timur. Sepanjang wilayah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka,

yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten

Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam

(SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan, karenanya secara

geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam

seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli

Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota

Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan

kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan

daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah jalur pelayaran Selat

Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu

masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik

maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah

mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu

(12)

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja

pembangunan kota, yaitu faktor geografis, faktor demografis dan faktor sosial

ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara

simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk

pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

Kota Medan sebagai sebuah kota terbesar ketiga di Indonesia semakin

penuh dengan aktifitas pembangunan baik berupa fisik maupun non fisik.

Letaknya yang strategis di wilayah pesisir Timur dekat dengan jalur transportasi

Selat Malaka menyebabkan Medan berkembang dengan pesat. Secara geografis,

wilayah Kota Medan berada antara 2º.27' - 2º.47' LU dan 98”35’ – 98”44’ BT

dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

(13)
(14)

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2016 untuk

mendukung struktur ruang yang direncanakan, wilayah Kota Medan dibagi

menjadi 9 (sembilan) Bagian Wilayah Kota (BWK) dan 2 (dua) pusat primer.

Selain itu untuk mengantisipasi perkembangan Kota Medan diarahkan adanya

perluasan kota. Lebih jelasanya pembagian BWK adalah sebagai berikut :

1. BWK Belawan terdiri dari Kecamatan Medan Belawan.

2. BWK Medan Labuhan terdiri dari Kecamatan Medan Labuhan.

3. BWK Medan Marelan, terdiri dari Kecamatan Medan Marelan.

4. BWK Medan Perjuangan terdiri dari Kecamatan Medan Perjuangan dan

Kecamatan Medan Tembung.

5. BWK Medan Area terdiri dari Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan

Kota, Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Amplas.

6. BWK Medan Polonia terdiri dari Kecamatan Medan Polonia dan Medan

Maimun

7. BWK Medan Helvetia, terdiri Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan

Petisah dan Kecamatan Medan Sunggal.

8. BWK Medan Selayang terdiri dari, Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan

Medan Baru, Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor.

9. BWK Medan Timur terdiri dari Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan

Timur dan Kecamatan Medan Barat.

Sistem pusat pelayanan Kota Medan direncanakan terdiri atas 1 (satu)

pusat primer di utara dan 1 (satu) pusat primer di CBD Polonia yang merangkap

sebagai pusat sekunder dan 8 (delapan) pusat sekunder (di Kota Medan).

Pusat primer merupakan arah pusat pembangunan Kota Medan yang

(15)

Marelan, serta pusat primer yang berada di CBD Polonia. Sedangkan Pusat

Sekunder merupakan sebagai penyangga arah pembangunan Kota Medan. Adanya

2 pusat primer akan mengubah dari satu pusat (monosentrik) menjadi dua pusat

(duosentrik). (Gambar 4.2). Selain itu dengan adanya perluasan kota, diharapkan

bentuk Kota Medan semakin kompak dan memudahkan dalam sistem pelayanan

kota. Dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong perkembangan kota ke

arah utara agar perkembangan kota antara bagian selatan dan utara dapat lebih

merata. Pengembangan Pusat Primer Utara juga merupakan upaya untuk

mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi terhadap inti Pusat Kota Medan.

Pengembangan pusat-pusat sekunder pada setiap Bagian Wilayah Kota

(BWK) berfungsi sebagai penyangga dua pusat primer dan meratakan pelayanan

pada skala bagian wilayah kota. Penyebaran pusat sekunder untuk mendukung

keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar bagian wilayah kota.

Secara geografis pusat primer baru akan terletak pada wilayah Medan

Utara namun tetap bersinergi/berkaitan dengan pusat dan sub pusat yang telah

ada. Pusat baru ini berperan menunjang eksistensi kota yang telah

ada/berkembang, karena itu harus didukung oleh sistem transportasi yang andal

untuk mobilitas ulang-alik antara pusat baru dengan pusat lama.

1. Pusat Primer Utara

• Terletak di antara Kecamatan Labuhan dan Marelan.

(16)

Gambar 4.2. Peta Rencana Struktur Pelayanan Kota Medan

3. Pusat Sekunder Medan Marelan

(17)

4. Pusat Sekunder Medan Labuhan

• Kecamatan Medan Labuhan

5. Pusat Sekunder Medan Timur

• Kecamatan Medan Timur

6. Pusat Sekunder Medan Perjuangan

• Kecamatan Medan Tembung

7. Pusat Sekunder Medan Helvetia

• Kecamatan Medan Helvetia

8. Pusat Sekunder Medan Selayang

• Kecamatan Medan Tuntungan

9. Pusat Sekunder Medan Area

• Kecamatan Medan Area

10. Pusat Sekunder Belawan di Kecamatan Belawan

Struktur kegiatan fungsional Kota Medan dibagi menjadi kegiatan primer

yang melayani wilayah lebih luas dari Kota Medan, dan kegiatan sekunder yang

melayani internal Kota Medan.

A. Kegiatan primer meliputi:

1. Pelabuhan,

2. Industri, dan pusat pergudangan terpadu

3. Pariwisata

4. Pusat Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dan sekitarnya

5. Komplek Pertahanan dan Keamanan Kodam

6. Komplek industri

7. CBD Polonia yang diarahkan sebagai pusat kegiatan komersial

(18)

8. Stasiun kereta api

9. Terminal terpadu Polonia

10.Kebun Binatang di Simalingkar di Medan Tuntungan

11.Kawasan komersial di Inti Pusat Kota

12.Kawasan perdagangan grosir/kulakan di arahkan di sekitar Kecamatan

Medan Selayang

13.Universitas

14.Rumah Sakit tipe A

15.Kawasan Ekonomi Khusus(KEK)

B. Kegiatan sekunder yang melayani internal Kota Medan meliputi:

1. Kantor-kantor Pemerintahan Kota Medan dan Kantor Dinas-dinas yang

ada di Kota Medan.

2. Pusat Komersial berupa Pasar, Mall dan Pertokoan.

3. Rumah Sakit, Puskesmas dan Poliklinik.

4. Kawasan komersial, perdagangan eceran di beberapa ruas jalan utama kota

5. Kawasan pendidikan tinggi, SMA, SMP

6. Jasa (Jasa keuangan, bank, asuransi, konsultan, kontraktor dan travel biro).

7. Pariwisata dan Rekreasi, yang terletak di Jl. Sisingamanggaraja, Koridor

bersejarah Jl. Katamso.

