• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan - Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan - Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan 2.1.1 Definisi

Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien.1 Perawatan dengan gigitiruan sebagian lepasan adalah

perawatan yang dapat dipilih untuk merestorasi kehilangan gigi oleh sebagian besar pasien yang kehilangan gigi sebagian karena biayanya yang lebih terjangkau.3,25

Beberapa akibat kehilangan gigi sebagian yang tidak digantikan adalah

migrasi dan rotasi gigi asli yang masih ada, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan pada sendi temporomandibular, beban berlebih pada jaringan

pendukung, gangguan bicara, estetis yang buruk, terganggunya kebersihan mulut, atrisi, dan efek yang tidak diinginkan pada jaringan lunak. Fungsi gigitiruan sebagian

lepasan antara lain memperbaiki fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap sehat.1

2.1.2 Keuntungan dan Kerugian

Rehabilitasi keadaan rongga mulut dengan gigitiruan, baik cekat maupun

(2)

terjangkau dan prosedur pemeliharaan kebersihan yang lebih mudah dilakukan karena gigitiruan jenis ini dapat dibuka pasang.26

Salah satu kerugian pemakaian gigitiruan sebagian lepasan yaitu dapat

merusak jaringan mulut yang tersisa. Desain kerangka gigitiruan sebagian lepasan meningkatkan penumpukan sisa makanan pada bagian yang berkontak dengan

permukaan gigi asli, yang mengganggu aksi self-cleansing oleh lidah dan bukal selama proses pengunyahan.4 Desain kerangka gigitiruan sebagian lepasan juga berperan dalam perkembangan bakteri pada rongga mulut dan pembentukan plak.27

Plak gigitiruan mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan terhadap gigi penyangga yang sangat penting perannya terhadap perawatan gigitiruan sebagian

lepasan. Penumpukan plak pada gigi penyangga lebih banyak daripada gigi asli yang lain. Hal ini disebabkan terhambatnya aksi self-cleansing oleh cangkolan yang terdapat pada gigitiruan sebagian lepasan.28 Gigitiruan sebagian lepasan harus

didesain untuk dapat mengurangi penumpukan sisa makanan serta plak pada gigi dan tepi gingiva dari gigi penyangga.29

2.2 Pemeliharaan Kebersihan Gigitiruan Setelah Pemasangan

Pemakaian gigitiruan terbukti berkaitan erat dengan pemeliharaan kesehatan rongga mulut.1 Pemeliharaan gigitiruan yang baik dan benar sangat penting bagi

pasien, tidak hanya untuk memperbaiki estetis dan fungsional, tetapi juga untuk kesehatan jaringan pendukung dan perlindungan terhadap gigitiruan itu sendiri.11

(3)

sekitar gigi.31 Evaluasi terhadap 74 pasien yang telah memakai gigitiruan sebagian lepasan selama 10 tahun menemukan bahwa hanya 36% pemakai gigitiruan yang bebas dari segala masalah kesehatan rongga mulut. (Wagner dan Kern cit. Preshaw

dkk, 2011). Pemeliharaan kesehatan rongga mulut sangat penting sekali untuk keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan.29

2.2.1 Tujuan/Manfaat

Plak dapat melekat pada permukaan gigitiruan secepat dan semudah perlekatannya terhadap permukaan gigi asli, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan

terhadap gigitiruan sebagian lepasan. Cara pemeliharaan gigitiruan sebagian lepasan meliputi cara penyimpanan dan pembersihan. Tujuan pemeliharaan kebersihan

gigitiruan sebagian lepasan antara lain agar gigitiruan sebagian lepasan dapat tahan lama, mencegah penumpukan plak, memelihara kesehatan rongga mulut, mencegah penyakit mulut dan bau mulut yang tidak enak.29 Pentingnya memelihara kebersihan

gigi asli yang masih ada, mukosa jaringan rongga mulut, dan gigitiruan harus ditegaskan berkali-kali kepada pasien untuk keberhasilan perawatan jangka

panjang.32

2.2.1.1 Kesehatan Rongga Mulut

Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan dapat menyebabkan kerusakan pada

jaringan mulut yang ada. Penumpukan stein dan debris pada gigitiruan sebagian lepasan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada kesehatan rongga

(4)

lengkung rahang yang berlawanan, dan bahkan dalam beberapa kasus, pada permukaan bukal gigi asli yang masih ada.27 Penumpukan plak pada sekeliling gigi asli yang masih ada dan pada gigitiruan dapat menyebabkan karies, dekalsifikasi

enamel, dan gingivitis.4

Perawatan prostodontik dapat meningkatkan resiko karies pada pasien.

