• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Manajemen Inovasi Pelaku Usaha di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Manajemen Inovasi Pelaku Usaha di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MANAJEMEN INOVASI PELAKU USAHA

DI PUSAT INDUSTRI KECIL (PIK) MENTENG

MEDAN

G E L A D I K A R Y A

Oleh:

Geri Wahyudi Karim

087 007 048

Konsentrasi : Manajemen Teknologi

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Geladikarya : ANALISIS MANAJEMEN INOVASI PELAKU USAHA DI PUSAT INDUSTRI KECIL (PIK) MENTENG MEDAN

Nama : Geri Wahyudi Karim

Nim : 087007048

Program studi : Magister Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Teknologi

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng)

Ketua

(Dr. Ir. Nazaruddin, MT)

Anggota

Ketua Program Studi Direktur

Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya yang berjudul:

“ANALISIS MANAJEMEN INOVASI PELAKU USAHA DI PUSAT

INDUSTRI KECIL (PIK) MENTENG MEDAN”

Adalah benar merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan belum pernah

dipublikasikan.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas.

Medan, Desember 2011

Yang Membuat Pernyataan

Geri Wahyudi Karim

(4)

RIWAYAT HIDUP

Geri Wahyudi Karim lahir di Medan – Sumatera Utara, pada tanggal 18 Oktober 1981. Bertempat tinggal di Jln. Kapuk Kiri No 79/90, Bandar Klippa, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Riwayat Pendidikan dimulai pada Sekolah Dasar Inpres 060913 Medan tahun 1988 hingga 1994. Kemudian dilanjutkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta IRA Medan pada tahun 1994 hingga 1997. Berikutnya melanjutkan SekolahMenengah Umum Negeri 11 Medan dari tahun 1997 hingga 2000. Melanjutkan pendidikan Strata 1 di Universitas Sumatera Utara, Jurusan Psikologi dari tahun 2000 hingga 2005.

Pada tahun 2008 hingga 2011 bekerja di PT Coffindo dengan jabatan sebagai

Head of Human Resources Department, dan sejak Mei 2011 hingga sekarang bekerja di PT. Bakrie Sumatera Plantation – Oleochemical Division, yang terletak di Kuala Tanjung, Batubara – Sumatera Utara, dengan jabatan sebagai Training and Development Specialist.

Penulis memiliki Ayah yang bernama Herman dan Ibu bernama Ramaini, abang-abang bernama: Hendra Subrata, Chandra Lesmana, Roby Andika, serta seorang adik yang bernama Roy Pranata.

Medan, Desember 2011

Penulis

Geri Wahyudi Karim

(5)

RINGKASANEKSEKUTIF

Geri Wahyudi Karim, Analisis Manajemen Inovasi Pelaku Usaha di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan, Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng dan Dr. Ir. Nazaruddin, MT.

Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan merupakan pusat industri kerajinan tangan yang berada Kelurahan Medan Tenggara. PIK Menteng Medan telah berdiri sejak tahun 1996, pada masa kepemimpinan Walikota Medan Bpk. Bachtiar Jafar yang didirikannya untuk mengembangkan usaha mikro, serta membina masyarakat agar lebih dapat mandiri dalam kehidupan perekonomian. Namun, tingkat penghasilan para pelaku usaha tercatat sejak tahun 2007 hingga 2010 terus mengalami fluktuasi yang mengarah kepada penurunan pendapatan hingga mencapai 20%. Ini terjadi akibat penjualan mereka yang hanya mengandalkan order, menggunakan mesin yang masih konvensional, dan sistem pemasaran yang tidak sistematis. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem penerapan manajemen inovasi tidak berjalan. Berdasarkan hal ini dirumuskna masalah utama yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen inovasi oleh pelaku usaha di Pusat Industri Kecil Menteng – Medan.

Tujuan penelitian ini untuk (1) menganalisis penerapan manajemen inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha PIK Menteng Medan (2) mengidentifikasi faktor-faktor manajemen inovasi yang menjadi hambatan bagi pelaku usaha di PIK Menteng Medan dalam meningkatkan performa mereka. (3) mengindentifikasi langkah-langkah konkrit yang bisa mereka lakukan terkait dengan hasil penelitian ini nantinya.

Penelitian dilakukan di PIK Menteng Medan, dari bulan Juli 2011 hingga September 2011. Cara pengumpulan data dengan menyebar Skala, Wawancara, serta Studi Dokumentasi. Metode penelitian adalah deskriptif dimana penulis menganalisa data-data yang ada berdasarkan hasil survey yang penulis lakukan dan disesuaikan dengan teori yang ada, sehingga apabila ada perbedaan antara teori dan realisasi itulah yang menjadi bahan analisis dan evaluasi.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi manajemen inovasi adalah new knowledge, sedangkan faktor process need adalah faktor yang perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan memberi sumbangan negatif terhadap tingkat pendapatan.

(6)

KATA PENGANTAR



















































































































Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu (QS. An-Nur: 35).

Puji syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadiran Allah SWT, Tuhan

Pemilik Semesta Alam, karena saya masih diberikan hidup dan kehidupan. Shalawat

serta salam saya kepada junjungan Rasulullah SAW. Semoga kita semua mendapat

rahmat dan ridho dari-Nya.

Pada penulisan Gladi Karya ini penulis ingin mengangkat permasalahan yang

terjadi di lingkungan Pusat Industri Kecil Menteng Medan. PIK Menteng Medan

pernah menjadi ikon industri kecil tidak hanya di Medan, namun Sumatera Utara.

Produk mereka dahulu bahkan sudah sampai ke mancanegara, namun semenjak krisis

ekonomi tahun 1998, PIK Menteng Medan mengalami pasang surut. Agar bisa

(7)

bagaimana melakukan inovasi dan apa yang menjadi fokus inovasi? Penulis ingin

menjawabnya melalui penelitian ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng, selaku Ketua Komisi Pembimbing

sekaligus sebagai Ketua Program Studi Magister Manajemen Sekolah

Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Nazaruddin M.T., selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Dan kasih khusus kepada:

1. Ibunda Ramaini dan Ayahanda Herman selaku orangtua yang banyak

memberi support serta semangat.

2. Mas Hendra, Mas Chandra, Mas Roby dan Roy Pranata sebagai saudara yang

selalu ada dan memberi semangat kepada penulis.

3. Istriku tercinta: Naiti Rofiya, S.Farm, Apt  terima-kasih sudah menjadi

pelita dan semangat hidupku dan jagoan jabang buah hatiku. I love you them

all, I live for our life.

4. Ridzky Anggarini alias Tjen tjen, dirimu lah satu-satunya yang mengetahui

misteri kehidupan ini .

5. Widya Wardana, sebagai boss yang sangat pengertian dan memberi

kesempatan kepada penulis untuk izin Kuala Tanjung – Medan.

6. Irfan Anwar, selaku boss yang banyak membantu penulis dalam perkuliahan,

mental baja, dan pandangan hidup serta makna keteguhan hati 

7. Bunda Sisca, sebagai boss yang semangat dan nasihatnya masih penulis ingat.

(8)

8. A. Harahap (Ketua II PIK Menteng Medan), dan Pak Ismet (Ketua I PIK

Menteng Medan) atas izin dan informasi serta kemudahan kepada penulis

selama pengambilan data penelitian.

9. Rekan-rekan angkatan XXIV-2 (Erik Sembiring, Farel Mulyadi, Fredon

Hutapea, Shanty, Meilya S. Ginting, Kak Tuty, Bu Safrida, Adjie PN, Hendra

R., Rifky, Ivan Hasnanda, Warisan, Mas Daniel dan lainnya) serta semua

pihak yang membantu dalam penulisan Gladi Karya ini.

10.Rekan-rekan HR Community, Mr. NF, Pak Indra Icak, Pak Iboss serta Kak

Gina dan lainnya yang sulit untuk disebutkan satu persatu.

11.Rekan-rekan di Coffindo (Tuan Alol, Pak Ade’, Rahmad, Pak Heri, jenenge

sopo, Roro Hanjoyo, SP, dll) dan rekan-rekan di BSP Oleo (Mr. Jimbron,

Ziky, Nuga, Lina, Kak Ely, Mr. Okto, Chichi Mimi, Kiteng, dll)

12.Mr. Ahmad Yani. Thanks for your support and help us Sir

13.Last but not least, my late father, so much miss you..