4.1.1.2. Gambaran Umum Wilayah Utara Kota Medan

Wilayah utara Kota Medan berdasarkan tata ruang kota Medan dapat

ditinjau berdasarkan beberapa analisis. Berdasarkan analisis Regionalisasi

Wilayah Perkotaan Kota Medan dibagi menjadi empat bagian yaitu Kota Medan

Bagian Utara (KMU) meliputi kecamatan Medan Labuhan dan Medan Marelan,

(19)

Kecamatan Medan Deli, Kota Medan bagian Pusat (KMP) merupakan wilayah

kota yang berkembang pesat meliputi Kecamatan Medan Petisah, Medan Baru,

Medan Kota dan Medan Denai, Kota Medan bagian Selatan sebagai wilayah kota

cadangan untuk perkembangan kota.

Berdasarkan Sistem Informasi Geografis Kecamatan Medan Deli

dimasukkan dalam wilayah Utara Kota Medan. Kecamatan Medan Belawan

berada di Wilayah utara kota Medan dengan diperkuat oleh Surat Keputusan

Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 14

Januari 1982 dan Nomor KM.70/AL.101/PHB 82 tanggal 14 Januari 1982, isinya

menyerahkan daerah kerja pelabuhan Belawan kepada Pemerintah yaitu Pemko

Medan sebagai salah satu dasar bagi pengembangan Wilayah Utara Kota Medan

(http://www.pemkomedan.go.id/).

Berdasarkan uraian tersebut berdasarkan Geografis dan analisis

Regionalisasi dan Pengembangan Kota Medan, dapat dilihat keterkaitan empat

kecamatan di Wilayah Utara Kota Medan yaitu : Kecamatan Medan Deli, Medan

Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan yang perlu mendapat perhatian

pembangunan. Hal ini berdasarkan hasil analisis aglomerasi pelayanan terlihat

bahwa tingginya aktivitas ekonomi di wilayah Selatan Kota Medan tidak

memberikan dampak langsung terhadap perkembangan wilayah utara Kota Medan

(RTRW Kota Medan 2016).

Secara geografis, wilayah Medan Bagian Utara Kota Medan berada antara

2º.27' - 2º.47' LU dan 98”35’ – 98”44’ BT dengan luas wilayah 107,58 km2

dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

(20)

Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Gambar 4.3. Peta Adminstrasi Medan Bagian Utara

Berdasarkan data BPS Kota Medan diketahui bahwa luas wilayah Medan

Bagian Utara pada tahun 2010 adalah 107,58 km2 atau 40,58 % dari luas wilayah

Kota Medan. Luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu

seluas 36,67 km2 (13,83%), kemudian diikuti Kecamatan Medan Belawan seluas

26,25 km2 (9,90%), Kecamatan Medan Marelan seluas 23,82 km2 (8,99%), dan

(21)

Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Kota Medan Untuk Tahun

Sumber : BPS Kota Medan Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.1. menunjukkan bahwa luas wilayah Medan Bagian

Utara Kota Medan merupakan salah satu potensi dalam pengembangan wilayah

Kota Medan, hal ini disebabkan 40,58% luas wilayah Kota Medan merupakan

luas wilayah Medan Bagian Utara.

Selain itu jumlah penduduk Medan Bagian Utara Kota Medan juga

merupakan potensi dalam pengembangan wilayah Kota Medan. Berdasarkan data

BPS Kota Medan diketahui bahwa jumlah penduduk Medan Bagian Utara pada

tahun 2013 adalah 529.742 jiwa atau 24,82% dari jumlah penduduk Kota Medan,

(22)

Tabel 4.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Medan Untuk Tahun 2013 Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Penduduk Persentase (%)

1. Medan Tuntungan 82.534 3.87

Masyarakat Medan Bagian Utara Kota Medan merupakan masyarakat

yang memiliki kemajemukan meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat

istiadat. Kehidupan yang penuh kemajemukan tersebut dapat berjalan cukup baik

dan harmonis yang dilandasi rasa kebersamaan dan saling toleransi serta memiliki

rasa kekeluargaan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter

masyarakat Medan Bagian Utara Kota Medan memiliki sifat keterbukaan dan siap

menerima perubahan konstruktif dalam rangka peningkatan kesejahteraan

(23)

4.1.1.3. Rencana Pengembangan Wilayah Medan Bagian Utara

Wilayah Medan bagian utara mempunyai image yang buruk, sehingga

untuk mengembangkan wilayah Utara perlu dikembangkan kegiatan-kegiatan

yang menarik. Kegiatan-kegiatan yang diusulkan di wilayah Medan Utara adalah

kegiatan Taman Hiburan (Theme Park) Water Front City pengembangan

pelabuhan Belawan juga, Wilayah industri, Wilayah Ekonomi Khusus (KEK)

(Gambar 4.4), dan pusat komersial yang merupakan pusat primer di Medan Utara.

(Gambar 4.5 dan Gambar 4.6).

(24)

Gambar 4.4. Wilayah Ekonomi Khusus

Kaw asan I ndustri dan Pergudangan

Taman Hiburan

Perumahan Menengan Atas dan Water Front City

Kaw asan Ekonomi Khusus

Pusat Pengolahan Eksport Gambar 4.6.

Rencana Pengembangan Kaw asan Medan Utara

Gambar 4.5.

(25)

Pusat primer yang dicadangkan untuk wilayah utara akan berlokasi di

Jalan Yos Sudarso berbatasan antara Kecamatan Medan Marelan dan Medan

Labuhan. Lokasi ini sangat strategis karena lokasi ini terletak pada jalan Arteri

Primer yang mudah untuk di akses. Pusat regional ini akan menjadi mini CBD

dengan pusat perbelanjaan yang lengkap, pusat pemerintahan lokal, pusat

pelayanan masyarakat yang modern dan pusat hiburan yang menarik.

Untuk merealisasi rencana ini, campur tangan pemerintah kota sangat

diharapkan, terutama dalam menarik investor untuk membangun theme park

didaerah utara yang sebagian areanya sudah digunakan untuk perumahan liar.

Keberhasilan pemerintah dalam mengembangkan pusat rekreasi didaerah ini akan

menjadi titik awal suksesnya pengembangan diwilayah utara.