Aktivitas karies yang tinggi ditemukan pada pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan lebih berhubungan dengan buruknya pemeliharaan kesehatan rongga mulut oleh pasien daripada akibat secara langsung dari pemakaian gigitiruan itu sendiri.

Skor plak, resiko karies, dan resiko kerusakan gigi penyangga meningkat secara signifikan pada pemakai gigitiruan sebagian lepasan. 33

Moimas dkk (2006) menyatakan bahwa pemakaian gigitiruan sebagian lepasan berhubungan dengan terjadinya penyakit periodontal. Hal ini dikaitkan dengan kebersihan rongga mulut yang buruk, meningkatnya plak dan kalkulus, dan

transmisi kekuatan transversal yang berlebihan pada struktur periodontal gigi asli dari permukaan oklusal gigitiruan.27

Menurut Sesma dkk (2005), stomatitis akibat gigitiruan adalah salah satu infeksi rongga mulut yang berhubungan dengan pemakaian gigitiruan. Stomatitis akibat gigitiruan adalah inflamasi kronis yang terlokalisasi/generalisasi atau inflamasi

hiperplasia papiler yang dapat terjadi pada pemakai gigitiruan sebagian lepasan.34 Etiologi dari penyakit stomatitis akibat gigitiruan antara lain terdiri dari trauma akibat

(5)

terhadap bahan basis gigitiruan. Pasien dengan kebersihan gigitiruan yang baik sangat jarang terkena stomatitis akibat gigitiruan.35

2.2.1.2 Kebersihan Gigitiruan

Gigitiruan sebagian lepasan yang tidak terjaga kebersihannya dapat mengendapkan berbagai deposit yang berasal dari saliva dan substansi lain termasuk

sisa makanan dan bakteri rongga mulut. Deposit yang menumpuk pada gigitiruan tersebut selain memberikan kesan kotor pada gigitiruan, juga akan mengeluarkan bau yang kurang enak.4 Plak yang melekat pada gigitiruan berhubungan dengan

penampilan yang tidak estetis, serta rasa dan bau tidak enak yang timbul. 36 2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Dokter gigi dan pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus menyadari pentingnya kebutuhan untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan kebersihan gigitiruannya.9 Usaha-usaha untuk memberikan edukasi tentang pemeliharaan

kebersihan gigitiruan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan dokter gigi dan pasien akan pentingnya pemeliharaan gigitiruan setelah pemasangan agar

gigitiruan sebagian lepasan dapat dipelihara dengan baik dan dapat digantikan segera apabila timbul indikasi.3 Selain dokter gigi dan pasien, bahan basis gigitiruan sebagian lepasan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemeliharaan

kebersihan gigitiruan.17 2.2.2.1 Dokter Gigi

(6)

dokter gigi adalah menjamin bahwa gigi dan jaringan yang masih tinggal telah dirawat dalam keadaan sehat.1 Dokter gigi harus memberikan instruksi kepada pasien setelah pemasangan gigitiruan dilakukan.35 Instruksi lisan dan tulisan sangat efektif

untuk menambah pengetahuan pasien tentang menjaga kebersihan gigitiruan dan jaringan mulut yang tersisa. Salinan ringkas dari informasi dan instruksi tersebut

harus diberikan kepada pasien. Instruksi tulisan tersebut termasuk penjelasan kepada pasien tentang terbatasnya penggunaan gigitiruan dan pentingnya peran pasien untuk keberhasilan perawatan, instruksi untuk membersihkan gigi asli yang masih ada,

instruksi untuk melepaskan gigitiruan selama 6-8 jam per hari, instruksi untuk membersihkan gigitiruan, dan instruksi untuk melakukan kontrol berkala minimal

setahun sekali. Instruksi tulisan ini harus ditambah dengan instruksi lisan yang sesuai dengan kebutuhan individu, yang diberikan oleh dokter gigi apabila diperlukan. Telah ditemukan bahwa pengetahuan dan kebiasaan yang positif meningkat karena

pemberian instruksi tulisan kepada pasien.11 Pasien perlu diinstruksikan untuk membersihkan gigitiruan dan rongga mulut mereka setiap setelah makan, merendam

gigitiruannya dalam larutan pembersih non-bleaching, dan untuk menghindari memakai gigitiruan mereka selama tidur.35 Apabila pasien responsif terhadap instruksi pemeliharaan kesehatan dan kebersihan mulutnya, resiko pemakaian

gigitiruan sebagian lepasan menjadi berkurang.1 2.2.2.2 Pasien

(7)