Medan, 2012

Penulis

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 23

Gambar 5.1. Diagram Scatterplot... 46

Gambar 5.2. Diagram Kondisi The Unexpected di PIK Menteng Medan ... 55

Gambar 5.3. Diagram Kondisi The Incongruity di PIK Menteng Medan ... 58

Gambar 5.4. Diagram Kondisi Process Need di PIK Menteng Medan ... 62

Gambar 5.5. Diagram Kondisi Industry and Market Structure di PIK Menteng Medan ... 64

Gambar 5.6. Diagram Kondisi Demographic di PIK Menteng Medan... 67

Gambar 5.7. Diagram Kondisi Change in Perception di PIK Menteng Medan 69 Gambar 5.8. Diagram Kondisi New Knowledge di PIK Menteng Medan ... 71

Gambar 5.9. Proses Manajemen Inovasi bagi Pelaku Usaha PIK Menteng Medan . 81

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Perkiraan Rata-rata Pendapatan per Bulan Pelaku Usaha PIK

dari Tahun 2007 - 2010 ... 5

Tabel 2.1. Jenis dan Karakteristik Inovasi ... 10

Table 2.2. Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil dan Menengah ... 22

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 25

Tabel 4.2. Blue Print Skala Manajemen Inovasi ... 30

Tabel 4.3. Reliabilitas Alat Ukur ... 32

Tabel 4.4. Blue Print setelah Uji Coba ... 33

Tabel 5.1. Pembagian Kelurahan, Luasnya (km²), dan Persentase terhadap Luas Kecamatan Medan Denai Tahun 2007 ... 37

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per km² ... 38

Tabel 5.3. Banyaknya Industri Besar/Sedang, Kecil, dan kerajina Rumah- Tangga menurut Kelurahan pada Tahun 2007 ... 38

Tabel 5.4. Usia Responden di Pusat Industri Kecil ... 40

(11)

Medan Tenggara ... 41

Tabel 5.6. Jenis Industri yang berada di PIK Medan Tenggara ... 42

Tabel 5.7. Uji Normalitas ... 43

Tabel 5.8. Uji Autokorelasi... 44

Tabel 5.9. Uji Multikolinieritas... 45

Tabel 5.10. Anova Perbedaan Tingkat Pendapatan ditinjau dari Elemen Manajemen Inovasi Drucker ... 47

Tabel 5.11. Persamaan Regresi antar Elemen Manajemen Inovasi terhadap Tingkat Pendapatan Para Pelaku Usaha PIK Menteng Medan ... 48

Tabel 5.12. Resume Skor EPPS ... 75

(12)

RINGKASANEKSEKUTIF

Geri Wahyudi Karim, Analisis Manajemen Inovasi Pelaku Usaha di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan, Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng dan Dr. Ir. Nazaruddin, MT.

Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan merupakan pusat industri kerajinan tangan yang berada Kelurahan Medan Tenggara. PIK Menteng Medan telah berdiri sejak tahun 1996, pada masa kepemimpinan Walikota Medan Bpk. Bachtiar Jafar yang didirikannya untuk mengembangkan usaha mikro, serta membina masyarakat agar lebih dapat mandiri dalam kehidupan perekonomian. Namun, tingkat penghasilan para pelaku usaha tercatat sejak tahun 2007 hingga 2010 terus mengalami fluktuasi yang mengarah kepada penurunan pendapatan hingga mencapai 20%. Ini terjadi akibat penjualan mereka yang hanya mengandalkan order, menggunakan mesin yang masih konvensional, dan sistem pemasaran yang tidak sistematis. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem penerapan manajemen inovasi tidak berjalan. Berdasarkan hal ini dirumuskna masalah utama yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen inovasi oleh pelaku usaha di Pusat Industri Kecil Menteng – Medan.

Tujuan penelitian ini untuk (1) menganalisis penerapan manajemen inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha PIK Menteng Medan (2) mengidentifikasi faktor-faktor manajemen inovasi yang menjadi hambatan bagi pelaku usaha di PIK Menteng Medan dalam meningkatkan performa mereka. (3) mengindentifikasi langkah-langkah konkrit yang bisa mereka lakukan terkait dengan hasil penelitian ini nantinya.

Penelitian dilakukan di PIK Menteng Medan, dari bulan Juli 2011 hingga September 2011. Cara pengumpulan data dengan menyebar Skala, Wawancara, serta Studi Dokumentasi. Metode penelitian adalah deskriptif dimana penulis menganalisa data-data yang ada berdasarkan hasil survey yang penulis lakukan dan disesuaikan dengan teori yang ada, sehingga apabila ada perbedaan antara teori dan realisasi itulah yang menjadi bahan analisis dan evaluasi.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi manajemen inovasi adalah new knowledge, sedangkan faktor process need adalah faktor yang perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan memberi sumbangan negatif terhadap tingkat pendapatan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wirausaha harus berinovasi, begitulah yang diungkapkan Drucker (1986).

Dengan berinovasi, wirausaha akan dapat meraih impiannya. Drucker (1986)

menyatakan bahwa inovasi merupakan hal utama bagi wirausaha jika ingin

melakukan tindakan dalam berbisnis. Inovasi pada dasarnya adalah proses bagi

pelaku usaha dimana mereka menggunakan sumber daya (resources) dan

kompetensi yang mereka miliki untuk mengembangkan produk baru atau

pengembangan sistem operasi baru guna lebih efektif, efisien dan mampu

menjawab kebutuhan customer (Jones, 2010).

Inovasi tidak hanya diperlukan perusahaan besar, perusahaan kecil seperti

segmen UKM penerapan inovasi dalam usaha mereka sangat baik. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Manikmas (2000) menyatakan bahwa pelaku usaha

kecil penting mempertimbangkan aspek penggunaan teknologi yang lebih tepat.

Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku usaha perlu mempertimbangkan guna

memperbaiki sistem operasi mereka dari konvensional menjadi lebih baik. Jones

menyatakan bahwa inovasi tidak hanya pada produk, namun juga pada

penggunaan teknologi. Peralihan sistem operasi yang tepat sudah diantisipasi

(14)

nilai melalui sistem, maka pelaku usaha perlu melakukan perubahan nilai melalui

sistem yang lebih baik dan baru.

Perubahan kerap dan terus terjadi. Dalam dunia bisnis, segala sesuatu terus

berubah, tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri. Pelaku usaha juga

terus memikirkan strategi bisnisnya untuk bisa bertahan dalam dunia bisnis.

Sayangnya, tidak banyak pelaku usaha kecil yang menyadari pentingnya

pembaharuan dalam bisnis mereka, baik sistem operasi maupun produk, mereka

cenderung bertahan dengan sistem yang telah mereka pergunakan dengan alasan

bahwa sistem tersebut juga mendatangkan keuntungan bagi mereka. Tetapi jika

mereka bisa meningkatkan inovasi dalam bisnis mereka, maka mereka bisa “naik”

kelas, seperti apa yang diungkapkan Rhenald Kasali (2010), bahwa wirausaha

juga harus naik kelas, dan ini bisa mereka capai dengan adanya strategi inovasi.

Salah satu kelompok pelaku usaha UKM yang ada di Medan adalah Pusat

Industri Kecil (PIK) Menteng yang terletak di Jalan Menteng VII – Medan,

Sumatera Utara. Kelompok ini sudah berdiri sejak tahun 1996 yang diresmikan

oleh Walikota Medan Bachtiar Djafar melalui Dinas Perindustrian dan

Perdagangan. Mulanya PIK mampu membangkitkan gelora industri rumah tangga.

Berbagai macam produk pun berhasil diciptakan dengan pendapatan yang cukup

memuaskan. Ekonomi masyarakat menengah ke bawah mulai dapat diperbaiki.

Pada awalnya jumlah pelaku usaha di PIK Menteng Medan berkisar 110

orang, namun seiring waktu berjalan, terutama akibat imbas dari krisis ekonomi

(15)

pemerintah yang kurang pada saat krisis terjadi hingga membuat pelaku usaha

tidak lagi meneruskan bisnisnya. Saat ini jumlah pelaku usaha yang ada hanya

tinggal 30 orang saja dan sistem organisasi mereka tidak berubah mulai dari

berdiri di tahun 1996, berdiri sendiri, tanpa manajemen dan tidak terkendali.