4.1.2. Kontribusi Wilayah Medan Bagian Utara dalam Perekonomian Kota Medan

Besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan

oleh setiap kecamatan selain tergantung dari investasi yang ditanamkan di

masing-masing kecamatan, juga sangat dipengaruhi potensi dan kondisi

kecamatan yang bersangkutan. Selama periode tahun 2006-2010 wilayah Medan

Bagian Utara memberikan sumbangan relati cukup besar dalam pembentukan

PDRB Kota Medan atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan tahun 2000,

(26)

Tabel 4.3. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Wilayah Medan Bagian Utara Tahun Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Pada Tabel 4.3. terlihat bahwa kontribusi wilayah Medan Bagian Utara

dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan

berdasarkan harga berlaku memberikan sumbangan relatif cukup besar selama

periode tahun 2006-2010 yakni rata-rata 22,58%. Pada Tabel 4.4. juga dapat

dilihat bahwa Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan Belawan merupakan

kecamatan yang memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB berdasarkan harga

berlaku wilayah Medan Bagian Utara.

Tabel 4.4. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Wilayah Medan Bagian Utara Tahun 2006-2010 (milyar rupiah) Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Pada Tabel 4.4. terlihat bahwa kontribusi wilayah Medan Bagian Utara

dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan

berdasarkan harga konstan 2000 memberikan sumbangan relatif cukup besar

selama periode tahun 2006-2010 yakni rata-rata 21,69%. Dari Tabel 4.4. juga

(27)

merupakan kecamatan yang memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB

berdasarkan harga konstan tahun 2000 wilayah Medan Bagian Utara.

Berdasarkan Tabel 4.3. dan Tabel 4.4. dapat disimpulkan bahwa Medan

Bagian Utara memiliki potensi dalam pengembangan wilayah Kota Medan, hal ini

disebabkan wilayah Medan Bagian Utara memberikan sumbangan relatif cukup

besar dalam pembentukan PDRB Kota Medan. Wilayah Medan Bagian Utara

yang berperan cukup besar dalam pembentukan PDRB wilayah Medan Bagian

Utara adalah Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan Belawan.

Perkembangan laju pertumbuhan PDRB kecamatan-kecamatan wilayah

bagian utara Kota Medan selama periode tahun 2006-2010 dapat dilihat pada

Tabel 4.5.

Tabel. 4.5. Pertumbuhan PDRB di Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kecamatan Tahun 2006-2010 (%)

No Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010 Rataan

1 Medan Deli 8.19 6.54 7.22 8.72 7.44 7.62

2 Medan Labuhan 2.32 0.26 6.37 7.12 8.85 4.98

3 Medan Marelan 4.98 7.56 4.47 5.80 6.27 5.82

4 Medan Belawan 5.95 7.88 4.98 5.92 6.30 6.21

Rata-rata 5.36 5.56 5.76 6.89 7.22 6.16

Kota Medan 6.98 7.78 6.89 6.55 7.16 7.07

Sumber : BPS Kota Medan Tahun 2011

Rata-rata pertumbuhan ekonomi kecamatan Medan Bagian Utara Kota

Medan selama periode tahun 2006-2010 menunjukkan hasil 6,16% yang lebih

rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode

2006-2010. Namun Kecamatan Medan Deli memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi

yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

Kontribusi sektor industri pengolahan kecamatan-kecamatan di wilayah

bagian utara Kota Medan terhadap pembentukan PDRB Kota Medan selama

(28)

Tabel 4.6. PDRB Sektor Industri Pengolahan Atas Dasar Harga Konstan 2000

Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Pada Tabel 4.6. terlihat bahwa kontribusi sektor industri pengolahan

wilayah Medan Bagian Utara terhadap sektor industri Kota Medan memberikan

sumbangan rata-rata 23,80%. Tabel 4.6. juga menunjukkan bahwa Kecamatan

Medan Deli dan Kecamatan Medan Belawan merupakan kecamatan yang

memiliki kontribusi sektor industri pengolahan terbesar dalam pembentukan

PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 wilayah Medan Bagian Utara.

Sektor industri pengolahan Medan Bagian Utara memiliki potensi dalam

pengembangan wilayah Kota Medan, hal ini disebabkan sektor industri

pengolahan wilayah Medan Bagian Utara memberikan sumbangan dalam

pembentukan PDRB Kota Medan. Wilayah Medan Bagian Utara yang berperan

cukup besar dalam pembentukan PDRB wilayah Medan Bagian Utara adalah

Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan Belawan.

4.1.3. Peran Sektor Industri Pengolahan Wilayah Medan Bagian Utara Dalam Perekonomian Kota Medan

4.1.3.1. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui pengelompokkan

(29)

struktur pertumbuhannya. Dengan menggunakan Matrix Klassen dapat dilakukan

empat pengelompokkan sektor dengan memanfaatkan laju pertumbuhan dan nilai

kontribusi.

4.1.3.1.1. Kecamatan Medan Deli

Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor PDRB Kota Medan dan

Kecamatan Medan Deli selama periode Tahun 2006-2010 dapat dilihat pada

Tabel 4.7.

Pada Tabel 4.7. terlihat bahwa sektor yang memiliki kontribusi rata-rata

paling besar terhadap PDRB Kecamatan Medan Deli adalah sektor perdagangan

dan restoran, kemudian diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor

bangunan, dan sektor industri dan pengolahan. Sektor yang memiliki kontribusi

rata-rata paling kecil yaitu sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik,

gas, dan air. Untuk pertumbuhan rata-rata, paling besar ditunjukkan oleh sektor

pengangkutan dan komunikasi, kemudian diikuti sektor bangunan, dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor yang memiliki pertumbuhan

rata-rata paling kecil yaitu sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik,

(30)

Tabel 4.7. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kota Medan dan Kecamatan Medan Deli Tahun 2006-2010

No Sektor Kecamatan Medan Deli Kota Medan

Rata-rata

2 Pertambangan dan

Penggalian 0.00 0,00 -6,52 0.00

3 Industri dan

Pengolahan 5,46 18.51 4.53 14.27

4 Listrik, Gas dan Air 0.00 0,00 3,84 1.45

5 Bangunan 8,97 23.23 8,12 11.08

6 Perdagangan dan

Restoran 5,71 28.24 7,03 26.41

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 10,88 24,31 9,66 20,04

8 Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 6,54 0.70 7.98 14.15

9 Jasa-jasa 5,74 4.39 6.95 10.27

Sumber : BPS Kota Medan, 2011,

Pada Kota Medan terlihat bahwa sektor-sektor yang memiliki kontribusi

rata-rata paling besar adalah sektor sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor industri dan pengolahan, dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor yang menyumbangkan

kontribusi rata-rata paling kecil, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, dan

sektor listri, gas dan air. Pertumbuhan rata-rata Kota Medan paling tinggi adalah

sektor pengangkutan dan komunikasi, kemudian diikuti sektor bangunan, sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran. Sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik, gas dan air

merupakan sektor dengan pertumbuhan paling kecil.