mentoleransi desain gigitiruan sebagian lepasan yang kurang baik, tetapi tetap harus menyadari bahaya kerusakan yang mungkin timbul, sehingga ia harus selalu berupaya melaksanakan instruksi pemeliharaan dan kesehatan mulutnya.1 Pentingnya kebiasaan

pasien untuk melakukan usaha menjaga kesehatan rongga mulut di rumah dan seringnya melakukan kontrol berkala, mempengaruhi keberhasilan perawatan

gigitiruan sebagian lepasan.37 Penumpukan plak dan perubahan yang terjadi pada jaringan mulut yang tersisa, seperti karies gigi, penyakit periodontal, dan lesi pada mukosa, berhubungan dengan pemakaian gigitiruan sebagian lepasan. Efek yang

tidak diinginkan pada gigi asli dan jaringan pendukung ini akan berkurang apabila pasien melakukan program pemeliharaan kebersihan, mencakup motivasi dan

instruksi kebersihan yang diberikan, sama halnya dengan melakukan kontrol berkala ke dokter gigi.26 Pasien yang dapat termotivasi untuk menjaga tingkat kebersihan yang tinggi, dan dengan program pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang baik

dilakukan, indeks plak, indeks gingiva, skor kalkulus dan stein dari gigitiruan sebagian lepasan dapat dijaga tetap dalam level atau tingkatan yang rendah.12

2.2.2.3 Bahan Basis Gigitiruan Sebagian Lepasan

Bahan basis gigitiruan sebagian lepasan terdiri atas logam atau akrilik.17 Semua jenis gigitiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari mulut setiap setelah

makan untuk dibersihkan. Memelihara gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam pada dasarnya sama dengan memelihara gigitiruan sebagian lepasan resin

(8)

akrilik.38 Penelitian yang dilakukan terhadap 74 pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan, pada 36% pasien terdapat kalkulus pada permukaan gigitiruan resin akriliknya, dan hanya pada 14% pasien terdapat kalkulus pada permukaan gigitiruan

kerangka logamnya (Wagner dan Kern cit. Preshaw dkk, 2011). 2.2.2.3.1 Resin Akrilik

Sampai saat ini resin akrilik masih digunakan sebagai bahan basis gigitiruan di bidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat estetik dan kekuatan relatif baik serta mudah dimanipulasi, tetapi kekurangannya, resin akrilik mempunyai

sifat porus.39 Resin akrilik memiliki pori-pori yang irregular dan mikroskopis yang dapat menjadi tempat penumpukan plak serta berkembangnya koloni bakteri

dan jamur yang berbahaya bagi kesehatan rongga mulut.34,38 Menurut Silva dkk (2009), gigitiruan dengan basis resin akrilik dapat menjadi tempat berkumpulnya stein dan plak disebabkan oleh sifat akrilik yang porus dan menyerap air, sehingga

mudah terjadi akumulasi sisa makanan dan minuman sehingga akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan rongga mulut si pemakai. Permukaan gigitiruan yang tidak

dilakukan pemolesan juga mempermudah melekatnya plak dan merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan inflamasi. Inflamasi yang terjadi dapat menjadi lebih buruk apabila gigitiruan tersebut

kotor, oleh karena itu pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus benar-benar menjaga kebersihan gigitiruannya.40

2.2.2.3.2 Logam

(9)

deposit makanan dan kalkulus sulit melekat, sehingga dapat dengan mudah dibersihkan secara mekanis. Karakteristik ini membuat basis logam disebut “naturally cleaner” dibandingkan dengan resin akrilik.1 Keuntungan lain yang juga

dimiliki gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam adalah dapat mencegah bau tak sedap pada rongga mulut karena gigitiruan jenis ini tidak memiliki mikroporus yang

dapat menjadi tempat melekatnya plak dan bakteri yang dapat menghasilkan bau mulut.38

2.3 Kondisi Kebersihan Gigitiruan

Plak, stein, kalkulus, dan deposit lain yang melekat pada gigitiruan menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan antara lain kondisi gigitiruan

menjadi kotor, dan adanya rasa serta bau yang tidak menyenangkan.22 Dikbas dkk. (2006) dalam penelitiannya menetapkan kondisi kebersihan gigitiruan berdasarkan ada atau tidaknya debris, stein dan kalkulus pada gigitiruan dengan kategori sebagai

berikut: gigitiruan bersih dimana tidak terdapat debris lunak, kalkulus atau stein pada gigitiruan; gigitiruan kotor dimana terdapat debris lunak di antara anasir gigitiruan

setelah dicuci di bawah air mengalir dan atau terdapat kalkulus atau stein di sekeliling tepi gingiva anasir gigitiruan; dan gigitiruan sangat kotor dimana debris lunak terdapat di antara anasir gigitiruan dan di atas permukaan basis, dan atau terdapat

kalkulus serta stein pada anasir gigitiruan dan permukaan basis gigitiruan yang menutupi mukosa rongga mulut dan palatum.10 Kondisi gigitiruan yang kotor