Ahmad Harahap, Ketua II Koperasi Pusat Industri Kecil (Kopik) Menteng

– Medan menyatakan bahwa kini sudah tidak ada lagi perhatian dari dinas terkait.

Padahal dulu, ini adalah program yang diutamakan oleh Pemerintah Kota Medan

pada masa Walikota dijabat oleh Bactiar Djafar. Pada tahun permulaan, PIK

sangat maju, order pun banyak mereka terima, terutama pakaian dan sepatu dinas

untuk pegawai Pemerintah Kota Medan. Modal juga banyak mereka dapat berupa

pinjaman lunak dari berbagai pihak, seperti dari Pertamina. Namun, sekarang hal

itu sudah banyak berbalik. Order dari dinas pemerintahan tidak lagi mereka

terima, modal yang sulit mereka dapatkan. Kredit BUMN dan pinjaman kredit

lunak yang biasa diterima oleh pelaku usaha lokal ini pun tak lagi berlanjut. Guna

meneruskan kegiatan usahanya para pelaku usaha ini banyak yang mencoba

berpindah kredit melalui bank, namun mereka tak menyanggupi bunga yang

cukup besar. Bahkan banyak ruko yang beralih fungsi bahkan dijual kepada orang

lain. Padahal menurut aturannya, ruko tidak boleh dijual, karena mereka

diharuskan menyicil ruko yang mereka tempati untuk kegiatan usaha.

Mandeknya hal diatas, juga mematikan daya kreatifitas pelaku usaha.

Mereka memang mengharapkan peran aktif pemerintah untuk membantu mereka

keluar dari permasalahannya. Sejatinya, mereka tidak harus bergantung terus

(16)

bisa keluar dari permasalahan utama mereka. Drucker (1986) menyatakan bahwa

pelaku bisnis harus terus melakukan inovasi terhadap apa-apa saja yang mereka

lakukan. Pelaku usaha harus memikirkan ulang terhadap proses produksi dan

produk mereka.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara terhadap pelaku usaha

yang masih bertahan di PIK Menteng – Medan, penulis menemukan bahwa terjadi

kemandekan dalam bisnis mereka. Produk yang mereka pasarkan tidak ada

mengalami perubahan dari tahun ke tahun, pasar tidak mereka kembangkan dan

sistem operasi mereka juga mengalami stagnasi. Hasil wawancara dengan salah

satu pelaku usaha menyatakan sebagai berikut:

“Kami memang tidak banyak melakukan perubahan usaha, seperti usaha saya yang sudah berjalan dari tahun 2003 hingga sekarang (2011)… Mesin-mesin yang kami pergunakan juga nggak banyak berubah… metode pemasaran kami melalui berjualan langsung dan kami jual ke pembeli atau ke distributor lokal”

Selanjutnya Harahap menjelaskan jika kondisi ini terus berlangsung,

bukan tidak mungkin industri yang ada akan mati. Tingkat pendapatan pelaku

usaha yang penulis peroleh berdasarkan interview dengan 5 (lima) orang pelaku

usaha di PIK menemukan bahwa tingkat pendapatan mereka rata-rata turun

hingga 20% setiap tahunnya. Berikut adalah tabel rata-rata pendapatan yang

(17)

Tabel 1.1. Perkiraan Rata-rata Pendapatan Pelaku Usaha PIK dari Tahun 2007 -

2010

No Pelaku Usaha Perkiraan Rata-rata Pendapatan

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

1 Pelaku Usaha "A" Rp 5,000,000 Rp 4,500,000 Rp 4,000,000 Rp 4,000,000 2 Pelaku Usaha "B" Rp 6,000,000 Rp 5,000,000 Rp 4,500,000 Rp 4,000,000 3 Pelaku Usaha "C" Rp 4,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 4 Pelaku Usaha "D" Rp 2,000,000 Rp 1,700,000 Rp 1,000,000 Rp 1,500,000

5

gPelaku Usaha

"E" Rp 7,000,000 Rp 5,000,000 Rp 6,500,000 Rp 6,000,000 Sumber: diolah dari hasil interview dengan pelaku usaha PIK Menteng - Medan

Dari tabel 1.1. diatas terlihat kecenderungan pendapatan para pelaku usaha

yang terus menurun. Penjualan yang mereka andalkan hanya dari permintaan rutin

dan atau pesanan yang datang kepada mereka, namun ini jumlahnya tidak besar.

Ketika penulis menanyakan mengapa mereka tidak membuat suatu toko atau gerai

khusus untuk memasarkan produk mereka, Harahap menjawab hal tersebut pernah

dilakukan, namun kebanyakan para pelaku usaha tidak sanggup untuk menambah

biaya pemasaran lagi, sehingga konsep ini tidak berjalan dengan baik.

Ketika penulis menyinggung mengenai bagaimana penerapan inovasi

dalam industri, mereka menyatakan belum menerapkan sepenuhnya. Mereka

masih menggunakan teknologi yang ada, dan produk yang mereka hasilkan juga

tidak banyak berubah. Berdasarkan hal diatas, penulis ingin mengetahui

(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah penelitian

yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen inovasi

oleh pelaku usaha di Pusat Industri Kecil Menteng – Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Menganalisis penerapan manajemen inovasi yang dilakukan oleh

pelaku usaha PIK Menteng Medan

2) Mengidentifikasi faktor-faktor manajemen inovasi yang menjadi

hambatan bagi pelaku usaha di PIK Menteng Medan dalam

meningkatkan performa mereka.

3) Mengindentifikasi langkah-langkah konkrit yang bisa mereka lakukan

terkait dengan hasil penelitian ini nantinya.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1) Bagi pelaku usaha PIK Menteng Medan sebagai bahan pertimbangan guna

menerapkan manajemen inovasi untuk meningkatkan performa mereka

sehingga bisa bersaing di pasar dan mereka juga bisa mengembangkan

(19)

2) Bagi Program Studi Magister Managemen USU, dapat sebagai bahan

informasi dan acuan dalam melakukan penelitian – penelitian berikutnya

yang berkaitan.

3) Bagi peneliti, mendapatkan wawasan yang lebih dalam dan dapat

diterapkan dalam bekerja.

4) Bagi penelitian selanjutnya, dapat digunakan untuk menambah informasi

dan acuan dasar yang membantu dalam penelitian yang lebih luas lagi

1.5. Batas dan Ruang Lingkup Penelitian

Batasan dan ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :

1) Penelitian hanya dilakukan terhadap:

- Pelaku usaha di PIK Menteng Medan

- Kostumer PIK Menteng – Medan yang diambil secara random

sampling

2) Penelitian hanya mengidentifikasi faktor – faktor manajemen inovasi yang

dikemukakan oleh Drucker (1986) dan analisa penerapan dari manajemen

inovasi tersebut guna meningkatkan performa kinerja pelaku usaha PIK

(20)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. Inovasi

2.1.1. Definisi Inovasi

Inovasi adalah alat spesifik bagi pelaku usaha untuk memanfaatkan

perubahan sebagai peluang bisnis atau jasa yang berbeda. Inovasi dapat

ditampilkan sebagai ilmu, dapat dipelajari dan dapat di praktekkan. Pelaku usaha

perlu secara sengaja mencari sumber inovasi, perubahan dan gejala yang

menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang berhasil. Mereka juga perlu

mengetahui dan menerapkan prinsip inovasi yang berhasil (Drucker, 1986).

Inovasi adalah tindakan yang memberi sumber-daya kekuatan dan

kemampuan baru untuk menciptakan kesejahteraan, dengan kata lain inovasi

menciptakan sumber-daya. Tidak ada sesuatu pun yang menjadi sumber-daya

sampai orang menemukan manfaat dari sesuatu yang terdapat di alam, sehingga

memberinya nilai ekonomis (Drucker, 1986). Sebelum orang memberikan makna

kepada batu alam dan sumber energi bumi, tidak lebih itu semua bukan lah

sumber-daya, bahkan itu adalah pengganggu kestabilan alam, namun begitu orang

menemukan manfaatnya, maka saat itu telah terjadi inovasi terhadap sumber-daya

alam.

Inovasi tidak harus bersumber dari sesuatu yang baru menjadi

(21)

telah ada menjadi suatu sumber-daya baru, dengan catatan sumber-daya baru itu

tetap memberikan nilai dan manfaat kepada manusia dan atau lingkungan sekitar.