Hasil data pada Tabel 4.7. dapat diklasifikasikan sektor PDRB Kecamatan

Medan Deli tahun 2006-2010 berdasarkan Tipologi Klassen sebagaimana

tercantum pada Tabel 4.8.

(31)

Kuadran I Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sektor)

si > s dan ski > sk

Sektor maju tapi tertekan (stagnant sektor)

si < s dan ski > sk Sektor Industri dan Pengolahan

Sektor Bangunan

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Perdagangan dan Restoran

Kuadran III Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sektor)

si > s dan ski < sk

Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sektor)

si < s dan ski < sk Sektor Pertanian

Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Listrik, Gas dan Air

Sektor Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor Jasa-jasa Sumber : Data diolah , 2015

Hasil analisis pada Tabel 4.8. menunjukkan bahwa terdapat tiga sektor

yaitu sektor industri dan pengolahan, sektor bangunan, dan sektor pengangkutan

dan komunikasi yang dapat dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh pesat.

Sektor-sektor yang tergolong ke dalam sektor potensial untuk berkembang adalah

sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Hasil analisis juga

menunjukkan terdapat satu sektor di Kecamatan Medan Deli tergolong kedalam

sektor maju tapi tertekan yaitu sektor perdagangan dan restoran. Selain itu ada tiga

sektor di Kecamatan Medan Deli tergolong kedalam sektor relatif tertinggal, yaitu

sektor listrik, gas dan air, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan

sektor jasa-jasa.

4.1.3.1.2. Kecamatan Medan Labuhan

Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor PDRB Kota Medan dan

Kecamatan Medan Labuhan selama periode Tahun 2006-2010 dapat dilihat pada

(32)

Tabel 4.9. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kota Medan dan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2006-2010

No Sektor Kecamatan Medan

Labuhan

2 Pertambangan dan

Penggalian 0.00 0,00 -6,52 0.00

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 4,49 2,91 9,66 20,04

8 Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 5,59 6,68 7.98 14.15

9 Jasa-jasa 10,13 12,09 6.95 10.27

Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Pada Tabel 4.9. terlihat bahwa sektor yang memiliki kontribusi rata-rata

paling besar terhadap PDRB Kecamatan Medan Labuhan adalah sektor

perdagangan dan restoran, kemudian diikuti sektor industri dan pengolahan, dan

sektor pertanian. Sektor yang memiliki kontribusi rata-rata paling kecil yaitu

sektor pertambangan dan penggalian dan sektor listrik, gas dan air. Untuk

pertumbuhan rata-rata paling besar ditunjukkan oleh sektor bangunan, dan sektor

jasa-jasa. Sektor yang memiliki pertumbuhan rata-rata paling kecil yaitu sektor

pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik, gas dan air.

Pada Kota Medan terlihat bahwa sektor-sektor yang memiliki kontribusi

rata-rata paling besar adalah sektor sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor industri dan pengolahan, dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor yang menyumbangkan

kontribusi rata-rata paling kecil, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, dan

(33)

sektor pengangkutan dan komunikasi, kemudian diikuti sektor bangunan, sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran. Sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik, gas dan air

merupakan sektor dengan pertumbuhan paling kecil.

Hasil data pada Tabel 4.9. dapat diklasifikasikan sektor PDRB Kecamatan

Medan Labuhan tahun 2006-2010 berdasarkan Tipologi Klassen sebagaimana

tercantum pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Klasifikasi Sektor PDRB Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2006-2010 berdasarkan Tipologi Klassen

Kuadran I Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sektor)

si > s dan ski > sk

Sektor maju tapi tertekan (stagnant sektor)

si < s dan ski > sk Sektor Industri dan Pengolahan

Sektor Jasa-jasa

Sektor Pertanian

Sektor Perdagangan dan Restoran

Kuadran III Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sektor)

si > s dan ski < sk

Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sektor)

si < s dan ski < sk Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Bangunan

Sektor Listrik, Gas dan Air

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber : Data Diolah, 2015

Hasil analisis pada Tabel 4.10. menunjukkan terdapat dua sektor yaitu

sektor industri dan pengolahan dan sektor jasa-jasa yang dapat dikategorikan

sebagai sektor maju dan tumbuh pesat. Sektor-sektor yang tergolong ke dalam

sektor potensial untuk berkembang adalah sektor pertambangan dan penggalian,

dan sektor bangunan. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat dua sektor di

Kecamatan Medan Labuhan tergolong kedalam sektor maju tapi tertekan yaitu

sektor pertanian dan sektor perdagangan dan restoran. Selain itu terdapat tiga

(34)

yaitu sektor listrik, gas dan air, sektor pengangkutan, persewaan, dan jasa

perusahaan, dan sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

4.1.3.1.3. Kecamatan Medan Marelan

Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor PDRB Kota Medan dan

Kecamatan Medan Marelan selama periode Tahun 2006-2010 dapat dilihat pada

Tabel 4.11. Pada Tabel 4.11. terlihat bahwa sektor yang memiliki kontribusi

rata-rata paling besar terhadap PDRB Kecamatan Medan Marelan adalah sektor

perdagangan dan restoran, kemudian diikuti sektor industri dan pengolahan, dan

sektor pertanian. Sektor yang memiliki kontribusi rata-rata paling kecil yaitu

sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik, gas, dan air. Untuk

pertumbuhan rata-rata, paling besar ditunjukkan oleh sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan, kemudian diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi, dan

sektor bangunan. Sektor yang memiliki pertumbuhan rata-rata paling kecil yaitu

sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik, gas dan air.

Pada Kota Medan terlihat bahwa sektor-sektor yang memiliki kontribusi

rata-rata paling besar adalah sektor sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor industri dan pengolahan, dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor yang menyumbangkan

kontribusi rata-rata paling kecil, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, dan

(35)

Tabel 4.11. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kota Medan dan Kecamatan Medan Marelan Tahun 2006-2010

No Sektor Kecamatan Medan

Marelan

2 Pertambangan dan

Penggalian 0.00 0,00 -6,52 0.00

3 Industri dan

Pengolahan 5,20 25,51 4.53 14.27

4 Listrik, Gas dan Air 0.00 0,00 3,84 1.45

5 Bangunan 8,33 6,65 8,12 11.08

6 Perdagangan dan

Restoran 6,48 28,51 7,03 26.41

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 9,45 0,61 9,66 20,04

8 Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 15,28 5,63 7.98 14.15

9 Jasa-jasa 5,31 8,03 6.95 10.27

Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Pertumbuhan rata-rata Kota Medan paling tinggi adalah sektor

pengangkutan dan komunikasi, kemudian diikuti sektor bangunan, sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran. Sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik, gas dan air

merupakan sektor dengan pertumbuhan paling kecil.