(10)

dkk (2006), Baran dan Nalcaci (2009), serta Amjad dkk (2010) menemukan bahwa kebanyakan pasien pemakai gigitiruan tidak dapat menjaga kebersihan gigitiruan mereka secara teratur dan terus memakai gigitiruan dengan kondisi yang kotor.10,16,19

2.4 Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan

Kebiasaan pasien memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan,

frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi pada setiap individu dan masyarakat yang berbeda.7 Beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi gigitiruan yang buruk adalah bertambahnya usia, pasien

berjenis kelamin laki-laki, ras, lingkungan tempat tinggal, terbatasnya interaksi dan dukungan sosial, kesehatan umum yang buruk, serta tingkat pendidikan dan

penghasilan yang rendah.18 Lansia tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk memelihara kebersihan rongga mulut dan gigitiruannya, dimana hal ini merupakan kunci keberhasilan perawatan gigitiruan, baik cekat maupun lepasan (Strayer dkk cit.

Barreiro dkk, 2009). Efek preventif yang didapatkan dari memelihara kebersihan rongga mulut oleh lansia tidak sebaik yang didapatkan oleh pasien yang lebih muda.

Hal ini disebabkan menurunnya penglihatan, kepikunan yang berat (demensia), dan menurunnya keadaan fisik yang mempengaruhi kemampuan untuk mengurus diri sendiri. Pasien lansia mengerti bahwa mereka harus menjaga kebersihan rongga

mulutnya dengan baik, namun tidak mengetahui bahwa usaha mereka kurang dapat membuahkan hasil yang baik.9 Maupome dkk (1998) menyatakan bahwa kesehatan

(11)

Baran dan Nalcaci (2009) serta Amjad dkk (2010) menemukan bahwa pasien perempuan lebih banyak memakai gigitiruan yang bersih dibandingkan dengan pasien laki-laki.16,19 Hal ini disebabkan pasien perempuan lebih mementingkan estetis dan

cenderung memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih baik.16 Dalam Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III), etnis dan ras berhubungan

dengan kehilangan gigi selain usia dan jenis kelamin, dimana pasien non-Hispanic yang berkulit gelap merupakan yang paling banyak mengalami kehilangan gigi dibandingkan pasien yang berkulit terang, karena tidak menjaga kesehatan rongga

mulutnya.42 Pasien yang bertempat tinggal di daerah pedesaan mengalami lebih banyak kerusakan pada gigi seperti lesi karies (Jamieson dkk cit. Willershausen dkk,

2010). Pasien dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada pasien dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang tinggi (Chavers dkk cit. Willershausen dkk, 2010). Pasien

dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih peduli terhadap kebersihan rongga mulut, dimana mereka lebih sering pergi ke dokter gigi untuk melakukan kontrol

berkala. Penelitian yang dilakukan pada pasien dewasa berusia 35-44 dan 64-75 tahun, pasien dengan latar belakang pendidikan yang rendah lebih sering menderita penyakit periodontal daripada pasien dengan latar belakang pendidikan yang lebih

tinggi (Krustrup dan Petersen cit. Willershausen dkk, 2010).

2.4.1 Frekuensi Pembersihan

(12)

mikroorganisme pada gigitiruan dan membersihkan stein yang ada, yang diikuti menyikat dengan pasta gigi setiap selesai makan.14,24 Hasil penelitian Barbosa dkk (2008) menyatakan bahwa 98% pasien membersihkan gigitiruannya setiap hari

dan 62,6% pasien melakukannya 3 kali sehari atau lebih, dimana hal ini cukup memuaskan. Frekuensi tidak mengindikasikan prosedur pembersihan yang efisien.

(Nevalainen dkk cit. Barbosa dkk, 2008). Kualitas dari pembersihan jauh lebih penting daripada frekuensi pembersihan dalam usaha menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut(Bellini dkk cit. Watt dan Roy, 1984).