Pearce II dan Robinson (2009) menyatakan bahwa dalam dunia bisnis,

inovasi bermula dari penemuan (invention). Jika seseorang sudah mulai

memproduksi, menjual dan memasarkan barang hasil temuannya tersebut, maka ia

sudah melakukan inovasi. Mereka menyebutkan bahwa inovasi itu bagaimana

upaya memutar ide menjadi profit.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa inovasi

merupakan suatu proses untuk menciptakan sumber daya baru berdasarkan

sumberdaya – sumberdaya yang sudah ada, dan hasil tersebut dapat memberikan

manfaat kepada manusia dan juga memberikan profit bagi yang

mengembangkannya.

2.1.2. Jenis-jenis Inovasi

Konsep inovasi mempunyai sejarah yang panjang dan pengertian yang

berbeda-beda, terutama didasarkan pada persaingan antara perusahaan-perusahaan

dan strategi yang berbeda yang bisa dimanfaatkan untuk bersaing. Josef

Schumpeter (dalam Hermana, 2008) sering dianggap sebagai ahli ekonomi

pertama yang memberikan perhatian pada pentingnya suatu inovasi. Pada tahun

1949 Schumpeter (dalam Hermana, 2008) menyebutkan bahwa inovasi terdiri dari

lima unsur yaitu: (1) memperkenalkan produk baru atau perubahan kualitatif pada

produk yang sudah ada, (2) memperkenalkan proses baru ke industri, (3)

membuka pasar baru, (4) Mengembangkan sumber pasokan baru pada bahan baku

(22)

Sedangkan Martin Radenakers (dalam Hermana, 2008) membagi inovasi

ke dalam beberapa tipe yang mempunyai karakteristik masing-masing seperti

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Jenis dan Karakteristik Inovasi

Sumber: Hermana (2008)

2.2. Sumber Inovasi

Bagi pelaku usaha, inovasi adalah senjata mereka untuk bisa terus

bertahan, dengan inovasi mereka tetap terus bertahan. Inovasi menciptakan

perubahan, sebagian inovasi yang berhasil menciptakan perubahan besar bagi

kehidupan manusia seperti inovasi pada penicillin, tetapi kebanyakan inovasi yang

berhasil adalah jauh lebih sederhana dan ini diperlukan sebagai dasar perubahan

bagi pelaku usaha. Jadi disiplin inovasi (yang merupakan dasar pengetahuan

kewiraswastaan) adalah suatu disiplin diagnostik, pemeriksaan sistematis terhadap

daerah perubahan yang biasanya menawarkan peluang bagi pelaku usaha

(Drucker, 1986). Secara spesifik, inovasi yang sistematis berarti memantau 7

(tujuh) sumber peluang inovasi. Empat sumber pertama terdapat di dalam

lingkungan organisasi. Sumber itu pada dasarnya gejala, tetapi semuanya adalah

NO TIPE INOVASI KARAKTERISTIK

1 Inovasi Produk Produk, jasa, atau kombinasi keduanya yang baru

2 Inovasi Proses Metode baru dalam menjalankan kegiatan bernilai tambah (misalnya distribusi atau produksi) yang lebih baik atau lebih murah

3 Inovasi Organisasional Metode baru dalam mengelola, mengkoordinasi, dan mengawasi pegawai, kegiatan, dan tanggung jawab

(23)

indikasi yang dapat dipercaya sepenuhnya akan adanya perubahan yang telah

terjadi atau dapat dibuat terjadi dengan sedikit usaha.

Kelompok kedua sumber peluang inovasi terdiri dari tiga hal, menyangkut

perubahan yang terjadi di luar organisasi. Berikut uraian dari ketujuh sumber

peluang inovasi :

2.2.1. TheUnexpected

Menjalankan dunia usaha terkadang berjalan tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan, bisa kemungkinan gagal, padahal sudah dipersiapkan dengan matang.

Sebaliknya bisa terjadi kesuksesan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya.

Sesuatu yang tidak diduga (the unexpected) adalah hal yang berada di luar kendali

dari pelaku usaha. Sesuatu yang tidak diduga menurut Drucker (1986) adalah

sukses yang tidak diduga, kegagalan yang tidak diduga dan kejadian luar yang

tidak diduga.

- Sukses yang tidak diduga

Tidak ada bidang lain yang menyediakan peluang yang lebih berharga bagi

inovasi yang berhasil selain dari sukses di luar dugaan (Drucker, 1986).

Namun, sukses diluar dugaan hampir-hampir diabaikan sama sekali, lebih

buruk lagi pelaku usaha cenderung menolaknya.

- Kegagalan yang tidak diduga

Disamping itu, pelaku usaha juga sudah memperhitungkan segala

kemungkinan kondisi yang akan datang, baik melalui studi kelayakan

ataupun melalui dirancang dengan hati-hati dan dilaksanakan dengan

(24)

usaha yang menganggap kegagalan sebagai kesalahan, kebodohan atau

ikut-ikutan, hanya sedikit yang mampu melihat bahwa kegagalan itu ada

kalanya memperlihatkan adanya perubahan yang mendasar, dan perubahan

itu merupakan peluang (Drucker, 1986).

- Kejadian luar yang tidak diduga

Kejadian luar yang tidak diduga merupakan peristiwa yang tidak tercatat

dalam informasi dan angka laporan yang digunakan manajemen untuk

mengendalikan organisasinya (Drucker, 1986). Sering pelaku usaha

menyadari adanya peluang ataupun informasi yang mereka peroleh tanpa

mereka sangka-sangka dan informasi ini memberikan peluang bagi mereka

untuk mengembangkan inovasi ke dalam organisasinya.

2.2.2. TheIncongruity

Ketidak-serasian adalah suatu penyimpangan, suatu ketidaksesuaian antara

yang ada dengan yang seharusnya, atau antara yang ada dengan yang diasumsikan

setiap orang. Kita mungkin tidak mengerti sebabnya dan seringkali kita tidak

dapat menduganya, tetapi ketidakserasian ini adalah gejala peluang untuk

mengadakan inovasi (Drucker, 1986).

Drucker (1986) membagi 3 (tiga) jenis ketidak-serasian sebagai berikut:

- Ketidak-serasian antara berbagai realita ekonomi dari sebuah industri

Lazimnya dengan meningkatnya permintaan terhadap suatu produk atau

jasa, maka semakin meningkatkan pendapatan. Tetapi yang terjadi disini

(25)

inovasi, dan biasanya ini terjadi pada perusahaan baru ataupun pada

produk / proses yang selama ini tidak terkonsentrasikan.

- Ketidak-serasian antara realita sebuah industri dengan asumsinya

Bilamana orang dalam industri atau sektor jasa tidak dapat memahami

realita, ketika mereka membuat asumsi yang keliru, maka usaha mereka

akan menuju ke arah yang salah. Mereka akan berkonsentrasi pada bidang

yang tidak akan mendatangkan hasil. Lalu akan terdapat ketidak-serasian

antara realita dengan perilaku, ketidak-serasian yang untuk kesekian

kalinya menawarkan peluang untuk inovasi yang berhasil, kepada siapa

saja yang dapat melihat dan memanfaatkannya.

- Ketidak-serasian antara upaya sebuah industri dengan nilai serta harapan

pelanggannya

Sering sekali upaya industri untuk memenuhi harapan pelanggan justru

yang pelanggan rasakan adalah sebaliknya. Bagi sebagian pelaku usaha,

ketidak-serasian ini mendatangkan peluang inovasi untuk memanfaatkan

celah ini, dimana pemenuhan harapan pelanggan yang tidak sejalan bisa

mereka terapkan.

- Ketidak-serasian intern dalam irama atau logika dari sebuah proses

Ketidak-serasian dalam suatu proses sebenarnya lebih mudah ditemukan.

Dalam proses produksi, orang yang sering menjalaninya akan menemukan

bahwa ada tahapan proses / produksi yang justru diluar dari perkiraan,

(26)

Pelaku usaha dapat memanfaatkan ketidak-serasian proses produksi ini

sebagai suatu peluang inovasi yang bermanfaat buat mereka.