Hasil data pada Tabel 4.11. dapat diklasifikasikan sektor PDRB

Kecamatan Medan Marelan tahun 2006-2010 berdasarkan Tipologi Klassen

(36)

Tabel 4.12. Klasifikasi Sektor PDRB Kecamatan Medan Marelan Tahun 2006-2010 berdasarkan Tipologi Klassen

Kuadran I Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sektor)

si > s dan ski > sk

Sektor maju tapi tertekan (stagnant sektor)

si < s dan ski > sk Sektor Pertanian

Sektor Industri dan Pengolahan

Sektor Perdagangan dan Restoran

Kuadran III Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sektor)

si > s dan ski < sk

Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sektor)

si < s dan ski < sk Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Bangunan

Sektor Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor Listrik, Gas dan Air

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Jasa-jasa

Sumber : Data Diolah, 2015

Hasil analisis pada Tabel 4.12. menunjukkan bahwa terdapat dua sektor

yaitu sektor pertanian dan sektor industri dan pengolahan yang dapat

dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh pesat. Sektor-sektor yang

tergolong ke dalam sektor potensial untuk berkembang adalah sektor

pertambangan dan penggalian, dan sektor bangunan, dan sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat satu

sektor di Kecamatan Medan Marelan tergolong ke dalam sektor maju tapi tertekan

yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selain itu ada tiga sektor di

Kecamatan Medan Marelan tergolong ke dalam sektor relatif tertinggal, yaitu

sektor listrik, gas dan air, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor

(37)

4.1.3.1.4. Kecamatan Medan Belawan

Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor PDRB Kota Medan dan

Kecamatan Medan Belawan selama periode Tahun 2006-2010 dapat dilihat pada

Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kota Medan dan Kecamatan Medan Belawan Tahun 2006-2010

No Sektor Kecamatan Medan

Belawan

2 Pertambangan dan

Penggalian 0.00 0.00 -6,52 0.00

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 6,95 31,32 9,66 20,04

8 Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 3,60 8,43 7.98 14.15

9 Jasa-jasa 7,66 12,30 6.95 10.27

Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Pada Tabel 4.13. terlihat bahwa sektor yang memiliki kontribusi rata-rata

paling besar terhadap PDRB Kecamatan Medan Belawan adalah sektor

pengangkutan dan komunikasi, diikuti sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa.

Sektor yang memiliki kontribusi rata-rata paling kecil yaitu sektor pertambangan

dan penggalian. Untuk pertumbuhan rata-rata, paling besar ditunjukkan oleh

sektor bangunan, kemudian diikuti sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan dan

komunikasi. Sektor yang memiliki pertumbuhan rata-rata paling kecil yaitu sektor

pertambangan dan penggalian, dan keuangan, perswaan dan jasa perusahaan.

Pada Kota Medan terlihat bahwa sektor-sektor yang memiliki kontribusi

(38)

pengangkutan dan komunikasi, sektor industri dan pengolahan, dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor yang menyumbangkan

kontribusi rata-rata paling kecil, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, dan

sektor listri, gas dan air. Pertumbuhan rata-rata Kota Medan paling tinggi adalah

sektor pengangkutan dan komunikasi, kemudian diikuti sektor bangunan, sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran. Sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik, gas dan air

merupakan sektor dengan pertumbuhan paling kecil.

Hasil data pada Tabel 4.13. dapat diklasifikasikan sektor PDRB

Kecamatan Medan Belawan tahun 2006-2010 berdasarkan Tipologi Klassen

sebagaimana tercantum pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Klasifikasi Sektor PDRB Kecamatan Medan Belawan Tahun 2006-2010 berdasarkan Tipologi Klassen

Kuadran I Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sektor)

si > s dan ski > sk

Sektor maju tapi tertekan (stagnant sektor)

si < s dan ski > sk Sektor Pertanian

Sektor Listrik, Gas dan Air Sektor Jasa-jasa

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Kuadran III Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sektor)

si > s dan ski < sk

Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sektor)

si < s dan ski < sk Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Industri dan Pengolahan Sektor Bangunan

Sektor Perdagangan dan Restoran Sektor Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber : Data diolah, 2015

Hasil analisis pada Tabel 4.14. menunjukkan bahwa terdapat tiga sektor

yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air, dan sektor jasa-jasa yang dapat

dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh pesat. Sektor-sektor yang

(39)

pertambangan dan penggalian, sektor industri dan pengolahan, dan sektor

bangunan. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat satu sektor di Kecamatan

Medan Belawan tergolong kedalam sektor maju tapi tertekan yaitu sektor

pengangkutan dan komunikasi. Selain itu ada dua sektor di Kecamatan Medan

Belawan tergolong kedalam sektor relatif tertinggal, yaitu sektor perdagangan dan

restoran, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Berdasarkan

penjelasan di atas dapat direkapitulasi tipologi klassen Medan bagian Utara yang

disajikan pada Tabel 4.15.

Hasil klasifikasi pertumbuhan ekonomi wilayah Medan Bagian Utara

menunjukkan bahwa wilayah Kecamatan Medan Deli memiliki potensi dalam

pengembangan wilayah Medan Bagian Utara Kota Medan karena memiliki

sektor-sektor yang maju dan tumbuh pesat sehingga perlu diprioritaskan dalam

pengembangan wilayah Medan Bagian Utara Kota Medan yaitu sektor industri

dan pengolahan, sektor bangunan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi,

dengan terus mendorong sektor perdagangan dan restoran karena tergolong sektor

maju tapi tertekan, dan mendorong sektor pertanian dan sektor pertambangan dan

(40)

Tabel 4.15. Rekapitulasi Tipologi Klassen Medan Bagian Utara Periode Tahun

Sumber : Tabel 4.8, Tabel 4.10, Tabel 4.12 dan Tabel 4.14

Wilayah Kecamatan Medan Labuhan dapat diprioritaskan sektor industri

dan pengolahan dan sektor jasa-jasa karena merupakan sektor yang maju dan

tumbuh pesat dengan terus mendorong sektor pertanian, dan sektor perdagangan

dan restoran karena tergolong sektor maju tapi tertekan, dan mendorong sektor

pertambangan dan penggalian, dan sektor bangunan karena tergolong sektor

potensial atau masih dapat berkembang.