2.4.2 Waktu Pembersihan

Gigitiruan dan rongga mulut harus dibersihkan setiap setelah makan. Pada

malam hari, gigitiruan harus dilepas dan direndam dalam larutan pembersih gigitiruan.4,5,13 Perendaman gigitiruan dalam larutan pembersih dapat dilakukan sepanjang malam, 2 jam, 1 jam atau 30 menit tergantung dari bahan pembersih yang

digunakan.34

2.4.3 Cara Pembersihan

Cara pembersihan yang tepat harus dilakukan untuk kebersihan gigitiruan itu sendiri dan mencegah kerusakan bahan basis gigitiruan.12 Gigitiruan sebagian lepasan dapat dibersihkan secara mekanis, kemis, atau gabungan keduanya.13 Cara yang

sering dilakukan untuk pembersihan gigitiruan, yaitu cara mekanis dilakukan dengan sikat gigi atau alat pembersih ultrasonik. Pembersihan dengan cara mekanis

(13)

keausan pada plat gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik yang nantinya dapat menyebabkan gigitiruan menjadi tidak retentif.34 Pembersihan dengan cara ini mudah dilakukan, efektif jika digunakan dengan keahlian yang tepat dan tidak mahal, namun

teknik penyikatan dengan penuh antusias dan kasar dapat menyebabkan kerusakan basis gigitiruan. Kerugian lainnya adalah cara ini tidak dapat dilakukan oleh

orang-orang dengan ketidakmampuan manual, misalnya cacat, dimana pembersih ultrasonik atau pembersih kemis merupakan pilihan yang tepat.15 Pembersihan dengan energi ultrasonik merupakan salah satu cara pembersihan secara mekanis yang jarang

digunakan karena masih sedikitnya pengetahuan tentang cara ini dan biayanya yang relatif mahal.22 Pembersih ultrasonik ini dapat membersihkan bagian-bagian

gigitiruan yang tidak terjangkau oleh sikat biasa dan dapat membersihkan gigitiruan hanya dalam waktu beberapa menit saja.43

Gambar 1. Pembersih Ultrasonik

Cara pembersihan kemis adalah perendaman dengan larutan pembersih, pemaparan oksigen dengan air-drying, dan radiasi microwave.22 Bahan pembersih

(14)

hipoklorit, asam, desinfektan, dan enzim.15 Pemaparan oksigen dengan air-drying jarang digunakan oleh pemakai gigitiruan sebagian lepasan karena dua alasan, yang pertama karena gigitiruan yang kotor jika dibiarkan terpapar dengan udara akan

membuat deposit yang melekat menjadi lebih lengket sehingga akan sangat susah membersihkan antigen mikrobial yang ada di permukaan gigitiruan, dan alasan yang

kedua adalah karena pemaparan terhadap udara akan merusak kontur gigitiruan tersebut.Desinfeksi gigitiruan lepasan menggunakan radiasi microwave merupakan cara yang efektif, cepat, mudah, dan biayanya tidak mahal serta dapat dilakukan oleh

dokter gigi, tekniker, dan pasien untuk membunuh mikroorganisme yang tidak aktif. Radiasi microwave bekerja efektif untuk menurunkan jumlah organisme pada

permukaan gigitiruan (Webb dkk cit. Garg, 2010). Pembersihan secara kemis memiliki keuntungan yaitu sangat mudah digunakan, tetapi kerugiannya pembersih kemis ini harganya relatif mahal dan dapat menyebabkan korosi pada gigitiruan

lepasan basis logam dan juga bleaching pada gigitiruan lepasan basis resin akrilik.6 Idealnya, cara pembersihan mekanis dan kemis harus dilakukan bersamaan

untuk kontrol plak yang lebih baik.10 Cara pembersihan gigitiruan lepasan secara gabungan mekanis dan kemis lebih efektif. Contohnya adalah menyikat gigitiruan lebih dulu kemudian direndam dalam larutan kimia sebagai pembersih gigitiruan.44

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul skripsi yang peneliti susun untuk memperoleh gelar sarjana di fakultas Psikologi Universitas Suma tera Utara, yaitu “ Hubungan antara belief in just

Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan.. Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan

“Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam Mengembangankan Usahanya (Study Pada Industri Tenun Ikat di Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan)”7. Dalam kesempatan

tahun 1916 di Inggris melalui survei bagaimana perpustakaan digunakan dan siapa saja yang menggunakan. Awalnya penelitian berfokus pada penggunaan sistem bukan pada

Sistem informasi adalah suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri dari atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan

Tujujan dari penelitian ini adalah untuk menganalis pengaruh pertumbuhan penduduk, pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap PDRB Sumatera Utara dengan menggunakan data

Secara khusus, tujuan pra rancangan pabrik pembuatan xylitol dari tongkol jagung adalah adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Indonesia, mengurangi jumlah limbah

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, hendaknya mahasiswa bisa mengenali tipe belajar yang sesuai dengan dirinya, sehingga jika metode/strategi pada saat proses