(Drucker, 1986)

2.2.3. ProcessNeed

“Peluang adalah sumber inovasi” selalu merupakan tema pokok dalam hal

pembicaraan sumber inovasi. Namun sebuah pepatah lama menyatakan

“kebutuhan adalah induk penemuan” (Drucker, 1986). Saat ini banyak terjadinya

proses inovasi karena perusahaan mampu membaca apa yang menjadi kebutuhan,

baik kebutuhan konsumen maupun kebutuhan produsen. Konsep just in time yang

dikembangkan Toyota Motor Corporation merupakan bagaimana proses inovasi

yang di dasarkan kepada kebutuhan produsen, untuk meminimalisir inventory atau

persediaan. Selanjutnya adalah konsep pesan singkat antar perangkat yang

dikembangkan Research In Motion (RIM), yang mencoba menjawab kebutuhan

konsumen untuk mobilitas yang tinggi dan pentingnya pesan yang akurat, cepat

dan murah.

Kebutuhan proses menyempurnakan proses yang sudah ada, mengganti

mata rantai yang lemah, merancang ulang proses lama yang sudah ada atas dasar

pengetahuan baru. Adakalanya ia memungkinkan terlaksananya sebuah proses

dengan menyumbangkan “mata rantai yang hilang” (Drucker, 1986).

Tidak seperti pada ketidakserasian proses, kebutuhan proses memang

(27)

ketidak-memang diperlukan suatu proses baru karena trendi yang sedang terjadi. Sumber

kebutuhan proses bisa dimulai dari ketidak-serasian, namun ini mengarah kepada

tugas (task-focused) dibandingkan pada situasional (situation-focused) (Drucker,

1986).

2.2.4. Industry and Market Structure

Struktur industri dan pasar kadang dapat bertahan untuk jangka waktu

yang lama sekali dan kelihatannya sangat mantap sehingga orang di dalam

industri mungkin menganggapnya sebagai hal takdir, sudah menjadi ketentuan

alam dan pasti akan bertsahan selamanya. Namun, sebenarnya struktur industri

dan pasar cukup rapuh, satu kesalahan kecil saja sudah bisa membuat struktur

berantakan. Sehingga pemimpin industri dan pasar selalu menjaga hal ini. Namun,

apabila hal ini terjadi setiap orang dalam industri harus bertindak. Dalam

praktiknya, mencium adanya hal kejatuhan struktur industri dan pasar harus

dipantau selalu. Jika terjadi sedikit peluang, maka pelaku usaha harus sigap untuk

mengambil keuntungan dari perubahan struktur industri dan pasar (Drucker,

1986).

2.2.5. Demographic

Masyarakat terus berubah, baik dari gaya hidup maupun dari

kebutuhannya. Pelaku usaha harus terus memantau perubahan demografik pada

struktur masyarakat, karena hal ini memberikan informasi peluang untuk

terciptanya inovasi. Setidaknya sumber peluang inovasi dari struktur demografik

(28)

- Kependudukan, meliputi jumlah penduduk, struktur usia, komposisi,

pekerjaan, status pendidikan dan pendapatan

- Perubahan dalam persepsi, berkaitan dengan informasi baru ataupun gaya

hidup

- Pengetahuan baru yang sedang berkembang di masyarakat.

(Drucker, 1986)

2.2.6. ChangeinPerception

Pandangan orang terhadap suatu kasus ataupun gejala sosial terus

berkembang. Dahulu orang tidak begitu memperdulikan terhadap isu lingkungan,

tetapi saat ini orang sangat konsern dengan lingkungan, sehingga hal ini

mendatangkan peluang inovasi bisnis terhadap isu lingkungan. Begitu juga pelaku

usaha, harus mampu melihat adanya perubahan persepsi masyarakat terhadap

isu-isu di sekitar, baik lokal maupun global. Hal ini akan mendatangkan peluang

inovasi terhadap bisnis mereka (Drucker, 1986).

2.2.7. NewKnowledge

Inovasi berdasarkan pengetahuan baru sering diidentikkan sebagai inovasi

yang sebenarnya. Inovator sering sekali dianggap karena ia sudah memiliki

pengetahuan terhadap bidang tersebut. Tetapi, sumber pengetahuan bukan berarti

harus berasal dari dunia ilmiah, banyak informasi ataupun ilmu pengetahuan yang

baru diperoleh dari lingkungan sekitar. Penggalian pengetahuan yang baru bisa

berasal dari informasi / ilmu yang sudah ada sebelumnya, namun belum

(29)

laundry lebih terjangkau dan bisa dipakai jasanya oleh siapapun merupakan

pemanfaatan ilmu yang sudah ada sebelumnya, pelaku usaha tinggal

menggabungkan dan menjadikannya lebih baik.

2.3. Prinsip Inovasi

Secara medis, dokter tidak mengenal pengobatan alternatif ataupun

pengobatan yang berlangsung diluar kaidah ilmiah, seperti supranatural, membaca

mantra, atau memakan / minum benda-benda yang ajaib, bahkan sembuh dengan

sendirinya. Namun, hal itu sering terjadi dan dokter pun mengakuinya. Hal-hal

tersebut tidak dimasukkan ke dalam pengajaran kedokteran karena tidak ilmiah,

sistematis, tidak dapat dicontoh dan tingkat keberhasilannya sangat kecil,

cenderung bersifat personal. Sama halnya dalam inovasi, banyak orang yang

sukses berinovasi bukan karena melakukannya secara sistematis, tetapi percaya

kepada yang magis, keberuntungan yang selalu menaungi atau bahkan pada

ide-ide yang terlintas begitu saja (flash of genius), bukan pada hasil kerja keras, karya

yang terorganisir dan yang mempunya tujuan. Tetapi inovasi demikian tidak dapat

ditiru dan juga tidak dapat diajarkan serta dipelajari (Drucker, 1986).

Inovasi yang mempunyai tujuan tertentu, yang dihasilkan dari analisis,

sistem dan kerja keras, kesemuanya dapat didiskusikan dan disajikan sebagai

praktek inovasi. Inilah yang perlu ditampilkan, karena jelas hal ini meliputi

sekurang-kurangnya 90 persen dari semua inovasi yang efektif (Drucker, 1986).

Dalam penerapan manajemen inovasi, setelah mengetahui sumber-sumber inovasi,

(30)

disiplin inovasi ini memiliki keharusan, larangan dan persyaratan yang harus

dipenuhi inovator (Drucker, 1986).

Guna mencapai tujuan, inovasi sistematik harus dimulai dengan analisa

sumber-sumber peluang baru. Hal ini tergantung kepada konteks, keutamaan

sumber peluang akan bergantung kepada waktu, sehingga inovator juga harus jeli

dalam melihat peluang baru berdasarkan masa (timing), karena setiap waktu

sumber peluang akan menawarkan hal yang berbeda-beda (Drucker, 2002).

Inovasi adalah terapan yang bersifat konseptual dan perseptual, sehingga

inovator harus keluar, melihat, bertanya dan mendengarkan fenomena yang ada

disekitarnya. Inovator yang sukses menggunakan kedua sisi otaknya. Mereka

mempelajari peluang apa yang bisa dikembangkan guna dijadikan inovasi.

Mereka melihat dan mengamati setiap potensial kostumer apa harapan mereka,

nilai yang mereka butuhkan dan kebutuhan mereka. Agar berjalan efektif, inovasi

harus mudah dan dilakukan dengan fokus. Inovasi harus pada satu bidang, jika

tidak akan membingungkan orang. Inovasi harus dimulai dari yang kecil, ini

bukan merupakan perubahan yang besar. Perubahan kecil bisa membawa

perubahan yang besar, sebaliknya jika perubahan dilakukan secara besar-besaran

biasanya justru tidak akan efektif (Drucker, 2002).

2.4. Manajemen Inovasi

Manajemen inovasi dapat didefinisikan sebagai perubahan dari

prinsip-prinsip manajemen tradisional, proses, dan praktek atau perubahan dari

(31)

manajemen. Sederhananya, manajemen inovasi merupakan perubahan bagaimana

manajer melakukan apa yang dahulu biasa mereka lakukan. Ruang lingkup dari

pekerjaan manajerial meliputi:

- Menetapkan tujuan serta menyusun rencana;

- Memotivasi dan menyelaraskan usaha;

- Koordinasi dan pengendalian kegiatan;

- Menghimpun dan mengalokasikan sumber daya;

- Mendapatkan dan menerapkan pengetahuan;

- Membangun dan memelihara hubungan;

- Mengidentifikasi dan mengembangkan bakat;

- Memahami dan menyeimbangkan tuntutan konstituen luar (Hamel, 2006).