Wilayah Kecamatan Medan Marelan dapat diprioritaskan sektor pertanian,

sektor industri dan pengolahan karena merupakan sektor yang maju dan tumbuh

pesat dengan terus mendorong sektor perdagangan dan restoran tergolong sektor

(41)

bangunan, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan karena tergolong

sektor potensial atau masih dapat berkembang.

Wilayah Kecamatan Medan Belawan dapat diprioritaskan sektor pertanian,

sektor listrik, gas dan air, dan sektor jasa-jasa karena merupakan sektor yang maju

dan tumbuh pesat dengan terus mendorong sektor pengangkutan dan komunikasi

karena tergolong sektor maju tapi tertekan, dan mendorong sektor pertambangan

dan sektor penggalian, sektor industri dan pengolahan, dan sektor bangunan

karena tergolong sektor potensial atau masih dapat berkembang.

4.1.3.2. Sektor-sektor Basis

Hasil perhitungan analisis Location Quotient (LQ) sektor industry di

wilayah Medan Bagian Utara periode tahun 2001, 2006 dan 2010 dapat dilihat

pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) Sektor Industri Wilayah Medan Bagian Utara Tahun 2001, 2006 dan 2010

No Kecamatan 2001 2006 2010

1 Medan Deli 1.4672 1.0651 1.2472

2 Medan Labuhan 1.5965 1.2328 1.4420

3 Medan Marelan 1.6942 1.4394 1.6676

4 Medan Belawan 0.5063 0.4430 0.5086

Sumber : BPS Kota Medan, 2011, Diolah

Tabel 4.16. menunjukkan bahwa nilai LQ sektor industri Kecamatan

Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Marelan periode pengamatan tahun

2001, 2006 dan 2010 memiliki nilai LQ > 1, sedangkan Kecamatan Medan

Belawan memiliki nilai LQ < 1. Hasil ini menunjukkan sektor industri

pengolahan merupakan sektor basis yang memiliki kekuatan ekonomi yang cukup

baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi

(42)

Untuk lebih jelasnya nilai LQ sektor industri Medan Bagian Utara Kota

Medan periode tahun 2001, 2006 dan 2010 dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Grafik Nilai LQ Sektor Industri Medan Bagian Utara Kota Medan

Hasil analisis LQ wilayah Medan Bagian Utara menunjukkan bahwa

wilayah Kecamatan Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Marelan dapat

diprioritaskan sektor industri pengolahan karena merupakan sektor basis yang

memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap

peningkatan pertumbuhan ekonomi Kecamatan Medan Deli.

4.1.4. Pengaruh Sektor Industri Wilayah Medan Bagian Utara terhadap Perekonomian Kota Medan

Analisis data yang digunakan untuk menganalisis pengaruh sektor industri

wilayah Medan bagian utara terhadap perekonomian Kota Medan menggunakan

analisis regresi berganda. Analisis penelitian ini juga akan dilakukan beberapa uji 1,4672

2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

(43)

asumsi klasik terhadap data penelitian, hal ini disebabkan ada beberapa

permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi, yang secara statistik

permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan

dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk,

maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas,

multikolinearitas, dan heterokedastisitas.

4.1.4.1. Pengujian Asumsi Klasik

4.1.4.1.1. Uji Normalitas

Cara mudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data

residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Selain itu untuk melihat

normalitas residual juga dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram yang

membandingkan antara observasi dengan distribusi normal yang mendekati

distribusi normal.

Tampilan grafik normal plot pada Gambar 4.8. dapat disimpulkan bahwa

data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya. Hal

ini menunjukan data residual berdistribusi normal. Demikian pula dengan hasil

grafik histogram pada Gambar 4.9. yang menunjukkan bahwa data residual

berdistribusi normal yang dilihat dari gambar berbentuk lonceng yang hampir

(44)

Gambar 4.8. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.9. Histogram Kontribusi Sektor Industri Kota Medan

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual

antara lain adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (S). Uji

K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :

Ho : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Untuk menentukannya maka kriterianya adalah :

(45)

Ha diterima apabila nilai signifikansi (Asymp.Sig) < 0,05

Tabel 4.17. Kolmogorov – Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 11

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .14515113 Most Extreme Differences Absolute .145

Positive .145

Negative -.109

Kolmogorov-Smirnov Z .480

Asymp. Sig. (2-tailed) .975

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data

Hasil uji statistik pada Tabel 4.17. menunjukkan bahwa nilai

Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,480 dan signifikansinya pada 0,975 dan nilainya di atas α =

0,05 (Asymp.Sig = 0,975 > 0,05) sehingga hipotesis Ho diterima yang berarti data

residual berdistribusi normal.

4.1.4.1.2. Uji Multikolinieritas

. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan

memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data

serta nilai VIF (Variance Inflation Faktor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF

yang kurang dari 10 dan tolerance yang lebih dari 0,10 maka menandakan bahwa

tidak terjadi adanya gejala multikolinearitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.

Tabel 4.18. Hasil Uji Multikolinieritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Kontribusi SI Medan Deli .596 1.677

Kontribusi SI Medan Labuhan .427 2.341

Kontribusi SI Medan Marelan .251 3.985

(46)

a. Dependent Variable: Kontribusi Sektor Industri Kota Medan Ket. SI = Sektor Industri

Hasil perhitungan menggunakan program SPSS dapat diketahui bahwa

nilai VIF dan tolerance sebagai berikut : Variabel kontribusi sektor industri

Medan Deli mempunyai nilai VIF sebesar 1,677 dan tolerance sebesar 0,596.

Variabel kontribusi sektor industri Medan Labuhan mempunyai nilai VIF sebesar

2,341 dan tolerance sebesar 0,427. Variabel kontribusi sektor industri Medan

Marelan mempunyai nilai VIF sebesar 3,985 dan tolerance sebesar 0,251.

Variabel kontribusi sektor industri Medan Belawan mempunyai nilai VIF sebesar

3,951 dan tolerance sebesar 0,253. Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF

< 10 dan tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dan nilainilai

yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilai VIF dan

tolerance, dan dari hasil analisis di atas dapat diketahui nilai toleransi semua

variabel independen (kontribusi sektor industri Medan Deli, Medan Labuhan,

Medan Marelan dan Medan Belawan) lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10

maka dapat disimpulkan bahwa variabel independennya tidak terjadi

multikolinieritas sehingga model tersebut memenuhi syarat asumsi klasik dalam

analisis regresi.

4.1.4.1.3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan

(47)

Gambar 4.10. Grafik Scatterplots Kontribusi Sektor Industri Kota Medan

Hasil grafik scatterplots pada Gambar 4.10. menunjukkan bahwa titik-titik

menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada

sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, hal ini dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Jadi dapat

disimpulkan secara keseluruhan bahwa model regresi memenuhi syarat uji asumsi

klasik.