Dalam sebuah organisasi, salah satu cara untuk mengubah pola

manajemen adalah dengan melakukan inovasi pada proses manajemen. Proses

manajemen meliputi strategi perencanaan, kapitalisasi, manajemen proyek,

pengukuran kinerja, pengembangan karyawan, dan manajemen sistem informasi,

dimana hal-hal itu merupakan roda yang menggerakkan kerja manajemen setiap

harinya. Proses manajemen membangun formula dan pelaksanaan manajerial

perusahaan (Hamel, 2006).

Selanjutnya, Hamel (2006) menyatakan bahwa perubahan manajemen

tidak harus dilakukan secara radikal ataupun secara menyeluruh dalam waktu

yang singkat, tetapi bersifat gradual dengan melihat dampak / akibat dari

(32)

dengan matang justru mendatangkan kemunduran. Translasi manajemen lama ke

manajemen baru membutuhkan usaha yang lebih gigih serta waktu, di lain pihak

perusahaan dihadapkan pada biaya yang juga tidak sedikit dan perhitungan

keuntungan yang diraih.

2.5. Manajemen Inovasi pada Pelaku Usaha Kecil

Pengalaman di negara-negara maju menunjukkan bahwa UKM adalah

sumber dari inovasi produksi dan teknologi, pertumbuhanwirausaha yang kreatif,

dan inovatif, penciptaan tenaga kerja trampil dan fleksibilitas proses produksi

untuk menghadapi perubahan permintaan pasar yang cepat. Industri kecil lebih

efisien dibanding industri besar dalam memenuhi permintaan pasar yang cepat.

Kemampuan-kemampuan yang dimiliki industri kecil tersebut sangat ditentukan

oleh sejumlah faktor. Diantaranya adalah SDM, penguasan teknologi, akses

informasi, pasar, output dan input (Tambunan, 2002).

Inovasi sendiri pada awalnya lebih banyak diteliti pada perusahaan besar,

kebanyakan secara tradisional dihubungkan dengan perusahaan multinasional

yang besar (Vossen, 1998). Kebangkitan inovasi dari perusahaan kecil adalah

relatif baru, sementara perusahaan besar mempunyai keunggulan inovasi pada

modal industri yang intensif dengan skala ekonomi sedangkan perusahan kecil

telah dikenali sebagai inovator penting dalam bidang teknologi tinggi seperti

komputer dan bioteknologi, tetapi juga instrumen dan sektor lain (Schumpter,

(33)

Perusahaan kecil menghadapi masalah khusus dalam perumusan strategi

inovasi, mereka berkaitan dengan defisiensi yang timbul karena keterbatasan

sumber daya dan cakupan dari kemampuan teknologi. Resiko dalam merespon

pasar dan kesempatan teknologi serta memilih tindakan yang sesuai pada waktu

yang tepat (tidak terlalu awal atau terlambat) membuat strategi inovasi sebagai

sebuah tantangan utama untuk manajemen mereka (Tidd dkk, 1997; Jones &

Smith, 1997 dalam Soleh, 2008).

Perusahaan kecil dan besar mempunyai peranan yang berbeda dalam

aktivitas inovasi bergantung pada sumber daya dan keterampilan yang diperlukan

(Rizzoni, 1991 dalam Soleh, 2008). Perusahaan kecil mempunyai sejumlah corak

yang unik seperti sumberdaya yang langka, pengaruh terhadap pasar yang rendah

dan komunikasi informal, yang membuat berbeda dari perusahan besar yang

kemudian mengadopsi strategi inovasi yang digunakan oleh perusahaan besar

(Yap & Sounder, 1994 dalam Soleh, 2008). Kekuatan dari perusahaan kecil tidak

berada dalam sumberdaya (sedikitnya secara fisikal), tapi karakteristik perilaku

mereka, seperti fleksibilitas dan manajemen (Vossen, 1998). Pemilihan strategi

inovasi yang dilakukan perusahaan sendiri sangat bervariasi bergantung pada

kondisi perusahaan dan responnya terhadap perubahan lingkungan (Damanpour,

1996 dalam Soleh, 2008).

Karakteristik yang melekat pada perusahaan kecil dan menengah bisa

merupakan kelebihan atau kekuatan yang justu menjadi penghambat

perkembangannya. Kombinasi dari kekuatan dan kelemahan serta interaksi

(34)

Secara singkat analisis kekuatan dan kelemahan perusahaan kecil dan menengah

yang berkaitan dengan sumberdaya (manusia dan ekonomi) diuraikan dalam tabel

[image:34.612.128.513.204.590.2]

berikut ini :

Table 2.2. Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil dan Menengah

No Fakto-faktor Kekuatan Kelemahan 1 Manusia - Motivasi yang kuat

untuk mempertahankan usahanya

- Suplai tenaga kerja berlimpah dan upah murah

- Kualitas SDM (terutama pendidikan formal) rendah, termasuk kemampuan melihat peluang bisnis terbatas

- Produktivitas rendah - Etos kerja dan disiplin

rendah

- Penggunaan tenaga kerja cenderung eksploitatif dengan tujuan mengejar target

- Sering mengandalkan anggota keluarga sebagai tenaga kerja tidak dibayar 2 Ekonomi - Mengandalkan

sumber-sumber keuangan informal yang mudah dipeoleh

- Mengandalkan bahan baku lokal (tergantung pada jenis produk yang dibuat)

- Melayani segmen pasar bawah yang tinggi permintaan (proporsi dari populasi paling besar

(35)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual yang dijadikan landasan berpikir dalam geladikarya

ini dijabarkan dalam gambar berikut :

(36)

Gambar 3.1. di atas menunjukkan kerangka konseptual dari peneltian ini

sebagai berikut:

1. Dalam manajemen inovasi terdapat 7 (tujuh) sumber inovasi yang bisa

dijadikan peluang untuk melakukan inovasi.

2. Dari 7 (tujuh) sumber peluang tersebut, dibagi menjadi dua garis besar,

yakni sumber internal (the unexpected, the incongruity, process need, dan

industry and market structure) dan sumber eksternal (demographic,

change in perception, dan new knowledge)

3. Penelitian ini akan melihat faktor mana yang dominan dan bisa dijadikan

sebagai sumber utama untuk dijadikan referensi prinsip manajemen

inovasi.

4. Hasil analisa manajemen inovasi akan diformulasikan ke dalam prinsip

penerapan manajemen inovasi dengan menggunakan teori Drucker (1986)

(37)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Jadwal Penelitian

4.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Pusat Industri Kecil Menteng – Medan,

yang berada di jalan Menteng, Medan Tenggara, Sumatera Utara terhadap pelaku

usaha yang berada di PIK Menteng – Medan serta beberapa pihak yang terkait,

seperti pemerintahan daerah dan kostumer produk PIK Menteng – Medan.

4.1.2. Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 (bulan) dari bulan Juli 2011 sampai

[image:37.612.96.541.528.679.2]

bulan September 2011, dengan pelaksanaan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

NO KEGIATAN

BULAN

JULI 2011 AGUSTUS 2010 SEPTEMBER 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan Judul Geladikarya 2. Penyusunan Kolokium Geladikarya 3. Kolokium Geladikarya

4. Pengumpulan Data 5. Analisis Data

(38)

4.2. Populasi Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel

Suatu penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan

salah satu faktor yang harus diperhatikan. Populasi adalah sekumpulan subjek

yang akan diteliti dan akan dikenai generalisasi kesimpulan terhadap kelompok

subjek tersebut (Hadi, 2002). Sedangkan sampel adalah sebagian dari subjek

penelitian yang merupakan wakil dari populasi (Hadi, 2002).

Pada penelitian ini dikarenakan jumlah populasi yang berada di Pusat

Industri Kecil Menteng – Medan hanya berjumlah 30 pelaku usaha, maka peneliti

mengambil seluruh populasi sebagai responden penelitian, dengan kata lain

penelitian ini menggunakan teknik penelitian populasi atau sensus.

4.3. Metode Penelitian

Metode yang dipilih adalah metode analisa regresi. Analisa regresi

dipergunakan untuk mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi

penurunan kinerja pelaku usaha PIK Menteng – Medan. Sedangkan metode

deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat (Whitney, 1960).

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata

cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk

tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta

proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu

(39)

Penelitian ini bersifat deskriptif eksplanatori, dimana deskriptif artinya

melakukan pengumpulan, penggolongan, penganalisaan dan penginterprestasian

sehingga memberikan gambaran yang lengkap atas masalah yang dihadapi,

sedangkan eksplanatori artinya melakukan penjelasan atas suatu fakta yang

dikumpulkan. Dengan demikian, penelitian bersifat deskriptif explanatori artinya

adalah suatu penelitian yang dilakukan secara tuntas dan hasil penelitian akan

diberikan dalam bentuk uraian – uraian, jabaran – jabaran dan penjelasan.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini bersifat penelitian populasi, dalam arti seluruh responden

diambil keterangan data untuk diolah. Metode pengumpulan data penelitian ini

menggunakan cara, yaitu :

1. Menyebar Kuesioner

Kuesioner dilakukan terhadap pelaku usaha PIK Menteng – Medan untuk

mengetahui bagaimana penerapan manajemen inovasi berdasarkan teori

Drucker (1986). Kuesioner disebarkan kepada pelaku usaha PIK Menteng

– Medan. Kuesioner bersifat tertutup, dan data yang dihasilkan adalah data

rasio. Guna memperdalam hasil pengolahan analisa data, maka penulis

juga melakukan wawancara sebagaimana poin berikutnya.

2. Melakukan Wawancara (interview)

Wawancara dilakukan terhadap pelaku usaha PIK Menteng – Medan untuk

(40)

mereka hadapi saat ini. Wawancara juga dilakukan terhadap kostumer

guna mendapatkan informasi mengenai hal-hal apa saja yang mereka

inginkan dari produk di PIK.

3. Studi Dokumentasi (documentation)

Mengumpulkan dan mempelajari data – data yang berhubungan dengan

penelitian seperti laporan penjualan, profil usaha, buku – buku dan jurnal –

jurnal yang diperoleh melalui perpustakaan dan internet.

4.5. Alat Ukur yang Digunakan

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala, yakni Skala

Manajemen Inovasi. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur

berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak

langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk

aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000).

Hadi (2002) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian

berdasarkan asumsi-asumsi berikut :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Hal-hal yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan

(41)

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan

kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Skala Manajemen Inovasi yang dikembangkan dari teori manajemen inovasi dari

Drucker (1986), yang disusun oleh penulis berdasarkan 7 (tujuh) dimensi

manajemen inovas yang dikemukakan oleh Drucker (1986) meliputi :

1. The unexpected, yaitu peristiwa-peristiwa yang kejadiannya tidak

diharapkan atau tidak diperkirakan oleh pelaku usaha.

2. The incongruity, yaitu ketidaksejajaran antara prediksi dengan kenyataan

yang terjadi.

3. Process need, yaitu dalam proses produksi selalu ada kebutuhan dan

harapan dari pelaku usaha.

4. Industry and Market Structure, yaitu kondisi pemimpin pasar dan industri

yang terjadi saat ini.

5. Demographic,mengacu kepada analisa keadaan demografis dari wilayah

pelaku usaha.

6. Change in perception, yakni mengacu kepada berubahnya persepsi

konsumen terhadap suatu produk yang ada di pasar atau industri.

7. New knowledge, yakni perkembangan ilmu dan informasi baru yang bisa

(42)
[image:42.612.128.513.173.578.2]

Adapun blue print untuk skala manajemen inovasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Blue print Skala Manajemen Inovasi

NO ASPEK

AITEM

TOTAL BOBOT FAVE UNFAVE

1. The unexpected 6, 13, 18,

31, 36

7, 16, 22,

32 9 21.95%

2. The incongruity 10, 15, 21,

30, 35, 39,

3, 17, 24,

28, 33, 41 12 29.27%

3. Process Need 2, 27, 9, 14, 4 9.76%

4. Industry and

Mar-ket Structure 19, 40 1, 26 4

9.76%

5. Demographic 4, 34 11, 37 4 9.76%

6. Change in

percep-tion 8, 23 20, 38 4

9.76%

7. New knowledge 12, 25 5, 29 4 9.76%

TOTAL 21 20 41 100%

4.5.1. Validitas dan Reliabilitas

Validitas

Azwar (2005) menyatakan bahwa validitas merupakan sejauh mana

(43)

tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi

apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur

yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes

dengan analisis rasional atau lewat penilaian profesional. Teknik analisis korelasi

yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment (Hadi, 2002).

Reliabilitas

Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Menurut Hadi (2002) reliabilitas alat ukur

menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan.

Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan

indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara

bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi

atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran (Azwar,

2004).

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

koefisien reliabilitas alpha cronbach. Teknik ini merupakan teknik yang sesuai

untuk memeriksa konsistensi internal dalam sebuah tes karena koefisien

konsistensi internal adalah indeks homogenitas isi dan kualitas item (Azwar,

(44)

4.5.2. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba Skala Manajemen Inovasi dilakukan terhadap 30 orang pelaku

industri yang tersebar di daerah Desa Batang Kuis, dan Desa Bandar Klippa,

Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Untuk melihat daya beda aitem

dilakukan analisis uji coba. Peneliti membandingkan nilai corrected item

total-total correlation yang diperoleh dengan koefisien korelasi product moment

pearson dengan interval kepercayaan 95% yang mempunyai harga kritis 0.3.

Peneliti memakai kriteria pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi sebesar

0.3 karena menurut Azwar (2000) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi

minimal 0.3, daya pembedanya dianggap memuaskan.

Aitem yang diujicobakan di dalam skala ini sebanyak 41 aitem dan

diperoleh 29 aitem yang valid dan 12 aitem dinayatakan gugur. Aitem-aitem yang

valid inilah yang nantinya akan digunakan di dalam penelitian. Korelasi antar skor

aitem dan skor total pada aitem yang valid bergerak dari 0.328-0.764. Setelah

dilakukan pengujian daya beda aitem, kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas

[image:44.612.222.418.596.695.2]

pada aitem-aitem yang valid sebagaimana pada tabel 4.3. dibawah berikut:

Tabel 4.3. Reliabilitas Alat Ukur

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

(45)

Hasil perhitungan reliabilitas skala motivasi berprestasi diperoleh nilai

koefisien α = 0.863. Hal ini bisa dinyatakan bahwa skala manajemen inovasi yang

penulis buat tingkat reliabilitasnya baik.

[image:45.612.126.513.263.665.2]

Blue print setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut:

Tabel 4.4. Blue Print setelah Uji Coba

NO ASPEK

AITEM

TOTAL BOBOT FAVE UNFAVE

1. The unexpected 13, 31, 36 7, 16, 22,

32 7 24.14%

2. The incongruity 15, 21, 30,

35, 39, 3, 28, 41 8 27.59%

3. Process Need 2, 27, 9, 14, 4 13.79%

4. Industry and

Mar-ket Structure 19 1 2

6.90%

5. Demographic 4, 34 11, 37 4 13.79%

6. Change in

percep-tion - 20, 38 2

6.90%

7. New knowledge - 5, 29 2 6.90%

(46)

4.6. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data dan jenis data dalam penelitian ini meliputi :

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari kuesioner dan

wawancara dengan pelaku usaha PIK Menteng – Medan dan kostumer,

terkait dengan kepentingan dalam penelitian ini.

2. Data sekunder merupakan hasil penelusuran dari berbagai dokumentasi

buku – buku, jurnal dan publikasi terhadap data internal pelaku usaha,

seperti data pelanggan dan data penjualan tahun – tahun sebelumnya.

4.7. Analisis Data

Berikut analisa data yang penulis gunakan untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian ini:

1. Uji statistik dengan menggunakan analisa regresi untuk mengetahui faktor

apa saja dalam manajemen inovasi yang mengalami penurunan kinerja

pada PIK Menteng – Medan. Keseluruhan data diolah dengan

menggunakan SPSS ver.17

2. Untuk memperdalam hasil uji statistik, maka dilakukan Analisis Deskriptif

terhadap faktor-faktor dalam manajemen inovasi yang dikembangkan oleh

(47)

3. Analisa Prinsip Inovasi guna mendapatkan formulasi langkah konkrit bagi

PIK Menteng – Medan agar dapat menerapkan prinsip inovasi bagi usaha

(48)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Daerah Penelitian

5.1.1. Gambaran Umum Pusat Industri Kecil

5.1.1.1. Sejarah Singkat Pusat Industri Kecil

Pusat Industri Kecil berada di Kelurahan Medan Tenggara yang

merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Denai. Maksud dan tujuan

didirikannya PIK ini adalah untuk mengembangkan usaha mikro masyarakat, serta

membina masyarakat agar lebih dapat mandiri dalam kehidupan perekonomian.