4.1.4.2. Pengujian Hipotesis

4.1.4.2.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model

regresi yang dapat lihat dari nilai R Square.

Tabel 4.19. Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

(48)

a. Predictors: (Constant), Kontribusi Sektor Industri Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Deli, Medan Marelan

b. Dependent Variable: Kontribusi Sektor Industri Kota Medan

Hasil perhitungan nilai R Square adalah 0,986 Hal ini berarti 98,6 %

kontribusi sektor industri Kota Medan dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

independen di atas (kontribusi sektor industri Medan Deli, Medan Labuhan,

Medan Marelan dan Medan Belawan), sedangkan sisanya yaitu 1,4 % dijelaskan

oleh kecamatan lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.1.4.2.2 Hasil Uji Simultan (Uji F)

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independent secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel

dependen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel. 4.20. Hasil Uji Simultan

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 14.886 4 3.721 105.980 .000a

Residual .211 6 .035

Total 15.096 10

a. Predictors: (Constant), Kontribusi Sektor Industri Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Deli, Medan Marelan

b. Dependent Variable: Kontribusi Sektor Industri Kota Medan

Pada Tabel 4.20 di atas terlihat bahwa tingkat probabilitas 0,000 < α =

0,05, yang berarti Ha diterima. Ini berarti secara bersama kontribusi sektor

industri Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan

berpengaruh signifikan dalam menjelaskan kontribusi sektor industri Kota Medan.

4.1.4.2.3. Hasil Uji Parsial (Uji-t)

Pada uji statistik secara parsial dengan nilai t kritis (critical value) pada df

(49)

termasuk konstanta. Untuk menguji koefisian regresi parsial secara individu dari

masing-masing variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21. Uji Statistik-t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -6.257 3.895 -1.607 .159

Kontribusi SI Medan Deli .782 .052 .940 15.042 .000

Kontribusi SI Medan Labuhan .055 .084 .048 .654 .538

Kontribusi SI Medan Marelan .274 .280 .094 .978 .366

Kontribusi SI Medan Belawan -.275 .461 -.057 -.596 .573

a. Dependent Variable: Kontribusi Sektor Indutri Kota Medan

Pada Tabel 4.21. di atas, uji statistik t diperoleh, sebagai berikut :

1. Variabel kontribusi sektor industri Medan Deli memiliki tingkat probabilitas

0,000 dan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kontribusi sektor

industri Kota Medan.

2. Variabel kontribusi sektor industri Medan Labuhan memiliki tingkat

probabilitas 0,538 dan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

kontribusi sektor industri Kota Medan.

3. Variabel kontribusi sektor industri Medan Marelan memiliki tingkat

probabilitas 0,366 dan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

kontribusi sektor industri Kota Medan.

4. Variabel kontribusi sektor industri Medan Belawan memiliki tingkat

probabilitas 0,573 dan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

kontribusi sektor industri Kota Medan.

Berdasarkan Tabel 4.21. dan uraian di atas maka dengan demikian dapat

disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut :

(50)

Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna

1. Nilai konstanta sebesar -6,257 yang berarti jika tidak ada nilai variabel

independen, dalam hal ini kontribusi sektor industri Medan Deli, Medan

Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan sama dengan 0 (nol) maka

nilai kontribusi sektor industri Kota Medan akan sebesar -6,257%.

2. Kontribusi sektor industri Medan Deli memiliki nilai koefisien beta sebesar

0,782 yang berarti kontribusi sektor industri Medan Deli meningkatkan nilai

kontribusi sektor industri Kota Medan sebesar 0,782%.

3. Kontribusi sektor industri Medan Labuhan memiliki nilai koefisien beta

sebesar 0,055 yang berarti kontribusi sektor industri Medan Labuhan

meningkatkan nilai kontribusi sektor industri Kota Medan sebesar 0,055%.

4. Kontribusi sektor industri Medan Marelan memiliki nilai koefisien beta

sebesar 0,274 yang berarti kontribusi sektor industri Medan Marelan

meningkatkan nilai kontribusi sektor industri Kota Medan sebesar 0,274%.

5. Kontribusi sektor industri Medan Belawan memiliki nilai koefisien beta

sebesar -0,275 yang berarti kontribusi sektor industri Medan Belawan

menurunkan nilai kontribusi sektor industri Kota Medan sebesar 0,275%.

4.2. Pembahasan

Kontribusi sektor industri pengolahan wilayah Medan Bagian Utara dalam

perekonomian Kota Medan selama periode tahun 2006-2010 memberikan

sumbangan rata-rata 3,39% dalam pembentukan PDRB Kota Medan dan terhadap

sektor industri Kota Medan memberikan sumbangan rata-rata 23,80%. Kecamatan

Medan Deli dan Kecamatan Medan Belawan merupakan kecamatan yang

(51)

wilayah Medan Bagian Utara. Hasil penelitian ini sejalan penelitian Hasibuan

(2013) yang menyimpulkan bahwa sektor industri memiliki laju pertumbuhan

yang positif setiap tahunnya. Nilai produksi sektor industri kota Medan dari tahun

ke tahun mengalami peningkatan tetapi kontribusi sektor industri terhadap PDRB

kota Medan mengalami penurunan. Ini disebabkan oleh semakin besarnya

sektor-sektor lain yang memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap PDRB dan

dikarenakan potensi ekonomi kota Medan adalah pada sektor perdagangan dan

sektor angkutan dan komunikasi.

Peran sektor industri wilayah Medan Bagian Utara berdasarkan hasil

analisis LQ menunjukkan bahwa Kecamatan Medan Deli, Medan Labuhan dan

Medan Marelan periode pengamatan tahun 2001, 2006 dan 2010 memiliki nilai

LQ > 1, sedangkan Kecamatan Medan Belawan memiliki nilai LQ < 1. Hasil ini

menunjukkan sektor industri pengolahan merupakan sektor basis yang memiliki

kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan

pertumbuhan ekonomi Kecamatan Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan

Marelan.