PIK ini merupakan suatu konsentrasi dari sekumpulan perusahaan-perusahaan

kecil sejenis baik yang berkembang secara alamiah maupun yang dibangun oleh

pemerintah. PIK berdiri pada tahun 1996 yang pendiriannya dilakukan oleh

Pemko Medan yang saat itu dipegang oleh Bachtiar Jafar.

5.1.1.2. Letak Geografis dan Kondisi Demografi Pusat Industri Kecil

PIK berada di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai

tepatnya berada di Jl. Rahmat Menteng VII Medan. Dapat dikatakan letak dari

PIK ini sendiri tergolong strategis, karena jalurnya banyak dilewati oleh

kendaraan umum maupun kendaraan pribadi yang akan menuju stasiun amplas

yang merupakan stasiun terpadu untuk perjalanan keluar kota ataupun keluar

propinsi. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa Medan Tenggara

merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan Medan Denai, dimana kecamatan

(49)

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung

- Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Amplas

- Sebelah Barat : Kecamatan Medan Area

- SebelahTimur : Kecamatan Deli Serdang

Menurut data BPS Kota Medan, kelurahan Medan Tenggara memiliki

wilayah seluas 2.07 km² dengan persentase terhadap luas kecamatan sebesar

[image:49.612.104.528.361.491.2]

20,89%. Atau dapat kita lihat pada data selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 5.1. Pembagian Kelurahan, Luasnya (km²), dan Persentase

terhadap Luas Kecamatan Medan Denai Tahun 2007

No Kelurahan Luas (km²) % terhadap Luas

Kecamatan

1. Binjai 4,14 41,77

2. Medan Tenggara 2,07 20,89

3. Denai 1,3 13,12

4. Tegal Sari Mandala I 1,03 10,39

5. Tegal Sari Mandala II 0,87 8,78

6. Tegal Sari Mandala III 0,501 5,05

Jumlah 9,911 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan

Pada pertengahan 2007 jumlah penduduk wilayah Medan Tenggara

sebesar 38.757 jiwa dengan luas wilayah 2.07 km² dan tingkat kepadatan

penduduknya per km² sebesar 7.578. atau dapat kita lihat perbandingannya pada

[image:49.612.101.536.363.490.2]
(50)
[image:50.612.103.536.158.281.2]

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk

per km²

Kelurahan JumlahPenduduk Luas Wilayah Kepadatanpenduduk per Km²

Binjai 38.757 4,14 9.362

Medan Tenggara 15.686 2,07 7.578

Denai 14.791 1,3 1.137

Tegal Sari Mandala I 34.974 1,03 33.955

Tegal Sari Mandala II 21.967 0,87 25.249

Tegal Sari Mandala III 11.268 0,501 22.491

Jumlah 137.433 9,911 13.868

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan

5.1.1.3. Potensi Ekonomi

Pertumbuhan dan pengembangan ekonomi di Kelurahan Medan Tenggara

Kecamatan Medan Denai Kota Medan, diarahkan dengan menitik-beratkan pada

sektor industri terutama subsector industri kecil/industri rumah tangga dan

kerajinan. Dalam data BPS di Kecamatan Medan Denai terdapat 1 industri

besar/sedang, 93 industri kecil, dan 172 industri rumah-tangga.

Tabel 5.3. Banyaknya Industri Besar/Sedang, Kecil, dan kerajina

Rumah-Tangga menurut Kelurahan pada Tahun 2007

Kelurahan Industri

Besar/Sedang Industri Kecil

Industri Rumah Tangga

Binjai 0 0 15

Medan Tenggara 0 73 70

Denai 0 10 11

Tegal Sari Mandala I 0 2 65

Tegal Sari Mandala II 0 2 5

Tegal Sari Mandala III 1 6 6

Jumlah 1 93 172

[image:50.612.129.509.562.686.2]
(51)

Dengan melihat data diatas, tampak jelas bahwa perkembangan industri

kecil terbanyak berada di kawasan Medan Tenggara. Faktor yang mendukung

pertumbuhan ekonomi di daerah ini adalah letak geografis, sarana dan prasarana

yang memadai, bantuan pemerintah, tersedianya sumber-daya yang cukup dan

sarana komunikasi, informasi, tenaga listrik, air, perbankan, pergudangan

demikian juga transportasi, dan lain-lain. Pembinaan dan pengembangan industri

kecil dipandang perlu karena industri kecil merupakan lapangan usaha yang sesuai

dengan ekonomi lemah dengan mengikut-sertakan peran aktif masyarakat yang

kurang mampu sehingga penyerapan tenaga kerja dapat lebih besar dan terwujud.

Untuk memacu laju petumbuhan industri kecil di daerah ini selama beberapa

tahun terakhir, maka langkah prioritas pengembangan industri adalah sebagai

berikut:

a. Mengembangkan usaha-usaha industri kecil dan menengah menjadi usaha

yang mampu berkembang mandiri, meningkatkan pendapatan masyarakat,

memberikan lapangan kerja serta meningkatkan jiwa kewiraswastaan.

b. Mengadakan kegiatan pendidikan dan pelatihan antara lain keterampilan,

manajemen dan kewirausahaan.

c. Adanya fasilitas perkampungan industri kecil (PIK) ini sendiri khususnya

sepatu, usaha jahitan, pengolahan kulit dan konveksi yang dibangun oleh

Pemko Medan.

d. Pengembangan industri penghasil komoditi ekspor sebagai penggerak

(52)

e. Penguatan serta pendalaman struktur industri kecil untuk memantapkan

program keterkaitan baik antar industri maupun antar industri dengan

sektor lain dalam rangka meningkatkan nilai tambah.

Memperhatikan prospek pengembangan yang didukung oleh sumber

bahan baku yang tersedia dan dibarengi dengan tenaga-kerja yang ada, maka

komoditi andalan yang terdapat di Kecamatan Medan Denai yang perlu untuk

dikembangkan adalah ;

a. Kelompok industri pangan yaitu industri kerupuk, roti dan kue, tepung dan

minuman.

b. Kelompuk industri sandang dan kulit (sanlit): industri tas, sandal, sepatu,

industri pakaian jadi maupun penyedia jasa penjahit busana.

c. Kelompok industri kimia dan bahan bangunan yaitu berbagai jenis kayu

(panglong).

d. Kelompok industri kerajinan aneka yaitu: anyaman rotan, mebel, salon,

foto-copy, dan lainnya.

5.1.2. Karakteristik Responden

Adapun karakteristik dari para responden penelitian ini diuraikan sebagai

berikut:

a. Usia Responden

Gambar

Tabel 1.1. Perkiraan Rata-rata Pendapatan Pelaku Usaha PIK dari Tahun 2007 -
Tabel 2.1. Jenis dan Karakteristik Inovasi
Table 2.2. Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil dan Menengah
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kepala Dinas KUMKM, Tunggar, SH, promosi yang dilakukan oleh para pelaku UKM di Kota Medan sudah cukup baik mengingat bahwa pihak Dinas KUMKM juga banyak memfasilitasi

untuk melakukan penelitian dengan judul : “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN DAYA SAING USAHA PELAKU USAHA MIKRO ROTAN DI KOTA MEDAN”. 1.2

Penerapan strategi bertahan hidup yang lebih berfokuskan kepada perbaikan intern, dapat berupa strategi corporate governance, dimana corporate governance dapat diartikan sebagai

Inventaris berbagai masalah dan kendala yang ada dalam Usaha Kecil Menengah beserta derivasinya menjadikan sektor ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius, sistematis,

“Manajemen Stratejik adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan stratejik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut VISI) dan ditetapkan

Dalam analisis lingkungan internal yang akan menjadi titik perhatian adalah tiga aspek utama yaitu sumber daya apakah yang dimiliki oleh Kota Medan dalam sektor atau Usaha

- Sudahkah hasil analisa Anda tersebut Anda terapkan ke dalam

Tunggar, SH, selaku Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kota Medan, yang telah memberikan banyak sekali kemudahan dalam proses pengumpulan data dan informasi