Wilayah Medan Bagian Utara memiliki potensi dalam pengembangan

sektor industri Kota Medan karena memberikan sumbangan relatif cukup besar

dalam pembentukan PDRB Kota Medan dan merupakan sektor basis wilayah

Medan Bagian Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan sejalan dengan analisis

Bagian Wilayah Kota (BWK) RTRW Kota Medan 2016 tentang potensi

(52)

Tabel 4.22. Potensi Wilayah Kawasan Utara Kota Medan

No Bagian Wilayah Kota Potensi Pengembangan Wilayah

1 Medan Deli Industri

Jasa

2 Medan Labuhan Industri

Jasa

3 Medan Marelan Jasa

Fasilitas Ekonomi

4 Medan Belawan Industri Perikanan

Jasa Pelabuhan Sumber : Master Plan Kota Medan 2016

Pada Tabel 4.22. dapat dilihat bahwa dominasi potensi ekonomi wilayah

Medan Bagian Utara ditopang oleh industri dan jasa. Pusat Industri dan Jasa

ditandai dengan berdirinya pusat kegiatan industri dan jasa yang dikonsentrasikan

di Kecamatan Medan Labuhan dan Medan Deli. Kegiatan industri ini dikelola

melalui PT. Kawasan Industri Medan dengan areal 514 hektare dan masih

disediakan 650 hektare untuk pengembangan, bahkan bisa mencapai 1000 hektare

dengan pengembangan wilayah sebagian milik Kabupaten Deli Serdang. Terdapat

86 Perusahaan Modal Dalam Negeri dan 17 Perusahaan Modal Asing (PMA)

yang bergerak di bidang industri manufaktur, Industri Logam, Industri

Elektronika Dasar, Industri Makanan, Industri Pengolahan Hasil Perikanan,

Industri Minyak Olahan Sawit, Industri Alkohol dan Kosmetika, Konstruksi,

industri Pakan Ternak dan lain sebagainya sumber

Berdasarkan data statisik dari BPS Medan kegiatan industri di wilayah

Medan Bagian Utara Kota Medan ini sangat dominan dibanding kecamatan lain di

luar wilayah Medan Bagian Utara Kota Medan, seperti dilihat pada Tabel 4.21

(53)

Tabel 4.23. Banyaknya Perusahaan, Tenaga Kerja untuk Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Kota Medan Menurut Kecamatan Tahun 2010

No Kecamatan Banyaknya

Perusahaan

Sumber : BPS Kota Medan, 2014

Pada Tabel 4.23 dapat diasumsikan bahwa kedudukan Medan Bagian

Utara sebagai basis Industri Kota Medan, dengan jumlah industri 83 perusahaan

atau 44,86 % dan serapan tenaga kerja mencapai 29.160 orang atau 74,65 % dari

seluruh tenaga kerja Industri Besar dan Sedang Kota Medan. Hal ini

menggambarkan potensi Medan Bagian Utara Kota Medan salah satunya adalah

dari sektor industri. Hasil penelitian Matondang (2009) menunjukkan bahwa

dunia industri tentunya akan lebih memilih tenaga kerja terampil yang tersedia

dekat dengan lokasi industri. Artinya tenaga kerja yang dekat dengan lokasi

industri akan lebih cepat mencapai industri tempat bekerjanya sehingga pihak

industri akan lebih nyaman untuk menggunakan tenaga kerja sekalipun perlu

(54)

akan diuntungkan dengan perhitungan pembayaran tunjangan transportasi atau

penyediaan transportasi antar jemput karyawan.

Menurut Tarigan (2007) berdasarkan teori lokasi yang menyelidiki tata

ruang (spatial order), kegiatan ekonomi alokasi geografis dari sumber-sumber

potensial, serta hubungan dengan atau pengaruhnya terhadap berbagai macam

usaha baik ekonomi maupun sosial. Salah satu unsur dari ruang tersebut adalah

jarak. Jarak menciptakan ”gangguan” yaitu dibutuhkannya waktu dan tenaga serta

biaya untuk mencapai suatu lokasi.

Tenaga kerja yang dekat dengan lokasi bekerja juga akan merasa lebih

nyaman, karena jarak yang ditempuh tidak jauh. Sehingga tenaga kerja dapat

memiliki waktu yang cukup untuk mengelola kegiatan lain dalam keluarga jika

diasumsikan jam kerja adalah pagi. Karena pagi hari adalah waktu yang sangat

banyak aktifitas kegiatan dalam sebuah keluarga. Jika seorang kepala keluarga

merupakan tenaga kerja di industri yang lokasi dekat dengan tempat tinggalnya,

maka akan lebih leluasa membagi waktu untuk aktifitas pagi seperti

memberangkatkan anak untuk sekolah. Disamping itu maka tenaga kerja yang

dekat dengan lokasi industri akan lebih menghemat biaya operasionalnya untuk

bekerja, komponen biaya yang akan terhemat mencakup antara lain biaya

transportasi, dapat juga menghemat biaya makan harian karena lebih leluasa untuk

mempersiapkan bekal atau dapat pulang ke rumah jika sangat dekat.

Dengan terkonsentrasinya industri di wilayah Medan Bagian Utara Kota

Medan berarti tenaga kerja yang dibutuhkan juga akan semakin banyak dan

tentunya akan membawa dampak bagi perekonomian kota Medan. Penyediaan

fasilitas pendukung tentunya harus semakin dibenahi baik fasilitas perekonomian,

Gambar

Tabel 3.1.Definisi  Variabel Operasional Penelitian Jenis Nama
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Medan
Gambar 4.2. Peta Rencana Struktur Pelayanan Kota Medan
Gambar 4.3. Peta Adminstrasi Medan Bagian Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar D.7 Hasil Uji RVA Pati Biji Mangga dan RVA Larutan Biokomposit dari Pati Biji Mangga dengan Pengisi Hybrid serta Plasticizer Gliserol.. D.8 HASIL UJI

menunjukkan perbedaan rerata panjang trikoma ( abaksial ) daun jati ( Tectona grandis L.) pada umur 12 MST yang ditanam pada tanah pascatambang emas Bombana dengan

Persamaan (10) mendasarkan hubungan linear antara permintaan akhir, dalam hal ini konsumsi pariwisata dengan output. Semakin besar jumlah permintaan terhadap produk

karakter poliuretan hasil sintesis sebelum dan sesudah dibiodegradasi meliputi analisis gugus fungsi dengan FTIR dan kristalinitas dengan XRD, kehilangan massa dan

Judul Skripsi : Penggunaan Serbuk Bij Kelor ( Moringa oleifera Lam) untuk Menurunkan Kadar Cupri (Cu) dan Kromium (Cr) Air Sumur Gali secara

Hasil SEM (Scanning Electron Microscopy) Pati Ikat

[r]

Tugevus Beruntung dalam menyusun Detail Engineering Design (DED) Infrastruktur Kawasan Rumah Sederhana Sehat (RSH). Undang- Undang